Anda di halaman 1dari 111

GAYA KOMUNIKASI KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN

KEBERAGAMAAN MASYARAKAT DI DESA KIRIG MEJOBO KUDUS

Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar


Sarjana Sosial (S. Sos)

SKRIPSI

OLEH:
RETNO INDRIASTUTI
NIM. 43010150020

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019

i
ii
iii
iv
v
MOTTO

‫َّللاَ ََل يُغَيِّ ُر َما بِّ َق ْو ٍم َحت َّ ٰى يُغ َِّي ُروا َما بِّأ َ ْنفُ ِّس ِّه ْم‬
َّ ‫إِّ َّن‬

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali mereka

berusaha merubah keadaan diri mereka sendiri.

(QS. Al-Ra’d: 11)

vi
PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT dan segenap ketulusan

hati, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Terkhusus untuk kedua orang tua penulis, Bapak Selamet serta Ibu Suntiana

atas segala pengorbanan dan kasih sayang dan doanya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Semoga Allah SWT

selalu melimpahkan rahmat, kasih sayang serta kesehatan bagi beliau

berdua.

2. Kakak tersayang In Amur Rofiq dan Rofiatul Amaliyah yang telah

membantu serta memberi dukungan kepada penulis disaat penulis mulai

jenuh.

3. Bapak Dr. Rasimin, M. Pd selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus

motivator untuk penulis dalam menyusun skripsi.

4. Bapak Sutrisno, M.Pd. yang selalu memberi motivasi selama 4 tahun

menempuh pendidikan di Salatiga.

5. Teman terkasih dan tercinta penulis yang sudah memberi semangat,

motivasi dan dukungan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan

skripsi ini.

6. Teman-teman kos, khususnya teman sekamar penulis Anzilatul Qodriyah

yang sering mengingatkan hal-hal yang mendukung proses penyusunan

skripsi

vii
7. Teman-teman terdekat yang berjuang bersama dan membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini (Uut, Indri, Uswa, Aisyah, Ica).

8. Teman-teman S1 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2015

khususnya konsentrasi Public Relation 2015.

9. Teman-teman seorganisasi HMI Cabang Salatiga Komisyariat Lafarn Pane

yang selalu memberikan semangat dan memberikan ruang untuk belajar

selain di kampus.

10. Teman-teman KKN posko 75, Widya, Ila, Eka, Bayu, Fiki, Suliwati dan

Kordes yang telah menyemangati dan mendukung dalam proses

mengerjakan skripsi.

11. Kepala Desa Kirig dan seluruh masyarakat Desa Kirig yang telah membantu

penulis dalam melakukan penelitian.

12. Para pembaca yang budiman.

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Baginda Nabi

Agung Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya

yang menjadi suri tauladan bagi kita.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam proses

penulisan skripsi banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena

keterbatasan dan kemampuan yang belum sempurna. Namun berkat adanya

bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, syukur Alhamdulillah

skripsi ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.

3. Ibu Dra. Hj Maryatin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Komunikasi

Penyiaran dan Islam IAIN Salatiga.

4. Bapak Dr. Rasimin, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan waktu tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk mengarahkan

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan

IAIN Salatiga dan teman-teman Program Studi Komunikasi dan Penyiaran

ix
Islam IAIN Salatiga angkatan 2015 yang selalu memberikan dukungan dan

motivasi dalam penulisan skripsi ini.

6. Kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan bagi penulis, yang

tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi bagi penulis

sehingga bisa menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempuran. Oleh karena itu,

penulis senantiasa mengaharapkan masukan dan kritik yang membangun dari

pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta

para pembaca pada umumnya.

Salatiga, 21 Agustus 2019


Penulis

Retno Indriastutui
NIM.4301015002

x
ABSTRAK
Indriastuti, Retno. 2019. Gaya Komunikasi Kepala Desa Dalam Meningkatkan
Keberagamaan Masyarakat di Desa Kirig Mejobo Kudus Skripsi
Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Institu
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Rasimin, M.Pd.

Kata Kunci: Gaya Komunikasi, Keberagamaan, dan Masyarakat

Penelitian ini berawal dari kondisi keberagamaan masyarakat di Desa Kirig


Mejobo Kudus yang awalnya masih rendah dalam hal prilaku keberagamaan
masyarakat, kini terlihat mengalami peningkatan keberagamaan hal ini tak lepas dari
pemimpin desa yaitu peran kepala desa dalam meningkatkan keberagamaan
masyarakat dengan upaya melakukan pengarahan, kepala desa berusaha
mempengaruhi dan menggerakan masyarakat untuk sama-sama sadar akan
pentingnya prilaku keberagamaan.
Yang melatar belakangi penelitian ini adalah peneliti ingin mengatahui gaya
komunikasi Kepala Desa Kirig dalam meningkatkan keberagamaan masyarakat serta
ingin mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat kepala desa dalam
meningkatkan keberagamaan masyarakat di Desa Kirig
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah penelitian
deskriptif kualitatif yang merupakan seperangkat metodologi yang luas diterapkan
pada percakapan dan baik teks secara alami maupun direncanakan. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi.
Data yang didapat dikumpulkan dan dipaparkan berdasarkan jenis data sehingga
terdapat pola dan struktur dari fokus masalah yang telah dikaji kemudian
ditafsirkan sehingga mendapatkan jawaban dari fokus penelitian tersebut.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk komunikasi
yang dipakai kepala desa menggunkan bentuk komunnikasi kelompok, gaya
komunikasi yang dipakai kepala desa dalam meningkatkan keberagamaan
masyarakat meggunakan gaya komunikasi The Equilitarian Style, gaya ini lebih
efektif dipakai karena mengedepankan komunikasi dua arah dan dapat membina
hubungan baik antara Kepala Desa dengan masyarakat terbukti dengan memakai
gaya komunikasi The Equilitarian Style, masyarakat di Desa Kirig sudah mulai
aktif dalam kegiatan keagamaan yang ada di Desa Kirig. Faktor pendukung kepala
desa dalam meningkatkan keberagamaan masyarakat adanya kewibawaan dan
kekuasaan dari seorang pemimpin, kemudian faktor penghambat kepala desa
dalam meningkatkan keberagamaan yaitu kondisi penduduk dan kurangnya
pemahaman tentang keagamaan.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LOGO INSTITUT ................................................................................................. ii
NOTA PEMBIMBING ......................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI .......................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian................................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7

E. Penegasan Istilah ................................................................................ 8

F. Sistem Penulisan ................................................................................ 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


A. Penelitian terdahulu ............................................................................ 11

B. Landasan Teori ................................................................................... 13

1. Komunikasi.................................................................................... 13

2. Gaya Komunikasi .......................................................................... 21

3. Kepemimpinan .............................................................................. 27

4. Keberagamaan Masyarakat ........................................................... 29

xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan.......................................................... 39

B. Lokasi Penelitian ................................................................................. 40

C. Sumber dan Jenis Data ........................................................................ 40

D. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................... 41

E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 43

F. Teknik Validasi Data........................................................................... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Temuan Penelitian ............................................................................... 47
1. Gaya Komunikasi Kepala Desa dalam Meningkatkan
Keberagamaan Masyarakat di Desa Kirig ....................................... 49
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Kepala Desa dalam
Meningkatkan Keberagamaan Masyarakat di Desa Kirig ............... 57
B. Pembahasan ......................................................................................... 61
1. Gaya Komunikasi Kepala Desa Dalam Meningkatkan Keberagamaan
Masyarakat........................................................................................ 61
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Kepala Desa dalam
Meningkatkan Keberagamaan Masyarakat di Desa Kirig ................ 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 79
B. Saran ................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR CURICULUM VITAE
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi dalam bahasa Inggris disebut dengan comunication

berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang

berarti sama. Komunikasi merupakan sebuah aktifitas yang sangat penting

bagi kehidupan sehari-hari, komunikasi bukan hanya dilakukan di kalangan

kita saja namun komunikasi tersebut juga dilakukan oleh negara, baik itu

negara kita ataupun negara-negara asing lainya (Wardani, 2009: 04).

Pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial sudah pasti melakukan

komunikasi dengan manusia lainnya. Hal ini menunjukan betapa pentingnya

komunikasi dalam kehidupan manusia, komunikasi tidak akan pernah lepas

dari kehidupan manusia untuk memahami dan dipahami oleh orang lain

seperti yang diungkapkan Evveret Kleinjam (Cangara, 2009: 01) komunikasi

merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas

sepajang manusia ingin hidup maka ia perlu komunikasi

Shannon Weaver juga mengungkapkan bahwa komunikasi sebagai

bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama

lainnya, sengaja atau tidak sengaja, tidak terbatas pada batas komunikasi baik

menggunakan bahasa verbal atau non verbal (Cangara, 2007: 21).

Seiring dengan berkembangnya zaman komunikasi telah mengalami

kemajuan yang sangat pesat dan cepat sehingga banyak dijumpai di bidang

1
komunikasi. Salah satunya yang menyangkut kehidupan sosial adalah

komunikasi organisasi yang berkaitan dengan kepemimpinan. Pemimpin di

dalam organisasi adalah komunikator. Pemimpin yang baik pada umumnya

harus memahami pentingnya komunikasi, sehingga sedikit banyaknya mampu

merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan

penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari

suatu organisasi tertentu komunikasi yang efektif sangat penting bagi semua

organisasi. karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam

organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi

mereka (Muhammad, 2014: 01).

Pemimpin yang baik pada umumnya harus memahami pentingnya

komunikasi, sehingga sedikit banyaknya mampu merangsang partisipasi

orang-orang yang dipimpinnya. Bagi seorang pemimpin komunikasi

merupakan salah satu faktor yang paling penting dan paling mendasar dalam

menjalankan proses administrasi dan interaksi antara elemen disuatu

organisasi baik internal maupun eksternal. Tanpa adanya jalinan komunikasi

yang baik dan benar seorang pemimpin tidak akan mungkin berhasil berjalan

dengan maksimal sesuai perencanaannya (Tamrin, 2019: 2).

Seorang pemimpin yang baik tentu harus memiliki kemampuan

berkomunikasi yang memadai guna mempengaruhi dan menggerakan orang

lain dan pengikutnya. Pemimpin bukan hanya dilihat dari prilaku saja. Tetapi

juga pikiran, keyakinan dan sikap mental. Dalam memimpin dibutuhkan

2
kecakapan dalam berbicara dan berbahasa yang baik guna mempengaruhi

orang lain (Damayanti, 2018: 259).

Proses komunikasi seseorang dipengaruhi oleh gaya komunikasi.

Gaya komunikasi merupakan suatu kekhasan yang dimiliki setiap orang dan

masing-masing antara orang yang satu dengan yang lain berbeda. Perbedaan

tersebut berupa perbedaan ciri-ciri dan model dalam berkomunikasi, tata cara

berkomunikasi, cara berekspresi dan tanggapan yang diberikan pada saat

berkomunikasi (Fajri, 2016: 54).

Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki gaya komunikasi yang

berbeda dalam memimpin. Kepemimpinan merupakan suatu proses ataupun

gaya seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti apa yang

diinginkan oleh seorang pemimpin. Penyampaian pesan dari seorang

pemimpin dalam kepemimpinannya memerlukan gaya komuikasi yang tepat

agar pesan yang disampaikan kepada bawahanya dapat diterima dengan baik.

Gaya komunikasi yang sukses pada umumnya menggunakan gaya

komunikasi yang tegas dalam kegiatan sehari-hari juga dalam memimpin

sebuah organisasi. Pemimpin pada umumnya memiliki kemampuan untuk

melakukan komunikasi yang efektif, sehingga mampu merangsang

partisipasi orang-orang yang dipimpinya (Damayanti, 2018: 259).

Pemimpin utama dalam desa adalah kepala desa, sebagai seorang

pemimpin dalam menjalankan tugas juga membutuhkan gaya komunikasi dan

mempunyai skill dalam berkomunikasi yang baik agar tim dapat bekerja

3
dengan baik. pemimpin yang bisa dibilang sukses adalah pemimpin yang

mampu menjalankan komunikasi dengan baik.

Desa kirig adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Mejobo,

Kabupaten Kudus, berjarak 8 kilometer dari pusat Ibu Kota Kabupaten

Kudus. Dengan luas wilayah 559,669 hektar, desa yang mempunyai

penduduk sebanyak 4764 orang, terdiri atas 2.407 laki-laki dan 2.357

perempuan, pembagian wilayahnya terdiri dua dusun, yakni Dusun Krapyak

dan Dusun Jangkrik, yang masing-masing membawahi 2 RW – 10 RT

(http://desa-kirig.blogspot.com).

Setiap desa tentunya memiliki sebuah visi dan misi yang akan

diwujudkan, pada masa jabatan Kepala Desa Kirig periode 2013-2019 saat ini

mempunyai visi yaitu Terwujudnya masyarakat semakin sejahtera yang

religius, mandiri, kondusif dan berkeadilan. Kondisi Keberagamaan

masyarakat dari 4764 warga di Desa Kirig semua beragama islam. Menurut

salah satu tokoh keagamaan di Desa Kirig Kondisi perilaku keberagamaan

masyarakat di Desa Kirig dulunya masih kurang optimal hal ini ditandai

dengan masih sedikitnya acara kegiatan keagamaan yang ada di Desa Kirig.

Berdasarkan data yang diperolah peneliti, menemukan Jumlah sarana ibadah

seperti masjid dan mushola yang berada di Desa Kirig sudah tercukupi

terdapat 1 bangunan masjid utama dan 13 bangunan mushola yang tersebar di

wilayah Desa Kirig, akan tetapi sarana ibadah yang ada di Desa Kirig belum

berfungsi secara maksimal, seperti kurang terawatnya sarana ibadah, sepinya

kegiatan-kegiatan keagamaan di masjid, sarana ibadah hanya digunakan

4
untuk ibadah shalat saja belum banyak kegiatan keagamaan lain seperti

pengajian tadarusan, dan jamaah salat di masjid terbilang masih sedikit.

Menurut Ketua GP ANSOR, Desa Kirig telah mengalami

perkembangan dalam bidang keagamaan dibawah kepemimpinan Kepala

Desa Kirig periode 2012 sampai 2019 yang dahulunya tingkat keagamaan

masih kurang optimal kegiatan keagamaan hampir tidak ada sekarang

menjadi aktif berkat gencarnya kepala desa dalam melakukan pengarahan

serta pembinaan terhadap semua elemen masyarakat di Desa Kirig. Kini di

Desa Kirig banyak kegiatan yang menunjang tingkat keberagamaan di desa

tersebut. Misalnya, pengajian rutin yang diadakan di pusat masjid, pegajian

selapanan, tadarusan dan masih banyak kegiatan keagamaan lainnya, banyak

jamaah yang hadir dalam kegiatan keagamaan bukan hanya lingkup sekitar

masjid, tingginya respon masyarakat dalam menghadiri kegiatan keagamaan

dan semangat para pemuda yang ada di Desa Kirig untuk mengadakan

kegiatan keagamaan. Tak lain karena dukungan penuh dari kepala desa untuk

mewujudkan masyarakat yang religius.

