SKRIPSI
ANISSA FLORENSIA
1112102000040
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana farmasi
ANISSA FLORENSIA
1112102000078
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “EVALUASI PENGGUNAAN OBAT
ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KOTA
TANGERANG DENGAN METODE ANATOMICAL THERAPEUTIC
CHEMICAL/DEFINED DAILY DOSE PADA TAHUN 2015”.
Semoga shalawat dan salam selalu tercurah bagi junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan kita sebagai umatnya yang taat
hingga akhir zaman.
Skripsi ini dalam proses penyusunannya, penulis mendapatkan doa,
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Orang tua saya, Gusnizal dan Cucu Aminah terimakasih atas kasih sayang,
kesabaran, doa dan perjuangannya sehingga penulis dapat melanjutkan
pendidikan hingga saat ini.
2. Dr. H. Arif Sumantri S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Yardi, Ph.D, Apt selaku dosen pembimbing I dan Ibu DR. Delina
Hasan, M.Kes Apt selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
ilmu, nasehat, waktu, tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan
skripsi ini.
4. Ibu Nurmeilis, M.Si, Apt selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen program studi Farmasi yang telah
memberikan bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak dr. Feriyansah selaku Direktur RSUD Kota Tangerang yang telah
memberikan izin untuk saya melakukan penelitian di RSUD Kota
Tangerang
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
DAFTAR ISTILAH ...................................................................................... xvii
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan JNC VII .............................. 8
Tabel 2.2 Penyebab Hipertensi yang Dapat di Identifikasi ................................. 10
Tabel 2.3 Obat Antihipertensi ............................................................................. 21
Tabel 2.4 Modifikasi Gaya Hidup untuk Hipertensi ........................................... 27
Tabel 2.5 Strategi Dosis untuk Obat-Obat Antihipertensi .................................. 32
Tabel 2.6 Karakteristik Pasien Hipertensi Berdasarkan Survey NHANES
1999-2004 .......................................................................................... 49
Tabel 2.7 Kontrol Tekanan Darah dan Faktor Resiko Kardiovaskular Pada
Pasien Hipertensi Berdasarkan Survey NHANES 1999-2004 ........... 50
Tabel 5.1 Persentase Karakteristik Pasien Hipertensi di RSUD Kota Tangerang
Pada Tahun 2015 ................................................................................. 71
Tabel 5.3 Distribusi Penggunaan Antihipertensi dan Perhitungan Nilai
DDD/ 100 Patient-days di RSUD Kota Tangerang Pada Tahun 2015 76
Tabel 5.4 Jumlah Hari Rawat Pasien Hipertensi Pada Tahun 2015 di RSUD
Kota Tangerang ................................................................................... 77
Tabel 5.5 Profil DU 90% Penggunaan Obat Antihipertensi di RSUD Kota
Tangerang Pada Tahun 2015 ............................................................... 78
Tabel 5.6 Kesesuaian Penggunaan Obat Antihipertensi dengan Formularium
Rumah Sakit di RSUD Kota Tangerang Tahun 2015 ......................... 79
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah ......................................... 11
Gambar 2.2 Algoritma Tatalaksana Hipertensi .................................................. 17
Gambar 2.3 Algoritma dan Target Tekanan Darah Pengobatan Hipertensi ...... 18
Gambar 2.4 Kombinasi Obat Antihipertensi ...................................................... 20
Gambar 2.5 Mekanisme Terjadinya Gagal Jantung Akibat Hipertensi ............ 30
Gambar 2.6 Algoritma Terapi Hipertensi Berdasarkan Komplikasi Penyakit ... 31
Gambar 2.7 Prevalensi pasien hipertensi di Amerika Serikat Pada Tahun
2011-2012 ...................................................................................... 36
Gambar 2.8 Tingkat Kesadaran, Pengobatan, dan Pengontrolan Tekanan
Darah pada Pasien Hipertensi Dewasa di Amerika Serikat Pada
Tahun 2009-2012 .......................................................................... 36
Gambar 2.9 Tingkat Kesadaran Pasien Hipertensi Dewasa di Amerika Serikat
Pada Tahun 2009-2010 ....................................................................37
Gambar 2.10 Tingkat Pengobatan Pasien Hipertensi Dewasa di Amerika Serikat
Pada Tahun 2011-2012 ...................................................................38
Gambar 2.11 Tingkat Pengobatan Pasien Hipertensi Dewasa di Amerika Serikat
Pada Tahun 2011-2012 ...................................................................38
Gambar 2.12 Review Defined Daily Dose dalam DUR di China .........................39
Halaman
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta…………. 86
Lampiran 2. Surat Ijin Melakukan Penelitian di RSUD Kota Tangerang dari
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik……………………………. 87
Lampiran 3. Surat Ijin Melakukan Penelitian di RSUD Kota Tangerang dari
RSUD Kota Tangerang………………………………………….. 89
Lampiran 4. Perhitungan DDD/100 patient-days Pada Pasien Hipertensi
Rawat Inap di RSUD Kota Tangerang Tahun 2015…………….. 90
Lampiran 5. Hasil Perhitungan DDD/100 patient-days Pada Pasien Hipertensi
Rawat Inap di RSUD Kota Tangerang Tahun 2015……………... 91
Lampiran 6. Arsip Data Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUD Kota
Tangerang Tahun 2015…………………………………………… 93
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi tekanan darah yang telah dirilis oleh JNC VIII pada tahun
2013 masih merujuk klasifikasi tekanan darah JNC VII. Tetapi, manajemen
terapi hipertensi dalam JNC VIII lebih berdasarkan Evidence Based Medicine
(EBM), komplikasi penyakit, ras dan riwayat penderita. Target tekanan darah
pada managemen terapi hipertensi dalam JNC VIII bergantung pada komplikasi
penyakit penderita (James, et.al., 2014).
Hipertensi berdasarkan etiologi patofisiologinya dibagi menjadi dua
yaitu hipertensi primer atau esensial yang tidak diketahui penyebabnya dan
hipertensi sekunder atau non esensial yang diketahui penyebabnya (Depkes RI,
2006).
a Hipertensi primer
Sekitar 95% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi
esensial (primer). Penyebab hipertensi esensial ini masih belum
diketahui, tetapi faktor genetik dan lingkungan diyakini memegang
peranan dalam menyebabkan hipertensi esensial (Weber dkk., 2014).
Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium,
kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang
termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress
emosi, obesitas dan lain-lain (Gunawan, dkk., 2007). Penurunan
ekskresi natrium pada keadaan tekanan arteri normal merupakan
peristiwa awal dalam hipertensi esensial.Penurunan ekskresi natrium
dapat menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan
vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah meningkat. Faktor
lingkungan dapat memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan tekanan.
