SKRIPSI
CHURMATUL WALIDAH
NIM : 109102000047
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
CHURMATUL WALIDAH
NIM : 109102000047
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi,
Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat, karunia, hidayah, serta inayah-Nya,
saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Saya sepenuhnya menyadari, bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D, Apt selaku pembimbing pertama dan
Ibu Dr. Azrifitria, M.Si., Apt selaku pembimbing kedua yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing dan mengarahkan,
memberikan ilmu, masukan, dan saran, sejak proposal skripsi,
pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan skripsi.
2. Bapak Prof. DR. dr. (hc), M.K Tadjudin Sp.And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku Ketua Jurusan Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan hingga penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Para laboran laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan kemudahan dalam hal penggunaan alat dan bahan untuk
keperluan penelitian.
viii
6. Kedua Orang tua saya, ayahanda Ainul Huri dan ibunda Mushonnifah,
dan semua keluarga besar yang selalu memberikan dorongan moril, materil,
spiritual hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, semoga
segala amal dan jerih payah kalian semua mendapat balasan yang sebaik-
baiknya disisi Allah SWT.
7. Untuk sahabatku, Neneng Nurhalimah, yang tak pernah bosan memberikan
masukan, dukungan, doa dan semangat bagi penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan penelitian uji aktivitas, Ira, Migi, Widya,
Indah, Nida, Liza, Ota, yang telah membantu dalam segala hal yang
bersangkutan dengan hewan percobaan dari awal hingga akhir penelitian
serta tak henti memberikan semangat dan dukungan bagi penulis selama
proses penyelesaian skripsi.
9. Teman-teman farmasi angkatan 2009 khususnya EDTA-C yang sama-
sama berjuang bersama selama 4 tahun untuk menyelesaikan pendidikan
ini.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
membantu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna
tercapainya kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati,
penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi
kalangan akademis dan dunia ilmu pengetahuan, khususnya bagi mahasiswa
farmasi, serta masyarakat pada umumnya.
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... x
GAMBAR GAMBAR ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii
xi
3.3 Rancangan Prosedur Kerja .................................................................... 20
3.3.1 Preparasi Sampel .......................................................................... 20
3.3.2 Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati Mastigophora
diclados .................................................................................................. 21
3.3.3 Penapisan Fitokimia ..................................................................... 21
3.3.4 Uji Parameter Non-Spesifik Ekstrak ............................................ 23
3.3.5 Uji Efek Antiinflamasi ................................................................. 23
3.4 Analisis Data ......................................................................................... 28
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pembagian Kelompok Hewan Uji Antiinflamasi ................................... 25
Tabel 4.1 Data Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati
Mastigophora diclados .......................................................................... 29
Tabel 4.2 Rata-rata Volume Udem ........................................................................ 30
Tabel 4.3 Rata-rata Persen Udem ........................................................................... 31
Tabel 4.4 Rata-rata Persen Inhibisi Udem ............................................................. 32
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Mekanisme Inflamasi ....................................................................... 10
Gambar 2.2 Struktur Kimia Asam Asetil Salisilat ............................................... 12
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Rata-rata Volume Udem terhadap Waktu ........... 31
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Persen Rata-rata Udem terhadap Waktu ............. 32
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Rata-rata Volume Udem terhadap Waktu ........... 31
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Gambar Lumut Hati Mastigophora diclados (Bird.ex Web)
Nees ......................................................................................................................... 48
Lampiran 2 Perlakuan Hewan Uji pada Saat Penelitian ..................................... 49
Lampiran 3 Hasil Uji Antiinflamasi ..................................................................... 50
Lampiran 4 Determinasi Lumut Hati Mastigophora diclados (Bird.ex Web)
Nees .................................................................................................... 52
Lampiran 5 Proses Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati Mastigophora
diclados .............................................................................................. 53
Lampiran 6 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati
Mastigophora diclados ..................................................................... 54
Lampiran 7 Hasil Uji Kadar Air dan Kadar Abu Ekstrak Etil Asetat
Lumut Hati Mastigophora diclados ................................................... 56
Lampiran 8 Aklimatisasi Hewan Percobaan ........................................................ 57
Lampiran 9 Skema Kerja Antiinflamasi .............................................................. 58
Lampiran 10 Perhitungan Dosis Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati
Mastigophora
diclados .............................................................................................. 59
Lampiran 11 Konversi Dosis Hewan ..................................................................... 61
Lampiran 12 Perhitungan Dosis Asam Asetil Salisilat .......................................... 62
Lampiran 13 Hasil Pengukuran Volume Udem Telapak Kaki Tikus Setelah
Diinduksi Karagenan pada Masing-masing Perlakuan ..................... 63
Lampiran 14 Hasil Persentase Udem Telapak Kaki Tikus Setelah Diinduksi
Karagenan pada Masing-masing Perlakuan ...................................... 65
Lampiran 15 Hasil Persentase Inhibisi Udem Telapak Kaki Tikus Setelah
Diinduksi Karagenan pada Masing-masing Perlakuan ..................... 67
Lampiran 16 Perhitungan Persen Udem dan Persen Inhibisi Udem Telapak
Kaki
Tikus .................................................................................................. 69
Lampiran 17 Hasil Statistik Uji Efek Antiinflamasi dengan Metode Udem
Buatan pada Telapak Kaki Tikus ..................................................... 72
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan
Untuk menguji aktivitas antiinflamasi ekstrak etil asetat dari lumut hati
Mastigophora diclados secara in vivo pada tikus putih jantan galur Sprague
Dawley dan metode induksi karagenan.
1.4 Manfaat
1) Secara Teoritis
2) Secara Metodologi
3) Secara Aplikatif
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat dan
belum mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah
simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat
tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari
tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya
dan belum berupa senyawa kimia murni (Depkes RI, 2000).
2.3 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan
dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan. (Depkes RI, 2000).
