OLEH:
Hasil Penelitian ini telah di setujui dan diperbaiki dihadapan tim Pembimbing untuk
Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang
berjudul Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Pala (Myristica Fragrans
Houtt) Dengan Metode Klt-Bioautografi guna memenuhi salah satu persyaratan untuk
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan hasil penelitian ini masih jauh
dari kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan proposal penelitian ini sangat
penulis harapankan.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menghaturkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Kedua Orang tua Tercinta Bapak Zaenal S.Ag dan ibu Guslina
yang telah memberikan dukungan, kasih sayang serta motivasi, Kepada ibu Apt.
Fatmasari Siharis., S. Farm., M.Si., selaku pembimbing I dan kepada Bapak Apt. Bai
Athur Ridwan., S. Farm., M.Pharm. Sci., selaku pembimbing II atas semua waktu,
tenaga dan pikiran yang telah diberikan dalam membimbing dan mengarahkan penulis
dalam menyusun proposal pennelitian ini. Tak lupa pula Penulis haturkan rasa terima
Mandala Waluya
ii
6. Seluruh Dosen dan Staf/karyawan Universitas Mandala Waluya yang telah
bantuan dan motivasi kepada Penulis hingga selesainya proposal penelitian ini.
Demikian semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
Waluya, Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................vi
ABSTRACT...........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
E. Kebaruan penelitian...................................................................................5
C. Kajian empiris..........................................................................................19
C. Variable penelitian...................................................................................22
E. Hipotesis penelitian..................................................................................24
iv
A. Jenis dan desain penelitian.......................................................................25
A. Hasil Penelitian........................................................................................31
B. Pembahasan..............................................................................................33
BAB V PENUTUP....................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................38
B. Saran ...................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
LAMPIRAN...............................................................................................................
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penelitian lain yang terkait dari judul aktifitas Daun pala
Tabel 2. Hasil uji Skrining aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96% daun pala (Myristica
Tabel 3. Hasil pemisahan dan pengujian senyawa secara KLT menggunakan campuran
Tabel 4. Hasil uji Identifikasi Komponen Kimia Aktif dari Kromatogram ekstrak etanol
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5. Skema kerja uji aktivitas antimikroba ekstrak etanol daun pala (Myristica
fragrans Houtt)
Gambar 9. hasil pengujian skrining ekstrak etanol daun pala (Myristica fragrans Houtt.)
Gambar 10. Foto profil kromatogram ekstrak etanol daun pala (Myristica
fragrans Houtt.)
Gambar 11. Foto hasil pengujian KLT-Bioutografi ekstrak etanol daun Pala (Myristica
Gambar 12. Foto hasil pengujian KLT-Bioutografi ekstrak etanol daun Pala (Myristica
Gambar 13. Foto hasil identifikasi komponen kimia dari kromatogram ekstrak etanol daun
vii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
DP : Daun pala
O
C : Derajat Celcius
Kg : Kilogram
Mg : Miligram
Ml : Mililiter
Rf : Retention factor
ZH : Zona Hambat
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi ditimbulkan oleh banyak mikroorganisme, misalnya bakteri, virus, fungi &
protozoa (Mulyati, 2009). Berbagai obat anti infeksi telah dipilih, seperti antibiotik.
Munculnya resistensi obat telah menyebabkan beberapa jenis antibiotik tidak lagi digunakan
untuk pengobatan. Di sisi lain, tingginya harga antibiotik membuat masyarakat yang lemah
secara ekonomi tidak dapat membelinya. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia yang
menggunakan berbagai tanaman di daerah tersebut dapat memilih untuk mengobati penyakit
Bakteri bersifat komensal yang hidup di kulit manusia, seperti bakteri Staphylococcus
aureus bisa menjadi patogen pada keadaan tertentu yang dapat menginfeksi luka terbuka
terutama yang tidak dirawat dengan baik (Brooks GF, dkk., 2012). Bakteri
Indonesia, yang memiliki banyak jenis tumbuhan. Masyarakat Indonesia sudah lama
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan obat sintetik dan sangat diminati dalam
yang berbeda-beda (Muktiningsih SR, dkk., 2010). Orang-orang yang diwariskan secara
1
(Myristica fragrans Houtt.) digunakan oleh masyarakat Sulawesi Utara untuk mengobati
luka. Biji pala mengandung senyawa fenol, terpenoid, flavonoid, yang berpotensi
berbagai penyakit. Pala (Myristica fragrans) merupakan salah satu tanaman tradisional
Indonesia yang memiliki khasiat obat yang potensial. Buah pala memiliki beberapa bagian
yaitu biji, bunga pala dan daging buah. Setiap bagian buah pala memiliki zat aktif sebagai
agen antibakteri (Nurhasanah, 2014). Tanaman pala adalah tanaman asli Indonesia.
Tanaman pala (Myristica fragrans) digunakan dalam industri farmasi dan memiliki
berbagai khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan. Pada dosis rendah, buah pala dapat
digunakan untuk mengurangi perut kembung, meningkatkan daya cerna, menambah nafsu
makan, muntah, mual dan dapat mengobati diare (Agoez,2010). Prospek pala bagus karena
pala selalu dibutuhkan dalam industri makanan, minuman, obat-obatan dan lainnya.