Hal ini tentunya tak lepas dari dukungan dan gaya komunikasi yang

dipakai oleh kepala desa. Tujuannya untuk mengajak masyarakat agar

memajukan desa, terutama dalam meningkatkan kualitas keberagamaan di

Desa Kirig.

Seiring dengan nampaknya keberhasilan pemimpin dan masyarakat

dalam meningkatkan keberagamaan masyarakat. Hal inilah yang membuat

penulis tertarik untuk memberikan pandangan serta meneliti tentang gaya

5
komunikasi kepala desa, yang dituangkan dalam judul skripsi “Gaya

Komunikasi Kepemimpinan Kepala Desa dalam Meningkatkan Kualitas

Keberagamaan Masyarakat di Desa Kirig Mejobo Kudus”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalahnya

sebagai berikut:

1. Bagaimana gaya komunikasi kepemimpinan Kepala Desa Kirig dalam

meningkatkan keberagamaan masyarakat?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat kepala desa dalam meningkatkan

keberagamaan masyarakat di Desa Kirig Mejobo Kudus?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gaya komunikasi kepemimpinan kepala desa dalam

upaya meningkatkan keberagamaan masyarakat.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi

kepala desa dalam meningkatkan kebergamaan masyarakat di Desa Kirig

Mejobo Kudus.

D. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian selain mempunyai tujuan penelitian juga diharapkan

memberikan manfaat sebagai berikut.

6
1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan refrensi masukan gambaran untuk kepala desa dalam

pemilihan gaya komunikasi kepemimpinan yang baik untuk

meningkatkan keberagamaan masyarakat.

b. Sebagai bahan pembelajaran dan pengetahuan untuk peneliti akan

pentingnya sebuah gaya komunikasi kepemimpinan seorang kepala

desa dalam upaya meningkatkan kualitas keberagamaan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi sebagai

bahan rujukan atau referensi bagi mahasiswa jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam.

3. Manfaat Sosial

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengetahuan bagi

kepala desa dalam penggunaan komunikasi yang begitu penting dalam

menjalankan tugas. Kepala desa sangat penting membutuhkan gaya

komunikasi yang baik agar tim dapat bekerja dengan baik dan masyarakat

mau berpartisipasi dan antusias untuk sama-sama mensukseskan program

kerja dari pemerintah desa untuk sama-sama memajukan desa.

E. Penegasan Istilah

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan untuk

memudahkan dalam memahami judul penelitian tentang berjudul “Gaya

7
Komunikasi Kepala Desa Dalam Meningkatkan Keberagamaan Masyarakat”.

maka penulis memberi batasan istilah sebagai berikut:

1. Gaya komunikasi (communication style) adalah sebagai seperangkat

prilaku antarpribadi yang terspesialisasi digunakan dalam suatu situasi

tertentu. Gaya komunikasi merupakan cara penyampaian dan gaya bahasa

yang baik. Gaya yang dimaksud sendiri dapat bertipe verbal yang berupa

kata-kata atau nonverbal berupa vokalik, bahasa badan, penggunaan

waktu, penggunaan ruang dan jarak (Fajri, 2016: 14).

2. Kepemimpinan merupakan suatu usaha dari seorang pemimpin untuk

dapat merealisasikan tujuan individu ataupun tujuan organisasi. Oleh

karena itu, pemimpin diharapkan dapat mempengaruhi, mendukung dan

memberikan motivasi agar para pengikutnya tersebut mau

melaksanakannya secara antusias dalam mencapai tujuan yang diinginkan

baik secara individu maupun organisasi (Wijono, 2018: 4).

3. Keberagamaan masyarakat adalah tingkat konsepsi seorang terhadap

agama dan tingkat komitmen seseorang terhadap agamanya. Tingkat

konseptualisasi adalah tingkat pengetahuan seseorang terhadap agamanya

sedangkan yang dimaksud tingat komitmen adalah suatu hal yang perlu

dipahami secara menyeluruh sehingga dapat berbagai cara individu untuk

menjadi religius (Yunita, 2012: 312).

8
F. Sistematika Penuliasan

Sistematika penulisan skripsi merupakan hal yang sangat penting

karena mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari masing-

masing bab yang terdiri dari sub-sub. Adapun sistematika penulisannya

sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan. Menguraikan tentang latar belakang masalah

yang mendasari penelitian. Selanjutnya bagian ini mengurai rumusan masalah

yang berisi tentang masalah-masalah yang akan diteliti, tujuan dan manfaat

penelitian, manfaat penulisan, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

Bab II: Landasan teori. Berisi tentang kajian teoritis dan tinjauan

pustaka yang didalamnya berisi tentang komunikasi, kepemimpinan, gaya

komunikasi, dan keberagamaan masyarakat.

Bab III: Metodologi penelitian. Merupakan bab yang menerangkan

tentang metodologi penelitian meliputi jenis penelitian, lokasi penelitian,

sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik

validitas data

Bab IV: Hasil dan Pembahasan. Merupakan bab penemuan dan

pembahasan yang berisi tentang penemuan penelitian gambaran umum dari

desa kirig dan pembahasan mengenai gaya komunikasi kepemimpinan kepala

desa dalam meningkatkan keberagamaan masyarakat.

Bab V: Penutup. Dalam bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan

dan saran. Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran yang

dapat mendukung laporan penelitian.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini membahas tentang gaya komunikasi kepala desa dalam

meningkatkan keagamaan masyarakat di Desa Kirig Mejobo Kudus.

Berdasarkan hasil bacaan penulis, ditemukan beberapa sumber karya ilmiah

yang membahas tentang gaya komunikasi pemimpin Kepala Desa. Uraian

singkat tentang karya ilmiah yang relevan dengan yang penulis teliti:

Penelitian Mahfudloh Fajri tahun 2017 tentang Gaya Komunikasi

Masyarakat Pesisir Wedung Jawa Tengah. Disimpulkan bahwa gaya

komunikasi masyarakat pesisir dalam berkomunikasi dengan sesama

masyarakat pesisir, masyarakat luar wilayah kecamatan wedung dan turis

adalah (the equalitarian style). Gaya komunikasi yang bersifat dua arah dan

dilakukan secara terbuka. Artinya masyarakat pesisir kecamatan wedung

dalam berkomunikasi lebih suka dan cenderung dua arah sehingga respon

baik dari komunikator dan komunikan. Pada dasarnya masyarakat pesisir

kecamatan wedung mempunyai sifat terbuka dalam berkomunikasi, namun

hal ini jika ditunjang dengan kondisi dan situasi yang baik, rileks, santai dan

informal. Persamaan penelitian ini dengan yang dilakukan peneliti adalah

sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif

kualitatif. Perbedaan penelitian Mahfudloh dengan penelitian ini terletak pada

obyek penelitian jika penelitian mahfudloh meneliti gaya komunikasi

10
masyarakat peneliti kali ini membahas aspek Gaya Komunikasi yang dipakai

kepala desa dalam meningkatkan kualitas keberagamaan masyarakat.

Penelitian Ella Damayanti tahun 2018 tentang analisis terhadap Gaya

Komunikasi Kepala Desa Jempating Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser.

Disimpulkan bahwa gaya komunikasi yang dilakukan oleh pemimpin masih

kurang cocok untuk diterapkan di desa, Karena lebih mengacu pada gaya

komunikasi mengendalikan (the controlling style) sehingga penerapan gaya

komunikasi satu arah tersebut menimbulkan kesan membatasi dan

mengendalikan orang lain. Peran yang dimainkan melalui gaya komunikasi

antara panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage)

sama, sehingga menimbulkan masalah antara kepala desa dan masyarakat.

Menurut teori Dramaturgi pemimpin belum mampu memainkan perannya

sebagai komunikator, sebab belum sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan.

Sebagai seorang komunikator mestinya pandai menempatkan diri dan

menyesuaikan dengan kebutuhan. Agar komunikasi selalu terjaga dengan

baik diharapakan pemimpin menggunakan gaya komunikasi berlandaskan

kesamaan (The equalitarian style), sebab gaya komunikasi ini lebih efektif

dalam membina empati dan kerjasama dan memiliki rasa kepedulian sehingga

mampu membina hubungan baik dengan pihak manapun. Penelitian ini

memiliki sedikit perbedaan dengan penulis, yaitu terletak pada studi kasus

dan obyek hubungan antara gaya komunikasi kepala desa dengan

meningkatkan keberagamaan masyarakat.

11
Penelitian Imron Khusaini tahun 2017 yang berjudul Upaya

Meningkatkan Kualitas Keberagamaan Masyarakat Nelayan Desa

Betahwalang Kecamatan Bonang Kabupaten Demak oleh ustad Abu Shokib

“Studi kasus pecandu miras”. Disimpulkan bahwa penelitian Khusaeni

membahas tentang cara Ustadz Abu Shokib dalam rangka meningkatkan

keberagamaan masyarakat Nelayan Desa Betahwalang Kecamatan Bonang

Kabupaten Demak di Asrama Ath-Thaifin dan faktor yang mempengaruhinya

dengan menggunakan studi kasus pada pecandu miras. Perbedaan penelitian

Khussaeni dengan penelitian ini terletak pada obyeknya.

Penelitian-penelitian diatas memiliki kesamaan dengan yang peneliti

lakukan, yakni meneliti gaya komunikasi serta kesamaan pada jenis penelitian

yaitu kualitatif. Peneliti sebelumnya belum ada yang secara khusus

membahas tentang gaya komunikasi pemimpin kepala desa dalam upaya

meningkatkan kualitas keberagamaan masyarakat.

B. Landasan Teori

1. Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Secara epistimologi istilah komunikasi dari bahasa latin, yakni

communicare. Artinya, berbicara, menyampaikan pesan, informasi,

pikiran, perasaan, gagasan dan pendapat yang dilakukan oleh orang

kepada orang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau

arus balik (feedback). Dalam bahasa latin ialah communicatio (dalam

12
bahasa Inggris, communication). Artinya, pemberitahuan, pemberian

bagian dalam pertukaran pidato yang oleh pembicara dimintakan

pertimbangan para pendengar. Jadi semacam dialog. Harus ada arus

balik (umpan balik) atau feedback pergaulan, persatuan, kesatua,

persaudaraan, hal ikut mengambil bagian, kerjasama (Muis, 2001: 36).

Everrt M. Rogers mengartikan komunikasi dikatakan sebagai

proses pengiriman suatu ide dari sumber kepada satu penerima atau

lebih dengan tujuan komunikan mau melaksanakan apa yang

disampaikan. Dengan demikian ada dua faktor penting komunikasi

dikatakan efektif apabila sama makna dan pemahaman antara

komunikator dengan komunikan tentang ide yang disampaikan

(Mulyana,2016: 69).

Menurut Harold D. Laswell (1960) komunikasi adalah cara

yang baik untuk menggambarkan komunikasi dengan menjawab

pertanyaan sebagai berikut : Siapa mengatakan apa dengan saluran

apa kepada siapa dengan efek bagaimana ? (who says what in which

chanel to whom with what effect ?).

Paradigma komunikasi diatas menunjukan terdapat 5 unsur

sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu yakni.

1) Komunikator

Komunikator adalah seseorang yang diposisikan sebagai

pengirim pesan kepada komunikan. Dalam hal ini komunikator

13
harus mengetahui dan memahami isi pesan yang akan disampaikan

kepada komunikan agar pesan dapat tersampaikan dengan baik.

1) Pesan

Pesan adalah suatu ide atau informasi keseluruhan yang

akan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Isi pesan

bisa berupa tulisan, gambar, kata-kata dan perantara lainnya.

2) Media

Media merupakan sebuah sarana komunikasi yang

digunakan sebagai penyalur pesan dalam proses komunikasi.

3) Komunikan

Komunikan merupakan seseorang yang diposisikan sebagai

penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan

bisa terdiri dari satu orang atau lebih dan bisa dalam bentuk

kelompok. Komunikan merupakan bagian penting dari proses

komunikasi yang menjadi sasaran dan bertanggung jawab untuk

bisa memahami pesan yang disampaikan oleh komunikan.

4) Efek

Efek adalah dampak pengiriman pesan yang disampaikan

komunikator kepada komunikan. Apabila tingkah laku komunikan

mengalami perubahan sesuai dengan isi pesan. Maka komunikator

bisa dikatakan berhasil dalam mennyampaikan pesan.

Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut komunikasi

adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

14
komunikan melalui media yang menuimbul efek tertentu (Mulyana,

2016: 147).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

yang kita pahami tidak semudah dan sesempit yang kita pahami.

Komunikasi tidak hanya proses bicara ataupun memberikan informasi

semata. Unsur-unsur proses komunikasi diatas, merupakan faktor

penting dalam berkomunikasi.

b. Jenis-Jenis Komunikasi

Jenis komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian :

1) Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal merupakan bentuk yang paling umum

digunakan organisasi. Oleh karena itu penting bagi seseorang

pemimpin untuk mengetahui lebih banyak mengenai komunikasi

verbal. Yang dimaksud dengan komunikasi verbal adalah

komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata baik

yang dinyatakan secara lisan maupun secara tertulis. Komunikasi

verbal merupakan karakteristik khusus dari manusia.

Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan

dan komunikasi teretulis. Komunikasi lisan dapat didefinisikan

sebagai suatu proses dimana seseorang pembicara berinteraksi

secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku

penerima. Sedangkan komunikasi tertulis apabila keputusan yang

15
akan disampaikan oleh pemimpin itu disandikan dalam simbol-

simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bisa

dibaca, kemudian dikirimkan pada karyawan yang dimaksudkan.

Didalam organisasi, terdapat bermacam-macam tipe dari komuikasi

lisan seperti: interuksi, penjelasan, laporan lisan, pembicaraan

untuk mendapatkan persetujuan kebijaksanaan, memajukan

penjualan menghargai orang lain dalam organisasi. Sedangkan

dalam komunikasi tertulis ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, seperti penampilan komunikasi dan pemilihan kata-

kata yang digunakan.

2) Komuikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal sama pentingnya dengan komunikasi

verbal karena keduanya itu saling bekerja sama dalam proses

komunikasi. Dengan adanya komunikasi nonverbal dapat

memberikan penekanan, pengulangan, melengkapi dan mengganti

komunikasi verbal, sehingga lebih mudah ditafsirkan maksudnya.

yang dimaksud dengan komunikasi nonverbal adalah penciptaan

dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti

komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, kontak

mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat

dikatakan bahwa semua kejadian di sekeliling situasi komunkasi

yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau

ditulisakan. Dengan komunikasi nonverbal orang dapat

16
mengekspresikan perasaanya melalui ekspresi wajah, nada atau

kecepatan berbicara.