5
Faktor-faktor yang berpengaruh pada mutu ekstrak adalah :
1. Faktor biologi
Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal (tumbuhan obat),
dipandang secara khusus dari segi biologi yaitu identitas jenis, lokasi
tumbuhan asal, periode pemanenan, penyimpanan bahan, umur tumbuhan
dan bagian yang digunakan (Depkes RI, 2000).
2. Faktor kimia
Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal (tumbuhan obat),
dipandang secara khusus dari kandungan kimia, yaitu :
a. Faktor internal, seperti jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi
kualitatif senyawa aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif.
b. Faktor eksternal, seperti metode ekstraksi perbandingan ukuran alat
ekstraksi, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam
berat, ukuran kekerasan, dan kekeringan bahan (Depkes RI, 2000).
2.3.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan
pelarut cair (Depkes RI, 2000).
Kelarutan dan stabilitas senyawa pada simplisia terhadap
pemanasan, udara, cahaya, logam berat dan derajat keasaman
dipengaruhi oleh struktur kimia yang berbeda-beda (Depkes RI, 2000).
Simplisia yang lunak seperti rimpang, akar dan daun mudah
diserap oleh pelarut, sehingga pada proses ekstraksi tidak perlu
diserbuk sampai halus. Sedangkan simplisia yang keras seperti biji,
kulit kayu, dan kulit akar susah diserap oleh pelarut, karena itu perlu
diserbuk sampai halus. Selain sifat fisik dan senyawa aktif dari
simplisia, senyawa-senyawa yang terdapat dalam simplisia seperti
protein, karbohidrat, lemak dan gula juga harus diperhatikan (Depkes
RI, 2000).
6
2.3.2 Ekstraksi dengan Pelarut
a. Cara Dingin
1. Maserasi
2. Perkolasi
7
b. Cara Panas
1. Refluks
2. Soxhletasi
3. Digesti
4. Infus
8
5. Dekok
2.4 Inflamasi
2.4.1 Definisi
2.4.2 Mekanisme
9
Gambar 2.1 Mekanisme Inflamasi
(Katzung, 2006)
10
Peradangan akut adalah tanggapan awal dari tubuh mengambil
faktor risiko seperti infeksi atau trauma dan lain-lain, ini adalah garis
tidak spesifik dan pertahanan pertama tubuh terhadap bahaya. Fitur
utama dari peradangan akut termasuk :
a) akumulasi cairan dan plasma di lokasi yang terkena dampak
b) aktivasi intravaskular datar atau memungkinkan
c) polymorph-nuklir neutrofil sebagai sel inflamasi (Sen et al.,
2010).
11
2.4.5 Asam Asetil Salisilat
12
dengan fenilbutazon dan obat-obat NSAID lainnya. Eritema
adalah tanda awal terjadinya inflamasi yang nantinya akan muncul
tanda lainnya yakni eksudasi plasma dan terjadinya edema (Patel,
et al., 2012).
2. Permeabilitas Vaskular
13
3. Induksi Oxazolon pada Telinga Mencit
14
5. Induksi Radang Pada Tikus
6. Uji Pleura
15
pleura tersebut diambil dan dideterminasi exudasi,
myeloperoksidase, aktivitas adenosin deaminase, dan level nitrat
oksida sebagaimana pada determinasi dari total perhitungan
leukosit. Hitung leukosit total dilakukan dengan Neubauer
chamber (Patel, et al., 2012).
2.4.7 Karagenan
16
pistillataatau atau Chondrus crispus, yang dapat larut dalam air
dingin (Annis Hidayati, 2008). Sedangkan karagenan kappa dan iota
larut dalam air pada suhu 800C (Rowe, et al., 2006).
Karagenan sebagai suatu turunan polisakarida akan dikenali
tubuh sebagai suatu substansi asing sehingga mampu menginduksi
terjadinya edema melalui berbagai mekanisme. Karagenan akan
merangsang fosfolipida membran sel mast yang terdapat di jaringan
ikat di sekitar telapak kaki tikus untuk mengeluarkan asam arakidonat
dengan bantuan enzim fosfolipase A2 sehingga menghasilkan berbagai
macam produk mediator inflamasi dengan bantuan Radical Oxygen
Spesies (Nuswantoro, 2011).
Setelah pelepasan mediator inflamasi, terjadi edema yang
mampu bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur berkurang dalam
waktu 24 jam setelah injeksi (Hidayati, 2008).
Uji aktivitas antiinflamasi dengan metode induksi karagenan
merupakan salah satu metode pengujian aktivitas antiinflamasi yang
sederhana, mudah dilakukan dan sering dipakai. Selain itu,
pembentukan radang oleh karagenan tidak menyebabkan kerusakan
jaringan (Fitriyani, 2011). Karagenan digunakan sebagai penginduksi
inflamasi karena ada beberapa keuntungan yang didapat antara lain
tidak menimbulkan kerusakan jaringan, tidak menimbulkan bekas,
memberikan respon yang lebih peka terhadap obat antiinflamasi
(Vogel, 2002).
17
Natrium CMC adalah garam dari asam karboksilat. Pada pH
3.0 atau lebih rendah, CMC akan kembali menjadi bentuk asam bebas
tidak larut. Sifat yang paling berguna dari CMC adalah daya
pengentalannya. Viskositas larutan hampir tidak terpengaruh pada pH
5−7, pada pH<3 viskositas mungkin meningkat dan pengendapan
bentuk asam bebas dari CMC dapat terjadi, pada pH>10 terjadi sedikit
penurunan viskositas. Viskositas larutan CMC menurun dengan
meningkatnya suhu (Nussinovitch 1997) .
18
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.2.1 Alat
1. Uji Antraquinon
Sejumlah ekstrak didihkan bersama asam sulfat (H2SO4) lalu
disaring selagi hangat. Filtrat yang dihasilkan ditambah dengan 5
mL kloroform dan dikocok. Lapisan kloroform dipipet dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang lain dan ditambahkan 1
mL ammonia. Perubahan warna yang terjadi pada larutan
mengindikasikan adanya antraquinon.
