USULAN PENELITIAN
ENOK MARLINA
NPM 230110090036
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2013
EFEKTIVITAS EKSTRAK
DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus)
UNTUK PENGOBATAN
INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila
PADA BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)
ENOK MARLINA
NPM 230110090046
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2013
JUDUL
: EFEKTIVITAS
EKSTRAK
DAUN
NANGKA
(Artocarpus heterophyllus) UNTUK PENGOBATAN INFEKSI
BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA BENIH IKAN MAS
(Cyprinus carpio)
PENULIS
: ENOK MARLINA
NPM
: 230110090036
Komisi Pembimbing,
Anggota,
Dekan,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan YME, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang
berjudul, Efektivitas Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus) untuk
Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Benih Ikan Mas
(Cyprinus carpio).
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini, terutama kepada:
1. Roffi Grandiosa, S.Pi., M.Sc. sebagai komisi pembimbing yang selalu
memberikan masukan dan dorongan kepada penulis.
2. Drs. Walim Lili, M.Si. sebagai anggota pembimbing sekaligus sebagai dosen
wali yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi kepada penulis.
3. Dr. Yuli Andriani, S.Pi., M.Si. sebagai dosen penelaah, atas masukan yang
berharga untuk menyempurnakan penelitian ini.
4. Dr. Ayi Yustiati, Ir., M.Sc. sebagai Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran.
5. Dr. Ir. Junianto, MP. sebagai Ketua Program Studi Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
6. Orang tua, adik dan keluarga yang selalu mendoakan, memberikan motivasi
dan perhatiannya baik secara materi juga moril kepada penulis.
7. Euis Rahmawati Akbar S.Farm. dan Ayesha Putri S.Farm. yang telah banyak
membantu dan memberikan masukan dalam penulisan usulan penelitian ini.
8. Josua F. T., Nitya Dvimurti, Ratih Azizah, Murni Purnaningsih, Astri D. U.
dan Eka Hariani atas bantuan, dukungan dan perhatian yang selalu diberikan
kepada penulis.
9. Ahmad Nur Rohman, Ai Siti Rohmah, dan Cut Tsutjinurani yang telah
membantu, mendukung, menemani dan memberikan motovasi kepada
penulis.
iii
Enok Marlina
iv
DAFTAR ISI
Bab
II
III
Halaman
DAFTAR GAMBAR ................................................................
vii
viii
xi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................
1.4 Kegunaan Penelitian .............................................................
1.5 Kerangka Pemikiran .............................................................
1.6 Hipotesis ...............................................................................
1
3
3
3
3
6
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas ..............................................................................
2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas ..........................................................
2.1.2 Habitat dan Morfologi Ikan Mas .......................................
2.2 Bakteri Aeromonas hydrophila ............................................
2.2.1 Klasifikasi Aeromonas hydrophila ...................................
2.2.2 Karakteristik Aeromonas hydrophila ................................
2.2.3 Gejala Klinis Serangan Aeromonas hydrophila ................
2.3 Nangka .................................................................................
2.3.1 Ekologi dan Klasifikasi Nangka .......................................
2.3.2 Morfologi Nangka .............................................................
2.3.3 Jenis Nangka ......................................................................
2.3.4 Manfaat Nangka ................................................................
2.3.5 Kandungan Senyawa Daun Nangka ..................................
2.4 Kualitas Air ..........................................................................
7
7
8
9
9
9
10
11
11
12
13
13
14
15
17
17
17
19
20
20
20
24
25
25
26
26
26
27
LAMPIRAN ..............................................................................
30
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
12
vii
Halaman
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
22
Halaman
22
viii
23
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
31
32
33
34
Halaman
35
36
37
39
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sumber andalan
yang
sering menyerang adalah Aeromonas hydrophila. Gejala yang muncul yaitu warna
tubuh ikan terlihat suram, tidak cerah, kulit kesat dan melepuh. Cara bernapas
tampak megap-megap, kantung empedu mengembung dan terjadi luka borok yang
memerah di bagian tubuh ikan seperti kulit, ginjal, hati, dan limpa (Tim Lentera
2002).
Para petani maupun pengusaha ikan banyak menggunakan berbagai bahan
kimia maupun antibiotik dalam pengendalian penyakit tersebut. Namun
pemakaian bahan kimia dan antibiotik secara terus menerus dengan konsentrasi
yang kurang tepat, akan menimbulkan masalah baru berupa meningkatnya
resistensi mikroorganisme terhadap bahan tersebut. Selain itu, masalah lainnya
adalah bahaya yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitarnya, ikan yang
bersangkutan, dan manusia yang mengkonsumsinya (Kompas 2013).