Tanda-tanda komunikasi nonverbal belumlah dapat

didefinisikan seluruhnya tetapi hasil penelitian menunjukan bahwa

cara seseorang duduk, berdiri, berjalan, berpakaian, semuanya

menyampaikan informasi pada orang lain. Tiap gerakan yang

seseorang buat dapat menyatakan asal kita, siapa kita, kesehatan

atau bahkan keadaan psikologis seseorang (Muhammad, 2009: 4).

c. Bentuk-Bentuk Komunikasi

Bentuk-bentuk komunikasi terbagi menjadi tiga bentuk sebagai

berikut:

1) Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)

Komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian

pesan dari seseorang kepada orang lain (pihak lain). Menurut

pengertian tersebut, komunikasi dikaitkan dengan pertukaran

informasi yang bermakna dan harus membawa hasil di antara

orang-orang yang berkomunikasi (Suryanto,2015: 110).

Komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara orang-

orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya

menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal

maupun nonverbal. Ia menjelaskan bentuk khusus dari komuikasi

antarpribadi adalah komunikasi diadik yang hanya melibatkan dua

17
orang, seperti seorang guru degan siswa. komunikasi demikian

menunjukan pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak

yang dekat, saling mengirim dan menerima pesan, baik verbal

maupun nonverbal secara simultan dan spontan (Mulyana,2016:

73).

2) Komunikasi Dengan Diri Sendiri (Intrapersonal communication)

Komunikasi intrapersonal atau komunikasi dengan diri

sendiri merupakan proses penggunaan pikiran dan bahasa yang

terjadi dalam diri komunikator.komunikasi intrapersonal adalah

keterlibatan diri sendiri secaa aktif dalam pemrosesan simbolis dari

pesan-pesan yang diproduksi melalui proses dari dalam diri

individu. Dalam komunikasi intrapersonal seorang individu

berperan sebagai komunikator sekaligus komunikan dan

memberikan umpan balik kepada dirinya sendiri dalam proses dari

dalam diri individu itu sendiri yang berkelanjutan (Suryanto,2015:

102).

3) Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok merupakan sekumpulan orang yang

berintraksi satu sama lain guna mencapa tujuan bersama, untuk

mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai

bagian dari kelompok tersebut. kelompok tersebut misalnya,

keluarga, kelompok pemecah masalah, kelompok diskusi, atau

18
komite yang sedang melakukan rapat untuk mengambil keputusan

(Suryanto,2015: 135).

4) Komunikasi Massa

Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses

komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim langsung

dari berbagai sumber kepada khalayak yang sifatnya massal

melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti, radio, tv, surat

kabar dan film (Cangara,2009: 29).

d. Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Secara umum, menurut Wilbur Schramm (1974), tujuan

komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan, yaitu

kepentingan sumber / pengirim / komunikator dan kepentingan

penerima / komunikan. Dengan demikian, tujuan komunikasi yang

ingin dicapai dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 2.1 perbedaan sudut pandang komunikan dan

komunikator

Tujuan komunikasi dari sudut Tujuan komunikasi dari


kepentingan sumber sudut kepentingan
penerima

Memberi informasi Memahami Informasi


Mendidik Mempelajari
Menyenangkan/menghibur Menikmati
Menganjurkansuatu Menerima atau menolak
tindakan/persuasi anjuran

19
Harlod D. Lasswell (1948) mengatakan bahwa komunikasi

mempunyai tiga fungsi sosial, adalah; (1) Pengawasan lingkungan

degan adanya komunikasi di masyarakat menjadikan sebagi

pemantauan sekaligus pengawasan terhadap lingkungan di masyarakat,

untuk mengawasi sekaligus mengetahui terhadap apa yang sedang

terjadi di lingkungan masyarakat, seperti peringatan bencana, berita

umum, ekonomi ataupun sosial, serta pengumuman lainnya dapat

dengan mudah tersampaikan ditelinga masyarakat; (2) Adanya jalinan

hubungan antar bagian komponen-komponen masyarakat untuk

merespon atau melakukan sesuatu terhadap lingkungan secara

bersama-sama; (3) Sosialisasi adanya transmisi atau warisan sosial

seperti pendidikan, agama dan budaya di lingkungan masyarakat

kepada generasi mendatang (Suryanto, 2015: 228).

2. Gaya Komunikasi

a. Pengertian Gaya Komunikasi

Menurut Suryanto dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi.

gaya komunikasi didefinisikan sebagai perangkat prilaku antar pribadi

yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a

spesialized set of interpersonal behaviors that are used in a given

situation). Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan

prilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau

tanggapan tertentu dalam situasi tertentu pula. Kesesuaian dari satu

20
gaya komunikasi yang digunakan, tergantung pada maksud dari

pengirim dan harapan dari penerima. Prilaku komunikasi adalah

tindakan atau respon dalam lingkungan dari situasi komunikasi yang

ada secara verbal maupun nonverbal untuk melakukan tindakan yang

dianut seseorang, keluarga atau masyarakat, dalam mencari dan

menyampaikan informasi melalui berbagai pengaruh yang ada di

dalam jaringan komunikasi masyarakat setempat(Mulyas, 2002: 165).

Ada enam gaya komunikasi menurut Steward L.Tubsbs dan

Sylvia Moss, yaitu:

1) Gaya Komunikasi Mengendalikan (The Controlling Style)

Gaya komunikasi mengendalikan (the controlling style)

ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk

membatasi, memaksa, dan mengatur prilaku, pikiran, dan

tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya

komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau

one-way communication.

Pihak-pihak yang memakai controlling style of

communication lebih memuasatkan perhatian pada pengiriman

pesan dibandingkan dengan upaya untuk berharap pesan. Mereka

tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi

pesan. Mereka juga tidak mempunyai rasa ketertarikan dan

perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik tersebut

digunakan untuk kepentingan pribadi. Para komunikator satu arah

21
tidak berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk

memaksa orang lain mematuhi pandangannya.

Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah tidak

berusaha “menjual” gagasan agar dibicarakan bersama, tetapi lebih

pada usaha menjelaskan kepada orang lain tentang hal yang

dilakukannya.

2) Gaya Komunikasi Dua Arah (The Equalitarian Style)

Aspek penting gaya komunikasi ini adalah adanya landasan

kesamaan. The Equilitarian Style of Communication ditandai

dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan veral secara lisan

ataupun tertulis yang bersifat dua arah (Two-Way Communication).

Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang

bermakna kesamaan ini adalah orang-orang yang memiliki sikap

kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang

baik dengan orang lain, baik dalam konteks pribadi maupun dalam

lingkup hubungan kerja. The Equalitarian Style akan memudahkan

tindak komunikasi dalam organisasi sebab gaya ini efektif dalam

memelihara empati dna kerja sama, khususnya dalam situasi

mengambil keputusan terhadap permasalahan yang kompleks.

Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak

berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.

22
3) Gaya Komunikasi Terstruktur (The Structuring Style)

Gaya komunikasi yang berstruktur ini memanfaatkan pesan-

pesan verbal secara tertulis ataupun lisan untuk memantapkan

perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas, dan

pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesa (sender) lebih

memberikan perhatian pada keinginan untuk mempengaruhi orang

lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi,

jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi

tersebut.

Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of

Ohio State University menemukan dimensi dari kepemimpinan

yang efektif, yang diberi nama struktur inisisasi atau initiating

structure. Mereka menjelaskan bahwa pemrakarsa (inisiator)

struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu

merencanakan pesan-pesan verbal untuk memantapkan tujuan

berorganisasi, kerangka penugasan, dan memberikan jawaban atas

pertanyaan yang muncul.

4) Gaya Komunikasi Dinamis (The Dynamic Style)

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan

agresif karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa

lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (Action-

Oriented). The Dynamic Style of Communication sering dipakai

23
oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para

wiraniaga (salesmen atau saleswomen).

Tujuan utama gaya komunikasi ini adalah menstimulusi atau

merangsang karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih

baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam

mengatasi persoalan yang bersifat kritis, tetapi dengan persyaratan

bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang

cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

5) The Relingiushing Style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk

menerima saran, pendapat, atau gagasan orang lain dari pada

keinginan untuk memberi perintah meskipun pengirim pesan

(sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol

orang lain.

pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika

pengirim pesan atau sender bekerja sama dengan orang-orang

yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti, serta bersedia

untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang

dibebankan.

6) The Withdrawal Style

Akibat yang akan muncul jika gaya ini digunakan adalah

melemahnya tindak berkomunikasi. Artinya, tidak ada keinginan

dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi

24
dengan orang lain karena ada beberapa kesulitan antarpribadi yang

dihadapi oleh orang-orang tersebut (Suryanto,2015: 321).

Gambaran umum pada komunikasi diatas dapat disimpulkan

bahwa komunikasi yang paling ideal adalah The Equalitarian Style

Communication. Sedangkan tiga gaya komunikasi lainya:

structuring, dinamic, dan relinguising dapat digunakan secara

strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi

organisasi. Dua gaya komunikasi terkhir yaitu controlling dan

whitedrawal mempunyai kecenderungan menghalangi

berlangsungnya interksi yang beramfaat dan produktif.

b. Hambatan Gaya Komunikasi

Suryanto (2015:71) menerangkan empat macam hambatan

yang dapat mengganggu dalam sistem komunikasi, yaitu sebagai

brikut:

1) Hambatan dalam proses (process barriers), yaitu hambatan yang

muncul dari komunikator kesulitan dalam memahami pesan

yang akan disampaikan akibat rendahnya tingkat pendidikan,

kecerdasan serta penguasaan bahasa dan sebagainya.

2) Hambatan secara fisik (physical barrier), yaitu hambatan yang

muncul akibat dari saran fisik yang menghambat komunikasi

yang efektif misalnya, pengeras suara atau gangguan pada

pendengaran.

25
3) Hambatan semantik (semantic barriers), hambatan ini

mennyangkut aspek bahasa yang digunakan komunikator

sebagai penyalur pikiran dan perasaan yang akan disampaikan

kepada komunikan. Gangguan semantis ini bisa berupa salah

pengucapan misalnya, gagap, gugup saat berbicara dan terlalu

cepat sehingga ketika perasaan dan fikiran belum mantap untuk

di formulasikan, kata-kata tersebut sudah terlanjur diucapkan.

4) Hambatan Psiko-Sosial (Psychosocial Barriers), yaitu hambatan

yang timbul adanya perbedaan yang cukup lebar dan nilai-nilai

yang dianut sehingga kecenderungan , kebutuhan, serta harapan

dari kedua belah pihak yang berkomunikasi juga berbeda yang

dapat membuat citra yang bersangkutan (komunikator) dapat

menjadi turun karena adanya salah pengertian.

3. Kepemimpinan

a. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan atau Leadership diartikan sebagai memimpin

orang lain. Pemimpinnya dikenal dengan istilah team leader

(pemimpin kelompok) yang memahami apa yang menjadi tanggung

jawab kepemimpinannya, menyelami kondisi bawahannya,

kesediaannya untuk meleburkan diri dengan tuntutan dan konsekuensi

dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta memiliki komitmen untuk

26
membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas dirinya

hingga menghasilkan prestasi tertinggi (Yudiatmaja, 2013: 30).

Beberapa definisi yang dikutip hafulyon dalam jurnalnya

Keragaman Konsep Kepemimpinan dalam Organisasi yaitu sebagai

berikut

1) Stephen P. Robbins mengatakan Kepemimpinan adalah

kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai

tujuan.

2) Richard L Daft menyatakan Kepemimpinan merupakan

kemampuan mempengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan

organisasi.

3) G.R. Terry dan L.W.RVC menyatakan kepemimpinan adalah

kemampuan mempengaruhi pengikut-pengikutnya untuk bekerja

bersama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas

yang diberikan pemimpin mereka.

Dari beberapa pengertian kepemimpinan di atas dapat di tarik

kesimpulan, kemampuan sesorang mempengaruhi prilaku orang lain,

baik kedudukannya lebih tinggi maupun lebih rendah dari padanya

dalam berfikir dan bertindak.

Di daerah pedesaan memiliki pemerintah yang dipimpin oleh

kepala desa yang bertugas sebagai penyelenggara pemerintah desa

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan

Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan kepala desa adalah 6

27
tahun dan dapat diperpanjang lagi untuk 3 (tiga) kali masa jabatan

berikutnya berturut-turut atau tidak (www.wikipedia.com, diakses 18

agustus 2019).

Adapun makna dari Pemimpin adalah seorang pribadi yang

memiliki kecakapan dan kelebihan-khususnya kecakapan kelebihan di

satu bidang, sehhingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain

untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi

pencapaian satu atau beberapa tujuan (Kartini,2016: 38).

4. Kebergamaan

a. Pengertian Keberagamaan

Agama atau religius merupakan aspek penting dalam

kehidupan manusia. Agama merupakan fenomena universal karena

ditemukan disetiap masyarakat. Eksistensinya telah ada sejak zaman

prasejarah, orang sudah menyadari bahwa ada kekuatan-kekuatan lain

di luar dirinya yang alih-alih bisa dikontrolnya, misalnya sudah mulai

memikirkan bebrbagai fenomena alam yang melengkapi dirinya dan

mempertanyakan mengenai faktor-faktor penyebab tejadinya sesuatu.

Keberagamaan dari kata agama yang berarti segenap

kepercayaan kepada tuhan. Beragama berarti memeluk atau

menjalankan agama. Sedangkan keberagamaan adalah adanya

kesadaran diri individu dalam menjalankan suatu ajaran dari suatu

agama yang dianut.

28
Inti agama adalah iman. Iman ialah kepercayaan yang meresap

ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak (ragu),

serta memberi pegaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan

perbuatan sehari-hari. Jadi, iman itu bukanlah semata-mat ucapan

lidah, bukan sekedar perbuatan dan bukan pula merupakan

pengetahuan tentang rukun iman.

Islam yaitu agama yang terdiri dari dua dimensi ajaran yaitu

sebagai keyakinan atau iman dan syariah yakni yang diamalkan.

kedua dimensi ajaran ini mempunyai hubungan yang saling kait

mengait antara yang satu dengan yang lainya yang tak bisa

terpisahkan. Iman merupakan implementasi yang berupa norma-

norma, yang bisa dijadikan pegangan seorang muslim. Oleh karena

syariah akan mempunyai arti apabila dilandasi dengan keimanan yang

benar. Dengan demikian keiman, merupakan akidah yang pokok.

sebab di atas iman berdirilah syariah yang kemudian dari pokok itulah

keluar cabang-cabangnya. Keduanya saling sambung menyambung

yang diibaratkan bagai buah dan pohon sebagai sebab dan

musababnya. Karena adanya hubungan yang sangat erat maka amal

perbuatan selalu disertai dengan keimanan.