Persyaratan yang lebih spesifik adalah pala dapat dibuat menjadi agen antibakteri
(Putra WS, 2015). Minyak atsiri dan saponin merupakan agen antibakteri yang terkandung
dalam buah pala (Nurd JN et al., 2007). Hasil fitokimia menunjukkan bahwa tanaman pala
memiliki senyawa alkaloid sebagai antibakteri (Palawi JF, 2014). Pala (Myristica fragrans)
memiliki zat antimikroba yang dapat melarutkan dinding sel, sehingga mempengaruhi
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang ekonomis dan serbaguna karena setiap
bagian tanaman dapat digunakan di berbagai industri. Sebagian besar masyarakat hanya
memanfaatkan buah pala untuk bahan pangan atau obat, dan pemanfaatan daun pala
2
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Pala (Myristica Fragrans Houtt.) dengan Metode
KLT-Bioautografi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak etanol daun pala (Myristica fragrans Houtt) mempunyai aktivitas
2. Senyawa dan komponen kimia apa sajakah yang terdapat pada ekstrak etanol
3. Berapakah nilai Rf ekstrak etanol daun pala secara KLT-Bioautografi yang optimal
sebagai antimikroba?
C. Tujuan Penelitian
2. Untuk mengetahui senyawa dan komponen kimia apa sajakah yang terdapat pada
3. Untuk mengetahui nilai Rf ekstrak etanol daun pala yang optimal sebagai antimikroba
secara KLT-Bioautografi.
3
D. Manfaat Penelitian
a. Menemukan sumber obat baru yang dapat dimanfaatkan sebagai obat antimikroba.
2. Bagi peneliti
pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat selama kuliah ke dalam praktik
nyata.
E. Kebaruan Penelitian
Etanol Daun Pala (Myristica Fragrans Houtt) dengan Metode KLT- Bioautografi belum
pernah diteliti sebelumnya. Penelitian yang terkait dengan ini terdapat pada tabel 1.
berikut:
Tabel 1. Penelitian lain yang terkait dari judul aktifitas Daun pala
4
2. Fawwaz dkk., Potensi daun pala Sampel dan Metode
2014 (Myristica potensi pengujiannya
Fragrans senyawa yang menggunakan analisis
Houtt) sebagai ada dalam kualitatif untuk
sumber fenolik daun pala mencari senyawa
golongan fenolik
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Escherichia coli
Domain : Bacteria
Divisi : Proteobacteria
Kelas : Gammproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Genus : Eschericia
secara efektif di sebagian besar jalur dengan pembuatan korosif dan gas.
6
b. Staphylococcus aureus
Domain : Bacteria
Divisi : Fimicutes
kelas : Fimibacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Microcococaceae
Genus : Staphylococcus
berdiameter 0,5-1,5 µm, tersusun dalam rantai tidak beraturan seperti jumbai buah
anggur. Bakteri ini termasuk bakteri termofilik yang tumbuh pada kisaran suhu 37-
maksimum 9,8-10. Bakteri ini menghasilkan racun usus dan kurang tahan terhadap
efek garam dan air. Habitat dan pola pernapasan bakteri ini pada kulit biasanya
7
2. Mekanisme Kerja Antimikroba
mikroorganisme yang berbahaya bagi tubuh manusia. Menurut sifat toksisitas selektif,
Ada beberapa sifat antimikroba yang ideal, termasuk toksisitas tinggi terhadap
mikroorganisme tetapi tidak beracun bagi inang, jangkauan yang luas, tidak ada
resistensi yang akan dihasilkan dengan cepat, dengan adanya cairan tubuh, protein
plasma dan enzim jaringan, tidak boleh dikurangi. Sifat adsorpsi, distribusi,
dengan cepat dan ekskresi ginjal dapat dipertahankan untuk waktu yang lama tanpa
mensintesis asam folat sendiri dari asam paraaminobenzoat (PABA). Ketika agen
bahan komposit polimer mukopeptida, dan setelah dinding sel terbentuk, dapat
8
menghambat reaksi pembentukan atau memodifikasi dinding sel, sehingga merusak
struktur dinding seluler. Agen antibakteri ini dapat menghambat sintesis dan
vankomisin.
aliran masuk dan keluar zat tertentu. Membran sel menjaga keutuhan komponen sel,
atau kematian sel, akibatnya mikroorganisme akan mati. Jika integritas dan fungsi
membran plasma sel terganggu, makromolekul dan ion meninggalkan sel, maka sel
akan hancur. Dalam hal ini, agen antimikroba dapat berinteraksi dengan sterol
sitoplasma dalam jamur dan menghancurkan membran sel bakteri Gram negatif.
