PROPOSAL
OLEH :
DESY RATNA SARI MANURUNG
NIM : 140309152
2.5 Antibiotik.................................................................................. 15
i
2.7 Sterelisasi.......................................................................................... 17
LAMPIRAN....................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
dengan nama Citrus aurantifolia Swingle. Kerabat dekat jeruk nipis antara lain
adalah jeruk lemon (Citrus lemon) yang sebelumnya dikenal dengan nama Citrus
medica varietas lemon dan jeruk sukade (Citrus medika) yang sebelumnya disebut
Kulit jeruk nipis termasuk lapisan albedo, flavedo, dan lapisan segmennya,
memiliki kandungan flavonoid yang lebih tinggi daripada jus butiran daging
buahnya. Zat-zat dalam kulit jeruk nipis tersebut mampu bekerja sebagai zat anti
inflamasi, anti bakteri, anti mikroba, anti virus, anti ulserogenik, anti oksidan, anti
kanker, menurunkan kadar kolesterol, anti neoplastik, anti tumor, anti platelet,
pada tanah yang kurang subur, asalkan mudah meneruskan air dan mendapat sinar
Indonesia tanaman ini dapat ditemukan pada ketinggian 1-1.00m dpl (Setiawan,
2000).
Jeruk nipis (Citrus aurontifolia S.) termasuk jenis tumbuhan perdu yang
1
nipis pada umur 2 tahun sudah mulai berubah.Bunganya berukuran kecil bulat
jeruk nipis yang sudah tua rasanya asam.Tanaman jeruk umumnya menyukai
Andriani,2008).
dan juga dapat menangkal radikal bebas.Selain itu, flavonoid juga mempunyai
(Dhanavade,2011).
bentuk batang, gram negatif, bersifat fakultatif aerob, bergerak dengan flagel,
Salmonella sp. adalah bakteri batang, tidak berspora pada perwarnaan gram
bertujuan untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus
2
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Hipotesis
Ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurontifolia S.) memiliki potensi sebagai
b. Untuk mengetahui konsentrasi yang efisien pada ekstrak kulit jeruk nipis
konsentrasi yang efisien pada ekstrak kulit jeruk nipis terhadap bakteri
Sanmonella sp.
dengan menggunakan ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurontifolia S.) sebagai
antibakteri.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk nipis merupakan salah satu jeruk yang asal usulnya adalah dari India
dan Asia Tenggara.Buah jeruk nipis dapat dilihat pada Gambar 2.1. Menurut
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
4
2.1.2 Nama Daerah
Jeruk nipis memiliki beberapa nama yang berbeda di Indonesia, antara lain
limau asam (Sunda), jeruk pecel (Jawa), jeruk dhurga (Madura), lemo (Bali),
mudutelong (Flores) dan lain sebagainya. Jeruk nipis merupakan tumbuhan obat
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) termasuk salah satu jenis jeruk yang
termasuk jenis tumbuahn perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting.
Tingginya sekitar 0,5-3,5 meter. Batang pohonnya berkayu ulet, berduri dan
Bakal buah berbentuk bulat setelah menjadi buah berubah bentuk menjadi
bundar seperti bola atau bulat lonjong. Buah jeruk nipis berdiameter 3,5-5,0cm
dengan tebal kulit antara 0,2-0,5mm. Saat masih muda, buah bewarna
kuning.Semakin tua, warna buah semakin hijau muda atau kekuningan. Rasa
buahnya asam segar. Bijinya berbentuk bulat telur pipih dan bewarna putih
kehijauan (Rukmana,2003).
5
2.1.4 Kandungan Jeruk Nipis
Menurut Hariana (2004), buah jeruk nipis memiliki rasa pahit dan sangat
asam. Buah jeruk nipis memiliki beberapa kandungan kimia diantaranya adalah
asam sitrat sebanyak 7-7,6%, damar lemak, mineral, vitamin B1, sitrat limonene,
fellandren, lemon kamfer, geranil asetat, cadinen, linalin asetat. Selain itu,
40mg/100g jeruk, fosfor sebanyak 22mg, lemon kamfer, belerang, vitamin B1,
vitamin C, flavonoid, asam sitrat, glikosida, asam amino damar, asam sitrum,
lemak, dan besi. Kandungan flavonoid dalam jeruk nipis berfungsi sebagai
antibakteri.
