SKRIPSI
Oleh :
2020
i
ii
iii
iv
MOTTO
(Merry Riana)
v
PERSEMBAHAN
Allahamdulillah dengan izin Allah SWT Karya berupa skripsi ini terwujud
berkat motivasi, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
1. Bapak dan Ibu yang selalu mencurahkan kasih sayangnya kepadaku dari
2. Bapak Drs. Taufiqul Mu’in, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah sabar dan memberikan motivasi supaya skripsi ini jadi dan ikhlas
vi
7. Deo Print, yang sudah membantu merapikan dan melancarkan penulisan
skripsi ini.
Hanya untaian kata terima kasih yang bisa penulis sampaikan, semoga Allah SWT
vii
ABSTRAK
Kartikasari, Elisa Novi. 2020. “ Peran Masjid Pathok Negoro Ad-Darojat dalam
Perubahan Sosial Keagamaan Kampung Babadan Lama Banguntapan
Bantul Yogyakarta (1942-2019)”. Skripsi Program Studi Sejarah
Peradaban Islam. Fakultas Usuluddin Adab dan Humaniora. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Taufiqul Mu’in, M.Ag.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan karunia, hidayah, dan
Sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran Masjid Pathok Negoro
suatu pengalaman yang berharga bagi penulis dan semoga akan mendatangkan
Salatiga.
Agama Islam.
pikiran dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
ix
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga Khusunya Bapak Ibu Dosen Sejarah
7. Bapak Ramidi dan Ibu Dwi Ambaryani yang selalu memberikan do’a
10. Semua pihak yang telah membanyu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohon do’a semoga amal mereka
dan akhirat.
keterbatasan kemampuan, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karena itu, kritik, dan saran yang membangun terbuka luas dan selalu penulis
Penulis
x
DAFTAR ISI
MOTTO ..................................................................................................................v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
BAB II
xi
C. Kondisi Agama...........................................................................................24
D. Kondisi Sosial-Budaya .............................................................................28
BAB III
PENUTUP .............................................................................................................67
A. Kesimpulan ................................................................................................67
B. Saran...........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................71
LAMPIRAN ..........................................................................................................73
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Keterangan
1 Lampiran 1 Foto Masjid Pathok Negoro Wonokromo
2 Lampiran 2 Foto Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning
3 Lampiran 3 Foto Masjid Pathok Negoro Mlangi
4 Lampiran 4 Foto Masjid Pathok Negoro Ad-Darojat Babadan
5 Lampiran 5 Foto Masjid Pathok Negoro Dongkelan
6 Lampiran 6 Pengajian Masyarakat Babadan Lama di Masjid
Ad-Darojat
7 Lampiran 7 Foto Anggota IPIB dan Pengurus Masjid Ad-
Darojat
8 Lampiran 8 Foto Anggota IPIB dan Ketua Takmir Masjid A-
Darojat
9 Lampiran 9 Foto Takmir dan Ustadz Masjid Ad-Darojat
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh sebab itu, kecenderungan terjadinya perubahan sosial merupakan gejala yang
wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia di dalam masyarakat. Perubahan-
perubahan sosial akan terus berlangsung sepanjang masih terjadi interaksi antar
manusia dan antar masyarakat. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan
perkembangan zaman. 1
yang berkembang dengan pesat dari pengaruhnya pembangunan, selain itu juga
karena adanya pengaruh kebudayaan dari luar yang masuk dengan mudah akibat
kelompok sosial.2 Perubahan sosial bisa disebut sebagai suatu konsep yang serba
1
Alfin nitiharjo, “Teori-teori Perubahan Sosial,” di akses pada 8 Mei 2019
http://alfinnitihardjo.ohlog.com/teori-teori-perubahan-sosial.oh112689.html jam 10.00
2
Selo Soemardjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
1986), Hlm. 303.
1
meyeluruh yang difokuskan kepadaperubahan fenomena sosial di berbagai
Dalam hal ini penulis mencoba membahas tentang Peran Masjid Pathok
dalam Evers berpendapat bahwa kampung bukanlah suatu entitas yang mampu
menyesuaikan diri mereka dengan situasi perkotaan dari kian hari kian banyak
Kentungan. Di antaranya adalah masjid yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono I itu. Kampung baru yang menampung warga beserta seluruh isi
Kampung Babadan itu kini juga bernama Babadan Kentungan atau lebih dikenal
dengan Kampung Babadan Baru, di sebelah utara Markas Batalyon Infanteri 403
kemauan Jepang. Isu perluasan pangkalan pesawat terbang yang dijadikan alasan
3
Robert H Lauer, Persepektif tentang Perubahan Sosial (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), Hlm.
5.
4
Hans-Dieter Evers dan Rudiger Korff, Urbanisme Di Asia Tenggara Makna dan Kekuasaan
Dalam Ruang-Ruang Sosial, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2002, Hlm. 408-409
2
Jepang untuk pengusiran itu diyakini beberapa warga tidak akan pernah menjadi
bekas kampung halamannya itu. Bekas kampung itu sendiri menjelma menjadi
semak belukar. Adapun bekas masjidnya hanya tinggal fondasi dan tembok yang
mengelilinginya. Pada masa jayannya PKI di tahun 1960-an, bekas masjid itu
hendak disulap menjadi panggung kethoprak. Tetapi, sebelum niat itu terealisir,
ini. Alasan penulis memilih judul ini karena belum pernah ada yang menulis tema
tersebut. Dan perlu diperbanyak lagi menulis sejarah lokal, karena masih
B. Batasan Masalah
yaitu batasan spasial dan temporal. Dalam batasan spasial penelitian ini
penduduk Kampung Babadan Lama, dan pada tahun 2019 merupakan tahun
5
Muhammad Fuad Riyadi. Kampung Santri.Yogyakarta:(Ittaqa Press,2001) Hlm.101-106
3
C. Rumusan Masalah
Yogyakarta.
Babadan Lama.
Banguntapan Bantul.
1. Manfaat Teoritis
Lama.
4
2. Manfaat Praktis
untuk perpustakaan.
E. Tinjauan Pustaka
menemukan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik itu
dalam konsep perubahan sosial sebagai objek yang diteliti maupun refrensi yang
menunjang penelitian penulis, diantara rujukkan yang ada adalah sebagai berikut :
Riyadi, 2002. Merupakan buku yang membahas tentang Yogyakarta yang pada
Karangkajen, dan Nitikan. Selain menarik buku ini juga menceritakan bagaimana
Kampung Babadan Lama beserta masjid Pathok Negoro yang ada disana digusur
oleh Jepang untuk pelebaran pangkalan pesawat dan gudang senjata. Daerah yang
menjadi obyek penelitian dalam buku tersebut memang bukan hanya Kampung
Namun salah satu isi buku tersebut membahas tentang Kampung Babadan
5
Kedua Sejarah Kauman Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah
tentang sejarah lokal dan perubahan sosial suatu daerah tertentu, yaitu Kampung
kompleks hunian bagi para ahli abdi dalem pemethakan, yang bertugas dalam
waktu 1900-1950. Namun demikian perubahan yang terjadi pada tatanan nilai
tetapi lebih banyak pada ranah tatanan norma kehidupan masyarkat. Daerah yang
menjadi obyek penelitian dalam buku tersebut memang bukan Kampung Santri
membahas salah satu wilayah tertentu merupakan refrensi yang bagus dan
berguna dalam tulisan ini. Hasil penelitian tentang Babadan Lama lebih titik
kampung adat pulo, dan bagaimana peran masyarakat terhadap perubahan nilai
6
Gina Novia Purgasari, “Perubahan Sosial Budaya Masyarakat di Kampung Adat Pulo Desa
Cangkuang Kabupaten Garut (Kajian Historis Tahun 1976-2000), “Skripsi S1 Fakultas
Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial, Universitas Perdikan Indonesia, 2011), Hlm. 9.
6
pengumpulan datanya memakai Studi kepustakaan dan Wawancara. 7 Setelah
kampung Adat Pulo masih memegang teguh suatu adat dan tradisi yang
yang dipeluk oleh masyarakat ini adalah islam akan tetapi masyarakatnya masih
Kampung Adat Pulo hampir semuanya berprofesi sebagai petani, kemudian pada
tahun 1976-an masyarakat Kampung Adat Pulo banyak yang melakukan aktifitas
pada tahun 1976 Situ Cangkuang resmi dijadikan objek pariwisata oleh
yang disebut candi Cangkuang. Salah satu contoh yang membawa pengaruh
positif yaitu masyarakat Kampung Adat Pulo mempunyai mata pencaharian baru
yaitu sebagai pedagang dan mereka tidak hanya mengandalkan hasil dari
hari seperti, gaya hidup, sistem kesenian, sistem peralatan, dan pola pikir
dengan penelitian yang ingin diteliti oleh penulis, yaitu sama-sama ingin
7
Gina Novia Purgasari, “Perubahan Sosial Budaya Masyarakat di Kampung Adat Pulo Desa
Cangkuang Kabupaten Garut (Kajian Historis Tahun 1976-2000), “Skripsi S1 Fakultas
Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial, Universitas Perdikan Indonesia, 2011), Hlm. 11.
