Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN OBAT TRADISIONAL


"PEMBUATAN VCO (Virgin Coconut Oil)

OLEH :

NAMA : DIAN PRATIWI


NIM : F201501059
KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : D2 - FARMASI
ASISTEN : DIAN RAHMANIAR, S.Farm.,
Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa (Cocos nucifera L.) yamg merupakan salah satu
kekayaan hayati Indonesia telah berabad-abad dimanfaatkan
oleh masyarakat unyuk memenuhi berbagai kebutuhan. Baik
sebagai sumber makanan,obat-obatan,industry,dan lain-
lain.Tanaman kelapamemiliki keragaman produk yang
tinggi,karena dari daun sampai akar memiliki manfaat dan nilai
social ekonomi.
Kelapa merupakan salah satu dari sekian banyak biji
tanaman yang dapat digunakan dalam pembuatan
minyak.Minyak yang terbuat dari kelapa banyak digunakan
masyarakat sebagai minyak goreng. Pembuatan minyak kelapa
secara tradisional dilakukan dengan pemanasan yang cukup
tinggi. Pembuatan minyak kelapa secara tradisional ini banyak
menimbulkan kerugian. Sebagai contoh, pemanasan yang tinggi
dapat mengubah struktur minyak serta menghasilkan warna
minyak kurang baik. Dewasa ini telah ditemukan suatu metode
pembuatan minyak kelapa yang dapat mengurangi kerugian-
kerugian tersebut diatas. Metode ini lebih dikenal dengan
pembuatan minyak kelapa dengan menggunakan ragi atau
pembuatan minyak kelapa secara fermentasi VCO.
VCO (Virgin Coconut Oil) merupakan produk modern buah
kelapa yang memiliki kemampuan meningkatkan taraf
kesehatan,mengobati bahkan digunakan dalam bidang
kecantikan atau bidang kosmetika.Walaupun sebagai produk
modern pengembangan minyak VCO tetap berkaitan dengan
akar budaya masyarakat yang menggantungkan hidup pada
tanaman kelapa . Virgin Coconut Oil atau biasa disingkat dengan
VCO adalah minyak murni yang dibuat dari bahan kelapa segar
dengan proses tanpa pemanasan. Proses pembuatan yang tepat
akan menghasilkan minyak VCO yang berkualitas. Minyak VCO
memiliki sebutan yang bermacam-macam.
inyak kelapa murni (Inggris: virgin coconut oil) adalah
minyak kelapa yang dibuat dari bahan baku kelapasegar,
diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan
sama sekali, tanpa bahan kimia dan RDB.Virgin Coconut Oil
(VCO), merupakan merupakan modifikasi proses pembuatan
minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan
kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau
harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu
lebih dari 12 bulan.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai cara
pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) dengan berbagai metode.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk
mengetahui beberapa metode cara pembuatan VCO (Virgin
coconut oil).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Klasifikasi Tanaman
1. Kelapa
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Palmales
Familia : Palmae
Genus : Cocos
Species : Cocos nucifera, Linneaeus
2. Pepaya
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L

II.2. Taksonomi Saccharomyces cerevisiae


Domain : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Subkingdom : Dikarya
phylum : Ascomycota
Subphylum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Saccoharomyces

Taksonomi Rhisopus sp
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Ordo : Mucorales
Familia : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Spesies : Rhizopus Sp

II.3. Urain Bahan


Aquadest ( FI.III.Hal: 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling/Aquadest
RM/BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih ; tidak berwarna ; tidak
berbau ; tidakmempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut

II.4. Landasan teori


II.4.1 Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu hasil
pertanian Indonesia yang cukup potensial. Hampir semua
bagian dari tanaman tersebut dapat dimanfaatkan. Banyak
kegunaan yang dapat diperoleh dari kelapa dan salah satu
cara untuk memanfaatkan buah kelapa adalah mengolahnya
menjadi minyak makan atau minyak goreng. Produk kelapa
yang paling berharga adalah minyak kelapa, yang dapat
diperoleh dari daging buah kelapa segar atau dari kopra
(Suhardiyono, 1995).
Kelapa (coconut) dikenal dengan berbagai sebutan
seperti Nux indica, al djanz al kindi, ganz-ganz, nargil, narle,
tenga, temuai dan pohon kehidupan. Buah kelapa (cocos
nucifera) termasuk famili palmae dari genus cocos. Pohon
kelapa mempunyai tinggi rata-rata 12,3 meter dan sejak
ditanam sampai berbuah hingga siap dipetik pohon kelapa
membutuhkan waktu 12 bulan (Suhardiyono, 1993).
Pada dasarnya dikenal dua varietas kelapa, yaitu
varietas Nana yang umum disebut kelapa genjah dan
varietas Typica yang umum disebut kelapa dalam. Kelapa
genjah berdasarkan sifatnya dibagi 5 yaitu : kelapa gading,
kelapa raja, kelapa puyuh, kelapa raja malabr, kelapa hias.
Kelapa dalam berdasarkan sifatnya dibagi 6 yaitu : kelapa
hijau, kelapa merah, kelapa manis, kelapa bali, kelapa
kopyor, kelapa lilin (Wahyuni, Mita, Ir., 2000).
Buah kelapa terdiri dari bagian-bagian seperti:
(Palungkun, Rony .1993)
1. Epicarp (Kulit Luar)
Yaitu kulit bagian luar yang berwarna hijau, kuning, atau jingga
permukaannya licin, agak keras dan tebalnya 0,14 mm.
2. Mesocarp (Sabut)
Yaitu kulit bagian tengah yang disebut serabut terdiri dari
bagian
berserat tebalnya 3 - 5 mm.
3. Endocarp (Tempurung)
Yaitu bagian tempurung yang keras sekali tebalnya 3 - 5
mm, bagian
dalam melekat pada kulit luar biji.
4. Testa ( Kulit Daging Buah )
Yaitu bagian dari warna kuning sampai coklat.
5. Endosperm (Daging Buah )
Yaitu bagian yang berwarna putih dan lunak, sering disebut
daging
kelapa yang tebalnya 8 - 10 mm.
6. Air Kelapa
Yaitu bagian yang berasa manis, mengandung mineral 4%,
gula 2%, dan air.
7. Lembaga
Yai tu bakal tanaman
setelah buah tua.
Su mber : Palungkun, Rony
(1993)
Gambar 2.1 Bagian – Bagian Kelapa

Keterangan : (anonim, 2009)


1. Epicarp ( Kulit Luar)
2. Mesocarp ( Sabut )
3. Endocarp ( Tempurung )
4. Testa ( kulit Daging Buah )
5. Endosperm ( Daging Buah )
6. Lembaga

II.4.2. Buah Kelapa


Satu pohon kelapa dapat berbuah mulai dari 10 hingga
13 kali dalam setahun. Buah kelapa tumbuh dalam rumpun,
bisa mencapai 12 buah per rumpun. LDaging buah kelapa
merupakan bagian yang paling penting dari komoditi asal
pohon kelapa. Daging buah merupakan lapisan tebal berwarna
putih. Bagian ini mengandung berbagai zat gizi. Kandungan
zat gizi tersebut beragam sesuai dengan tingkat kematangan
buah. Selama perkembangannya, buah kelapa secara kontinyu
mengalami kenaikan berat. Ukuran berat maksimum tercapai
pada bulan ketujuh. Pada saat itulah jumlah air kelapa
mencapai maksimal. Setelah periode tersebut, air kelapa
berkurang jumlahnya dan daging kelapa mengalami
penebalan. Penebalan daging mencapai puncaknya pada bulan
ke-9. Di atas bulan ke-10, kelapa dapat dikatakan tua. Pada
periode tersebut, kadar air semakin berkurang. Itulah yang
menyebabkan kelapa tua akan berbunyi jika dikocok-kocok.
Buah kelapa tua terdiri dari empat komponen utama, yaitu: 35
persen sabut, 12 persen tempurung, 28 persen daging buah,
dan 25 persen air kelapa. Daging buah tua merupakan bahan
sumber minyak nabati (kandungan minyak 30 persen).
(Thieme, J. G,1968 )
Perbedaan mendasar antara daging buah kelapa
muda dan tua adalah kandungan minyaknya. Kelapa muda
memiliki rasio kadar air dan minyak yang besar. Kelapa disebut
tua jika rasio kadar air dan minyaknya optimum untuk

menghasilkan santan dalam jumlah terbanyak. Sebaliknya, bila


buah kelapa terlalu tua, kadar airnya akan semakin berkurang.
Pada kondisi tersebut, hasil santan yang diperoleh menjadi
sedikit.(Ketaren, 1986)
II.4.3.. Daging Buah kelapa
Daging buah kelapa yang sudah masak dapat dijadikan
kopra dan bahan makanan, daging buah merupakan sumber
protein yang penting dan mudah dicerna. Komposisi kimia
daging buah kelapa ditentukan oleh umur buah. Pada tabel 2.1
dapat dilihat komposisi kimia buah kelapa pada berbagai
tingkat kematangan.
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Daging Pada Berbagai Tingkat
Kematangan