29
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebaragamaan

Yang dimaksud dengan faktor yang mempengaruhi

keberagamaan adalah hal-hal yang turut memberikan andil baik positif

maupun negatif terhadap keberagamaan masyarakat

1) Faktor Sosial

Faktor ini mencakup semua pengaruh sosial untuk

menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang di

sepakati oleh lingkungan itu.

2) Faktor Pengalaman

Ada tiga jenis pengalaman yang bisa dimasukkan di antara

berbagai faktor yang membagi sumbangan terhadap sikap

keagamaan: pengalaman mengenai dunia nyata, mengenai konflik

moral, dan mengenai keadaan-keadaan emosional tertentu yang

tampak memiliki kaitan dengan agama.

3) Faktor Kebutuhan

Adanya kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi secara

sempurna dimana-mana sehingga mengakibatkan terasa adanya

kebutuhan akan kepuasan-kepuasan agama. Diantaranya,

kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan cinta, kebutuhan

untuk memperoleh harga diri, dan kebutuhan yang timbul karena

adanya kematian.

30
4) Faktor Proses Pemikiran.

Yaitu berbagai proses pemikiran verbal (faktor intelektual)

yang berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang berfikir

dan salah satu dari akibat pemikirannya.

c. Perilaku/Aktualisasi Keberagamaan.

Agama dipeluk dan dihayati oleh manusia, praktek dan

penghayatan agama tersebut di istilahkan sebagai keberagamaan

(religiusitas). Keberagamaanya manusia menemukan dimensi-dimensi

terdalam dirinya yang menyentuh emosi dan jiwa oleh karena itu

keberagamaan yang baik akan membawa tiap individu memiliki jiwa

yang sehat dan membentuk kepribadian yang kokoh dan seimbang.

Keberagamaan dalam islam bukan hanya diwujudkan dalam

ibadah ritual saja, tetapi juga aktifitas-aktifitas lainya. sebagai suatu

sistem yang menyeluruh, islam mendorong pemeluknya untuk

beragama secara menyeluruh pula.

Dimensi keyakinan adalah berisi pengharapan-pengharapan

dimana orang religius berpegang teguh pada paradigma teologis

tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap

agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para

penganut diharapkan akan taat.

Dalam konteks agama islam, dimensi ini merujuk pada

seberapa tingkat keyakinan terhadap ajaran-ajaran islam, terutama

31
terhadap ajaran yang bersifat fundemental dan dokmatik, didalam

agama islam isi dimensi keimanan menyangkut rukun iman.

Dimensi praktik agama mencakup perilaku pemujaan, ketaatan

dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen

terhadap agama yang dianutnya.

Dalam konteks agama islam , dimensi ini bisa disebut dengan

dimensi peribadatan atau praktik agama atau syariah menuju kepada

seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam melakukan kegiatan-

kegiatan ritual dalam islam. Dalam keberislaman dimensi peribatan

menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, zikir, doa,

membaca Al-Qur’an, i’tikaf di masjid dan lain-lain.

Dimensi Islam dan penghayatan, dimensi ini merujuk pada

seberapa tingkatan manusia berprilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran

agamanya, perasaan nikmat dalam menjalankan ibadah dan perasaan

syukur atas nikmat yang dikaruniakan allah dalam kehidupan mereka.

Dimensi pengetahuan agama, mengacu kepada harapan

bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah

pengetahuan minimal mengenai dasar-dasar keyakinan, kitab suci,

dan tradisi-tradisi. Dalam islam Al-Qur’an merupakan pedoman hidup

sekaligus sebagai sumber ilmu pengetahuan agama bagi umat islam.

Hal tersebut dapat dipahami sumber ajaran islam sangat penting agar

religiusitas seseorang tidak hanya sebatas atribut dan simbolis saja,

maka aspek dalam dimensi ini yang berkaitan dengan islam meliputi

32
empat bidang yaitu, Akidah, ibadah, akhlak, serta pengetahuan Al-

Qur’an dan hadist.

Dimensi pengamalan, dan konsekuensi ini mengacu pada

identifikasi dari akibat-akibat keagamaan, praktik, pengalaman dan

pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dimensi ini lebih mengarah

kepada kegiatan pemeluk agama untuk merealisasikan ajaranya dan

mengarah pada hubungan manusia tersebut dengan sesamanya dalam

kehidupan sehari-hari yang berlandaskan pada etika dan sepiritualitas

agama yang dianutnya (Jalaludin, 2016: 79).

d. Fungsi Keberagamaan Bagi Masyarakat

Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang

terbentuk berdassarkan tatanan sosial tertentu. Dalam keputusan ilmu-

ilmu sosial dikenal tiga bentuk masyarakat, yaitu (1) masyarakat

homogen, (2) masyarakat majemuk, dan (3) masyarakat heterogen.

Masyarakat homogen ditandai oleh adanya ciri-ciri yang

anggotanya tergolong dalam satu asal atau satu bangsa dengan satu

kebudayaan yang digunakan sebagai pedoman hidup, sedangkan

masyarakat majemuk terdiri atas sejumlah suku bangsa yang

merupakan bagian dari bangsa itu, seperti masyarakat Indonesi atau

masyarakat Amerika(Jalaluddin,2016: 279).

Masyarakat adalah suatu kesatuan yang didasarkan pada

ikatan-ikatan yang sudah dikatakan stabil. sehbungan dengan ini,

33
maka dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan dalam

bingkai strukturnya (proses sosial) diselidiki oleh sosiologi. Di dalam

masyarakt ini, terdapat kumpulan individu yang terdiri dari latar

belakang jenis kelamin, agama, suku, bahasa, budaya, tradisi, status

sosial, kemampuan ekonomi, dan sebagainya. (Nata,2014: 55).

Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa masyarakat pada

umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut, manusia yang hidup

sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang. bergaul atau berkumpul

dalam jangka waktu yang lama. berkumpulnya manusia akan

menimbulkan manusia baru. Sebagai akibat dari hidup bersama,

timbul system komunikasi dan peraturan yang mengatur hubungan

antar manusia. Sadar bahwa mereka satu kesatuan. merupakan suatu

sistem hidup bersama menimbulakan kebudayaan karena mereka

merasa dirinya terikat satu sama lain(Sukanto,2006: 149).

e. Fungsi Keberagamaan

Masalah agama tidak mungkin terlepas dari kehidupan

masyarakat. Dalam hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan

dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang

tidak dapat dipecahkan secara empiris karena adanya keterbatasan

kemampuan dan ketidakpastian. Dalam prakteknya fungsi agama

dalam masyarakat antara lain.

34
1) Fungsi Edukatif

Para pengamat agama berpendapat bahwa ajaran agama

yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi.

Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang.

Kedua unsur suruhan dan larangan ini mempunyai latar belakang

mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik

dan terbiasa dengan yang baik menurut agama masing-masing.

2) Berfungsi Penyelamat

Diamanapun manusia berada dia selalu menginginkan

dirinya selamat. Keselamatan yang meliputi bidang yang luas

adalah keselamatan yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang

diberikan oleh agama mengajarkan para penganutnya melelui

pengenalan pada masalah sakral, berupa keimanan kepada tuhan.

3) Berfungsi sebagai Perdamaian

Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat

mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa

dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinya apabila

seseorang pelanggar telah menebus dosa.

4) Berfungsi sebagai Sosial Kontrol

Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang

dipeluknya terikat batin pada tuntunan ajaran tersebut, baik secara

pribadi maupun kelompok. Ajaran agama oleh penganutnya

dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama dapat

35
berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun

kelompok, karena, agama secara intensi merupakan norma bagi

pengikutnya dan agama secara dogmatis (ajaran) mempunyai

fungsi kritis yang bersifat profetis (wahyu, kenabian).

5) Berfungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan

merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan. Iman dan

kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas

dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-kadang

dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Pada beberapa

agama rasa persaudaraan itu bahkan dapat mengalahkan rasa

kebangsaan

6) Berfungsi Transformatif

Ajaran agama dapat mengubah kehidupan baru sesuai

dengan ajaran yang dianutnya. Kehidupan baru yang diterimanya

berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadang kadangkala

mampu mengubah kesetiaanya kepada adat atau norma kehidupan

yang dianutnya sebelum itu.

7) Berfungsi Kreatif

Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya

untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya

sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Pengaanut

agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup

36
yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk mmelakukan inovasi

dan penemuan baru (Jalaluddin,2016: 284).

Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa fungsi dari

keberagamaan adalah sebagai edukatif, penyelamat, perdamaian,

sosial control, pemupuk rasa solidaritas, transformatif, dan kreatif.

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), artinya

penelitian dengan mengumpulkan data dari lapangan, menggambarkan dan

menguraikan keadaan yang sebenarnya terjadi berdasarkan fakta yang disebut

juga penelitian kualitatif. Pada dasarnya pendekatan kualitatif adalah suatu

pendekatan yang mengarah kepada keadaan yang secara utuh pokok

kajiannya tidak disederhanakan pada variabel yang telah ditata atau hipotesis

yang telah direncanakan sebelumnya (Moleong, 2014: 6).

Pendekatan ini menggunakan pendekatan deskriptif. Menurut Rasimin

(2018: 12) pendekataan deskriptif berkaitan dengan pengkajian fenomena

secara lebih rinci atau membedakannya dengan fenomena yang lain.

Pendekatan ini merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu peristiwa, pemikiran, objek pada masa sekarang. Untuk itu

peneliti dapat membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan

aktual megenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang

diselidiki (Saeban, 2008: 122).

Berdasarkan penjelasan di atas Peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif, karena dapat dipandang sebagai prosedur penelitian yang

menghasilakan data deskriptif berupa data tertulis ataupun lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati. Peneliti mengumpulkan data yang

38
diperlukan guna membahas tentang gaya komunikasi yang dibangun

pimpinan kepala desa tersebut dapat meningkatkan kualitas keberagamaan

masyarakat di Desa Kirig, Mejobo, Kudus.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih peneliti adalah Desa Kirig Kecamatan Mejobo

Kabupaten Kudus Jawa Tengah.

C. Sumber dan Jenis Data

Menurut Lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal tersebut, pada bagian ini

jenis data dibagi kedalam kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, foto, dan

statistik.

Peneliti dalam hal ini membutuhkan data, data-data yang dijadikan

acuan dalam penelitian diambil dari berbagai sumber, antara lain:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung

di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

dan memerlukannya. Peneliti memperoleh sumber data primer yang

menjadi sumber data paling pokok dari hasil tanya jawab kepada Kepala

Desa Kirig, Takmir Masjid Kirig, Ketua IPNU-IPPNU, dan Tokoh

Masyarakat Desa Kirig.

39
2. Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data kedua. Sumber data

sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui

catatan orang lain. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini

adalah dokumen, laporan catatan-catatan, profil Desa Kirig, buku dan

jurnal yang mempunyai relevansi penting yang berkaitan dengan gaya

komunikasi kepala desa dalam meningkatkan keberagamaan di desa Kirig

Mejobo Kudus (Siswanto, 2004: 140).

D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan rekam jejak penelitian yang dilakukan,

sehingga dapat membuktikan penelitian tersebut benar-benar terjadi di

lapangan. Dokumentasi yang dilakukan peneliti terdiri dari beberapa hal

diantaranya adalah foto-foto yang berkaitan dengan penelitian (Saebani,

2008: 190). Dokumentasi dalam penelitian ini berupa dokumen foto atau

vidio tentang proses wawancara dengan narasumber dan kegiatan

keagamaan di Desa Kirig.

2. Wawancara

Rasimin (2018:97) wawancara merupakan teknik komunikasi

interview dengan intervewee. Bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang

40
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan

tertentu (Mulyana, 2010: 180).

Wawancara secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni

wawancara tak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak

terstruktur juga sering disebut wawancara mendalam, wawancara intensif,

wawancara terbuka, wawancara etnografi, sedangkan wawancara

terstruktur sering juga disebut wawancara baku yang susunan

pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya. Bentuk wawancara yang

dilakukan oleh peneliti adalah wawancara terpimpin yaitu Tanya jawab

oleh pihak kepala desa di mana pertanyaan sudah dipersiapkan terlebih

dahulu sebelum melakukan wawancara. Wawancara ini dilakukan untuk

mendapatkan data yang berkaitan dengan gaya komunikasi dan

peningkatan keberagamaan masyarakat.

3. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang

dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan.

Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah

laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati

(Djaali &Mujiono, 2007 : 16).

Teknik ini dilakukan secara langsung untuk mengetahui gejala-

gejala apa saja yang ada kaitannya dengan gaya komunikasi kepala desa

41
dalam meningkatkan keberagamaan di Desa Kirig. Dengan adanya

observasi ini peneliti diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan

semaksimal mungkin.

4. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong, analisa data adalah proses mengorganisasikan

dan mengurutkan data karena dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja spirit

yang disarankan oleh data. Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh

data yang tersedia dari berbagai sumber, setelah dibaca, dipelajari, dan

ditelaah maka langkah selanjutnya mengadakan reduksi data yang dilakuan

dengan jalan membuat abstraksi atau ringkasan inti, langkah berikutnya

menyusun dalam satuan-satuan. Satuan-satuan ini yang kemudian

dikategorikan sambil membuat coding (pengkodean), tahap terakhir dari

analisis data adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data (Moleong,

2014: 190).

Analisis data secara sistematis dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

a. Reduksi Data

diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan data, pengabstrakan dari transformasi data besar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data

berlangsung secara kontinu selama berlangsung kegiatan yang

berorientasi kualitatif. Selama pengumpulan data, terjadi reduksi

42
berikutnya, yakni sebagai kegiatan membuat ringkasan, mengode,

menelusuri tema, membuat gugus-gugus, dan membuat partisi memo.

Reduksi data merupakan bagian dari analisis dalam penelitiann

kualitatif. Seleksi terhadap bagian data yang dikode, data yang

dibuang, dan pola-pola yang meringkas bagian-bagian data yang

tersebar, berbagai cerita (hal data) yang berkembang, semua itu

merupakan pilihan analisis reduktif. Analisis reduktif atas data adalah

bentuk analisis yang mempertajam, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara

sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan

diverifikasi.

Data yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara oleh

peneliti di lokasi penelitiaan Desa Kirig Mejobo Kudus, perlu dicatat

secara teliti dan terperinci.Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting,

serta mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi

akan memberi gambaran yang jelas.

b. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi sistematis yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian tersebut dapat berbentuk matrik,

grafik, jaringan dan bagan.

43
c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi.

