Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BERPIKIR SISTEM

OLEH:

1. YULI FEBRIYANA ( K201702044 )


2. ANDRI BUDI SETIA ( K201702050 )
3. ERMAYANI ( K201702040 )
4. ASGUNIR ( K201702062 )
5. ERWIN ( K201702059 )
6. KASLAN ( K201702038 )

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES MANDALA WALUYA

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Kepemimpinan dan
Berpikir Sistem Kesmas dengan judul “BERPIKIR SISTEM”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Kendari, 10 Juni 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berfikir sistem adalah suatu proses untuk memahami suatu fenomena dengan
tidak hanya memandang dari satu atau dua sisi tertentu. Dalam berfikir sistem ini, juga dapat
dilihat adanya satu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen seperti atasan, bawahan,
klega, dan pihak terkait lainnya. Masing-masing komponen ini memiliki kontribusi terhadap
tujuan sistem. Namun perlu disadari bahwa satu bagian komponen tidak akan dapat berdiri
sendiri dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini, interaksi, kerja sama, dan
komunikasi yang baik antarkomponen, antarpimpinan, bawahan, kolega, dan yang lainnya,
mutlak dibutuhkan.
Dilihat dari manfaat pemikiran sistemik, pemikiran sistemik sangat penting untuk
diterapkan dalam dunia kesehatan. Masukan (input) dalam pelayanan kesehatan adalah
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Dalam proses pelayanan kesehatan erat
kaitannya dengan pemerintah, sistem kesehatan, infrastruktur kesehatan, peratuaran dan
panduan, dan sebagainya. Hasil pelayanan kesehatan mencakup status kesehatan masyarakat
dan ketersediaan pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan berfikir?
2. Apakah yang di maksud system?
3. Apakah yang yang dimaksud berpikir system?
4. Apakah yang dimaksud bertanya untuk berpikir system?
5. Apakah yang dimaksud dengan identifikasi sitem?
6. Bagaimana system pemikiran dan pemodelan dalam kesmas?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami apa itu berfikir
2. Mengetahui dan memahami apa itu sistem
3. Mengetahui dan memahami apa itu berfikir sistem
4. Mengetahui dan memahami bagaimana bertanya untuk berpikir system
5. Mengetahui dan memahami apa itu identifikasi system
6. Mengetahui dan memahami bagaimana system pemikiran dan pemodelan dalam kesmas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Berpikir
1. Definisi Berpikir
Berpikir berbeda dengan melamun untuk satu hal penting: adanya tujuan. Tujuan itu bisa
berupa mencari akar permasalahan, memecahkan permasalahan, atau mengambil kesimpulan.
Berbagai macam tujuan ini bisa digabungkan menjadi satu menjadi tujuan sederhana yaitu
upaya untuk menjawab pertanyaan. Pencarian akar permasalahan merupakan jawaban atas:
"apa akar permasalahan?". Pemecahan masalah juga merupakan jawaban atas: "Bagaimana
memecahkan masalah ini?".
De Bono pernah menulis bahwa bertanya seperti membuat sebuah lubang di jalan yang
kita akan lewati. Untuk bisa melewati jalan tersebut, kita akan terdorong selalu untuk
mencoba menutup lubang tersebut. Ini berarti, bertanya memicu sebuah proses pembuatan
jawaban, yaitu berpikir. Jika dijabarkan prosesnya maka kualitas proses menjawab
pertanyaan ini bergantung kepada keahlian berpikir kita dan pengetahuan yang kita miliki.
Sebuah permasalahan dapat diterjemahkan sebagai sebuah pertanyaan yang harus dijawab
untuk memenuhi tujuan. Gambar ini dapat dibaca sebagai berpikir adalah proses menjawab
pertanyaan tertentu sebagai tujuan akhir dalam suatu kerangka cara pandang kita berdasarkan
kepada asumsi kita terhadap implikasi dan konsekuensi (dari hasil berfikir kita nantinya)
menggunakan data, fakta dan pengalaman untuk menyusun hubungan & pertimbangan
berdasarkan pengetahuan konsep dan teori yang kita miliki. Kemampuan super-komputer
otak kita membuat seluruh proses ini berjalan secepat kilat untuk menghasilkan jawaban,
bahkan lebih cepat dibandingkan anda membaca kalimat ini. Jawaban ini dilihat secara nyata
sebagai keputusan, pertimbangan atau pendapat yang akhir dikemukan baik secara lisan
maupun tulisan. Jika kita masukkan proses ini ke jalur lambat untuk kita amati, maka kita
bisa mengikuti prosesnya satu-persatu. Namun tetapi diingat bahwa pada kenyataannya
semuanya saling berkaitan sehingga proses iteratif akan terjadi dan berpindah-pindah secara
dinamis dari satu aspek ke aspek lainnya..
Proses pertama yang terjadi adalah penentuan kerangka pandang. Kerangka cara
pandang ini bisa berupa arah pandang, sudut pandang dan alat bantu memandang (seperti
kacamata yang memiliki berbagai model: kacamata khusus baca, olahraga, kerja lapangan,
bahkan menyelam ). Biasaya arah pandang pertama adalah sudut pandang kita sendiri,
berikutnya baru orang lain atau kelompok lain. Sebagai sebuah sudut, maka lebar derajat
sudut dalam sudut pandang tergantung dari apa yang anda ingin dan mampu melihat. Ingin
berarti seberapa besar informasi yang ingin anda pertimbangkan. Mampu tergantung dari
aspek lain seperti pengalaman, data dan fakta juga menentukan alat bantu pandang apa yang
ingin anda gunakan. Contoh sederhananya adalah alat pandang 5W+1H (What, Where, Why,
Who, When dan How), yang dapat membantu kita untuk memandang permasalahan. Ada lagi
alat seperti SWOT, Plus Minus dsb.
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep
(Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide
dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian
informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian.
“Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa
yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar
psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas.
Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca
koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa
dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh
yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga
melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri
pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian
mempunyai wawasan tentang obyek tersebut. Berpikir juga berarti berjerih-payah secara
mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang
sedang dihadapi.
Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang,
menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah
atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang
ada, membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang
ada, menimbang, dan memutuskan. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi
secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang
atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol disimpan
dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa
peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117).
Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir
adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya
masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana
representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang
komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan
masalah.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu
(1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat
diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa
manipulasi pengetahuan dalam system kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan
perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.
Biasanya kegiatan berpikir dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk
dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan.
Charles S. Pierce mengemukakan bahwa bahwa dalam berpikir ada dinamika gerak dari
adanya gangguan suatu keraguan (irritation of doubt) atas kepercayaan atau keyakinan yang
selama ini dipegang, lalu terangsang untuk melakukan penyelidikan (inquiry) kemudian
diakhiri dengan pencapaian suatu keyakinan baru.
2. Konsep Berpikir dalam al-Qur’an
Manusia lahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Tapi manusia dibekali
dengan perantara (wasilah) untuk mencari ilmu dan ma’rifah yaitu dengan akal (‘aql),
pendengaran (sam’), dan penglihatan (bashar). Semua perantara tersebut diberikan kepada
manusia dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran (haqq) dan menjadikannya dalil atas
argumennya dalam berpikir. Adapun kebenaran yang dipahami dapat berfungsi sebagai alat
untuk mengontrol diri supaya tidak terjerumus dalam kesesatan (bathil). Dan untuk
mengetahui kebenaran kebenaran tersebut diperlukan cara berpikir yang benar pula
(tafakkur).
Apabila cara berpikirnya salah maka objek dan hasil yang dipahaminya pun akan
menjadi salah. Maka berikut ini akan dibahas mengenai konsep berpikir dalam al-Qur’an
sebagai aktifitas yang mampu mengantarkan manusia kepada keimanan dan kesesatan.
a. Al-Tadhakkur
Menurut Muhammad Ismail (2014) Konsep berpikir dalam Islam memiliki makna
yang sangat mendalam. Artinya aktifitas berpikir mengandung dua konsekwensi yang saling
bertolak belakang. Meskipun Allah menyeru hamba-Nya berulang kali untuk mengambil
jalan yang benar dengan menunjukkan kepada manusia tanda-tanda (ayat), namun apabila
manusia tidak mampu memahami maknanya seperti orang-orang kafir yang tuli, buta dan
tidak memahami, (Q. S. Al-Baqarah : 171), maka ayat atau tanda-tanda tersebut tidak ada
gunanya. Suatu ayat baru akan menunjukkan pengaruh positifnya ketika manusia mampu
memahami maknanya secara mendalam. Di sinilah peran sisi kemanusiaan yang sangat
penting dalam memahami makna ayat tersebut yaitu berpikir (tadhakkur).
Menurut al-Qur’an, organ utama berpikir dalam memahami ayat adalah hati (al-qabl,
al-lubb, al-fu’ad), sedangkan aktifitas berpikir hanyalah bentuk manifestasi dari fungsi kerja
hati tersebut. Hati adalah organ yang mampu memahami makna ayat Allah, sehingga apabila
organ tersebut terkunci, tertutup dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka
manusia tidak akan dapat memahami ayat-ayat yang ada (Q. S. al-Taubah : 87). Jadi, melalui
konsep Tadhakkur ini jelas bahwa aktifitas berpikir yang diproses dengan hati secara benar
dapat menunjukkan manusia ke jalan kebenaran, begitu pula sebaliknya.
b. Al-Tafakkur
Istilah al-tafakkur berasal dari kata fakara yang berarti kekuatan atau daya yang
mengantarkan kepada ilmu. (al-Ashfahani, t.th: 496). Dengan kata lain bahwa tafakkur adalah
proses menggunakan daya akal (‘aql) untuk menemukan ilmu pengetahuan.
Ini menunjukkan bahwa konsep berpikir memiliki makna relasional (relational
concept) dengan konsep dasar lainnya dalam al-Qur’an. Konsep berpikir dalam al-Qur’an
tidak berdiri sendiri. Ia selalu terikat dengan konsep utama lainnya seperti konsep Allah, alam
(al-‘alam), dunia (al-dunya), akhirat (al-akhirah), tanda (al-ayah), hati (al-qalb), akal (al-
‘aql), hikmah (al-hikmah), kehidupan (al-hayah), dan kematian (al-maut). Jadi, untuk
memahami konsep berpikir (tafakkur) dalam al- Qur’an hendaknya tidak memisahkannya
dengan medan semantiknya tersebut yang telah diterangkan Allah Swt. dalam al-Qur’an
(huda). Maka, tidak berlebihan apabila Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah berkesimpulan bahwa
kebebasan berpikir berarti menjauhkan diri dari sifat taqlid yang mampu mencelakakan
dirinya. (Al-Adzim, 1967: 103- 104). Artinya seseorang yang membebaskan pikirannya
berarti kembali kepada agama Allah Swt. Sebab, dengan mengimani dan melaksanakan
segala apa yang disyariatkan oleh Allah Swt. (at-ta’abbud) melalui al- Qur’an, secara tidak
langsung telah menghindarkan diri dari kejumudan berpikir.(Muhammad Ismail, 2014)
c. Al-Tadabbur(Muahmm
Tadabbur merupakan istilah yang datang dari bahasa Arab. Istilah tadabbur
merupakan bentuk derivasi dari kata dasar dabara yang artinya melihat apa yang terjadi di
balik suatu masalah. Selain itu, kata tersebut juga memiliki makna leksikal “menyuruh (al-
amr), memerintah (walla)”. Dari kata dasar dabara juga menurunkan istilah lain yaitu
altadbir yang berarti memikirkan (al-tafkir) apa yang ada di balik sesuatu. Jadi, proses
berpikir dalam konteks tadabbur berarti memahami (tafakkur) dengan hati tentang makna-
makna yang disampaikan oleh Allah Swt. melalui tanda-tanda kekuasaannya baik yang telah
ditulis dalam al-Qur’an maupun yang tidak ditulis (tersirat) dengan tujuan untuk mengungkap
dan memahami makna baru dari ilmu-ilmu Allah Swt.
d. Al-Ta’aqqul
Kata ta’aqqul ditinjau dari segi kebahasaan memiliki beberapa makna. Secara leksikal
kata ta’aqqul berasal dari kata dasar ‘aqala yang memiliki makna berpikir. Kata ‘aqala
dalam bentuk kata kerja (fi’l) berarti habasa yang berarti mengikat atau menawan. Orang
yang menggunakan akalnya disebut dengan ‘aqil atau orang yang dapat mengikat dan
menahan hawa nafsunya (Ibn Mandhur, 1119: 3046)
Jadi, dalam konsep berpikir dengan hati, manusia tidak bisa memisahkan semua
dimensi hati. Dan dimensi hati yang paling dalam ialah lubb sebagai sumber ketauhidan dan
ilmu Allah Swt. Artinya, manusia yang berpikir akan ilmu Allah seharusnya mampu
mengarahkan kepada penghambaan (‘ubudiyyah) yang total. Bukan hanya semata
mengarahkan kepada keberIslaman atau keberimanan semata. Lebih mendasar daripada itu,
aktifitas berpikir hendaknya mampu memahamkan seseorang kepada makna pentauhidan
Allah Swt. melalui petunjuk-Nya (al-huda).