Membran sel bakteri dan jamur dapat dihancurkan oleh zat tertentu tanpa merusak
sel inang. Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golongan polimixin,
Umur sel tergantung pada mempertahankan keadaan asli molekul. Salah satu
kondisi atau zat yang mengubah kondisi ini adalah mengubah sifat protein dengan
membuat kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki. Beberapa antibiotik, seperti
sintesis protein bakteri. Sepanjang hidup, sel mikroba harus mensintesis banyak jenis
Ribosom bakteri terdiri dari dua subunit yang ditunjuk masing-masing sebagai
9
e. Penghambatan sintesis asam nukleat
DNA dan RNA berperan penting dalam proses kehidupan normal sel. Ini
berarti bahwa kerusakan apa pun pada pembentukan atau fungsi zat ini dapat
menyebabkan kerusakan total pada sel. Dalam hal ini akan mempengaruhi
metabolisme asam nukleat, seperti pengikatan enzim yang bergantung pada DNA,
3. Metode Ekstraksi
a. Definisi ekstraksi
Secara umum, metode ekstraksi dipilih tergantung pada berbagai faktor seperti sifat
memperoleh ekstrak. Obat lengkap atau hampir lengkap. Sifat-sifat obat merupakan
faktor utama yang perlu dipertimbangkan ketika memilih metode ekstraksi (Ansel,
1989).
b. Mekanisme ekstraksi
Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan dan hewan lebih
larut dalam pelarut organik. Proses ekstraksi zat aktif dari tumbuhan adalah pelarut
organik menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel tumbuhan atau
hewan yang mengandung zat aktif tersebut. Zat aktif akan terlarut, sehingga
konsentrasi larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel akan
berbeda, kemudian larutan pekat akan berdifusi keluar, dan proses ini berlanjut ke
larutan zat aktif di dalam maupun di luar sel (Ditjen POM,1986; Tobo, 2001).
10
c. Jenis ekstraksi
kerjanya tidak memerlukan pemanasan. Metode ini cocok untuk kristal tunggal
yang mengandung komponen kimia yang tidak tahan panas dan kristal tunggal
lunak atau tipis. Metode dingin meliputi pencelupan, perkolasi, dan Soxhlet
suatu proses. Serbuk sari cair dapat dengan mudah memasuki kompartemen sel
ekstraksi saat dipanaskan. Cara ini cocok tidak hanya untuk bahan sederhana
dengan bahan aktif tahan panas, tetapi juga untuk bahan sederhana dengan
tekstur keras, seperti kulit, serat kayu, dan kayu. Ekstraksi panas mengacu pada
Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisik dan kimia. Lapisan
pemisah yang tersusun dari bahan partikulat (fase diam) ditempatkan pada pembawa
berupa kaca, pelat logam atau lapisan yang sesuai. Campuran yang akan dipisahkan
dalam bentuk larutan bercak-bercak atau pita. Setelah menempatkan pelat atau lapisan
dalam wadah tertutup dengan larutan pembengkakan yang sesuai (fase gerak),
pemisahan terjadi selama proses difusi kapiler (pembengkakan). Selain itu, senyawa
lipid dan hidrokarbon. Sebagai fase diam, digunakan senyawa yang tidak bereaksi
11
seperti silika gel atau alumina. Silica gel biasa dilengkapi dengan perekat untuk
memberikan kekuatan pada lapisan dan meningkatkan daya rekat pada kaca pendukung.
Dalam kromatografi lapis tipis, fase diam adalah lapisan tipis bahan padat yang
dengan menggunakan perekat. Dua sifat penting dari fase diam adalah ukuran partikel
dan keseragaman, karena kekuatan adhesi pada penyangga sangat bergantung pada
kedua sifat ini. Pelet pitch kasar tidak memberikan hasil yang memuaskan. Salah satu
cara untuk meningkatkan efisiensi pemisahan adalah dengan menggunakan fase diam
granular. Absorben yang banyak digunakan dalam kromatografi lapis tipis adalah silika
gel, alumina, tanah diatom, selulosa dan poliamida (Sastrohamidjojo, 1991; Stahl,
1985).
Fase gerak adalah media transmisi yang tersusun dari satu atau beberapa pelarut.
Karena gaya kapiler, ia bergerak dalam fase diam (lapisan berpori). Pemilihan sistem
pelarut yang akan digunakan didasarkan pada prinsip disolusi yang sama. Artinya,
sistem pelarut non-polar digunakan untuk memisahkan sampel non-polar, dan sistem
Jarak batch suatu senyawa pada kromatogram dinyatakan sebagai nilai numerik
Rf (Stahl, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Rf adalah struktur kimia senyawa yang akan
dipisahkan, sifat adsorben, ketebalan dan keseragaman lapisan absorber, jenis pelarut dan
1991).
12
5. Metode Pengujian Antimikroba
a. Metode dilusi
mikroorganisme yang diuji dengan resistensi yang sama melalui dosis antibiotik
keberhasilan pengujian metode ini adalah masa inkubasi dan suhu yang seragam
b. Metode difusi
dilakukan dengan cara meletakkan perisai atau wadah pada permukaan media dan
diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Selama masa inkubasi, antibiotik berdifusi
ke dalam gel agar, membentuk zona resistensi. Area yang diperoleh digunakan
(Djide, 2008).
c. KLT-Bioautografi
(antibakteri, protozoa, antitumor) dan aktivitas antibakteri dari zat yang diteliti
(Sastroamidjojo, 1985).