2.Uji Terpenoid
3. Uji Flavonoid
4. Uji Saponin
5. Uji Fenolik
6. Uji Alkaloid
a. Percobaan Pendahuluan
tiap tikus ditimbang. Volume kaki tikus diukur dan dicatat sebagai
volume dasar untuk tiap tikus (Fitriyani, 2011).
selama 6 jam yaitu pada jam ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-5, dan
ke-6 (Buadonpri, 2009).
9. Mengukur volume udem telapak kaki masing-masing tikus.
10. Menghitung persentase udem dan persentase inhibisi
pembentukan udem dengan rumus :
Perhitungan persentase radang tiap waktu ditentukan
dengan rumus sebagai berikut (Hidayati, 2008) :
Vt − Vo
% radang = x 100%
Vo
Dimana :
Vt = volume telapak kaki tikus pada waktu t
Vo= volume telapak kaki tikus sebelum injeksi
karagenan
Persentase inhibisi radang dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Rustam, 2007):
(𝑎−𝑏)
% inhibisi radang = x 100%
𝑎
Dimana :
a = volume udem pada kelompok hewan kontrol
b = volume udem pada kelompok hewan uji
Tabel 4.1 Data Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati
Mastigophora diclados
0.04
kontrol negatif
0.03
volume (mL)
kontrol positif
0.02 dosis 5 mg/kg
waktu (jam)
Waktu (jam)
Waktu (jam)
Gambar 4.3 Grafik hubungan persen rata-rata inhibisi udem terhadap waktu
4.2 PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan uji efek antiinflamasi ekstrak etil asetat
lumut hati Mastigophora diclados secara in vivo. Lumut tersebut diperoleh
dari Gunung Slamet Purwokerto pada ketinggian 800 m blok 55 yang hidup di
batang pinus dan batang aghatis. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih
dahulu lumut dideterminasi untuk menguji kebenaran tumbuhan. Hasil dari
determinasi menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan dalam penelitian
adalah lumut hati jenis Mastigophora diclados (Brid ex. Web) Nees dari suku
Mastigophoraceae (Lampiran 4).
Bagian yang digunakan dalam pembuatan ekstrak adalah semua bagian
tumbuhan lumut hati Mastigophora diclados. Sebanyak 2,220 kg lumut
terlebih dahulu dicuci bersih untuk menghilangkan tanah dan kotoran yang
menempel pada bahan, kemudian disortasi basah yang fungsinya untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan,
dikeringanginkan pada suhu kamar, disortasi kering dengan tujuan untuk
memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotor lain yang masih tertinggal, kemudian bahan
dihaluskan dengan blender dengan tujuan untuk memperkecil luas permukaan
bahan sehingga memudahkan difusi pelarut pada simplisia yang diekstraksi.
Hasil akhirnya diperoleh simplisia sebanyak 2,203 kg. Simplisia tersebut
kemudian digunakan untuk membuat ekstrak kental etil asetat.
Ekstrak kental etil asetat lumut hati Mastigophora diclados sebagai
bahan uji dalam penelitian ini dibuat dengan metode ekstraksi maserasi. Pada
proses pembuatan ekstrak ini dilakukan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya, yang dikenal
dengan istilah remaserasi. Cara ini dapat menarik zat-zat berkhasiat yang
tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan (Depkes RI, 2000).
Metode maserasi dipilih karena metode ini sederhana, mudah dilakukan, dan
merupakan metode yang umum digunakan dalam proses ekstraksi.
Dalam hal ini pelarut yang digunakan adalah n-heksan dan etil asetat.
Pada awalnya simplisia dimaserasi dengan n-heksan (non polar) dalam wadah
yang gelap. Pelarut diganti setiap 2 hari sekali sampai diperoleh filtrat bening.
hanya dalam jumlah yang relatif sedikit serta kondisi hormonal pada jantan
relatif stabil jika dibandingkan dengan betina, karena pada tikus betina
mengalami perubahan hormonal pada masa-masa tertentu seperti pada masa
siklus estrus, masa kehamilan dan menyusui dimana kondisi tersebut dapat
mempengaruhi kondisi psikologis hewan uji tersebut, selain itu tingkat stress
tikus betina lebih tinggi dibandingkan dengan tikus jantan yang mungkin
dapat mengganggu saat pengujian (Suhendi, et al., 2011).
Perlakuan hewan dimulai dari aklimatisasi terlebih dahulu selama 4
minggu agar hewan bisa beradaptasi dengan lingkungan. Kemudian tikus
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang masing-masing kelompok
terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok kontrol negatif diberi 1 mL/200 gBB Na
CMC 0,5% per oral. Kelompok kontrol positif diberi suspensi asetosal per oral
dengan dosis 125 mg/KgBB. Kemudian dilakukan uji pendahuluan ekstrak
pada kelompok dosis rendah (10 mg/KgBB), dosis sedang (100 mg/KgBB),
dan dosis tinggi (1000 mg/KgBB). Hasilnya pada dosis tinggi, 1000
mg/KgBB, semua tikus dalam satu kelompok mengalami kematian dalam
kurun waktu 24 jam. Oleh karena itu, dosis yang dipertahankan adalah dosis
rendah dan sedang. Akan tetapi, karena hasil persen inhibisi dari kedua dosis
tersebut tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada taraf uji 0,05
(ρ ≥ 0,05), maka dosis divariasikan lagi menjadi dosis 5 mg/KgBB dan dosis
10 mg/KgBB.
Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam asetil
salisilat atau yang lebih dikenal dengan asetosal. Obat ini dipilih sebagai
pembanding karena merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai
analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, dan digolongkan ke dalam obat bebas,
serta pada pemberian oral sebagian salisilat dapat diabsorbsi dengan cepat
dalam bentuk utuh di lambung, tetapi sebagian besar di usus halus bagian atas.
Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian (Gunawan, 2008).
Dalam penelitian ini asetosal digunakan dengan dosis 125 mg/KgBB.