B. Sistem
1. Definisi Sistem
Sebelum kita menuju ke penjelasan tentang berfikir sistem, maka kita perlu terlebih
dahulu mendefinisikan secara operasional dari kata-kata yang sering akan kita jumpai ketika
berbicara tentang berfikir sistem, yaitu Sistem, Sistematis, Sistemik
Sistem adalah sebuah obyek analisa yang memiliki komponen/bagian yang saling
berinteraksi dalam suatu aturan-aturan tertentu untuk mencapai sebuah tujuan. Sistem
sebenarnya adalah sebuah kelompok yang ketika bekerja seperti seharusnya akan memiliki
ciri sistem yang berbeda dari ciri-ciri komponen-komponen pembentuknya. Tidak semua
kelompok adalah sistem, terutama jika tidak ada ciri khas yang baru muncul ketika kelompok
bekerja (emergent properties).
Contoh Sistem.
 Mobil adalah sebuah sistem yang terdiri atas setir, roda, mesin, dstnya .

Setir, roda dan mesin berinteraksi dan berintegrasi sehingga mobil menjadi sebuah
alat transportasi

 Manusia, adalah sebuah sistem yang terdiri atas banyak sub-sistem

Tabel 3.1 Perbedaan antara Struktur Sistemik dan Non -Sistemik (Kelompok)
Struktur Sistemik Non -Sistemik (Kelompok)
Komponen yang terinterkoneksi dan Komponen yang berkumpul
berfungsi secara keseluruhan
Akan berubah jika diambil satu atau Tidak ada perubahan jika
lebih komponennya, atau bahkan diambil satu atau lebih
tidak berfungsi sama sekali secara komponennya dan tetap
keseluruhan berfungsi
Pola interaksi sangat penting Pola interaksi tidak penting
Komponen saling terkoneksi dan Komponen bisa bekerja sendiri-
bekerja bersama-sama sendiri
Struktur menentukan performa, Struktur tidak ada, jika ada
sehingga jika ingin mengubah maka akan tergantung jumlah
performa bisa dengan mengubah komponen dan besar dari
struktur kumpulan tersebut