Langkah verifikatif dilakukan sejak permulaan, pengumpulan

data, pembuatan pola-pola, penjelasan konfigurasi-konfigurasi yang

mungkin, dan alur sebab akibat serta proposisi. Setelah tahap

penyajian data selesai, tahap analisis selanjutnya adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Dimana peneliti mencari makna tentang

data yang dikumpulkan, kemudian disimpulkan untuk menjawab

rumusan masalah dalam penelitian (Saebani, 2008:95-96).

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka selanjutnya

dilakukan teknik analisis data dengan menggunakan metode kualitatif

deskriftif, adapun yang dimaksud dengan metode kualitatif deskriftif

yakni memaparkan hasil penelitian sesuai dengan fakta yang

terhimpun dan apa adanya. Artinya peneliti berupaya menggambarkan

kembali data-data yang terkumpul mengenai bagaimana gaya

komunikasi yang dilakukan kepala desa dalam meningkatkan

keberagamaan masyarakat.

5. Teknik Validasi Data

Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada

uji validitas dan reabilitas. Validitas merupakan derajat ketepatan antara

data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan

oleh peneliti.

44
Triangulasi metode yaitu pengecekan tingkat kepercayaan dan

kesahan data dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data

yang berbeda, dan atau pengecekan kepada beberapa sumber data dengan

metode yang sama. Sedangkan triangulasi teori ialah membandingkan

berbagai pandangan teori tentang suatu fenomena, sehingga data dapat

digali lebih dalam dan lebih akurat dan terpercaya.

Dalam pengujian kredibilitas triangulasi diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai

waktu. Dengan demikian dapat dirincikan triangulasi ada tiga, yaitu:

triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi

waktu (Sugiyono, 2011: 273).

45
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian

Dalam penelitian ini maka peneliti mencoba menggali informasi

dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sebelum peneliti

melaksanakan pengumpulan data, hal pertama yang dilakukan peneliti yaitu

obesrvasi dengan melakukan pengamatan di Desa Kirig Mejobo Kudus dalam

hal peningkatan keagamaan. Setelah melakukan observasi, peneliti

melanjutkan pengumpulan data dengan melakukan wawancara kepada Bapak

Kaharyudi selaku Kepala Desa Kirig di kediaman beliau pada hari Minggu

malam ba’da Isya’ dan di lanjutkan di kantor Balai Desa Kirig pukul 09.30

WIB.

Dalam penelitian ini peneliti memilih informan yang sesuai dengan

fokus penelitian sebagai sumber data penelitian yaitu Bapak Kaharyudi selaku

Kepala Desa Kirig Mejobo Kudus. Dari hasil penelitian dengan metode

wawancara kepada Kepala Desa, ketua IPNU IPPNU Ranting Kirig, Ketua

Ansor Ranting Kirig, Takmir Masjid dan Tokoh Masyarakat yang bertujuan

untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan Kepala Desa dalam

meningkatkan Keberagamaan Masyarakat dan Gaya Komunikasi apa yang

dipakai Kepala Desa dalam upaya meningkatkan keberagamaan masyarakat

desa.

46
Kegiatan keagamaan di Desa Kirig berupa kegiatan mingguan,

bulanan dan tahunan. kegiatan harian meliputi pendidikan keagamaan

mengaji di TPQ, Madrasah, tadarusan setiap hari di masjid maupun di

musola. Kegiatan mingguan meliputi Yasinan RT, ada 10 kelompok yasinan

bapak-bapak, dari kelompok ibu-ibu ada 3 kelompok dan satu kelompok

yasinan remaja putri dan Diba’an anak-anak di Masjid Suryawiyyah Kirig.

kemudian kegiatan keagamaan bulanan meliputi pengajian selapanan, dan

kegiatan tahunan meliputi acara pengajian perigatan hari-hari besar Islam,

peringatan Haul Mbah Suryo Kusumo, Sido Branti dan Mbah Sa’id Hirjam.

Bangunan prasarana ibadah dan pendidikan meliputi, Masjid 1 buah, Mushola

13 buah, Taman Pendidikan Al Qur’an 2 buah, Madrasah Diniyyah 1 buah.

Sebagai seorang pemimpin tentunya harus bisa menjadi panutan bagi

warganya, upaya yang dilakukan kepala desa saat ini adalah dengan

mempengaruhi dan menggerakan masyarakat untuk aktif dalam kegiatan

keagamaan yang ada di Desa Kirig. Dalam upaya mempengaruhi dan

menggerakan masyarakat kepala desa melakukan upaya pendekatan

masyarakat melalui mengisi acara pada pengajian yang diadakan di Masjid

Kirig, melakukan sidak kegiatan keagamaan yang ada di desa seperti datang

di pengajian-pengajian yang diadakan di mushola, datang di acara

muslimatan, yasinan ibu-ibu yang tersebar di Desa Kirig, hal ini dilakukan

Kepala Desa untuk mengetahui seberapa besar antusias masyarakat ikut

dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada di Desa Kirig sekaligus

47
memberi arahan,pengetahuan dan informasi tentang pentingnya

keberagamaan bagi masyarakaat.

Ajakan untuk meningkatkan keberagamaan masyarakat bukan hanya

penyampaian lisan saja melainkan dengan tindakan oleh seorang pemimpin

melalui kegiatan sehari-hari seperti Kepala Desa Kirig sering sekali

menghadiri pengajian-pengajian yang di adakan di desa, sering memimpin

tahlil yang ada di desa, melakukan sholat berjamaah bahkan ketika beliau

bertugas di kantor Balai Desa ketika waktu salat beliau segera menghentikan

aktifitasnya dan bergegas jamaah di masjid untuk menanamkan nilai-nilai

keagamaan kepada perangakatnya.

1. Gaya Komunikasi Kepala Desa dalam meningkatkan keberagamaan

masyarakat.

a. Komunikasi Dakwah

Komunikasi Dakwah adalah proses penyampaian pesan berupa

seruan atau ajakan berbuat kebajikan untuk mentaati perintah dan

menjauhi larangan Allah SWT dan Muhammad Rasulullah SAW,

kepada pihak yang lain dengan efek untuk mengubah sikap atau

tindakan. Proses tersebut dilakukan oleh seorang komunikator sebagai

pengirim pesan dan komunikasi sebagai penerima pesan. Komunikasi

dakwah yang dilakukan kepala desa adalah dengan menyampaikan

pesan berupa pemahaman tentang keagamaan dan pentingnya

meningkatkan keberagamaan di desa.

“Komunikasi dakwah yang saya lakukan adalah dengan


melakukan pengarahan memberi arahan dan pengetahuan

48
kepada masyarakat tentang pentingnya keberagamaan di Desa
Kirig, biasanya saya selalu menyampaikan pesan-pesan dakwah
pada saat mengisi acara kegiatan keagamaan di Desa
Kirig”(KD, 5 agustus 2019, pukul 9.30).

b. Bentuk Komunikasi Kepala Desa

Kegiatan komunikasi kepala desa dalam meningkatkan

keberagamaan membutuhkan pendekatan khusus agar pesan yang

disampaikan tepat sasaran.

“Dalam upaya meningkatkan keberagamaan masyarakat


saya berupaya mempengaruhi dan menggerakan masyarakat
melalui kegiatan keagamaan yang diadakan di Desa Kirig
seperti pada saat mengisi sambutan pengajian di Masjid,
mengisi acara yasinan, melakukan sidak tarling didalam
kegiatan keagamaan tersebut saya mengambil kesempatan
mengisi sambutan dengan menyampaikan pesan-pesan terkait
pentingnya keberagamaan dimasyarakat”(KD, 5 agustus 2019,
pukul 9.30).

hal ini juga di perkuat oleh pendapat dari ketua IPNU-IPPNU

“Pak kades itu sering sekali menyampaikan pesan berisi


keagamaan biasanya beliau menyampaikan pada saat acara
pengajian dimasjid itu selalu beliau isi kemudian waktu tarling
acara tarawih keliling beliau sering mengunjungi mushola-
mushola yang ada di Desa Kirig secara bergantian untuk
mengetahui seberapa banyak warganya yang ikut tarawih
kemudian pada saat selesai tarawih beliau mengisi sebentar
dengan menyampaikan pesan berupa keagamaan”(Ketua IPNU,
5 agustus 2019, pukul 20.00).

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa Kepala Desa Kirig

dalam upaya mempengaruhi masyarakat menggunakan pendekatan

masyarakat dengan memakai bentuk komunikasi kelompok pada saat

kegiatan keagamaan seperti pengajian di masjid, datang di acara

49
yasinan kelompok ibu-ibu, datang ke acara tahlilan bapak-bapak,

melakukan shafari ramadhan.

c. Proses Komunikasi

Kepala desa dalam berkomunikasi selalu menggunakan

komunikasi dua arah ini terlihat pada saat beliau mengisi acara pada

pengajian di masjid suryawiyyah kirig seperti yang disampaikan oleh

kepala desa pada saat mengisi acara pengajian.

“Pada saat mengisi sambutan biasanya saya


berkomunikasi kepada masyarakat menyampaikan pesan-pesan
berupa pemahaman tentang pentingnya keberagamaan,
menggerakan masyarakat agar selalu aktif menghadiri kegiatan
keagamaan di desa, ketika berkomunikasi saya lebih suka
menggunakan komunikasi dua arah kareana saya bisa lebih
luluasa berintraksi bukan hanya saya saja yang berbicara tapi
masyarakat juga bisa menanggapi apa yang saya
sampaikan”(KD, 5 agustus 2019, pukul 9.30).

Hal ini juga di sampaikan oleh Ketua ANSOR Ranting Kirig

“Pada saat acara pengajian pak kades mengisi sebentar


dengan berkomunikasi kepada masyarakat biasanya berisi
ajakan-ajakan untuk selalu aktif dalam kegiatan keagamaan
yang diadakan di desa membicarakan tentang peningkatan
keagamaan di desa dan terkadang juga menyampaikan
kebijakan atau program yang ada di Desa tak jarang warga
juga kadang memberi tanggapan atas apa yang dikatakan oleh
kepala desa”(Ketua GP ANSOR, 6 agustus 2019, pukul 15.00).

Dalam mengisi kegiatan keagamaan Kepala Desa Kirig

terkadang juga menggunakan komunikasi satu arah untuk memberikan

pesan himbauan dan permintaan seperti yang disampaikan oleh

Sekertaris Desa sebagai berikut:

50
“Pak kades itu dulu pernah waktu mengisi pengajian
beliau memberi himbauan kepada tokoh masyarakat di Desa
Kirig beliau meminta dengan tegas agar para kyai atau ustad
yang ada di desa ketika mau menyampaikan ceramah atau
khotbah dilarang mengandung unsur sara dan dilarang
ceramah yang mengandung unsur isi yang ada kaitannya
dengan politik”(SD, 5 agustus 2019, pukul 13.00).

Hal ini juga disampaikan oleh Ketua GP ANSOR sebagai berikut:

“Biasanya pak kades sering sekali menyampaikan pesan


pada saat akhir sambutan itu beliau sering meminta kepada
masyarakat agar selalu aktif dalam kegiatan keagamaan di
Desa Kirig, beliau juga meminta kepada organisasi islam di
desa seperti IPNU-IPPNU, GP ANSOR, Takmir Masjid untuk
tetap mempertahankan kegiatan yang sudah berjalan dan kalau
bisa lebih dikembangkan lagi untuk memuat ide-ide baru dalam
membuat acara sosial keagamaan yang dapat meningkatkan
keberagamaan masyarakat”(Ketua GP ANSOR, 6 Agustus
2019, pukul 15.00).

Kepala desa dalam berkomunikasi ternyata tidak hanya

menggunakan komunikasi dua arah tetapi juga menggunakan

komunikasi satu arah, kepala desa menggunakan komunikasi satu arah

hanya pada saat ingin memerintah atau ada kehendak yang memang

harus dilaksanakan.

d. Jenis Komunikasi Yang Di Pakai Kepala Desa

Dalam upaya menyampaikan pesan agar dapat tersampaikan

dengan baik kepala desa juga perlu menggunakan komunikasi verbal

dan nonverbal untuk mendukung proses penyampaian pesan.

“Saya ketika berkomunikasi dengan warga saya lebih


sering menggunakan bahasa jawa karena penduduk desa kirig
mayoritas menggunakan bahasa jawa sebagai alat untuk
berkomunikasi. Apa lagi kalau sedang mengisi acara
keagamaan, kebanyakan yang hadir kaum sepuh ya saya harus

51
menyesuaikan bahasa dan menghindari bahasa yang sulit
dimengerti agar pesan yang saya sampaikan dapat dipahami
dan diterima dengan baik oleh semua kalangan”(KD, 5 agustus
2019, pukul 10.00).

Kepala desa dalam melakukan proses komunikasi menggunakan

bahasa jawa menyesuaikan dengan msayarakat yang ada di Desa Kirig

yang sehari-harinya menggunakan bahasa jawa sebagai alat

komunikasi.

“Orang kalo berkomunikasi itu ndak Cuma ngomong tok


menyampaikan pesan, pasti orang kalo berkomunikasi tidak
lepas dari gerakan tubuh, mimik wajah. Saya kalo sedang
berkomunikasi dengan masyarakat itu berusaha memasang
wajah yang tidak kaku seperti senyum menghindari gerakan
tangan yang menunjuk menurut saya itu tidak baik, terus nanti
kalo saya datang memasang wajah yang cemberut garang
belum apa-apa masyarakat nanti jadi hilang respek dengan
saya jadi malas mendengarkan apa yang saya sampaikan,
kemudian penekanan suara itu juga penting digunakan semisal
ketika saya mau mencari perhatian dari pendengar seperti, buk
pak dengerin saya, itu biasanya saya agak memberi penekanan
suara supaya mereka tidak bosen dan merespon pesan
saya”(KD, 5 agustus 2019, pukul 10.00)

Hal ini juga diungkapkaan oleh ibu wiwit Ketua Muslimat:

“Pak Kedes itu orangnya gampang senyum jadi kalo


sedang ngisi acara pengajian gitu kayak pengajian kemarin
belum apa-apa dia sudah senyum sendiri jadi kita yang liat juga
ikut kebawa senyum”(KM, 19 agustus 2019, pukul 19.00).