II.4.4. Minyak Kelapa Murni


Minyak kelapa murni atau bahasa ilmiahnya virgin
coconut oil adalah minyak perawan yang berasal dari sari
pati kelapa, diproses secara higienis tanpa sentuhan api
secara langsung dan bahan kimia tambahan.Dilihat dari
warnanya, minyak kelapa murni jauh lebih bening seperti air
mineral. Selain itu kadar air dan asam lemak bebasnya kecil,
serta kandungan asam lauratnya tinggi. Minyak kelapa
murni mengandung anti oksidan bebas sehingga mampu
menjaga kekebalan tubuh. (Setiaji, B., dan Surip Prayogo,
2006)
Proses pembuatan minyak kelapa murni ini sama sekali
tidak menggunakan zat kimia organis dan pelarut minyak.
Dari proses seperti ini, rasa minyak yang dihasilkan lembut
dengan bau khas kelapa yang unik. Jika minyak membeku,
warna minyak kelapa ini putih murni. Sedangkan jika cair,
VCO tidak berwarna ( bening ). Minyak kelapa murni tidak
mudah tengik karena kandungan asam lemak jenuhnya
tinggi sehingga proses oksidasi tidak mudah terjadi. (Setiaji,
B., dan Surip Prayogo, 2006)
Namun, bila kualitas VCO rendah, proses ketengikan
akan berjalan lebih awal. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
oksigen, keberadaan air, dan mikroba yang akan
mengurangi kandungan asam lemak yang berada dalam
VCO menjadi komponen lain. (Setiaji, B., dan Surip Prayogo,
2006)
Secara fisik, VCO harus berwarna jernih. Hal ini
menandakan bahwa di dalamnya tidak tercampur oleh
bahan dan kotoran lain. Apabila didalamnya masih terdapat
kandungan air, biasanya akan ada gumpalan berwarna
putih. Keberadaan air ini akan mempercepat proses
ketengikan. Selain itu, gumpalan tersebut kemungkinan juga
merupakan komponen blondo yang tidak tersaring
semuanya. (Setiaji, B., dan Surip Prayogo, 2006)
Kontaminasi seperti ini secara langsung akan
berpengaruh terhadap kualitas VCO. Kandungan komponen
minyak kelapa murni antara lain seperti yang dicantumkan
pada tabel 2.3. berikut:(Setiaji, B., dan Surip Prayogo, 2006)
Minyak kelapa murni (VCO) mempunyai banyak manfaat
terutama dalam bidang kesehatan (anonim, 2009) ,
diantaranya :
a. Merupakan antibakteri ,antivirus , antijamur dan
antiprotozoal
alamiah
b. Membantu meredakan gejala-gejala dan mengurangi resik
kesehatan yang dihubungkan dengan diabetes.
c. Membantu melindungi diri terhadap serangan penyakit
osteoporosis.
d. Membantu mencegah tekanan darah tinggi.
e. Membantu mencegah penyakit liver.
f. Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.
g. Membantu mencegah penyakit kanker.
h. Membantu menurunkan berat badan.
I. Menjaga stamina tubuh.
j. Memelihara kesehatan kulit dan rambut.

