Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KARAKTERISTIK ORANG DEWASA SEBAGAI PEMBELAJAR


DILIHAT DARI ASPEK SOSIAL
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Andragogi dengan
dosen pengampu:
1. Dr. Jajat S Ardawinata, M.Pd.
2. Dadang Yunus Lutfiansyach, M.Pd.

Disusun oleh : Kelompok 3


Kelas 2A

Shabrina 2000500
Putri Nayla Ayubia 2000935
Zulfa Ghaniyah Salsabila 2003523
M. Iqbal Tri Pamungkas 2007725
Aldira Alviadi 2003020
Ardhia Regina Fitrianto 2003423
Anisa Kariah 2000246
Cut Cindy 2000767

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Persepsi Sosial
dalam Memahami Orang Lain ini dengan lancar. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Andragogi. Selain itu, tujuan dari
penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang
Karakteristik Orang Dewasa sebagai Pembelajar Dilihat dari Aspek Sosial
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Jajat S
Ardawinata, M.Pd. dan Bapak Dadang Yunus Lutfiansyach, M.Pd. Selaku
dosen pengampu Mata Kuliah Andragogi yang telah membimbing kami
agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami
menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi
lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih dan semoga karya
tulis ini bermanfaat bagi bagi rekan-rekan mahasiswa/i dan pembaca.
Akhirnya, kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Rabbal
‘Alamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, 20 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2

1.3 Tujuan......................................................................................................2

1.4 Manfaat....................................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA..............................................................................4

2.1 Pengertian Karakteristik, Belajar dan Orang Dewasa..............................4

2.1.1 Pengertian Karakteristik.............................................................4

2.1.1 Pengertian Belajar......................................................................5

2.1.1 Pengertian Orang Dewasa..........................................................5

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................8

3.1 Kkarakteristik Orang Dewasa Dilihat dari Aspek Sosial........................8

3.1.1 Segi Sosial Emosional................................................................4

3.1.1 Segi Perkembangan Emosional................................................10

3.1.1 Segi Status Sosial dan Peran Sosial..........................................12

BAB V PENUTUP.............................................................................................15

4.1 Kesimpulan............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa dewasa merupakan masa tenang setelah mengalami berbagai
aspek gejolak perkembangan pada masa remaja. Masa dewasa juga
merupakan masa pematangan kemampuan dan karakteristik yang telah
dicapai pada masa remaja. Usia di atas 20 tahun dikelompokkan sebagai
usia dewasa. Kelompok usia dewasa dibagi lagi menjadi kelompok dewasa
muda (20 tahun sampai 40 tahun) dan dewasa (40 tahun sampai 65 tahun
ke atas). Tiap rentang usia memiliki karakteristik sendiri, tetapi
karakteristik tersebut tidak sedinamis dan beragam seperti karakteristik.
Remaja merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader
masyarakat dan kader keluarga. Remaja selalu diidentikan dengan
perubahan betapa tidak, peran remaja dalam membangun bangsa ini, peran
remaja dalam menegakkan keadilan, peran remaja yang menolak
kekuasaan.
Seharusnya remaja dituntut aktif dalam kegiatan-kegiatan
masyarakat, sosialisasi dengan warga sekitar. Kehadiran remaja sangat
dinantikan untuk menyokong perubahan dan pembaharuan bagi
masyarakat dan negara. Aksi reformasi disemua bidang adalah agenda
remaja kearah masyarakat madani. Reformasi tidak mungkin dilakukan
oleh orang tua dan anak-anak.
Bimbingan dan arahan terhadap remaja sangat diperlukan sebagai upaya
agar remaja dapat memiliki kemandirian untuk bertanggung jawab atas
pekerjaannya sendiri. Kemampuan kemandirian seperti ini tidak hanya
menyangkut aspek akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan
pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai.
Pencapaian kemandirian bagi remaja merupakan sesuatu hal yang
tidak mudah. Sebab pada masa remaja terjadi pergerakan perkembangan
psikososial dari arah lingkungan keluarga menuju lingkungan luar
keluarga. Mereka berusaha melakukan pelepasan-pelepasan atas

1
keterikatan yang selama ini dialami pada masa kanak-kanak. Dimana
segalanya serba diatur dan ditentukan oleh orang tua. Pemutusan ikatan
yang telah berkembang dan dinikmati dengan penuh rasa nyaman selama
masa kanak-kanak seringkali menimbulkan reaksi yang sulit dipahami
bagi kedua belah pihak baik remaja maupun orang tua.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan karakteristik?
2. Apa yang dimaksud dengan belajar?
3. Bagaimana seseorang dapat dikatakan dewasa?
4. Bagaimana karakteristik orang dewasa jika dilihat dari aspek
sosial?