Stres, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi
garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam
hipertensi (Robbins dkk., 2007).
b Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak,
Penyakit Obat
Penyakit ginjal kronis Kortikosteroid, ACTH
Hiperaldosteronisme primer Estrogen (biasanya pil KB dengan kadar
estrogen tinggi)
Penyakit renovaskular NSAID, cox-2 inhibitor
Sindroma cushing Fenilpropanolamin dan analog
Phaeochromocytoma Siklosforin dan takromilus
Koarktasi aorta Eritropoietin
Penyakit tiroid atau paratiroid Sibutramin
Antidepresan (terutama venlafaxine)
2.2 Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk
otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung.
Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang
ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada didunia (Armilawaty,
2007). Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan
hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah (Yogiantoro M, 2006).
Diperkirakan sekitar 80% akan terjadi kenaikan kasus hipertensi terutama di
negara berkembang dari 639 juta kasus di tahun 2000 menjadi 1,15 milyar
kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkanpadaangka penderita hipertensi saat
ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawaty, 2007).
tekanan darah yang menetap tinggi.Walaupun hal ini belum terbukti tetapi
angka kejadian hipertensi pada masyarakat di perkotaan lebih tinggi daripada
di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan denganpengaruh stres yang dialami
kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Roehandi, 2008). Menurut
Anggraini (2009) mengatakan bahwa stres akan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
aktivitas saraf simpatis.
b) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perokok
berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insidensi maligna dan resiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami aterosklerosis (Armilawaty,
2007).
Laporan dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa upaya
menghentikan kebiasaan merokok dalam jangka waktu 10 tahun dapat
menurunkan insiden penyakit jantung koroner (PJK) sekitar 24.4% (Karyadi
2002).Tandra (2003) menyatakan bahwa nikotin mengganggu sistem saraf
simpatis yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan oksigen miokard.
Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga meningkatkan
frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan kebutuhanoksigen jantung,
merangsang pelepasan adrenalin, serta menyebabkan gangguan irama
jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian
tubuh lainnya.
Jika perlu, tambah obat lain misal Spironolactone, agen kerja sentral, beta blocker
Selain itu, menurut JNC VIII (2013), target penurunan tekanan darah
pada pasien hipertensi berbeda-beda tergantung berdasarkan komplikasi
penyakit dan ras penderita hipertensi seperti terlihat pada Gambar 2.3
dibawah ini:
Populasi umum tanpa diabetes dan PGK Disertai diabetes dan PGK
Semua ras
Ras kulit putih Ras kulit hitam
Lini pertama diuretik Lini pertama diuretik Lini pertama ACEi atau
tiazid , ACEi atau ARB tiazid atau CCB tunggal ARB tunggal atau
atau CCB tunggal atau atau kombinasi dengan kombinasi dengan kelas
kombinasi kelas obat lain obat lain
Gambar 2.3 Algoritma dan target tekanan darah pengobatan hipertensi (JNC VIII, 2013).
≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik≥90 mmHg. Tekanan darah sistolik
diperoleh selama kontraksi jantung dan tekanan darah diastolik diperoleh
setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi. Pada kebanyakan pasien,
tekanan darah diastolik yang diinginkan akan tercapai apabila tekanan darah
sistolik yang diinginkan sudah tercapai. Karena tekanan darah sistolik
berkaitan dengan resiko kardiovaskular dibanding tekanan darah diastolik,
maka tekanan darah sistolik harus digunakan sebagai petanda klinis utama
untuk pengontrolan penyakit pada hipertensi. Kebanyakan pasien dengan
hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai
target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas
yang berbeda dimulai apabila pengunaan obat tunggal dengan dosis lazim
gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10
mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan
dua obat (Depkes RI, 2006).
Fixed-dose combination yang paling efektif adalah sebagai berikut:
1. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI) dengan diuretik
2. Angiotensin Reseptor Blocker II (ARB) dengan diuretik
3. Beta Blocker dengan diuretik
4. Diuretik dengan Calcium Chanel Blocker (CCB)
5. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI) dengan Calcium Chanel
Blocker (CCB)
6. Agonis α-2 dengan diuretik
7. Penyekat α-1 dengan diuretik (ESH, 2003).
menyebabkan
gagal ginjal pada
pasiendengan renal
arteri stenosis;
jangan digunakan pada
perempuan hamil atau
pada pasien dengan
sejarah angioedema
ARB Menghambat secara Candesartan, 8-32 1 atau 2 Dosis awal harus
langsung reseptor Eprosartan, 600-800 1 atau 2 dikurangi 50% pada
angiotensin-2 tipe 1 Irbesartan, 150-300 1 pasien yang sudah
(AT1) yang Losartan, 50-100 1 atau 2 dapat diuretik, yang
memediasi efek Olmesartan, 20-40 1 kekurangan cairan, atau
angiotensin-2 yaitu Telmisartan, 20-80 1 sudah tua sekali karena
vasokonstriksi, Valsartan 80-320 1 resiko hipotensi; dapat
pelepasan menyebabkan
aldosteron, aktivasi hiperkalemia pada
saraf simpatik, pasien dengan penyakit
pelepasan hormon ginjal kronis atau
antidiuretik, dan pasien yang juga
konstriksi arteriol mendapat diuretik
eferen dari penahan kalium,
glomerulus. antagonis aldosteron,
atau ACEI; dapat
menyebabkan gagal
ginjalpada pasien
dengan renal arteri
stenosis; tidak
menyebabkan batuk
kering seperti
ACEI;jangan
digunakan pada
perempuan hamil
β-blocker Kardioselekt Mengurangi curah Atenolol, 25-100 1 Pemberhentian tiba-
if jantung melalui Betaxolol, 5-20 1 tiba dapat
efek inotropik dan Bisoprolol, 2.5-10 1 menyebabkan rebound
kronotropik Metoprolol, 50-200 1 hypertension; dosis
negative dan 50-200 1 rendah s/d sedang
menghambat menghambat reseptor
pelepasan renin dari β1, pada dosis tinggi
ginjal menstimulasi reseptor
β2;dapat menyebabkan
eksaserbasi asma bila
selektifitas hilang;
keuntungan tambahan
pada pasien dengan
atrial takiaritmia atau
preoperatif hipertensi
Nonselektif Nadolol, 40-120 1 Pemberhentian tiba-
Propanolol, 160-480 2 tiba dapat
Timolol 80-320 1 menyebabkan rebound
hypertension,
menghambat reseptor
β1 dan β2 padasemua
dosis; dapat
memperparah asma;
ada keuntungan
tambahan pada pasien
dengan essensial
tremor,
migraine,tirotoksikosis
Aktifitas Acebutolol, 200-800 2 Pemberhentian tiba-
Simpatomim Carteolol, 2.5-10 1 tiba dapat
etikintrinsik Penbutolol, 10-40 1 menyebabkan rebound
Pindolol 10-60 2 hypertension; secara
parsial merangsang
reseptor β sementara
menyekat terhadap
rangsangan tambahan;
tidak ada keuntungan
tambahan untuk obat-
obat ini kecuali
pada pasien-pasien
dengan bradikardi,
yang harus mendapat
penyekat
beta;kontraindikasi
pada pasien pasca
infark miokard, efek
samping dan efek
metabolic lebih sedikit,
tetapi tidak
kardioprotektif seperti
penyekat beta yang
lain.