13
Pengujian biokromatografi adalah metode khusus untuk mendeteksi bintik-
tipis ini memiliki aktivitas antibakteri, antijamur dan antivirus, sehingga metode
memisahkan senyawa antibakteri pada lapisan KLT dan pada agar yang dikulturkan
secara homogen. Setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu, terlihat adanya
zona hambat yang ditunjukkan oleh aktivitas senyawa aktif reagen terhadap
1) KLT-Bioautografi langsung
2) KLT-Bioautografi kontak
3) KLT-Bioautografi pencelup
kromatografi elusi yang ditempatkan dalam cawan petri dan permukaan yang
untuk peran butiran dikompresi dan diinkubasi pada suhu dan waktu yang
sesuai. Keuntungan dari metode ini adalah efektif dalam mendeteksi keberadaan
14
B. Tinjauan Teoritis Variabel Bebas
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophya
Sub-Divisi : Coniferophytina
Class : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
daerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam famili Myristaceae dan terdapat sekitar
200 spesies. Ketika pohon tumbuh subur dan tumbuh di lingkungan terbuka, daun
menghalangi matahari dan tingginya bisa mencapai 15-18 kaki. Daun meruncing ke
Daun pala berbentuk lonjong, dengan akar meruncing dan ujung runcing. Warna
di bawahnya adalah biru langit. Bagian atas berwarna hijau gelap. Masa tanam buah
hingga pemetikan tidak boleh lebih dari 9 bulan. Buahnya bulat, lebar dan runcing.
Kulit halus, kuning, tebal dan terhidrasi. Bijinya satu, dibelah menjadi dua bagian dan
dilindungi oleh cangkang yang tidak cukup tebal tetapi cukup keras. Bentuk biji
menjadi lonjong, lonjong dan coklat tua seiring bertambahnya usia (Rismunandar,
1992).
15
Gambar 1. Daun Pala (Rismunandar, 1992).
a. Biji pala yg masih belum relatif tua apabila dikeringkan akan membuat daging biji yg
b. Biji pala yang sudah tua akan menghasilkan biji yang sangat keras setelah
c. Kulit biji ditutupi dengan kulit merah. Partikel ini disebut massa. Semua bagian
pala (termasuk daging, fuli, dan biji) memiliki banyak manfaat (Rismunandar,
1992).
Pala memiliki nama yang berbeda di setiap daerah, seperti palo (Nusa Tenggara),
kala pelang (Sumatera Barat), kuhipun (Maluku), atau gosora (Ternate) (Kurniawati,
2010).
16
3. Kandungan Kimia
Informasi tentang komposisi kimia jaringan atau organ tanaman Myristica tidak
banyak dibahas. Pala mengandung 9% air, 27% karbohidrat, 6,5% protein, 33% minyak
campuran dan 4,5% minyak atsiri. Kulit biji mengandung 22,5% minyak atsiri dan lebih
dari 10% minyak atsiri, 73% aspergillin dan 13% minyak atsiri diisolasi. Biji dan buah
Daun pala juga mengandung minyak atsiri, namun kandungannya tidak tinggi (Drazat,
2007).
4. Khasiat
Menurut Kurniawati (2010), pala dapat digunakan sebagai pengobatan yang efektif
untuk sakit gigi. Daun pala juga mengandung minyak atsiri dan senyawa fenolik lainnya
yang dapat disuling untuk mendapatkan minyak atsiri. Minyak atsiri ini digunakan
sebagai bahan obat tradisional dan dapat diekspor untuk membuat kosmetik, sabun,
C. Kajian Empiris
sekitarnya serta Irian Jaya. Pala dikenal sebagai tanaman rempah-rempah yang bernilai
ekonomis dan multi fungsi, karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan di
berbagai industri seperti makanan dan minuman, obat-obatan, parfum dan kosmetik.
Selain itu, buah pala juga menghasilkan minyak yang digunakan sebagai obat untuk
merangsang sistem jantung, diare, reumatik, nyeri otot, sakit gigi, menghilangkan racun
di hati dan berbagai khasiat lainnya. Daun pala merupakan bagian tanaman yang belum
terkandung dalam daun pala antara lain alkaloid, triterpen, tanin dan 2 flavonoid
17
Hal ini sesuai dengan banyak penelitian terhadap daun pala yang terbuka. Yaitu,
adanya senyawa fenolik, khususnya ekstrak etano daun pala (Myristica aromans Houtt)
yang mengandung senyawa fenolik total. Kandungan total fenol ekstrak daun pala
adalah 183,56 mgGAE/g ekstrak. Juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Lubis,
Winda Aldrani (Winda Aldrani 2017) membahas toleransi ekstrak etanol pada daun
pala (Myristica aromans Houtt.) dengan menggunakan metode difusi, agar dan
bahwa aktivitas antibakteri buah pala dapat melawan enterococci resisten vankomisin
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wibowo Agus, dkk
(2019), tentang uji aktivitas antibakteri minyak atsiri daun pala segar dengan metode
difusi sumuran yang dilakukan terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus ditemukan bahwa daun pala memiliki aktivitas antibakteri terhadap kedua
bakteri tersebut dan juga pada penelitian Undri Rastuti, dkk (2013) tentang aktivitas
antibakteri daun pala ditemukan bahwa daun pala mempunyai komponen kimia turunan
18
BAB III
Escherichia coli pada penyakit diare. Bahan alami yang digunakan adalah daun pala
potensi antibakteri yang dimiliki oleh tanaman pala pada setiap bagiannya. Nilai ekonomis
tanaman pala terletak pada bunga pala dan bijinya, sedangkan bagian daun dan daging
buahnya masih belum termanfaatkan dengan optimal sehingga masih banyak terbuang
begitu saja. Meskipun masih terdapat komponen kimiawi pada daun dan daging buah pala
berupa minyak atsiri, namun komponen kimia tersebut tergolong sebagai agen antibakteri
yang potensial.