1.3 Tujuan
Makalah ini disusun karena adanya tujuan. Tujuan dari penyusunan
makalah ini antara lain, yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan karakteristik.
2. Untuk mengetahui definisi dari belajar.
3. Untuk mengetahui bagaimana seseorang dapat dikatakan
dewasa.
4. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik orang dewasa jika
dilihat dari aspek sosial.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penyususnan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan karakteristik.
2. Dapat mengetahui definisi belajar.
3. Dapat mengetahui bagaimana seseorang dapat dikatakan
dewasa.

2
4. Dapat mengetahui bagaimana karakteristik orang dewasa jika
dilihat dari aspek sosial.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Karakteristik, Belajar, dan Orang Dewasa


2.1.1 Pengertian Karakteristik
Istilah karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
mempunyai arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Karakteristik
seseorang merupakan sifat yang membedakan seseorang dengan
yang lain berupa pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak,
dan jumlah keluarga dalam rumah tangga yang mempengaruhi
perilaku seseorang.
Karakteristik adalah ciri khas seseorang dalam meyakini,
bertindak ataupun merasakan. Berbagai teori pemikiran dari
karakteristik tumbuh untuk menjelaskan berbagai kunci
karakteristik manusia (Boeree, 2008). Karakteristik adalah cirri-ciri
dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin,
umur serta status sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, ras,
status ekonomi dan sebagainya. Demografi berkaitan dengan
struktur penduduk, umur, jenis kelamin dan status ekonomi
sedangkan data kultural mengangkat tingkat pendidikan, pekerjaan
agama, adat istiadat, penghasilan dan sebagainya.
Dalam Kamus Lengkap psikologi karya Chaplin, J.P (2008)
dijelaskan bahwa karaktaristik merupakan sinonim dari kata
karakter, watak dan sifat yang memiliki pengertian diantaranya:
1. Suatu kualitas atau sifat yang tetap terus menerus dan kekal
yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seseorang
pribadi, suatu objek, suatu kejadian.
2. Intergrasi atau sintese dari sifat-sifat individual dalam bentuk
suatu untas atau kesatuan.
3. Kepribadian seseorang, dipertimbangkan dari titik pandangan
etis atau norma.

4
Jadi Karateristik dapat disimpulkan sebagai suatu sifat yang
khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek. Karakteristik
yang dibahas adalah membahas pada Karakteristik Individu
(Individual Difference), Karakteristik Pekerjaan (Job
Characteristic), Karakteristik Organisasi (Organizational Practices)
Chaplin, J.P (2008).

2.1.2 Pengertian Belajar


Arti belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara
etimologis memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah
sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar
menurut Baharuddin dan Esa (2009: 11) merupakan proses
manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir
sampai akhir hayat.
Menurut Sudjana (2010), Belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah
laku, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang
ada pada individu-individu yang belajar. Menurut Hilgard &
Bowner (1987 : 12), Belajar sebagai suatu proses yang mana suatu
kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang
dihadapi dengan karakteristik-karakteristik dari perubahan-
perubahan aktifitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar
kecenderungan-kecenderungan reaksi asli,kematangan atau
perubahan-perubahan sementara dari organisme.

2.1.3 Pengertian Orang Dewasa


Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau
kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau

5
ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Orang dewasa
adalah orang yang telah memiliki banyak pengalaman,
pengetahuan, kecakapan dan kemampuan mengatasi permasalahan
hidup secara mandiri (Sujarwo, 2015). Jadi, orang dewasa adalah
orang yang memiliki kematangan baik dari segi fisik maupun segi
pikiran dan mampu bertanggung jawab semua yang dilakukan.
Orang dewasa juga merupakan seorang individu yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan
dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
Pembelajaran orang dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan
untuk pengembangan diri yang dilakukan oleh individu tanpa
paksaan legal, tanpa usaha menjadikan bidang utama kegiatannya
(Supriyanto, 2007). Bryson menjelaskan, pembelajaran orang
dewasa adalah semua aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh
orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari, yang hanya
menggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk mendapatkan
tambahan intelektual. Pembelajaran orang dewasa seharusnya
memperhatikan beberapa karakteristik agar pembelajaran berjalan
dengan maksimal, berikut ini beberapa karakteristik yang dimiliki
orang dewasa (Supriyanto, 2007). Pengalaman yang dimiliki
seorang dewasa dengan orang dewasa lainnya berbeda, sehingga
menghasilkan gaya belajar, self exposure, dan gaya hidup yang
berbeda pula. Berdasarkan perbedaan pengalaman yang
dimilikinya, maka dalam sebuah pelaksanaan pelatihan orang
dewasa akan saling bertukar pengetahuan antara satu dengan
lainnya (Solfema, 2013). Konsep diri yang dimiliki oleh orang
dewasa mampu membantu orang dewasa untuk mengambil
keputusan sendiri dalam melaksanakan kegiatan apapun, sehingga
dalam sebuah pelatihan orang dewasa akan lebih mudah untuk
mengambil keputusan tanpa ragu. Situasi yang diciptakan dalam
proses pelatihan juga harus memberikan kesempatan kepada
mereka untuk mengemukakan pikiran dan pengalaman yang

6
mereka miliki. Pembelajaran dengan meningkatkan kemampuan
senantiasa akan membantu seorang dewasa untuk lebih mudah
menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam orientasi belajar ini,
seorang fasilitator bukan bertindak sebagai seorang guru,
melainkan sebagai seorang pembimbing dan memberikan bantuan
kepada peserta didik (Solfema, 2013). Kesiapan belajar orang
dewasa jauh berbeda dengan anak-anak, orang dewasa lebih siap
untuk menerima suatu pelajaran bila ingin mengetahui tentang
sesuatu dan mau melakukan sesuatu itu dalam kehidupan nyata.
Jadi, seorang dewasa itu akan lebih bersemangat untuk
mendapatkan sebuah pengetahuan baru untuk direalisasikan kepada
orang banyak (Solfema, 2013). Perkembangan dewasa dibagi
menjadi tiga bagian yaitu, dewasa muda (young adulthood) dengan
usia berkisar antara 20 sampai 40 tahun. Dewasa menengah
(middle adulthood) dengan usia berkisar antara 40 sampai 65 tahun
dan dewasa akhir (late adulthood) dengan usia mulai 65 tahun ke
atas (Papalia et al, 2007). Santrock (2002) mengatakan masa
dewasa muda adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan
dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal
lainnya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpul
bahwa dewasa adalah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang
sempurna.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Orang Dewasa Dilihat dari Aspek Sosial


3.1.1 Segi Sosial Emosional
Meski sosial dan emosional adalah dua kata yang memiliki
makna yang berbeda, tetapi sebenarnya aspek sosial emosional ini
tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan kedua aspek ini saling
bersinggungan satu sama lain (Mulyani, 2014: 145).
Perkembangan sosial emosional ini bertujuan agar anak memiliki
keprcayaan diri, kemampuan bersosialisasi, dan kemampuan
mengendalikan emosi (Musringati, 2017: 1). Optimalisasi
perkembangan sosial emosional ini ditentukan oleh kualitas
kerjasama antara orangtua, guru, dan lingkungan (Wahyuni,
Syukri, & Miranda, 2015:2)
Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri manusia baik
senang atau sedih, maupun baik atau buruk. Menurut E. Mulyasa
(2012) dalam Ginawati (2017) emosi adalah suatu keadaan atau
perasaan yang bergejolak dalam diri seseorang yang disadari dan
diungkapkan melalui wajah atau tindakan, yang berfungsi sebagai
inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan
untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu. Menurut
Shapiro (1999) dalam Putra dan Dwilestari (2013: 50) kecerdasan
emosional perlu diajarkan sejak dini agar anak tumbuh menjadi
seseorang yang dewasa, bertanggung jawab dan mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Selain itu, anak yang
mempunyai kecerdasan emosional tinggi akan terlihat lebih
bahagia, lebih percaya diri dan lebih berprestasi
Menurut Erikson, masyarakat memiliki peranan yang
sangat penting dalam perkembangan psikososial seorang individu.
Peranan ini dimulai dari pola asuh orangtua hingga aturan atau
budaya masyarakat (Miller, 1983). Berikut ini merupakan tahapan