Campuranα- Carvedilol, 12.5-50 2 Pemberhentian tiba-
dan Labetolol 200-800 2 tiba dapat
β-blockers menyebabkan rebound
hypertension;
penambahan penyekat
α mengakibatkan
hipotensi ortostatik
Calcium Dihidropridi Merelaksasi otot Amlodipine, 2.5-10 1 Dihidropiridin yang
channel n jantung dan otot Felodipine, 5-20 1 bekerja cepat (long-
blockers polos dengan cara Isradipine, 5-10 2 acting) harusdihindari,
memblok kanal ion Nicardipine, 5-20 1 terutama nifedipin dan
kalsium sehingga Nifedipine, 60-120 2 nicardipin
mengurangi Nisoldipine 30-90 1 dihidropiridin
masuknya kalsium 10-40 1 adalah vasodilator
ekstraseluler ke perifer yang kuat dari
dalam sel. pada non dihidropiridin
dan dapat
menyebabkan
pelepasan simpatetik
refleks(takhikardia),
pusing, sakit kepala,
Tabel 2.4 Modifikasi gaya hidup untuk hipertensi (JNC VII, 2007).
Modifikasi gaya hidup Rekomendasi Perkiraan penurunan
tekanan darah sistolik
Penurunan berat badan Mempertahankan berat badan ideal (BMI 5-20 mmHg/10 kg
2)
18,5-24,9 kg/m penurunan berat
badan
DIET makanan sesuai Konsumsi diet kaya buah, sayur, dan produk 8-14 mmHg
DASH susu rendah lemak dengan kandungan lemak
jenuh dan lemak total yang sedikit
Diet rendah natrium Mengurangi asupan natrium hingga ≤100 2-8 mmHg
mmol per hari (2,4 g Na atau 6 g NaCl
Olahraga Rutin olahraga aerobik seperti jalan cepat 4-9 mmHg
minimal 30 menit per hari
Mengurangi konsumsi Membatasi konsumsi alkohol, tidak lebih 2-4 mmHg
alkohol dari 1 oz atau 30 ml etanol; 24 oz bir, 10 oz
wine, atau 3 oz 80-proof whiskey perhari
untuk pria dan setengahnya untuk wanita dan
orang dengan berat badan rendah
a. Stroke
Stroke merupakan kerusakan organ target pada otak yang diakibatkan
oleh hipertensi. Hipertensi mengakibatkan arteri-arteri yang mendarahi otak
mengalami hipertropi atau penebalan sehingga menyebabkan terjadinya
aterosklerosis melalui efek penekanan pada sel endotel/lapisan dalam
dinding arteri yang berakibat pembentukan plak pembuluh darah semakin
(furosemid) lebih tinggi, bila perlu dikombinasi dengan obat lain (Gijn JV,
2002).
c. Gagal Jantung
Gagal jantung, dalam bentuk disfungsi vetrikular sistolik atau
diastolik, terutama sebagai akibat dari hipertensi sistolik dan penyakit
jantung iskemik. Lima kelas obat didaftarkan untuk indikasi khusus gagal
jantung. Rekomendasi ini khususnya untuk gagal jantung sistolik, dimana
kelainan fisiologi utama adalah berkurangnya kontraktilitas jantung. Pada
gambar 2.5 terlihat proses-proses yang terjadi akibat dari hipertensi sampai
ke gagal gantung. ACEI adalah pilihan obat utama berdasarkan hasil dari
beberapa studi yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas.
Diuretik juga merupakan terapi lini pertama karena mengurangi edema
dengan menyebabkan diuresis. ACEI harus dimulai dengan dosis
rendah.Pada pasien dengan gagal jantung, terutama pada pasien dengan
eksaserbasi akut. Gagal jantung menginduksi suatu kondisi renin tinggi,
sehingga memulai ACEI pada kondisi ini akan menyebabkan efek dosis
pertama yang menonjol dan memungkinan hipotensi ortostatik.
Terapi dengan beta blocker digunakan untuk mengobati gagal jantung
sistolik untuk pasien-pasien yang sudah mendapat standar terapi dengan
ACEI dan Furosemid. Studi menunjukkan beta blocker menurunkan
mortalitas dan morbiditas (AHA, 2011). Dosis beta blocker haruslah tepat
karena beresiko menginduksi eksaserbasi gagal jantung akut. Dosis awal
harus sangat rendah, jauh dibawah dosis untuk mengobati darah tinggi, dan
dititrasi secara perlahan-lahan ke dosis yang lebih tinggi.
ARB dapat digunakan sebagai terapi alternatif untuk pasien-pasien
yang tidak dapat menoleransi ACEI. Untuk pasien dengan disfungsi
ventrikular yang simptomatik atau dengan penyakit jantung tahap akhir,
ACEI, beta blocker, ARB, dan antagonis aldosterone direkomendasikan
bersamaan dengan diuretik loop (furosemid).
bahwa pada pasien dengan hipertensi stadium 1 yang disertai dengan faktor
resiko penyakit kardiovaskuler, jika dapat menurunkan tekanan darahnya
sebesar 12 mmHg selama 10 tahun akan mencegah angka kematian 1 dari 11
pasien yang diobati (Arif M dkk, 2001).
