iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul :
“evaluasi Ketepatan Penggunaan Obat Pada Pasien Jantung Koroner di Instalasi rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi tenggara” guna
memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi
Farmasi di STIKES-MW Kendari.
Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa pula menghaturkan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Titi Saparina L, SKM., M.Kes selaku Pembimbing I
dan kepada Silviana Hasanuddin,S.Farm,.M.Farm.,Apt selaku Pembimbing II atas
semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikannya dalam membimbing,
mengarahkan, memberi saran maupun kritik sehingga hasil penelitian ini menjadi lebih
baik.
Tak lupa pula Penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
iv
7. Seluruh teman – teman khususnya Program Studi Farmasi yang telah memberikan
bantuan dan motivasi kepada Penulis hingga selesainya hasil penelitian ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................. ii
ABSTRAK .........................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................
.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
.................................................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................................
.................................................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................................
.................................................................................................................................4
E. Keaslian Penelitian .................................................................................................
.................................................................................................................................5
vi
D. Penggunaan obat rasional .......................................................................................
.................................................................................................................................17
E. Tinjauan Penyakit Jantung Koroner………………………………………………
.................................................................................................................................20
vii
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………………………....
.................................................................................................................................46
B. Hasil Penelitian……………………………………………………………………
.................................................................................................................................51
C. Pembahasan……………………………………………………………………….
.................................................................................................................................53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………………………………. .
.................................................................................................................................64
B. Saran……………………………………………………………………………... .
.................................................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
.............................................................................................................................................66
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
viii
Tabel Halaman
...........................................................................................................................5
26
ix
Tabel 13 Ketepatan Penggunaan Obat Pasein Janrung Koroner di RSUD Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara..............................................................................
...........................................................................................................................53
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
.............................................................................................................................................25
.............................................................................................................................................37
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dada (angina) atau stroke. Kondisi jantung lainnya yang mempengaruhi otot
jantung, katup atau ritme, juga dianggap bentuk penyakit jantung (American
jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Kondisi lebih parah kemampuan
jantung memompa darah akan hilang, sehingga sistem kontrol irama jantung
seluruh dunia. Setiap tahun diperkirakan 17,3 juta orang meninggal akibat
jantung dan 6,2 juta akibat stroke (WHO, 2013). Di Indonesia pada tahun 2012
1
Prevalensi tertinggi untuk penyakit kardiovaskuler di Indonesia adalah
penyakit jantung koroner paling banyak terjadi pada kelompok umur 65-74
tahun(3,6 %) diikuti kelompok umur 75 tahun keatas (3,2 %), kelompok umur
55-64 tahun (2,1%) dan kelompok umur 35-44 tahun (1,3 %) (Riskesdas, 2013).
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012, yaitu stroke, gagal jantung,
jumlah pasien rawat inap dengan diagnosis PJK bulan Januari-Desember 2018
sebanyak 97 orang.
obat merupakan suatu proses jaminan mutu yang terstruktur dan dilakukan
secara terus menerus untuk menjamin agar obat-obat yang digunakan tepat,
2
penyakit jantung koroner, pasien juga mengalami penyakit penyerta yang
penyakit jantung koroner dengan faktor resiko dan penyakit penyerta lain,
diberikan. Oleh karena itu, pemilihan jenis obat akan sangat menentukan
yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Banyaknya jenis obat
menyangkut pemilihan dan penggunaan obat secara benar dan aman (BPOM,
2000).
indikator yang ditetapkan oleh WHO tentunya dapat diketahui masalah yang ada
dalam proses pengobatan dilihat dari kesesuaian data evaluasi tersebut dengan
klinisnya dengan dosis dan jangka waktu yang memenuhi syarat serta harga
3
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi
tenggara”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
4
menjadi referensi baru dalam tatalaksana penggunaan obat-obat jantung
koroner.
2. Manfaat teoritis
terkhusus pada penulis sendiri agar dapat menambah wawasan tentang pola
E. Keaslian Penelitian
ini adalah:
.
