Anda di halaman 1dari 41

Sebelum konsultasi dengan mengirim file ataupun langsung sebaiknya anda

baca terlebih dahulu proposalnya dengan baik. Jangan hanya copas copas tanpa
dipermak kalimatnya sama sekali tidak terstruktur dengan baik. Belum
membaca subtansi saja sudah banyak hal yang tidak tepat. Bagaimana yang
lainnya, latar belakangnya saja masih berantakan begitu.

Tata tulis juga harap diperhatikan seperti, letak paragraph, penomoran, dan
cara penyusunan kalimat, serta penulisan sumber Pustaka. Perbanyaklah
membaca tulisan yang benar, jangan hanya mengandalkan copas copas internet
atau penelitian terdahulu.

Dalam penyusunan tulisan kita diperbolehkan mengutip tapi bukan mengutip


seluruh tulisan orang. Tentunya dengan mengikuti aturan yang tepat sesuai
aturan ilmiah. Aturan itu yang harus anda BACA.

Belajarlah dengan banyak membaca, masih banyak sekali ketidaksesuaian


dalam penyusunan kalimat dalam setiap paragraph. Hal ini tentunya sangat
tidak enak untuk dibaca.

Baca berbagai penelitian terdahulu, panduan penulisan karya ilmiah yang


diterbitkan oleh DIKTI atau FAKULTAS agar tulisan anda lebih rapi dan enak
untuk dibaca.

Tips Penulisan

1. Perbanyak membaca hasil penelitian atau karya tulis ilmiah


2. Ketika mengutip lakukan paraphrase untuk menghindari plagiasi
3. Baca dan ikuti penduan penulisan karya ilmiah baik dari DIKTI ataupun
Fakultas. Ikuti standar penulisannya terutama dalam penulisan sumber
kutipan yang baik dan benar.
4. Gunakan Bahasa Indonesia EYD terbaru
5. SEBELUM KONSULTASI KE DOSEN, BACA PROPOSAL ANDA
MINIMAL 3X DAN MINTA BANTUAN TEMAN MEMBACANYA
TERLEBIH DAHULU. (mempercepat persetujuan)

1
PENANAMAN MORAL PADA ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN
MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN
( Studi Deskriptif di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II
di Lombok Tengah )

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana (S1) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:
HENDRI RIYAN KASWARA
E1B017015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat, berkat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian yang berjudul “ Penanaman Moral Pada Anak Didik Pemasyarakatan

Melalui Kegiatan Keagamaan” (Studi Deskriptif di Lembaga Pembinaan Khusus

Anak Kelas II Lombok Tengah) tepat pada waktunya. Adapun penulisan proposal

penelitian ini diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan

Program Sarjana (S1) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga

proposal penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:

1. Ibu Dra. Rispawati, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Sekaligus dosen pembimbing I yang telah mendidik dan memberikan

arahan, bimbingan, bantuan dengan penuh ketulusan dan kesabaran, sehingga

penyusunan proposal penelitian ini dapat terselesaikan

2. Ibu Basariah, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

mendidik, memberikan arahan, bimbingan, bantuan dengan penuh ketulusan

kepada penulis selama penyusunan proposal penelitian ini.

3. Semua pihak yang turut membantu dan memberikan informasi, waktu, dan

tenaga dalam penulisan proposal penelitian ini

3
Penulis juga menyampaikan permohonan maaf atas segala ucapan dan

tindakan yang mungkin kurang berkenan selama proses pembimbingan proposal

penelitian ini. Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan proposal ini tidak

terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

dalam penelitian ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah membantu.

Mataram, Juni

2021

Penulis,

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, yang harus dijaga,

dibina, dan kasih sayang, karna anak diharapkan mampu menentukan nasib dan

masa depan bangsa. Tentunya anak perlu diarahkan kearah hal-hal yang postif.

Hal tersebut dilaksanakan agar anak mampu membawa bangsa dan negara

kearah yang lebih baik, mengingat anak bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Pernyataan tersebut didukung

dengan dibuatkannya Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang perlindungan

Anak.

Setiap anak memiliki hak atas kelangsungan hidup, tumbuh,

berkembang, berpartisipasi, bermain, berkreasi berdasarkan minat, bakat, dan

tingkat kecerdasannya. Selama menjalani proses kehidupannya seorang anak

bisa saja menyimpang perilaku anak, mengingat anak masih dalam kondisi

emosional yang belum stabil. Apabila kondisi tersebut dibiarkan akan

berdampak pada perkembangan anak.

Masa Perkembangan seorang anak merupakan masa yang perlu

diperhatikan setiap keluarga. Salah satu cara untuk melihat perkembangan

seorang anak adalah dengan melihat perilaku anak dalam kesehariannya.

5
Faktanya di zaman sekarang ini pihak- pihak berwajib seperti kepolisian masih

menemukan anak- anak yang mencoba melakukan perilaku negatif sehingga

harus merasakan dampak negatif perilakunya secara hukum dalam lembaga

pemasyarakatan anak.

Anak yang berhadapan dengan hukum dapat dikatakan melanggar

moral dikarenakan anak yang berhadapan dengan hukum berarti tidak memiliki

kesadaran bahwa peraturan yang ada untuk membatasi tingkah laku. Pernyataan

tersebut sejalan dengan pendapat Jean Piaget (dalam Salvin, 2011) indikator

moralitas dapat dideteksi melalui kesadaran akan peraturan atau rasa hormat

pada peraturan atau sejauh mana pertauran tersebut dianggap sebagai yang

membatasi tingkah laku serta pelaksanaan dari peraturan itu.