8
Gina Novia Purgasari, “Perubahan Sosial Budaya Masyarakat di Kampung Adat Pulo Desa
Cangkuang Kabupaten Garut (Kajian Historis Tahun 1976-2000), “Skripsi S1 Fakultas
Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial, Universitas Perdikan Indonesia, 2011), Hlm. 110.
7
mengetahui perubahan-perubahan sosial yang terjadi. Dan bedanya, skripsi ini
Lama khususnya mengkaji dalam bidang perubahan sosial mulai dari perubahan
F. Kerangka Konseptual
Terkait dengan masalah diatas, maka tulisan ini juga mencoba untuk
dijabarkan sebelumnya bahwa tema besar yang diambil sebagai fokus dalam
penelitian ini adalah perubahan sosial. Oleh karena itu, pendekatan yang akan
digunakan adalah teori-teori yang relevan dengan perubahan sosial. Ada begitu
banyak teori yang telah dihasilkan oleh para ahli baik dari dalam atau luar negeri
akan perubahan sosial. Hal ini berdampak pada berbagai bidang kehidupan, baik
Salah satu lapisan kehidupan masyarakat yang terkena dampak dari proses
modernisasi yang melanda bangsa Indonesia sejak abad ke- 19 tersebut adalah
kampung. Kata kampung sendiri tentu saja tidak asing dan sudah sangat lazim
9
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah, Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama. 1993, Hlm. 145
8
digunakan. Dalam penulisan karya ilmiah ini subyek yang menjadi obyek
1942-2019. Oleh karena itu, terlebih dahulu akan diuraikan tentang definisikan
kampung itu sendiri. Sebagaimana dipaparkan oleh Sulivan dan Murray dalam
komunitas usaha (corporate comunity) karena ikatan sosial yang ada umumnya
adalah antar tetangga saja. Aspek komunitas dalam kampung itu telah ditunjukkan
dengan baik, yaitu dalam urusan bertetangga atau neighbourship. Sulivan juga
menyatakan bahwa terdapat tekanan kuat pada orang kampung agar menjadi
dalam kampung, begitu juga sanksi-sanksi berat yang berfungsi untuk membuat
suatu entitas yang mampu merencanakan strategi, tetapi suatu komunitas dari oran
perorang yang menyesuaikan diri merekan dengan situasi perkotaan dari kian hari
kian banyak orang yang datang untuk bekerja sama dan bersaing.10
kampung kota juga memiliki suatu kehasan tersendiri yang tentu berbeda dengan
pedesaan. Lebih lanjut lagi hal ini juga akan berpengaruh pada ciri dan
10
Hans-Dieter Evers dan Rudiger Korff, Urbanisme Di Asia Tenggara Makna dan Kekuasaan
Dalam Ruang-Ruang Sosial, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2002, Hlm. 408-409
9
karakteristik masyarakat di dalamnya. Oleh karena itulah masyarakat yang
suatu proses yang terjadi baik di desa ataupun di kota. Berbagai pengaruh yang
masuk dalam suatu komunitas pemukiman baik di desa ataupun di kota juga turut
bahwa homogenitas penduduk kampung mulai terkikis, baik dari segi agama, suku
berkurang seiring dengan tuntutan moderenisasi. Namun ada dua kenyataan yang
paling rendah, meskpun tidak tertutup bagi penduduk dengan penghasilan dan
tingkat pendidikan yang tinggi. Kedua, bahwa terdapat organisasi sosial di setiap
11
Dawis Khudori, Menuju Kampung Pemerdekaan Membangun Masyarakat Sipil dari Akar-
akarnya Belajar dari Romo Mangun di Pinggiran Kali Code, Yogyakarta : Yayasan Pondok
Rakyat. 2002, Hlm.7-8
10
perubahan sosianl dalam berbagai dimensi. Di pandang sebagai proses
sosial. Variasi sikap kultural dan heterogenits baik yang sifatnya penolakan
struktural.
12
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah, Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama. 1993, Hlm. 160
11
suatu sistem sebagai akibat dari kompleksitas stukturasi hubungan sosial
masyarakat.
Teori perubahan sosial lain yang turut mendukung datang dari Selo
Selo Soemardjan, bahwa jenis dari perubahan sosial penting diketahui agar dapat
salah satu atau beberapa lembaga sosial. Orang atau kelompok itu mempelopori
jalan meninggalkan masa lampau menuju zaman baru, yakni menetapkan kaidah
Yogyakarta sendiri sejak akhir masa penjajahan Belanda dapat dibagi ke dalam
13
Ibid., Hlm. 160-162
14
Selo Soemardjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta, Jakarta : Komunitas Bambu. 2009. Hlm. 147
12
(intended) dan perubahan yang tidak disengaja/ tidak diketahui dan direncanakan
Babadan Lama, yaitu yang pada awalnya merupakan kampung yang sempat
mati, kemudian dibangun lagi dan berhasil menjadi salah satu kampung yang
disengaja dan tidak direncanakan. Situasi dan kondisi yang terjadi di lingkungan
G. Metode Penelitian
sejarah menggunakan metode sejarah. Metode adalah suatu cara, prosedur atau
teknik untuk mencapai susuatu tujuan secara efektif dan efisien. Dalam metode
15
A. Daliman,metode penelitian sejarah,(yogyakarta: penerbit ombak,2012),hlm 28
13
syarat mutlak yang harus ada. Tanpa sumber sejarah, kisah masa lalu
16
Abd Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta:
penerbit ombak,2011)hlm 43
17
Op. cit hal 28
18
Abd Rahman dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: penerbit
ombak, 2011), hlm 47.
19
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: penerbit ombak,2012), hlm 29
14
4. Historiografi ialah tahap terkhir dalam metode penelitian sejarah,
sebagaimana terjadinya.
digunakan secara utuh dan kisah masa lalu dapat direkonstruksi. Dengan adanya
H. Sistematika Penulisan
maka disusunlah sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, kerangka
ini akan dibahas tentang lokasi penelitian yaitu Masjid Pathok Negoro Ad-Darojat
Bab III Profil Masjid Pathok Negoro Ad-Darojat dan Kondisi Kampung
Babadan Lama. Pada bab ini akan dibahas tentang Profil Masjid Pathok Negoro
15
Bab IV Aktivitas Sosial-Keagamaan yang dilakukan di Masjid Ad-
Darojat. Pada bab ini akan dibahas tentang apa saja kegiatan sosial-keagamaan
Bab V Penutup. Simpulan dan saran. Pada bab ini membahas kesimpulan
penulis terhadap pembahasan skripsi ini. Saran-saran dan kalimat penutup yang
16
BAB II
bab ini akan menjelaskan mengenai gambaran umum wilayah di Daerah Istimewa
Tengah, arah Barat : Kabupaten Purworejo di Provinsi Jawa Tengah, arah Utara :
Provinsi Jawa Tengah dan arah Selatan : Samudera Hindia. Dengan letak
geografis 7033’ – 8012 lintang selatan dan 110000’ – 110050’ bujur timur.
diantaranya Kabupaten Kulon Progo, Gunung Kidul, Bantul, Sleman dan Kota
Yogyakarta. Dan ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Kota Yogyakarta.
memiliki wilayah yang lebih kecil jika dibandingkan dengan provinsi lain, tapi
tidak menutupi bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta ini memiliki potensi budaya
20
Gordianus Jemadi, “Konektivitas Ruang Pada Majid-Masjid Kraton Yogyakarta (5 Masjid
Pathok Negara dan Masjid Agung Gedhe Kauman)”, “Skripsi S1 Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta, 2020), Hlm. 31.
17
Daerah Istimewa Yogyakarta ini juga memiliki potensi dalam
perekonomian yang baik dan menempatkan predikat sebagai Kota Pelajar dan
mancanegara maupun lokal. Dalam hal ini Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki
suatu sektor keunggulan yang baik dalam perekonomian daerah. Sekor pariwisata
gunung, dan lain-lain serta budaya dan candi peninggalan zaman dahulu.
Pleret, Bantul dan Masjid Ad-Darojat, Babadan, Banguntapan Bantul serta Masjid
peribadatan umat Islam kala itu. Namun seringkali masyarakat melupakan fungsi
Masjid Pathok Negoro dibangun sekitar 1723-1819. Empat Masjid Pathok Negoro
21
Gordianus Jemadi, “Konektivitas Ruang Pada Majid-Masjid Kraton Yogyakarta (5 Masjid
Pathok Negara dan Masjid Agung Gedhe Kauman)”, “Skripsi S1 Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta, 2020), Hlm. 31-32.
18
dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Dan khusus
Masjid Wonokromo ini diperkirakan didirikan sekitar tahun 1819. Masjid Pathok
Negoro terletak di luar Kutanegara, yaitu wilayah Negara Agung (5-10 km dari
Kutanegara/pusat pemerintahan).
