Pertama-tama, segala puji dan syukur kami persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena senantiasa melimpahkan berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “’Kehidupan Anak Putus Sekolah Dan Dampak
Negatif Bagi Anak Dibawah Umur’’(Studi Kasus : Anak Putus Sekolah Di Jl. Hang Tuah,
Tanjungpinang Kota, Kec. Tj. Pinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau Pada Tahun
2023)" tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan laporan penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
Pelajaran Sosiologi di tahun ajaran 2022/2023 yang diampu oleh Ibu Rimi Sekendri, S.Sos.
Selain itu, peneliti juga berharap dengan adanya laporan penelitian ini dapat menambah wawasan
pembaca tentang kehidupan anak putus sekolah dan dampaknya bagi diri mereka sendiri.
Selesainya laporan penitian ini tentu tidak terlepas dari doa, bantuan, dukungan, serta
bimbingan dari beberapa pihak sehingga peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Ibu Rimi Sekendri, S.Sos, selaku guru pembimbing mata pelajaran Sosiologi yang selama ini
selalu membimbing, mengoreksi, dan memberikan saran dengan sabar, serta memberikan
motivasi kepada kami semua sehingga kami semua dapat menyelesaikan laporan penelitian
ini tepat pada waktunya.
2. Teman-teman kelompok 1 yang dapat bekerja sama dalam melakukan penelitian, hingga
disusunnya laporan penelitian.
Dalam penulisan laporan ini, kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam laporan
percobaan ini, baik dalam penulisan maupun kelengkapan isi laporan, hingga hasil penelitian
yang telah di uraikan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun agar penyusunan laporan penelitian berikutnya menjadi lebih baik sangat kami
harapkan. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi dalam membantu penyusunan laporan penelitian ini.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun sebuah negara.
Sumber daya manusia dapat dikembangkan menjadi lebih berkualitas melalui pendidikan.
Pendidikan menjadi motor penggerak kelangsungan hidup dalam konteks politik, sosial,
ekonomi, maupun budaya. Pendidikan pada hakekatnya dapat ditinjau dari berbagai perspektif.
Pendidikan dapat membawa individu menuju kehidupan yang lebih baik. Pendidikan dapat pula
dipandang sebagai kegiatan yang lebih formal dilakukan di sekolah.
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara
Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan sarana
dalam wujudkan tujuan negara. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia Pasal 60 Ayat (1) menyatakan bahwa “setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat
kecerdasannya”. Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak Indonesia berhak memperoleh
pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang
status sosial, ras, etnis, agama, serta gender.
Dalam Undang-Undang pendidikan No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
Pasal 34 ayat (1-3) telah ditetapkan bahwa:
1). Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti wajib belajar.
2). Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada
jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
3). Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan, pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan ketentuan di atas bahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama baik pemerintah maupun masyarakat dan keberhasilan pendidikan sangat
tergantung dari usaha terpadu yang dilaksanakan secara sinergis antara komponen terkait.
Mengingat pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap warga Negara dan
merupakan jalan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) sebagai penopang
tercapainya pembangunan baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang- bidang lainya.
Realitasnya masih ada sebagian orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan bagi anak.
Menurut laporan tahun 2012 di Indonesia masih terdapat sekitar 2,3 juta anak usia 7-15 tahun
yang tidak bersekolah (Unicef, 2012:9). Putus sekolah menjadi masalah yang cukup serius
karena ironis dengan usaha pemerintah yang gencar untuk memajukan pendidikan nasional.
Putus sekolah merupakan jurang yang menghambat anak untuk mendapatkan haknya. Putus
sekolah disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor ekonomi, psikologis, serta lingkungan sosial
menjadi pemicu seorang anak tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Mayoritas anak-anak
yang mengalami putus sekolah disebabkan karena faktor ekonomi, namun tidak sedikit pula
putus sekolah yang disebabkan karena faktor psikologis dan lingkungan sosial.