Saat ini masyarakat menilai seseorang dari segi moral, baik buruknya

perilaku seseorang tergantung bagaimana perilaku mereka yang dapat diterima

di lingkungan masyarakat. Jadi, disumpulkan bahwa anak juga bagian dari

kehidupan masyarakat yang dimana baik atau buruk perilaku sorang anak

tergantung cara anak berperilaku di lingkungan masyarakat tersebut.

Krisis perkembangan moral pada anak semakin lama semakin buruk,

ditandai dengan semakin maraknya tingkat kejahatan yang pelakunya masih

dibawah umur seperti, kasus pemerkosaan, tawuran antar pelajar, pencurian,

pembunuhan. Selain itu, gejala kemerosotan moral juga diindikasikan dengan

maraknya kasus penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, kriminalitas,

kekerasaan, bullying dan perilaku yang kurang terpuji lainnya. Hal tersebut

6
sejalan dengan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

menyebutkan bahwa sejak tahun 2011 hingga akhir 2018 tercatat 11. 116 anak di

Indonesia tersangkut kasus kriminal. Jumlah anak yang menjadi pelaku

kejahatan juga meningkat drastis pada tahun 2018 yakni sebanyak 1.434 kasus

(https://metro.sindonews.com/. Diakses Pada tanggal 1 Juli 2021).

Masalah kemerosotan moral pada anak dan remaja juga diakibatkan

karena ketidak efektif dalam penggunaan media internet salah satunya

mengakses pornografi hal ini mengakibatkan pihak terkait selalu ingin

mengaksesnya dari internet. Dengan mudahnya mengakses materi pornografi

dari internet menyebabkan penurunan nilai moral Ardi et. al. (2018 :44-50).

Pernyataan tersebut sejalan dengan temuan Sumardi & Rispawati (2020) internet

memiliki dampak negatif pada nilai-nilai moral individu kejujuran, tanggung

jawab dan kerja keras.

Melihat kondisi banyaknya penyimpangan moral dikalangan anak-

anak dan remaja saat ini, menjadikan pembelajaran moral sangatlah penting,

dikarenakan moral dijadikan sebagai acuan baik buruknya perilaku didalam

kehidupan, baik itu sebagai mahluk individu maupun social. Hal tersubut

sejalan menurut Magnis-Suseno (1987) “moral adalah hal-hal yang

berhubungan larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar.”

Seseorang dikatakan bermoral jika mereka mampu menilai bahwa perbuatan

yang dilakukan baik atau buruk berdasarkan pada kemauan diri-sendiri.

Selanjutnya Baron mengatakan bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan

7
dengan larangan dan tindakan yang membicarkan salah atau benar (dalam

Budiningsih, 2013:9). Berdasarkan pendapat tersebut dismpulkan bahwa moral

membicarkan hal yang baik dan benar. Maka dari itu perlu adanya pendidikan

moral khususnya anak yang melawan hukum.

Seseorang yang melawan hukum tentunya akan diproses secara

hukum begitu juga dengan anak. Anak yang dimaksud melawan hukum

berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak . yakni anak yang telah

berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun

yamg diduga melakukan tindak pidana.

Proses hukum anak dengan orang dewasa berbeda, proses hukum

anak selalu diupayakan dengan menyelesaikan perkara diluar peradilan pidana

(diversi). Pernyataan tersebut termuat didalam pasal 1 angka 7 Undang-Undang

No 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Tujuan pelaksanaan

penyelesaian perkara diluar pengadilan (diversi) itu sendiri adalah untuk

melindungi anak yang berhadapan dengan hukum agar hak anak itu sendiri tetap

terpenuhi.

Berdasarkan putusan hakim, anak yang telah terbukti melakukan

perbuatan pidana yang mengakibatkan anak menjalani hukuman penjara pidana

di tempatkan dilembaga khusus. Lembaga yang berwenang dalam hal

pembinaan adalah Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Lembaga

Pembinaan Khusus Anak sendiri berdiri dibawah kewenangan Kementerian

8
Hukum dan Hak Asasi Manusia hal tersebut sejalan dengan ( Pasal 1 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012) Lembaga Pembinaan

Khusus Anak adalah Lembaga dimana tempat anak menjalanani masa pidana.

Berdasarkan pasal 85 ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

Tentang Sistem Peradilan Anak menyatakan bahwa Lembaga Pembinaan

Khusus Anak wajib menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, keterampilan,

pembinaan, serta hak – hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. .

Tujuan dibentuknya Lembaga Pembinana Khusus Anak untuk

membina dan mendidik anak didik pemasyrakatan, membentuk anak didik

pemasyrakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan,

memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima

kembali di lingkungan masyarakat, dan dapat berperan dalam pembangunan

serta hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Pernyataan tersebut termuat didalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor

12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

Dari hasil observasi pada tanggal 30 Maret 2021 di lembaga

Pembinanan Khusus Anak Kelas II Lombok Tengah. Anak yang menjalani masa

pidana mendaptakan program pembinana yang meliputi pembinana kepribadian

dan pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian di lembaga Pembinaan

Khusus Anak Kelas II Lombok tengah bertujuan untuk mengarahkan dan

mendidik anak didik pemasyarakatan dalam berperilaku, bergaul dan beretika

9
yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. (Studi pendahuluan, pada

tanggal 30Maret 2021)

Dari hasil wawancara dengan kepala bidang pembinaan pak DY pada

tanggal 30 maret 2021 mengatakan anak didik pemasyarakan yang baru masuk

memiliki sikap yang kurang baik untuk itu diberikan pengajaran salah satunya

dengaan pembinana kepribadian salah satunya melaksanakan program kegiataan

keagamaan hal itu dilakukan agar anak setelah hukuman pidana telah selesai

tidak mengulangi perbuatan kembali dan dapat diterima kembali di lingkungan

masyarakat. (Studi Pendahuluan pada tanggal 30 Maret 2021)

Adapun penelitian yang terdahulu yang relevan dengan penelitian ini

adalah penlitian yang dilakukan oleh Dini Asmitul Amanah, 2019 yang berjudul

Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam upaya mendidik moral anak

didik pemasyarakatan (Studi Kasus Anak Didik Pemasyarakatan Kelas II

Bandung).