1723, dimana pada masa tersebut Yogyakarta belum berdiri, masih berstatus
Mlangi merupakan anak dari Amangkurat IV atau kakak dari Hamengku Buwono
I yang beda ibu. Mlangi merupakan wilayah kekuasaan Mataram sehingga bisa
Didalam istilah bahasa Jawa Pathok adalah kayu atau bambu yang ditancapkan
sebagai tengger / tanda yang tetap, sedang Negoro adalah sebuah tanda kekuasaan
status Desa Wonokromo, menurut catatan yang tertulis status desa perdikan
Wonokromo sudah ada jauh sebelum Perjanjian Giyanti. Sejarah mencatat bahwa
22
Gordianus Jemadi, “Konektivitas Ruang Pada Majid-Masjid Kraton Yogyakarta (5 Masjid
Pathok Negara dan Masjid Agung Gedhe Kauman)”, “Skripsi S1 Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta, 2020), Hlm. 33
19
desa perdikan Wonokromo merupakan hadiah dari Sultan Hamengku Buwono I
kepada Kyai Muh. Fakih selaku imam yang bertanggung jawab atas tanah
perdikan karena merupakan guru mengaji Sultan sekaligus kakak ipar Sultan.
Pada tahun 1701 Sultan menunjuk secara birokratis kepada Kyai Muh. Fakih
sebagai kepala Pathok Negoro, kemudian Kyai Muh. Fakih yang bergelar Kyai
Welid meminta Sultan untuk menunjuk orang-orang yang dapat dipercaya untuk
membimbing akhlak dan budi pekerti masyarakat. Hingga akhirnya Kyai Muh.
Fakih menjadi imam masjid kecil di tanah perdikan yang dinamakan “wanakrama’
yang berasal dari kata “Wa Anna Karama” diharapkan area tersebut senantiasa
menjadi familiar hingga sekarang. Masjid Taqwa sebagai Masjid Pathok Negoro
melawan kependudukan Belanda dan Jepang. Melihat dari usianya pastilah Masjid
Pathok Negoro ini memiliki sejarah yang cukup panjang dari masa penjajahan
Belanda sampai Jepang. Mlangi yang merupakan pusat keagamaan pada masanya
dari kesultanan dan untuk menandakan batas wilayah negara atau nagari yaitu
dinamakan Masjid Pathok Negoro yang berarti batas negara “Pathok Negoro”.
Masjid Gedhe Kauman yang merupakan pancer atau pusat dari keempat masjid
20
yang pertama dibangun di empat penjuru mata angin sehingga terdapat istilah
batas wilayah Kerajaan Mataram Islam cukup luas. Batas wilayah saat itu
dibatasi oleh dua sungai yaitu sungai Winogo dan sungai Gajah Wong. Wilayah
Kabupaten Bantul dan Sleman bagian barat yang berbatasan dengan Kulon Progo
dibatasi dengan sungai Progo. Penduduk yang tinggal di sekitar sungai cenderung
Laut Selatan, keraton, Tugu Jogja dan Gunung Merapi yang ada pada garis lurus.
dalam keterbatasannya.
ini dikepalai oleh pemuka adat atau imam yang mengelola dan mengatur segala
berkuasa pada masa itu. Masjid Jami’ Annur Mlangi yang didirikan pertama kali
21
merupakan batas di sebelah barat. Masjid Sulthoni Ploso Kuning didirikan
Kyai Muh. Fakih yang tidak lain merupakan kakak ipar dari Sultan Hamengku
Buwono I diangkat sebagai kepala pathok pada tahun 1701 yang memberikan
tanah perdikannya berupa alas awar-awar yang selanjutnya dibangun masjid yang
Berikut adalah Masjid Pathok Negoro yang juga disebut sebagai Kiblat
Papat Lima Pancer yang ada dan masih lestari hingga saat ini :
Masjid ini didirikan dan dibangun oleh Kyai Muhammad Faqih yang tidak lain
merupakan kakak ipar dari Sulatan Hamengku Buwono I pada tahun 1819. Masjid
berada di dekat Tempuran dekat sungai Opak dan sungai Oya yang cukup jauh
dari keramaian kota. Oleh karena itu lingkungannya yang tenang ini membuat
para jamaah lebih khusyu’ dalam melakukan sholat. Tanah dengan luas 420 m²
dan telah melakukan pengembangan hingga kini menjadi 750 m² yang memiliki
23
Gordianus Jemadi, “Konektivitas Ruang Pada Majid-Masjid Kraton Yogyakarta (5 Masjid
Pathok Negara dan Masjid Agung Gedhe Kauman)”, “Skripsi S1 Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta, 2020), Hlm. 34-36
22
2. Masjid Sulthoni Plosokuning
Masjid Pathok Negoro berikutnya berada di Jalan Ploso Kuning Raya Nomor 99,
288 m² yang setelah mengalami perombakan menjadi 328 m². Masjid Sulthoni
Plosokuning ini dibangun Sri Sultan Hamengku Buwono III. Beliau merupakan
ayah dari Paneran Diponegoro yakni Raden Mustafa (Hanafi I) yang telah
kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kawaan masjid ini masuk ke dalam desa wisata
seluas 20x20 m², serambi masjid 12x20 m², ruang perpustakaan 7x7 m². Luas
halaman masjid ini sendiri adalah 500 m². Masjid ini berada di tanah yang lebih
rendah dari tanah lainnya oleh karena itu ada beberapa anak tangga yang dapat
ditemukan karena dengan JEC. Masjid penuh kisah ini dibangun pada tahun 1774
oleh Sultan Hamengku Buwono I dan memiliki arsitektur sama dengan Masjid
Pathok Negoro.
23
5. Masjid Nurul Huda Dongkelan
yang pada tahun 1775 digunakan sebagai tempat ibadah sekaligus juga benteng
pertahanan. Yang menjadi penghulu dan tugas pengelolaan masjid adalah Kyai
C. Kondisi Agama
Pada tradisi alam pikir orang Jawa sejak zaman Hindu hingga Islam
datang, raja adalah perwujudan mikro kosmos dan sebagai wakil Tuhan (Allah
SWT) dalam perlindungan dan pengayoman rakyat, oleh karena itu rakyat
memberikan apa yang mereka miliki untuk kepentingan raja dan keluarganya
dalam mengatur kehidupan mereka agar lebih baik, dalam wujud istilah: papat
kalimo pancer, yang berarti empat sisi dengan pusat di tengahnya sebagai
perayaan acara Maulid Nabi Muhammad SAW, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha,
dengan mengadakan acara Garebeg Mulud, Sawal dan Garebeg Besar, sebagai
tanda pengakuan diri pada Islam serta sebagai perayaan rakyat sebagai simbol
24
Gordianus Jemadi, “Konektivitas Ruang Pada Majid-Masjid Kraton Yogyakarta (5 Masjid
Pathok Negara dan Masjid Agung Gedhe Kauman)”, “Skripsi S1 Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta, 2020), Hlm. 36-39
24
Masjid sejak zaman Pakubuwono I, walapun kekuasaannya didukung oleh
VOC, adalah simbol dari pusaka orang-orang Jawa, dia menganggap bahwa
meskipun seluruh pusaka tanah Jawa ini hilang dan habis, maka Masjid Demak
dan makam Kadilangu merupakan pusaka rakyat Jawa yang abadi, yang menjadi
dasar dari etika dan keyakinan hidup rakyat Jawa. Pada masa itu pihak VOC tidak
terlalu tertarik pada masalah Islam di kedua kerajaan Jawa, sebab tujuan utamanya
menegakkan agama Islam sesuai dengan keadaan pada masa Sultan Agung,
Islam, seperti tercermin dalam kalimat gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun
Panotogomo Kalipatullah Ing Tanah Jawi, sebagai simbol kekuasaan dunia dan
agama (akhirat) di tanah Jawa, adalah bukti bahwa Islam diterima sebagai agama
25
dan Masjid Plosokuning di bagian utara, serta Masjid Mlangi, di barat daya
Kraton.
Senopati, serta terdapat kampung yang di dalamnya berisi para kaum santri dan
agamawan, yang disebut kampung kauman, yang berdiri di sekitar Masjid Agung
Kotagede.