8
perkembangan psikososial seorang individu (Desiningrum, 2012:
34-35):
1. Kepercayaan vs Ketidakpecyaan (usia 0-1 tahun). Pada tahap
ini harus belajar menumbuhkan kepercayaan pada oranglain,
contohnya anak kepada ibunya. Jika anak tidak berhasil dalam
tahap ini, maka ia akan jadi anak yang mudah takut dan rewel.
2. Otonomi vs Malu dan Ragu-Ragu (usia 1-3 tahun). Pada tahap
ini anak mulai belajar kemandirian (otonomi), seperti makan
atau minum sendiri. Jika anak tidak berhasil pada tahap ini
karena selalu ditegur dengan kasar ketika proses belajar, maka
anak akan menjadi pribadi yang pemalu dan selalu ragu-ragu
dalam melakukan sesuatu.
3. Kerja Keras vs Rasa Inferior (usia 6-12 tahun). Pada tahap ini
anak mulai mampu berkerja keras untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya dengan baik. Jika pada tahap ini anak tidak berhasil,
maka kedepannya anak akan menjadi pribadi yang rendah diri
(minder) dan tidak mampu menjadi pemimpin.
4. Identitas vs Kebingungan Identitas (usia 12-19 tahun). Pada
tahap ini individu melakukan pencarian atas jati dirinya
(identitasnya). Jika ia gagal pada tahap ini, maka ia akan
merasa tidak utuh.
5. Keintiman vs Isolasi (usia 20-25 tahun). Pada tahap ini individu
mulai keintiman psikologis dengan oranglain. Jika ia gagal
pada tahap ini, maka ia akan merasa kosong dan terisolasi.
6. Generativitas vs Stagnasi (usia 26-64 tahun). Pada tahap ini
individu memiliki keinginan untuk menciptakan dan mendidik
generasi selanjutnnya. Jika ia tidakberhasil dalam tahap ini,
maka ia akan merasa bosan dan tidak berkembang.
7. Integritas vs Keputusan (usia 65 tahun ke atas). Pada tahap ini
individu akan menelaah kembali apa saja yg sudah ia lakukan
dan ia capai dalam hidupnya. Jika ia berhasil pada tahp ini,

9
maka ia akan mencapai integritas (penerimaan akan
kekurarangan diri, sejarah kehidupan, dan memiliki kebijakan)

3.1.2 Segi Perkembangan Emosional (Maslow)


Abraham Maslow lahir di Brooklyn pada tahun 1908 dan
meninggal di Rusia pada tahun 1970. Awalnya Maslow
mempelajari teori behaviorisme dan melakukan banyak percobaan
dalam bidang tersebut. Namun, setelah Pearl Harbour diserang oleh
Jepang, ia beralih ke bidang psikologi (Hall, 1985 dalam
Hildayani, dkk, 2009: 2. 16). Ia merasa bahwa psikologi hanya
memandang manusia dari segi negatifnya, sehingga ia melihat
psikologi dari sisi yang lain, yaitu lebih ke sisi positifnya. Maslow
berpendapat bahwa manusia tidak hanya harus melawan kesedihan,
ketakutan, dan hal negatif lainnya, tetapi manusia juga harus
mencari kebahagian dan kesejahteraan. Maslow menyatakan bahwa
pada dasarnya manusia itu baik, tidak jahat (We are basically good,
no evil). Menurut Maslow ada 4 hal yang harus ditekankan
mengenai hal ini
1. Menusia memiliki struktur psikologis yang beranalagi sperti
struktur fisik, yaitu kebutuhan (needs), kapasitas (capacities),
dan kecenderungan (tendencies) yang didasari oleh keadaan
genetis.
2. Perkembangan yang sehat diharapkan selalu melibatkan
aktualisasi dari karakteristik.
3. Keadaan patologis setiap manusia berasal dari penyangkalan
(denial), frustasi (frustration), atau memutar (twisting) keadaan
manusia.
4. Manusia memiliki keinginan dan kemampuan aktif untuk
mencapai kesehatan mental dalam perkembangan aktualisasi
diri. Menurut Maslow seorang individu dapat berhubungan
dengan dunia melalui dua cara, yaitu D-realm atau deficiency
(kekurangan) dimana manusia bertahan hidup dengan cara