Komplikasi penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh hipertensi
seperti gagal jantung, penyakit jantung koroner, infark miokard dan stroke
memiliki algoritma terapi yang berbeda seperti terlihat pada Gambar 2.6
dibawah ini:
KOMPLIKASI
PENYAKIT
β-blocker
atau CCB
Tabel 2.5 Strategi dosis untuk obat-obat antihipertensi (JNC VIII, 2013)
A Mulai dengan satu Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai dengan obat pertama,
obat, tingkatkan tingkatkan dosis obat pertama sampai dosis maksimum yang
hingga dosis direkomendasikan untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan.
maksimum, dan Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai dengan satu obat
kemudian tambah walaupun dosisnya sudah ditingkatkan sampai dosis maksimum yang
dengan obat kedua direkomendasikan, tambahkan obat kedua sesuai algoritma (tiazid-
gol.duretik, CCB, ACEI, atau ARB) dan tingkatkan dosis obat kedua
sampai dosis maksimum yang direkomendasikan untuk mencapai tekanan
darah yang diharapkan.
Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai dengan dua obat, pilih
obat ketiga dari algoritma (tiazid-gol.diuretik, CCB, ACEI, atau ARB)
hindari kombinasi ACEI dan ARB. Tingkatkan dosis obat ketiga sampai
dosis maksimum yang direkomendasikan untuk mencapai tekanan darah
yang diharapkan.
B Mulai dengan satu Mulai dengan satu obat kemudian tambahkan obat kedua sebelum obat
obat, dan kemudian pertama mencapai dosis maksimum yang direkomendasikan, kemudian
tambah obat kedua tingkatkan kedua obat hingga dosis maksimum yang disarankan untuk
sebelum obat mencapai tekanan darah yang diharapkan. Jika tekanan darah yang
pertama mencapai diharapkan tidak tercapai dengan 2 obat, pilih obat ketiga dari algoritma
dosis maksimum (tiazid-gol.diuretik, CCB, ACEI, atau ARB), hindari kombinasi ACEI
dan ARB. Tingkatkan dosis obat ketiga sampai dosis maksimum yang
direkomendasikan untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan.
C Mulai dengan dua Mulai terapi dengan 2 obat secara bersamaan, baik sebagai 2 obat yang
obat pada waktu terpisah atau sebagai kombinasi pil tunggal.
yang sama, baik Beberapa anggota komite menyarankan mulai terapi dengan ≥2 obat
sebagai 2 pil yang ketika tekanan darah sistolik >160 mm Hg dan / atau tekanan darah
terpisah atau sebagai diastolik >100 mm Hg, atau jika tekanan darah sistolik >20 mm Hg di
kombinasi pil atas tekanan darah yang diharapkan dan / atau tekanan darah diastolik
tunggal >10 mm Hg di atas tekanan darah yang diharapkan. Jika tujuan tekanan
darah tidak tercapai dengan 2 obat, pilih obat ketiga dari algoritma
(tiazid-gol.diuretik, CCB, ACEI, atau ARB), hindari kombinasi ACEI
dan ARB. Tingkatkan dosis obat ketiga sampai dosis maksimum yang
direkomendasikan
2.8.1 Gender Difference in Blood Pressure Control and Cardiovascular Risk Factors
in Americans With Diagnosed Hypertension (Ong et.al., 2008).
Hipertensi merupakan penyakit yang kompleks yang diderita 972 juta orang di
dunia. Prevalensi hipertensi akan meningkat dari 26,4% di tahun 2000 menjadi 29,2%
di dunia (Kearney PM, et.al., 2005). Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk
penyakit kardiovaskular dan menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat
(Lawes CM, et.al,. 2006). Berdasarkan hasil survey pada tahun 1999-2004 yang
dilakukan National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) terhadap
3.475 pasien yang berusia 18 tahun dan terdiagnosa hipertensi, didapatkan hasil
54,91,2% terjadi pada wanita. Pada tabel 2.6 menunjukan karakteristik jenis kelamin
secara spesifik pasien yang terdiagnosa hipertensi. Berdasarkan usia, wanita yang
terdiagnosa hipertensi mempunyai usia yang lebih tua dibandingkan pria. Terjadi
peningkatan prevalensi diabetes yang signifikan pada wanita selama periode 1999-
20004, tetapi prevalensi diabetes tidak jauh berbeda antara wanita dan pria.
Prevalensi mikroalbuminaria rendah dan menurun secara signifikan pada wanita
dibandingkan pria.Tetapi dilihat dari 6 bulan terakhir, wanita lebih sering mengecek
tekanan darahnya ke dokter dibandingkan pria. Berdasarkan tingkat konsumsi
alkohol, pria lebih banyak mengurangi konsumsi alkoholnya untuk mengontrol
tekanan darah dibanding wanita, terbukti dengan persentase konsumsi alkohol yang
menurun secara signifikan antara periode1999-2000 dan 2003-2004.
Pada tabel 2.7 menjelaskan tingkat kontrol tekanan darah berdasarkan jenis
kelamin dan prevalensi faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien yang
terdiagnosa hipertensi yang dilakukan NHANES selama periode 1999–2004. Selama
periode ini, wanita mempunyai tekanan darah sistolik yang tinggi dan tekanan darah
diastolik yang rendah dibanding pria.Dimana prevalensi tekanan darah tidak
terkontrol tidak jauh berbeda antara pria dan wanita selama periode ini.
Prevalensi obesitas, kadar kolesterol total, dan kadar HDL meningkat secara
signifikan pada wanita dibanding pria. Namun, berdasarkan riwayat merokok, pria
mempunyai prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita dan antara 1999-2000
dengan 2003-2004 terjadi peningkatan konsumsi rokok yang signifikan pada pria.
Tabel 2.7 Kontrol Tekanan Darah dan Faktor Resiko Kardiovaskular pada Pasien Hipertensi
berdasarkan survey NHANES 1999–2004
2.8.2 Hypertension Among Adults in the United States: National Health and
Nutrition Examination Survey, 2011–2012
Gambar 2.7 Prevalensi pasien hipertensi di Amerika Serikat pada tahun 2011-2012.
Gambar 2.8 .Tingkat kesadaran, pengobatan, dan pengontrolan tekanan darah pada pasien hipertensi
dewasa di Amerika Serikat pada tahun 2009-2012.
Prevalensi tingkat kesadaran pada pasien pria dan wanita hampir sama yaitu
pada pria sebanyak 80,2% dan pada perempuan sebanyak 85,4%. Di antara pasien
hipertensi dewasa, tingkat kesadaran pada pasien yang berusia 18-39 adalah 61,8%
lebih rendah dibandingkan pasien yang berusia 40-59 yaitu 83,0% dan pada pasien
yang berusia 60 keatas yaitu 86,1%. Berdasarkan ras, pasien hipertensi dewasa
kelompok Non-Hispanik Asia kurang menyadari kondisi mereka (72,8%)
dibandingkan yang non-Hispanik kulit hitam (85,7%), Hispanik (82,2%), dan non-
Hispanik kulit putih (82,7%).