hal yang sangat disesali oleh Pangeran Diponegoro yang melihat kebobrokan
santri dan kaum ulama, terutama Kyai Mojo, Kyai Taptayani dan Kyai Nitiprojo
Ketika terjadi tekanan yang begitu berat dari pemerintah, kaum bumiputra
percaya pada kekuatan supranatural yang istimewa dan privillage pada keadaan
dan diri seseorang tokoh seperti Kyai. Snouck C. Hurgronje, sebagai penasehat
pemerintah, dia menganggap masalah Islam secara negatif, setidaknya ada tiga
26
poin dalam pandangan pemerintah kolonial dalam memandang Islam, 1). Domain
agama murni, yaitu memunculkan sikap netral, 2). Domain hukum, yang
untuk keuntungan pemerintah kolonial, 3). Domain politik, pada bagian ini
bentrok fisik, akhirnya diselidiki oleh pemerintah kolonial Belanda pada saat
harus diawasi dengan ketat serta ditekan sedemikian rupa, agar segala bentuk
Islam sendiri telah menjelma menjadi kekuatan budaya dan sosial- politik
yang bergerak perlahan dari pedesaan dan pesisiran melalui dakwah dan
pemerintahan kolonial pada tahun 1942. Selepas tahun tersebut politik asimilasi
27
Peralihan dan pertukaran kebudayaan melalui migrasi penduduk,
ikut menjiwai gerakan perlawanan baik oleh para santri maupun para bandit, yang
dan keberadaan banditpun diikat oleh nilai religius dan kerjasama mereka dengan
aparat desa. Tidak boleh dilupakan peran dari para santri yang mewakili golongan
“putih”, di mana pencak silat (bela diri) diajarkan dan agaknya menjadi salah satu
tesebar di seluruh Jawa. Pondok pesantren tersebut juga diikat oleh persaudaraan
tarekat yang menggugah nilai rohani para anggota dan masyarakat sekitarnya
awal abad ke-20, seperti Sarekat Islam, NU dan Muhammadiyah, ikut membentuk
perilaku keagamaan, meskipun empat dari lima Masjid Pathok Negoro cenderung
sebagai sebuah kesatuan religius, afiliasi tersebut tidak menganggu aktifitas serta
D. Kondisi Sosial–Budaya
Kekayaan di Jawa adalah tanah, raja adalah sebagai pemilik tanah yang
berguna untuk menggaji keluarga dan pegawai, salah satu bentuk gajinya adalah
25
Johan Eko Praetyo, “Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning 1724-2014 (Kajian Sejarah
Arsitektur Jawa)”, “Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah Peradaban Islam,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), Hlm.26-30
28
pemberian tanah lungguh dengan ukuran cacah, yaitu ukuran banyaknya keluarga
petani yang mendiami sebuah wilayah tanah lungguh. Pengelolaan tanah oleh para
pemagang tanah tersebut, diserahkan pada demang dan bekel, yang memberikan
mereka kedudukan ekonomis dan politis atas nama raja. Demang adalah kepala
kampung atau daerah sekarang setara dengan Bupati, sedangkan Bekel adalah
pamong desa pada zaman dahulu (setingkat di bawah lurah), pengurus sawah
peningkatan dan penurunan yang tidak stabil sebagai akibat perang yang terus-
menerus terjadi. Penduduk di seluruh Jawa pada waktu itu sekitar lima sampai
enam juta jiwa hingga tahun 1790-an. Registrasi kasar dalam sensus penduduk
Jawa yang dilakukan oleh Daendels dan Raffles di awal abad kesembilan belas,
sensus tersebut tidak menyeluruh, karena terbatas pada perkiraan yang dilaporkan
tumbuh suburnya legenda mistik seperti akan adanya Ratu Adil yang akan
golongan abangan menganggap bahwa legenda yang ada pada keberadaan dan
orang tersebut akan berguna bagi orang dan wilayah di sekitarnya seperti para
kaum atau kaum santri yang merupakan representasi keagamaan orang Jawa
29
kebanyakan. Pada peristiwa-peristiwa besar yang melibatkan mereka (rakyat
Sunan dan sultan selalu dihubungkan dengan kekuatan gaib, terutama dikatakan
bahwa mereka mempunyai hubungan khusus dengan penguasa Laut Selatan, Nyi
Kraton adalah simbol dan pusat dari kebudayaan Jawa, makin jauh dari
kraton maka makin jauh dan makin pudar pula cerminan budaya yang terpancar
dan muncul dari dalam kraton, oleh sebab itu setiap raja berusaha untuk
mencitrakan dan selalu berusaha membawa sejauh mungkin hasil-hasil yang telah
dia ciptakan untuk rakyatnya. Oleh karena itu diciptakanlah mitos di dalam
ingatan kolektif rakyat. Fungsi mitos sendiri adalah untuk menyediakan rasa dan
makna hidup, yang membuat orang yang bersangkutan akan merasa bahwa
hidupnya tidak akan sia-sia, hal itu juga merupakan tonggak ketahanan fisik dan
mental dengan keyakinan akan harapan untuk menggapai suatu tujuan di masa
depan. Mitos kemudian oleh masyarakat dipersamakan dalam lambang dan simbol
bentuk perlawanan, pada orang kafir yang terwujud dalam bentuk kelompok
tertentu seperti pada golongan Tionghoa dan Belanda, yang selalu menyusahkan
kehidupan mereka, dalam penarikan pajak gerbang tol dan aktivitas perdagangan
mengakibatkan banyak para bangsawan dan tuan tanah yang jatuh miskin, sebab
30
uang sewa yang telah mereka terima sudah habis dan tidak dapat
ataupun acara keagamaan yang sifatnya lokal maupun global, seperti acara
tahlilan, haul ulama pendiri yang telah wafat ataupun perayaan maulid Nabi
prosesnya harus dilakukan dengan benar sesuai tuntutan zaman. Pendidikan Islam
dalam hal ini adalah pendidikan Islam yang ada di Masjid Ad-Darojat Babadan
Lama.26
26
Johan Eko Praetyo, “Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning 1724-2014 (Kajian Sejarah
Arsitektur Jawa)”, “Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah Peradaban Islam,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), Hlm.31-35
31
BAB III
BANGUNTAPAN BANTUL
Pada zaman penjajahan Jepang yakni pada tahun 1940, Masjid Ad-Darojat
Sleman. Perpindahan ini dikarenakan saat itu daerah Babadan terkena pelebaran
tidur panjang. Akibat perpindahan yang dilakukan oleh Jepang tersebut, masjid
Pathok Negara atau Negoro tersebut menjadi tak terurus. Saat terjadi pengusiran
oleh Jepang, memang tidak semua penduduk ikut boyong ke Kentungan. Sebagian
warga, masjid ini hanya tersisa fondasi dan temboknya saja. Hal ini dikarenakan
seluruh konstruksi kayu masjid ikut dipindah dan dibangun kembali di Babadan
Kentungan. Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia ke-2 yang akhirnya seluruh
perluasan pangkalan udara pun urung dilaksanakan. Sekitar tahun 1950-an mulai
sana.
32
Pembangunan kembali masjid tersebut dilakukan semasa Sri Sultan Hamengku
Buwono IX. Atas dukungan Sultan maka nama Sultan Hamengku Buwana IX
"Ndoro Jatun" diabadikan menjadi nama masjid Patok Negara tersebut dengan
bentuk khas sebagai masjid kraton masih tetap dipertahankan. Seperti pada masjid
belakang sejarah demikian ini, antara warga Babadan dengan Babadan Baru
yang harmonis. Setiap tahun menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, banyak
warga Babadan Baru yang datang ke Babadan Lama untuk menggelar acara tradisi
nyadran. Silaturahmi setiap kegiatan nyadran tersebut berlanjut saat Lebaran Idul
Fitri tiba, karena banyak juga diantara mereka yang masih merupakan saudara
sedarah.
Pertama kali masjid ini dibangun pada tahun 1774, arsitektur Masjid Ad-
Darojat sama persis dengan ketiga masjid Patok Negara lainnya. Kesamaan
bentuk masjid tersebut terlihat hampir di semua bagian. Bangunan ruang utama
masjid menggunakan konstruksi joglo dengan empat soko guru dan terdapat
limasan serta terdapat kolam di sebelah timur masjid sebagai tempat bersuci
33
dipindah dan dibangun kembali di daerah Kentungan. Tempat tersebut kemudian
diberi nama Kampung Babadan Baru. Baru pada tahun 1960-an bekas lokasi
permanen. Baru pada tahun 1988 dibangun kembali serambi tengah dengan
sumber dana dari pemerintah dan swadaya masyarakat. Meski bentuk masjid
mengalami perubahan, namun ciri khas sebagai Masjid Pathok Negara tetap
dipertahankan, seperti mustoko masjid yang masih disimpan dengan baik. Baru
pada tahun 1992 bangunan induk utama dibongkar kembali dan disarankan agar
disesuaikan seperti bentuk semula yakni joglo yang berasal dari kayu jati.
masuk, serta tempat wudhu dan wc dilakukan pada tahun 2001. Atas kesepakatan
para tokoh agama setempat pada tahun 2003, mustoko yang asli yang terbuat dari
tanah liat tidak jadi dipasang dan diganti dengan mustoko dari kuningan.
