DAFTAR ISI...................................................................................................................... 1
DAFTAR TABLE ............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 6
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 6
1.4 Manfaat ...................................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 8
2.1 Teori Tanaman Mengkudu ......................................................................................... 8
2.1.1. Sejarah Tanaman Mengkudu (Morinda Citrifolia L.)............................................ 8
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Mengkudu .............................................................................. 9
2.1.3 Morfologi ............................................................................................................... 10
2.1.4 Kandungan Kimia ................................................................................................. 10
2.1.5 Khasiat Tanaman Daun Mengkudu ...................................................................... 10
2.2 Ekstraksi ................................................................................................................... 11
2.3 Metode Ekstraksi ...................................................................................................... 11
2.3.1 Metode Ekstraksi Secara Dingin (Tiwari ,P.,Kumar.,dkk, 2011) ......................... 11
2.3.2 Metode Ekstraksi Cara Panas (Tiwari,P.,Kumar.,dkk, 2011) ............................. 12
2.4 Diare ......................................................................................................................... 13
2.4.1 Pengertian Diare .................................................................................................... 13
2.4.2 Mekanisme Terjadinya Diare ................................................................................ 13
2.4.3 Klasifikasi Diare .................................................................................................... 15
2.4.4 Terapi Farmakologi ............................................................................................... 17
2.5 Metode Uji Antidiare ................................................................................................ 17
2.5.1 Metode Induksi Oleum Ricini ............................................................................... 17
2.6 Hewan Uji ................................................................................................................. 18
2.6.1 Rute Pemberian Obat Pada Hewan Uji (Brookes,M, 2012) .................................. 19
2.6.2 Konversi Dosis Hewan ke Manusia....................................................................... 20
1
2.6.3 Pemberian Tanda Pada Hewan Uji ........................................................................ 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 22
3.1 kerangka konsep ....................................................................................................... 22
3.2 Jenis Penelitian ......................................................................................................... 22
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................... 22
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................................... 22
3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................................. 23
3.6 Prosedur Penelitian ................................................................................................... 23
3.7 Analisis Data ............................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 26
2
DAFTAR TABLE
Table 1. Konversi dosis hewan ke manusia (Harmita dan Radji, 2008) ............... 20
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
PENDAHULUAN
Diare adalah keadaan dimana seseorang mengalami buang air besar dengan
konsistensi encer atau bahkan berupa air saja yang tejadi lebih sering dari
biasanya (3 kali atau lebih) dalam 1 hari (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
satu kematian balita diseluruh dunia dan angka kesakitan diare pada tahun 2011
Menurut data WHO tahun 2013 setiap tahunnya terjadi kematian akibat diare
sebesar 760.000 jiwa dan lebih banyak terjadi pada anak berumur dibawah lima
tahun dan 21% terjadi kematian pada anak karena diare di Negara berkembang
(Fatkhiyan, 2016)
virus, dan parasit lainnya, yaitu jamur, cacing, dan (Tarman, K., S. Purwanigsih &
penyakit diantaranya kanker, infeksi, arthritis, diabetes, asma, hipertensi, dan luka
5
terpenoid, antibakteri, asam glutamate, thiamin, glikosida, ascorbic acid, beta
yang aktif sebagai antimikroba, terutama bakteri dan jamur yang penting dalam
terhadap ekstrak daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dari pada Escherichia
coli.
ekstrak etanol daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) sebagai antidiare yang
1.3 Tujuan
6
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui uji aktivitas antidiare ekstrak
etanol daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap tikus putih (Rattus Novergicus)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tahun 100 SM, penduduk Asia Tenggara bermingrasi dan mendarat di kepulauan
Polinesia, mereka membawa hewan dan tanaman yang dianggap sangat penting,
termasuk mengkudu. Mengkudu oleh orang Polinesia dikenal dengan nama Noni.
berbagai macam penyakit antara lain tumor, luka kulit, gangguan pernafasan
(termasuk asma), demam, dan penyakit usia lanjut. Para tabib polinesia selalu
Indonesia, Malaysia dan pulau-pulau yang terletak di Lautan India dan Lautan
Pasifik. Dari 80 spesies yang ada, hanya 20 spesies yang mempunyai nilai
ekonomi. Morinda citrifolia adalah jenis yang paling popular, sehingga disebut
Orang- orang Eropa pada tahun 1849 menmukan manfaat lain tanaman
mengkudu yaitu sebagai zat pewana, karea kandungan Morindom dan Morindin
8
tahun 1950. Selanjutnya sekitar tahun 1960-1980 dilakukan riset-riset untuk
tahun 1972 ahli Biokimia Dr. Ralph Heinicke mulai melakukan penelitian tentang
1. 2.