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, perlunya alternatif bahan obat
yang lebih aman yang dapat digunakan dalam pengendalian penyakit ikan. Salah
satu alternatifnya adalah menggunakan tumbuhan obat tradisional yang bersifat
anti parasit, anti jamur, antibakteri, dan antiviral. Beberapa keuntungan
menggunakan tumbuhan obat tradisional antara lain relatif lebih aman, mudah
diperoleh, murah, tidak menimbulkan resistensi, dan relatif tidak berbahaya
terhadap lingkungan sekitarnya.
Beberapa tumbuhan obat tradisional yang diketahui dapat dimanfaatkan
dalam pengendalian berbagai agen penyebab penyakit ikan adalah daun sirih
(Piper
betle),
daun
jambu
biji
(Psidium
guajava),
sambiloto
Identifikasi Masalah
Sejauhmana efektivitas ekstrak daun nangka untuk mengobati infeksi
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi terbaik dari ekstrak
daun nangka dalam menghasilkan kelangsungan hidup tertinggi pada benih ikan
mas yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila.
1.4
Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada
ekstrak
daun
nangka
untuk
mengobati
infeksi
bakteri
Kerangka Pemikiran
Upaya dalam melakukan budidaya untuk memenuhi kebutuhan ikan mas
hasil analisis uji in vitro, diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi yang
digunakan akan semakin besar zona hambat yang dihasilkan.
Hasil uji LC50 48 jam setelah dianalisis menggunakan EPA Probhit
Analysis diperoleh nilai konsentrasi 101.910 ppm yang mematikan ikan sebanyak
50 % selama 48 jam. Berdasarkan analisis uji zona hambat dan LC50 48 jam yang
dilakukan, maka konsetrasi efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri
Aeromonas hydrophila adalah dibawah nilai LC50 48 jam dan diatas nilai uji zona
daya hambat terkecil yaitu sebesar 30 ppm.
1.6
Hipotesis
Pemberian ekstrak daun nangka pada konsentrasi 30 ppm dengan lama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ikan Mas
: Chordata
: Osteichthyes
: Cypriniformes
: Cyprinidae
: Cyprinus
: Cyprinus carpio
unggul dan banyak diminati masyarakat adalah majalaya, sinyonya, taiwan dan
jenis hibrida (Tim Lentera 2002).
2.1.2 Habitat dan Morfologi Ikan Mas
Habitat yang disukai ikan mas adalah perairan dengan kedalaman 1 meter
yang mengalir pelan, dan subur yang ditandai melimpahnya pakan alami,
misalnya rotifer, rotatoria, udang-udang renik dan lain-lain. Sebaliknya larva ikan
mas menyukai perairan dangkal, tenang dan terbuka. Sedangkan benih ikan mas
yang berukuran cukup besar lebih menyukai perairan yang agak dalam, mengalir
dan terbuka. Di negara tropis ikan mas berpijah pada musim hujan. Waktu
pemijahan biasanya bertepatan dengan turunnya hujan. Kesiapan proses
pemijahan induk dapat terganggu jika media hidupnya tercemar, kandungan
oksigen terlarut menurun dan kondisi kesehatan induk menurun (Djarijah 2011)
Ikan mas memiliki ciri morfologi dengan bentuk tubuh agak memanjang
dan memipih tegak (compressed), mulut terletak dibagian tengah ujung kepala
(terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Dibagian anterior mulut terdapat
dua pasang sungut. Diujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal
teet) yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham. Secara umum hampir seluruh
tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan
digolongkan kedalam tipe sisik sikloid (lingkaran). Sirip punggungnya (dorsal)
memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan bagian akhir (sirip ketiga
dan keempat) bergerigi. Letak sirip punggung bersebrangan dengan permukaan
sirip perut (ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung,
yakni berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Garis rusuknya (linea lateralis
atau gurat sisi) tergolong lengkap, berada di pertengahan permukaan tubuh
dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal
ekor (Khairuman dan Amri 2011).