Sistemik (systemic) : suatu ciri-ciri atau perilaku yang muncul dari sebuah sistem
ketika sistem bekerja (tetapi ciri-ciri ini bukan berupa ciri-ciri dari komponennya atau
kumpulan komponennya)
Manusia memiliki perilaku yang sistemik seperti marah, cemburu dan bahagia yang
kalau dilihat dari tidak terdapat pada komponennya: jantung, paru-paru dan ginjal. Perilaku
sistemik akan memberikan gambaran kepada kita tentang interelasi antar komponen dan
tujuan sesungguhnya dari sebuah sistem (pada suatu waktu).ties) sistematis (systematic) :
adalah sebuah karakteristik keteraturan dan perencanaan yang baik. artinya sebuah kegiatan
dikatakan sistematis apabila jelas urutas pekerjaannya dan direncanakan berdasarkan urutan
tersebut. Sistematis ternyata memiliki arti yang berbeda dari sistemik. tidak semua hal yang
sistematis akan menghasilkan suatu hal yang sistemik.
Bagaimana dengan berfikir sistem, apakah sebaiknya menjadi berfikir sistematis atau
berfikir sistemik? tentunya secara definisi yang akan terdekat dengan inti dari berfikir sistem
sendiri adalah berfikir sistemik, tetapi karena secara luas lebih dikenal konsep systems
thinking dan bukan systemic thinking, maka kita menggunakan istilah berfikir sistem.
Suatu sistem adalah suatu entitas yang merangkai sejumlah komponen yang
membentuk kesatuan yang koheren dan bertindak bersama untuk suatu tujuan yang sama.
Konsep sistem sebagai cara baru pemikiran ilmiah atau paradigma yang bertentangan dengan
Paradigma mekanik tradisional atau sikap rekayasa dikaitkan dengan ahli biologi (Ludwig
von Bertalanffy).
Di dalam buku "Teori Sistem Umum" (von Bertalanffy, 1968) ia menekankan dua
batasan utama yang selama ini dominan ide mekanistik dari rantai sebab-akibat yang dapat
dipisahkan: Pertama, analisis elemen sistem sebagai entitas independen yang lalai interaksi
antar elemen. Kedua, asumsi bahwa suatu sistem dapat dijelaskan melalui pemahaman dan
menambahkan bagian-bagiannya hanya berlaku jika perilaku linier dari elemen diasumsikan
(von Bertalanffy, 1968).
Von Bertalanffy mengkritik bahwa sistem yang memikirkan bagaimana sistem itu
berevolusi hingga tanggal itu berisiko hanya berkembang ke dalam disiplin mekanistik lain.
(Loretta Von Der Tann Dkk, 2016).

2. Sistem Berbeda Dengan Kelompok Karena Strukturnya


Keberadaan interaksi antar komponen merupakan pembeda dari kelompok dan sistem. Ini
menunjukkan bahwa sistem pasti memiliki sebuah struktur interaksi yang bisa saja terlihat
secara fisik maupun tidak terlihat. Berdasarkan ciri-ciri struktur sistem, maka sistem bisa
memiliki berbagai macam tipe, yang mencakup:

a. Sistem Fisik dan Sistem Non-Fisik


Sistem Fisik adalah sistem yang bisa diidentifikasikan oleh panca indera kita,
contohnya seperti tubuh, TV, mobil. Sedangkan sistem Non-Fisik adalah sistem yang tidak
bisa diidentifikasikan oleh panca indera namun mampu mempengaruhi sistem lain nya,
seperti peratudan. klub, norma, dan kepercayaan.
b. Sistem Terbuka dan Sistem Tertutup
Sistem terbuka adalah berarti memiliki interaksi dengan komponen diluar batasannya,
sedangkan tertutup berarti tidak berinteraksi dengan lingkungannya. Sebuah system tertutup
akan memiliki sifat entropi yang bisa berujung kepada kemusnahan
c. Sistem Detail dan Dinamis
Tipe sistem ini berbasis kepada sumber kompleksitas yang terjadi, sebuah sistem
kompleks detail berarti memiliki komponen yang banyak dan saling terkoneksi secara
sederhana (puzzle, pesawat). Kompleksitas terjadi akibat koneksi sederhana namun sangat
banyak.
Sedangkan sistem kompleks dinamis timbul bukan akibat komponennya yang banyak
tetapi karena kompleksitas hubungannya yang berankea raga. Mirip seperti permainan catur
yang tidak memiliki komponen yang banyak namun aturan permainannya yang berarti aturan
interaksi bisa menimbulkan kondisi yang berbeda-beda dan banyak sekali.
d. Sistem Diskrit dan Kontinu
Sistem diskrit adalah ketika dalam sistem tersebut perubahan yang terjadi cukup atau
hanya bisa dilihat dalam suatu selang waktu atau selang unit tertentu, seperti pada sistem
pabrik atau sistem manufaktur. Di sebuah pabrik kaos satuan unit adalah kaos, bukan
setengah kaos atau seperempat kaos. Sebuah sistem kontinu memiliki perubahan yang perlu
dilihat secara terus menerus seperti sistem kebijakan, pengaruh iklim dan lainnya. Kata-kata
yang digaris bawahi adalah jenis sistem permasalahan yang sering dihadapi dalam berpikir
sistem.