Dari hasil wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa kepala desa

dalam proses menyampaikan pesan tak lepas dari komunikasi verbal

dan nonverbal, komunikasi verbal yang digunakan berupa bahasa

yang digunakan sebagai alat komunikasi. Dalam berkomunikasi tidak

hanya menyampaikan pesan melalui suara saja tetapi komunikasi

52
nonverbal sangat berpengaruh dalam proses penyampaian pesan,

seperti yang dijelaskan oleh kepala desa di atas bahwa dalam

berkomunikasi beliau selalu memasang wajah yang ceria selalu

tersenyum, menggunakan penekanan suara dan gerakan tubuh untuk

memperjelas maksud pesan yang disampaikan.

e. Tanggapan Mengenai Gaya Komunikasi Kepala Desa Dalam

Meningkatkan Keberagmaan Masyarakat

Dalam upaya mempengaruhi dan menggerakan masyarakat

kepala desa telah melakukan segala cara salah satunya adalah mengisi

acara keagamaan di desa seperti pengajian yang diadakan di masjid,

melakukan sidak pengajian Tahlilan bapak-bapak di selurh RT yang

tersebar di Desa Kirig, hadir dalam pengajian yasinan muslimatan

ibu-ibu di Desa Kirig, melakukan safari ramadhan, dari kegiatan itulah

beliau melakukan upaya untuk mengarahkan, mendorong dan

menggerakan masyarakat di Desa Kirig sama-sama meningkatkan

kualitas keberagamaan di Desa Kirig. Berikut tanggapan dari Tokoh

Masyarakat yang ada di desa Kirig:

“Pak kepala desa itu kalo dalam bidang keagamaan


beliau termasuk orang yang peduli biasanya beliau sering hadir
pada acara tahlilan di desa sering dikunjungi secara
bergantian, pesaan yang disampaikan itu biasanya suka tanya
yang tidak hadir dalam pengajian siapa aja terus pernah
melakukan pengarahan tentang keagamaan misal nek arep
lungo tahlilan ki kudu seng ikhlas niat mergo ngaji golek
ganjaran ojo mung golek panganan, terus nek mangkat tahlilan
iku kebiasaane wong mesti takon metu gone sopo, wah metu
gone pak selamet wonge sugeh mesti mangane enak terus akeh

53
seng do mangkat, giliran metu gone tanggane seng wong biasa
ae wegah do teko. terus beliau juga selalu berpesan ketika jatuh
giliran tahlilan misal ada tetangganya yang kurang mampu bisa
dibantu untuk iuran buat beli konsumsi para jamaah yang hadir
sehingga tidak memberatkan tuaan rumah yang dapat giliran
tahlilan, penyampaian dari pak kades sangat baik beliau selalu
terbuka kalo ngomong juga tidak kaku sering diselengi guyonan,
ya kaya ngobrol diskusi biasa. berkat adanya pengarahan dari
pak kepala desa sekarang tahlilan banyak yang sering datang
terus kalau ada jatah giliran dapet tahlilah ya dapat uang
konsumsi dari warga biar tidak memberatkan”(Ketua RT, 9
Agustus 2019, pukul 16.00).

Dari hasil wawancara dengan Ketua RT dapat disimpulkan

bahwa pesan yang disampaikan kepala desa telah sampai di

masyarakat sehingga terjadi dampak yaang positif seperti banyak

bapak-bapak yang mau mengikuti tahlilan dan setiap warga yang

mendapat jatah giliran tahlilan mendapat uang konsumsi hasil dari

iuran warga agar tidak memberatkan tuan rumah yang mendapat

giliran tahlilan.

Hal ini juga disampaikan oleh Ketua Muslimat Desa Kirig sebagai

berikut:

“Pak Kades itu pernah menghadiri acara pengajian


muslimat kebetulan dulu pas dapat giliran di rumah saya, beliau
hadir untuk memantau seberapa banyak ibu-ibu yang aktif ikut
muslimat di desa, terus menyampaikan pengarahan agar aktif
dalam kegiatan keagamaan yang diadakan di Masjid Kirig,
beliau juga meminta untuk mengajak ibu-ibu atau tetangga yang
belum ikut gabung dalam pengajian diminta untuk gabung, pak
kades kalo sedang melakukan pengarahan ya seperti orang
ngobrol jagong biasa sama banyak orang , beliau santai tapi
tegas, kami juga tidak merasa bosen ketika beliau sedang bicara
malah banyak yang mendengarkan dan kadang juga banyak
yang bertanya,berkat pengarahan dari pak kades alhamdulillah
sekarang jamaah muslimatnya jadi bertambah dulu pengajian
ibu-ibu disini Cuma ada 1 kelompok yang dipimpin Ibu Hj. Ulin
sekarang ada sekitar 3 kelompok yang tersebar di Desa Kirig.

54
terus kalau ada kegiatan pengajian di masjid kami juga banyak
yang datang misalkan harinya pas sama dengan kita ya kita
mulai yasinan leih awal supaya setelah selesai kami bisa
langsung datamg kemasjid menghadiri pengajian sama-
sama”(WW, 9 agustus 2019, pukul 17.00).

Berdasarkan penjelasan dari ketua muslimat desa kirig dapat di

jelaskan bahwa banyak ibu-ibu yang senang dengan cara penyampaian

kepala desa yang terkesan santai tapi tegas untuk mengarahkan

sehingga menimbulakan dampak positif bagi ibu-ibu jamiyyah

sekarang menjadi lebih aktif dalam kegiatan keagamaan yang

diadakan di Desa Kirig.

“Pak kades sering melakukan arahan kepada warganya


melalui sambutan pas acara pengajian yang diadakan di Masjid
Kirig, biasanya pas sambutan itu pak kades gunakan untuk
berbicara kepada jamaah yang dibicarakan ya tentang
perkembangan keagamaan di desa, beliau meminta kepada
masyarakat untuk selalu aktif di kegiatan keagamaan yang ada
di desa ,saya suka cara beliau menyampaikan sambutan biasaya
sambutan itu kan kepala desa Cuma ngomnong menyampaikan
pesan habis itu sudah, tapi kalau pak kades itu beda
sambutannya ya berintraksi dengan masyarakat berdiskusi
dengan masyarakat untuk membuat usulan-usulan kegiatan
keagamaan berdasarkan kesepakatan bersama misalkan dulu
pernah pak kades meminta kepada saya selaku pengelola masjid
untuk diaktifkan tadarusan setiap bada magrib khusus anak-
anak yang masih sekolah, kemudian kegiatan diba’an setiap
malam minggu di masjid itupun di diskusikan kepada
masyarakat membuat kesepakatan kepada warga kemudian
meminta kepada para orang tua untuk menyuruh anaknya agar
ikut tadarusan dan diba’an di majid, sampaik sekarang
alhamdulillah terlaksana, jamaah yang datang juga semakin
banyak biasanya tidak sampai full serambi masjid sekarang
alhamdulillah full, dulu malah kaum laki-laki jarang yang ikut
kegiata keagamaan pengajian di masjid alhamdulillah sekarang
sudah mulai banyak yang hadir”(Takmir masjid, 10 Agustus
2019, pukul 16.00)

55
Berdasarkan penjelasan dari takmir masjid dapat disimpulkan

bahwa gaya komunikasi kepala desa melalui sambutan yang bersifat

dua arah dan melibatkan masyarakat berjalan dengan efektif ditandai

dengan semakin banyaknya jamaah yang datang ke masjid, yang

dahulunya masjid hanya digunakan sebagai ibadah solat saja sekarang

lebih hidup berkat adanya tadarusan setiap selesai solat magrib khusus

bagi anak-anak dan diba’an yang dilakukan setiap malam minggu

setiap selesai solat isya di Masjid Kirig.

2. Faktor Pendukung Kepala Desa Dalam Meningkatkan Keberagamaan

Masyarakat

Faktor pendukung Kepala Desa dalam meingkatkan keberagamaan

masayarakat sebagai berikut:

a. Kewibawaan

Kepala Desa Kirig Bapak Kaharyudi dikenal sebagai sosok

pemimpin yang dekat dengan warganya, karena sifatnya yag ramah,

murah senyum, suka berbaur dengan warganya seperti yang

diungkapkan oleh Ketua RT sebagi berikut.

“pak kades itu orangnya sederhana, baik, sering


menyapa warganya juga. suka berbaur ngobrol jagong bareng
dengan warganya, apa lagi pas ada acara pegajian dimasjid
beliau itu kalau sudah selesai acara pengajian tidak langsung
pulang tetapi ngobrol dulu dengan warganya, terus beliau itu
juga termasuk pemimpin yang tulus melayani warganya,
misalnya saja kalau ada warga yang membutuhkan beliau
ketika ada masalah entah itu masalah administrasi minta tanda
tangan atau ada persoalan lain yang membutuhkan solusi dari
kepala desa beliau selalu siap melayani baik di kelurahan

56
maupun di rumah di luar jam kerja juga beliau tetap dengan
senang hati melayani. intinya pak kades itu mudah ditemui”(TB,
9 oktober 2019, pukul 16.00).

Hal ini juga disampaikan oleh ketua GP ANSOR di Desa Kirig:

“pak kades itu termasuk orang yang peduli beliau


sering sekali hampir selalu datang di acara-acara keagamaan
di Desa Kirig. Sering terlihat jamaah juga di masjid.pas ada
acara safari ramadhan itu beliau juga ikut terjun langsung
datang kemushola – mushola untuk memberikan arahan kepada
warganya bersama remaja masjid lainya. ketika kita mau
mengadakan acara di desa juga beliau selalu megizinkan”(SH,
6 agustus 2019, pukul 15.00).

seorang pemimpin desa yang baik tentunya harus memiliki jiwa

kepedulian yang tinggi, sepenuhnya melayani masyarakat demi

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di desa. Hal ini sudah

tergambar dari sosok kepala desa di desa kirig yang mempunyai sifat

kepedulian yang tinggi, sosok yang sederhana dan mau berbaur

dengan masyarakat membuat kewibawaan sebagai seorang kepala

desa menjadi baik dimata masyarakat.

b. Kekuasaan

Sebagai seorang Kepala Desa mempunyai peran sebagai

pemimpin tertinggi di desa, sehingga kepala desa mempunyai kuasa

untuk memerintah mengarahkan dan menggerakan warganya sesuai

tujuan yang hendak dicapai oleh pemerintah desa.

“kekuatan saya ya karena saya disini menjabat sebagi


kepala desa punya legalitas seorang pemimpin sehingga saya
mempunyai wewenang untuk mengatur dalam memberdayakan
masyarakat. kalo saya bukan kepala desa ya mana mungkin

57
saya berani mengatur masyarakat, tetapi bukan berarti saya ini
sebagai pemimpin utama terus dengan seenaknya saya
menyuruh-nyuruh ya tidak itu nggak baik, walaupun saya
sebagai pemimpin saya masih sama saya juga warga Desa
Kirig. Sebagai seorang pemimpin itu bukan cuma menyuruh tapi
harus bisa jadi teladan dan contoh yang baik, kalo saya
menyuruh warga untuk aktif dalam kegiatan keagamaan di desa
ya sebelum menyuruh saya juga harus ikut aktif dalam kegiatan
keagamaan di desa” (KH, 6 agustus 2019, pukul 09.00).

Kepala Desa adalah pemimpin utama yang menyelenggarakan

roda pemerintahan desa dan bertanggung jawab untuk membina

kehidupan masyarakat desa, menjadi seorang pemimpin tentunya tidak

hanya bisa mengatur bawahanya saja untuk mencapai tujuan yang di

inginkan. seperti Kepala Desa di Desa Kirig yang menggunakan

kekuasaanya sebagai pemimpin untuk mengarahkan dan menggerakan

masyarakat agar memajukan desa terutama pada bidang keagamaan,

kepala desa juga harus bisa memberi contoh yang baik bagi

masyarakat.

3. Faktor Penghambat Kepala Desa Kirig Dalam Meningkatkan

Keberagamaan Masyarakat

Faktor penghambat kepala desa dalam meningkatkan

keberagamaan masyarakat sebagai berikut:

a. Tingkat Pemahaman Masyarakat

Rendahnya pendidikan masyarakat menbuat tingkat pemahaman

tentang keagamaan masyarakat di Desa Kirig masih kurang.

58
“penghambatnya itu dari kesadaran masyarakat sendiri,
pemahaman tentang keagamaan mereka yang penting sholat,
puasa, zakat. jadi kalau untuk menghadiri kegiatan keagamaan
seperti pengajian masih kurang bersemangat, padahal dengan
melakukan pembinaan keagamaan masyarakat dengan
mengadakan kegiatan keagamaan seperti pengajian,
memperingati hari besar ini tujuannya untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat agar kehidupan masyarakat ini terhindar
dari perbuatan yang tidak baik seperti tindakan asusila, agar
masyarakat terhindar dari minuman keras, berjudi, mencuri
hal-hal semua ini berkat pemahaman tentang keagamaanya kuat
sehingga terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh
agama”(KD, 6 agustus 2019, pukul 09.00).

Tingkat pemahaman akan pentingnya keberagamaan di Desa

Kirig menjadi faktor penghambat kepala desa dalam upaya

meningkatkan keberagamaan masyarakat. tingkat pemahaman

masyarakat hanya sebatas menunaikan ibadah wajib menjadikan

masyarakat tidak begitu mementingkan kegiatan keagamaan lainnya.

a. Partisipasi Masyarakat

“Masih kurangnya minat warga untuk datang diacara


kegiatan keagamaan yang ada di Desa Kirig, jadi kalo dari kita
sudah berupaya meningkatkan keberagamaan melalui banyak
mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan tapi warganya ndak
ada yang dateng kan kasihan yang sudah bikin acara tapi tidak
ada yang datang.kebanyakan warga desa kirig ini pekerjaannya
sebagai buruh pbrik dan petani mereka maasih beranggapan
bahwa keagamaan mereka hanya sebatas solat puasa dan zakat,
seng penteng kewajiban sudah dilaksanakan sehingga tidak ada
ketertarikan untuk datang di acara kegiatan keagamaan karena
mereka berfikir waktunya sudah habis untuk bekerja jadi sudah
capek”(KD, 6 agustus 2019, pukul 09.00)

Faktor penghambat kepala desa dalam meningkatkan

keberagamaan masyarakat yaitu kurangnya pertisipasi masyarakat

dalam mengikuti kegiatan keagamaan di Desa Kirig. Pekerjaan

59
merupakan alasan pertama bagi masyarakat di Desa Kirig enggan

untuk hadir dalam kegiatan keagamaan. mayoritas warga di Desa

Kirig bekerja sebagai butuh pabrik dan petani waktunya sudah habis

untuk bekerja dan tidak ada waktu untuk menghadiri kegiatan

keagamaan ang ada di desa.