Hasil dalam penelitian tersebut dapat diketahui peranan LPKA dalam

upaya mendidik moral anak didik pemasyarakatan yaitu melalui kebiasaan

positif melalui solat lima waktu di masjid, cara berperilaku keseharian, dengan

menerapkan 5 S ( senyum, sapa, salam, sopan , santun ) disiplin terhadap

kegiatan yang dijadwalkan, berperilaku jujur, menanamkan sikap toleransi, dan

dibentuk menjadi peribadi yang ramah. Adapun Persamaan dari penelitian

tersebut adalah sama-sama mengkaji tentang moral. Sedangkan perbedaan

10
dalam penelitian ini hanya memfokuskan satu kegiataan dalam mendidik moral

yaitu kegiataan keagamaan.

Berdasarkan uraian masalah tersebut peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Penanaman Moral Pada Anak Didik

Pemasyarakatan Melalui Kegiataan Keagamaan ( Studi Deskriptif di

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II di Lombok Tengah )

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana penanaman Moral Pada Anak didik

Pemasyarakatan melalui kegiataan Keagmaan?

2. Apa saja faktor – Faktor Pendorong dan Penghambat dalam

Penanaman Moral Pada Anak didik Pemasyarakatan Melalui

Kegiatan Keagamaan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Untuk mengetahui bagaimana penanaman moral pada anak

didik pemasyarakatan melalui kegiatan keagamaan

2. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mendukung

dan penghambat penanaman moral pada anak didik

pemasyrakatan melalui kegiataan keagamaan

11
D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat

praktis

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan informasi baru yeng bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan tentang penanaman moral pada anak didik

pemasyarakatan melalui kegiataan keagamaan di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak Kelas II Lombok Tengah

b. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi refrensi untuk

peneliti selanjutnya dalam penyususnan penelitian yang

berhubungan dengan pokok permasalahan yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

peneliti sebagai bahan kajian untuk pengembangan

kompetensi sebagai calon guru PPKn

b. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat

bagi masyarakat sebagai gambaran secara lengkap

mengenai penenaman moral anak didik pemasyarakatan

12
melalui kegiataan keagamaan di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Kelas II Lombok Tengah

c. Bagi lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II

Lombok Tengah

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan

membantu Lembaga Pembinaan Khsusu Anak Kelas II

Lombok Tengah untuk mengetahui sejauh mana

penanaman moral pada anak didik pemasyarakatan

sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan

menjadi acuan dalam pembuatan kebijakan kedepannya.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Moral

1. Pengertian Penanaman Moral

Menururt Kamus Besar Bahasa Indonesia penanaman adalah

proses, cara perbuatan menanam, menanami, atau menanamkan (KBBI,

2008:1435). Jadi disimpulkan bahwa Penanaman yang dimaksud merupakan

suatu cara atau proses untuk menanamkan suatu perbuatan sehingga apa

yang diinginkan untuk ditanamkan akan tumbuh dalam diri seseorang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi Daring

mengartikan moral sebagai ahlak, budi pekerti, atau susila atau ajaran

tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,

kejiwaan, dan sebagainya.( https://kbbi.web.id/moral di akses pada 1 Juli

2021).

Selain itu menururt Magnis-Suseno yang dikutip oleh

Budiningsih (2013:24) dikatakan bahwa “moral mengacu pada baik

buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang

kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia”. Sikap

moral sebenarnya disebut moralitas. Ia mengartikan moralitas sebagai sikap

hati orang yang terungkap dalam tindakan lahiriah.

Adapun pengertian menurut Daradjat yang dikutip oleh Suhaidi

(2011:9) menyatakan bahwa moral adalah kelakuan yang sesuai dengan

14
ukuran-ukuran atau nilai-nilai masyarakat, yang timbul dari hati dan bukan

paksaan dari luar yang kemudian disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas

kelakuan tindakan tersebut.

Menurut Novianto et. al. (2012:58) dalam karyanya yang


berjudul Pembinaan Moralitas Narapidana Melalui Pendidikan Pramuka di
Lembaga Pemasyrakatan Kelas II B Pati yang dimuat dalam Unnes Civic
Education journal menyatakan “moral sering dihubungkan dengan adat dan
kebiasaan. Moral merupakan pendapat umum yang diterima dan menjadi
pegangan sebauh masyarakat tentang buruk atau baik sesuatu tingkah laku
manusia, boleh dan tidak bioleh dilakukan serta dorongan-dorongan yang
mengikuti arah yang betul atau salah. Moral juga dilihat sebagai suatu corak
tingkah laku yang terbina hasil dari pada kepercayaan keagamaan, nilai adat
dan aspirasi yang telah diterima oleh sebuah masyarakat dalam menentukan
buruk baik tingkah laku atau perbuatan individu dalam masyarakat”.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka disimpulkan bahwa

penanaman moral adalah proses sosalisasi dalam menanamkan tata cara

berperilaku baik atau buruk kepada manusia berdasarkan norma-norma yang

berlaku di dalam kehidupan masyarakat.