Gambar 2.9 Tingkat kesadaran pasien hipertensi dewasa di Amerika Serikat pada tahun 2009-2010.
Gambar 2.10.Tingkat pengobatan pasien hipertensi dewasa di Amerika Serikat pada tahun 2011-2012.
Gambar 2.11 Tingkat pengobatan pasien hipertensi dewasa di Amerika Serikat pada tahun 2011-2012.
2.8.3. Review of the use of defined daily dose concept in drug utilisationresearch in
China (L. Teng, et.al., 2012).
2.7 ATC
Dalam sistem klasifikasi Anatomi Terapi Kimia (ATC), zat aktif
dibagi menjadi kelompok-kelompok yang berbeda sesuai dengan organ atau
sistem di mana obat tersebut bekerja dan menghasilkan efek terapi,
farmakologi dan sifat kimia. Obat diklasifikasikan dalam lima kelompok
tingkat yang berbeda. Tingkat pengelompokan obat dijabarkan sebagai
berikut:
Level pertama, kelompok utama anatomis
A Alimentary tract and metabolism
B Blood and blood forming organs
C Cardiovascular system
D Dermatologicals
G Genito urinary system and sex hormones
H Systemic hormonal preparations, excl. sex hormones
and insulins
J Antiinfectives for systemic use
L Antineoplastic and immunomodulating agents
M Musculo-skeletal system
N Nervous system
P Antiparasitic products, insecticides and repellents
R Respiratory system
S Sensory organs
V Various
Level kedua, subkelompok terapi/farmakologis
Level ketiga dan keempat, subkelompok terapi/farmakologis/kimia
Level kelima, senyawa kimia
(WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology, 2014).
b Sediaan kombinasi yang mengandung dua atau lebih zat aktif yang
berasal dari level empat yang berbeda maka menggunakan kode seri 50
pada level kelima.
c Sediaan kombinasi yang mengandung obat psikoleptik yang tidak
masuk dalam klasifikasi N05 – psikoleptik atau N06 – psikoanaleptik
maka diklasifikasikan dalam level lima yang terpisah menggunakan
seri 70.
(WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology, 2014).
kesamaan efikasi tapi berbeda dalam dosis kebutuhan, atau pengobatan dalam
terapi yang berbeda. Penggunaan obat dapat dibandingkan setiap waktu untuk
memonitor tujuan dan untuk menjamin dari adanya intervensi komite terapi
medik dalam meningkatan pengggunaan obat. Klasifikasi ATC dan metode
DDD biasa digunakan untuk membandingkan konsumsi penggunaan obat
antar negara. Apabila diterapkan di lingkungan rumah sakit maka perhitungan
DDD/100-patient days atau DDD/100 bed days adalah yang paling
direkomendasikan. Sementara untuk perhitungan antar negara biasanya
digunakan DDD/100-inhibitans per day atau DDD per inhibitans per
year.Sebagai contoh, nilai 10 DDDs/1000 inhabitants/day dapat di artikan
bahwa 1% dari populasi rata-rata mendapatkan terapi obat tersebut setiap
harinya (WHO, 2003).Penetapan DDD ditetapkan dengan prinsip umum
sebagai berikut :
a Dosis rata-rata yang digunakan untuk indikasi utama pada orang
dewasa. Orang dewasa dianggap memiliki berat badan 70 kg. Pada
keadaan yang khusus, terutama untuk anak-anak (seperti mixture,
suppositoria) digunakan DDD untuk orang dewasa. Kecuali yang
dibuat khusus untuk anak-anak, seperti hormon pertumbuhan dan
tablet fluoride.
b Dosis pemeliharaan (dosis terapi jangka panjang lebih diutamakan
dalam menetapkan DDD daripada dosis inisial). Beberapa obat
digunakan dalam dosis yang berbeda tetapi tidak direfleksikan
dalam DDD.
c DDD biasanya ditetapkan berdasarkan kekuatan zat aktif dalam
sediaan. Zat aktif dalam bentuk garam biasanya tidak memberikan
DDD yang berbeda kecuali untuk beberapa obat pengecualian.
d Pada umumnya dosis yang digunakan adalah dosis pengobatan,
namun jika indikasi utama obat adalah untuk profilaksis maka
dosis inilah yang digunakan, misalnya tablet fluoride (A01AA01)
dan beberapa antimalaria.
Contoh II:
2.9 DU 90%
Karakteristik Pasien:
- Usia
- Jenis Kelamin
- Penyakit penyerta - Obat Hipertensi
- Obat lainnya
mikrovaskular penyakit
dan penyerta
makrovaskular.
Pola Jenis dan jumlah Data obat dari rekam Pola Nominal
penggunaan obat-obat yang medis dan resep penggunaan
obat digunakan untuk pasien dikelompokkan obat
antihipertensi mengontrol berdasarkan kode antihipertensi
tekanan darah ATC dan dihitung
pada penderita jumlah penggunaan
hipertensi obatnya berdasarkan
satuan DDD/100
patient-days
Persentase Besarnya persen Perhitungan dengan Rasio
penggunaan nilai DDD obat rumus:
obat antihipertensi
antihipertensi yang digunakan
Keterangan:
= jumlah nilai DDD
suatu obat
antihipertensi
= jumlah semua
nilai DDD
antihipertensi yang
diresepkan
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
Pencatatan Data
(Data
Pengolahan Data (Data )
Menganalisis Data :
Analisis Univariat
Analisis Data dengan Metode ATC/DDD
Tabel 5.1 Persentase Karakteristik Pasien Hipertensi di RSUD Kota Tangerang pada
Tahun 2015
No Karakteristik N Persentase
1 Jenis Kelamin:
1. Pria 47 47%
2. Wanita 53 53%
2 Usia:
1. 30-39 4 4%
2. 40-49 23 23%
3. 50-59 39 39%
4. 60-69 25 25%
5. 70-79 7 7%
6. >80 2 2%
3 Penyakit Penyerta:
1. Stroke Iskemik 40 40%
2. Gagal Jantung Akut 14 14%
3. Stroke Hemorragic 12 12%
4. DM tipe 2 8 8%
5. Unstable Angina 4 4%
6. Gagal Ginjal Kronis 4 4%
7. STEMI 3 3%
8. Supraventrikular Takikardi 1 1%
9. Aneurisma Aorta 1 1%
10. Infark Serebral 1 1%
4 Tekanan Darah
1. Normal
TD Sistolik <120 mmHg 0 0%
TD Diastolik <80 mmHg 6 6%
2. Pre-Hipertensi
TD Sistolik 120-139 mmHg 6 6%
TD Diastolik 80-89 mmHg 5 5%
3. Hipertensi Stadium 1
TD Sistolik 140-159 mmHg 22 22%
TD Diastolik 90-99 mmHg 22 22%
4. Hipertensi Stadium 2
TD Sistolik ≥ 160 mmHg 72 72%
TD Diastolik ≥ 100 mmHg 67 67%
Pada tabel 5.1, dapat dilihat karakteristik pasien terdiri dari usia, jenis
kelamin, penyakit penyerta, dan tekanan darah. Usia subjek penelitian paling
banyak berkisar antara 40-69 tahun yang di dominasi oleh pasien wanita
sebanyak 53%, dengan penyakit penyerta stroke iskemik sebanyak 40%, gagal
jantung akut sebanyak 14%, stroke hemorragik sebanyak 12% dan penyakit
penyerta yang lainnya dibawah 10%. Berdasarkan tingginya tekanan darah,
terdapat 72% subjek penelitian dengan tekanan darah sistolik tinggi (≥ 160
mmHg) dan 67% subjek penelitian dengan tekanan darah diastolik tinggi
(≥100 mmHg).