2.2
Aeromonas
hydrophila
dikenal
dengan
nama
Bacilus hydrophilus fuscus, pertama kali diisolasi dari kelenjar pertahanan katak
yang mengalami pendarahan septicemia. Kluiver dan Van Niel pada tahun 1936
mengelompokkan genus Aeromonas. Tahun 1984, Popoff memasukan genus
Aeromonas ke dalam famili Vibrionaceae. Aeromonas hydrophila diisolasi dari
manusia dan binatang sampai dengan tahun 1950. Bakteri ini memiliki nama
sinonim A. formicans dan A. liquefaciens (Sismeiro et al. 1998).
Klasifikasi bakteri Aeromonas hydrophila berdasarkan ilmu taksonomi
sebagai berikut (Holt et. al. 1994) :
Filum
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies
: Protophyta
: Schizomycetes
: Pseudanonadeles
: Vibrionaceae
: Aeromonas
: Aeromonas hydrophila
10
carpio),
gurami
(Osphronemus
gouramy)
dan
udang
galah
Sering terjadi pendarahan pada organ bagian dalam seperti hati, ginjal
maupun limpa. Perut sering terlihat agak kembung,
11
Nangka
: Plantae
: Spermatophyta
: Dicotyledonae
: Morales
: Moraceae
: Artocarpus
: Artocarpus heterophyllus
12
13
Nangka bubur dengan daging buah tipis, lunak agak berserat dan membubur,
beraroma keras mudah lepas dari buah, rasanya asam manis, dan berbau
harum tajam.
Nangka salak dengan daging buah tebal, keras, mengeripik, agak kering, rasa
manis agak pahit, dan tidak terlalu harum/aromanya kurang keras
Nangka cempedak dengan daging buah tipis dan beraroma harum spesifik.
14
tradisional untuk mengatasi demam, disentri atau malaria. Kulit batangnya yang
berserat, dapat digunakan sebagai bahan tali serta memiliki fungsi sebagai
antikanker, anti virus, antiinflamasi, diuretil dan antihipertensi (Ersam T. 2001).
Getahnya digunakan dalam campuran untuk memerangkap burung, menambal
perahu dan lain-lain. Daun nangka merupakan pakan ternak yang disukai
kambing, domba maupun sapi. Daun tanaman ini juga direkomendasikan oleh
pengobatan ayurveda sebagai obat antidiabetes karena ekstrak daun nangka
memberi efek hipoglikemi yaitu menurunkan kadar gula darah (Chandrika dkk.
2006). Selain itu daun nangka juga berkhasiat melancarkan air susu dan sebagai
obat koreng (Hutapea 1993). Menurut Prakash dkk (2009), daun nangka dalam
pengobatan tradisional digunakan sebagai obat demam, bisul, luka dan penyakit
kulit.
2.3.5 Kandungan Senyawa Daun Nangka
Daun nangka saat ini selain digunakan sebagai pakan ternak juga telah
digunakan sebagai obat tradisional. Daun nangka mengandung flavonoid, saponin
dan tannin. Flavonoid dan saponin merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas
antibakteri yang cara kerjanya dengan merusak membran sitoplasma dan
mendenaturasi protein sel (Robonson 1995).
Senyawa
flavonoid
merupakan
salah
satu
metabolit
sekunder,
15
Kualitas Air
Air merupakan media yang paling utama bagi kehidupan ikan. Air yang
(Handajani dan
Samsundari
optimal
untuk
16
Kandungan oksigen terlarut (DO) yang baik untuk kehidupan ikan mas
ialah pada 35 mg/L (Tim Lentera 2002). Jika kandungan oksigen terlarut dalam
media pemeliharaan tidak optimal, ikan mas akan membuka mulutnya dan selalu
berada di permukaan air, bahkan bila air tidak segera diganti dapat menimbulkan
kematian.
Amonia yang terkandung dalam suatu perairan berasal dari kotoran ikan.
Amonia tingkat keseimbangannya sangat dipengaruhi oleh pH air, suhu dan
salinitas. Kadar amonia akan meningkat pada pH dan suhu tinggi serta kadar
garam dan kesadahan rendah. Kadar amonia tinggi dalam air secara langsung
dapat mematikan organisme perairan yakni melalui pengaruhnya terhadap
permeabilitas sel, mengurangi konsentrasi ion dalam tubuh, meningkatkan
konsumsi oksigen dalam jaringan, merusak insang dan mengurangi kemampuan
darah mengangkut oksigen. Kisaran amonia yang dapat ditolerir oleh ikan mas
adalah kurang dari 1 mg/L (Boyd 1982).
17
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1
ini
dilaksanakan
di
Laboratorium
Bioteknologi
dan
18
Aerator, selang aerasi dan batu aerasi sebagai alat untuk memasok O2
pada setiap akuarium dan bak fiber.