B. Pembahasan

1. Gaya Komunikasi Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Meningkatkan

Keberagamaan Masyarakat

Dalam upaya mempengaruhi dan menggerakan masyarakat kepala

desa membutuhkan komunikasi yang efektif agar pesan yang disampaikan

dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Gaya komunikasi merupakan

cara penyampaian dan gaya bahasa yang baik. Gaya yang dimaksud

sendiri dapat bertipe verbal yang berupa kata-kata atau nonverbal, bahasa

badan, penggunaan waktu, dan penggunaan ruang dan jarak. Gaya

komunikasi pemipin merupakan hal yang sangat penting dan harus

diperhatikan oleh pemimpin. Kemampuan seorang pemimpin dalam

menentukan gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor penentu

dalam keberhasilan suatu organisasi (Damayanti: 266).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan kepada

Kepala Desa Kirig yang mana di dalam melakukan komunikasi

menemukan gaya komunikasi yang dianggap cocok untuk digunakan

dalam upaya meningkatkan keberagamaan masyarakat. Ada enam gaya

60
komunikasi menurut Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss, yaitu The

Controlling Style (Gaya Komunikasi Mengendalikan), The Equalitarian

Style (Gaya Komunikasi Dua Arah), The Structuring Style (Gaya

Komunikasi Berstruktur), The Dynamic Style (Gaya Komunikasi

Dinamis), The Relingquishing Style, The Withdrawal Style (Suryanto,

2015: 321). Dari ke enam gaya tersebut, gaya komunikasi yang dilakukan

Kepala Desa mengacu pada gaya komunikasi The Equalitarian Style dan

The Controlling Style.

a. Gaya Komunikasi The Equilitarian Style

Gaya komunikasi The Equalitarian Style adalah adanya

landasan kesamaan, ditandai dengan berlakunya arus penyebaran

pesan-pesan verbal secara lisan ataupun tulisan yang bersifat dua arah.

Ciri-ciri orang yang menggunakan gaya ini adalah orang yang

memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina

hubungan yang baik dengan orang lain (Suryanto, 2015, 320).

Gaya komunikasi The Equalitarian Style yang digunakan kepala

desa merupakan gaya komunikasi yang paling tepat digunakan.

Kegiatan komunikasi kepala desa dalam meningkatkan keberagamaan

masyarakat yaitu dengan melakukan pendekatan masyarakat melalui

jenis komunikasi kelompok pada acara pengajian baik yang diadakan

di masjid, mushola dan jamiyah lainnya. Dengan melalui komunikasi

kelompok kepala desa bisa berintraksi berkomunikasi dengan banyak

61
masyarakat dengan suasana yang rileks sehingga apa yang

disampaikan bisa mengenai sasaran banyak masyarakat.

Hal ini juga ditandai dengan proses komunikasi kepala desa

yang sering menggunakan komunikasi dua arah dimana terjadi timbal

balik atau respon terhadap pesan yang disampaikan kepala desa.

Kedua pihak berperan aktif saling berkesinambungan dan memberikan

respon terhadap pesan yang dikirimkan satu sama lain.

Selain itu kepala desa dalam berkomunikasi ditandai dengan

adanya arus komunikasi verbal secara lisan menggunakan bahasa jawa

sebagai sarana dalam berkomunikasi, karena mayoritas penduduk

desa sehari-hari menggunakan Bahasa Jawa sehingga baik kepala desa

maupun masyarakat dapat memahami pesan yang disampaikan.

Bahasa merupakan faktor paling penting dalam berkomunikasi, baik

komunikator maupun komunikan harus sama-sama memahami bahasa

yang digunakan sehingga pesan dapat tersampaikan dan mendapat

respon sesuai apa yang disampaikan. Kepala desa dalam

menyampaikan pesan juga tidak lepas dari komunikasi nonverbal

melalui nada penyampaian, ekspresi wajah dan gerakan tubuh lainya

untuk memperjelas pesan yang disampaikan agar masyarakat dapat

dengan mudah memahami.

Sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina

hubungan yang baik antara kepala desa dengan masyarakat juga

terlihat pada saat komunikasi berlangsung, seringnya kepala desa

62
menanyakan kabar ketika memulai proses komunikasi membuat

masyarakat ini menjadi nyaman ketika sedang berkomunikasi

sehingga mampu menciptakan hubungan yang baik antara kepala

desa dengan masyarakat.

Gaya komunikasi mengendalikan (The Controlling Style) juga

telah digunakan kepala desa untuk menyampaikan pesan yang sifatnya

mengarahkan atau mengendalikan. Gaya komunikasi ini lebih

memusatkan perhatian pada pengirim pesan dibandingkan dengan

upaya untuk berharap adanya perhatian pada umpan balik.

b. Gaya Komunikasi The Controlling Style

Gaya komunikasi The controlling style yang digunakan kepala

desa dalam meningkatkan keberagamaan merupakan pilihan gaya

komunikasi yang strategis untuk menyampaikan pesan yang sifatnya

mengarahkan atau mengendalikan. Kepala desa menggunakan gaya

komunikasi The controlling style ditandai dengan adanya permintaan

khusus dari kepala desa meminta kepada masyarakat untuk selalu

aktif menghadiri acara kegiatan keagamaan di Desa Kirig, dan

meminta kepada Remaja Masjid, IPNU IPPNU, GP ANSOR untuk

bisa mempertahankan kegiatan keagamaan yang sudah berlangsung

dan selalu membuat kegiatan keagamaan baru yang dapat

meningkatkan keberagamaan masyarakat.

63
Kemudian kepala desa juga menggunakan kekuasaannya

sebagai pemimpin tertinggi di desa untuk mengendalikan ditandai

dengan adanya satu kehendak atau memaksa dan mengatur prilaku

sesorang seseorang seperti kepala desa mengatakan dengan tegas

menggunakan suara yang lebih tegas meminta kepada semua tokoh

masyarakat ustad kyai ketika sedang ceramah dan khotbah dilarang

menyampaikan materi yang mengandung unsur sara, dan mencampur

adukan ceramah dengan politik. Meskipun gaya komunikasi The

Controlling Style yang dipakai kepala desa dirasa strategis dalam

penyampaian pesan yang bersifat mengarahkan dan mengendalikan.

Namun bukan berarti tanpa hambatan. Tentu ini menimbulkan

kekhawatiran jika pesan-pesan ini tidak diterima dengan baik oleh

masyarakat.

Seperti paradikma Laswell yang menunjukan bahwa komunikasi

terdapat lima unsur yaitu Siapa mengatakan apa dengan saluran apa

kepada siapa dengan efek bagaimana ? (who says what in which

chanel to whom with what effect ?). Jadi proses komunikasi dalam

upaya meningkatkan keberagamaan yang berperan sebagai

komunikator adalah Kepala Desa Kirig, isi pesan berupa pemahaman

dan ajakan untuk meningkatkan keberagamaan masyarakat. Melalui

media komunikasi lisan kata-kata yang terstruktur sedangkan yang

berperan sebagai komunikan adalah masyarakat Desa Kirig dan efek

64
berupa dampak setelah pengiriman pesan yang disampaikan oleh

Kepala Desa Kirig kepada masyarakat.

Efek yang timbul setelah kepala desa menyampaikan pesan

berupa semakin meningkatnya keberagamaan masyarakat hal ini

ditandai dengan prilaku keberagamaan dari masyarakat di Desa Kirig,

sudah banyak masyarakat yang mau menghadiri pengajian-pengajian

yang diadakan di Desa Kirig, mulai banyak anak-anak yang mau

mengaji tadarusan di mushola-mushola yang tersebar di Desa Kirig,

banyak ibu-ibu yang sebelumnya tidak ikut kegiatan yasinan sekarang

menjadi ikut yasinan, dan semakin banyak anak-anak yang

mengenyam pendidikan keagamaan tingkat diniyyah.

c. Efektifitas Gaya Komunikasi Kepala Desa

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada Kepala

Desa Kirig mengenai gaya komunikasi yang dipakai untuk

mempengaruhi dan menggerakan dalam upaya meningkatkan

keberagamaan masyarakat, gaya komunikasi The Equilitarian Style

jauh lebih disenangi masyarakat karena Gaya komunikasi yang

digunakan kepala desa dalam meningkatkan keberagamaan ini ialah

The Equalitarium style yakni gaya yang mengusung asas kesamaan

dan keterbukaan. Dalam gaya ini, tindak komunikasi dilakukan secara

terbuka. Artinya, setiap komunikasi dapat mengungkapkan gagasan

ataupun pendapat dalam suasana rileks, santai dan informal dalam

65
situasi seperti itu setiap orang akan mencapai kesepakatan dan

pengertian bersama. Gaya ini mampu membina hubungan yang baik

bagi kepala desa dengan masyarakat dan efektif digunakan dalam

memelihara empati dan kerja sama

Gaya ini juga sesuai dengan ayat Alquran surah Al-Isra’ ayat 53

ُ‫طانَ َي ْنزَ غ‬
َ ‫ش ْي‬
َّ ‫س ُن ۚ ِّإ َّن ال‬ َ ‫َوقُ ْل ِّل ِّع َبادِّي َيقُولُوا الَّ ِّتي ِّه‬
َ ‫ي أ َ ْح‬

ۚ ‫بَ ْينَ ُه ْم‬


Artinya: Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku:

"Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar).

Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara

mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi

manusia (Q.S Al-Isra’ : 53).

Terbukti dengan memakai gaya komunikasi The Equilitarian

Style menimbulakan efek yang positif berupa meningkatnya

keberagamaan masyarakat di Desa kirig Mejobo Kudus. Indikator

efektifitas gaya komunikasi The Equilitarian Style sebagai berikut:

1) Semakin banyak kegiatan keagamaan di Desa Kirig

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneiliti

menemukan data berupa program kegiatan keagamaan mulai

tahun 2012 sampai 2019 sebagai berikut.

66
Tabel 4.1 Kegiatan Keagamaan di Desa Kirig Mejobo Kudus

Tahun Nama Kegiatan

Tahun 2013  Yasinan kelompok Ibu-

ibu

 Tahlilan kelompok

bapak-bapak

 Pengajian Maulid Nabi

SAW

 Pengajian Isra’Mi”raj

 Pengajian Haul Mbah

Hamzah Ngrapyak

 Pengajian Barian

 Kegiatan

Ramadhan(pengajian

Ahad Pagi, Pengajian

Nuzulul Qur’an,

Santunan Anak Yatim)

Tahun 2014  Yasinan kelompok Ibu-

ibu

 Tahlilan kelompok

bapak-bapak

 Pengajian Maulid Nabi

67
SAW

 Pengajian Isra’Mi”raj

 Pengajian Haul Mbah

KH. Ahmad Sa’id bin

Irjam

 Pengajian Barian

 Pengajian Kebangsaan

17 Agustus

 Kegiatan Ramadhan

(pengajian Ahad Pagi,

Pengajian Nuzulul

Qur’an, Santunan Anak

Yatim)

Tahun 2015  Yasinan kelompok Ibu-

ibu

 Tahlilan kelompok

bapak-bapak

 Pengajian Maulid Nabi

SAW

 Pengajian Isra’Mi”raj

 Pengajian Haul Mbah

KH. Ahmad Sa’id bin

68
Irjam

 Pengajian Barian

 Pengajian Kebangsaan

17 Agustus

 Kegiatan Ramadhan

(pengajian Ahad Pagi,

Pengajian Nuzulul

Qur’an, Santunan Anak

Yatim, Safari

Ramadhan, Takbir

Keliling)

Tahun 2016  Yasinan kelompok Ibu-

ibu

 Tahlilan kelompok

bapak-bapak

 Pengajian Maulid Nabi

SAW

 Pengajian Isra’Mi”raj

 Pengajian Haul Mbah

KH. Ahmad Sa’id bin

Irjam

 Pengajian Barian

 Pengajian Kebangsaan

69
17 Agustus

 Kegiatan Ramadhan

(pengajian Ahad Pagi,

Pengajian Nuzulul Qur’an,

Santunan Anak Yatim, Safari

Ramadhan, Takbir Keliling)

 Pengajian Tirakatan

 Pengajian Malam 1

Muhharom

 Pengajian Selapanan

Tahun 2017  Yasinan kelompok Ibu-

ibu

 Tahlilan kelompok

bapak-bapak

 Pengajian Maulid Nabi

SAW

 Pengajian Isra’Mi”raj

 Pengajian Haul Mbah

KH. Ahmad Sa’id bin

Irjam

 Pengajian Barian

 Pengajian Kebangsaan

17 Agustus

70
 Kegiatan Ramadhan

(pengajian Ahad Pagi,

Pengajian Nuzulul Qur’an,

Santunan Anak Yatim, Safari

Ramadhan, Takbir keliling)

 Pengajian Tirakatan

 Pengajian Malam 1

Muhharom

 Pengajian Selapanan

Tahun 2018  Yasinan kelompok Ibu-

ibu

 Tahlilan kelompok

bapak-bapak

 Pengajian Maulid Nabi

SAW

 Pengajian Isra’Mi”raj

 Pengajian Haul Mbah

Sido Branti

 Pengajian Haul Mbah

KH. Ahmad Sa’id bin

Irjam

 Pengajian Barian

 Pengajian Kebangsaan

71
17 Agustus

 Kegiatan Ramadhan

(pengajian Ahad Pagi,

Pengajian Nuzulul Qur’an,

Santunan Anak Yatim, Safari

Ramadhan, takbir keliling)

 Pengajian Tirakatan

 Pengajian Malam 1

Muhharom

 Pengajian Selapanan

 Ngaji Kitab setiap

malam kamis dan jumat

 Tadarusan Anak-anak

 Kumpulan yasinan

remaja Desa Kirig

 Diba’an Anak-anak

setiap malam sabtu

Tahun 2019  Yasinan kelompok Ibu-

ibu

 Tahlilan kelompok

bapak-bapak

 Pengajian Maulid Nabi

SAW

72
 Pengajian Isra’Mi”raj

 Pengajian Haul Mbah

Sido Branti

 Pengajian Haul Mbah

KH. Ahmad Sa’id bin

Irjam

 Pengajian Barian

 Pengajian Kebangsaan

17 Agustus

 Kegiatan Ramadhan

(pengajian Ahad Pagi,

Pengajian Nuzulul Qur’an,

Santunan Anak Yatim, Safari

Ramadhan, Takbir keliling)

 Pengajian Tirakatan

 Pengajian Malam 1

Muhharom

 Pengajian Selapanan

 Ngaji Kitab setiap

malam kamis dan jumat

 Tadarusan Anak-anak

 Kumpulan yasinan

remaja Desa Kirig

73
 Diba’an Anak-anak

setiap malam sabtu

Data di atas menunjukan bahwa kegiatan-kegiatan

keagamaan yang ada di Desa Kirig dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan. Kegiatan keagamaan merupakan faktor

penting untuk menciptakan kehidupan yang agamis dan islami,

mengingat pentingnya perbaikan masyarakat diera seperti

sekarang ini, maka kegiatan keagamaan sebagai salah satu upaya

untuk mengatasi masalah merosotnya akhlak umat islam haruslah

dilaksanakan secara menyeluruh ke seluruh lapisan masyarakat.