Tabel 5.2 Distribusi Pola Penggunaan obat Antihipertensi berdasarkan Jenis Terapi
Antihipertensi di RSUD Kota Tangerang pada tahun 2015
No Kelas Frekuensi Persentase
1 Monoterapi:
1. CCB 14 43,75%
2. ACEI 12 37,50%
3. Beta Blocker 3 9,38%
4. Diuretik 2 6,25%
5. ARB 1 3,13%
Total 32%
2 Terapi Kombinasi:
1. Kombinasi 2 Antihipertensi
a. CCB + ACEI 17 25,00%
b. Diuretik + ACEI 8 11,76%
c. CCB + ARB 6 8,82%
d. CCB + CCB 2 2,94%
e. CCB + Diuretik 2 2,94%
f. Beta Blocker + ACEI 2 2,94%
g. ARB + Diuretik 1 1,47%
h. Beta Blocker + CCB 1 1,47%
i. Beta Blocker + ARB 1 1,47%
j. ACEI + ACEI 1 1,47%
2. Kombinasi 3 Antihipertensi
a. ACEI + Beta Blocker + Diuretik 5 7,35%
b. CCB + ACEI + ARB 4 5,88%
c. CCB + ACEI + Beta Blocker 4 5,88%
d. CCB + ACEI + Diuretik 3 4,41%
e. Agonis α2 sentral + ARB + Diuretik 2 2,94%
f. ARB + ACEI + Beta Blocker 1 1,47%
g. CCB + ACEI + Agonis α2 sentral 1 1,47%
h. Beta Blocker + ARB + Diuretik 1 1,47%
3. Kombinasi 4 Antihipertensi
a. Diuretik + ACEI +CCB + Beta Blocker 2 2,94%
b. CCB + Beta Blocker + ARB + Diuretik 1 1,47%
4. Kombinasi 5 Antihipertensi
a. CCB + ARB + ACEI + Beta Blocker + Diuretik 2 2,94%
b. Agonis α2 sentral + ACEI + ARB + Diuretik +
CCB 1 1,47%
Total 68%
Tabel 5.3 Jumlah Hari Rawat Pasien Hipertensi pada Tahun 2015 di RSUD Kota Tangerang
Bulan N LOS (hari) Rata-rata (hari)
Januari 16 102 6,38
Februari 11 70 6,36
Maret 7 37 5,29
April 9 49 5,44
Mei 11 80 7,27
Juni 8 67 8,38
Juli 6 35 5,83
Agustus 5 46 9,20
September 9 44 4,89
Oktober 4 19 4,75
November 10 65 6,50
Desember 4 16 4,00
Total 100 630 74,29
Rata-rata 8,33 52,50 6,19
10 230
Nifedipin Oral 30 2,49
30 240
Calcium
2,5 mg/jam 7,5
Chanel
Nicardipin Parenteral 90 0,07
Blocker 5 mg/jam 5
25 mg/jam 25
Nimodipin Oral 300 60 360 0,19
Spironolacton Oral 75 25 450 0,95
Oral 40 1720
Diuretik
Furosemid Parenteral 40 10 mg/ml 1380 12,34
Tabel 5.6 Kesesuaian Penggunaan Obat Antihipertensi dengan Formularium Rumah Sakit di
RSUD Kota Tangerang tahun 2015
Lisinopril Tablet √
Ramipril Tablet √
Nicardipin Injeksi √
Nimodipin Injeksi √
Irbesartan Tablet √
Spironolakton Tablet √
% Kesesuaian
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Pasien
5.2.1.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian, penderita hipertensi di RSUD Kota
Tangerangmulai terjadi pada usia 30 sampai 80 tahun keatas, dan yang paling
banyak terjadi berkisar pada usia 40 tahun keatas. Hal ini hampir serupa
dengan data RISKESDAS tahun 2013, dimana terjadi peningkatan pasien
hipertensi pada usia 35-44 yaitu sebanyak 24,8%. Selain itu, hasil penelitian
ini juga hampir sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nidiananda (2013) yang menunjukkan bahwa proporsi kejadian hipertensi
yang berusia ≥40 tahun (39.4%) lebih besar dibandingkan dengan pasien yang
berusia <40 tahun (7.5%).
hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap
terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38% pria
dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia (KemenkesRI,2012).
Pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap regulasi tekanan darah
dapat dikaitkan dengan peran hormon sex terhadap sistem renin angiotensin
dalam mengatur fungsi kardiovaskular dan tekanan darah.Mekanisme pasti
bagaimana hormon sex tersebut mempengaruhi regulasi fungsi kardiovaskular
dan tekanan darah belum diketahui secara pasti namun semakin banyak bukti
yang menyatakan bahwa modulasi aktivitas sistem hormonal aktif lokal
adalah salah satu mekanisme utama dari aksi hormon seks pada organ target,
termasuk pembuluh darah dan ginjal.Hormon estrogen dan androgen
merupakan hormon sex yang turut mempengaruhi perkembangan penyakit
kardiovaskular dan hipertensi, dimana estrogen secara umum berfungsi untuk
melindungi sedangkan androgen mendorong terjadinya penyakit
kardiovaskular dan hipertensi.Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadarHigh Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas
wanita pada usia premenopause. Pada pra menopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon
estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara
alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun
(Anggraini, 2009).