1. Gabriella Evaluasi penggunaan obat Menggunakan Lokasi
N. pada pasien dengan metode yang penelitian
Taroreh penyakit jantung koroner di sama
(2017) instalasi rawat inap RSUP
Prof. DR. R. D Kandou
Manado
2. Harianto, Hubungan antara Menggunakan Analisa data
dkk kualifikasi dokter dengan metode yang
(2006) kerasionalan penulisan sama
resep obat oral
kardiovaskuler pasien
dewasa ditinjau dari sudut
interaksi obat
3. Sumrotul Pola penggunaan obat pada Menggunakan Lokasi
Chusna pasien penyakit Jantung metode yang Penelitian
(2015) Koroner Rawat inap di sama
5
Rumah Sakit “A” Kudus.
4. Dobi Evaluasi penggunaan obat Menggunakan Lokasi
Ridyan dislipidemia pada pasien metode yang Penelitian
(2016) jantung koroner di instalasi sama
rawat inap RSD Dr.
Soebandi Jember, tahun
2012 dan 2014.
5. Wijayanti, Evaluasi penggunaan obat Menggunakan Menggunaka
dkk pada pasien jantung metode yang n penyakit
(2016) koroner dengan komplikasi sama penyerta
hipertensi di instalasi
rawat inap RSD dr.
Soebandi Jember tahun
2014
6. Sry Evaluasi penggunaan obat Menggunakan Lokasi
Yuniarti pada kasus penyakit metode yang penelitian
(2010) jantung koroner usia lanjut sama
di instalasi rawat inap
RSUP DR. Sardjito
Yogakarta periode 2008.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menyediakan pelayanan gawat darurat, rawat inap, dan rawat jalan, serta
(Wahyudi, 2011).
profesional serta terorganisir. Selain itu, rumah sakit dapat diartikan sebagai
tempat orang sakit yang mencari dan menerima pelayanan kesehatan, untuk
meningkatkan kesehatan dan kesembuhan baik fisik, sosial, dan psikis pasien
yang dilakukan oleh dokter, apoteker, dan berbagai tenaga profesi kesehatan
7
3. Fungsi Rumah Sakit
kebutuhan medis.
8
2. Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan, terdiri dari 2 jenis:
non bedah, contoh: rumah sakit kanker maupun rumah sakit jantung.
a. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
b. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
9
c. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
Tenggara
Tenggara
bagi Medik (Dokter), dan Institusi Pendidikan lain serta tenaga kesehatan
lainnya.
atau strategi yang dilakukan agar rencana ini dapat terealisasikan dengan
10
sebutan “Perluasan Rumah Sakit Kendari” adalah milik Pemerintah
tahun 1999 tahun tanggal 8 Mei 1999. Kedudukan Rumah Sakit secara
11
Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat
Tenggara pindah lokasi dan berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum
Ekonomi dan Keuangan RI, Ir. H. Hatta Rajasa dan Gubernur Sulawesi
2012 pindah lokasi dari jalan Dr. Ratulangi No. 151 Kelurahan
kendaraan umum.
12
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum (RSU)
sebagai berikut:
kesehatan
pendidikan
kesejahteraan karyawan.
13
d. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas
dan Pola Tata Kelola Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi
14
B. Tinjauan tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen atau unit atau
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia,
2004).
Kegiatan pada instalasi ini terdiri dari pelayanan farmasi minimal yang
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat inap dan rawat jalan,
15
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
kesehatan.
16
dimana penderita tinggal mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari
kesehatan yang berlangsung lebih dari 24 jam. Secara khusus pelayanan rawat
kebutuhan klinis, dosis, waktu, dan biaya yang sesuai, penggunaan obat rasional
17
merupakan upaya intervensi untuk mencapai pengobatan yang efektif dan
1. Tepat Diagnosis
tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan
terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang
2. Tepat Indikasi
ditegakkan dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih harus yang
4. Tepat Dosis
dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang
18
5. Tepat cara pemberian
Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang seharusnya
tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi.