2. Indikator Moral

Menurut Hinggnis dan Giligan menyatakan bahwa “ciri orang

yang bermoral adalah selalu merasakan adanya tuntutan dan keharusan

moral untuk selalu bertanggung jawab terhadap atau akan adanya: (1)

kebutuhan dan kesejahtraan individu dan orang lain, (2) keterkaitan dan

implikasi diri dan konsekuensi dari orang lain, (3) nilai intrinsik dan

hubungan sosial’’. Hal ini sejalan dengan pendapat Ronald Duka “ciri-ciri

orang yang matang secara moral yakni: (1) yang memegang kedudukan

moral yang benar dan sesuai dengan kedudukannya, (2) berpengatahuan

15
baik buruk benar dan salah, (3) berkarakter atau bertindak sesuai dengan

pengatahuannya, (4) tahu apa yang mau atau yang seharusnya

dilakuakan”(dalam Darmadi, 2012:30)

3. Nilai-Nilai Moral Dalam Kehidupan

Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti

bagi kehidupan manusia. Sementara pengertian moral pada sub sebelumnya

diartikan sebagai perilaku manusia yang sesuai dengan ajaran baik atau

buruk sesuai dengan norma yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Paul Suparno (dalam Zuriah,2015:39-40) mengelompokkan nilai-

nilai kehidupan yang ada saat ini sebagai berikut:

a. Religiusitas

1) Mensyukuri hidup dan percaya kepada Tuhan

2) Sikap Toleran

3) Mendalami ajaran agama

b. Sosialitas

1) Pengharagaan akan tatanan hidup bersama secara positif

2) Solidaritas yang benar dan baik

3) Persahabatn sejati

4) Berorganisasi dengan baik dan benar

c. Keadilan

1) Mengunakan hak danmelaksanakan kewajiban secara benar

2) Penghargaan sejati dan orang lain secara mendasar

16
d. Kejujuran

Menyatakan kebenaran sebagai penghormatan pada semua

e. Kemandirian

1) Keberanian untuk mengambil keputusan secara jernih dan benar

dalam kebersamaan

2) Mengenal kemampuan diri

3) Membangun kepercyaan diri

4) Menerima keunikan diri

f. Tanggung jawab

1) Berani menhadapi konsekuensi dari pilihan hidup

2) Mengembangkan keseimbangan antara hak dan kewajiban

g. Penghargaan terhadap lingkungan alam

1) Menggunakan alam sesuai dengan kebutuhan secara wajar dan

seimbang

2) Mencintai kehidupan

3) Menganali lingkungan alam dan penerapannya.

Adapun nilai moral menururt wirdhana Indra dkk (2013:6-82)

sebagai berikut:

a. Iman yang dimaksud dengan iman yaitu memepercayai akan adanya

Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, serta mengamlakan segala

ajarannya.

17
b. Taqwa, yang dimaksud dengan tawqa adalah mengamalkan segala

sesuatu yang diperintah dan menghindari segala yang dilarang Allah

SWT.

c. Ketaatan, yang dimaksud dengan ketaatan adalah mampu melaksanakan

tugas secara iklhas dengan penuh rasa tanggung jawab.

d. Kejujuran, yang dimaksud dengan kejujuran adalah kemampuan dalam

mengungkapakan atau mengatakan hal yang sebenarnya tanpa menutup-

nutupi.

e. Tenggang Rasa, yang dimaksud dengan tenggang rasa adalah

kemampuan seseorang dalam memahami krakteristik orang lain.

f. Suka Membantu, yang dimaksud suka membantu adalah keikhlasan

seseorang untuk suka membantu tanpa mengaharapkan imbalan.

g. Disiplin, yang dimaksud disiplin adalah mematuhi, mentaati, setiap

aturan Yang telah disepakati.

h. Soapan santun, yang dimaksud dengan sopan santun adalah seseorang

yang berpeliaku dalam kehidupan bermasyarakat yang dilandasi dengan

norma- norma dan aturan- aturan yang berlaku.

i. Toleransi, yang dimaksud dengan toleransi adalah sikap seseorang dalam

menghargai suatu perbedaan.

j. Kebersamaan dan kerukunan, yang dimaksud dengan kebersamaan dan

kerukunan adalah tempat dimana seseorang dapat merasakan

kebahagiaan atau kesedihan di dalam dunia ini. Salah satunya lingkungan

18
keluarga, lingkungan keluarga merupakan tempat awal seseorang dalam

berbagi suka duka kehidupan. Orang tua dan anak tidak akan tergantikan

dengan kebersamaanlainnya.

k. Cinta tanah air atau nasioanlisme, dapat dicirikan sebagai kemampuan

seseorang dalam mengaharagai nilai – nilai sejarah kepahlawanan,

mencintai produk sendiri, menyadari adanya pengaruh global terhadap

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

l. Keadilan, dapat diartikan sebagai menepatkan segala sesuatu sesuai

dengan potensi dan kapasitasnya.

m. Kerjasama, kerjasama dapat diartikan dalam fungsi sosialisai pendidikan

maksudnya melakukan pekerjaan denga bersama-sama.

n. Tanggung jawab

Rasa tanggung jawab bukan sikap bawaan dari lahir yang sudah ada pada

setiap individu, tetapi merupakan sikap yang butuh pembiasaan dan

pengajaran.

4. Ciri-Ciri Nilai Moral

Menurut K.Bertens,(2007:143-147) bahwa nilai – nilai moral

mempunyai sebagai berikut:

a. Berkaitan dengan tanggung jawab kita

Nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia. Tapi hal yang

sama dapat dikatakan juga tentang nilai – nilai lain. Yang khusus

19
menendai moral ialah bahwa nilai ini berkaitan dengan peribadi manusia

yang bertanggung jawab.

b. Berkaitan dengan hati nurani

Semua nilai minta untuk diakui dan diwujudkan. Nilai

selalu mengandung semacam undangan atau imbauan. Tapi pada nilai

moral ini lebih mendesak dan lebih serius. Mewujudkan nilai-nilai moral

merupakan “imbauan” dari hati nurani. Salah satu cirri khas nilai moral

adalah bahwa hanya nilai ini menimbulakan “suara” dari hati nurani yang

menuduh kita bila meremehkan atau menantang nilai-nilai moral dan

menguji kita bila mewujudkan nilai-nilai moral.

c. Mewajibkan

Kewajiban absolute yang melekat pada nilai-nilai moral

berasal dari keyakinan bahwa nilai-nilai ini berlaku bagi manusia sebagai

manusia. Kewajiban absolut yng melekat pada nilai-nilai moral berasal

dari kenyataan bahwa nilai-nilai ini menyakut manusia sebagai manusia.