atsiri yang merupakan suatu substansi alami yang dikenal memiliki efek sebagai
pinen (0,97), sabinen (2,06) dan isokamfen (0,56%) yang termasuk golongan
Kulit jeruk nipis juga memiliki peran penting bagi kesehatan. Kulit jeruk
kolesterol. Kulit buah jeruk nipis mengandung senyawa flavonoid yaitu naringin,
6
merupakan golongan terbesar dari senyawa polifenol yang dapat bekerja sebagai
antioksidan, dan juga sebagai antibakteri dengan mendenaturasi protein sel bakteri
Kulit jeruk nipis termasuk lapisan albedo, flavedo, dan lapisan segmennya,
memiliki kandungan flavonoid yang lebih tinggi daripada jus butiran daging
buahnya. Zat-zat dalam kulit jeruk nipis tersebut mampu bekerja sebagai zat anti
inflamasi, anti bakteri, anti mikroba, anti virus, anti ulserogenik, anti oksidan, anti
kanker, menurunkan kadar kolesterol, anti neoplastik, anti tumor, anti platelet,
Bakteri Salmonella sp pertama kali ditemukan tahun 1885 pada tubuh babi
oleh Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis), namun
Salmonella sp dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika (Ryan
Salmonella sp tertelan, dapat menyebabkan infeksi usus yang diikuti oleh diare,
7
serius pada individu imunosupresif seperti pasien HIV/AIDS (Anon, 2009) dalam
(Dewi, 2015).
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Family : Enterobakteriaceae
Genus : Salmonella
berspora, dan bergerak dengan flagel peritrik kecuali Salmonella pullorum dan
Salmonella gallinarum (Jawet’z, dkk, 2005) dalam (Masita, 2015). Bakteri ini
bersifat fakultatif anaerob yang dapat tumbuh pada suhu dengan kisaran 5–45°C
dengan suhu optimum 35–37°C dan akan mati pada pH di bawah 4,1. Salmonella
tidak tahan terhadap kadar garam tinggi dan akan mati jika berada pada media
dengan kadar garam di atas 9%. Salmonella sp berbentuk Bacillus dan berupa
rantai filamen panjang ketika berada pada suhu ekstrim yaitu 4-8°C atau pada
suhu 45°C dengan kondisi pH 4.4 atau 9.4. Panjang rata-rata Salmonella sp 2-5
mudah tumbuh pada medium sederhana, resisten terhadap bahan kimia tertentu
8
(misal, brilian hijau, natrium tetrationat, natrium deoksikolat) yang menghambat
bakteri enterik lain, oleh karena itu senyawa–senyawa tersebut berguna untuk
inokulasi isolat Salmonella sp dari feses pada medium, serta struktur sel bakteri
Salmonella sp terdiri dari inti (Nukleus), Sitoplasma, dan dinding sel. Karena
dinding sel bakteri ini bersifat gram negatif, maka memiliki struktur kimia yang
2.2.2 Patogenesis
akut, kronis atau berulang.Kata ini berasal dari bahasa Yunani. Patogen
sistemik. Salmonella sp dapat berasal dari usus kecil, serta jaringan ternak
dapat terjadi selama processing dan dapat juga berasal dari rekontaminasi daging
dan bahan makanan lain. Processing termal pada temperatur 66°C selama 12
diare, mual, muntah dan sakit perut.Dalam beberapa kasus, Salmonellosis dapat
menyebar ke aliran darah yang mengakibatkan penyakit yang lebih berat seperti
9
penyakit Salmonellosis yang efektif adalah deteksi kasus, perbaikan sanitasi
dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri, virus, jamur, parasit (binatang bersel satu)
yang terdiri dari campuran zat-zat makanan yang diperlukan untuk mikrorganisme
molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel, dengan media
yang didapat. Artinya penggunaan beberapa jenis zat tertentu yang mempunyai
dibedakan menjadi:
dipakai juga sebagai komponen dasar untuk membuat media pembiakan lain.
10
b. Media Diperkaya
Media ini dibuat dari media dasar dengan penambahan bahan-bahan lain
c. Media diferensial
Media ini digunakan untuk membedakan bentuk dan karakter koloni mikroba
d. Media Selektif
2.4 Antibakteri
cairan tubuh atau jaringan, dan kerentanan mikroorganisme tertentu terhadap obat
11
dengan konsentrasi tertentu (Brooks dkk,2008). Penentuan aktivitas antimikrobia
dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode difusi dan meode dilusi.Pada
metode difusi termasuk didalamnya metode disk diffusion (tes Kirby & Bauer), E-
Metode disk diffusion (tes Kirby & Bauer) menggunakan cakram kertas saring
yang berisi larutan antimikrobia kemudian diletakkan pada media agar yang
tetapi teknik ini dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami
12
B. Metode dilusi menurut Pratiwi (2008), yaitu :
Larutan uji agen antimikrobia pada konsentrasi terkecil yang terlihat jernih
yang ditetapkan sebagai KHM selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa
selama 18-24 jam.Media cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan
sebagai KBM.
mempengaruhi ukuran zona hambat pada metode difusi kertas cakram antara lain :
a. Kepekatan inokulum
Jika cakram kertas diletakkan setelah bakteri uji diinokulasikan pada suhu
ruang yang lebih lama maka akan mengakibatkan diameter zona hambat
menjadi mengecil.
c. Suhu inkubasi
Suhu optimal untuk pertumbuhan bakteri dan untuk uji aktivitas antibakteri
adalah 35ºC. Jika suhu lebih rendah dari 35ºC maka zona hambat yang
13
dihasilkan akan lebih lebar dan waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
d. Waktu inkubasi
Masa inkubasi yang baik untuk pengujian adalah 16-18 jam.Jika data hasil
pengujian diambil tidak sesuai dengan waktu tersebut maka data yang diambil
tidak valid.