Pengukuran volume udem pada telapak kaki tikus dilakukan setiap 1 jam
selama 6 jam setelah telapak kaki tikus diinduksi dengan karagenan 1%
(Lampiran 13). Persentase udem dihitung sesuai dengan data volume udem
yang terbentuk setiap jamnya dan dosis uji yang digunakan (lampiran 14).
Persentase inhibisi udem dihitung sesuai dengan persen radang yang terbentuk
setiap jamnya dan dosis uji yang digunakan (Lampiran 15). Pada penelitian
ini, volume udem maksimal telapak kaki tikus terjadi pada jam ke 3 dan
berangsur menurun pada jam ke 4 sampai 6 setelah diinduksi karagenan 1%
sebanyak 2 mL. Hal ini disebabkan karena karagenan cepat diabsorbsi dalam
tubuh sehingga efek radang sudah mulai menurun.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat variasi dosis ekstrak
etil asetat lumut hati Mastigophora diclados yang digunakan mampu
menghambat pembentukan udem. Pada dosis 5 mg/KgBB menunjukkan
kemampuan menghambat udem terbesar pada jam ke 6 sebesar 71,44%. Pada
dosis 10 mg/KgBB kemampuan menghambat udem terbesar pada jam ke 1
sebesar 63,27%. Kemampuan terbesar penghambatan udem dosis 50
mg/KgBB adalah 49,21% pada jam ke 1. Dosis 100 mg/KgBB menunjukkan
hambatan udem terbesar pada jam ke 1 sebesar 34,06%. Setelah diuji secara
statistik, dari keempat dosis uji tersebut terlihat adanya perbedaan yang
bermakna untuk masing-masing dosis, kontrol positif, dan kontrol negatif
pada persen inhibisi udem, maka dosis tidak divariasikan lagi. Secara umum
dari hasil penelitian menunjukkan bahwa daya inhibisi udem terbesar adalah
76,35% pada kontrol positif, diikuti oleh dosis 5 mg/KgBB sebesar 71,44%.
Kemudian 63,27% pada dosis 10 mg/KgBB, 49,21% pada dosis 50 mg/KgBB,
dan 34,06% pada dosis 100 mg/KgBB.
Dari semua dosis uji yang digunakan menunjukkan kemampuan inhibisi
udem mulai dari dosis 5 mg/KgBB, 10 mg/KgBB, 50 mg/KgBB, dan 100
mg/KgBB. Dari keempat dosis uji ini yang memiliki daya inhibisi udem
terbesar adalah dosis 5 mg/KgB, sedangkan pada dosis 10 mg/kgBB terjadi
penurunan daya inhibisi udem secara berurutan sampai pada dosis 100
mg/KgBB. Seharusnya dengan meningkatnya dosis atau konsentrasi, maka
aktivitas antiinflamasinya juga akan menunjukkan peningkatan. Akan tetapi
pada ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora diclados ini memilki aktivitas
yang sebaliknya. Hal ini disebabkan memang terdapat beberapa jenis obat
dalam dosis tinggi justru menyebabkan pelepasan histamin secara langsung
10,50 dan 100 mg/Kg pada taraf uji 0,05 (ρ ≤ 0,05). Kelompok dosis 5 mg/Kg
tidak berbeda secara bermakna dengan kontrol positif dan kelompok uji dosis
10 mg/Kg pada taraf uji 0,05 (ρ ≥ 0,05). Kelompok dosis 10 mg/Kg tidak
berbeda secara bermakna dengan kelompok uji dosis 5 dan 50 mg/Kg pada
taraf uji 0,05 (ρ ≥ 0,05). Kelompok dosis 50 mg/Kg tidak berbeda secara
bermakna dengan kelompok uji dosis 10 dan 100 mg/Kg pada taraf uji 0,05 (ρ
≥ 0,05). Kelompok dosis 100 mg/Kg tidak berbeda secara bermakna dengan
kelompok dosis 50 mg/Kg pada taraf uji 0,05 (ρ ≥ 0,05).
Pada Jam ke 2, kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna
dengan kelompok kontrol positif dan seluruh kelompok uji dosis 5, 10, 50, dan
100 mg/Kg pada taraf uji 0,05 (ρ ≤ 0,05). Kelompok kontrol positif berbeda
secara bermakna terhadap kontrol negatif dan dosis 100 mg/Kg pada taraf uji
0,05 (ρ ≤ 0,05). Kelompok dosis 5 mg/Kg tidak berbeda secara bermakna
dengan kelompok kontrol positif dan kelompok dosis 10 dan 50 mg/Kg pada
taraf uji 0,05 (ρ ≥ 0,05). Kelompok dosis 10 mg/Kg tidak berbeda secara
bermakna dengan kelompok control positif, kelompok dosis 5 dan 50 mg/Kg
pada taraf uji 0,05 (ρ ≥ 0,05). Kelompok dosis 50 mg/Kg tidak berbeda secara
bermakna dengan kelompok kontrol positif, kelompok dosis 5, 10 dan 100
mg/Kg pada taraf uji 0,05 (ρ ≥ 0,05). Kelompok dosis 100 mg/Kg tidak
berbeda secara bermakna dengan kelompok dosis 50 mg/Kg pada taraf uji
0,05 (ρ ≥ 0,05).