(Djauhariya,E., 2003).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Family :Rubiaceae
Genus :Morinda
9
2.1.3 Morfologi
Tumbuhan ini berbentuk pohon dengan tinggi 4-8 cm. Batang berkayu, bulat,
kulit kasar, percabangan monopoidal. Daun tunggal, bulat telur, ujung dan
pangkal runcing. Panjang 10-40 cm. Bunga majemuk, bentuk bongkol, bertangkai,
benang sari 5. Buah bongkol, permukaan tidak teratur, berdaging panjang 5-10
Minyak atsiri, saponin, triterpenoid, fenol, tanin, dan glikosida, zat kapur, protein,
zat besi, karoten, arginin, asam glutamat, tirosin, asam askorbat, asam ursolat,
2007).
Daun dan akarnya berfugsi untuk obat sakit perut, disentri. Beberapa khasiat
ain dari menkudu dalam bentuk sedia jus, kapsul, lulur antara lain sebagai antiioti,
10
2.2 Ekstraksi
Sediaan padat, kental atau cair yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa
aktif dari senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan disebut dengan ekstrak (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Dasar pemilihan metode ekstraksi ada dua aspek. Aspek pertama adalah
dengan melihat tekstur dari sampel yang akan disari. Dengan meninjau aspek
tekstur kita dapat menentukan jenis ekstraksi yang akan digunakan. Bagi sampel
yang memiliki tekstur keras dapat digunakan ektraksi dengan metode panas,
sedangkan ekstraksi dengan metode dingin ditujukan pada jenis sampel yang
memiliki tekstur lunak. Aspek kedua yaitu di dasarkan pada sifat polaritas dari
a. Maserasi
maserasi.
b. Perkolasi
Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya
dilakukan pada temperatur ruangan disebut perkolasi. Proses terdiri dari tahapan
11
(penetesan/penambungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak
a. Refluks
Ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu
dan jumlah pelarut terbatas relatif konstan dengan adanya pendingin balik disebut
refluks. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5
b. Soxhlet
Soxhlet adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khsuus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
c. Digesti
temperatur yang lebih tinggi dari temperature ruangan (kamar), yaitu secara
d. Infus
Infus adalah cara ekstrakasi dengan menggunakan pelarut air pada temperatur
penangas air. Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperature
e. Dekok
Dekok adalah metode ektrasi yang hampir sama dengan infus namun dekok
memerlukan waktu yang lebih lama (≥30 oC) dari temperatur sampai titik didih
12
air. Metode ini digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang larut air dan stabil
pada pemanasan.
2.4 Diare
Diare adalah keadaan dimana seseorang mengalami buang air besar dengan
konsistensi encer atau bahkan berupa air saja yang tejadi lebih sering dari
biasanya (3 kali atau lebih) dalam 1 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
satu kematian balita diseluruh dunia dan angka kesakitan diare pada tahun 2011
Berbagai mikroba seperi bakteri, parasit, virus dan kapang bisa menyebabkan
diare dan muntah. Keracunan pangan yang menyebabkan diare dan muntah,
disebabkan oleh pangan dan air yang terkontaminasi oleh mikroba. Pada tulisan
ini akan dijelaskan mekanisme diare dan muntah yang disebabkan oleh mikroba
peningkatan berat atau volume tinja dan frekuensinya. Seseorang dikatakan diare
jika secara kuantitatif berat tinja per-24 jam lebih dari 200 gram atau lebih dari
200 mL dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari (Putri, 2010).
13
dan air dan/atau meningkatkan sekresi anion aktif. Pada kondisi diare ini tidak
terjadi gap osmotic dan diarenya tidak berhubungan dengan isi usus sehingga
tidak bisa dihentikan dengan puasa. Diare jenis ini dikenal sebagai diare sekretory.
Contoh dari diare sekretori adalah kolera dan diare yang disebabkan oleh
kontak antara permukaan absorpsi usus dan cairan luminal. Peningkatan daya
dorong ini mungkin secara langsung distimu-lasi oleh proses patofisiologis yang
diaktivasi oleh patogen, atau oleh peningkatan tekanan luminal karena adanya
sebagai penyebab utama diare tetapi lebih kepada faktor tambahan yang kadang-
daerah yang terinfeksi akan bervariasi antar organisme. Kerusakan mukosa yang
terjadi bisa berupa difusi nanah oleh pseudomembran sampai dengan luka halus
proses absorbsi yang efisien karena terjadinya difusi balik dari fluida dan
elektrolit yang diserap. Diare jenis ini dikenal sebagai diare eksudatif.