8. Tepat informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting
mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari
(misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat
yang harus diminum 3x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus
obat yang terbaik untuk penyakit tersebut, dosis yang tidak rasional yaitu
pemberian obat yang sebenarnya tidak perlu misalnya pemberian antibiotik pada
infeksi yang ditimbulkan oleh virus, sering kali dokter memberikan obat
19
berdasarkan gejala-gejala yang dikeluhkan penderita tanpa mempertimbangkan
ridak perlu, hal ini dikenal dengan istilah over prescribing atau disebut juga poli
pola peresepan, pelayanan yang diberikan bagi pasien, dan tersedianya fasilitas
pada ketepatan pemberian obat yang akan dikonsumsi oleh pasien. Faktor
pelayanan pasien berpengaruh pada ketepatan diagnosis dan terapi untuk pasien,
serta informasi yang harus diterima oleh pasien agar pasien mengerti akan tujuan
2009).
darah ke otot jantung. Jantung diberi oksigen dalam darah melalui arteri-
20
2. Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner
tetapi tidak merasakan ada sesuatu yang tidak enak atau tanda-tanda
b. Angina Pectoris
Angina pectoris terdiri dari dua tipe, yaitu Angina Pectoris Stabil
yang ditandai dengan keluhan nyeri dada yang khas, yaitu rasa tertekan
atau berat di dada yang menjalar ke lengan kiri dan Angina Pectoris
tidak Stabil yaitu serangan rasa sakit dapat timbul, baik pada saat
istirahat, waktu tidur, maupun aktivitas ringan. Lama sakit dada jauh
lebih lama dari sakit biasa. Frekuensi serangan juga lebih sering.
Infark miocard akut yaitu jaringan otot jantung yang mati karena
21
3. Etilogi Penyakit
otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak
sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian
(Hermawatirisa, 2014).
diabetes, kurang olahraga, genetik, stres, pil kontrasepsi oral dan gout
(Huon, 2002).
tidak dapat diubah. Namun ada berbagai faktor risiko yang justru dapat
diubah atau diperbaiki. Sangat jarang orang menyadari bahwa faktor risiko
PJK bisa lahir dari kebiasaaan hidup sehari-hari yang buruk misalnya pola
Dari faktor risiko tersebut ada yang dikenal dengan faktor risiko mayor
22
merokok, dan obesitas sedangkan faktor risiko minor meliputi DM, stress,
kurang olaraga, riwayat keluarga, usia dan seks. Menurut D.Wang (2005)
a. Obesitas
b. Riwayat Keluarga
d. Diabetes Melitus
e. Kolesterol
f. Merokok
laki. Beban faktor resiko penyakit kardiovaskular perempuan lebih besar dari
laki-laki adalah tingginya LDL, tingginya TG, dan kurangnya aktivitas fisik.
4. Patofisiologi Penyakit
darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga aliran darah
terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah (Al fajar, 2015).
23
dalam pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa
Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari PJK berupa serangan
24
5. Algoritma Penyakit Jantung Koroner
Evaluasi fungsi LV
EF < 40 EF ≥ 40
TES DIBERI
TEKANAN
Ikuti resep
obat
Gambar 1. Penaganan pasien dengan PJK dan reaksi setelah pemberian terapi
25
6. Penanganan
1. Terapi Farmakologi
a. Anti-iskemi
a) Nitrat
dan nyeri cepat menghilang (Dipiro, et al, 2015 dan Neal, 2006).
Onse
t
(min
Product ) Duration Initial Dose
Nitroglycerin
IV 12 3-5 min 5 mcg/min
Sublingual/chewab
le 25 12 2,5-5 mg 3 times daily
20-
Oral 40 46 5-20 mg 3 times daily
26
Isosorbide
monodinitrate 30- 20 mg once or twice
(ISDM) 60 6-8 h daily
depending on the
product
lintas pertama.