Meskipun demikian mustoko yang asli sampai sekarang masih tersimpan dengan
beragam pandangan. Namun keragaman ini dapat disikapi dengan bijak oleh
27
http://kerajaannusantara.com/id/yogyakarta-hadiningrat/tempat –ibadah/ diakses pada tanggal
20 juli jam 20.30
34
warga masyarakat Babadan. Toleransi di kampung santri Babadan sungguh dapat
pandangan di kalangan umat Islam dalam menjalani syariat, tidak berlkaku bagi
masyarakt perkampungan santri Babadan. Rasa toleransi ini telah terjalin sejak
lama terutama dalm menghadapi bulan Ramadhan yakni pada pelaksanaan sholat
tingkatan derajat, baik dalam bentuk, posisi maupun pancaran perhatian dari pusat
atau Kraton raja. Raja digambarkan sebagai pusat kekuasaan yang memancarakan
sinarnya ke segala penjuru kerajaan. Raja Jawa selalu dianggap sebagai wakil
Tuhan dalam segala hal, baik dunia maupun akhirat, hal itu tercermin dari
ing Ngayogyakarta.
yang bertanggung jawab dalam pengadilan surambi di Masjid Agung Kraton dan
28
http://pathoknagari.id/, diakses pada 20 Juli 2020 jam 21.00
35
Masjid Pathok Negoro tersebut, menempati desa yang ditetapkan sebagai desa
Keempat desa tersebut adalah: (1) Mlangi; (2) Plosokuning; (3) Babadan; dan (4)
Pathok Negoro meliputi: jabatan asisten penghulu, masjid, dan desa yang
berstatus perdikan.29
yang lain agar mengerti keinginan dan kebutuhannya. Pada manusia Jawa, simbol
seharusnya memiliki aspek guna dan citra. Makna dari kata Guna adalah selalu
berkaitan dengan kegunaan, untuk apa bangunan itu dibangun dan dengan dengan
maksud yang bagaimana bangunan itu dibuat. Sedangkan makna kata Citra
adalah, bagaimana kesan dan penghayatan akan makna simbolik yang mungkin
ditimbulkan dari sebuah bangunan. Dapat diketahui dalam beberapa aspek, yaitu:
29
Johan Eko Praetyo, “Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning 1724-2014 (Kajian Sejarah
Arsitektur Jawa)”, “Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah Peradaban Islam,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), Hlm.64-65
36
1. Politik
Negoro, adalah batas negara. Masjid Pathok Negoro secara nyata adalah batas
saling bercampur aduk, sehingga dibutuhkan batas politis berupa bangunan atau
melindungi aset fisiknya secara politis dengan mengakui secara informal dan
keistimewaan tanah dan penduduknya, sebagai bagian dari klaim religius dengan
37
2. Budaya
Darojat, adalah hasil penghayatan adat dan tradisi arsitektur lokal di tanah Jawa
pada waktu itu. Bangunan rumah ibadah seperti masjid di Jawa, tentu selalu
mengikuti pakem atau standar yang telah lebih dulu ada, yaitu Masjid Agung
Islam, bahkan tiap daerah mempunyai standar dan gaya arsitektur nya sendiri,
sehingga inti nilainya, yaitu beribadah sholat dan aktivitas religius lainnya, tidak
terganggu oleh adanya perbedaan bentuk. Hanya tujuan penghadapan nya tetap
sama, yaitu menghadap kiblat sebagai pusat penghadapan umat Islam dalam
Keadaan itulah yang memunculkan akulturasi budaya dan nilai Islam yang
Kesultanan Yogyakarta.
Sebagai Masjid Pathok Negoro dengan status otonomi yang lebih rendah
disesuaikan dengan yang lebih tinggi derajatnya secara birokratis. Contoh paling
mudah dilihat adalah atap tumpang yang hanya berundak (bersusun) dua dan
Kraton Yogyakarta adalah salah satu simbol dan pusat dari kebudayaan
masyarakat Jawa. Makin jauh masyarakat dari kraton, maka makin jauh dan
makin pudar pula cerminan budaya yang terpancar dan muncul dari dalam kraton,
38
oleh sebab itu setiap raja berusaha untuk mencitrakan dan selalu berusaha
membawa sejauh mungkin hasil-hasil yang telah dia ciptakan untuk rakyatnya.
sekitarnyapun dibuat mengikuti kaidah arsitektur Jawa, terutama bagian atap dan
tata letak ruangan nya. Meskipun telah terjadi perubahan secara perlahan, namun
arsitektur utama Masjid Pathok Negoro Ad-Darojat Babadan tetap lestari sebagai
Negoro adalah pelestarian budaya Jawa, yang dilakukan secara nyata dibangun
sesuai dengan kaidah dan panduan dalam adat dan tradisi masyarakat Jawa, baik
tinggal di sekitar Masjid Pathok Negoro Ad-Darojat Babadan, juga ikut memaknai
caranya sendiri, berupa aktifitas sosial dan religius, yang ditujukan semata-mata
budaya, iklim dan ekologis. Pada Masjid Pathok Negoro Ad-Darojat, semua aspek
30
Johan Eko Praetyo, “Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning 1724-2014 (Kajian Sejarah Arsitektur
Jawa)”, “Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah Peradaban Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016), Hlm.74-76
39
Penerapan teknik konstruksi masjid mengikuti konsep yang lama, dapat
dilihat dari bangunan masjid agung kraton, yang mengikuti bentuk Masjid Agung
Demak. Penerapan akan tinjauan budaya, melalui konsep konstruksi masjid dapat
diketahui dari intensitas perubahan cahaya dan suhu, melalui ilmu falak dan
Ada tiga landasan sikap utama dalam yang dapat diketahui dari teknik
terhadap falsafah hidup dan alam. Sikap dharma, pengamalan ajaran agama di
dalam lingkungan, sebagai wadah bagi kehidupan dunia dan akhirat. Terakhir
adalah sikap tertib laksana, yang menyatakan bahwa manusia adalah subyek yang
sebagai bagian dari pusat kekuasaan. Konstruksi atap berwujud meru, mendapat
diletakkan di atas umpak batu, tiang sokoguru adalah sesuatu yang menjadi
sambungan kayu atap joglomeru, dipakai teknik ikatan kayu yang saling mengikat
konsol dengan pasak kayu tanpa paku. Teknik tersebut terbukti tahan terhadap
berbagai goncangan, baik gempa bumi maupun angin. Masjid Pathok Negoro Ad-
Darojat Babadan secara geografis berada di jalur arah angin dari gunung Merapi,
terutama pada malam hari dan juga berada di atas wilayah yang rentan gempa.
40
Teknik konstruksi tersebut, diadopsi dari teknik bangunan Masjid Demak
yang berada di pinggir laut utara Jawa, yang kuat bertahan dari hantaman angin
laut di siang dan malam hari. Karena di zaman itu belum ada teknik konstruksi
beton bertulang, maka teknik inilah yang paling tepat digunakan. Setidaknya ada
tiga guncangan gempa besar yang pernah melanda Yogyakarta, yaitu tahun 1824
1. Bagian Dalam
sebagaimana telah dijabarkan di atas, terdiri dari tiga bagian, yaitu: mihrab, ruang
sholat dan mimbar. Penjelasan yang ada pada bagian ini disatukan, tidak terpisah-
pisah menurut susunan tersebut. Bagian utama masjid adalah bagian terbatas,
yang dibatasi oleh pintu kayu dan kaca serta dinding pembatas. Pada saat ini tidak
ada fungsi lain di bagian dalam masjid, kecuali untuk ritual sholat, I’tikaf,
mengaji dan prosesi yang ada dalam sholat Jum’at serta sholat lainnya yang
membutuhkan khatib. Bagian kecil di bagian barat masjid yang berbentuk kubus
kecil (mihrab), berfungsi utama sebagai ruang imam memimpin sholat, tidak ada
41
fungsi lainnya. Pada bagian dalam masjid di sebelah kanan (utara), terdapat
mimbar
2. Bagian Luar
beberapa fungsi. Fungsi-fungsi dari bagian tambahan masjid Pathok Negoro Ad-
Darojat Babadan, ada yang bersifat praktis (utama) dan tambahan, yang
a. Serambi
mempunyai dua fungsi. Bagian pertama serambi, adalah pawestren, dengan fungsi
utama yaitu tempat (ruangan) sholat khusus untuk kaum wanita, baik di sebelah
utara (kanan) dan selatan (kiri). Fungsi lainnya adalah tambahan tempat sholat
kaum pria pada hari Jum’at, ketika kaum wanita tidak melaksanakan sholat
Jum’at.
utamanya adalah tempat untuk sholat, jika terpaksa bagian dalam masjid telah
penuh, maka fungsi tersebut menjadi paling penting, terutama saat sholat Jum’at.
selepas sholat dan saat acara tertentu seperti saat diadakan pengajian rutin atau
saat peringatan hari besar Islam tertentu. Fungsi tambahannya yaitu untuk
42
beristirahat para jama’ah atau pengunjung masjid, karena istirahat (tidur) di dalam
masjid, di bagian kiri dan kanan yang tidak ada pintunya, yaitu untuk menaruh
perangkat alat musik rebana dan rak buku perpustakaan kecil masjid.
b. Pawestren
Bagian pawestren fungsi utamanya adalah tempat untuk shalat kaum Hawa
(wanita). Fungsi utama ini berlaku setiap hari dalam shalat lima waktu, bahkan
pada waktu shalat Jum’at, beberapa jama’ah wanita, ikut dalam shalat Jum’at,
pawestren.
c. Halaman
Fungsi utama bagian halaman adalah sebagai tempat untuk kegiatan non-
Adakalanya bagian halaman juga digunakan untuk aspek ritual keagamaan, seperti
saat sholat di hari-hari besar seperti Iedul Fitri atau Iedul Adha.
juga dibatasi oleh sebuah pagar tembok (panyengker), yang berfungsi sebagai
43
d. Makam
tempat untuk mengebumikan jenazah para pemuka agama Masjid Ad-Darojat dan
beragama Islam. Tidak ada fungsi praktis lainnya untuk bagian makam, hanya
fungsi religi saja yang dapat diketahui. Sebab makam berada di bagian barat
masjid, maka makam sejak zaman Kesultanan Demak, berfungsi sebagai tempat
penghormatan dan pengingat para jama’ah yang berziarah, untuk selalu mengingat
bagian timur Kesultanan Yogyakarta. Sama seperti Pathok Negoro yang lain,
wilayah Babadan ditandai dengan masjid Keraton sebagai simbol. Masjid yang
pada 1774 diatas tanah mutiban dikawasan timur pusat Kesultanan Yogyakarta.