14
Penyebabnya adalah bakteri patogen penyebab infeksi yang bersifat invasive
air ke luminal. Diare jenis ini dikenal sebagai diare osmotik dan bisa dihambat
meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,
invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat
menjadi diare akut dan diare kronik. Berdasarkan manifestasi klinis, diare akut
dibagi menjadi disentri, kolera dan diare akut (bukan disentri maupun kolera).
Sedangkan, diare kronik dibagi menjadi diare persisten dan diare kronik.
15
a. Diare akut
Diare akut yaitu diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berhenti
secara cepat atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu, namun dapat pula
menetap dan melanjut menjadi diare kronis. Hal ini dapat terjadi pada semua umur
Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lender dianggap disentri yang
manifestasi klinis antara lain diare profus seperti cucian air beras, berbau khas
seperti “bayklin/sperma”, umur anak lebih dari 3 tahun dan ada KLB dimana
penyebaran pertama pada orang dewasa kemudian baru pada anak. Sedangkan
kasus yang bukan disentri dan kolera dikelompokkan kedalam diare akut.
b. Diare kronis
Diare kronis yaitu diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih.
Sedangkan berdasarkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare spesifik dan non
spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
atau parasit. Diare yang disebabkan oleh makanan disebut diare non spesifik.
Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut yang melanjut lebih dari 14
hari, umumnya disebabkan oleh agen infeksi. Sedangkan, diare kronik lebih
16
berulang atau diare akut dengan gejala yang ringan yang melanjut lebih dari 14
mengurangi gejala diare dapat digunakan beberapa obat, antara lain antimotilitas,
antisekretori, adsorben dan obat-obat lainnya seperti probiotik, enzim laktase dan
Oleum ricini atau castor oil atau minyak jarak berasal dari biji Ricinus
communis suatu trigliserida risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Di dalam usus
halus minyak jarak dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam
risinoleat. Asam risinoleat inilah yang merupakan bahan aktif sebagai pencahar
(Ganiswarna, 2007).
mengalami hidrolisis di dalam usus halus oleh enzim lipase pancreas menjadi
gliserin dan asam risinoleat. Sebagai surfaktan anionik, zat ini bekerja mengurangi
absorbsi netto cairan dan elektrolit serta menstimulasi peristaltic usus, sehingga
berkhasiat sebagai laksansia. Oleum ricini atau castor oil atau minyak jarak
berasal dari biji Ricinus communis suatu trigliserida risinoleat dan asam lemak
tidak jenuh. Di dalam usus halus minyak jarak dihidrolisis oleh enzim lipase
menjadi gliserol dan asam risinoleat. Asam risinoleat inilah yang merupakan
bahan aktif sebagai pencahar. Minyak jarak juga bersifat emolien. Sebagai
17
pencahar obat ini tidak banyak digunakan lagi karena banyak obat yang lebih
elektrolit. Obat ini merupakan bahan induksi diare pada penelitian diare secara
Hewan uji yang digunakan untuk percobaan adalah vertebrata non manusia.