C. Berpikir Sistem
Jika digabungkan pemahaman dari definisi berpikir, proses berpikir, pola berpikir dan
definisi dari sistem, maka berpikir sistem didefinisikan sebagai,
Keahlian berpikir untuk melihat struktur umpan-balik sebab-akibat pada elemen-
elemen sistem permasalahan dalam berbagai dimensi kontekstual yang bisa mengubah ciri
holistik dari sistem ... ... dengan sebuah proses yang iteratif dan interaktif untuk membangun,
memodifikasi dan meningkatkan kualitas struktur internal pikiran (model mental) ...melalui
serangkaian pertanyaan dialogis reflektif yang berbasis pada ciri-ciri sistem sebagai alat
bantunya .
Berbasis pada definisi diatas maka beberapa kalimat kunci yang dapat dijelaskan
secara singkat berikut,
a) Keahlian berpikir untuk melihat struktur umpan-balik sebab-akibat pada elemen-elemen
sistem permasalahan ...
Keahlian berpikir memberikan pemahaman bahwa berpikir menjadi sebuah keahlian yang
bisa dilatih sehingga tidak ada alasan untuk tidak bisa mengubahnya. Sebagai sebuah
keahlian maka diperlukan jumlah latihan yang cukup untuk membuatnya menjadi sebuah
kebiasaan yang kita otomatis lakukan setiap kali memandang sebuah permasalahan.
Struktur umpan-balik sebab-akibat memberikan pemahaman bahwa berpikir system
memang berfokus untuk mendapatkan tidak hanya kejadian dan pola perilaku, namun struktur
yang mendasari pola dan kejadian tersebut. Struktur ini merupakan sebuah struktur umpan-
balik yang bukan umpan-balik biasa, namun umpan-balik sebab-akibat yang seringkali
walupun sederhana bisa mengakibatkan kompleksitas luar biasa pada system
permasalahannya.
Struktur pada elemen-lemen sistem juga mengisyaratkan bahwa berpikir sistem lebih
tertarik untuk menggunakan pandangan endogen (endogeneous views) dalam analisanya,
yaitu ketika pencarian dilakukan pada perubahan yang bukan karena adanya rangsangan
terus-menerus dari luar sistem, namun akibat struktur sistem tersebut sendiri. Ini berarti
secara individu merupakan apresiasi tentang apa yang kita lakukan akam mempengaruhi dan
membentuk realitas kita sendiri. Dalam klasifikasi ciri sistem maka ciri yang dicari adalah
ciri interkoneksi melingk
b) dalam berbagai dimensi kontekstual yang bisa mengubah ciri holistik dari sistem ...
Struktur umpan balik yang ingin dipahami harus dipahami dalam konteksnya dengan
tetap tidak terjebak pada aspek detail saja namun juga memperhatikan aspek umum yang
berkembang dari interaksi dari aspek detail. Penjelasan ini secara tidak langsung meminta
kita untuk mendefinisikan masalah secara baik. Sehingga dalam klasifikasi ciri sistem maka
hal ini adalah aksi holistik, multi dimensi, tujuan dan batasan. Aksi holistik menunjukkan
c) dengan sebuah proses yang iteratif dan interaktif ...
Salah satu konsekuensi logis dari pencarian struktur, konteks dan pendekatan holistic
adalah sebuah proses yang tidak linear. Proses yang tidak linear dapat memiliki titik awal
dimana saja, kembali kemana saja, maju kemana saja dan titik akhir dimana saja namun wajib
untuk menyentuh semua titik. Iteratif berarti disarankan proses ini dilakukan berulang-ulang
seiring dengan bertambahnya informasi yang kita miliki ketika kita sedang mengeksplorasi
sebuah titik. Jawaban sebuah pertanyaan biasanya menimbulkan sejumlah pertanyaan baru
yang perlu kita jawab. Proses iteratif ini menjamin bahwa kita secara dinamis memperbesar
dan memperkecil dimensi pemikiran kita.
d) untuk membangun, memodifikasi dan meningkatkan kualitas struktur internal pikiran (model
mental) ...
Tujuan proses berpikir sistem adalah untuk menyiapkan diri kita ketika kita menghadapi
permasalahan yang kompleks dengan baik dan lebih baik. Hal ini bisa dilakukan dengan
membangun dengan baik pula sebuah mental model baru ketika kita menghadapi masalah
yang baru. Masalah yang sama bisa kita selesaikan dengan lebih baik dengan memodifikasi
dan meningkatkan kualitas mental model lama kita.
e) melalui serangkaian pertanyaan dialogis reflektif yang berbasis pada ciri-ciri system sebagai
alat bantunya .
Jika berpikir adalah mencari jawaban atas pertanyaan ke diri sendiri maka untuk berpikir
sistem perlu rangkaian pertanyaan yang berbasis kepada ciri-ciri system.
Jawaban-jawaban terhadap serangkaian pertanyaan inilah yang membuat kita mampu
memahami permasalahan secara sistemik.
Istilah “berpikir sistem” dipopulerkan dalam buku 5th Discipline oleh Peter Senge di awal
tahun 1990an. Buku ini membahas bahwa untuk menjawab tantangan kompleksitas dunia di
masa akan datang, organisasi perlu membangun 5 kedisiplinan utama: keahlian personal, visi
bersama, belajar secara kelompok, model mental dan berpikir sistem.
Judul Disiplin ke-5 menunjukkan bahwa disiplin terakhir adalah yang terpenting yaitu
disiplin untuk berpikir sistem. Didalam buku ini Senge berargumen pentingnya bagi individu
dalam organisasi untuk melakukan metanoia (shift of mind – perubahan pemikiran) melalui
penciptaan kembali diri kita melalui belajar tanpa henti dalam kerangka sistem (Senge 1990).
Pemilihan kata disiplin oleh Peter Senge memiliki makna kebiasaan. Dalam pengantar
berpikir di bagian sebelumnya, telah dijelaskan bahwa kita sering sekali bereaksi otomatis
terhadap suatu kondisi yang sama atau yang kita asumsikan sama. Kata lain dari proses
otomatis ini adalah kebiasaan (habit). Ketika kita sudah terbiasa dengan sesuatu, maka
sesuatu yang sama dan mirip akan memulai sebuah reaksi otomatis berupa pikiran, emosi dan
tindakan yang biasa kita lakukan. Sehingga dibutuhkan disiplin untuk mengubahnya. Konsep
5-disiplin ini juga membuka pentingnya konsep organisasi pembelajar (learning
organization). Ketika sebuah manusia dipandang sebagai sebuah sistem juga harus secara
aktif beradaptasi terhadap perubahan, maka ternyata organisasi juga sama. Organisasi bisa
dipandang sebagai sebuah sistem yang harus beradaptasi dengan perubahan yang bisa sangat
kompetitif. Tentunya organisasi secara nyata bukanlah makhluk hidup yang memiliki
kemampuan untuk belajar, hanya manusia didalamnya yang mampu belajar. Jadi yang
dimaksud dengan organisasi pembelajar adalah organisasi yang mendorong manusia
didalamnya untuk saling berinteraksi untuk belajar secara kolektif. Dorongan ini bisa berupa
insentif, peraturan, prosedur, struktur organisasi, dan yang terpenting adalah budaya
organisasi.
Konsep memandang organisasi sebagai sebuah sistem yang perlu belajar menjadi popular
sehingga memiliki kelompok pemerhati yang tergabung dalam Society for Organization
Learning (SOL - http://www.solonline.org). Pada perjalanan konsep 5th Discipline
dikembangkan menjadi Living Organization oleh Arie de Geus (Geus 1997), U-Theory oleh
Otto Scharmer (Scharmer 2009), dan isu-isu berkelanjutan yang memang membutuhkan
pemahaman secara sistem (Senge 2010).
Menurut Marquardt dikutip dalam winarno (2014) Sistem berpikir, yakni kerangka
konseptual seseorang yang digunakan untuk membuat pola yang lebih jelas, dan untuk
membantunya melihat bagaimana mengubah mereka secara efektif.
Dapat diumpamakan sebagai sebuah kondisi iklim, dimana pada saat akan terjadi hujan
deras akan selalu diawali oleh tiupan angina yang cukup kencang dan awan gelap di langit
serta daun-daun yang berguguran tertiup angina. Dapat dikatakan sebuah system yang
berkerja saling terkait satu sama lain. Cara pandang untuk menggambarkan dan memahami
kekuatan dan hubungan yang menentukan perilaku dari suatu sistem.
Suatu pandangan cemerlang adalah cara dimana ia menempatkan teori sistem untuk
bekerja. Berpikir sistemik adalah landasan konseptual (The Fifth Discipline) dari
pendekatannya. Ini merupakan disiplin yang mengintegrasikan orang lain, menggabungkan
mereka menjadi suatu tubuh yang koheren antara teori dan praktek. Kemampuan sistem teori
untuk memahami dan mengatasi keseluruhan, dan untuk memeriksa keterkaitan antara
bagian-bagian yang menyediakan, baik insentif dan sarana untuk mengintegrasikan disiplin
ilmu. Senge berpendapat bahwa salah satu masalah utama yang banyak ditulis dan dilakukan
atas nama manajemen adalah bahwa kerangka kerja yang agak sederhana diterapkan untuk
sebuah sistem yang kompleks. Orang cenderung untuk berfokus pada bagian parsial daripada
melihat keseluruhan dan gagal untuk melihat organisasi sebagai proses dinamis. Dengan
demikian argumen tidak berjalan, apresiasi yang lebih baik dari sistem akan tidak mengarah
pada tindakan yang lebih tepat. (Keniten dkk, 2016)
Menurut Tobing dan Fitriati 2019 indikator penilaian berpikir system
1) Keberhasilan satu unit kerja mempengaruhi unit kerja lain
2) Suatu unit kerja tidak dapat berhasil tanpa dukungan unit kerja lain
3) Dampak yang akan terjadi sebelum melakukan sesuatu
4) Mengetahui penyebab timbulnya masalah dalam pekerjaan
5) Mampu memilah-milah masalah yang timbul dalam unit kerja
6) Mengetahui adanya hubungan antara masalah yang dihadapi diri sendiri dengan masalah
yang dihadapi rekan sekerja menyadari masalah yang ditimbulkan satu unit kerja dipengaruhi
oleh unit kerja lain
7) Menggunakan reaksi orang lain untuk memperbaiki tindakan sendiri
8) Mampu menggambarkan hubungan antara masalah unit kerja sendiri dengan unit kerja lain
D. Bertanya Untuk Berpikir Sistem
Berpikir sistem berarti adalah serangkaian pertanyaan untuk mengeluarkan ciri sistem
dari permasalahan yang dihadapi. Kelompok Pertanyaan-pertanyaan ini tentunya berdasarkan
ciriciri sistem, karena ciri-ciri inilah yang kita butuhkan untuk mendapatkan gambaran
sistemik. Jika mengacu kembali pada definisi sistem yang telah didiskusikan sebelumnya
pada bagian 3.2 maka ada 5 kelompok pertanyaan untuk berpikir sistem berdasarkan cirinya.
1. Ciri 1: Sebuah sistem pasti memiliki tujuan
Apakah tujuan sistem yang sedang anda amati? Apakah ada perubahan dari tujuan sistem saat
ini dengan sebelumnya? bagaimana pada masa yang akan datang, apakah akan berubah?
Apa tujuan sebuah sistem yang sempurna/ideal menurut kita.
Apakah ada perbedaan tujuan sistem pada komponen-komponennya (termasuk perbedaan
interpretasi)? Apakah ada tujuan yang bertentangan? Paralel? Atau Seri (satu per satu
bertahap)
2. Ciri 2: Sebuah sistem pasti memiliki variabel-variabel (sub-sistem) yang membangun
sistem tersebut melalui sebuah mekanisme keterkaitan tertentu.
Apa saja variabel dalam sistem yang berubah-ubah? Bagaimana korelasi dari
variabelvariabel?
Apakah ada struktur input-proses-output-umpan-balik?
Apakah perubahan perilaku sistem berhubungan dengan perubahan salah satu atau beberapa
variabel tertentu? Apakah ada komponen yang tidak bekerja sebagaimana mestinya? Apakah
ada interaksi yang tidak bekerja seharusnya? Apakah ada elemen yang menghalangi
terjadinya interaksi?
3. Ciri 3: Sebuah sistem memiliki ciri-ciri menyeluruh yang berbeda dengan ciri-ciri
kumpulan komponennya.
Apa yang kita inginkan dari sistem (ideal sistem)? Bagaimana ciri-ciri sebuah system yang
ideal? Apakah ciri-ciri ini ada didalam sistem saat ini? Jika tidak, mengapa ciri-ciri itu tidak
bisa dipenuhi?
Bagaimana perilaku sistem saat ini, berbedakah dengan perilaku sebuah sistem yang ideal?
4. Ciri 4: Sebuah sistem selalu dalam keadaan terbuka.
Dimanakah batas sistem dengan lingkungannya yang ingin kita analisa? Bisakah kita
menemukan struktur Input-Proses-Output? Bagaimana bentuk batas ini dan interaksi antara
sistem dan lingkungannya?
Apakah batasan sistem jelas? Mana yang internal sistem dan eksternal sistem?
Bagaimana “gesekan” atau interface antara internal dan eksternal? (lancarkah, butuh
penterjemahkan, ada delay kah dsb) Apakah ada norma/kebiasaan/aturan yang
menjaga/menginduksi interaksi,
5. Ciri 5: Sebuah sistem selalu berada dalam kondisi multi-dimensi:
Dimensi Waktu: bagaimana perilaku sistem sebelumnya dan prediksi perilaku yang pada
masa yang akan datang (expanding time horizon). Seberapa jauh ke depan dan ke belakang
ruang waktu analisa anda? Sudahkah anda melepaskan diri dari masalah masa kini yang akan
terasa lebih berat bobotnya dari masa depan? Apakah anda bisa melihat dalan kurun waktu
bukan dalam setiap kejadian saja?
Dimensi Ruang Geografis: bagaimana sistem berinteraksi dalam ruangan fisiknya dan
terhadap ruang fisiknya yang lain. Seberapa luas cakupan area analisa anda? Apakah masalah
anda disebabkan oleh penyebab pada tempat lain?
Dimensi Perspektif: Seberapa luas ruang lingkup aktor yang terlibat dalam permasalahan ini?
bagaimana perspektif dari berbagai macam aktor yang terlibat didalamnya? Perspektif siapa
yang mendominasi dalam penterjemahan masalah?
Bagaimana perspektif anda sendiri?
Dimensi Ruang Lingkup Sistem: berhubungan dengan ciri ke 4 diatas yaitu batas antara
sistem dan lingkungannya. Dalam sebuah pabrik manufaktur misalnya apakah yang dibahas
hanya produk, atau diperluas ke alat produksi produk, atau diperluas lagi ke lingkungan kerja
alat produk, atau ke desain lantai pabrik keseluruhan atau bahkan hingga strategi dan
organisasi pabrik secara keseluruhan.
Dimensi Ciri Berpikir Sistem: Jika kita mengubah salah satu dimensi ciri berpikir system
(tujuan, keterkaitan, batasan) apakah sistem akan berubah secara holistik pada cirri
menyeluruhnya ?
Bagaimanakah konteks permasalahan dalam berbagai dimensi diatas? Apakah ada perubahan
jika kita ubah dimensinya?
Kelima ciri diatas jika disingkat maka didapatkan singkatan DeBATIk untuk memudahkan
mengingat ke 5 ciri sistem (Gambar 5-1), karena saya memang suka memakai batik produksi
industri dalam negeri. Namun tentunya jika ini mengganggu anda, anda boleh membuat
singkatan sendiri.
\
E. Identifikasi sistem
Identifikasi sistem adalah suatu cara mengenal atau memandang organisasi
sebagai sebuah sistem
Langkah identifikasi sistem:
I. Tahap men-detailkan :
1. memandang organisasi sebagai sistem
2. memahami lingkungan sistem
3. mengidentifikasi sub sistem
II. Tahap dinamik:
1. Dinamika sistem dengan lingkungan
2. Dinamika antar sub sistem