Karna itu kewajiban moral tidak datang dari luar, tidak ditentukan oleh

intsansi lain, tapi berakar dari kemanusian kita sendiri.

d. Bersifat formal

Nilai moral tidak merupakan suatu jenis nilai yang bisa

ditempatkan begitu saja disamping jenis-jenis nilai yang lainya. Nilai –

nilai moral merupakan nilai-nilai tertinggi yang dihayati atas semua nilai

lain, namun itu tidak berarti bahwa nilai-nilai ini menduduki jenjang

20
teratas dalam suatu hiearki nilai-nilai. Tidak ada suatu nilai moral yang

murni terlepas dari nilai-nilai lain. Hal itulah yang kita maksudkan

dengan mengatakan bahwa nilai moral bersifat formal.

B. Tinjauan Tentang Anak Didik Pemasyarakatan

1. Pengertian Anak Didik Pemasyrakatan

Anak didik pemasyarakatan adalah anak yang berdasarkan hasil

putusan pengadilan yang telah terbukti melakukan keselahan, sehingga

dirampas kebebasannya dan ditempatkan di lembaga khusus yaitu

Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Selanjutnya di dalam pasal 1 Angka 8

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 menyatakan bahwa anak didik

pemasyarakatan adalah :

a. Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan

menjalani pidana di LAPAS anak paling lama sampai berumur 18

(delapan belas) tahun;

b. Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan

diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di LAPAS Anak

paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun;

c. Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau walinya

memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di LAPAS anak paling

lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.

21
Berdasarkan uraian tersebut disumpulkan bahwa anak didik

pemasyrakatan adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan yang

telah terbukti bersalah. yang terdiri dari anak pidana, anak negara, dan

anak sipil yang ditempatkan di lembaga pembinaan khusus anak yaitu

Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) untuk menjalani masa pidana

paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun yang perlu dijaga

harkat dan martabatnya serta hak-haknya sehingga mendapatkan

perlindungan yang khusus sesuai dengan peraturan perundang- undangan

yang berlaku di Indonesia.

2. Pengertian Hak Anak Didik Pemasyrakatan di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak

Berdasarkan pasal 1 angka 8 Undang-Undang No 12 Tahun

1995 bahawa yang disebut anak didik pemasyarakatan adalah anak

pidana, anak negara dan anak sipil ketiga tingkatan tersebut memiliki hak

yang sama. Berdasarkan pasal 14 ayat (1) Undang-Undang No 12 Tahun

1995 Hak anak didik pemasyrakatan sebagai berikut:

a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;

b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;

c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;

e. Menyapaikan keluhan;

22
f. Mendaptkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang;

g. Mendapatkan upah atau premise atas pekerjaan yang dilakukan

h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu

lainnya;

i. Mendapatkan pengurangan masa pidana

j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga;

k. Mendapatkan pembebasayaan bersyarat

l. Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan

m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Adapun hak -hak anak yang telah dijatuhkan hukuman pidana

penjara yang di tempatkan di lembaga Pemasyarakatan Anak (LPKA) hak-

hak anak itu termuat di dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Pasal

85 ayat (2) yaitu anak berhak memperoleh pembinaan, pembimbingan,

pengawasan, pendampingan, pendidikan, dan pelatihan serta hak-hak lain

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Lembaga

Pembinaan Khusus Anak (LPKA) tersendri wajib menyelenggarakan

Pendidikan, pelatihan, keterampilan, pembinaan, dan pemenuhan hak-hak

lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

23
C. Tinjauan Tentang Keagamaan

1. Pengertian Kegiataan Keagamaan

Kegiatan adalah aktivitas, usaha, pekerjaan, kekuatan dan

ketangkasan dalam berusaha (https://kbbi.web.id/kegiatan /diakses 28 Juni

2021) Jadi kegiataan diartikan sebagai suatu aktivitas manusia secara

terorganisasikan. Adapun penegrtian keagamaan itu sendiri menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yang berhungan dengan agama

(https://kbbi.web.id/agama / diakses 28 Juni 2021).

Berdesarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan

keagamaan adalah usaha-usaha yang dilakukan manusia baik secara

individu maupun kelompok secara konsisten yang berkaitan dengan

agama. Kegiatan keagamaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

kegiataan keagamaan islam, maka kegiataan keagamaan disini yang ada

hubungannya dengan agama islam itu sendiri misalnya sholat duhur

berjammah, ngaji, tausyiah, dan pemberian materi-materi tentang agama

islam.

Berdasarkan pengertian tersebut peneliti menekankan yang

dimaksud kegiataan keagamaan dalam penelitian ini adalah sejumlah

aktivitas yang berkaitan dengan kegiataan keagamaan yang dilaksanakan

di Lembaga Pembeinaan Khusus Anak (LPKA). Yang merupakan salah

satu dari beberapa kegiatan.

24
2. Hubungan Agama dengan Moral

menurut Sudarminta menggaris bawahi moralitas itu

mengandaikan agama ada tiga alasan penting yang terakait dengan

pernyataan itu

1. Moralitas berhubungan dengan bagaimana manusia hidup yang baik.

Kehidupan yang baik bisa tercapai setelah manusia melaksanakan

seluruh perintah Tuhan. Perintah-perintah Tuhan itu bisa diketahui

dalam rangka agama, jika hidup ingin mendapatkan keberuntungan

dan kebaikan maka ikuti perintah Tuhan tanpa melanggar sama sekali.