10
berusaha memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya. Setelah
kebutuhan dasarnya terpenuhi, maka manusia akan beranjak ke
tahap B-realm atau being (menjadi), dimana manusia memiliki
motivasi untuk mencari aktuailisasi dirinya dan pengayaan dari
keberadaannya.
Maslow mencetuskan sebuah teori yang berkaitan dengan
motivasi manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Teori ini
disebut sebagai Hierarki Kebutuhan Maslow, yang meliputi:
1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan fisik yang paling dasar
seperti rasa lapar, haus, dan lelah.
2. Kebutuhan akan rasa aman, yaitu kebutuhan akan rasa
keselamatan, kestabilan, proteksi, struktur, keteraturan,
hukum, batasan, dan bebas dari rasa takut.
3. Kebutuhan memiliki dan cinta, yaitu kebutuhan memiliki
hubungan yang harmonis dengan oranglain, seperti keluarga,
pasangan, anak, dan teman.
4. Kebutuhan rasa percaya diri, yaitu kebutuhan akan perasaan
kuat, menguasai sesuatu, kompetensi, dan kemandirian. Juga
kebutuhan akan perasaan dihormati oleh oranglain, status,
ketenaran, dominansi menjadi orang penting, serta harga diri
dan penghargaan.
5. Kebutuhan aktualisasi diri dan metaneeds, yaitu kebutuhan
untuk mengaktualisasikan diri dengan mengembangkan diri
dan melakukan sesuatu yang dikuasai. Contohnya adalah
seorang musisi yang menciptakan lagu dan seorang pengusaha
yang sukses. Kebutuhan aktualisasi diri ini memayungi
metaneeds, dimana sebagian metaneeds ini merupakan
merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Sebagai
contoh kebutuhan akan keadilan, keteraturan, kebebasan
melakukan sesuatu dan berpendapat, serta mencari informasi
dan membela diri sendiri. Sedangkan sebagian lainnya adalah

11
kebutuhan yang lebih mengacu pada keindaan, seperti
kecantikan dan kesederhanaan.
Perkembangan sosial emosional adalah proses belajar
menyesuaikan diri untuk memahami keadaan serta perasaan ketika
berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya baik orang tua,
saudara, teman sebaya dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan
sosial emosional erat kaitannya dengan interaksi, baik dengan
sesama atau benda-benda lainnya. Jika interaksinya tidak baik,
maka pertumbuhan dan perkembangan menjadi tidak optimal.

3.1.3 Segi Status Sosial dan Peran Sosial


Status sosial biasanya didasarkan pada berbagai unsur
kepentingan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu status
pekerjaan, status dalam sistem kekerabatan, status jabatan dan
status agama yang dianut.
Status sosial menurut Ralph Linton adalah sekumpulan hak
dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Orang
yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih
tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang
status sosialnya rendah.Sedangkan status sosial menurut Mayor
Polak adalah status dimaksudkan sebagai kedudukan sosial
seorang oknum dalam kelompok serta dalam masyarakat.
Kemudian menurut Spencer status sesorang atau sekelompok
orang dapat ditentukan oleh suatu indeks. Indeks seperti ini dapat
diperoleh dari jumlah rata-rata skor, misalnya yang dicapai
seseorang dalam masing-masing bidang seperti pendidikan,
pendapatan tahunan keluarga,dan pekerjaan dari kepala rumah
tangga (breadwinner). Status merupakan kedudukan seseorang
yang dapat ditinjau terlepas dari individunya. Jadi status
merupakan kedudukan obyektif yang member hak dan kewajiban
kepada orang yang menempati kedudukan tadi.

12
Kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum
dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti
kewajibannya. Status dalam stratifikasi sosial adalah tempat atau
posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial dalam masyarakat,
sehubungan dengan orang-orang lain dalam kelompok tersebut atau
masyarakat.Macam-Macam / Jenis-Jenis status sosial :
1. Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir
seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku,
usia, dan lain sebagainya.
2. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang
karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh
achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat
pendidikan, pekerjaan, dll.
Ada dua sifat dari sistem pelapisan dalam masyarakat, yaitu
bersifat tertutup (closed social stratification), dan bersifat terbuka
(opened sosial stratification). Kedudukan, yaitu assigned status,
yang merupakan kedudukan yang diberikan artinya dalam suatu
kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi
kepada seseorang yang berjasa, yang lebih memperjuangkan
seseuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Ukuran-ukuran yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota
masyarakat kedalam lapisan-lapisan adalah :
1. Ukuran kekayaan (material)
Ukuran kekayaan pada masyarakat tentunya berbeda satu sama
lain. Pada lapisan ini, masyarakat melihat atau
mengelompokkan seseorang berdasarkan material (kekayaan)
yang dimiliki.
2. Ukuran kekuasaan