19
Aerator, selang aerasi dan batu aerasi sebagai alat untuk memasok O2
pada setiap akuarium dan bak fiber
Alat
Suntik
dengan ketelitian
0,1
mL sebagai
alat
untuk
20
4. Media Bakteri
Media yang digunakan untuk kultur adalah Nutrien Agar merk dagang
Oxoid dengan dosis pembuatan 28 gram/L.
5. Aquades dan alkohol
Aquades dan alkohol digunakan untuk mencuci preparat dan alat yang
telah digunakan.
6. Etanol 96 %
Etanol digunakan sebagai bahan pelarut ekstrak daun nangka.
7. NaCl Fisiologis 0,9 %
NaCl fisiologis sebagai larutan suspensi bakteri.
8. Pakan
Pakan yang digunakan merupakan pelet komersil merk PF-600 dengan
kandungan protein 39 %.
3.3
Metode Penelitian
Metode penelitian dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas lima perlakuan. Setiap
perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan yang diberikan adalah
perendaman benih ikan mas dalam larutan ekstrak daun nangka dengan
konsentrasi berbeda. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian, didasarkan
atas penelitian pendahuluan.
3.4
Prosedur Penelitian
21
22
9. Metode pengerjaan dilakukan secara steril di ruang laminar air flow untuk
mencegah kontaminasi.
10. Menginkubasikan selama 1824 jam pada suhu 270C.
11. Diameter zona hambatan yang dihasilkan berupa zona bening pada uji ini
kemudian diamati.
Hasil pengamatan uji zona hambat yang disebabkan oleh ekstrak daun nangka
pada metode difusi agar dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Hasil pengamatan uji zona hambat pada metode difusi agar
Perlakuan
(ppm)
II
III
Rata-rata
(mm)
100.000
10.000
9,52
8,86
10,69
9,2
10,03
9,12
10,08
9,06
1000
100
10
8,24
8,03
7,27
9,16
8,66
7,21
8,79
7,04
6,41
8,73
7,91
6,96
Tabel 2. Hasil pengamatan kontrol uji zona hambat pada metode difusi agar
Perlakuan
(ppm)
Rata-rata
(mm)
10.000
1000
9,81
8,17
9,16
8,36
9,48
8,26
100
8,07
7,94
8,01
23
24
15
15
14
14
9
11
-
Jumlah
15
15
14
14
9
11
0
0
0
0
24
Kelangsungan hidup ikan dalam uji LC50 dianalisis melalui program Probit
Analysis menggunakan software dari US Environmental Protection Agency (US
EPA). Nilai LC50 yang diperoleh adalah 101,910 ppm ekstrak daun nangka dapat
mengaikbatkan mortalitas benih ikan mas sebanyak 50 % dalam waktu 48 jam
(Lampiran 7).
Berdasarkan hasil zona hambat dan uji LC50, konsentrasi yang efektif
untuk menghambat pertumbuhan Aeromonas hydrophila berada diatas nilai zona
hambat terkecil dan dibawah nilai LC5048 jam. Sehingga perlakuan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
(Gaspersz 1991)
Keterangan :
Xij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
I = Rata-rata umum
j = Pengaruh perlakuan ke-i
ij = Pengaruh faktor random perlakuan ke-i ulangan ke-j
3.4.2 Penelitian Utama
Penelitian utama dilakukan dengan rancangan perlakuan berdasarkan
penelitian pendahuluan. Perlakuan tersebut yaitu pada konsentrasi ekstrak daun
nangka 0 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm.
Prosedur yang dilakukan selama penelitian adalah sebagai berikut :
1. Persiapan wadah perlakuan sebanyak 15 buah.
2. Wadah perlakuan diisi dengan air sebanyak 15 L.
3. Penempatan wadah perlakuan.
25
4. Ikan uji dimasukan ke dalam wadah perlakuan yang telah disiapkan dengan
kepadatan 15 ekor per wadah.
5. Ikan dipelihara selama 7 hari dan diberi pakan pelet secara adlibitum.
6. Penginfeksian
bakteri
Aeromonas
hydrophila
dengan
kepadatan
108 cfu/mL sebanyak 0,1 mL dengan cara menyuntikkan pada tubuh ikan
secara intramuscular.
7. Ekstrak daun nangka dipersiapkan sesuai perlakuan yaitu 20 ppm, 30 ppm,
40 ppm, 50 ppm (Lampiran 3).