2. Agama merupakan pranata sosial yang paling kuno yang mengatur

bagaimana manusia bisa mencapai kebaikan. Ekstensi agama bahkan

mendahulukan prinsip moral dan hukum suatu masyarakat tradisional

yang sangat berkaitan erat dengan norma-norma agama.

3. Adanya realitas mutlak yang memberi pahala kepada mereka yang

bertindak secara moral. Maka agama menjadi jaminan kuat dalam

hidup bermoral (https://kumparan.com / diakses 1 Juli 2021).

Mengingat penlitian ini mengkaji kegamaan dalam bentuk

agama islam maka persamaan agama islam dengan moral maka

ditemukan kesamaan moral dan agama islam yaitu dalam terminologi

islam, pengertian moral dapat disamakan dengan pengertian “ahlak” dan

dalam bahasa Indonesia moral dan ahlak maksudnya sama dengan budi

25
pekerti atau kesusilaan (pusat pembinaan dan pengembangan bahasa

Depdikbud, 1994:195)

Hubungan agama dengan moral tidak dapat dipisahkan moral

adalah ketentuan sikap seseorang dalam berperilaku, bertingkah laku,

dalam perbuatannya. Dalam agama islam, moral dikenal dengan akhlaq

al karimah, yaitu kesopanan yang tinggi dan keyakinan terhadap baik

dan buruk , pantas dan tidak pantas yang tergambar dari perbuatan lahir

manusia (Inawati,2017)

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa moral

dan agama mengajarkan kebaikan dan memiliki tujuan yang sama yaitu

membangun tatanan hidup yang lebih baik.

D. Tinjauan Tentang Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

1. Pengertian Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Berdasarkan Pasal 1 angka 20 Undang-Undang No 11 Tahun

2012 menyatakan bahwa Lembaga Pembinaan Khsus Anak yang

selanjutnya disingkat LPKA adalah lembaga atau tempat anak menjalani

masa pidananya. Selain itu, Pasal 85 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyatakan

bahwa anak yang dijatuhi pidana penjara ditempatkan di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak.

Adapun berdasarkan keputusan surat direktoral Jendral

Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor

26
SEK/R.01 01-88, Lembaga Pemasyarakatan Anak berubah nama menjadi

Lembaga Pembinaan Khsusu Anak. Perubahan ini dilakukan seiring

diberlakukannya Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak pada 13 Juli 2014. Dalam menjalankan tugas,

para petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) wajib

berpegang teguh pada Peraturan Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Nomor 18 Tahun 2015 Tentang Organisasi Dan Tata kerja

Lembaga Pembinaan Khusus Anak.

Berdasarkan Pengertian Lembaga Pembinaan Khusus Anak

tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembaga Pembinaan Khusus Anak

(LPKA) adalah anak-anak yang terbukti telah melaksankan kejahatan

tindak pidana atau perbuatan pidana berdasarkan hasil putusan

pengadilan untuk menjalani masa hukuman pidana di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak ( LPKA).

2. Tujuan Terbentuknya Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 Tentang Pemasyarakatan, Pemasyrakatan adalah kegiatan untuk

melakukan pembinaan Warga Binaan pemasyarakatan berdasarkan

sisitem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir

dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan. Jadi disimpulkan bahwa,

inti yang dimaksud pemasyarakatan adalah pembinaan terhadap warga

binaan pemasyarakatan untuk menjadikan warga binaan pemasyarakatan

27
menjadi lebih baik, tidak mengulangi kesalahan yang sama, serta dapat

diterima lagi di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu melaksanakan

pembinaan tersebut diperlukan suatu sistem yang dinamakan sistem

pemasyarakatan.

Selanjutnya berdasarkan pasal 1 angka 2 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan menyatakan bahwa

tujuan pemasyarakatan ( termasuk LPKA) adalah menjadikan anak didik

pemasyrakatan untuk menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak

mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali di lingkungan

masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup

secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

tujuan terbentuknya Lembaga Pembinaan Khusus Anak itu sendiri adalah

kewajiban pemerintah untuk mempersiapakan anak didik

pemasyarakatan menjadi lebih baik, tidak mengulangi kesalahan,

sehingga dapat diterima di lingkungan masyarakat dalam sistem

pemasyarakatan.

3. Tugas dan Fungsi Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Di dalam pasal 3 Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia, Nomor 18 Tahun 2015 Tentang Organisasi

dan Tata Kerja Lembaga Pembinaan Khusus Anak menyatakan bahwa

Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) mempunyai tugas

28
melaksanakan pembinaan anak didik pemasyarakatan. Sejalan dengan

pernyataan tersebut menurut Teguh (2018: 187) menyatakan Lembaga

Pembinaan Khusus Anak sebagai unit pelaksana teknis pemasyarakatan

untuk menampung, merawat dan memebina anak didik pemasyarakatan.

Pembinaan menjadi sarana dalam mendukung keberhasilan negara

dalam menjadikan anak didik pemasyarakatan menjadi anggota

masyarakat yang lebih baik.