Pada jam ke 3, kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna
dengan kelompok kontrol positif dan seluruh kelompok uji dosis 5, 10, 50, dan
100 mg/Kg pada taraf uji 0,05 (ρ ≤ 0,05). Kelompok kontrol positif berbeda
secara bermakna dengan kelompok kontrol negatif pada taraf uji 0,05 (ρ ≤
0,05). Kelompok dosis 5 mg/Kg tidak berbeda secara bermakna dengan
kelompok control positif, kelompok dosis 10,50 dan 100 mg/Kg pada taraf uji
0,05 (ρ ≥ 0,05). Kelompok dosis 10 mg/Kg tidak berbeda secara bermakna
dengan kelompok kontrol positif, kelompok dosis 5, 50 dan 100 mg/Kg pada
taraf uji 0,05 (ρ ≥ 0,05). Kelompok dosis 50 mg/Kg tidak berbeda secara
bermakna dengan kelompok kontrol positif, kelompok dosis 5, 10 dan 100
mg/Kg pada taraf uji 0,05 (ρ ≥ 0,05). Kelompok dosis 100 mg/Kg tidak
kelompok dosis uji, kelompok kontrol positif dan negatif pada taraf uji 0,05 (ρ
≤ 0,05). Kelompok dosis 10 mg/Kg tidak berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol negatif dan kelompok dosis 100 mg/Kg pada taraf uji 0,05
(ρ ≥ 0,05). Kelompok dosis 50 mg/Kg berbeda secara bermakna dengan
seluruh kelompok dosis uji, kelompok kontrol positif dan negatif pada taraf uji
0,05 (ρ ≤ 0,05). Kelompok dosis 100 mg/Kg tidak berbeda secara bermakna
dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok dosis 50 mg/Kg pada taraf uji
0,05 (ρ ≥ 0,05).
Pada penelitian uji efek antiinflamasi ekstrak etil asetat lumut hati
Mastigophora diclados, sebagai agen antiinflamasi diasumsikan berhubungan
dengan kandungan metabolit sekundernya, dalam hal ini diketahui terpenoid
sebagai kandungan metabolit sekunder dalam ekstrak ini. Diketahui dari
penelitian sebelumnya (Komala, et al., 2010), bahwa lumut hati Mastigophora
diclados memiliki aktivitas antioksidan, dimana antioksidan bekerja dengan
menghambat radikal bebas yang diketahui sebagai mediator dari berbagai
penyakit antara lain karsinogenesis, jantung koroner, inflamasi, diabetes, dan
penuaaan (Ali, et al., 2011). Golongan terpenoid diketahui mampu
mengahambat inflamasi dengan beberapa mekanisme, diantaranya dengan
menghambat aktivitas enzim lipooksigenase dan siklooksigenase (Singh, et
al., 1992). Sedangkan antioksidan diketahui mampu menghambat oksidasi
asam arakidonat menjadi endoperoksida dan menurunkan aktivitas enzim
lipooksigenase. Apabila oksidasi asam arakidonat dapat dihambat, maka tidak
terbentuk oksigen reaktif dan mediator-mediator kimia yang dapat
menyebabkan nyeri dan radang. Selain itu, antioksidan dapat menurunkan
aktivitas enzim lipooksigenase sehingga tidak menyebabkan terbentuknya
leukotrien yang dapat mennaktivasi leukosit yang memacu terjadinya
peradangan (Lieber dan Leo, 1999). Adanya hambatan pada aktivitas enzim
lipooksigenase menyebabkan lumut hati Mastigophora diclados ini
mempunyai efek antiinflamasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis dari penelitian ini
terbukti, yakni lumut hati Mastigophora diclados memilki aktivitas
antiinflamasi yang dibuktikan pada pengujian pada dosis 5 mg/KgBB, 10
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora diclados dengan dosis 5
mg/KgBB, 10 mg/KgBB, 50 mg/KgBB, dan 100 mg/KgBB dapat
menghambat udem pada telapak kaki tikus yang telah diinduksi dengan
penginduksi udem karagenan 1% sebanyak 0,2 mL secara bermakna (ρ ≤
0,05) dengan kontrol negatif dan semua variasi dosis uji memiliki
perbedaan secara bermakna terhadap kontrol positif (asetosal 125
mg/KgBB) pada taraf uji (ρ ≤ 0,05).
2. Kelompok yang mempunyai daya inhibisi udem terbesar adalah kelompok
kontrol pembanding yaitu asetosal dengan daya hambat udemnya
sebesar 76,35% pada jam kesatu diikuti dengan dosis 5 mg/KgBB
dengan daya hambat 71,44% pada jam keenam, kemudian dosis 10
mg/KgBB dengan daya hambat 63,27%, dosis 50 mg/KgBB dengan daya
hambat 49,21%, dan dosis 100 mg/KgBB dengan daya hambat 34,06%.
5.2 SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dalam hal isolasi senyawa aktif dalam
ekstrak etil asetat lumut hati Mastigophora diclados yang tumbuh di Indonesia
untuk mengetahui senyawa kimia yang mempunyai aktivitas antiinflamasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohd N. I., Annegowda, S.M. Mansor, S. Ismail, S. Ramanathan dan M.N.
Mordi. 2012 . Phytochemical Screening, Antioxidant and Analgesic Activities of
Croton argyratus Ethanolic Extracts. Journal of Medicinal Plants Research, Vol.
6 (21), pp. 3724 -3731
Asmaliyah, Sumardi, dan Musyafa. 2010. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Nicolaia
atropurpurea Val. terhadapSerangan Hama Spodotera litura Fabricus
(Lepidoptera : Noctuidae). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, Vol. 7, No. 5, 253-
263
Fitriyani, Atik., Lina Winarti, Siti Muslichah, dan Nuri. 2011. Uji Antiinflamasi
Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) pada Tikus
Putih. Majalah Obat Tradisional, 16 (1), 34-42
Gunawan. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5 (Cetak Ulang 2009). Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI. 234
Hasanah, Aliya Nur., Fikri Nazaruddin, Ellin Febrina, dan Ade Zuhrotun. 2011.
Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) Jurnal Matematika & Sains, Vol. 16,
No. 3
Hidayati, Nur Annis., Shanti Listyawati, dan Ahmad Dwi Setyawan. 2008.
Kandungan Kimia dan Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lantana camaraL. pada
Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan. Bioteknologi, 5 (1): 10-17, ISSN:
0216-6887
Immamudin, H., Jenie, U.A., Suryana, N., Dama yanti, L., Supriadi, H., dan
Utomo, T. 2006. Koleksi Bryophyta Taman Lumut Krbun Raya Cibodas Vol II
No. 4.LIPI UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas.