3. Efek samping
27
tinggi yang diberikan jangka panjang bisa menyebabkan
dari ujung ekstrasel ke dalam ruang intrasel dipacu oleh perbedaan kadar
28
Tabel 3. Dosis yang direkomendasikan dari golongan calcium
channal blocker (DFAK Depkes, 2006)
Dosis yang direkomendasikan
Nama Obat Dosis Lama Kerja
Diltiazem Lepas cepat: 30-120 mg 3х/hari Singkat
Verapamil Lepas lambat: 100-360 mg 1х/hari Lama
Lepas cepat: 40-160 mg 3х/hari Singkat
Lepas lambat: 120-480 mg ax/hari Lama
Antagonis kalsium lain belum pernah dilakukan uji dalam
konteks APTS/NSTEMI
Ket: Rekomendasi Dosis Golongan Antagonis Kalsium
lebih baik dari nitrat atau calcium channal blocker. Jika β-blcker
29
menurunakan denyut jantung istirahat sampai 50-60 denyut per
dilakukan selama 2 hari untuk memperkecil resiko reaksi penghentian tiba-tiba (Dipiro,
et al, 2015).
b. Antitrombotik
30
seterusnya. Dosis yang lebih tinggi lebih sering menyebabkan
c. Antikoagulan
31
proses hambatan antitrombin II terhadap trombin dan faktor Xa
(Neal, 2006).
2-3 hari untuk mencapai efek antikoagulan penuh. Oleh karena itu
32
bila dibutuhkan efek segera harus diberikan heparin sebagai
2015).
e. ACE Inhibitor
33
yang tidak diinginkan adalah batuk kering yang disebabkan karena
f. Antihiperlipidemia
dengan diet dan olahraga. Namun, bisa juga dengan bantuan obat
relatif efektif dan sedikit efek samping serta merupakan obat pilihan
kolesterol di hati dan hal ini akan menurunkan kadar LDL dan
34
Tabel 8. Obat golongan statin
2. Terapi Non-Farmakologi
1. Berhenti merokok
2. Berat badan
optimal.
sesuai).
35
7. Hipertensi target tekanan darah <130/80 mmHg
BAB III
A. Dasar Pemikiran
seluruh kematian, yakni sebesar 26,4 %, angka ini empat kali lebih tinggi dari
angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, kurang lebih
satu diantara empat orang yang meninggal di Indonesia diakibatkan oleh penyakit
hidup, dan penggunaan obat-obatan. Terapi farmakologi yang biasa digunakan pada
tertentu yang terdiri atas tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat
dosis, tepat cara pemberian, tepat lama pemberian, waspada terhadap efek samping,
36
B. Kerangka Konsep Penelitian
Pasien penyakit
jantung koroner
Analisis Data
Hasil
Keterangan :
37
: variabel yang diteliti
C. Variabel Penelitian
1. Variabel dependent
2. Variabel independent
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah tepat pemilihan
a. Definisi operasional
pertimbangan dari ketetapan kelas terapi, selain itu obat juga harus terbukti
b. Kriteria objektif
Tidak ada : Jika tidak ada obat jantung koroner yang digunakan
2. Tepat dosis
a. Definisi operasional
Dosis obat adalah takaran obat yang digunakan pada pasien terapi jantung
koroner.
38
b. Kriteria objektif
Tidak tepat : Dosis tidak sesuai dengan standar pengobatan jantung koroner
a. Definisi operasional
b. Kriteria objektif
Tidak tepat : Pasien menerima obat tidak sesuai dengan diagnosa penyakit.
E. Hipotesis Penelitian
2. Tepat dosis
39
H0 : Dosis obat jantung koroner yang diresepkan di Rumah Sakit Umum
PERKI.
PERKI.
40
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
menggambarkan suatu kejadian yang terjadi pada saat penelitian atau fakta,
fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi pada saat penelitian berlangsung
berusaha melihat peristiwa ke belakang dengan melihat data pasien tahun 2018 dari
rekam medik pasien penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Umum Daerah
a. Waktu Penelitian
b. Tempat Penelitian
41
Penelitian telah dilakukan di ruang rekam medik Rumah Sakit Umum
1. Populasi
populasi penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnosis PJK yang
sampel.
2. Sampel
sampel.