Persoalan anak putus sekolah bukanlah sesuatu yang baru untuk di perbincangkan
namun persoalan ini begitu urgen untuk di perbincangkan dari kalangan akademisi maupun
kalangan umum lainya, sebab persoalan ini bersentuh langsung dengan kemajuan suatu
negara bangsa dan masyarakat. Terputus sekolahnya seorang anak atau masyarakat, tentu saja
suatu hal yang sebenarnya tidak dikehendaki baik bagi mereka yang mengalami, maupun
orang lain yang secara langsung melihat kenyataan ini. Sehubungan dengan itu, Trismansyah
(1998:18) berpendapat bahwa anak putus sekolah ialah anak yang mengalami kegagalan
mengikuti pendidikan di sekolah, sehingga ia berhenti sekolah sebelum waktunya. Anak
putus sekolah merupakan anak yang terdaftar di sekolah SD, SMP, SMA namun belum
mengelesaikan sekolahnya.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa dapat di ambil kesimpulan Anak putus sekolah
bisa di katakan anak yang gagal dalam mengikuti pendidikanya. Masalah putus sekolah bisa
menimbulkan ekses dalam masyarakat, sebab orang putus sekolah biasanya menjadi
pengangguran yang belum memiliki keahlian untuk bekerja atau menghasilkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Karena jenjang pendidikannya masih rendah, anak-anak putus sekolah ini sewaktu sudah
dewasa mereka tidak punya pemikiran-pemikiran yang bersifat kedewasaan maupun sifat
kemandirian sehingga ia akan menjadi sampah masyarakat pengangguran yang akan menjadi
masalah sosial.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai ‘’Kehidupan Anak Putus Sekolah Dan Dampak Negatif
Bagi Anak Dibawah Umur’’ (Studi Kasus : Anak Putus Sekolah Di Jl. Hang Tuah,
Tanjungpinang Kota, Kec. Tj. Pinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau Pada
Tahun 2023)
1. Manfaat teoritis
A) Bagi Peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan acuan
dimasa yang akan datang
B) Bagi Pembaca, diharapkan Penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat
terhadap wawasan pembaca
2. Manfaat Praktisa
A) Bagi Pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan
pendidikan anak.
B) Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai penerapan dan pengembangan ilmu
pengetahuan teoritis yang didapat dibangku kuliah kedalam praktek kerja nyata.
BAB II
HASIL PENELITIAN
2.6. Dokumentasi
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, peneliti dapat mengambi kesimpulan yaitu:
Seorang anak yang bernama Pandi yang berjenis kelamin laki-laki dan berumur 13 tahun
menjadi badut keliling untuk membantu perekonomian keluarga.
Anak yang bercita-citakan polisi tersebut harus putus sekolah dan melanjutkan kegiatan
sehari-hari dengan membantu ibu untuk mencari nafkah karena faktor ekonomi keluarga
yang tidak mendukung.
Pandi merasa bersyukur terhadap semua yang telah ia lakukan dan jika ada kesempatan,
Pandi ingin melanjutkan sekolahnya.
Pandi suka hal yang berhubungan dengan sekolah, maka itu, Pandi berharap agar pemerintah
dapat lebih memperhatikan terkait bantuan sosial yang seharusya merata terhadap orang-
orang seperti mereka, ia juga berharap dapat melanjutkan sekolah seperti teman-temannya
yang lain
3.2. Saran
Pemerintah dapat lebih menaruh perhatian terkait pembagian bantuan sosial yang kurang
merata terhadap orang-orang yang membutuhkan
Pemerintah dapat melakukan berbagai upaya seperti:
o Pembiyaan Pendidikan yang meliputi Kebijakan di Bidang Pendidikan (Gerakan
Penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun Dan Pendidikan Dalam Bentuk PERDA), Program
Bantuan Siswa Miskin (Program Keluarga Harapan, Program Indonesia Pintar, Bantuan
Langsung Tunai Serta Bantuan Semacam Seragam Sekolah)
o Penyediaan Informasi yang meliputi Sosialisasi Kepada Masyarakat dengan cara
memberikan penjelasan mengenai pentingnya serta manfaat dari pendidikan kepada
masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL :
https://ojs.unm.ac.id/tomalebbi/article/download/35608/1703
https://info.populix.co/articles/wawancara-adalah/
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnalilmiahsociety/article/download/
37564/34557#:~:text=Mc%20Millen%20dan%20Whitener%20dalam,siswa%20yang
%20tidak%20menyelesaikan%20pendidikan