II.4.5. Prinsip Pembuatan Minyak Kelapa Murni (Setiaji, B


dan Surip, P, 2006)
Membuat VCO tidak sesulit yang dibayangkan. Bahkan,
teknologi pembuatan VCO telah dilakukan oleh nenek
moyang kita secara turun-temurun. Namun, cara tradisional
perlu dibenahi agar kualitas VCO yang dihasilkan lebih baik.
Disamping teknologi yang diterapkan sangat sederhana,
bahan baku pun tersedia melimpah di Indonesia. Oleh
karenanya pembuatan VCO sangat memungkinkan untuk
diterapkan oleh petani di pedesaan sekalipun.Kandungan
kimia yang paling utama (tinggi) dalam sebutir kelapa yaitu
air, protein, dan lemak. Ketiga senyawa tersebut merupakan
jenis emulsi dengan protein sebagai emulgatornya. Emulsi
adalah cairan yang terbentuk dari campuran dua zat atau
lebih yang sama, di mana zat yang satu terdapat dalam
keadaan terpisah secara halus atau merata di dalam zat yang
lain. Sementara yang dimaksud dengan emulgator adalah zat
yang berfungsi untuk mempererat (memperkuat) emulsi
tersebut. Dari ikatan tersebut protein akan mengikat butir-
butir minyak kelapa dengan suatu lapisan tipis sehingga
butir-butir minyak tidak akan bisa bergabung, demikian juga
dengan air. Emulsi tersebut tidak akan pernah pecah karena
masih ada tegangan muka protein air yang lebih kecil dari
protein minyak. Minyak kelapa (VCO) baru bisa keluar jika
ikatan emulsi tersebut dirusak. Untuk merusak emulsi
tersebut banyak sekali cara, yaitu dengan sentrifugasi,
pengasaman, enzimatis, dan pancingan. Masing-masing cara
tersebut memilki kelebihan dan
kekurangan. Namun, secara umum teknologi tersebut sangat
aplikatif. Proses pembuatan minyak kelapa murni secara
umum dapat dijelaskan (Setiaji, B dan Surip, P, 2006)
sebagai berikut :
a. Kelapa dikupas dengan cara memisahkan antara daging
buah dengan kulit sabut dan tempurungnya, lalu airnya
dibuang. Kelapa yang sudah dikupas ditempatkan di dalam
satu wadah dan siap untuk diparut.
b. Kelapa diparut dan dikumpulkan dalam wadah yang cukup
besar, agar hasil parutan tidak berhamburan.
c. Parutan kelapa dicampur dengan air bersih, lalu diperas.
Hasil perasan kelapa ditampung di dalam toples plastik.
Proses pemerasan kelapa ini dilakukan dua kali. Jadi, ampas
hasil perasan pertama dicampur lagi dengan air bersih, lalu
diperas dan hasil perasan disaring dan ditampung di dalam
toples plastik. Proses pemerasan ini sangat penting dan
harus segera dilakukan, karena jika hasil parutan kelapa
terlalu lama didiamkan rasanya akan asam dan tidak bisa
menghasilkan VCO.
d. Air hasil perasan yang ada di toples plastik didiamkan
sekitar 2 jam, sehingga terdapat 2 lapisan lapisan atas
adalah kanil (krim) dan bagian bawah adalah air ( skim )
e. Setelah air terbuang, proses selanjutnya kanil (krim) dapat
diolah dengan berbagai metode yaitu sentrifugasi,
pancingan, pengasaman, fermentasi, dan enzimatis.
f. Selanjutnya akan terbentuk tiga lapisan. lapisan pertama
berada paling bawah adalah air, lapisan kedua berada
ditengah adalah blondo dan lapisan ketiga yang paling atas
minyak.
g. Minyak yang berada di lapisan atas adalah minyak VCO,
karena itu harus ditampung di tempat bersih dan hieginis
(toples plastik atau lainnya). Cara mengambil minyak
dengan memasukkan selang kecil, lalu disedot dan
ditampung dalam wadah yang telah disiapkan.
h. Untuk menghindari masuknya bakteri dan membuang
kadar air, lakukan penyaringan. Penyaringan ini sangat
penting agar selain kadar air bisa mencapai 0,015%, juga
supaya minyak tidak berbau tengik.
1. Pembuatan minyak kelapa murni dengan enzimatis
Pembuatan VCO dengan cara enzimatis merupakan
pemisahan minyak dalam santan tanpa pemanasan
melainkan dengan bantuan enzim. Enzim bisa disintetis
atau disuplai dari alam. Beberapa jenis enzim yang bisa
digunakan untuk memecah ikatan lipoprotein dalam emulsi
lemak yaitu papain (pepaya), bromelin (nanas), dan enzim
protease yang berasal dari kepiting sungai. Enzim papain
banyak yang terdapat dalam getah daun pepaya.
Sementara enzim bromelin banyak terdapat pada bagian
bonggol (hatinya) nanas.Dengan rusaknya protein maka
ikatan lipoprotein dalam santan juga akan terputus dengan
sendirinya. Kemudian, minyak yang diikat oleh ikatan
tersebut akan keluar dan mengumpul menjadi satu. Karena
minyak memiliki masa (berat) jenis lebih rendah
dibandingkan dengan air, maka posisinya kemudian berada
paling atas, disusul dengan protein, dan terakhir (bawah)
yaitu air.
VCO secara enzimatis memiliki kelebihan dan kekurangan :
1. Kelebihan
a. VCO berwarna bening, seperti kristal karena memang
tidak
mengalami proses pemanasan.
b. Kandungan asam lemak dan antioksidan di dalam
VCO tidak banyak berubah sehingga khasiatnya tetap
tinggi.
c. Tidak mudah tengik karena komposisi asam
lemaknya tidak banyak berubah.
d. Tidak memutuhkan biaya tambahan yang terlalu
mahal karena umumnya daun pepaya atau nanas dijual
denga harga murah.
e. Rendemen yang dihasilkan cukup tinggi, yaitu dari
10 butir kelapa akan diperoleh sekitar 1.100 ml VCO.
2. Kekurangan :
Memutuhkan waktu yang sangat lama dalam proses
denaturasi protein untuk memisahkan minyak dari ikatan
lioprotein, yaitu sekitar 20 jam.
2. Pembuatan minyak kelapa murni dengan
pengasaman
Pengasaman merupakan salah satu upaya
pembuatan VCO dengan cara membuat suasana emulsi
(santan) dalam keadaan asam. Asam memiliki kemampuan
untuk memutus ikatan lemak-protein dengan cara
mengikat senyawa yang berikatan dengan lemak. Namun
asam yang dicampurkan kedalam santan hanya bisa
bekerja dengan maksimal bila kondisi pH (derajat
keasamannya) sesuai. Pada proses pembuatan VCO, pH
yang paling optimal yaitu 4,3. Pengukuran pH tersebut
dilakukan dengan pH meter atau kertas lakmus.Pembuatan
VCO dengan pengasaman memiliki kelebihan dan
kekurangan :
1. Kelebihan