Adapun dalam melaksanakan tugas, Lembaga Pembinaan

Khusus Anak juga menyelenggarakan Fungsi, fungsi Lembaga

Pembinaan Khusus Anak di uraikan sebagai berikut:

a. Registrasi dan klasifikasi yang dimulai dari penerimaan, pencataan,

baik secra manual meupun elektronik, penilain, pengklasifikasikan, dan

perancanaan program;

b. Pembinaan yang meliputi, pendidikan, pengasuhan, pengentasan, dan

pelatihan keterampilan, serta layanan informasi;

c. Perawatan yang meliputi pelayanan makanan, minuman dan

pendistribusian perlengkapan dan pelayanan kesehatan;

d. Pengawasan dan penegakan disiplin yang meliputi administrasi

pengawasan, pencegahan dan penegakan disiplin serta pengelolaan

pengaduan; dan

29
e. Pengelolaan urusan umum yang meliputi urusan kepegawaian, tata

usaha, penyusun rencana anggaran, pengelolaan urusan keuangan serta

perelngakapan dan rumah tangga.

4. Kewajiban Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Berdasarkan pasal 85 ayat 3 Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyatakan bahwa

kewajiban lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) ialah

menyelenggarakan pendidikan, keterampilan, pembinaan, dan

pemenuhan hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Selanjutnya di dalam Pasal 86 ayat 1 Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang sistem Peradilan Pidana Anak

Lembaga Pembinaan Khusus Anak berkewajiban untuk memindahkan

anak yang telah mencapai umur (delapan belas) tahun yang belum

selesai masa pidana di Lembaga Pembinaan Khusus Anak ke lembaga

Pemasyrakatan Pemuda.

Adapun kewajiban Lembaga pembinaan Khusus Anak yang

termuat di dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga

Binaan menyatakan bahwa pada setiap LAPAS wajib disediakan petugas

untuk memberikan pendidikan dan bimbingan keagamaan. Hal tersebut

dilaksanakan supaya anak didik pemasyarakatan memiliki sikap dan

perilaku yang baik selama menjalani masa pidana dan tidak mengulangi

30
perbuatan kejahatan yang sama dan dapat diterima kembali ditengah

lingkungan masyarakat.

31
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini Pendektan penelitian yang digunakan adalah

kualitatif dengan metode deskriptif. Menururt Sukmadinata (2011:60)

penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditunjukkan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial sikap,

kepercayaan, persepsi, dan pemikiraan seseorang secara individual ataupun

kelompok. Sedangkan deksriptif yaitu untuk mendeskripsikan dan

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat ilmiah maupun

rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas,

keterbukaan antar kegiatan (Sukmadinata,2011:73)

Berdasarkan pendapat tersebut maka dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, karna dalam

penelitian ini mendeksripsikan atau menggambarkan secara mendalam

bagaimana penanaman moral pada anak didik pemasyrakatan melalui kegiataan

keagamaan serta mendeskripsikan apa saja faktor penghambat dan pendorong

dalam penanaman moral anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Kelas II Lombok Tengah.

32
B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Lembaga Pembinaan Khusus

Anak Kelas II Lombok Tengah yang bertempat di Desa Selebung Kecamatan

Batukliang Kabupaten Lombok Tengah Provensi Nusa Tenggara Barat.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa anak-

anak yang melakukan tindak pidana ditempatkan di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Kelas II Lombok Tengah ini adalah lembaga yang dibentuk

pemerintah sebagai wadah untuk melaksanakan pembinaan anak didik

pemasyarakatan. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2021.

C. Subjek dan Informan Penelitian

Subjek penilitian adalah orang yang ditetapkan peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal yang akan diteliti,

kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2013:58). Penentuan subjek

penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling, dimana peneliti

memilih subjek secara sengaja berdasarkan tujuan atau kriteria pertimbangan

tertentu. Adapun kriteria yang ditentukan dalam penentuan subjek yaitu (1)

pihak yang menerima perlakuan kegiataan keagamaan (2) pihak yang

mengalami kegiataan keagamaan (3) pihak yang menjalani masa pembinaan

keagamaan selama 1 tahun dan telah berumur 19 tahun serta masa pidana anak

didik selama 1 tahun. Berdasarkan kriteria subjek tersebut maka subjek dalam

penelitian ini adalah Anak Didik Pemasyarakatan Khusus Anak Kelas II

Lombok Tengah.

33
Adapun penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan

kriteria- kriteria tertentu. Teknik yang digunakan dalam penentuan informan

dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Kriteria-kriteria

tersebut adalah (1) pihak-pihak yang mengetahui atau berhubungan langsung

dengan kegiataan keagamaan (2) pihak-pihak yang diberikan kewenangan

dalam kegiatan keagamaan (3) pihak-pihak yang mengetahui hukum.

Berdasarkan kriteria tersebut dapat ditentukan informan dalam penelitian ini

adalah Kepala seksi pembinaan, sub bagian pendidikan serta petugas kegiataan

keagamaan.

D. Teknik Pengumpulan Data.

1. Wawancara

Menurut Estebreg (Sugiyono, 2018:23) menjelaskan bahwa

wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk memeberikan informasi dan

ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makana dalam suatu

topik tertentu. Sejalan akan hal tersebut Sudjana (Satori & Komariah,

2014:130) menjelaskan bahwa wawancara adalah proses pengumpulan data

atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan

pihak yang ditanya atau penjawab (interviewwe).

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara tidak tersetrukur. Wawancara tidak terstrukur adalah wawancara

yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

tersususn sistematis dan lengkap untuk pengambilan datanya. Pedoman

34
wawancara yang digunakan berupa garis-garis besar permasalahan yang

ditanyakan.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka peneliti dapat menentukan

wawancara kepada beberapa anak didik pemasyarakatan, sub pendidikan, seksi

pembinaan serta petugas kegiataan keagamaan.

2. Observasi

Menurut Arikunto (2014:199). Menjelaskan observasi adalah suatu

kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan

seluruh alat indera. Selanjutnya ditegaskan oleh Sutrisno Hadi (Sugiyono,

2018:145) bahwa observasi adalah proses yang tersusun dari berbagai proses

pengamatan dan ingatan yang digunakan untuk mengamati gejala-gejala sosial.