potensi antibakteri dari bagian daun pala. Daun pala berpotensi sebagai antibakteri
yaitu pada kandungan flavonoid dan terpenoid. Flavonoid merupakan salah satu golongan
fenol alam terbesar yang mempunyai kecenderungan untuk mengikat protein sehingga
19
B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
: Variabel bebas
: Variabel terikat
Terikat
C. Variabel Penelitian
2. Variabel bebas : Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak etanol
a. Antibakteri
yang berbahaya bagi tubuh manusia. Ada zat antibakteri yang menekan pertumbuhan
toksisitas opsional. Ada sesuatu yang Anda butuhkan untuk membunuh bakteri.
ketika kadar antibakteri meningkat di atas KHM (Ganiswara, 1995). Kriteria target:
satuan mg / dl
20
b. Nilai Rf.
ke permukaan fase diam dibagi dengan jarak perjalanan pelarut ke fase gerak. Dapat
Ekstrak etanol daun pala (Myristica fragrans Houtt) adalah proses pemisahan
menguapkannya.
E. Hipotesis Penelitian
aktivitas antibakteri.
sebagai antibakteri.
3. H0 = Ekstrak etanol daun pala (Myristica fragrans Houtt) tidak mempunyai nilai
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96% daun pala (Myristica fragrans
2. Desain Penelitian
Keterangan :
DP : Daun pala
ZH : Zona Hambat
Mandala Waluya pada bulan Desember tahun 2020 sampai bulan Januari tahun 2021.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, api bunsen,
bejana maserasi, cawan Petri, chamber (kamag), gelas ukur, inkubator, labu erlenmeyer,
pengering rambut, jarum ose, Laminar Air Flow (LAF), lampu UV 254 nm dan 366 nm,
22
oven, spektrometer UV (Genesis), jarum suntik, tabung reaksi, timbangan analitik,
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquades steril, ekstrak
etanol daun pala (Myristica fragrans Houtt.), dimetil sulfoksida (DMSO), etanol 96%,
lempeng KLT, medium Nutrien Agar (NA) dan Potato Dextrose Agar (PDA), mikroba
biakan uji (Escherichia coli, Staphylococcus aureus), n-heksan: etil asetat (7:3),
Pereaksi Aluminium klorida, Pereaksi Feri klorida, Pereaksi toluena: etil asetat,
Populasi sampel adalah tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.) yang diperoleh
langsung dari Laonti Kab. Konawe Selatan, sedangkan sampel yang digunakan adalah
1. Penyiapan sampel
a. Pengolahan sampel
Ambil sampel daun pala (Myristica fragrans Houtt.), Bilas dengan air mengalir
dan tiriskan. Kemudian keringkan daun pala di bawah sinar matahari. Daun kering
pala sebanyak 1 kg, sampel dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan direndam dengan
23
penggantian pelarut. Filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan vacuum rotary
evaporator pada suhu ≤40ºC hingga diperoleh ekstrak etanol daun pala (Ansel,1989).
Semua alat yang digunakan harus dicuci dan dikeringkan. Labu erlenmeyer
dibungkus dengan kain katun, ditutup dengan plastik tahan panas dan disterilkan dalam
autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Bungkus vial dan tabung reaksi dalam foil
dan sterilkan dalam oven pada 180°C selama 2 jam. Sterilkan forsep dan jarum suntik
dengan api Bunsen. Semua media benih (Nutrien agar dan Potato dextrose agar)
Bakteri yang diuji diremajakan dengan menggosok permukaan media agar dengan
jarum melingkar dan memiringkan media nutrient agar, dan diinkubasi selama 1x24
fisiologis 0,9% steril dan ditempatkan dalam kuvet. Transmisi suspensi kultur
25%. T. Saline 0,9% steril digunakan sebagai blanko (Kuete et al, 2011).
dalam 0,2 ml DMSO. 9,8 mL media ditambahkan ke ekstrak pada konsentrasi 1 mg/mL.
memadat. Suspensi bakteri dikeluarkan dari media padat menggunakan jarum ose
24
kemudian diinkubasi pada suhu 37 °C selama 1 x 24 jam. Aktivitas antimikroba
Ekstrak etanol 96% daun pala (Myristica fragrans Houtt.) dilarutkan dalam
larutan elusi yang sesuai. Letakkan di atas plat KLT berukuran 7 x 1 cm menggunakan
pipa kapiler. Pelat KLT harus dipanaskan dalam oven untuk diaktifkan sebelum
digunakan. Oleskan ekstrak dan bandingkan sekitar 1 cm dari tepi bawah piring dan
tunggu sampai kering. Tempatkan pelat dalam labu kromatografi yang berisi eluat jenuh
(n-heksana: etil asetat (4: 1)). Pelat dibiarkan terelusi dari tepi atas pelat hingga batas 0,5
cm. Cawan dikeluarkan dari wadah dan diangin-anginkan sampai eluat menguap.
panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Fluoresensi terakumulasi pada disk (Djide,
2008).