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
yang kurang dari 100, seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya
(Sugiyono, 2011).
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
42
a. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data terkait dengan
Tenggara.
2. Tahap pelaksanaan
dengan pelaksanaan data diambil dari unit laporan rekam medik untuk
E. Pengolahan Data
sebagai berikut:
43
F. Analisis Data
Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas yang meliputi tepat pemilihan obat,
tepat dosis, dan tepat interval waktu pemberian di sesuaikan dengan Depkes
n
% jenis kelamin = x 100%
sampel
Keterangan:
n = Jumlah pasien per kelompok jenis kelamin (laki-laki
dan perempuan)
Sampel = Jumlah total pasien
n
% umur = x 100%
sampel
Keterangan:
n = Jumlah pasien per kelompok umur
sampel = Jumlah total pasien
5. Jumlah dan presentase pasien berdasarkan kelompok penyakit penyerta:
n
% Penyakit penyerta = x
sampel
100%
44
Keterangan:
n = Jumlah pasien per kelompok penyakit penyerta
sampel = Jumlah total pasien.
6. Jumlah dan presentase kriteria tepat pemilihan obat:
n
% Tepat obat = x 100%
sampel
Keterangan:
n = Jumlah pasien yang menerima obat sesuai dengan
pedoman per jenis obat
sampel = Jumlah total pasien
7. Jumlah dan presentase kriteria tepat dosis:
n
% Tepat dosis = x 100%
sampel
Keterangan:
n = Jumlah dosis obat yang sesuai pedoman
sampel = Jumlah total pasien
n
% Tepat interval waktu pemberian= x 100%
sampel
Keterangan:
n = Jumlah interval waktu pemberian obat yang sesuai
pedoman
sampel = Jumlah total pasien
45
BAB V
yang baru ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum, dengan batas
No. 40 Baruga. Lokasi ini sangat strategis karena mudah dijangkau dengan
46
a. Sebelah Utara : Perumahan Penduduk
b. Lingkungan Fisik
RSU Bahteramas berdiri di atas tanah seluas 17,5 Ha. Luas seluruh
bangunan adalah 53,269 m2, Luas bangunan yang terealisasi sampai dengan
17 bangunan fisik, yang sampai saat ini masih terus menerus ditambah
bangunan adalah 22.577,38 m2, dan halaman parker seluas ± 1500 m2.
b. Prasarana
47
Prasarana rumah sakit antara lain terdiri dari:
1. Listrik dan PLN tersedia 2000 KVA dibantu dengan 2 unit genset (2
x 250 KVA).
di semua gedung
cair (IPAL).
48
tumor, poliklinik paru, poliklinik bedah plastik dan poliklinik bedah
digestive.
c.) Radiologi
e.) IKOS
h.) Gizi
i.) Binatu
k.) UTD
b.) IPSRS
49
e. Sumber Daya Manusia
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai kontrak yang terdiri dari tenaga
tenaga untuk tipe Rumah Sakit Umum Pendidikan Kelas B. Beberapa tenaga
dengan keterampilan tertentu masih sangat diperlukan pada saat ini, sehingga
50
4 SLTP 2
Total 757
Sumber: Profil RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Pasien
51
Tabel 11. Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur pada pasien
Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara
Jumlah Persentase
Umur
Pasien (n) (%)
17-25 1 1,23
26-35 0 0
36-45 5 6,17
46-55 29 35,80
56-65 30 37,04
>65 16 19,75
Total 81 100
(sumber: data rekam medik PJK di Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara)
kelompok umur 26-35 tidak ada penderita, kelompok umur 36-45 sebanyak
(35,80 %), kelompok umur 56-65 tahun sebanyak 30 penderita (37,04 %),
52
12 PJK + Infark Serebri 1 1,23
13 PJK + Syok Kardiogenik 1 1,23
14 PJK + Conselis Dietery 1 1,23
Total 81 100
(sumber: data rekam medik PJK di Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara)
PJK + Atrial Fibralasi, PJK + Melena, PJK + Abses Hepar, PJK + Infark
evaluasi menggunakan tiga kategori yaitu tepat pemilihan obat, tepat dosis