a. Warna lebih bening dibandingkan dengan VCO yang


dibuat secara tradisional.
Kandungan asam lemak dan antioksidannya tidak banyak
berubah karena proses hanya
b. memutuskan ikatan protein-lemak saja. Daya simpan
sangat lama, bisa sampai 10 tahun karena selama proses
pembuatan tidak terjadi denaturasi komposisi gizinya.
c. . Proses pembuatan tidak membutuhkan tenaga
tambahan.
d. . Tidak membutuhkan biaya terlalu mahal karena harga
asam cuka sebagai bahan tambahan cukup murah.
2. Kekurangan
a. Tidak bisa diformulasikan secara pasti karena untuk
mendapatkan pH 4,3 banyak
faktor yang berpengaruh sehingga harus dilakukan
pencampuran (santan dan asam) berulang-ulang.
b. pH campuran santan dan asam harus pas, yaitu 4,3.
Apabila pH-nya kurang atau lebih kemungkinan
kegagalan dalam pembuatan VCO sangat tinggi.
c. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pembuatan VCO
cukup lama, sekitar 10 jam.
3. Pembuatan minyak kelapa murni dengan
sentrifugasi
Sentrifugasi merupakan salah satu pembuatan VCO
dengan cara mekanik. Pembuatan VCO dengan sentrifugasi
juga dikelompokan menjadi tiga, yaitu :
pembuatan santan, pembuatan VCO serta
penyaringan. Pada cara ini krim dimasukan dalam tabung
ke dalam sentrifuse. Pemutusan ikatan lemak protein pada
santan dilakukan dengan pemutaran (pemusingan), yaitu
dengan gaya sentrifugal karena berat jenis minyak dan air
berbeda maka setelah dilakukan sentrifugasi keduanya
akan terpisah dengan sendirinya. Berat jenis minyak lebih
ringan dibanding air sehingga minyak akan terkumpul pada
lapisan atas. Kunci dari pembuatan VCO dengan
sentrifugasi yaitu kecepatan pemutaran, yaitu 20.000 rpm.
Disamping itu faktor waktu juga ternyata menjadi
pembatas dalam pemutaran tersebut. Waktu yang
dibutuhkan untuk memutus ikatan lemak-protein dari
santan dengan kecepatan 20.00 rpm yaitu sekitar 15
menit. Alat yang digunakan untuk memutar santan
dinamakan dengan sentrifuse.
4. Pembuatan minyak kelapa murni dengan
fermentasi
Pembuatan minyak secara fermentasi pada
prinsipnya adalah pengrusakan protein yang menyelubungi
globula lemak menggunakan menggunakan enzim enzim
proteolitik. Enzim yang dimaksud adalah enzim yang
dihasilkan oleh mikroorganisme atau tanaman sebagai
inokulum. Pada pembuatan minyak kelapa dengan
fermentasi, krim yang didapatkan dicampurkan dengan
laru atau ragi tempe yang mengandung Rhizopus
Oligosporus. Mikroba ini mempunyai kemampuan
menghasilkan enzim protease dan lipase yang dapat
menghidrolisis minyak dengan didukung oleh kadar air
yang tinggi .

BAB III
METODE KERJA
III.1. Alat
1. Aluminium Foil
2. Beaker Gelas
3. Cawan Porselin
4. Kapas
5. Kertas Saring
6. Mixer
7. Penganduk
8. Saringan kain
9. Selang Plastik
10. . Sendok Tanduk
11. . Tisu
12. .Toples Trasnparan
13. Timbangan

III.2. Bahan
1. 10 buah kelapa
2. Getah Pepaya (Enzim Papain)
3. Ragi tempe
4. Ragi roti