Kee, Joyce L., dan Hayes, E. R., 1996, Farmakologi Pendekatan Proses
Keperawatan, diterjemahkan oleh Anugrah, P., EGC, Jakarta.
Komala, I., 2010. Phytochemical Studies on the Selected Indonesian, Japanase &
Tahitian Liverworth 2. Desertasi. Fakultas pharmaceutical science, Tokushima
Lieber, C.S., and Leo, M.A. 1999. Alcohol, Vitamint A and β Carotene : Adverse
Interactions, Icluding hepatotoxicity and carcinogenicity. The American
Journal of Clinical Nutrition 69: 1071-1085
Musfiroh, Ida, Wiwiek Indriyati, Emma Surahman, Sri Adi Sumiwi, Muchtaridi,
Mutakin, dan Jutti Levita. 2009. Analisis dan Aktivitas Antiinflamasi Tulang
Rawan Ikan Hiu. Farmaka, Volume 7 Nomor 2
Nuswantoro, Oky Ponda. 2011. Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Suji
(Pleomele angustifolia) pada Tikus Putih.
Purnamasari, Endah. 2013. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lumut Hati
Mastigophora diclados (Bird. Ex Web.) Nees secara In Vivo. Skripsi. Program
Studi Farmasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Santoso, S. 2007. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia
Singh, G.B., Singh, S., Bani, S., Gupta, B.D., Banerjee, S.K., 1992.
Antiinflammatory activity of oleanolic acid in rats and mice. Journal of Pharmacy
and Pharmacology 44, 456–458
Soetarno, S, dan Soediro. 1997. Standardisasi Mutu Simplisia dan Ekstrak Bahan
Obat Tradisional. Presidium Temu Ilmiah Nasional Bidang Farmasi.
Sutrisna, EM., Domas Fitria Widyasari, dan Suprapto. 2010. Uji Efek Anti
Inflamasi Ekstrak Etil Asetat Buah Semu Jambu Mete (Anacardium occidentale
L.) terhadap Edema pada Telapak Kaki Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan
Galur Wistar yang Diinduksi Karagenin.Biomedika, Vol. 2, No.1
Tjay, Tan H., Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan
dan Efek-efek Sampignya, edisi keenam. PT Elexmedia Komputindo Kelompok
Gramedia, Jakarta
Utami, Evy Tri., Rebecca Azary Kuncoro, Islami Rahma Hutami, Finsa Tisna
Sari, dan Juni Handajani. 2011. Efek Antiinflamasi Ekstrak Daun Sembukan
(Paederia scandens)pada Tikus Wistar.Majalah Obat Tradisional, 16(2), 95-100
Widiyantoro, A., Kusharyant i , I., Desti arti , L., dan Wardoyo, E.R.P.
2011.Senyawa Antiinflamasi dari Kuli t Batang Pasak Bumi (Eurycoma
longifolia Jack). Eksakta, 12 (2), 49-52
(Purnamasari, 2013)
Pelaksanaan sonde
Penyuntikan karagenan
Determinasi tanaman
Sortasi basah
Sortasi kering
Dilakukan uji
penapisan fitokimia Ekstrak kental
dan uji parameter non sebanyak 41,78
spesifik ekstrak etil gram
asetat lumut hati
Mastigophora diclados
Alkaloid (-)
dragendorf (-)
Antrakuinon (-)
Fenolik (-)
Flavonoid (-)
Saponin (-)
Terpenoid (+)
Lampiran 7. Hasil Uji Kadar Air dan Kadar Abu Ekstrak Etil Asetat Lumut
Hati Mastigophora diclados
= 0,47%
= 10%
Disiapkan 30 ekor
tikus putih jantan 5 ekor Kontrol Negatif
Diaklimatisasi
selama 4 minggu 5 ekor Dosis 50 mg/kg BB
1 jam
41,78 g
= x 100%
2.103 𝑔
= 1,98%
a. Dosis yang digunakan dalam uji antiinflamasi ini ada 4 dosis, yakni dosis 5,
10, 50 dan 100 mg/Kg.
b. Konsentrasi setiap pemberian untuk tikus :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠
1. VAO pada dosis 5 mg/Kg =
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
0,2 kg x 5 mg /Kg
1 mL =
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
Konsentrasi = 1 mg/mL
0,2 kg x 10 mg /Kg
1 mL =
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
Konsentrasi = 2 mg/mL
0,2 kg x 50 mg /Kg
1 mL =
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
Konsentrasi = 10 mg/mL
Konsentrasi = 20 mg/mL
Keterangan : Pada pemberian sediaan uji secara oral telah disesuaikan dengan
berat badan masing-masing tikus.