dan tepat interval waktu pemberian. Diperoleh hasil kategori tepat pemilihan
obat sebanyak 65 pasien (80,25%) dan tidak tepat pemilihan obat sebanyak
53
tidak tepat dosis sebanyak 3 pasien (3,70%), ketegori tepat interval waktu
C. Pembahasan
jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. Bila lemak makin
menumpuk, maka arteri akan makin menyempit, dan membuat aliran darah ke
penggunaan obat Jantung Koroner yang digunakan oleh pasien PJK di Rumah
Pangambilan data diambil dari unit laporan rekam medik untuk pasien PJK
catat dalam lembar dokumentasi yang meliputi, nomor rekam medik, umur, jenis
Daerah Bahteramas Prov. Sultra yang meliputi tepat pemilihan obat, tepat dosis,
54
1. Jenis Kelamin
pasien PJK laki-laki yang lebih tinggi dibanding dengan perempuan dalam
2006). Jumlah penderita laki-laki yang lebih tinggi dari perempuan terjadi
hormon estrogen yang tinggi dibandingkan dengan kaum pria. Meski peran
utama hormon tersebut adalah untuk kesuburan wanita dan untuk mengatur
siklus haid, tapi hormon ini juga berfungsi untuk melindungi pembuluh
darah.
jantung pun tak mudah terjadi. Namun, ketika seorang wanita sudah
55
mengalami menopause, estrogen turun drastis sehingga kadarnya menjadi
sangat rendah di dalam darah. Oleh karena itu, wanita yang sudah
jantung dan stroke. Merokok juga dapat merusak lapisan dalam pembuluh
2. Umur
remaja awal (12-16 tahun), remaja akhir (17-25 tahun) dewasa awal (26-35
tahun), dewasa akhir (36-45 tahun), lansia awal (46-55 tahun), lansia akhir
56
(37,04%). Hasil ini sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Gabriella N. Taroreh, dkk (2017) yaitu dari total 96 penderita pasien
jantung koroner yang paling banyak dirawat adalah kelompok umur 56-65
tahun sebanyak 40 penderita (41,67%). Hal ini sesuai dengan teori yang
fisiologik pada jantung dan pembuluh darah bahkan di seluruh organ tubuh
kolesterol total seiring dengan pertambahan usia baik pada pria maupun
bertambahnya usia. Kejadian PJK meningkat lima kali lipat pada usia 40-
60 tahun (Prise & Wilson, 2005), hal tersebut terbukti terjadi di RSUD
Kota Semarang, dimana pada rawat inap tahun 2010, kejadian PJK pada
usia 41-60 tahun sebesar 30 pasien. Pada tahun 2011, kejadian PJK pada
usia 18-40 tahun hanya satu pasien sementara pada usia 41-60 tahun 35
pasien, kemudian pada tahun 2012, kejadian PJK pada usia 18-40 tahun
usia, resiko terkena PJK semakin tinggi, dan pada umumnya dimulai pada
57
Kerentanan terhadap penyakit jantung koroner meningkat seiring
meningkat lima kali lipat. Hal ini terjadi akibat adanya pengendapan
3. Penyakit Penyerta
penyerta, yaitu adanya satu atau lebih kondisi medis yang berbeda pada
penelitian yang dilakukan oleh Chusna (2015) dan Wono (2005), dimana
kelompok penyakit ini terdiri dari Chronic Heart Failure (CHF), hipertensi,
CHF merupakan salah satu komplikasi dari PJK, hal ini terjadi karena pada
58
mengakibatkan penimbunan cairan pada beberapa bagian tubuh (Kurniadi,
2014).
mempertimbangkan kelas terapi dan jenis obat. Obat yang dipilih harus
yang timbul berupa sakit kepala dari penggunaan ISDN (J. Sains
Tekfar, 2013).
pada pasien Ny. SMS (63 tahun), Tn. AA (61 tahun) dengan penyakit
59
hemat kalium (spironolakton) dikombinasikan dengan diuretik kalium
Pada pasien dengan kenaikan tekanan darah pada usia lanjut (>65
(67 tahun), Tn. DM (74 tahun), Tn. SL (67 tahun), Tn. SRT (66 tahun)
Pada pasien Tn. MM (49 tahun) dan Tn. IGS (37 tahun),
60
pemberian dapat menyebabkan batuk keringyang disebabkan karena
Pada pasien Ny. MBK (58 tahun) dengan diagonsa PJK + abses
ketidaknormalan fungsi.