Ukuran cawan petri standar untuk uji aktivitas antibakteri adalah berdiameter.
9-10cm dan diisi 6-7 cakram kertas pada tiap agar. Pengaturan jarak cakram
yang tepat sangat penting untuk mencengah tumpang tindih zona hambat,
media agar yang tipis akan mengakibatkan zona hambat yang terbentuk
menjadi lebih lebar, begitu sebaliknya pada media agar yang tebal.
Diameter zona hambat terkait dengan jumlah antibakteri yang terserap pada
cakram kertas maka diameter zona hambat yang dihasilkan akan semakin
luas.
g. Komposisi media
Media juga mempengaruhi ukuran zona hambat. Media yang spesifik akan
Menurut Davis dan Stont dalam Allo (2016), berdasarkan zona hambat
yang tergolong lemah (zona hambat yang terbentuk <5mm), sedang (zona hambat
14
antara 5-10mm, kuat (zona hambat antara 10-19mm), dan tergolong sangat kuat
2.5 Antibiotik
toksisitas selektif setinggi mungkin artinya obat tersebut harus bersifat sangat
toksik untuk mikroba tetapi relatif tidak toksik untuk hospes (Setiabudy, 2007).
mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda
tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya,
2.6 Ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu
pelarur cair. Senyawa aktif dalam simplisia dapat digolongkan kedalam golongan
mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
15
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
A. Cara dingin
B. Cara panas
a. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
16
pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
40-50ºC.
d. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana
e. Dekok adalah infus dengan waktu yang lebih lama (30 menit) dan temperatur
2.7 Sterilisasi
atau menghilangkan mikroorganisme yang tidak diinginkan pada suatu objek atau
b. Strelisasi kering digunakan untuk alat-alat gelas misalnya cawan petri dan tabung
metode sterilisasi panas kering yaitu dengan insinerasi, yaitu pembakaran dengan
17
c. Sterilisasi basah, biasanya menggunakan uap panas bertekanan dalam autoklaf.
Media biakkan, larutan dan kapas dapat disterilkan dengan cara ini. Autoklaf
merupakan suatu alat pemanas bertekanan tinggi dengan meningkatnya suhu air
maka tekanan udara akan bertambah dalam autoklaf yang tertutup rapat. Sejalan
menit.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
melihat aktivitas dari ekstrak etanol kulit jeruk nipis (Citrus aurontifolia S.)
Universitas Sari Mutiara Indonesia. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Juli
2018.
3.3.1 Alat-alat
blender, cawan Petri, cawan porselen, gelas penutup, hot plate, jangka sorong,
jarum ose, inkubator, kertas perkamen, kertas saring, kapas, kassa steril, rotary
evavorator, lemari pendingin, lemari pengering, neraca kasar, neraca listrik, oven,
pencadang logam, pemanas air, pipet mikro, pinset, lampu bunsen, kompor.
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kulit jeruk
nipis, Nutrient Agar (NA), Mueller Hinton Agar (MHA), suspensi Mc. Farland,
19
3.4 Prosedur Kerja
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit jeruk nipis yang
Setelah jeruk nipis telah diambil, dilakukan sortasi basah di bawah air
mengalir untuk memisahkan jeruk nipis dari debu atau kotoran lainnya. Setelah
bersih dari kotoran jeruk nipis ditiriskan kemudian dipisahkan dari daging
meremah, lalu diblender hingga halus. Kulit jeruk nipis yang telah menjadi serbuk
pelarut etanol 70% sebanyak 1.5 liter didalam wadah tertutup rapat selama 3 hari
diperoleh maserat.
20
Variasi konsentrasi ekstrak jerut nipis dibuat dengan melarutkan ekstrak
dengan aquadest steril hingga konsentrasi yang ingin diperoleh. Ekstrak dibuat
terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterilkan didalam oven pada
suhu 170°C selama 1 jam. Media disterilkan di Autoklaf pada suhu 121°C selama
15 menit. Jarum ose dan pinset dengan lampu bunsen (Lay, 1994).