5.2.1.3 Karakteristik Pasien Berdasarkan Penyakit Penyerta
Penyakit penyerta merupakan keluhan yang diderita oleh pasien selain
penyakit hipertensi dan penyakit komplikasi lainnya. Penyakit penyerta yang
dialami oleh pasien pada penelitian ini terdiri dari gangguansistem
kardiovaskular seperti stroke, gagal jantung,aneurisma aorta, gagal ginjal, dan
jika target tekanan darah belum juga tercapai dapat diganti dengan obat yang
mempunyai mekanisme kerja berbeda, dimulai dengan dosis rendah kemudian
dosis dinaikkan sampai dosis maksimal. Bila masih belum tercapai target
yang diinginkan dapat ditambah 2 sampai 3 macam obat.Terapi kombinasi 2
obat dosis rendah diberikan untuk terapi inisial pada hipertensi stadium 2
dengan faktor risiko tinggi atau sangat tinggi, bila dengan 2 macam obat
target tekanan darah tidak tercapai dapat diberikan 3 macam obat anti
hipertensi.
5.2.4 Profil Penggunaan Antihipertensi
5.2.4.1 Evaluasi Kuantitas Penggunaan Antihipertensi Dalam Unit DDD
Dari data rekam medik pasien, didapatkan data meliputi nomor rekam
medik, lama hari rawat pasien, jenis kelamin, umur pasien, dan penggunaan
antihipertensi yang terdiri dari nama dagang dan nama generik, rute
pemberian, kekuatan/dosis, frekuensi, jumlah hari penggunaan, dan jumlah
penggunaan antihipertensi. Bentuk sediaan pada antihipertensi antara sedian
per oral maupun sedian parenteral mempunyai nilai Defined Daily Dose
(DDD) yang sama. Selama tahun 2015, terdapat 14 jenis obat antihipertensi
dari 6 golongan antihipertensi yang digunakan pada pasien yaitu obat
antihipertensi golongan ACE Inhibitor, CCB, Diuretik, ARB, Beta blocker,
dan Central 2 Agonis.
Dari data-data yang telah diperoleh, kemudian dihitungkuantitas
penggunaan antihipertensi dengan mengikuti aturan-aturan perhitungan yang
telah ditetapkan oleh WHO Collaborating Centre 2011. Antihipertensi
dikelompokkan sesuai dengan kode ATC dan golongannya, kemudian bentuk
sediaan disesuaikan dengan satuan DDD definitif masing-masing
antihipertensi. Satuan DDD definitif menggunakan satuan miligram, maka
satuan dosis antihipertensi harus dikonversikan ke dalam satuan miligram
terlebih dahulu (WHO, 2011).
Nilai DDD diperoleh dengan menghitung total penggunaan
antihipertensi dibagi dengan nilai DDD definitif yang ditetapkan oleh
standar (Hadi et al., 2008). Pada dasarnya, DDD adalah metode untuk
mengkonversi dan menstandarisasi data kuantitas produk menjadi estimasi
kasar penggunaan obat dalam klinik dan tidak menggambarkan penggunaan
obat sesungguhnya (WHO, 2012).
Kuantitas penggunaan antihipertensi di RSUD Kota Tangerang dalam
satuan DDD/100 patient-days ditunjukkan pada tabel 5.4. Kuantitas
penggunaan antihipertensi yang memiliki jumlah tertinggi pada tahun 2015
adalah amlodipin. Perhitungan DDD untuk amlodipin pada tahun 2015
mencapai 89,36 DDD/100 patient-days. Artinya, ada 89 pasien dari seluruh
subjek penelitian yang mengkonsumsi 1 DDD amlodipine sebesar 5 mg setiap
harinya.
bisoprolol (1,05), dan obat yang masuk dalam segmen DU 90% adalah
captopril, furosemid, dan amlodipine.
Hal ini dikarenakan formularium yang digunakan oleh masing-masing
rumah sakit berbeda. Formularium adalah daftar obat yang digunakan oleh
rumah sakit, yang disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi yang terdiri dari
beberapa dokter dan apoteker. Formularium RS akan membuat pengelolaan
RS lebih efektif, karena pengadaan obat menjadi jelas, mengingat bahwa
selain memiliki sisi aspek medis juga memiliki sisi ekonomis sehingga
formularium dijadikan sebagai panduan oleh dokter dalam memberikan terapi
obat-obat sesuai dengan yang tersedia di rumah sakit.
Menurut pedoman tatalakasana hipertensi yang disusun oleh
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardioaskuler Indonesia (PERKI) menyatakan
bahwa terapi lini pertama pada pasien hipertensi dewasa ≥18 tahun dengan
tekanan darah ≥140/90 mmHg adalah modifikasi gaya hidup untuk
mengontrol tekanan darahnya. Jika target tekanan darah belum tercapai, mulai
diberikan terapi farmakologi terutama pada pasien hipertensi stadium 2 dan
pasien yang mempunyai penyakit komplikasi. Pada pasien stadium 1
pemilihan terapi dibedakan kembali berdasarkan usia, jika pasien berusia <60
tahun terapi lini pertama yang diberikan adalah ACEI atau ARB dan jika
pasien berusia ≥60 tahun maka terapi lini pertamanya adalah CCB atau
Tiazid. Sedangkan pada pasien stadium 2, sebaiknya dimulai dengan terapi
kombinasi dua obat. Terapi kombinasi yang dapat diberikan adalah CCB atau
Tiazid kombinasi dengan ACEI atau ARB.Algoritma PERKI ini telah
dilaksanakan dalam pengobatan pasien hipertensi di RSUD Kota Tangerang,
yang dapat dilihat pada tabel 5.2 dan tabel 5.1 dimana pasien paling banyak
mengalami hipertensi stadium 2 dan menggunakan terapi kombinasi 2 obat.
Kombinasi dua obat terbanyak digunakan adalah CCB + ACEI.Setelah itu,
terapi kombinasi kedua terbanyak yang digunakan adalah ACEI + diuretik.
5.4.1 Kendala
1.Pengambilan data dan jumlah sampel
Pada proses pengambilan data ada beberapa data pasien yang kurang
lengkap serta pasien yang sedang dirawat kembali sehingga tidak dapat
diambil data pasien.
5.4.2 Kelemahan
Penelitian ini memiliki kekurangan, diantaranya:
1. Penelitian deskriptif retrospektif
Pada penelitian deskriptif hanya dapat dilakukan demografi berupa
hasil analisis untuk mengetahui penggunaan obat pada terapi yang digunakan
oleh pasien.Selain itu metode retrospektif, dimana waktu kejadian sudah
terjadi, tidak dapat dilakukan pertanyaan secara langsung pada pasien, dokter
dan farmasis.