31
Hasil Wawancara dengan Sekertaris Masjid Ad-Darojat Bapak Suhari pada Tanggal 19 Juli
2020 di serambi Masjid pukul 16.30
32
http://teamtouring.net/masjid-pathok-negoro-ad-darojat-babadan.html, diakses pada 20 Juli jam
21.05
44
masjid yang dibangun Sri Sultan Hamengku Buwono I. Kampung baru yang
menampung warga beserta seluruh isi kampung Babadan itu kini juga bernama
kemauan Jepang. Isu perluasan pangkalan pesawat terbang yang dijadikan alasan
Jepang untuk pengusiran itu diyakini beberapa warga tidak akan pernah terjadi
bekas kampung halamannya itu. Bekas kampung itu sendiri menjelma menjadi
semak belukar.
mengelilinginya. Pada masa kejayaan PKI di tahun 1960-an, bekas masjid itu
hendak disulap menjadi panggung ketoprak. Tetapi, sebelum niat itu terealisir PKI
September 1965.33
adalah salah satu penyuplai kebutuhan daging untuk Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY). Khusus Babadan Baru, mereka kini menjadi penyuplai kebutuhan daging
Gamping. Pernah pula ada yang menjagal sapi tetapi kini mulai sepi. Ada juga
33
Muhammad Fuad Riyadi. Kampung Santri. Yogyakarta :(Ittaqa Press,2001)Hlm. 101-102
45
yang membuat warung sate sendiri. Selain warga Babadan Baru, mantan warga
yang kini tinggal dikampung-kampung lain pun bisnisnya tidak lepas dari urusan
warung sate juga dijual ke sejumlah pasar seperti Kranggan, Jambu, Pingit dan
Beringharjo. Adapun Kampung Babadan Lama, bisnis jual beli daging ini mulai
menyurut. Itu karena warga asli Babadan memang tinggal sedikit, kebanyakan
adalah pendatang.34
Keraton sebagai wakil Keraton juga masih tetap rutin berkunjung. Takmir masjid /
pengurus masjid juga masih tetap secara rutin mengikuti kegiatan pengajian di
Keraton yang disebut Bukhoren / Ahad Pon-an35. Namun berbeda dari dua Pathok
34
Muhammad Fuad Riyadi. Kampung Santri. Yogyakarta :(Ittaqa Press,2001)Hlm.. 108-109
35
Ahad Pon-an adalah pengajian yang diselenggarakan oleh Keraton untuk para takmir dari
masjid-masjid kagungan dalem Keraton. Biasanya, takmir memakai seragam khusus berupa baju
koko putih, celana hitam, serta kopiah. Dinamakan pengajian Ahan Pon-an karena pengajian ini di
selenggarakan pada hari Ahad (kata Ahad berasal dari bahasa Arab yang artinya hari Minggu)
yang bertepatan dengan weton Jawa Pon. Biasanya, Ahad Pon-an ini dilakukan tiap selapan (35
hari) sekali.
46
keislaman yang kuat, banyak sekali budaya mereka yang telah berubah. Hal ini
wilayah biasa. Masjidnya tetap kagungan dalem kaeraton. Dari sisi historis, ia
kemungkinan yang berbeda. Misalnya, bisa saja perhatian itu merupakan bentuk
kontrolnya atas tentunya akan membuat Babadan suatu saat lepas sama sekali dan
Dalam konteks ruang fisik, Babadan terletak di bagian timur dari Keraton
sebagai Pengadilan Surambi yang berhubungan dengan sistem peradilan dan lebih
condong ke arah administratif, Babadan juga digunakan sebagai suatu titik tempat
sebagai satu titik desentralisasi kekuasaan Keraton dalam hal penyebaran agama
Islam dan peradilan Islami. Hanya saja, kemudian banyak sekali pengaruh
lebih banyak terjadi dalam ranah fisik. Konsep Babadan sebagai ruang fisik ini
47
Babadan didirikan di sebelah timur Keraton Yogyakarta yang dalam
Lapangan Udara Adi Sucipto saat ini) untuk kepentingan Angkatan Udara
Belanda. Hanya saja, di tahun 1942 lapangan udara ini berhasil direbut oleh
Jepang ketika Jepang mulai masuk dan menduduki Indonesia. Kampung Babadan
yang merupakan lokasi strategis saat itu dimanfaatkan oleh Jepang untuk
besar-besaran Masjid Pathok Negoro Babadan, yang dalam bahasa Jawa disebut
bedhol desa. Masjid dipindahkan di daerah Kentungan, saat ini daerah ini dikenal
Pada saat itu, tidak ada perlawanan yang berarti dari masyarakat meskipun
masyarakat bisa saja menyatakan perang dan melawan. Hal ini karena ada
peringatan keras dari Gubernur Belanda penguasa Yogyakarta dan Sultan sebagai
pernyataan yang dimuat di surat kabar Mataram tanggal 7 Maret 1942 yang isinya
dijalan-jalan.
48
Selain aturan yang keras muncul tiba-tiba itu, perintah Sultan juga
pribumi yang melakukan perampokan terhadap orang-orang Belanda yang saat itu
dalam posisi kalah, dan orang asing di kamar bola (Kauman, saat ini di Muka Seni
Sorong). Saat itu, muncul Sultan dan memperingatkan rakyat secara langsung
dengan berkata ; “...hal keadaan ini saja nengerti djuga bahwa sekalijan jang
sama ambil barang-barang ini banja terdorong dari lain orang telah
mengambilnja, maka sebab kita harus djudjur dan suktji itulah tidak berguna lagi
dan tidak mangfaat, maka dari itu jang sudah terlanjur barang-barang tadi
supaja dikembalikan...”36.
supaya tidak mendapat hukuman berat (baik dari Belanda maupun dari Jepang)
Lama yang sudah tidak memiliki bangunan masjid dan ditinggalkan warganya
PKI mengkavlingkan tanah wilayah Babadan Lama untuk kemudian mereka jual
36
P.J. Suwarno, 1994. HB IX dan Sistem Pemerintahan Yogyakarta 1942-1974.Sebuah Tinjauan
Historis.Yogyakarta. Kanisius. Hlm. 92.
37
Wara-Wara Pepatih Dalem ing Keraton Ngajogjakarta K.P.A.A Dhanoeredjo 6 Maret 1942.
Hlm. 92.
49
bebas atau malah dibagi-bagi begitu saja. Pengkavlingan ini menyebabkan bentuk
tata kota di Kampung Babadan menjadi rapi berbentuk kotak-kotak dan memiliki
jalan lebar. Karena itulah saat ini bila dibanding dengan kampung-kampung kuno
lainnya, bentuk tata kota Kampung Babadan cenderung lebih modern. Mobil bisa
masuk karena jalan lebar, dan hal ini membuat Babadan manarik pedatang baru
penentu perubahan kampung ini. Ketika Indonesia telah bebas dari PKI dan relatif
bersamaan, kondisi kekuasaan politik Orde Baru mulai goyang. Soeharto sebagai
penguasa Orde Baru telah cukup kehilangan dukungan dari kekuatan militer dan
Soeharto mulai melirik kalangan Muslim. Saat itu, secara simbolik Soeharto
sekaligus memberi nama baru Masjid, yakni Ad-Darojat. Nama ini diambilkan
38
Widyastuti.Fungsi Latar Belakang Pendiri dan Peranan Masjid-Masjid Pathok Negoro.( Skripsi
S1 Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra,Universitas Gadjah Mada,1995) Hlm. 148
50
pembangunan kembali masjid ini. Di sinilah perubahan signifikan psikologis
dulu ikut hijrah ke Babadan Baru tidak ikut kembali ke Babadan yang lama saat
pindah kembali. Selain itu banyak pula penduduk Babadan asli yang kemudian
Dari cerita panjang diatas, tampak jelas bahwa perubahan yang begitu
kompleks terjadi pada Babadan sebagian besar terkait dengan perubahan ruang.
yang lekat pada Islam atau Islam tradisional (sebagai karakter utama dari Islam
Keraton) yang menjadi karakter dasarnya. Identitas Babadan saat ini lebih
cenderung sebagai kampung Islam dalam pemahaman Islam sebagai agama dan
bukan sebagai budaya atau hanya ritual budaya tertentu. Identitas Babadan
didominasi dengan kegiatan Islami masih tetap berjalan. Hal ini bertolak pada
pemahaman bahwa identitas sebagai Pathok Negoro tidak melulu berkaitan erat
39
Yenny Retno Mallany. Pathok Negoro Mengahadapi Perubahan Zaman.(PolGov,2016). Hlm.