2. Tepat Dosis
yang sesuai standar terapi yang digunakan yaitu sebesar 96,30% dan
dosis obat PJK yang tidak sesuai standar terapi adalah 3,70%.
diterima pasien tidak tepat sesuai dengan literatur yang ada. Pasien Tn.
NZ (50 tahun) dan Ny. SHY (49 tahun) menerima simvastatin dengan
61
sakit, dengan sasaran terapi untuk mencapai kadar kolesterol LDL
<100 mg/dl.
yang lain yaitu atorvastatin dengan dosis 20 mg sehari sekali juga tidak
relatif efektif dan sedikit efek samping serta merupakan obat pilihan
kolesterol di hati dan hal ini akan menurunkan kadar LDL dan
dihasilkan lebih optimal. Semakin tepat dosis suatu obat PJK, maka
62
waktu pemberian obat. Dikatakan tepat lama pemberian apabila waktu
yang digunakan oleh pasien berada dalam kisaran terapi untuk pasien
dosis yang telah ditetapkan) yaitu pada pasien Tn. HB (65 tahun ) dan
itu pemberian obat pada pasien Tn. IMR (36 tahun) penggunaan obat
D. Keterbatasan
pengambilan data rekam medik hanya berdasarkan resep pengobatan, sehingga tidak
dapat melihat adanya pengaruh interaksi obat pada pasien setelah pengobatan PJK
diberikan.
63
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi
64
78 pasien (88,99%) tepat dosis dan terdapat 3 pasien (3,70%) tidak tepat
dosis.
B. Saran
pasien.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2008. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Rawat Inap di
2014].
HeartFailure/AboutHeartFailure/Classes-of_UCM_306328_Article.jsp.
66
Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: Alexmedia Komputindo.
Ami A. Pratiwi, Rano K. Sinuraya. Analisis Peresepan Obat Anak Usia 2–5 Tahun di
Sumedang: Indonesia.
BPOM. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan Pengawas Obat dan
Brown, C. T. 2006. Penyakit Aterosklerotik Koroner. dalam Price, S.A. dan Wilson,
Pendit, B.U., Hartanto, H., Wulansari, P., Susi, N. dan Mahanani, D.A.,
Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit
Dipiro.JT. 2009. Pharmacoterapy Handbook 7th edition. Mc Graw Hill: New York.
Dobi, Ridyan. 2016. Evaluasi Penggunaan Obat Dislipidemia pada pasien jantung
Koroner di Instalasi Rawat Inap RSD Dr. Soebandi Jember Tahun 2012 dan
Gabriella N.Taroreh, dkk. 2017. Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Jantung
67
Ghalenium. 2006. Living, alive Concern Live From Ghalenium. Ghatenium Phamasia
Laboratories: Jakarta.
Gray, Huon H, dkk. 2002. Lucture Notes : Kardiologi (Edisi Keempat). Erlangga
Herman S, dkk. 2015. Hubungan Faktor Risiko yang dapat Dimodifikasi dengan
Hermawati, Risa, Asri Candra Dewi. 2014. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: FMedia.
Yogyakarta.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Jakarta: Badan
Loho, Beni. 1998. Kepuasaan Pasien atau Keluarga Terhadap Penampilan Upaya
68
Naga, Sholeh, S. 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta:
Diva Press.
Ghalia Indonesia
Nuralita, Arida, & M. Noor Rochman Hadjam. 2002. Kecemasan Pasien Rawat Inap
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.