8. Pengamatan gejala klinis. Jika gejala klinis telah nampak, baru dilakukan
perendaman dengan ekstrak daun nangka sesuai perlakuan selama 48 jam.
9. Setelah 48 jam perendaman, air pemeliharaan diganti dengan air baru tanpa
diberi ekstrak daun nangka selama masa pemeliharaan.
10. Pada masa pemeliharaan dilakukan penyiponan dan pergantian air.
11. Pemberian pakan pelet komersil secara adlibitum dengan frekuensi dua kali
sehari yaitu pukul 08.00 dan 16.00 WIB.
12. Pengamatan kelangsungan hidup dilakukan setiap hari selama masa
pengobatan (2 hari) dan masa pemeliharaan (14 hari).
3.5
26
Analisis Data
Pengaruh perlakuan perendaman benih ikan mas dalam ekstrak daun
DAFTAR PUSTAKA
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium Terhadap Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava) Bioscientie. Vol. 1, No 1. Program Studi
Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Angka, S. L. 2004. Penyakit Motil Aeromonas Septicemia Pada Ikan Lele Dumbo
Clarias sp. Forum Pascasarjan. Vol :27
Aryo.
Artoindonesianin
untuk
Anti
tumor.
2007.
http://ariyo.wordpress.com/category/kimia/page/3/. Diakses pada tanggal 2
Maret 2013.
Bachtiar, E., Mulyani, Y., dan Angraeni, S., R. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia
Bahan Hayati Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjajaran.
Boyd, C. E. 1982. Water Quality in Warm Fish Pond. Auburn University,
Agricultural Experiment Nation, Alabama. 359 hal.
Cahyono, B. 2011. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Yogyakarta : Kanisius
Chandrika, U. G. I., Wedage, W. S., Wokramasinghe, S. M. D. N1 dan Fernando
W. S2. 2006. Hypoglycaemic Action Of The Flavonoid Fraction
Of Artocarpus heterophyllus Leaf. Srilanka : University of
Jayewardenepura
Djarijah, S, A. 2011. Pembenihan Ikan Mas. Yogyakarta : Kanisius
Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius
Effendie, M. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pusat Nusatama
Eidman, M. K., Sumawidjaja, S. dan Hardjosworo, A. S. L. 1981. Wabah
Penyakit Bercak Merah Ikan. Laporan Kelompok Kausal Team Crash
Program Penanggulangan Epidemi Penyakit Ikan. Institut Pertanian
Bogor.
Ersam, T. 2001. Senyawa Kimia Mikromolekul Beberapa Tumbuhan Artocarpus
Hutan Tropika Sumatra Barat. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta: Jakarta.
Gaspersz, V. 1991. Metoda Peancangan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian dan Ilmuilmu Teknik Biologi. Bandung : CV Armico.
Herwig, N. 1979. Handbook of Drugs and Chemicals used in the Treatment of
Fish Disease. United States of America: Charles C. Thomas
27
28
Holt, J. G. dan Krieg N. R., Sneath P. H. A., Staley J. T. 1994. Bergeys Manual
of Determinative Bacteriology. United States of America Baltimore:
Williams & Wilkins Company.
Hutapea, J. R. 1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia,edisi II. Jakarta: Depkes
RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Leuschner, R. G. K. dan Zamparini, J. 2002. Effects of spices on growth and
survival of Escherichia coli 0157 and Salmonella enterica serovar
Enteritidis in broth model systems and mayonnaise. Food Control 13: 399
404.
Kabata, Z. 1985. Parasites And Diseases Of Fish Cultured In The Tropics. Taylor
And Francis London Philadelphia. Page 92 107.
Kamiso, H. N. dan Triyanto. 1993. Vaksinasi Aeromonas hydrophila untuk
Menanggulangi Penyakit MAS pada Lele Dumbo. Abstrak. Simposium
Perikanan Indonesia I. Jakarta.
Khairuman, H. dan Amri, K. 2011. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis 15 Ikan
Konsumsi. Jakarta : AgroMedia Pustaka.
Penanganan
Resistensi
Antibiotik
Mendesak.
Kompas.
2013.
http://health.kompas.com/read/2013/02/25/10401158/Penanganan.Resisten
si.Antibiotik.Mendesak. Diakses pada tanggal 10 Maret 2013.
Krieg, N. R. dan Holt J. G. 1984. Bergeys Manual of Systematic Bacteriology. Ed
ke-1.United States of America Baltimore: Williams & Wilkins Company.