149
51
dengan hal bercorak Islam, akan tetapi dengan kuat juga bersandar pada cara,
ritual, dan budaya yang dikaitkan dengan keagamaan. Babadan saat ini telah
Muslim taat, baik penduduk asli maupun pendatang. Hal ini menunjukkan bahwa
52
BAB IV
tradisi lama dalam status dan stratifikasi sosisal seperti pada zaman Belanda.
sebagai pusatnya. Aktivitas religius dapat berarti aktivitas sosial, dengan cara
bertatap muka dan bertukar pikiran. Tradisi slametan, kenduren, tahlilan dan lain-
lain seperti pengajian akbar ataupun hanya sekedar rutinitas shalat berjamaah,
membuat seluruh kegiatan masyarakat tertuju pada aspek moral dan terkesan
agamis.
tidak pernah hilang, hanya bergeser perlahan sesuai zamannya. Terdapat paling
tidak tiga fungsi utama Majid Pathok Negoro sebagai upaya memperkuat identitas
keislaman dan kemasyarakatan, selain sebagai tempat ibadah. Berdasarkan hal itu,
53
1. Fungsi Politis meliputi : pemerintahan, pertahan dan peradilan
bagian fungsi masjid dalam melayani masyarakat, hal ini penting untuk
dan harus setiap saat dalam pengurusannya, maka pengurus masjid harus dapat
pengurusan jenazah.
tentu tidaklah orang sembarangan, tentu masjid dapat menunjuk salah satu
seorang imam masjid untuk dapat mengurusi dari awal hingga akhir. Sehingga
keluarga duka akan terbantu dan tidak perlu mencari dalam pengurusan ini karena
40
Tim Museum Sonobudoyo, Masjid-Masjid Pathok Negoro di Kesultanan Yogyakarta, Hlm. 54
dan 74
54
b. Penyelenggaraan Pernikahan
Dalam agama, pernikahan itu dianggap sebagai suatu hal yang suci. Acara
pernikahan adalah upacara yang suci, yang kedua belah pihak dihubungkan
perbuatan ibadah, ia juga termasuk sunnah Allah dan sunnah Rasul. Bahkan
pernikahan dalam Islam dianggap sebagai sebuah perintah Allah dan juga dari
Rasul.
suci dan sakral untuk dilakukannya prosesi Ijab Kabul. Di Masjid Pathok Negoro
Babadan sendiri banyak beberapa warganya ada yang melakukan prosesi Ijab
c. Kegiatan-Kegiatan Keagamaan
Sebagai tempat kegiatan ibadah ini masjid merupakan pusat atau tempat
shalat, dzikir dan lain-lain. Kegiatan ibadah ini mencangkup kegiatan ibadah ritual
atau madhah yaitu ibadah yang erat kaitannya dengan Allah SWT dan ibadah
sesama manusia.
Maka fungsi masjid sebagai kegiatan ibadah ini dapat menjadi dua bidang
yang pertama sebagai ibadah madhad dan ibadah sosial, berkaitan hal tersebut
55
kegiatan ibadah madhah maupun kegiatan sosial yang ada di Masjid Pathok
Ibadah Madhah : Shalat berjamaah, Shalat dua hari raya, Shalat jum’at, Dzikir dan
Ibadah sosial : Adanya kegiatan majelis ta’lim, Pengelolaan zakat infak dan
kerja yang jelas. Pemuda ditempatkan sebagai roda penggerak utama dalam
pemuda pada 1971, sesaat setelah masjid direhabilitasi. Babadan memberi nama
Ikatan Pemuda Islam dan bukannya ikatan pemuda masjid seperti biasanya
dengan piknik, donor darah, dan dengan perkara informasi beasiswa), departemen
Jumat, Ramadan, TPA, Ahad pagi, pemuda tiap RT). Di antara departemen-
56
departemen ini yang paling krusial adalah departemen pendidikan dan dakwah.
Tampak di sini bahwa Babadan tidak ingin terus menerus melekatkan diri
pada performa masjid yang dikenal dengan Pathok Negoro. Babadan berusaha
agar terbentuk masyarakat Islami secara rill yang terlepas dari klaim identitas
yang sistematis dan sangat jelas di masyarakat yang diwakili oleh para pemuda.
kelompok yang spesial. Selain diserahi tugas yang besar untuk memegang dan
menerima beasiswa dari para tokoh-tokoh yang memang bisa digolongkan sebagai
kaya di sana.
Setiap tahun, rata-rata 35 anak bisa bersekolah dari hasil donasi orang-orang kaya
di Babadan. Ini telah berlangsung sejak 1984. Donatur terdiri dari orang asli
Babadan yang kuliah di luar Babadan dan ketika sukses kembali lagi ke Babadan.
41
Yenny Retno Mallany. Pathok Negoro Mengahadapi Perubahan Zaman.(PolGov,2016). Hlm.
150
57
Hal ini menampakkan kepedulian yang besar di masyarakat Babadan terhadap
Maka secara rill kepedulian terhadap pendidikan terbukti. Pendidikan ini pula
Babadan Islam hanya dianggap tidak lebih sebagai agama yang dianut dan harus
dijalani dengan baik dan sempurna. Bukan merupakkan paham golongan yang
Ini menyiratkan karakter Babadan yang sangat terbuka. Dalam fakta pun
melihat Islam, Islam harus dimurnikan dan harus terlepas dari budaya. Namun,
masyarakat Babadan cukup cerdas dalam melihat fenomena ini, mereka tidak
mendorong munculnya pihak pemenang dan dominan. Hal ini terlihat dari
beberapa bingkai tulisan yang dipasang di setiap sisi masjid Babadan yang
KELOMPOK TERTENTU”
dan perbedaan terletak pada cara masing-masing. Inilah mengapa hubungan antar-
58
Muslim tetap terjaga di Babadan meskipun ragam keislaman yang mereka anut
sangat majemuk.
Babadan yang menunjukkan persatuan dan kerukunan adalah Shalat Taraweh dua
macam di bulan Ramadhan. Jelas ini merupakan hal yang langka terjadi. Shalat
Mengenai hal itu merupakan perwujudan rasa saling menghargai dan persatuan
antara orang yang suka shalat 11 rakaat dan yang suka taraweh 23 rakaat. Dalam
prakteknya, beberapa orang malah kadang ikut teraweh 11 rakaat, dan di kala lain
Selain itu, hal lain yang juga mendukung berjalannya sistem ini adalah
adanya kontrol sosial sangat tinggi. Misalnya, ada salah satu warga saja yang
membuat mereka merasa tidak enak jika tidak ikut bergabung. Ini menjadi
42
Muhammad Fuad Riyadi. Kampung Santri. Yogyakarta :(Ittaqa Press,2001)Hlm. 104
59
Masjid sebagai tolak ukur keberadaan individu-individu masyarakat Babadan.
pengajian, maka akan diperhatikan dan dicari tahu apakah ia sakit atau ada hal
identitas Babadan sebagai kampung Muslim masih tetap kuat. Warga mengakui
seorang perempuan lebih dari jam 22.00 malam, orang yang mabuk-mabukan di
mempengaruhi kebijakan tentang siapa yang berhak dan tidak berhak tinggal
disekitar wilayah mereka. Bukan masalah ketika pendatang adalah muslim yang
dibatasi. Misalnya, dengan tidak boleh melepas anjing peliharaan diluar rumahnya
sendiri. Jika dilepas, maka bukan tdak mungkin masyarakat bertindak keras
dengan memukul atau bahkan membunuh anjing tersebut. Hal ini dikarenakan
anjing merupakan hewan dengan air liur najis bagi orang Islam. Selain itu, jika
pendatang tidak mencerminkan perilaku yang baik, mereka juga tidak akan bisa
60
Pola yang cukup serupa dimiliki oleh masyarakat Babadan dalam
menghadapi pendatang non-Islam yang bisa dibilang cukup kuat dan memiliki
yang sangat berorientasi Islam. Hal ini diperlihatkan lewat kasus pembangunan
gereja yang tidak jauh dari pusat (Masjid Pathok Negoro Babadan). Menurut
gereja mati.
Karangkajen, Kotagede, Kunto dan Kauman. Bantuan ini mereka berikan karena
ikatan emosional masih sangat kuat sebab dulu mereka satu kesatuan. Ada makna
yang sangat dalam di sini. Maka agamais dan makna kolektivitasan yang didasari
yang sama, yakni melawan berdirinya gereja disekitar Pathok Negoro Babadan.
43
Yenny Retno Mallany. Pathok Negoro Mengahadapi Perubahan Zaman.(PolGov,2016). Hlm.
150-154.
61
C. Kegiatan Rutin yang diadakan di Masjid Ad-Darojat
Allah melaui Azan, Qomat, Tasbih, Tahmid, Tahlil Istigfar, dan ucapan lain yang
dianjurkan dibaca di Masjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan
mengerjakan shalat, baik untuk shalat lima waktu maupun shalat Jum’at maupun
shalat hari raya. Sehingga berfungsi dan tidaknya masjid ditentukan oleh takmir
masjid dan Ikatan Pemuda Masjid Babadan (IPIB). Oleh karena itu takmir dan
44
Wawancara dengan Sekertaris Masjid Ad-darojat Bapak Suhari Pada Tanggal 19 Juli 2020 di
Serambi Masjid pukul 16.30.