Patria Jati, Sutopo. 2009. Beberapa Konsep Dasar tentang Manajemen Rumah Sakit.
Jakarta.
Price, S.A., dan Wilson, L.M.. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses
Siregar, C. & Kumolosari, E. 2006. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. EGC:
Jakarta.
Siregar, C.J.P & Amalia, L. 2003. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan.
69
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta.
health/alternative-medicine/2122602-pemanfaatan-obat-tradisional/ (diakses
Sri, Yuniarti. 2010. Evaluasi Penggunaan Obat Pada Kasus Penyakit jantung Koroner
Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan
Jakarta.
Waradhika, R. 2007. Kajian Interaksi Obat Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 2005.
Wijayanti, dkk. 2016. Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Jantung Koroner
70
71
Lampiran Hasil Penelitian
n
Rumus = % Jenis Kelamin = X 100 %:
sampel
51
a. Jenis Kelamin Laki-Laki = X 100 %
81
= 62,96 %
30
b. Jenis Kelamin Perempuan = X 100 %
81
= 37,04 %
Jumlah Persentase
Umur
Pasien (n) (%)
17-25 1 1,23
26-35 0 0
36-45 5 6,17
46-55 29 35,80
56-65 30 37,04
>65 16 19,75
Total 81 100
n
Rumus : % umur = X 100 %:
sampel
1
a. Umur 17-25 = X 100 %
81
= 1,23 %
5
b. Umur 36-45 = X 100 %
81
= 6,17 %
29
c. Umur 46-55 = X 100 %
81
= 35,80 %
30
d. Umur 56-65 = X 100 %
81
= 37,04 %
16
e. Umur >65 = X 100 %
81
= 19,75 %
Jumlah Persentase
No Penyakit Penyerta
Pasien (n) (%)
1 Tanpa Penyakit Penyerta 7 8.64
2 PJK + CHF 32 39,51
3 PJK + HHD 20 24,69
4 PJK + CHF + HHD 12 14,81
5 PJK + CHF + PPOK 1 1,23
6 PJK + CHF + Bronkopneumonia 1 1,23
7 PJK + Hipertensi 1 1,23
8 PJK + Aortic Insuficiency 1 1,23
9 PJK + Atrial Fibralasi 1 1,23
10 PJK + Melena 1 1,23
11 PJK + Abses Hepar 1 1,23
12 PJK + Infark Serebri 1 1,23
13 PJK + Syok Kardiogenik 1 1,23
14 PJK + Conselis Dietery 1 1,23
Total 81 100
n
Rumus= % penyakit penyerta = X 100 %:
sampel
46
a. CHF = X 100 %
122
= 37,70 %
28
b. HHD = X 100 %
122
= 22,95 %
19
c. Hipertensi = X 100 %
122
= 15,57 %
13
d. Dyspepsia = X 100 %
122
=10,65 %
3
e. Asam Urat = X 100 %
122
= 2,45 %
2
f. Diabetes Mellitus = X 100 %
122
= 1,64 %
2
g. Hepatitis = X 100 %
122
= 1,64 %
1
h. Aortic Insufisiency = X 100 %
122
= 0,82 %
1
i. Melena = X 100 %
122
= 0,82 %
1
j. ISPA = X 100 %
122
= 0,82 %
1
k. Atrial Fibralasi = X 100 %
122
= 0,82 %
1
l. Infark Serebri = X 100 %
122
= 0,82 %
1
m. Syok Kardiogenik = X 100 %
122
= 0,82 %
1
n. Conselis Dietery = X 100 %
122
= 0,82 %
1
o. PPOK = X 100 %
122
= 0,82 %
68
= X 100 %
81
= 83,95 %
n
2. % Tidak tepat = X 100 %
sampel
13
= X 100 %
81
= 16,05 %
78
= X 100 %
81
= 96,30 %
n
2. % Tidak tepat = X 100 %
sampel
3
= X 100 %
81
= 3,70 %
78
= X 100 %
81
= 96,30 %
n
2. % Tidak tepat = X 100 %
sampel
3
= X 100 %
81
= 3,70 %