Peptone 5,0 g
Agar 15,0 g
Cara pembuatan :
Sebanyak 28 gram media Nutrien Agar (NA) dilarutkan dalam air suling
steril ad 1000 ml kemudian dipanaskan hingga larut, dalam keadaan panas larutan
Bacto-casamino acid 5 g
21
Pati 1,5 g
Bacto Agar 17 g
Cara pembuatan :
suling steril secara sedikit demi sedikit, kemudian volumenya dicukupkan hingga
1 liter dan dipanaskan sampai terlarut sempurna. Media disterilkan dalam autoklaf
Cara pembuatan :
bakteri uji sama dengan kekeruhan suspensi Mc. Farland, maka konsentrasi
reaksi steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai media memadat pada
posisi miring kira-kira kemiringan 45°. Media yang telah padat disimpan di dalam
22
Koloni bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose steril =, lalu
ditanam pada media Nutrient Agar (NA) miring dengan caradigoreskan. Media
vitro
Cara kerja :
kedalam cawan petri yang telah disterilkan dan dibiarkan membeku. Dipipet 0,1
dalam media dan diratakan dengan kaca bengkok diseluruh permukaan media,
biarkan selama ± 5 menit. Kemudian pada media ini dibuat lubang dengan
Pada tiap lubang dimasukkan ekstrak etanol kulit jeruk nipis sebanyak 0,1
menit.Lalu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37°C selama 18-24 jam.Setelah
lubang.
23
DAFTAR PUSTAKA
Adindaputri, Z.U., Purwanti, N., Ivan, A.W. (2013). Pengaruh Ekstrak Kulit Jeruk
Nipis (Citrus Aurontifolia Swingle) Konsentrasi 10% Terhadap Aktivitas
Enzim Glukosiltransferase Streptococcus mutans dalam Majalah
Kedokteran Gigi.Volume 20.Jilid 2. Halaman 126-131.
Arisandi, Y., dan Andriani, Y. (2008). Khasiat Berbagai Tanaman Obat Untuk
Pengobatan. Cetakan III. Jakarta : Eska Media. Halamn 166-171.
Ariyanti, T., Supar. 2005. Cemaran Salmonella Enteritidis pada Ternak dan
Roduknya. Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk
Peternakan.Jurnal Penelitian.Diakses tanggal 05 November 2016.
Astarini , Niluh Putu Febrina, Perry Burhan, Yulfi Zetra. 2010. Minyak Atsiri dari
Kulit Buah Citrus grandis, Citrus aurantium. (L.) dan Citrus aurantifolia
(RUTACEAE) Sebagai Senyawa Antibakteri dan Insektisida :Prosiding
Skripsi Semester Genap2009/2010 SK-091304. Jurusan Kimia : Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
Undergraduate-13463-Paper.pdf diakses pada tanggal 11 Juni 2016.
CCRC Farmasi UGM. 2014. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S.) diunduh dari
http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?pageid=183 dan diakses pada tanggal 11
Juni 1017.
De Paola, A., J.L. Jones, J. Woods, W. Burkhardt, K.R. Calci, J.A. Krantz, J.C.
Bowers, K. Kasturi, R.H. Byars, E. Jacobs, D. Williams-Hill, and K. Nabe.
2010. Bacterial and Viral Pathogens in Live Oysters, 2007 United States
Market Survey. Appl Environ Microbiology. Jurnal Penelitian, 2754-
2768.Diakses tanggal 05 November 2016.
24
Departemen Kesehatan RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta, 17, 31-32 .
Dhanavade, M.J, Jalkute, C.B, Ghosh, J.S, dan Sonawane, K.D (2011). Study
antimicrobial activity of lemon (Citrus lemon L.) peel extract dalam
British Journal Pharmacology of Toxicology. Volume 2(3). Halaman 22-
119.
Lay, B.W (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada Halaman 67.
25
Pratiwi, Erni. 2011. Pemeriksaan Salmonella. http://id.scribd. com/doc/54252133/
tugas-bakteri2. Diakses tanggal 09 November 2016.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi Ke-4. Gadjah Mada.
University Press, Yogyakarta.
Wardani, P.R. (2015). Pengaruh Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Nipis (Citrus
aurontifolia (Christm.) Swingle) Terhadap Penyembuhan Ulkus Traumatik
Pada Rattus norvegicus Strain Wistar.Skripsi.Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
26
Lampiran 1. Kerangka Konsep Penelitian
Dicuci, Ditiriskan
Dihaluskan (Diblender)
Serbuk Simplisia
Kulit Jeruk nipis 200 gram
Disaring, Dipindahkan ke
dalam botol
Diuapkan selama 3 hari
27
Ekstrak Kulit Jeruk Nipis Uji Aktivitas Antibakteri
dengan Metode In-vitro