62
mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan tentang arti kandungan Al-quran,
Kegiatan ini diadakan untuk meningkatkan pengetahuan bahasa Arab dan juga
untuk mendalami makna yang terkandung di dalam Al’Qur’an. Ini salah satu
kegiatan yang dilakukan setiap ba’da Maghrib di Masjid Ad-Darojat Babadan dan
Kajian Pemuda Islam adalah kegiatan yang dilakukan oleh IPIB (Ikatan
Pemuda Islam Babadan) setiap Ahad malam dua pekan sekali di Masjid Ad-
Darojat Babadan. Kegiatan ini berisi kajian-kajian agama yang dibawakan oleh
salah satu pemuda IPIB secara bergiliran tiap ahad dua pekan sekali dengan tema
yang berbeda-beda. Kegiatan ini tidak hanya di ikuti oleh pemuda saja namun
63
4. Kajian Khusnul Khotimah
mayarakat Lansia di Kampung Babadan setiap Jum’at pukul 16.00 WIB di Masjid
Ad-Darojat Babadan. Kajian Khusnul Khatimah ini biasanya di isi oleh Kyai atau
Ustadz yang tinggal di Kampung Babadan. Kajian ini berisi tentang bagaimana
kelak kita bisa meninggal secara khusnul khotimah, juga mengajak kita untuk
lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT terutama untuk masyarakat yang sudah
lanjut usia.
Babadan dan umum yang dilakukan pada Ahad pukul 06.00 WIB dua pekan
sekali di Masjid Ad-Darojat Babadan. Kegiatan pengajian ini selalu di isi oleh
Kyai atau Ustadz sekitar Kampung Babadan bahkan kadang dari luar kota.
Kegiatan ini depelopori oleh IPIB (Ikatan Pemuda Islam Babadan), mereka selalu
berkoordinasi untuk menentukan siapa Ustadz atau Kyai yang mau didatangkan
Pengajian Anak (TPA) adalah kegiatan yang dilakukan setiap hari Senin,
dan Kamis di Masjid Ad-Darojat Babadan. Kegiatan ini diikuti oleh Anak-Anak
TPA Kampung Babadan. Pengajian ini biasanya di isi oleh guru TPA bahkan
kadang beberapa anggota IPIB yang bersedia untuk mengisi pengajian anak ini.
64
Isi dari kegiatan ini adalah : mengaji Al-Qur’an, Iqra’, hafalan surat-surat pendek,
menyanyi nyanyian Islam, bercerita tentang Nabi-Nabi dan masih banyak lagi.
7. Tadarus Bapak-Bapak
Jum’at dan Sabtu setiap ba’da Maghrib di Masjid Ad-Darojat Babadan. Kegiatan
ini biasanya hanya diikuti oleh jamaah Masjid Ad-Darojat yang laki-laki saja.45
Babadan selain kegiatan diatas adalah seperti : Shalat Tarawih berjamaah saat
bulan Ramadhan, Shalat Idul Fitri berjamaah, Shalat Idul Adha, Penyembelihan
Hewan Kurban dan kadang diadakan pengajian akbar di Masjid saat hari besar
kerja, adapun faktor pendukung dan penghambat yang terdapat dalam aktivitas
45
https://pathoknagari.id/ diakses pada tanggal 29 Agustus 2020 jam 19.19
65
b. Masyarakat Padukuhan Plumbon tidak keberatan jika dikenakan iuran jika
sedang ada kegiatan di Masjid, bahkan ada yang sukarela memberi tanpa disuruh.
Contohnya seperti pembagian nasi dan minuman setiap Hari Jumat selepas Shalat
Jumat diadakan.
donatur tersebut bukan hanya dari dalam kampung saja namun juga ada yang dari
berkomitmen jika ada kegiatan dimasjid semua itu sama tidak ada perbedaan
kelompok tertentu . Bagi mereka Islam itu satu hanya memang aliran atau
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada zaman penjajahan Jepang yakni pada tahun 1940, Masjid Ad-
Kentungan, Sleman. Perpindahan ini dikarenakan saat itu daerah Babadan terkena
tersebut, masjid Patok Negara atau Negoro tersebut menjadi tak terurus.Saat
terjadi pengusiran oleh Jepang, memang tidak semua penduduk ikut boyong ke
Setelah ditinggalkan warga, masjid ini hanya tersisa fondasi dan temboknya saja.
Hal ini dikarenakan seluruh konstruksi kayu masjid ikut dipindah dan dibangun
kembali di Babadan Kentungan. Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia ke-2
67
Pembangunan kembali masjid tersebut dilakukan semasa Sri Sultan Hamengku
Buwono IX. Atas dukungan Sultan maka nama Sultan Hamengku Buwana IX
"Ndoro Jatun" diabadikan menjadi nama masjid Patok Negara tersebut dengan
yang bertanggung jawab dalam pengadilan surambi di Masjid Agung Kraton dan
Masjid Pathok Negoro tersebut, menempati desa yang ditetapkan sebagai desa
Keempat desa tersebut adalah: (1) Mlangi; (2) Plosokuning; (3) Babadan; dan (4)
Pathok Negoro meliputi: jabatan asisten penghulu, masjid, dan desa yang
berstatus perdikan.
yang lain, wilayah Babadan ditandai dengan masjid Keraton sebagai simbol.
Masjid yang mulanya bernama Masjid Pathok Negoro Kauman Babadan dan
Buwono I pada 1774 diatas tanah mutiban dikawasan timur pusat Kesultanan
Yogyakarta.
68
3. Masjid adalah merupakan simbol eksestensi sebuah masyarakat
tempat mengerjakan shalat, baik untuk shalat lima waktu maupun shalat Jum’at
maupun shalat hari raya. Sehingga berfungsi dan tidaknya masjid ditentukan oleh
takmir masjid dan Ikatan Pemuda Masjid Babadan (IPIB). Oleh karena itu takmir
Kajian Tafsir Qur’an adalah kegiatan yang dilakukan setiap ba’da Maghrib di
b. Kajian Tahsin Qur’an adalah kegiatan yang dilakukan setiap Ahad ba’da
c. Kajian Pemuda Islam adalah kegiatan yang dilakukan Ahad malam dua pekan
Lansia di Kampung Babadan setiap Jum’at pukul 16.00 WIB di Masjid Ad-
Darojat Babadan.
f. Pengajian Ahad Pagi adalah kegiatan yang dilakukan untuk warga Babadan dan
umum yang dilakukan pada Ahad pukul 06.00 WIB dua pekan sekali di Masjid
Ad-Darojat Babadan.
69
g. Pengajian Anak adalah kegiatan yang dilakukan setiap hari Senin, dan Kamis di
Babadan selain kegiatan diatas adalah seperti : Shalat Tarawih berjamaah saat
bulan Ramadhan, Shalat Idul Fitri berjamaah, Shalat Idul Adha, Penyembelihan
Hewan Kurban dan kadang diadakan pengajian akbar di Masjid saat hari besar
B. Saran
Penelitian ini menunjukkan salah satu Masjid Pathok Negoro yang berada
Darojat dan Kampung Babadan ini memiliki sejarah yang panjang. Seperti
Kampung Babadan yang pernah digusur oleh Jepang pada saat kedudukan Jepang
kembali dan Masjid Pathok Negoro juga dibangun kembali di Kampung ini tanpa
Darojat dan Kampung Babadan Banguntapan ini berada disebelah Timur dari
Kesultanan Yogyakarta.
70
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Dieter Evers, Hans dan Korff Rudiger. Urbanisme di Asia Tenggara Makna dan
Kekuasaan Dalam Ruang Sosial. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2002.
Hamid, Abd Rahman dan Muhammad Saleh Madjid. Pengantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta: Penerbit Ombak. 2011.
71
Tim Museum Sonobudoyo. Masjid-Masjid Pathok Negoro di Kesultanan
Yogyakarta. 2006.
KARYA ILMIAH :
Prasetyo, Johan Eko. Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning 1724-2014 (Kajian
Sejarah Arsitektur Jawa). Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.
INTERNET :
IPIB (Ikatan Pemuda Islam Babadan). Profil Masjid Pathok Negoro Ad-Darojat.
Dalam http://pathoknagari.id . Artikel. 20 Juli 2020.
IPIB (Ikatan Pemuda Islam Babadan). Profil Masjid Pathok Negoro Ad-Darojat.
Dalam http://teamtouring.net/masjid-pathok-negoro-ad-darojat-
babadan.html . Artikel. 20 Juli 2020.
72
Mudra, Al Mahyudin. Dalam http://kerajaannusantara.com/id/yogyakata-
hadiningrat/tempat-ibadah. Artikel. Juli 2020.
WAWANCARA :
Suhari. “Sejarah Masjid Pathok Negoro Ad-Darojat dan Kegiatan yang Ada di
Masjid Ad-Darojat Babadan”. Hasil wawancara Pribadi pada 19 Juli 2020.
Di serambi Masjid Ad-Darojat Bantul Yogyakarta.
73
LAMPIRAN
74
Lampiran 1
Lampiran 2
75
Lampiran 3
Lampiran 4
76
Lampiran 5
Lampiran 6
77
Lampiran 7
Lampiran 8
78
Lampiran 9
Bendahara Sekertaris
Ustadz
79
Lampiran 10
Ketua I Ketua II
Ketua III
Indrajaya
80
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Elisa Novi Kartikasari
Nomor HP : 083842716239
PENDIDIKAN
81