Binatang tersebut digunakan untuk uji biomedis karena adanya kemiripan karakter
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Rattus
18
b. Karakteristik Tikus Putih
Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan
sangat cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit
Aktifitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia disekitarnya. Ada dua sifat
yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan yang lain, yaitu bahwa tikus
putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat
esofagus bermuara kedalam lubang dan tikus putih tidak mempunyai kandung
Tikus putih memiliki beberapa sifat yang menguntungkan sebagai hewan uji
besar dari mencit, mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak. Tikus putih juga
memiliki ciri-ciri morfologis seperti albino, kepala kecil, dan ekor yang lebih
a. Oral
b. Intravena
Penyuntikan dilakukan pada vena ekor (ada 4 vena pada ekor). Letakkan
mencit pada wilayah tertutup sedemikian rupa sehingga mencit tidak leluasa untuk
19
bergerak-gerak, dengan ekor menjulur keluar. Hangatkan ekor dengan dicelupkan
kedalam air hangat (40OC - 50 OC). Pegang ujung ekor dengan satu tangan dan
c. Subkutan
d. Intramuskular
Penyuntikan dilakukan pada otot gluteus maksimus atau bisep fermoris atau
e. Intraperitoneal
Penyuntikan dilakukan pada perut sebelah kanan garis tengah; jangan terlalu
tinggi agar tidak mengenai hati dan kandung kemih. Mencit dipegang pada
punggung supaya kulit abdomen menjadi tegang. Pada saat penyuntikan, posisi
20
2.6.3 Pemberian Tanda Pada Hewan Uji
Hewan percobaan perlu diberi tanda untuk dapat dibedakan dengan hewan
yang lain. Penandaan dapat menggunakan larutan 10% pikrat atau tinta cina atau
pewarna lain. Tanda dapat diberikan berupa titik dan garis pada punggung atau
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
ol.ricini
a. Kontrol positif
b. Kontrol negatif
c. Ekstrak 20mg/kgBB
d. Ekstrak 40mg/kgBB
e. Ekstrak 60mg/kgBB
- Diberikan perlakuan secara peroral
22
3.5 Instrumen Penelitian
a. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain alat – alat gelas, batang
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu aquadest, ekstrak daun
mengkudu, etanol 70%, loperamide, Na CMC 0,5% dan oleum ricini.
1. Persiapan Sampel
telah kering diserbukkan dengan menggunakan blender hingga halus. Serbuk yang
dihasilkan diayak hingga memperoleh serbuk yang halus dan seragam. Hasilnya
2. Pembuatan Ekstrak
100 gram. Serbuk dimaserasi dengan pelarut etanol 70% sebanyak 1L (1:5) pada
suhu ruangan dan terlindng dari sinar matahari langsung selama 1×24 jam ekstrak
rotary evaporator dan waterbath pada suhu 40-45 derajat celcius sampai
23
3. Penyiapan Hewan Uji
Pada penelitian ini digunakan tikus putih (Rattus novergicus) dengan berat
badan antara 200 sampai 300 gram berjumlah 15 ekor sebagai hewan uji.
Tikus yang digunakan dalam penelitian sebanyak 15 ekor tikus putih, dan
Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 3 ekor tikus putih,
kemudian diadaptasikan dan dipuasakan 1 jam. Semua tikus diberi induksi oleum
diberi perlakuan secara oral yaitu Kelompok Kontrol (Na-CMC 0,5), Kelompok
Dari hasil penelitian, berupa onset terjadinya diare, durasi diare, frekuensi diare
dan bobot feses antidiare dianalisis secara statistic menggunakan program SPSS
versi 18. Data dianalisis homogenitas dan normalitasnya, jika kedua uji tersebut
24
memenuhi syarat (P >0,05) maka dilanjutkan menggunakan analisis parametrik uji
One Way ANOVA, dan apabila kedua uji tidak memenuhi syarat maka dilanjutkan
25
DAFTAR PUSTAKA
Harmita dan Radji. (2008). Buku Ajar Analisis Hayati, Edisi 3.Jakarta,EGC,66-67.
Akbar B. (2010). Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang Berpotensi Sebagai
Bahan Antiferilitas. Jakarta: Adabia Press.
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakologi Indonesia Edisi IV. Jakarta: 31 & 46.
ETS. (2005). European Convetion For The Protection Of Vertebrate Animals Used For
Experimental And Other Scientific purposes. Strasbourg.
Fatkhiyan. (2016). Gambaran Kejadian Diare Pada Balita Di wilayah Kerja Puskesmas
Wedung II. Fakultas Kesehatan Masarakat.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Panduan Sosial Tatalaksana Diare Balita. Direktorat
Jenderal Pengadilan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan .
26
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Panduan Sosial Tatalaksana Diare Balita. Direktoral
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Maulina F.I. (2014). Uji Antifertilitias Ekstrak N-Heksan Biji Jarak pagar (Jatropha
curcas L )Pada Tikus Putih Jantan (Rattus Novergicus) Galur Spargue Dawley
Secara In Vivo . Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sitepu & Josua. (2012). Pertandingan Efektifitas Daya Hambat Terhadap Staphylococcus
Aureus dari Berbagai Jenis Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L.) (In
Vitro) . Medan: Skripsi.Universitas Sumatera Utara.
Utami,A.M. (2010). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Dan Daun Mengkudu. Bogor:
Skripsi.Institute Pertanian Bogor.
Waha. (2009). Sehat Dengan Mengkudu (Morinda Citrifolia L). MSF Group, 43.
27