2. Penelitian ini tidak dapat dikatakan seutuhnya rasional, dikarenakan
penilaian diagnosis pasien tidak secara langsung, melainkan menarik
kesimpulan dari diagnosis yang tercatat di rekam medis.
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat diambil beberapa kesimpulan:
1. Berdasarkan usia dan jenis kelamin, pasien hipertensi didominasi oleh
perempuan dengan usia berkisar antara 40-69 tahun.
2. Berdasarkan jenis penyakit penyerta, stroke iskemik merupakan penyakit
penyerta terbesar yang dialami pasien hipertensi.
3. Berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik,pasien hipertensi paling
banyak memiliki tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan paling banyak
memiliki tekanan darah diastolik ≥100 mmHg.
4. Berdasarkan jumlah penggunaan, didapatkan penggunaan antihipertensi
terbanyak pada pasien hipertensi di RSUD Kota Tangerang adalah
amlodipin yaitu 89,36 DDD/100 patient-days
5. Berdasarkan profil DU 90%, obat antihipertensi yang masuk segmen DU
90% berturut turut adalah amlodipin, ramipril, captopril, dan irbesartan.
6. Penggunaan antihipertensi di RSUD Kota Tangerang sudah sesuai dengan
formularium rumah sakit.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian menggunakan metode prospektif dan
pengoptimalan evaluasi dengan wawancara kepada pasien, dokter, dan
farmasis untuk menggali informasi lebih dalam mengenai pengobatan yang
diberikan kepada pasien.
2. Dengan metode ATC/DDD ini, dapat digunakan untuk penelitan
penggunaan obat lain terutama untuk obat-obat yang diduga banyak
digunakan secara tidak rasional, digunakan oleh pasien beresiko tinggi,
mempunyai efek samping bermakna dan indeks terapi sempit.
Aberg, J.A., et.al,. 2009. Drug Information Handbook, 21th edition.Lexi-Comp for
the American Pharmacists Association.
American Heart Association, 2011. Heart International Cardiovascular Disease
Statistic. http://www.american.heart.org/ diakses tanggal 5 juni 2016.
Anggraini, dkk. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
Pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang
Periode Januari sampai Juni 2008. Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R.2007.Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam
Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS.
Bergman, Uet.al. 1998. Drug utilization 90%--a simple method for assessing the
quality of drug prescribing. Diakses dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/962691416 pada tanggal 06 Januari
2016. 113-118
Carter, et.al. 2003. How Pharmacist Can Assist Physicians with Controlling Blood
Pressure.J ClinHypertens. 31-37
Cortas K, et.al. Hypertension. Last update May 11 2008. [cited 2015 Jan 10].
Available from: http//:www.emedicine.com.
Chobanian, et.al. 2004.The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. US
Departement of Health and Human Services, Boston.2560-2572
Chunfang Qiu, Michelle A. Williams, Wendy M. Leisenring, et.al. 2003. Family
History of Hypertension. North Seattle: American Heart Association. 408
Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinis Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.12-54
Depkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
HK.02.02/MENKES/068/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik
185–214.
Lampiran 3. Surat Ijin Melakukan Penelitian di RSUD Kota Tangerang dari RSUD Kota
Tangerang
10 23 230
Nifedipin Oral 30 470
30 8 240
2,5 mg/jam 3 7,5
Nicardipin Parenteral 90 37,5
5 mg/jam 1 5
25 mg/jam 1 25
Nimodipin Oral 300 60 6 360 360
Spironolactone Oral 75 25 18 450 450
Oral 40 43 1720
Furosemid Parenteral 40 10 mg/ml 138 1380 3100
Valsartan 240 80
0,476
Rumus:
lisinopril tablet 10 mg 3
47 Tn. A 76 pria 7 hari (27-02 mei) 150/100 mmHg 110/80 mmHg bisoprolol tablet 1,25 mg 5 Stroke Iskemik
bisoprolol tablet 2,5 mg 1
ramipril tablet 5 mg 4
48 Tn. S 65 pria 4 hari (15-18 170/110 mmHg 150/100 mmHg ramipril tablet 5 mg 3 stroke
april) amlodipin tablet 5 mg 2 hemoragik
49 Ny. T 95 wanita 14 hari (26-9mei) 170/80 mmHg 150/70 mmHg amlodipin tablet 10 mg 3 Stroke Iskemik
ramipril tablet 5 mg 3
50 Ny. R 50 wanita 8 hari (25-1juni) 180/100 mmHg 180/100 mmHg ramipril tablet 5 mg 7 stroke iskemik
ramipril tablet 2,5 mg 4
7 hari (09- Gagal Jantung
ramipril tablet 5 mg 4
51 Tn. A 30 pria 15april) 130/90 mmHg 110/60 mmHg Akut
spironolactone tablet 25 mg 5
stroke
67 Ny. A 52 wanita 2 hari (06-07 sep) 170/110 mmHg 250/140 mmHg captopril tablet 25 mg 1 hemoragic
12 hari (04-15 stroke iskemik
68 Ny. M 60 wanita sep) 160/100 mmHg 160/100 mmHg amlodipin tablet 5 mg 10
amlodipin tablet 10 mg 2
69 Ny. S 56 wanita 4 hari (28-31 okt) 160/80 mmHg 150/90 mmHg amlodipine tablet 5 mg 4 Hipertensi
stadium 1
irbesartan tablet 150 mg 1
lisinopril tablet 2,5 mg 5
70 Ny. M 42 wanita 6 hari (30-05 des) 150/100 mmHg 110/80 mmHg N STEMI
bisoprolol tablet 2,5 mg 4
bisoprolol tablet 5 mg 1
71 Tn. M 64 pria 6 hari (01-06 des) 160/100 mmHg 150/100 mmHg ramipril tablet 5 mg 7 N STEMI
72 Tn. R 58 pria 7 hari (24-30 nov) 210/110 mmHg 130/90 mmHg amlodipin tablet 10 mg 7 infark cerebral
73 Ny. D 47 wanita 1 hari (15-16 des) 150/100 mmHg 120/90 mmHg furosemid tablet 40 mg 1 DM tipe 2
Hipertensi
74 Ny. S 40 wanita 4 hari (26-29 mei) 170/80 mmHg 140/80 mmHg amlodipin tablet 10 mg 3 stadium 2
75 Tn. P 62 pria 5 hari (23-27 nov) 160/100 mmHg 130/90 mmHg ramipril tablet 5 mg 5 stroke iskemik