Dosis lazim asam asetil salisilat untuk manusia adalah 325-650 mg untuk
sekali pakai. Untuk dosis analgetik adalah 500 mg sekali pakai. Dosis asam asetil
salisilat sebagai antiinflamasi 2-3 x dosis analgetik (Tjay, 2007). Maka dosis
untuk antiinflamasi (1000-1500) mg, sehingga dosis yang dapat diberikan pada
tikus (200 g) menggunakan rumus tabel konversi dosis hewan adalah : (Reagan-
Shaw, et al., 2007)
𝐊𝐦 𝐇𝐞𝐰𝐚𝐧
HED (mg/kg) = dosis hewan (mg/kg) x
𝐊𝐦𝐌𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝒂
6
(1000-1500) mg = dosis hewan x
37
(16,6−25) mg /kg
Dosis hewan =
0,16
= (103,75-156,25) mg/kg
= (0,103-0,156) mg/g
= (20,75-31,2) mg/200 g
Pada penelitian ini digunakan asetosal dengan dosis 25 mg/200 g atau 125
mg/kgBB, maka konsentrasi asetosal yang digunakan adalah :
200 g x 25 mg /200 g
1 mL =
konsentrasi
200 g x 25 mg /200 g
Konsentrasi =
1 mL
=25 mg/mL
Lampiran 13. Hasil Pengukuran Volume Udem Telapak Kaki Tikus Setelah
Diinduksi Karagenan pada Masing-masing Perlakuan
(Lanjutan)
Lampiran 14. Hasil Persentase Udem Telapak Kaki Tikus Setelah Diinduksi
Karagenan pada Masing-masing Perlakuan
(Lanjutan)
Lampiran 15. Hasil Persentase Inhibisi Udem Telapak Kaki Tikus Setelah
Diinduksi Karagenan pada Masing-masing Perlakuan
(Lanjutan)
Lampiran 16. Perhitungan Persen Udem dan Persen Inhibisi Udem Telapak
Kaki Tikus
𝑉𝑡 −𝑉𝑜
% udem = x 100%
𝑉𝑜
0,032−0,028
= x 100%
0,028
= 14,28%
𝑉𝑡 −𝑉𝑜
% udem = x 100%
𝑉𝑜
0,034−0,028
= x 100%
0,028
= 21,42%
𝑉𝑡 −𝑉𝑜
% udem = x 100%
𝑉𝑜
0,034−0,030
= x 100%
0,030
= 13,33 %
𝑉𝑡 −𝑉𝑜
% udem = x 100%
𝑉𝑜
0,032−0,026
= x 100%
0,026
= 23,07 %
𝑉𝑡 −𝑉𝑜
% udem = x 100%
𝑉𝑜
0,036−0,030
= x 100%
0,030
= 20 %
Keterangan :
Vo = Volume telapak kaki tikus pada waktu nol
Vt = Volume telapak kaki tikus pada waktu t
II. Persen (%) Inhibisi Udem Ekstrak Lumut Hati Mastigophora diclados
Dosis 5 mg/kgBB
58,33 %−14,28%
= x 100%
58,33%
= 75,51%
= 63,27%
= 75,24%
= 65,39%
= 65,71%
Keterangan :
a = % udem pada kelompok hewan kontrol (-)
b= % udem pada kelompok hewan uji
Lampiran 17. Hasil Statistik Uji Efek Antiinflamasi dengan Metode Udem
Buatan pada Telapak Kaki Tikus
N 30 30 30 30 30 25
Std.
27.98459 22.70679 28.45654 23.31107 24.54212 27.22161
Deviation
Most Extreme Differences Absolute .191 .168 .153 .139 .145 .159
Keputusan : Data persen inhibisi udem telapak kaki tikus pada jam ke
1,2,3,4,5,dan 6 terdistribusi normal (ρ ≥ 0,05)
2. Uji Kruskal Wallis terhadap persen inhibisi udem telapak kaki tikus
Tujuan : Untuk melihat data persen inhibisi udem telapak kaki tikus
homogen atau tidak.
Hipotesis :
Ho : data persen inhibisi udem telapak kaki tikus tidak berbeda secara
bermakna
Ha : data persen inhibisi udem telapak kaki tikus berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Test Statisticsa,b
df 4 4 4 4 4 3
Keputusan : Data persen inhibisi udem telapak kaki tikus semua kelompok uji
berbeda secara bermakna, maka dilanjutkan dengan uji BNT
(Beda Nyata Terkecil) dengan metode LSD (Least Significance
Different). Uji BNT merupakan uji lanjutan yang dilakukan
apabila hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan nilai
secara bermakna. Tujuannya adalah untuk menentukan kelompok
mana yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna
dengan kelompok lainnya.
3. Uji BNT (LSD) Persen Inhibisi Udem Telapak Kaki Tikus pada Jam ke
1,2,3,4,5, dan 6
Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan persen inhibisi udem telapak kaki tikus
yang bermakna.
Multiple Comparisons
LSD
Dependent 95% Confidence
Variable Mean Interval
Difference Std. Lower Upper
(I)kelompok (J)kelompok (I-J) Error Sig. Bound Bound
Jam 1 Kontrol Negatif Kontrol Positif -76.75000* 7.95752 .000 -93.1735 -60.3265
Dosis 5 mg/kg -69.02400* 7.95752 .000 -85.4475 -52.6005
Dosis 10 mg/kg -58.04400* 7.95752 .000 -74.4675 -41.6205
Dosis 50 mg/kg -50.43200* 7.95752 .000 -66.8555 -34.0085
Dosis 100 mg/kg -37.72400* 7.95752 .000 -54.1475 -21.3005
Kontrol Positif Kontrol Negatif 76.75000* 7.95752 .000 60.3265 93.1735
Dosis 5 mg/kg 7.72600 7.95752 .341 -8.6975 24.1495
Dosis 10 mg/kg 18.70600* 7.95752 .027 2.2825 35.1295
Dosis 50 mg/kg 26.31800* 7.95752 .003 9.8945 42.7415
Dosis 100 mg/kg 39.02600* 7.95752 .000 22.6025 55.4495