Menururt Stainback (Sugiyono, 2018:227) membagi observasi

partisipatif menjadi 4 yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi

aktif dan partisipasi lengkap. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

observasi pasif karena, peneliti hanya mengamati orang yang terlibat dalam

kegiatan tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

Peneliti menggunakan teknik observasi dalam pengumpulan data,

hal ini dilakukan untuk mengamati keadaan serta kondisi dan aktivitas yang

dilakukan oleh anak didik pemasyrakatan di Lembaga Pembinaan Khusus

Anak selama proses kegiatan keagamaan.

35
3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono ( 2018:329) menjelaskan dokumentasi

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen

yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera,

biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya

foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa

dokumentasi adalah pelengkap dalam teknik pengambilan data. Hal ini

dilakukan agar hasil observasi dan wawancara peneliti lebih kredibel dan

dipercaya.

Adapun dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa

buku, majalah, dokumen, profil lembaga pembinaan khusus anak,

peraturan-peraturan, gambar, serta dokumen yang lainnya sebagai

pendukung dalam melengkapi data.

E. Teknik Analisis Data

Menururt Bodgan (Sugiyono, 2013:334) menjelaskan analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga

dapat dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Dalam penelitian ini peneliti mengguakan beberapa teknik analsisi data

menurut Miles dan Huberman yang akan dijelaskan sebagai berikut

(Sugiyono, 2018:338-345)

36
1. Reduksi Data

Meruduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan kepada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan mereduksi data akan memberikan

gambaran yang jelas kepada peneliti, sehingga mempermudah peneliti

dalam pengumpulan data selanjutnya. Dalam penelitian ini yang akan

dirangkum, memilih hal-hal yang penting yaitu tentang penanaman moral

pada anak didik pemasyarakatan melalui kegiataan keagamaan dan faktor

penghambat dan pendorong dalam penanaman moral pada anak didik

pemasyarakatan melalui kegiataan keagamaan di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Kelas II di Lombok Tengah.

2. Penyajian Data

Setelah melaksanakan data reduksi, maka langkah selanjutnya

adalah mendisplaykan data atau penyajian data. Dalam penelitian

kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk table, garfik, phie

chard, dan sejenisnya. Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan

dalam bentuk teks naratif untuk mempermudah peneliti dalam

memahami apa yang sudah dilaksankan.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam melaksanakan analisis data menurut

Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

37
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi kesimpulan yang dikemukakan

pada tahap awal, didukungoleh bukti-bukti yang valid dan konsisiten saat

peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan

yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Jadi dapat

disimpulakn kesimpulan dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan

permasalahan tentang penanaman moral pada anak didik pemasyarakan

di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Lombok Tengah.

38
DAFTAR PUSTAKA

Ardi, Zadrian. Viola, Kharina. dan Sukmati, Indah. 2018. An Analisis Abuses

Impact on Chlidren’s Moral Devlopment. Jurnal penelitian pendidikan


Indonesia. Vol 4: hlm 44-50.

Sumardi, Lalu. dan Rispawati. 2020. The Use Of Internet In Learning And Its

Impacts On students’ Moral Values: A Case Study In Mataram University,


Indonesia. Jurnal Ulasan Kritis. Vol 7: hlm790-794.

Budiningsih, Asri. 2013. Pembelajaran Moral:berpijak pada Karakteristik Sisiwa


dan Budayanya. Cet II Jakarta: Rineka Cipta.

Novianto, Erwin. Rachman, Maman. dan Redjeki, seri. 2012. Pembinaan Moralitas
Narapidana Melalui Pendidikan Pramuka di Lembaga Pemasyraktan Kelas
IIB Pati. Unnes Civic Education Journal. ISSN 2252-7133.

Darmadi, Hamid. 2012. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta.

Teguh, Pratama H. 2018. Teori dan Praktek perlindungan Anak dalam Hukum
Pidana, Yogyakarta: Andi.

Zuria, Nurul. 2015. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif
Perubahan:Menggagas Platfrom Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual
dan Futuristik. Bnadung: Bumi Aksara.

Wirdhana Indra, dkk. 2013. Buku Pegangan Kader BKR Tentang Delapan Fungsi
Keluarga. Jakarta Timur: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional.

39
Badan Pengembangan dan pembinaan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi
Online. Edisi III. https://kbbi.web.id/moral. Diakses tanggal 1 Juli 2021.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi
Online. Edisi III. https://kbbi.web.id/kegiatan. Diakses tanggal 28 Juni 2021.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi
Online. Edisi III. https://kbbi.web.id/agama. Dakses tanggal 28 Juni 2021.

Kumparan. 2020. Memahami Keterkaitan Antara Nilai Moral dan Agama Bersama
Justin Sudarminta .https://kumparan.com/apriliyacantika94/memahami-
keterkaitan-antara-nilai-moral-dan-agama-bersama-justin-sudarminta-
1ukMLkQBbbF. . Diakses pada tanggal 1 jJuli 2021.

SindoNews Com. 2019. KPAI Catat 11. 116 Anak Tersangkut Tindak Kriminalitas.
https://metro.sindonews.com/berita/1386477/170/kpai-catat-11116-anak-
tersangkut-tindak-kriminalitas. Diakses Pada Tanggal 1 Juli 2021.

Sugiyono . 2018. Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:


Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. 2011. MetodePenelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Satori dan Komariah. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta.

Undang – Undang

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

40
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyrakatan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999. Tentang Tata Cara
Pelaksanan Hak warga Binaan

Peraturan Mentri Hukum dan Hak Asasi manusia Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata kerja Lembaga Pembinaan Khusus
Anak.

41

Anda mungkin juga menyukai