Inokulasi satu dosis bakteri pada 10 ml Nutrien agar (NA) steril yang didinginkan,
tuangkan ke dalam cawan Petri steril, dan lakukan asepsis. Tempatkan pelat KLT yang
dielusi pada permukaan agar akhir. Piring dibiarkan selama 30 menit dan dipisahkan dari
media. Medium diinkubasi pada suhu 37°C selama 1x24 jam. Zona penghambatan terlihat
a) Pereaksi flavonoid
366 nm
25
BAB V
A. Hasil Penelitian
Hasil pembuatan simplisia dari daun pala sebanyak 1 kg diperoleh simplisia yang
telah dikeringkan sebanyak 400,273 gram kemudian dimaserasi serbuk simplisia daun pala
dengan pelarut etanol 96%, dipekatkan dengan menggunakan alat rotavapor sehingga
diperoleh ekstrak kental sebanyak 41,673 gram. % rendamen ekstrak hasil perbandingan
(Myristica frgarans Houtt.) terhadap beberapa bakteri uji maka diperoleh hasil bahwa
ekstrak etanol 96% daun pala memberikan aktivitas yang baik terhadap bakteri uji
Staphylococcus aureus, dan juga memberikan aktivitas yang baik terhadap bakteri uji
Escherichia coli. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Hasil uji Skrining aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96% daun pala (Myristica
fragrans Houtt. ) pada konsentrasi 1 mg/ml
Bakteri Uji
No. Sampel
SA EC
Ekstrak etanol daun pala (Myristica
1. + +
fragrans Houtt.)
Keterangan :
SA : Staphylococcus aureua
EC : Escherchia coli
26
3. Hasil Uji Antibakteri
heksan : etil (7:3) dengan penampak bercak lampu UV 254 nm diperoleh 3 bercak
yaitu pada Rf 0,92, Rf 0,78, Rf 0,64. Pada penampak bercak lampu UV 366 nm
diperoleh 3 bercak yaitu pada Rf 0,92, Rf 0,78, Rf 0,64 dan pada penampak bercak
Hasil pemisahan dan pengujian senyawa secara KLT dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3. Hasil pemisahan dan pengujian senyawa secara KLT menggunakan campuran eluen
n-heksan: etil (7:3)
Pada uji identifikasi komponen kimia aktif ekstrak etanol daun pala (Myristica
fragrans Houtt.) dengan penampak noda H2SO410% didapatkan hasil uji yang dapat
Tabel 4. Hasil uji Identifikasi Komponen Kimia Aktif dari Kromatogram ekstrak etanol
Daun Pala (Myristica fragrans Houtt.)
27
Warna hasil Golongan
Pereaksi Rf Warna bercak
penyemprotan senyawa
Kuning
H2SO410% 0,78 kecoklatan Coklat tua + flavonoid
B. Pembahasan
Sampel daun pala (Myristica fragrans H.) dikumpulkan dari desa Laonti, daerah
Kabupaten Konawe Selatan. Sampel yang diperoleh dikeringkan sampai seluruh bagian
daun benar-benar kering. Tujuan dari proses pengeringan itu sendiri adalah untuk
mengurangi kadar air sampel dan mencegah pertumbuhan mikroba. Simplisia kemudian
dirajang hal ini dilakukan untuk meningkatkan luas permukaan sampel sehingga kontak
antara filter cair dan sampel semakin besar dan memudahkan ekstraksi komponen kimia
yang terkandung di dalamnya. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara merendam sampel
dengan pelarut etanol selama 3 x 24 jam kemudian diuapkan. metode eskraksi maserasi
tidak dipanaskan sehingga zat aktif yang bersifat termolabil tidak rusak. Alasan lain juga
didasarkan pada konsistensi daun pala yang lunak dan memiliki dinding sel yang tipis
sehingga memungkinkan cairan dengan mudah menembus dan mengekstrak bahan kimia
yang dikandungnya. Metode maserasi dipilih karena keuntungan utama metode ekstraksi
Pelarut yang digunakan adalah pelarut etanol, hal ini didasarkan sifat etanol yang
hampir polar yang dapat digunakan untuk mengekstrak semua komponen kimia dalam
tumbuhan. Hasil dari proses maserasi dipekatkan dengan rotary evaporator untuk
mendapatkan ekstrak etanol kental, yang kemudian diuapkan sehingga diproleh berat
konstan. Ekstrak etanol yang diperoleh adalah 41.673 gram. % rendamen ekstrak dari hasil
perbandingan berat ekstrak dengan berat simplisia awal, diperoleh sebesar 10, 017%
28
yang telah dielusi dengan n-heksan: etil asetat (7:3) pada media NA yang berisi masing-
masing bakteri Eschericia coli dan staphylococcus aureus. Adanya aktivitas antibakteri
ditandai dengan terbentuknya bercak aktif berupa zona hambat pada media padat yang
telah diinokulasikan masing masing bakteri. Bercak aktif ini muncul karena adanya proses
penghambatan pertumbuhan bakteri disekitar noda pada lempeng yang ditempelkan pada
media yang berisi bakteri Eschercia coli maupun staphylococcus aureus sehingga senyawa
aktif yang terdapat pada noda bereaksi dengan menghambat pertumbuhan bakteri disekitar
Uji KLT-Bioutografi dilakukan pada ekstrak etanol daun pala secara kromatografi
lapis tipis menggunakan campuran elusi n-heksan: etil asetat (7:3). Campuran elusi ini
digunakan karena dapat dengan baik memisahkan senyawa yang berpotensi sebagai
senyawa antibakteri yang terdapat pada ekstrak. KLT-Bioautografi merupakan uji lanjutan
untuk memastikan bahwa komposisi kimia daun pala memberikan aktivitas antibakteri.
Metode yang digunakan untuk KLT-Bioautografi terdiri dari menempatkan pelat KLT
pada agar (NA) dengan cara mengkontakkan dan menempatkan organisme yang diuji pada
permukaan nutrien yang diinokulasi. Senyawa antibakteri didifusikan ke dalam media agar
pada pelat kromatografi, setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang tepat akan mencegah
pertumbuhan bakteri dan membentuk transparan sampai permukaan media menjadi jernih.
Hasil kromatografi lapis tipis ditunjukkan pada UV 254 nm, UV 366 nm dan H 2SO4 10%.
Lampu UV 254 nm dan UV 366 nm digunakan untuk melihat noda pada lempeng KLT
sehingga dapat diidentifikasi senyawa yang ada. Hasil KLT-bioautografi yang diperoleh
yaitu terdapat 3 noda pada UV 254 nm, 3 noda pada UV 366 dan 1 tnoda pada lempeng
Pada uji KLT yang telah dilakukan, dapat dilihat nilai Rf pelat untuk
29
mengidentifikasi senyawa penghambat bakteri yang diuji. Hasil KLT menunjukkan adanya
noda pada lampu UV 254 nm, UV 366 nm dan pada lempeng KLT setelah disemprotkan
larutan H2SO4 10% dibandingkan dengan daerah semu yang terbentuk pada cawan Petri
yang diberi perlakuan KLT-Bioautografi dan diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C
terhadap Staphylococcus aureus. Ini ditandai dengan adanya bercak aktif berupa zona
bening yang muncul pada noda yang bernilai Rf 0,92 yang membuktikan bahwa noda
tersebut menghambat pertumbuhan dari bakteri Staphylococcus aureus. Tidak semua bintik
muncul ketika UV 254 nm, UV 366 nm dan larutan H 2SO4 10% memberikan zona hambat
bagi bakteri. Hal ini dikarenakan tidak semua senyawa dalam ekstrak etanol daun pala
Hasil uji identifikasi komponen kimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
pala mengandung senyawa flavonoid. Adanya flavonoid ditandai pada saat penyemprotan
larutan H2SO4 10% menunjukkan bercak kuning atau coklat tua pada nilai Rf 0,78.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wibowo Agus, dkk (2019),
tentang uji aktivitas antibakteri minyak atsiri daun pala segar dengan metode difusi
sumuran yang dilakukan terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
ditemukan bahwa daun pala memiliki aktivitas antibakteri terhadap kedua bakteri tersebut
dan juga pada penelitian Undri Rastuti, dkk (2013) tentang aktivitas antibakteri daun pala
ditemukan bahwa daun pala mempunyai komponen kimia turunan fenol atau flavonoid.
Pada tumbuhan, flavonoid dapat membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan
dinding sel sebagai agen antibakteri. Selain itu, flavonoid lipofilik dapat merusak membran
30
mikroba. Terpen atau terpenoid bersifat antibakteri. Meskipun mekanismenya belum
sepenuhnya dijelaskan, senyawa ini diperkirakan bekerja pada kerusakan membran yang
Salah satu mekanisme kerja antibakteri adalah dengan mengubah sifat protein.
Suhu dan konsentrasi bahan kimia mengubah sifat protein yang berperan penting dalam
mempertahankan umur sel. Senyawa yang menghambat sintesis protein juga dapat
kematian sel (Pertiwi.N, 2010). Ada juga agen antibakteri yang bekerja langsung pada
dilepaskan ke dalam sel. Membran sel adalah lapisan selektif permeabel di bawah
dinding sel yang mengontrol masuk dan masuknya zat ke dalam sel dan mempertahankan
Ikatan hidrogen terbentuk antara fenol dan protein yang merusak struktur protein.
Ini terdiri dari semua protein dan dengan demikian mempengaruhi permeabilitas dinding
sel dan membran sel. Permeabilitas dinding sel dan membran terhambat oleh senyawa
31
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ekstrak etanol 96% daun pala (Myristica fragrans H.) memberikan aktivitas antibakteri
2. Komponen golongan kimia aktif yang memberikan aktivitas antibakteri secara KLT -
Bioautografi pada ekstrak etanol daun pala (Myristica fragrans H.) adalah golongan
flavonoid.
3. Nilai Rf ekstrak etanol daun pala secara KLT-Bioautografi yang optimal sebagai
B. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam untuk mengisolasi senyawa
antibakteri pada sampel daun pala (Myristica fragrans Houtt.) sehingga dapat diperoleh
32
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4, diterjemahkan dari
Bahasa Inggris oleh Farida Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA., 2012, Mikrobiologi
Kedokteran Jawetz, Melnick & Adelberg. Edisi ke-25. Jakarta: EGC;
h.194-211.
Ditjen POM., 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ditjen POM., 1987, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Drazat, 2007, Meraup Laba dari Pala, PT Agromedia Pustaka, Bogor, Indonesia.
Hidayat S., 2005, Ramuan Tradisional Ala 12 Etnis Indonesia. Edisi ke-1. Jakarta: PPS; .
h. 12-13.
Muktiningsih SR, Muhammad HS, Harsana IW, Budhi M, Panjaitan P., 2010 Review
Tanaman Obat yang Digunakan Oleh Pengobatan Tradisional di Sumatera
Utara, Sulawesi Selatan, Bali, dan Sumatera Selatan. Media Litbang
Kesehatan; 6:25-36.
Mulyati, Endah Sri., 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun
Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels) Terhadap Staphylococcus aureus
Dan Escherichia coli Dan Bioautografinya. Surakarta: Fakultas farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nurd JN, Mulyono E, Risfaher., 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Badan Penelitian
Pertanianp. 4-12
Nurhasanah., 2014. Antimicrobal Activity Of Nut- meg (Myristica fragrans) Fruit
Methanol Extract Againts Growth Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli. Skripsi. FKIP Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Khairun
Pelczar, M.J. & Chan, E.C.S., 1988, Dasar-dasar mikrobiologi, edisi ke 1, Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Pertiwi, N., 2010, ‘Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Penghambatan Ekstrak Air
Campuran Daun (Piper betle L.) dan Kaput Sirih (Ca(OH)2 terhadap
beberapa Bakteri uji’, Skripsi, S.farm., Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Poeloengan, M., & Praptiwi, P., 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana Linn). Media Peneli- tian dan
Pengembangan Kesehatan, 20(2), 65-69.
Rachmi W, Zanuri A, Yuharmen., 2014, Perbandingan Isolasi Minyak Atsiri Biji Pala
Cara Hidrodistilasi dan konvensional serta uji akitivitas
antibakteri dan antioksidan. JOM FMIPA.;1:335-342.
Rismunandar, 1992, Budidaya dan Tataniaga Pala, Penerbit Swadaya, Jakarta, Indonesia.
Shan, B., Cai, Y. Z., Brooks, J. D., & Corke, H., 2007. The in vitro antibacterial activity
of dietary spice and medicinal herb extracts. Interna- tional Journal of food
microbiology, 117(1), 112-119.
Soedarto, 2015. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-1. Jakarta: Sagung Seto; h.194-221.
Sri, A.H., 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Halaman 17, 125-
126, 148-150.
Sunanto, H., 1993, Budidaya Pala Komoditas Ekspor, Kanisius, Yogyakarta. Tobo, F.,
Mufidah, T., dan Mahmud, I., 2001. Buku Pegangan Laboratorium
Fitokimia I, Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi FMIPA,
Universitas Hasanudin, Makassar.
Wibowo, Marlia Singgih, dkk 2008. Uji Aktivitas Infusum Bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa. L). STIKes BTH Tasikmalaya.
Lampiran 1. Skema kerja
diuapkan
Uji Skrining
Aktivitas Antibakteri
Kesimpulan
Ekstrak Aktif
Pembahasan
Pemisahan Senyawa
Secara KLT
Pengamatan
Uji KLT-Bioautografi
Identifikasi Komponen
Gambar 1. Skema kerja uji aktivitas antimikroba ekstrak etanol daun pala (Myristica
fragrans Houtt)
Tuangkan 10mL medium NA 10mg Ekstrak Daun Pala
dalam cawan petri (Myristica fragrans Houtt.)
Inkubasi 1 x 24 jam
Diamati
Kesimpulan
Dielusi
Diinkubasi 1 x 24 jam
Zona Hambat
Data
Bandingkan dengan
kromatogram hasil
pengujian KLT
Kesimpulan
Disemprot
Amati
Pembahasan
Kesimpulan
Keterangan:
AlCl3 : Aluminium Klorida
FeCl3 : Feri Klorida
H2SO4 : Asam Sulfat
Gambar 5. hasil pengujian skrining ekstrak etanol daun pala (Myristica fragrans Houtt.)
pada bakteri uji
Keterangan :
EC : Escherichia coli
SA : Staphylococcus aureus
Lampiran 3. Profil Kromatogram
0,92
0,78
0, 64
A B C
Keterangan :
Gambar 7. Foto hasil pengujian KLT-Bioutografi ekstrak etanol daun Pala (Myristica
fragrans Houtt.) terhadap bakteri Eschercia coli
Bercak aktif
Gambar 8. Foto hasil pengujian KLT-Bioutografi ekstrak etanol daun Pala (Myristica
fragrans Houtt.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus
Lampiran 5. Hasil identifikasi komponen kimia
Gambar 9. Foto hasil identifikasi komponen kimia dari kromatogram ekstrak etanol daun
pala (Myristica fragrans Houtt.) menggunakan penampak bercak H2SO4 10%
Lampiran 6. Foto tumbuhan pala