Dosis 5 mg/kg Kontrol Negatif 69.02400* 7.95752 .000 52.6005 85.4475
Kontrol Positif -7.72600 7.95752 .341 -24.1495 8.6975
Dosis 10 mg/kg 10.98000 7.95752 .180 -5.4435 27.4035
Dosis 50 mg/kg 18.59200* 7.95752 .028 2.1685 35.0155
Dosis 100 mg/kg 31.30000* 7.95752 .001 14.8765 47.7235
Dosis 10 mg/kg Kontrol Negatif 58.04400* 7.95752 .000 41.6205 74.4675
Kontrol Positif -18.70600* 7.95752 .027 -35.1295 -2.2825
Dosis 5 mg/kg -10.98000 7.95752 .180 -27.4035 5.4435
Dosis 50 mg/kg 7.61200 7.95752 .348 -8.8115 24.0355
Dosis 100 mg/kg 20.32000* 7.95752 .017 3.8965 36.7435
Dosis 50 mg/kg Kontrol Negatif 50.43200* 7.95752 .000 34.0085 66.8555
Kontrol Positif -26.31800* 7.95752 .003 -42.7415 -9.8945
Dosis 5 mg/kg -18.59200* 7.95752 .028 -35.0155 -2.1685
Dosis 10 mg/kg -7.61200 7.95752 .348 -24.0355 8.8115
Dosis 100 mg/kg 12.70800 7.95752 .123 -3.7155 29.1315
Dosis 100 mg/kg Kontrol Negatif 37.72400* 7.95752 .000 21.3005 54.1475
Kontrol Positif -39.02600* 7.95752 .000 -55.4495 -22.6025
Dosis 5 mg/kg -31.30000* 7.95752 .001 -47.7235 -14.8765
Dosis 10 mg/kg -20.32000* 7.95752 .017 -36.7435 -3.8965
Dosis 50 mg/kg -12.70800 7.95752 .123 -29.1315 3.7155
Jam 2 Kontrol Negatif Kontrol Positif -49.89600* 7.32503 .000 -65.0141 -34.7779
Dosis 5 mg/kg -61.24600* 7.32503 .000 -76.3641 -46.1279
Dosis 10 mg/kg -49.42000* 7.32503 .000 -64.5381 -34.3019
Dosis 50 mg/kg -46.97400* 7.32503 .000 -62.0921 -31.8559
Dosis 100 mg/kg -32.26000* 7.32503 .000 -47.3781 -17.1419
Dosis 100 mg/kg Kontrol Negatif 32.26000* 7.32503 .000 17.1419 47.3781
Kontrol Positif -17.63600* 7.32503 .024 -32.7541 -2.5179
Dosis 5 mg/kg -28.98600* 7.32503 .001 -44.1041 -13.8679
Dosis 10 mg/kg -17.16000* 7.32503 .028 -32.2781 -2.0419
Dosis 50 mg/kg -14.71400 7.32503 .056 -29.8321 .4041
Jam 3 Kontrol Negatif Kontrol Positif -52.65600* 12.46336 .000 -78.3791 -26.9329
Dosis 5 mg/kg -64.55400* 12.46336 .000 -90.2771 -38.8309
Dosis 10 mg/kg -53.89000* 12.46336 .000 -79.6131 -28.1669
Dosis 50 mg/kg -42.60200* 12.46336 .002 -68.3251 -16.8789
Dosis 100 mg/kg -61.94800* 12.46336 .000 -87.6711 -36.2249
Dosis 100 mg/kg Kontrol Negatif 61.94800* 12.46336 .000 36.2249 87.6711
Kontrol Positif 9.29200 12.46336 .463 -16.4311 35.0151
Dosis 5 mg/kg -2.60600 12.46336 .836 -28.3291 23.1171
Dosis 10 mg/kg 8.05800 12.46336 .524 -17.6651 33.7811
Dosis 50 mg/kg 19.34600 12.46336 .134 -6.3771 45.0691
Jam 4 Kontrol Negatif Kontrol Positif -45.18200* 8.50323 .000 -62.7318 -27.6322
Dosis 5 mg/kg -63.03000* 8.50323 .000 -80.5798 -45.4802
Dosis 10 mg/kg -46.60400* 8.50323 .000 -64.1538 -29.0542
Dosis 50 mg/kg -33.07600* 8.50323 .001 -50.6258 -15.5262
Dosis 100 mg/kg -28.77200* 8.50323 .002 -46.3218 -11.2222
Dosis 100 mg/kg Kontrol Negatif 28.77200* 8.50323 .002 11.2222 46.3218
Kontrol Positif -16.41000 8.50323 .066 -33.9598 1.1398
Dosis 5 mg/kg -34.25800* 8.50323 .000 -51.8078 -16.7082
Dosis 10 mg/kg -17.83200* 8.50323 .047 -35.3818 -.2822
Dosis 50 mg/kg -4.30400 8.50323 .617 -21.8538 13.2458
Jam 5 Kontrol Negatif Kontrol Positif -52.47600* 8.31987 .000 -69.6474 -35.3046
Dosis 5 mg/kg -65.99800* 8.31987 .000 -83.1694 -48.8266
Dosis 10 mg/kg -51.20400* 8.31987 .000 -68.3754 -34.0326
Dosis 50 mg/kg -31.95800* 8.31987 .001 -49.1294 -14.7866
Dosis 100 mg/kg -33.26400* 8.31987 .001 -50.4354 -16.0926
Dosis 100 mg/kg Kontrol Negatif 33.26400* 8.31987 .001 16.0926 50.4354
Kontrol Positif -19.21200* 8.31987 .030 -36.3834 -2.0406
Dosis 5 mg/kg -32.73400* 8.31987 .001 -49.9054 -15.5626
Dosis 10 mg/kg -17.94000* 8.31987 .041 -35.1114 -.7686
Dosis 50 mg/kg 1.30600 8.31987 .877 -15.8654 18.4774
Jam 6 Kontrol Negatif Kontrol Positif -71.12800* 7.69612 .000 -87.1818 -55.0742
Dosis 5 mg/kg -56.21000* 7.69612 .000 -72.2638 -40.1562
Dosis 10 mg/kg -32.09000* 7.69612 .000 -48.1438 -16.0362
Dosis 50 mg/kg -30.47800* 7.69612 .001 -46.5318 -14.4242
Dosis 100 mg/kg 71.12800* 7.69612 .000 55.0742 87.1818
Dosis 100 mg/kg Kontrol Negatif 14.91800 7.69612 .067 -1.1358 30.9718
Kontrol Positif 39.03800* 7.69612 .000 22.9842 55.0918
Dosis 5 mg/kg 40.65000* 7.69612 .000 24.5962 56.7038
Dosis 10 mg/kg 56.21000* 7.69612 .000 40.1562 72.2638
Dosis 50 mg/kg -14.91800 7.69612 .067 -30.9718 1.1358
a. Jam ke 1
b. Jam ke 2
c. Jam ke 3
d. Jam ke 4
e. Jam ke 5
f. Jam ke 6