Maharani, F. dan Supriadi, H. 2006. Evaluasi Potensi Penggunaan Beberapa
Materi Bahan Alami Bagi Upaya Penanggulangan Penyakit Ikan Gurame
(Osphronnemus gouramy). Prosiding Seminar Nasional Tahunan III Hasil
Penelitian Perikanan Dan Kelautan, Yogyakarta. halaman : 227 235.
McDaniel, D. 1979. Procedures For Detection And Identification Of Certain Fish
Patogen. Reviced. Fish Health American Fisheries Society. Page 42 82.
Pikiran Rakyat. 2008a. Lima Ton Ikan Mas Mati di Waduk Cirata.
http://www.pikiran-rakyat.com/node/78516. Diakses pada tanggal 10
Maret 2013.
Pikiran Rakyat. 2013b. Harga Ikan Air Tawar di Kuningan Melonjak.
http://m.pikiran-rakyat.com/node/222954. Diakses pada tanggal 11 Maret
2013.
Pleczar, M. J. dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1.
Jakarta: Univeristas Indonesia
29
Dalam
LAMPIRAN
30
(a)
(b)
(d)
(c)
(e)
Keterangan :
(a) Daun nangka segar dicuci kemudian dikeringkan (kering udara) 4 - 7 hari.
(b) Daun nangka kering dihaluskan dengan cara diblender.
(c) Daun nangka halus direndam dengan etanol 96 % selama 24 jam.
Perendaman dilakukan 3 kali.
(d) Supernatan diambil, kemudian dievaporasi dengan vakum rotavapour pada
suhu 600C dengan kecepatan 120 rpm.
(e) Ekstrak daun nangka siap pakai.
31
1.
Zat yang
Diuji
Alkaloid
2.
Flavonoid
Terbentuk warna
kuning
kemerahan
sampai merah
3.
Saponin
Terbentuk busa
yang stabil tidak
kurang dari 1 -10
cm, tidak hilang
pada penambahan
satu tetes HCl 2N
4.
Tanin
No.
Proses Pengujian
Hasil Positif
32
Gambar
0,1 ml
larutan stok
0,1 ml
larutan stok
0,9 ml
akuades
0,9 ml
akuades
0,9 ml
akuades
0,1 ml
larutan stok
100.000 ppm
10.000 ppm
(0,1 g ektrak +
0,9 ml akuades)
1000 ppm
0,9 ml
akuades
100 ppm
33
10 ppm
Aquades
= 37,5 ml
Memasukan media kedalam autoclave pada suhu 1210C pada tekanan 1 atm
selama 15 menit.
34
35
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Keterangan :
(a) Zona bening pada konsentrasi ekstrak 100.000 ppm
(b) Zona bening pada konsentrasi ekstrak 10.000 ppm
(c) Zona bening pada konsentrasi ekstrak 1000 ppm
(d) Zona bening pada konsentrasi ekstrak 100 ppm
(e) Zona bening pada konsentrasi ekstrak 10 ppm
(f) Zona bening pada konsentrasi 10.000 ppm 1000 ppm, 100 ppm
(ampisilin/kontrol)
36
Exposed
50.0000
100.0000
300.0000
600.0000
30
30
30
30
Resp. Responding
Controls
Responding
0
20
28
30
0.0000
0.6667
0.9333
1.0000
0.0889
0.4857
0.9795
0.9996
0.0000
0.6667
0.9333
1.0000
10.058
5.991
Parameter
Estimate Std. Err.
95% Confidence Limits
-------------------------------------------------------------------Intercept -3.752818 3.349210
(-18.164467,10.658831)
Slope
4.358500 1.689636
(-2.912002, 11.629004)
Theoretical Spontaneous Response Rate = 0.0000
37
38
Lampiran 7. (lanjutan)
LC50 daun nangka
Estimated LC/EC Values and Confidence Limits
Point
LC/EC 1.00
LC/EC 5.00
LC/EC 10.00
LC/EC 15.00
LC/EC 50.00
LC/EC 85.00
LC/EC 90.00
LC/EC 95.00
LC/EC 99.00
Exposure Concentration
29.818
42.738
51.781
58.943
101.910
176.200
200.569
243.007
348.302
39
E1
C1
Keterangan
A1
D2
A2
D1
A3
B2
D3
: A, B, C, D, dan E = Perlakuan
1, 2, 3
= Ulangan
E2
E3
B1
C2
B3
C3