III.3. Cara Kerja


A. Pembuatan VCO dengan menggunakan metode Fisik
( Mixer)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dikupas buah kelapa tua dan diambil daging buahnya
3. Dicuci dan parut kelapa
4. Diperas buah kelapa yang telah diparut dengan
menggunakan air hangat dengan perbandingan (1:3)
5. Dimasukkan santan kedalam toples transparan
6. Didiamkan santan selama 1- 2 jam untuk memisahkan
krim santan dan air santan.
7. Diambil krim santan dengan menggunakan selang plastik,
ditempatkan dalam beaker gelas
8. Dituang krim santan didalam wadah dan dimexir selama 1
jam
9. Dimasukkan santan hasil mixeran kedalam toples
transparan dan diberi laber
10. Didiamkan selama 1 x 24 jam hingga terbentuk 3
lapisan
B. Pembuatan VCO dengan menggunakan metode Fermentasi
( Ragi Roti)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dikupas buah kelapa tua dan diambil daging buahnya
3. Dicuci dan parut kelapa
4. Diperas buah kelapa yang telah diparut dengan
menggunakan air hangat dengan perbandingan (1:3)
5. Dimasukkan santan kedalam toples transparan
6. Didiamkan santan selama 1- 2 jam untuk memisahkan
krim santan dan air santan.
7. Diambil krim santan dengan menggunakan selang
plastik, ditempatkan dalam beaker gelas
8. Dituang krim santan didalam wadah
9. Ditambahkan ragi roti sebanyak 2 gram, yang telah
dilarutkan dengan 10 ml air
10. Dimasukkan kedalam santan dan diaduk hingga
tercampur
11. Ditutup toples dan diberi label
12. Didiamkan selama 1 x 24 jam hingga terbentuk 3
lapisan
C. Pembuatan VCO dengan menggunakan metode Fermentasi
(Ragi Tempe)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dikupas buah kelapa tua dan diambil daging buahnya
3. Dicuci dan parut kelapa
4. Diperas buah kelapa yang telah diparut dengan
menggunakan air hangat dengan perbandingan ( 1:3 )
5. Dimasukkan santan kedalam toples transparan
6. Didiamkan santan selama 1- 2 jam untuk memisahkan
krim santan dan air santan.
7. Diambil krim santan dengan menggunakan selang
plastik, ditempatkan dalam beaker gelas
8. Dituang krim santan didalam wadah
9. Ditambahkan ragi tempe sebanyak 2 gram, yang telah
dilarutkan dengan 10 ml air
10. Dimasukkan kedalam santan dan diaduk hingga
tercampur
11. Ditutup toples dan diberi label
12. Didiamkan selama 1 x 24 jam hingga terbentuk 3
lapisan
D Pembuatan VCO dengan menggunakan metode enzimatis
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dikupas buah kelapa tua dan diambil daging buahnya
3. Dicuci dan parut kelapa
4. Diperas buah kelapa yang telah diparut dengan
menggunakan air hangat dengan perbandingan ( 1:3 )
5. Dimasukkan santan kedalam toples transparan
6. Didiamkan santan selama 1- 2 jam untuk memisahkan
krim santan dan air santan.
7. Diambil krim santan dengan menggunakan selang
plastik, ditempatkan dalam beaker gelas
8. Dituang krim santan didalam wadah
9. Ditambahkan enzim papain sebanyak 5 gram, yang
telah dilarutkan dengan 10 ml air
10. Dimasukkan kedalam santan dan diaduk hingga
tercampur
11. Ditutup toples dan diberi label
12. Didiamkan selama 1 x 24 jam hingga terbentuk 3
lapisan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
VI.1. Data Pengamatan
No. Perlakuan Perendaman selama Gambar
1x 24 jam
1. Krim + Terbentuk minyak
perlakuan fisik murni bening
( Mixer)
2. Krim + Ragi roti Terbentuk minyak
murni bening

3. Krim + Ragi Tidak terpisah


tape sempurna hamya
membentuk dua
lapisan
4. Krim + Enzim Tidak terpisah
papain sempurna
hamya membentuk
dua lapisan

BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan VCO (Virgin


coconut oil) yang bertujuan untuk membuat sediaan VCO dengan
berbagai metode. Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak
kelapa yang diperoleh tanpa mengubah sifat fisiko kimia minyak
karena hanya diberi perlakuan mekanis dan penggunaan panas
rendah. (Setiaji dan Prayugo, 2006).
Pada percobaan kali ini dilakukan empat metode
pembuatan VCO yaitu metode fermentasi yakni dengan
menggunakan bakteri roti yang terdapat pada fermipan,
fermentasi dengan menggunakan bakteri tape yaitu bakteri
Saccharomyces cereviceae, metode enzimastis dengan
menggunakan enzim papain dan metode mekanik tanpa
fermentasi dan penambahan enzim. Metode-metode ini dilakukan
untuk membandingkan hasil dari masing-masing metode yang
dilakukan.
Adapun langkah pertama yang yang dilakukan pada
percobaan kali ini yaitu disiapkan alat dan bahan.Alatnya berupa
loyang, kain saring putih, selang kecil, botol Aqua dan toples.
Bahannya berupa 10 buah kelapa tua yang baru saja telah
dikupas dan kemudian diparut, air
mineral, fermipan, enzim
papain dan ragi tape. Setelah semua
alat dan bahan siap selanjutnya
kelapa yang telah diparut dimasukkan kedalam loyang lalu
ditambahkan dengan air kemudian diperas-peras
agar santannya keluar setelah itu di saring
dengan menggunakan kain saring
yang terdapat diatas wadah yang nantinya akan
ditempati oleh santan yang telah disaring.
Setelah diperoleh santan kelapa selanjutnya
santan yang diperoleh dibagi menjadi 4 bagian untuk masing-
masing metode yang kemudian dimasukkan kedalam masing-
masing botol untuk dilakukan pendiam selama 1 jam agar santan
dapat memisah dengan air dengan membentuk 2 lapisan.