Kepala Desa Kirig dalam melaksanakan kegiatan keagamaan

tentu tidak sendiri melainkan dengan menggandeng Pemuda Desa

Kirig, IPNU-IPPNU, GP ANSOR dan Tokoh Agama untuk aktif

semangat mengadakan kegiatan keagamaan yang bertujuan untuk

sama-sama menciptakan kehidupan yang agamis serta masyarakat

terhindar dari perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma

agama di Desa Kirig Mejobo Kudus. Seperti yang dikatakan oleh

ketua IPNU-IPPNU Ranting Kirig bahwa Kepala Desa Kirig

selalu memberikan arahan pembinaan kepada para pemuda

maupun lembaga keagamaan di Desa Kirig untuk sama-sama

bersinergi untuk menciptakan kehidupan yang agamis dan islami

bahkan Kepala Desa Kirig selalu ikut andil membantu dalam

74
mewujudkan acara kegiatan keagamaan baik secara material

maupun nonmaterial sehingga para pemuda, IPNU-IPPNU dan

GP ANSOR serta yang lainnya menjadi semangat untuk

mengadakan kegiatan keagamaan di Desa Kirig.

2) Respon Masyarakat Dalam Menghadiri Kegiatan Keagamaan di

Desa Kirig

Respon masyarakat dalam menghadiri kegiatan keagamaan

di Desa Kirig semakin baik, seperti yang dikatakan oleh Ketua

GP ANSOR bahwa masyarakat di Desa Kirig dulunya masih

kurang antusias untuk mendukung dan menghadiri acara kegiatan

keagamaan yang diadakan di Desa kirig, sedikit masyarakat yang

mau berjamaah di masjid dan mushalla, kurang berfungsinya

masjid/mushalla bagi kegiatan anak-anak/remaja masjid hampir

sepanjang tahun (kecuali bulan puasa), merupakan salah satu

indikator suasana hidup beragama yang kurang makmur. Tetapi

seiring berjalannya waktu seringnya kepala desa melakukan

pengarahan pembinaan untuk meningkatkan keberagamaan

masyarakat dan mewujudkan masyarakat yang religius dan islami

kepada semua lapisan masyarakat di Desa Kirig pada waktu

kegiatan keagamaan membuat masyarakat semakin sadar dan mau

menghadiri kegiatan keagamaan yang diadakan di Desa Kirig.

Secara khusus, suasana hidup beragama pada masyarakat di Desa

Kirig mulai berjalan optimal, kegiatan-kegiatan yang bernuansa

75
Islam secara massal banyak dilakukan masyarakat. Kegiatan salat

berjamaah, menghadiri majlis taklim, peringatan hari-hari besar

Islam yang dilengkapi dengan berbagai jenis perlombaan, suasana

silaturahmi antar warga yang intens, kehidupan yang aman

tenteram.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dalam

waktu satu tahun menemukan adanya peningkatan jamaah yang

hadir dalam setiap kegiatan keagamaan di Desa Kirig seperti

kegiatan pengajian-pengajian yang di adakan di Masjid Kirig

yang menghadiri tidak hanya masyarakat sekitar masjid.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Kepala Desa dalam

Meningkatkan Keberagamaan Masyarakat.

Faktor pendukung dan penghambat kepala desa dalam

meningkatkan keberagmaan masyarakat terdiri atas:

Faktor pendukung meliputi; a) Kekuasaan; Kekuasaan hal ini

menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi peran Kepala Desa

Kirig dalam meningkatkan keberagamaan masyarakat, karena tanpa

kekuasaan maka Kepala Desa Kirig tidak memiliki kekuatan, legalitas dan

otoritas untuk mempengaruhi dan menggerakan bawahannya atau

masyarakat untuk mencapai tujuan yang di inginkan. b) Kewibawaan;

Kewibawaan dalam memimpin Kepala Desa Kirig adalah sosok pemimpin

yang dekat dengan warganya, bahkan setiap ada kegiatan keagamaan

76
seperti pengajian Kepala Desa Kirig selalu duduk berbaur dengan

warganya. Kepala desa juga mempunyai sikap kepedulian yang tinggi hal

ini ditandai dengan pelayanan masyarakat yang berurusan dengan

administrasi ataupun ketika ada masalah dan membutuhkan bantuan dari

Kepala Desa selalu dilayani bukan hanya di kantor kelurahan tetapi kepala

desa juga melayani dirumah, serta mau menerima masukan-masukan dari

warganya dan mudah menerima perubahan. Kewibawaan seorang

pemimpin sangat berpengaruh bagi masyarakat, ketika maasyarakat sudah

mengenal sosok pemimpin mempunyai kewibawaan yang baik tentunya

masyarakat juga tak segan mau menerima arahan yang disampaikan oleh

Kepala Desa Kirig.

Faktor peghambat kepala desa dalam meningkatkan keberagmaan

masyarakat meliputi:. a) Kurangnya pemahaman; Masih minimnya

pemahaman tentang pentingnya mengikuti kegiatan keagamaan, sebagian

masyarakat Desa Kirig merupakan masyarakat yang basis kultural dimana

pemahaman yang dimiliki baru sebatas pentingnya menjalankan kewajiban

syariat agama yang bersifat rutinitas seperti (sholat, puasa, Zakat), namun

belum begitu memahami pentingnya perintah agama yang selain rutinitas

seperti hadir dalam jamiyah-jamiyah, ikut dalam kegiatan keagamaan. b)

Kondisi Penduduk; Kondisi penduduk di Desa Kirig mayoritas adalah

sebagai buruh pabrik dan petani. Kesenjangan sosial ekonomi juga

dijadikan alasan karena Ekonomi merupakan faktor penting dalam

kelangsungan hidup manusia. Padatnya aktifitas ekonomi yang membuat

77
mereka tidak memiliki waktu untuk memperbaikai sikap keagamaan

secara keseluruhan kegaiatn ekonomi di mulai sejak pagi sampai

menjelang malam sedikit waktunya untuk bisa mengumpulkan waktunya

hanya sekedar sholat saja di masjid, sangat sulit untuk mengadakan

kegaitan-kegaitan keagamaan lainnya. Semakin dangkalnya pengetahuan

tentangn keagamaan sehingga menyebabkan minimnya sikap keagamaan

yang dimiliki oleh masyarakat Desa Kirig Mejobo Kudus.

78
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan temuan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Gaya Komunikasi yang digunakan Kepala Desa dalam meningkatkan

keberagamaan masyarakat berbeda-beda menggunakan gaya komunikasi

The Equalitarian Style dan The Controlling Style. gaya ini cocok di

gunakan kepala desa untuk mempengaruhi dan menggerakan masyarakat,

gaya ini juga efektif dilakukan karena terbukti mampu meningkatkan

keberagamaan masyarakat di Desa Kirig, seperti kondisi keberagamaan

masyarakat di Desa Kirig yang dulunya tingkat keberagamaan masyarakat

di Desa Kirig masih kurang optimal masih sedikit acara kegiatam

keagamaan yang diadakan di Desa Kirig, sedikit masyarakat yang mau

berjamaah di masjid dan mushalla, kurang berfungsinya masjid/mushalla

bagi kegiatan anak-anak/remaja masjid hampir sepanjang tahun (kecuali

bulan puasa). Suasana hidup beragama pada masyarakat di Desa Kirig kini

mulai berjalan optimal, kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islam secara

massal banyak dilakukan masyarakat. Kegiatan salat berjamaah,

menghadiri majlis taklim, peringatan hari-hari besar Islam yang dilengkapi

dengan berbagai jenis perlombaan, suasana silaturahmi antar warga yang

intens, kehidupan yang aman tenteram.

79
2. Faktor pendukung Kepala Desa dalam meningkatkan keberagamaan

masyarakat di desa Kirig yakni: (1) sebagai seorang kepala desa

mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk mengatur dan menggerakan

masyarakat untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (2) kewibawaan

seoarang pemimpin yang baik dapat dengan mudah mempengeruhi

masyarakat untuk mau melakukan apa yang telah diarahkan dari kepala

desa. Sedangkan faktor penghambat kepala desa dalam meningkatkan

keberagamaan masyarakat yakni; (1) tingkat pemahaman tentang

keagamaan di Desa Kirig masih kurang (2) tingkat kesadaran partisipasi

masyarakat dalam mengikuti kegiatan keagamaan kurang karena lebih

mementingkan pekerjaan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang Gaya

Komunikasi Kepala Desa Kirig dalam meningkatkan keberagamaan

masyarakat maka terdapat beberapa saran sebagai berikut:

1. Mempertahankan dan mengevaluasi gaya bicara yang sudah diterapkan

untuk lebih meningkatkan kepuasaan masyarakat terhadap pemerintah

desa dan sebagai antisipasi pemikiran perkembangan masyarakat.

2. Mempertahankan bentuk komunikasi yang mengedepankan masyarakat

dan menjaga nilai-nilai keagamaan yang sudah ada di Desa Kirig

Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus.

80
3. Diharapkan Pemerintah Desa tidak hanya mendukung dari nonmaterial

saja tetapi dengan material dengan adanya anggaran desa khusus kegiatan

keagamaan di Desa Kirig Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus.

81
DAFTAR PUSTAKA

Arni, Muhammad. 2014. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara

Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 2006. Departemen Agama RI. Jakarta :


Magfiroh Pustaka.

Al-Banteni, KH. M. Abdul Ghufron. 2015. Kitabussamaw. Kalam Suryani


dan Terjemahannya. PT. Duta Aksara Mulia.

Abdul Muis, Andi, 2001, Komunikasi Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Cangara, Hafied. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja


GrafindoPersada

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja


GrafindoPersada

Damayanti, Ella. 2018. Analisis Terhadap Gaya Komunikasi Kepala Desa


Jemparing Di Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. eJournal Ilmu
Komunikasi.6(1): 258-270.

Fajri. 2016. Gaya Komunikasi Masyarakat Wedung Jawa Tengah. Inject. 2(1): 53-
76.

Jalaluddin. 2016. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kartini, Kartono. 2011. Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT. Rajawali


grafindo Persada.

Khusaini, Imron. 2017. Upaya Meningkatkan Kualitas Keberagamaan


Masyarakat Nelayan Desa Betahwalang Kecamatan Bonang Kabupaten
Demak oleh ustad Abu Shokib “Studi kasus pecandu miras”. Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora.

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosda karya.

Mulyana, Deddy. 2016. Suatu Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Remaja


Rosdakarya

Mulyasa. 2002. Pimpinan dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo


Perkasa

82
Rasimin. 2018. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis Kualitatif. Yogyakarta
: Mitra Cendikia bekerja sama dengan Trussmedia Grafika.

Rasimin.2016. Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama di Masyarakat


Randuacir. Inject. 1(1): 99-118.

Suryanto. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sukanto. 2006. Suatu pengantar Pengantar Sosiologi. Jakarta: PT. Raja


Grafindo

Saeban Ahmad dan Afifudin. 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


Pustaka Setia.

Sumpeno, Wahyudi. 2009. Menjadi Fasilitator Genius. Yogya: Pustaka


Pelajar.

Sugiono. 2011. Metode penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, Jakarta:


Alfabeta.

Yudiatmaja, Fridayana.2013. Kepemimpinan: Konsep, Teori dan karakternya.


Media Komunikasi FIS. 12(2): 29-38.

http://kbbi.web.id/. Diakses pada jam 15:27 wib, 10/7/19.

www.wikipidia.com . Diakses pada jam 20.00 WIB, 18/8/2019.

http://desa-kirig.blogspot.com. Diakses pada jam 21.00, 3 september 2018

83
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(Curriculum Vitae)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Retno Indriastuti


Tempat?tanggal lahir : Kudus, 25 Desember 1996
NIM : 43010150020
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Alamat : Kirig rt 01/03 Mejobo Kudus
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Tinggi : 158 cm
Berat badan : 45 kg
Warga Negara : Indonesia
Email : Retnoindriastuti3@gmail.com

 Jenjang Pendidikan:

2004-2009 : MI NU Suryawiyyah Kirig Mejobo Kudus

2009-2012 : SMP N 1 Mejobo Kudus

2015-2015 : SMA N 1 Mejobo Kudus

2015- 2019 : S1 Jurusan KPI Fakultas Dakwah IAIN Salatiga

 Pengalaman Organisasi

2017-2018 : Pengurus HMI Komisariat Lafran Pane

 Keahlian Tambahan

1. Memasak

2. Traeveling

84
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 17 September 2019


Penulis

Retno Indriastuti

85
Lampiran – Lampiran

I.I Dokumentasi

Kepala Desa Kirig Bapak Kaharryudi

Ketua IPNU-IPPNU Ranting Kirig

Ketua GP ANSOR Kirig

86
Sekertaris Desa Kirig Mejobo Kudus

Ketua Takmir Masjid

KEGIATAN KEAGAMAAN DI DESA KIRIG

Malam Takbir Keliling

87
Pengajian Umun Hari Santri Nasional

Pengajian Haul KH. Ahmad Said Hirjam

Pegajian Kebangasaan

88
Suasana Pengajian

89
PEDOMAN WAWANCARA BEBAS
KEPADA KEPALA DESA KIRIG MEJOBO KUDUS

A. Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan kenyataan dan


keadaan yang ada!

Namaa :
Tanggal Wawancara :
Tempat :
Jam :
Pewawancara :
1. Bagaimana kondisi keagamaan yang ada di desa kirig saat ini?

2. Apa saja kegiatan keagamaan yang sudah ada di Desa Kirig?

3. Upaya apa yang bapak lakukan untuk meningkatkan

keberagamaan masyarakat?

4. Komunikasi seperti apa yang bapak pakai dalam upaya

mempengaruhi dan menggerakan masyarakat untuk

meningkatkan keberagamaan?

5. Gaya komunikasi apa yang bapak pakai dalam upaya

menggerakan masyarakat untuk meningkatkan keagamaan?

Meliputi bahasa, gaya berbicara,

6. Apakah faktor pendukung bapak dalam upaya meningkatkan

keberagamaan masyarakat di Desa Kirig?

7. Apa faktor penghambat bapak dalam uoaya meningkatkan

keberagamaan masyarakat di Desa Kirig?

90
8. Apakah harapan bapak untuk masyarakat kedepan dalam hal

meningkatkan keberagamaan?

91
PEDOMAN WAWANCARA BEBAS

KEPADA TOKOH MASYARAKAT DESA KIRIG MEJOBO KUDUS

A. Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan kenyataan dan


keadaan yang ada!

Nama :
Tanggal Wawancara :
Tempat :
Jam :
Pewawancara :

1. Apakah anda mengenal betul sosok kepala desa kirig? coba

jelaskan bagaimana sosok kepala desa kirig menurut pandangan

anda!

2. Apakah kepala desa berperan penting dalam keberagamaan

masyarakat di Desa Kirig?

3. Apakah anda pernah mendengarkan pengarahan tetang

keagamaan yang dilakukan kepala desa? dimana anda

mendengarkan?

4. Komunikasi seperti apa yang dilakukan kepala desa pada saat

mengisi sambutan dan pengarahan?

5. Apa harapan dan saran anda kepada kepala desa dalam

meningkatkan keberagamaan masyarakat?

92
93
94
95
96
97
98

Anda mungkin juga menyukai