13
Pada umumnya, lapisan ini dilihat dari status pekerjaan
individu (orang dewasa) pada masyarakat berdasarkan
tingkatannya.
3. Ukuran kehormatan
Kehormatan pada individu (orang dewasa) dapat dilihat
berdasarkan status kekuasaan yang ia miliki di masyarakat.
Contohnya, ketua RT/RW, Camat, Bupati, Gubernur, dll.
4. Ukuran ilmu pengetahuan.
Pada lapisan ini, orang dewasa berarti sudah memiliki wawasan
yang luas, mampu mengolah dan mengembangkan inovasi
terbaru dari ilmu pengetahuan yang didapat. Peran orang
dewasa pada lapisan ini adalah ikut berpartisipasi untuk
memajukan daerah tempat tinggalnya dengan kemampuan
dalam ilmu pengetahuan yang ia miliki.
Salah satu imbalan dari status yang tinggi adalah adanya
pengakuan sebagai orang yang lebih berderajat tinggi. Gaya hidup
(life style) yang ditampilkan antara kelas sosial satu dengan kelas
sosial yang lain dalam banyak hal yang tidak sama, bahkan ada
kecenderungan masing-masing kelas mencoba mengembangkan
gaya hidup yang eksklusif untuk membedakan dirinya dengan
kelas yang lain.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Karakteristik adalah cirri-ciri dari individu yang terdiri dari
demografi seperti jenis kelamin, umur serta status sosial seperti tingkat
pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya.
Orang dewasa adalah orang yang memiliki kematangan baik dari
segi fisik maupun segi pikiran dan mampu bertanggung jawab semua yang
dilakukan. Orang dewasa juga merupakan seorang individu yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam
masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
Karakteristik orang dewasa jika dilihat dari aspek sosial terdapat
beberapa segi atau sisi diantaranya, yaitu: (1) Segi sosial emosional, terdiri
dari kerja keras vs rasa inferior (usia 6-12 tahun), identitas vs kebingungan
identitas (usia 12-19 tahun), keintiman vs isolasi (usia 20-25 tahun),
generativitas vs stagnasi (usia 26-64 tahun), dan integritas vs keputusan
(usia 65 tahun ke atas), (2) Segi perkembangan emosional, terdiri dari
manusia memiliki struktur psikologis yang beranalagi sperti struktur fisik,
perkembangan yang sehat diharapkan selalu melibatkan aktualisasi dari
karakteristik, dan keadaan patologis setiap manusia, dan (3) Segi status
sosial dan peran sosial, terdiri dari ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan,
ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abedi, A.J, J.P. Srivastava. 2012.The Effect of Vaccination on


Nutritional Status of Pre-school Children in Rural and Urban
Lucknow. Aligarh Muslim University India. Vol. 1(4) September
2012
Abuya, BA., Onsumu, EO., Kimani, JK., Moore, D. 2011. “Influence of
Maternal Education on Child Imunization and Stunted in Kenya”.
Matern Child Health J. 15:1389-1399
Arif, Z. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa.
Beck, R. C. (1992). Applying psychology, critical and creative thinking.
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.
Freire, P. (1986). Pedagogy of the oppressed. New York: Praeger.
Gardner, H. (1983). Frame of mind: The theory of multiple intellegences.
New York: Basic Book.
Kartono, K. (1992). Psikologi anak jilid I dan II. Bandung: Mandar Maju.
Knowles, M. S. (1970). The modern practies of adult aduce education,
andragogy versus pedagogi. New York: Association Press.
Knowles, M. S. (1977). The modern practice of adult education: From
pedagogy to andragogy. New York: Cambridge; The Adult
Education Company.
Knowles, M. S. (1986). The adult learner a neglected species (3rd
Edition). Houston: Gulf Publishing Company.
Rogers, C. R. (1986). Freedom to learn (2nd Edition). Merrill Publishing
Company.
Schultz, D. (1991). Psikologi pertumbuhan: Model-model kepribadian
sehat. Jogjakarta: Kanisius.

16

Anda mungkin juga menyukai