Keterangan : Santan didalam botol untuk pendiaman.


Setelah membentuk 2 lapisan yakni krim dan air, diambil
lapisan krimnya dengan menggunakan selang kecil yang
kemudian diletakkan pada masing-masing loyang.

Setelah itu, krim pada masing-


masing loyang selanjutnya
dilakukanlah perlakuan
metodenya masing-masing.
Pada metode fermentasi dengan penambahan bakteri
fermipan dan bakteri tape terlebih dahulu masing-masing ragi
ditimbang sebanyak 100 mg kemudian masing-masing ragi
dilarutkan dengan menggunakan air hangat. Setelah itu, krim
yang berada dalam loyang kemudian dipindahkan kedalam
toples yang selanjutnya masing-masing krim ditambahkan
dengan raginya masing-masing kemudian diaduk lalu ditutup
dengan penutup toples dan diberi label pada masing-masing
toples.
Kemudian Pada metode enzimatik pertama-tama diambil
krim dan dimasukkan dalam toples kemudian ditambahkan
enzim papain sebanyak 50 ml. Enzim papain digunakan untuk
meningkatkan rendemen minyak yang terekstrak dari krim
santan dan dapat mengatasi reaksi
pemecahan protein dengan mengikata
peptidanya. Setelah itu di aduk dan
didiamkan selam 1 x 24 jam, lalu diambil
bagian atasnya.