Langkah Pertama

Memandang organisasi sebagai sebuah sistem yang utuh

Langkah Kedua

Mengenal lingkungan sistem


• melihat keseluruhan (hutan)
• Melihat kedudukan sistem dalam sistem yang lebih besar (kedudukan hutan
dalam wilayah)
• memastikan batas sistem

Langkah Ketiga

Identifikasi sub sistem organisasi

• Mengenal bagian sistem (pohon)

• Kenali seluruh elemen yang membentuk sistem


Langkah Keempat

Dinamika sistem dengan lingkungan

• Mengenali aliran hubungan sistem dengan lingkungan

• Mengenali bagaimana keseimbangan hubungan tersebut

• Identifikasi apakah tujuan sistem sesuai dengan kebutuhan lingkungan

Langkah Kelima

Dinamika sub sistem

• Menjelaskan aliran hubungan antar sub sistem

• Identifikasi sejauh mana integrasi antar sub sistem

• Mengenali karakteristik kebaruannya

• Mengenali apakah setiap sub sistem mempunyai tujuan sama

F. Sistem Pemikiran Dan Pemodelan Dalam Kesehatan Masyarakat


Pemikiran sistem adalah konsep umum orientasi berkaitan dengan hubungan timbal
balik antara bagian dan hubungan mereka keseluruhan yang berfungsi, sering dipahami di
dalam konteks keseluruhan yang lebih besar. Itu kuno dalam asal dan akrab bagi kita semua,
tetapi itu juga sesuatu yang sangat modern. Kami terlibat dalam jenis sistem berpikir dalam
kehidupan kita sehari-hari ketika kita merenungkan interaksi yang rumit hubungan kita
dengan keluarga dan teman, ketika kami mengatur di komunitas kami atau tempat kerja, dan
saat kami mencoba membuat teka-teki dinamika ekonomi. Tetapi system berpikir juga
meliputi beberapa hal paling mutakhir dan canggih baru-baru ini bekerja dalam sains
kontemporer. Sistem pemodelan adalah tradisi metodologis itu melibatkan penggunaan model
atau simulasi formal sebagai alat bantu eksplisit untuk meningkatkan pemahaman kita sistem
yang kompleks dan meningkatkan efektivitas tindakan kami di dalamnya.
Pemodelan dan simulasi komputasi, sebagai melengkapi eksperimen dan teori, adalah
keunggulan dari pemikiran sistem terkini dan ilmu system. Kedalaman dan luasnya sains
system dapat membingungkan, terutama karena yang pertama adalah diperkenalkan ke
prinsip-prinsip yang mendasari dan formulasi. Pertimbangkan beberapa topik saja terkait
dengan pemikiran sistem kontemporer: umpan balik kausal; struktur aliran-stok dan sistem
terbuka dan tertutup; terpusat, terdesentralisasi, heterarkis, hierarkis, dan sistem pengaturan
diri; autopoiesis; sistem nonlinear dan chaos; kompleks sistem adaptif; kondisi batas, skala,
kekuasaan hukum, transisi fase, universalitas, dan renormalization; efek silo; emergence;
automata seluler; fractal kesamaan diri; teori sistem umum: cybernetics; teori kontrol;
informasi teori: simulasi komputasi; keputusan dan teori permainan; dinamika sistem;
evolusi, biologi, dan ekologi: fenomena dunia kecil; dan atur, grafik, dan teori jaringan.
Luasnya sastra itu sendiri bisa luar biasa, dan itu tidak mudah diringkas. Kami
menawarkan 2 ide pengorganisasian (dinamika) dan kompleksitas) dan 2 metafora yang
berpengaruh (mekanik dan biologis) yang dapat membantu kita memahami larik yang
menakutkan ini. Sebagai tambahan, kami mempertimbangkan 2 kesalahpahaman umum
tentang pemikiran sistem yang penting untuk pemahaman ide dan metafora ini. (William M.
Trochim dkk. 2016)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berfikir system berarti memikirkan seluruh komponen yang memperhatikan peran
masing-masing komponen, dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain untuk satu
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemimpin. Interaksi yang harmonis atau tidak
harmonis antara komponen yang satu dengan komponen yang lain, antarindividu dalam satu
departemen dan individu dalam departemen yang lain, antara kolega, dan antara atasan dan
bawahan, akan mempengaruhi hasil keluaran (output) dan berdampak pada tercapai atau tidak
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
B. Saran
Sekiranya bisa menambah pengetahuan mengenai bagaimana cara berfikir sistem
dengan baik untuk memecahkan masalah pada kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Batle-Fisher, Michele. 2015. Application of System Thinking to Health Policy & Public
Health Ethics Public Health and Private Illness, Switzerland: Springer Internation

World Health Organization. 2009. Systems Thinking for Health Systems Strengthening,
Geneva: WHO Press

https://siraitrina.wordpress.com/2010/10/27/modul-iv-berpikir-sistemik/

http://budihartono.wordpress.com/2008/02/06/iceberg/

https://ardydii.wordpress.com/tag/berpikir-sistem/

Keniten Ketut Ngurah Alit dkk . 2016. Hubungan Organisasi Belajar dan Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha. Kumpulan Artikel
Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2,
Sondang Yohanna L. Tobing Dan Rachma Fitriati. 2009. Pengaruh Organisasi Pembelajar
terhadap Kompetensi Pegawai Bank. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Jan—
Apr 2009, hlm. 25-35 Volume 16 Nomor 1
Loretta von der Tann Brian Collins, Nicole Metje. 2016. Predetermined? – Systems thinking
for the urban subsurface Procedia Engineering 165 ( 2016 ) 355 – 363
William M. Trochim, Dkk. 2006. Practical Challenges of Systems Thinking and Modeling in
Public Health. Journal of Public Health Vol 96, No. 3

Anda mungkin juga menyukai