Metode yang ke empat yaitu metode mekanik, pertama-


tama diambil krim,
Setelah itu
dimixing
gunanya untuk
agar emulsi santan
dapat terpecah.
Pada metode mekanik
dengan adanya pengadukan maka molekul protein yang
berpungsi sebagai emulsifier dirusak sehingga minyak dapat
terpisah. Setelah itu didiamkan 1 x 24 jam.
Setelah 24 jam, krim terlihat pada metode penambahan
enzim papain dan penambahan ragi tape hanya membentuk 2
lapisan saja yaitu Blondo dan air, sedangkan pada metode
penambahan fermipan dan metode mekanik tanpa enzim dan
bakteri membentuk 4 lapisan yaitu blondo, minyak, blondo dan
air.
Sehingga hasil percobaan kali ini yaitu untuk metode
enzimatis dan metode penambahan ragi tape tidak mengalami
pemisahan sempurna sehingga tidak dilakukan pemisahan
Blondo. Sedangkan pada metode penambahan fermipan dan
metode mekanik tanpa penambahan enzim dan bakteri
menghasilkan minyak tekstur kental, dan jernih, berbau wangi
minyak yang bervolume 240 ml untuk minyak dengan metode
mekanik sedangkan metode penambahan fermipan diperoleh
150 ml.
Minyak yang dihasilkan memiliki warna putih tetapi agak
keruh karena masih sedikit tercampur dengan krim santan.
Pada metode fermentasi dilakukan dengan cara
menambahkan ragi ke dalam emulsi santan. Kami menggunakan
ragi roti dimana terdapat Saccharomyces cerevisiae.
Saccharomyces cerevisiae sebagai salah satu galur yang paling
umum digunakan untuk fermentasi, karena bersifat fermentatif
kuat dan anaerob fakultatif (mampu hidup dengan atau tanpa
oksigen), memiliki sifat yang stabil dan seragam, mampu tumbuh
dengan cepat saat proses fermentasi sehingga proses fermentasi
berlangsung dengan cepat pula serta mampu memproduksi
alkohol dalam jumlah banyak. Alkohol (etanol) yang dihasilkan
dapat digunakan sebagai bahan pelarut selain air dan bahan
baku utama dalam laboratorium dan industri kimia (Buckle, dkk.,
2009). Ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) dapat memecah
karbohidrat sehingga menghasilkan asam. Asam yang dihasilkan
dapat mengkoagulasi protein santan. Menurut Pyler (1982), ragi
roti juga mengandung enzim proteolitik. Enzim proteolitik dapat
menghidolisis protein yang menyelubungi globula lemak pada
emulsi santan, sehingga minyak dari santan terpisah. Faktor
yang mempengaruhi proses fermentasi adalah suhu, pH dan
waktu. Suhu optimum pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae
adalah 25-30⁰C. (Frazier dan Westhoff, 1988). Nilai pH yang
cocok untuk pertumbuhan khamir Saccharomyces cerevisiae
adalah 4-4,5. Umumnya khamir tidak dapat tumbuh pada
medium basa (Prescott dan Dunn, 1959). Menurut Setiaji dan
Prayogo (2006), pembuatan VCO dengan metode fermentasi
memerlukan waktu selama 10-14 jam.
Pada Metode enzimatis dilakukan dengan cara
menambahkan enzim ke dalam emulsi santan. Kami
menggunakan enzim papain dan bromelin. Terbentuknya minyak
merupakan akibat terhidrolisisnya ikatan peptida pada krim
santan. Jika ikatan peptida tersebut terhidrolisis akan
menyebabkan sistem emulsi menjadi tidak stabil maka minyak
dapat keluar dari sistem emulsi. Pemecahan emulsi santan dapat
terjadi dengan adanya enzim proteolitik. Enzim ini dapat
mengkatalisis reaksi pemecahan protein dengan menghidrolisa
ikatan peptidanya menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana
(Muhidin, 2001 dalam Winarti., dkk, 2007). Enzim papain
merupakan enzim proteolitik yaitu enzim yang mengkatalis
ikatan peptida pada protein menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana seperti dipeptida dan asam amino. Enzim papain
termasuk enzim protease, sifat kimia enzim protease tergantung
dari jenis gugus kimia yang terdapat dalam enzim tersebut.
Karena papain memiliki gugus sulfihidril pada lokasi aktifnya
maka enzim papain termasuk dalam golongan enzim proteolitik
sulfihidril (Wahyuning, dkk., 2010).Enzim yang juga termasuk ke
dalam golongan enzim proteolitik sulfihidril adalah enzim
bromelin yang terdapat dalam buah nanas.
Adapun faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada
pembuatan VCO ini yaitu mungkin karena semakin tinggi
konsentrasi enzim bromelin maka semakin banyak ikatan peptide
dalam protein santan yang menyelubungi minyak dapat
dihidrolisis, karena enzim bromelin adalah enzim proteolitik yang
dapat menghidrolisis ikatan peptida. Enzim papain juga termasuk
enzim proteolitik. Adapun faktor lain yang mempengaruhi proses
fermentasi adalah suhu, pH dan waktu. Suhu optimum
pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae adalah 25-30⁰C. (Frazier
dan Westhoff, 1988). Nilai pH yang cocok untuk pertumbuhan
khamir Saccharomyces cerevisiae adalah 4-4,5. Umumnya
khamir tidak dapat tumbuh pada medium basa (Prescott dan
Dunn, 1959). Menurut Setiaji dan Prayogo (2006), pembuatan
VCO dengan metode fermentasi memerlukan waktu selama 10-
14 jam.
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pada praktikum kali ini,
yaitu dalam pembuatan VCO dengan empat perlakuan yang
banyak menghasilkan minyak yaitu pembuatan VCO tanpa
perlakuan dan perlakuan dengan menggunakan ragi roti
(Fermipan).
VI.2. Saran
Adapun saran untuk laboratorium adalah agar lebih
diperhatikan dan alat – alat di Laboratorium yang kurang
memadai dan untuk praktikum agar masuk dan pulang tepat
waktu.Praktikan diharapkan lebih serius dalam melaksanakan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM ( 1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak
Pangan, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press),
Jakarta.
Palungkun, R., 1993, Aneka Produk Olahan Kelapa, PT. Penerbit
Swadaya, Jakarta.
Rindengan, B., dan Hengky, N., 2004, Pembuatan &
Pemanfaatan Minyak Kelapa Murni, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sarwono, B., 2000, Membuat Tempe dan Oncom, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Setiaji, B dan Surip Prayugo, 2006, Membuat VCO Berkualitas
Tinggi, Penebar Swadana, Jakarta.
Suhardiyono, L, 1993, Tanaman Kelapa Budidaya dan
Pemanfaatannya, Kanisius, Yogyakarta.
Wahyudi, Anang S., dan Wahyuni, 2005, Pembuatan Minyak
Kelapa Murni ( Virgin Coconut Oil ), Tugas Akhir Teknik
Kimia, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Wahyuni, Mita Ir., 2000, Bertanam Kelapa Kopyor, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Wijayanti, D.D., dan Sugiyarti, L., 2008, Pembuatan Minyak
Kelapa Murni ( Virgin Coconut Oil ) Menggunakan Ekstrak
Belimbing Wuluh Sebagai Sumber Asam, Tugas Akhir
Teknik Kimia, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai