DiajukanOleh:
Mengesahkan
REKTOR
BIDANG AKADEMIK DAN PEMBELAJARAN
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
apt. Aurelia Da Silva S. Fraga, S.Farm., M.Farm apt. Maria Philomena Erika Rengga, S.Farm., M.Farm-Klin
NIDN. 0812062202 NIDN. 0827038602
Mengetahui
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi Farmasi
iii
PANITIA PENGUJI UJIAN SKRIPSI
Anggota :
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “POLA PENGGUNAAN DAN
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN
GERIATRIK DI PUSKESMAS SULAMU KABUPATEN KUPANG”.
Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa selama proses penulisan
skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
patutlah penulis menyampaikan limpah terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. Frans Salesman, SE., M. Kes, selaku Rektor Universitas
Citra Bangsa Kupang.
2. Bapak Vinsensius B. Lemaking, S.KM., M.Kes, selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Citra Bangsa Kupang.
3. Ibu apt. Novi Winda Lutsina, S. Farm., M.Si, selaku Ketua Program Studi
Sarjana Farmasi Universitas Citra Bangsa Kupang dan selaku dosen
pendamping akademik yang telah memberikan motivasi dan dukungan
selama proses perkuliahan.
4. Ibu apt. Maria Philomena Erika Rengga, S.Farm., M.Farm-Klin, selaku
Sekretaris Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Citra Bangsa Kupang
dan selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan banyak dukungan,
saran, kritik bantuan, arahan dan motivasi serta memberikan masukan selama
penulis menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas waktu dan
pikiran yang telah diberikan untuk membimbing penulis.
5. Ibu apt.Aurelia Da Silva S. Fraga, S.Farm., M.Farm, selaku dosen
pembimbing I, yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan ilmu
serta dengan sabar dan setia membimbing penulis dalam penyusunan skripsi
ini sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan
v
lancar. Terima kasih atas waktu dan pikiran yang telah diberikan untuk
membimbing penulis.
6. Ibu apt. Cahyani Purnasari, S.Si, M.Si, selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada peneliti sehingga
peneliti dapat memperbaiki penulisan skripsi.
7. Bapak dan Ibu Dosen terbaik serta tenaga kependidikan Program Studi
Sarjana Farmasi Universitas Citra Bangsa Kupang yang telahmendidik dan
membantu penulis dalam menyelesaikan studi.
8. Kedua orang tua, kakak adik dan semua keluarga di Sulamu dan di Kupang
yang selalu mendukung dalam doa, dan penuh kasih sayang serta memberikan
motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan: Riko, Pedro, Habel, Vicky, Oden, Ipe, Meki,
Windy, Imha, Vinsen, Dezz, Shima, Disyon BJ, MRC dan yang terkasih
Chindi Lelo. Terima kasih atas doa, motivasi, semangat, dan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan penyusunanskripsi ini. Semoga kebaikan dan
kesuksesan menemani perjalanan kita kedepan.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan I dan II dari awal masuk kuliah sampai
sekarang Farmasi A, B, dan C, yang telah banyak membantu dan memberikan
semangat.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PANITIA PENGUJI UJIAN SKRIPSI iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
ABSTRAK...........................................................................................................xiii
ABSTRACT..........................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................4
1.5 Keaslian Penelitian.....................................................................................5
vii
2.4 Puskesmas................................................................................................28
2.4.1 Definisi dan Standar Pelayanan Kefarmasian.........................28
2.4.2 Ruang Lingkup Pelayanan Kefarmasian.................................28
2.4.3 Tujuan......................................................................................29
2.4.4 Fungsi......................................................................................29
2.5 Landasan Teori.........................................................................................30
2.5.1 Kerangka Teori........................................................................30
2.5.2 Kerangka Konsep....................................................................31
BAB V PENUTUP...............................................................................................50
5.1 Kesimpulan..............................................................................................50
viii
5.2 Saran.........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51
LAMPIRAN..........................................................................................................56
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
ABSTRAK
Manek, Velgas Lau Pinto. 2021. Pola Penggunaan dan Evaluasi Penggunaan Obat
Antihipertensi pada Pasien Geriatrik di Puskesmas Sulamu Kabupaten
Kupang.
Pembimbing I: apt. Aurelia Da Silva S. Fraga, S.Farm., M.Farm
Pembimbing II: apt. Maria Philomena Erika Rengga, S.Farm., M.Farm-Klin
xiii
ABSTRACT
Manek, Velgas Lau Pinto. 2021. Patterns of Use and Evaluation of the Use of
Antihypertensive Drug in Geriatrikc Patients at the Sulamu Community
Health Center, Kupang Regency.
Supervisor I: : apt. Aurelia Da Silva S. Fraga, S.Farm., M.Farm
Supervisor II: apt. Maria Philomena Erika Rengga, S.Farm., M.Farm-Klin
xiv
Key words: Antihypertension, blood pressure, amlodipine, drug prescription
pattern.
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang disebabkan oleh
gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung
koroner, hipertensi, dan stroke (Martiningsih, 2019). Berdasarkan data
World Health Organization (WHO) tahun 2012 sebanyak 17,5 juta orang di
dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskular atau 31% dari 56,5 juta
kematian di seluruh dunia. Kematian akibat penyakit kardiovaskular di
antaranya disebabkan oleh penyakit jantung koronersebanyak 7,4 juta
(42,3%) dan 6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke. Kejadian hipertensi
diseluruh dunia mencapai lebih dari 1,3 miliar orang, yang mana angka
tersebut menggambarkan sekitar 31% jumlah penduduk dewasa didunia
(Kemenkes RI, 2017).
Berdasarkan data WHO tahun 2011, satu miliar orang didunia
menderita hipertensi, dan dua pertiga diantaranya berada di negara
berkembang. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang
setiap tahun. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah arteri secara
terus menerus (Dipiro et al., 2015). Seseorang dapat dikatakan hipertensi
atau mengalami tekanan darah tinggi apabila tekanan darah meningkat
dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dandiastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan jarak waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat atau tenang (Kemenkes RI, 2016).
Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013, menyebutkan bahwa
prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis di Indonesia sebesar 25,8%.
Jika dibandingkan dengan hasil RisKesDas tahun2018 sebesar 34,1%,maka
adapeningkatan sebesar 8,3%. Prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis
hasil pengukuran pada penduduk umur≥18 tahun berdasarkan karakteristik
kelompok umur, 18-24 tahun sebesar 13,2% (106.849 pasien), 25-34 tahun
sebesar 20,1% (152.373 pasien), 35-44 tahun sebesar 31,6% (144.578
1
pasien), 45-54 tahun sebesar 45,3% (118.927 pasien), 55-64 tahun
sebesar55,2 % (79.427 pasien), 65-74 tahun sebesar 63,2% (38.335 pasien)
dan ≥ 75 tahun sebesar 69,5% (17.7712 pasien). Prevalensi hipertensi di
provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan hasil pengukuran, pada
penduduk umur ≥ 18 tahun adalah sebesar 27,72% atau 11.505 pasien
(RisKesDas, 2018).
Faktor risiko penyebab terjadinya hipertensi ada dua, yaitu faktor yang
dapat diubah meliputi merokok, diet rendah serat, dislipidemia, konsumsi
garam berlebihan, kurang aktivitas fisik, stres, obesitas serta konsumsi
alkohol dan faktor yang tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, genetik,
dan salah satunya adalah usia. Bertambahnya usia akan menyebabkan
beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistansi
perifer dan aktivitas simpatik. Hasil penelitian John etal.,(2010) mengatakan
bahwa geriatrik lebih berisiko terkena penyakit kardiovaskular, karena
adanya keterkaitan antara bertambahnya usia terhadap tekanan darah tinggi.
Joint National Committee (JNC) VIII tahun 2016 menjelaskan
bahwaterapilini pertama untuk mengatasi hipertensi, yaitu diuretik tiazid,
beta blocker, calcium channel blocker (CCB), angiotensin converting
enzyme inhibitor (ACEI), dan angiontensin receptor blockers (ARB).
Berdasarkan hasil penelitian Alaydrus (2019), penggunaan obat
antihipertensi pada pasien geriatrik yang paling banyak digunakan untuk
terapi tunggal, yaitu golongan CCB sebesar 56,67% dan obat kombinasi
yang paling banyak digunakan yaitu golongan CCB + ARB sebesar 10%.
Pemberian obat pada pasien geriatrik merupakan tantangan yang kompleks
dan memerlukan pertimbangan yang cermat antara manfaat dan keamanan.
Kesulitan yang muncul karena perubahan terkait usia antara lain adanya
perubahan susunan dan fungsit ubuh, perubahan fungsi hati terkait
metabolism obat, perubahan ginjal terkait ekskresi obat, serta kondisi
multipatologi.
Berdasarkan Kemenkes RI tahun 2011, Evaluasi Penggunaan Obat
(EPO) merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat untuk
2
menjamin obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau
(rasional). EPO yang rasional dapat diterapkan untuk mendapatkan
pengobatan yang sesuai bagi pasien getriatri, yaitu tepat diagnosa, tepat
indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat
interval waktu pemberian, tepat lama pemberian, waspada terhadap efek
obat samping dan tepat penilaian kondisipasien.
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya diwilayah kerjanya (Permenkes 74, 2016). Puskesmas Sulamu
adalah salah satu puskesmas di Kabupaten Kupang yang menyediakan
pelayanan kesahatan bagi masyarakat dan sudah seharusnya menerapkan
penggunaan obat yang rasional sesuai standar yang ada. Berdasarkan data
rekam medik di Puskesmas Sulamu, pasien dengan riwayat hipertensi pada
tahun 2018 adalah sebesar 109 pasien, sedangkan di tahun 2019 adalah
sebesar 217 pasien.
Seiring dengan peningkatan kasus hipertensi dan komplikasi yang
terjadi dan telah dilakukan penelitian namun belum diketahui evaluasi untuk
pengobatan antihipertansi tersebut, dikarenakan belum adanya tenaga
apoteker di Puskesmas Sulamu, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pola penggunaan dan evaluasi penggunaan obat
antihipertensi pada pasien geriatrik di Puskesmas Sulamu, untuk
meningkatkan kontrol penggunaan obat yang aman, efektif dan berkualitas
agar tercapai tekanan darah yang optimal.
3
2. Bagaimana penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatrik di
Puskesmas Sulamu berdasarkan tepat indikasi, tepat penilaian kondisi
pasien, tepat pemilihan obat, tepat dosis?
4
1.5 Keaslian Penelitian
Nama dan
No Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Penelitian Perbedaan Penelitian
Tahun
Hasil penelitian
menunjukan bahwa obat
antihipertensi yang paling
banyak di gunakan adalah
kaptopril (73%).
Penggunaanobat pada
Evaluasi penggunaan
Pasien Hipertensi di
Tyashapsari obat antihipertensi 1. Metode penelitianya itu Obat antihipertensi yang
Instalasi Rawat Inap
1 W.E.,Zulkanain menunjukan 98% tepat secara deskriptif paling sering digunakan
Rumah Sakit Umum
in A.K 2012 indikasi, 81% tepat obat, 62% adalah captropril (ACEi)
Pusat Dr. Kariadi
tepat pasien, dan 95% tepat
Semarang
dosis pasien yang yang
berhasil mencapai tekanan
darah target saat keluar dari
rumah sakit adalah 50 pasien
(50%).
Berdasarkan hasil
penelitian dari analisis
rasionalitas terapi
EvaluasiPenggunaan penggunaanobat hipertensi
Obat Hipertensi pada pada pasien geriatrik,
Pasien Geriatrik diperoleh hasil kesesuaian
Alaydrus 1. Metode penelitian yaitu Obat antihipertensi yang
Berdasarkan Tepat terapi yaitu 96,67% tepat
2 syafika., Toding secara deskriptif paling sering digunakan
Dosis, Tepat Pasien, pasien, 86,67% tepatobat,
Natalia. 2019 adalah golongan CCB
Tepat Obat di Rumah 83,33% tepat dosis.
Sakit Anutapura Palu Hasil penggunaan obat
Tahun 2019 antihipertensi tunggal yang
paling banyak digunakan yaitu
golongan CCB sebesar
56,67% dan obat kombinasi
1
yang paling banyak digunakan
yaitu golongan CCB+ARB
sebesar 10%
2
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah arteri secara
terus menerus. BerdasarkanWHO hipertensi terjadi apabila keadaan
seseorang mempunyai tekanan sistolik sama dengan atau lebih tinggi dari
140 mmHg dan tekanan diastolik sama dengan atau lebih tinggi dari 90
mmHg secara konsisten dalam beberapa waktu (Dipiro et, al. 2015;
WHO, 2015). Berdasarkan Joint National Committee (JNC) VIII tahun
2016, hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi ketika
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg dan tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg atau lebih (≥ 140/90mmHg).
Tekanan darah pada orang dewasa yang sehat berada di kisaran
90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg berbeda dengan orang dewasa muda.
Nilai tekanan darah normal pada pasien geriatrik atau lansia (≥60 tahun)
berada di angka yang sedikit lebih tinggi, yakni 150/90 mmHg. JNC
VIII(2016), merekomendasikan pengurangan tekanan darah hingga
kurang dari 140/90 mmHg pada orang dewasa berusia 60 tahun ke atas
jika dengan diabetes melitus atau penyakit ginjal kronis.
2.1.2 Klasifikasi
Tabel 2.1Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC VIII (2016)
Klasifikasi tekanan darah Sistolik Diastolik
berdasarkan JNC VIII (mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Pra hipertensi 120-139 80-89
6
Hipertensi dibagi atas 2 yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder
(Depkes, 2006) antara lain:
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer terjadi hampir pada lebih dari 90% pasien
hipertensi. Hipertensi ini sering turun temurun dalam suatu
keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik
memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi kurang dari 10% penderita
hipertensi yang mana dapat berasal dari penyakit komorbid atau
obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.
Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan
menaikkan tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat
diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan
atau mengobati kondisi komorbid (penyakit penyerta) yang
menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan
antipertensi sekunder.
7
keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.
2. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah
pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Berdasarkan data
National Institutes for Health USA, prevalensi tekanan darah tinggi
pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah
38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan
prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki
IMT.
3. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause salah satunya adalah penyakit jantung koroner. Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor
pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas
wanita pada usia pramenopause. Pada pramenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut
dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita
umur 45-55 tahun.
4. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon
adrenalin akan meningkat sewaktu stres, dan hal tersebur bisa
mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan
darah pun meningkat.
8
5. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit
tidak menular, karena olahrag teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan
melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus
melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak
aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung
mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras
dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang
mendesak arteri.
7. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok
berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi
maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis.
9
8. Usia
Berdasarkan Kumar et al.,(2008), bertambahnya usia
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena faktor usia sangat
mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Kelenturan pembuluh
darah besar yang berkurang menyebabkan tekanan sistolik meningkat
seiring dengan bertambahnya umur hingga dekade ketujuh sedangkan
tekanan darah diastolik mengalami peningkatan hingga dekade kelima
dan keenam lalu kemudian menetap atau cenderung menurun. Pasien
lanjut usia yang paling banyak menderita hipertensi adalah pasien
yang berumur 60-74 tahun dimana terdapat 26 pasien dengan
persentase sebanyak 86,67% dan usia yang paling banyak menderita
hipertensi pada lansia adalah umur ≥75 sebanyak 63,8% disusul umur
65-74 sebanyak 57,6% dan umur 55-64 sebanyak 45,9% (Kemenkes
RI, 2016).
2.1.4 Patofisiologi
Hipertensi adalah kelainan heterogen yang dapat terjadi akibat
penyebab spesifik (hipertensi sekunder) atau dari mekanisme
patofisiologis yang tidak diketahui etiologinya (hipertensi primeratau
esensial). Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh Angiotensin Converting Enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur
tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di
hati. Selanjutnya oleh enzim renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin
I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalammenaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari)
dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin,
dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
10
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. Mekanisme yang kedua, yaitu sekresi
aldosteron dari korteks adrenal, aldosteron merupakan hormon steroid
yang memiliki peranan penting pada ginjal, untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah (Nuraini, 2015).
Angiotensin I
Angiotensin II
11
2.1.5 Gejala Klinis dan ManifestasiKlinis
Masyarakat sering beranggapan bahwa penderita hipertensi selalu
merasakan gejala penyakit. Kenyataannya justru sebagian besar penderita
hipertensi tidak merasakan adanya gejala penyakit. Hipertensi terkadang
menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nafas pendek, pusing, nyeri
dada, palpitasi, dan epistaksis. Gejala-gejala tersebut berbahaya jika
diabaikan, tetapi bukan merupakan tolak ukur keparahan dari penyakit
hipertensi (WHO, 2013).
Manifestasi klinis akibat hipertensi dapat muncul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang
timbuldapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai
mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium,
penglihatan kabur akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap
karena kerusakan susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus, edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis
sementara pada satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam
penglihatan. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah
marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang (Nuraini, 2015).
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya
penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan
dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan
risiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan
mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan
hidup sebesar 10-20 tahun. Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat
apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi
ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi adalah
12
penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal
(Nuraini, 2015).
2.1.6 Penatalaksanaan
Terapi hipertensidibagi atas 2 yaitu terapi non farmakologis dan terapi
farmakologi (Dipiro et al., 2015).
1. Terapi nonfarmakologi
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat
menurunkan tekanan darah dan secara umum sangat menguntungkan
dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien
yang menderita hipertensi tahap1 tanpa faktor risiko kardiovaskular
lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap
awal yang harus dijalani setidaknya selama 4 sampai 6 bulan. Bila
setelah jangka waktu tersebut tidak didapatkan penurunan tekanan
darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular
yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi
farmakologi. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh
banyak guidelines (Perki, 2015) adalah:
13
Pola Hidup Sehat Rekomendasi
Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas perhari
pada pria atau 1 gelas perhari pada wanita,
dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga
Mengurangi
dengan demikian membatasi atau
konsumsi alkohol
menghentikan konsumsi alkohol sangat
membantu dalam penurunan tekanan darah.
Merokok merupakan salah satu factor risiko utama
Berhenti merokok penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya
dianjurkan untuk berhenti merokok.
2. Terapi Farmakologi
1. Golongan Obat Antihipertensi
Berikut adalah beberapa golongan obat antihipertensi, antara
lain:
a) Angiotensin Converting Enzyme inhibitor (ACEi)
Cara kerja ACE inhibitor adalah memblok
angiotensin I menjadi angiotensin II, yang merupakan
vasokontriktor poten dan yang merangsang sekresi
aldosteron. Selain itu, ACE inhibitor juga dapat memblok
degradasi bradikinin dan menstimulasi sintesis dari
substansi vasodilator lainnya, termasuk prostaglandin E
dan prostasiklin (Dipiro et al., 2015). Contoh obat yang
termasuk golongan ini adalah kaptopril, lisinopril,
enalapril.
14
perbaikan jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel)
tetap utuh dengan penggunaan ARB. Efek samping ARB
adalah insufisiensi ginjal, hiperkalemia dan hipotensi
ortostatik. Contoh obatnya adalah irbesartan, losartan dan
valsartan (Dipiro et al., 2015).
d) Diuretik
Obat golongan diuretik akan menurunkan volume
darah dan cairan ekstraseluler dengan cara meningkatkan
ekstresi natrium, air, dan klorida, dengan demikian
tekanan darah akan menurun. Obat golongan diuretik juga
dapat menurunkan resistansi perifer, sehingga menambah
efek hipotensi. Contoh obat golongan diuretik adalah
diuretik tiazid, diuretik kuat, penahan kalium, dan
antagonis aldosteron. Contoh obatnya seperti furosemid,
15
hidroklortiazid dan spironolakton (Dipiro et al., 2015).
16
e) β-blocker
β-blocker hanya dapat digunakan sebagai agen first-line untuk mengobati indikasi spesifik seperti infark
miokard atau penyakit arteri koronari. Mekanisme kerjanya dapat menurunkan output jantung melalui
kronotropik dan inotropik ke jantung dan inhibisi pelepasan rennin dari ginjal. Contoh obatnya adalah
atenolol, metaprolol (Dipiro et al., 2015).
Rekomendasi Penjelasan
Pada populasi yang secara umum berusia ≥60 tahun, terapi farmakologi untuk menurunkan tekanan
darah pada saat sistolik ≥150 mmHg atau diastolik ≥90 mmHg menjadi sistolik<150 mmHg dan diastolik
<90 mmHg. Pada populasi umumberusia ≥60 tahun, jika terapi farmakologi untuk hipertensi
Rekomendasi
menghasilkan tekanan darah sistolik yang lebih rendah (misalnya <140 mmHg) dan ditoleransi baik tanpa
1
efek samping terhadap kesehatan dan kualitas hidup, terapi tidak perlu disesuaikan.
16
1
Rekomendasi Penjelasan
Pada populasi umum berusia <60 tahun, terapi farmakologi untuk menurunkan tekanan darah
Rekomendasi
dimulai jika tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg dengan target tekanan darah diastolik < 90 mmHg.
2
(untuk pasien berusia 30-59 tahun, untuk pasien berusia 18-29 tahun.
Rekomendasi Pada populasi < 60 tahun, terapi farmakologi untuk menurunkan tekanan darah dimulai saat tekanan
3 darahsistolik ≥1 40 mmHg dengan target tekanan darah sistolik <140 mmHg.
Pada populasi berusia ≥ 18 tahun dengan penyakit Gagal Ginjal Kronis (GGK), terapi farmakologi untuk
Rekomendasi
menurunkan tekanan darah (TD) dimulai jika TD sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg dengan target TD
4
sistolik < 140 mmHg dan target TD diastolik< 90 mmHg.
Pada populasi berusia ≥ 18 tahun dengan diabetes, terapi farmakologi untuk menurunkan tekanan darah
Rekomendasi
dimulai jika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg dengan target tekanan
5
darah sistolik < 140 mmHg dan target tekanan diastolik < 90 mmHg.
Pada populasi non kulit hitam (negro) umum, termasuk pasien dengan diabetes, terapi antihipertensi
Rekomendasi
awal sebaiknya mencakup diuretik tipetiazide, Calcium Channel Blocker (CCB), Angiotensin -
6
Converting EnzymeInhibitor (ACEI) atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB).
17
2
Rekomendasi Penjelasan
Pada populasi kulit hitam umum, termasuk merek adengan diabetes, terapi antihipertensi awal
Rekomendasi
sebaiknya mencakup diuretik tiazidatau CCB. (Rekomendasi untuk populasi kulit hitam secara umum)
7
sedangkan populasi kulit hitam dengan diabetes)
Pada populasi berusia ≥ 18 tahun dengan penyakit Gagal Ginjal Kronis, terapi antihipertensi awal sebaiknya
Rekomendasi mencakup ACEI atau ARB yang digunakan dalam terapi inisial atau terapi tambahan untuk meningkatkan outcome
8 pada ginjal. Hal iniberlaku pada semua pasien GGK dalam semua ras maupun status diabetes.
Tujuan utama terapi hipertensi adalah untuk mencapai dan mempertahankan target TD. Jika target
TD tidak tercapai dalam waktu satu bulan pengobatan, meningkatkan dosis obat awal atau menambahkan
obat kedua dari satu kelas direkomendasi sesuai rekomendasi 6 (diuretik tiazid, CCB, ACEI dan ARB).
Seorang klinis harus terus mengontrol TD dan menyesuaikan rejimen pengobatan sampai target TD
tercapai. Jika target TD tidak dapat tercapai dengan 2 obat, menambah dan titrasi obat ketiga dari daftar
Rekomendasi
yang tersedia diperbolehkan
9
(jangan gunakan ACEI dan ARB secara bersama-sama pada pasien yang sama). Jika target TD tidak
tercapai karena pasien memiliki kontraindikasi terhadap obat yang sesuai rekomendasi 6, obat
antihipertensi dari kelas lain dapat dipergunakan. Rujukan kespesialis diindikasikan untuk pasien yang
tidak dapat mencapai target TD dengan strategi di atas atau untuk manajemen pasien yang rumit dan
memerlukan konsultasi tambahan.
3
18
4
Berikut ini adalah tabel rekomendasi obat antihipertensi berdasarkan
bukti yang dianjurkan oleh JNC VIII.
Tabel 2.4 Rekomendasi Obat Antihipertensi (JNC VIII)
Dosis Dosis Jumlah
Obat antihipertensi perhari target dosis
(mg) (mg) Perhari
1. ACE Inhibitor
Kaptopril 25 150-200 2
Enalapril 5 20 1-2
Lisinopril 10 40 1
2. Angiotensin Receptor Blocker
Eprosartan 400 600-800 1-2
Candesartan 4 12-32 1
Losartan 50 100 1-2
Valsartan 40-80 160-320 1
Irbesartan 75 300 1
3. Beta Blocker
Atenolol 25-50 100 1
Metoprolol 50 100-200 1-2
4. Calcium Channel Blocker
Amlodipine 2,5 10 1
Diltiazem Extended Release 120-180 360 1
Nifedipine 10 20 1-2
5. Tiazide-Type Diuretik
Bendroflumetiazide 5 10 1
Chlorthalidone 12,5 12,5-25 1
6. Diuretik
Hydrochlorotiazide 12,5-25 25-100 1-2
Indaoamide 1,25 1,25-2,5 1
1
19
2
Tabel 2.5 Rekomendasi Pengobatan Hipertensi (JNC VIII)
Target Tekanan
Petunjuk Populasi Pilihan Perawatan Awal
Darah (mm Hg)
Umur > 60 Tahun < 150/90 Bukan kulit hitam: Diuretik tiazid, ACE
Umur < 60 Tahun < 140/90 inhibitor, ARB atau CCB
JNC 8 (2016)1 Kulit hitam: Diuretik tiazid atau CCB
Pasien dengan Diabetes < 140/90
Pasien dengan PGK < 140/90 ACE inhibitor atau ARB
Umur > 80 Tahun < 150/90
Diuretik tiazid, ACE inhibitor, ARB atau
Hipertensi pada Masyarakat Umur < 80 Tahun < 140/90
CCB
Eropa / Kardiologi pada Pasien dengan Diabetes < 140/85
Masyarakat Eropal (2013)4 Pasien dengan PGK tanpa pneumonia < 140/90 ACE inhibitor atau ARB
Pasien dengan PGK dengan pneumonia < 130/90 ACE inhibitor atau ARB
Penyakit Ginjal: Hasil Pasien dengan PGK tanpa proteinuria < 140/90 ACE inhibitor atau ARB
Peningkatan Global (2012)5 Pasien dengan PGK dengan proteinuria < 130/80
Target tekanan darah yang telah banyak direkomendasikan oleh berbagai studi pada pasien hipertensi dengan
penyakit jantung dan pembuluh darah, adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik < 90
20
mmHg (PERKI, 2015) atau tekanan darah sistolik < 150 mmHg dan atau tekanan darah diastolik < 90 mmHg (JNC VIII )
1
Tabel 2.6 Pengobatan Khusus Pada Hipertensi Berdasarkan JNC VIII
Terapi
No Diagnosa Umur Dosis dan aturan pakai Dosis masimal
Golongan obat Nama obat
2
Enalapril 5-40 1 atau 2
Lisinopril 10 – 40 1
Perindopril 5 – 10 1
Ramipril 2,5 -10 1 atau 2
Candesartan 8 -32 1
Eprosartan 600 1
Irbesartan 150 -300 1
Hiperkalemia lebih jarang terjadi dibandingkan
ARB Losartan 50 -100 1 atau 2
ACEI
Olmesartan 20 -40 1
Telmisartan 20 -80 1
Valsartan 80 -320 1
Amlodipin 2,5 – 10 1
Felodipin 5 – 10 1
CCB - dihidropiridin Edema, sakit kepala
Nidefipin 30 – 90 1
Lercanidipin 10 – 20 1
Diltiazam SR 180 -360 2
CCB -
Diltiazem CD 100 – 200 1 Konstipasi (verapamil), sakit kepala (diltiazem)
nondihidropiridin
Verapamil SR 120 -480 1 atau 2
Beta bloker – Propanolol IR 160 – 480 2
nonkardioselektif Propanolol LA 80 -320 1
Lemas, bronkospasme, hiperglikemia, disfungsi seksual
Beta bloker – kombinasi
Carvediol 12,5 - 50 2
reseptor alfa dan beta
Doxazosin 1–8 1
Alfa-1 bloker Prazosin 2 - 20 2 atau 3 Edema, hipotensi ortostatik, pusing
Terazosin 1 - 20 1 atau 2
Metildopa 250 - 1000 2 Sedasi, mulut kering, rebound hypertension,
Agonis alfa-1 sentral
Klonidin 0,1 – 0,8 2 disfungsi seksual
Hidralazin 25 – 200 2 atau 3 Takikardi, palpitasi, wajah memerah, hipotensi, retensi
Direct vasodilator
Minoxidil 5 - 100 1-3 cairan,
3
Sindrom metabolik
Diuretik Intoleransi glukosa
1. (tiazid/thiazide misalnya Gout Kehamilan
chlortalidone dan indapamide) Hiperkalsemia
Hipokalsemia
Asma
Sindrom metabolik
Setiap bolk sinotrial atau antrioventrikular
2. Beta Blocker Intoleransi glukosa
derajat tinggi
Atlit dan individu yang aktif secara fisik
Bradikardi (denyut jantung < 60 kali//menit)
Takiaritmia
Calcium Channel Blocker
3. Gagal jantung (HfrEF kelas III tau IV)
(dihidropiridin)
Terdapat edema tungkai berat
Kehamilan
6. Angiotensin Receptor Blocker Hiperkalemia (kalium > 5,5 meq/L Perempuan usia subur tanpa kontrasepsi
Stenosis arteri renalis bilateral
4
2.2 EvaluasiPenggunaanObat(Kemenkes RI, 2011)
1. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis
yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakan dengan benar, maka pemilihan
obat akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut sehingga
obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang
seharusnya.
4. Tepat Dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap
efek terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat
yang dengan rentang terapi yang sempit akan sangat berisiko timbulnya
efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin
tercapainya kadar terapi yang diharapkan.
24
6. Tepat Interval Waktu Pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan
praktis, agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian
obat per hari (misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan
minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam.
25
Usia dewasa > 18 tahun dengan hipertensi
Tetapkan target tekanan darah dan pengobatan awal penurunan tekanan darah berdasarkan
usia, diabetes dan Penyakit Ginjal Kronis (PGK)
Populasi umum (tanpa diabetes atau PGK) Dengan diabetes atau PGK
Umur > 60 tahun Umur < 60 tahun Semua umur Diabetes Semua umur
tanpa PGK PGK dengan/tanpa diabetes
Target tekanan darah Target tekanan darah
Sostolik < 150 mmHg Sostolik< 140 mmHg Target tekanan darah Target tekanan darah
Diastolik < 90 mmHg Diastolik < 90 mmHg Sostolik< 140 mmHg Sostolik< 140 mmHg
Diastolik < 90 mmHg Diastolik < 90 mmHg
Ya
Target tekanan darah sesuai?
Tidak
Ya
Target tekanan darah sesuai?
Tidak
Ya
Target tekanan darah sesuai?
Tidak
Tidak Ya
Target tekanan darah sesuai?
Gambar 2.2 Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut (JNC VIII)
26
2.3 Geriatrik
2.3.1 Definisi
Berdasarkan PerMenkes RI Nomor 79 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Geriatrik di Rumah Sakit dan World Health
Organisation (WHO) dikatakan bahwa geriatrik adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Proses penuaan adalah siklus
kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi
organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem
kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya.
2.3.2 Klasifikasi
Berdasarkan Kemenkes RI (2013) klasifikasi lanjut usia terdiri dari:
1. Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45 – 59 tahun.
2. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun lebih.
3. Lansia risiko tinggi adalah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
4. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
27
5. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
2.4 Pukesmas
2.4.1 Definisi dan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derejat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI, 2014)
Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan
penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Pelayanan kefarmasian di puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok
puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan
kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan
dan pelayanan kesehatan masyarakat (Permenkes RI, 2016).
28
Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Pemantauan Terapi Obat
(PTO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) (Permenkes RI, 2016).
2.4.3 Tujuan
Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang
memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat, untuk mewujudkan masyarakat yang mampu
menjangkau pelayanan kesehatan bermutu, untuk mewujudkan
masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat, untuk mewujudkan
masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat (Permenkes RI, 2014).
2.4.4 Fungsi
Puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya
dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah
kerjanya. Puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan.
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengindentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan di setiap tingkat perkembangan
masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait.
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
Upaya kesehatan berbasis masyarakat.
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas.
g. Memantau pelaksanasan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.
29
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasukdukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan
responpenanggulangan penyakit (Permenkes RI, 2014).
FAKTOR RISIKO
1. Yang dapat dikontrol (alkohol berlebih, obesitas, diet tidak sehat, diabetes, kurang aktivitas)
2. Yang tidak dapat dikontrol (usia dan faktor genetik).
DEFINISI
GEJALA Hipertensi merupakan peningkatan TD
Terkadang menimbulkan sakit arteri secara terus menerus dimana tekanan
kepala, nafas pendek, pusing, sistolik sama dengan atau > dari 140
nyeri dada, palpitasi, dan HIPERTENSI mmHg dan tekanan diastolik sama dengan
epistaksis (WHO, 2013).
atau > dari 90 mmHg secara konsisten
dalam beberapa waktu (Dipiro et, al. 2015).
KLASIFIKASI
PENATALAKSANAAN
1. Hipertensi Primer (faktor genetik)
2. Hipertensi Sekunder (penyakit dan
obat-obat tertentu).
FARMAKOLOGI NON FARMAKOLOGI
ACE Inhibitor, ARBs, CCB, Diuretik, Penurunan berat badan, mengurasi asupan
Beta blocker. garam, olahraga, berhenti merokok,
mengurangi konsumsi alkohol.
Obatantihipertensi
30
Analisis evaluasi penggunaan obat berdasarkan JNC VIII
Tepat Indikasi Tepat penilaian kondisi Pasien Tepat pemilihan Obat Tepat Dosis
Kesimpulan
32
BAB III
METODE PENELITIAN
31
Penelitian ini merupakan desain penelitian observasional atau non
eksperimental yang dilakukan dengan menggunakan rancangan deskriptif
yaitu untuk mengetahui masing-masing variabel, baik satu variabel atau yang
sifatnya independen. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dengan
menggunakan data rekam medik pasien geriatrik yang terdiagnosa hipertensi
di Puskesmas Sulamu Kabupaten Kupang
32
5. Tepat pemilihan obat adalah kesesuaian pemberian obat antihipertensi
baik tunggal maupun kombinasi yang didasarkan pada hipertensi
dengan penyakit penyerta berdasarkan JNC VIII.
6. Tepat dosis adalah kesesuaian dosis dan obat antihipertensi yang
didasarkan penyakit penyerta.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik dari populasi
yang dijadikan sumber informasi bagi semua data yang diperlukan untuk
menjawab permasalahan penelitian (Sugiyono, 2016). Sampel pada
penelitian ini adalah data rekam medik pasien geriatrik yang terdiagnosa
hipertensi yang tercatat dalam rekam medik periode bulan Januari sampai
Desember 2020, sejumlah 37 data rekam medik pasien.
3.3.3 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik untuk pengambilan sampel.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana seluruh anggota
populasi dijadikan sampel semua. Penelitian yang dilakukan pada populasi
dibawah 100 sebaiknya dilakukan dengan sensus, sehingga seluruh
33
anggota populasi tersebut dijadikan sampel semua sebagai subjek yang
dipelajari atau sebagai responden pemberi informasi (Sugiyono, 2016).
2. Waktu Penelitian
Pengambilan data penelitian di Puskesmas Sulamu Kabupaten Kupang,
dilaksanakan pada bulan April 2021.
34
Pengambilan Data
Menganalisis data
35
Pembagian sampel ke dalam dua kelompok besar berdasarkan umur dan pekerjaan
3.8 Prosedur Penelitian
Total sampling
Sampel ( 37 data rekam medik pasien )
Pengolahan data
1. Penyusunan Skripsi
Mengambil data
3.
prapenelitian
Mengajukan surat
5.
penelitian
6. Melakukan penelitian
7. Menyusun Skripsi
36
8. Sidang skripsi
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
37
Hasil penelitian di Puskesmas Sulamu Kabupaten Kupang,
hipertensi lebih banyak dialami oleh pasien perempuan (65%) dari pada
pasien laki-laki (35%),dapat dilihat pada Tabel 4.1. Hasil ini sesuai dengan
Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2018, yang menyatakan bahwa
jumlah pasien hipertensi perempuan (36,85%) lebih tinggi dibandingkan
jumlah pasien hipertensi laki-laki (31,34%).
38
Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko yang berbeda
terhadap kejadian penyakit hipertensi. Namun, pada usia tertentu
perempuan dapat menjadi lebih berisiko (Tilong, 2014). Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori dimana menunjukkan bahwa
perempuan lebih berisiko terkena hipertensi dibandingan pasien
geriatrik laki-laki.
4.1.2 Usia
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya
interaksi berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu
hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti
riwayat keluarga, jenis kelamin, dan usia (Depkes RI, 2006). Usia
pasien dalam penelitian ini dikategorikan lanjut usia berdasarkan data
WHO yaitu usia > 60 tahun sebanyak 37 pasien.
Pertambahan usia menjadi salah faktor penyebab meningkatnya
tekanan darah. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadi perubahan
struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen bisa menjadi
sempit dan pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibatnya
terjadi peningkatan tekanan darah (Depkes RI, 2013). Semakin
bertambahnya usia maka tekanan darah juga akan mengalami peningkatan
karena dinding arteri akan mengalami penebalan yang disebabkan oleh
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga mengakibatkan
pembuluh darah menyempit dan menjadi kaku (Amanda, 2018).
Tabel 4.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia
39
mempunyai riwayat hipertensi.
40
mendapatkan terapi obat tunggal (amlodipin/kaptopril/HCT) atau terapi
obat kombinasi dua atau lebih obat (ACEi + CCB atau CCB + diuretik
tiazid).
Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui bahwa obat antihipertensi yang
paling sering digunakan dari 37 rekam medik adalah obat Amlodipin,
Kaptopril dan Hidroklorotiazid (HCT). Pemilihan obat ini dikarenakan
ketersediaan dan jumlah obat yang ada di Puskesmas Sulamu Kabupaten
Kupang serta dengan mempertimbangkan harga dan ekonomi pasien.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sefri, (2016) yang hasilnya menunjukan bahwa penggunaan golongan
obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah Calcium
Channel Blocker (CCB) yaitu amlodipin (63,08%), golongan Angiotensin
Conversion Enzyme Inhibitors (ACEi) yaitu obat kaptopril (12,31%),
golongan diuretik tiazide yaitu furosemid (7,69), HCT (3,08%), dan
golongan Beta Blocker yaitu propanolol (4,61%).
41
Tabel 4.4 Evaluasi Ketepatan berdasarkan Tepat Pasien
Persenta
No. Hasil Jumlah
se (%)
1. Tepat pasien 37 100
2. Tidak tepat Pasien 0 0
Total 37 100
42
.
Total 37 100
43
Berdasarkan Tabel 4.7 dari 37 data rekam medik diperoleh ketepatan
pemilihan obat antihipertensi yaitu 100%, dimana hasil penelitian ini
dilihat berdasarkan diagnosis dari pasien dan obat yang diresepkan
kepada pasien hipertensi (tanpa penyakit penyerta) dan dibandingkan
dengan pedoman atau literatur yang digunakan yaitu JNC VIII.
Tunggal :
Tunggal :
Hipertensi HCT/Amlodipi
2. Amlodipin/ 22 62 -
stage 2 n atau
Kaptopril
Kaptopril
Kom
binasi
:
Kapto
pril +
Amlo
Kombinasi: dipin
Kaptopril+ / 1 3 -
HCT HCT
+Kap
topril/
HCT
+Aml
odipi
n
Total 37 100
44
hipertensi stage 1 lini pertama mendapatkan obat tunggal yaitu
kaptopril, amlodipinatau HCT, sedangkan hipertensi stage 2
mendapatkan obat tunggal yaitu kaptopril, amlodipin dan HCT atau
obat kombinasi yaitu kaptopril + amlodipin atau HCT + kaptopril
atau HCT + amlodipin.Hasil penelitian evaluasi ketepatan
berdasarkan Tabel 4.7ketepatan pemberian obatdi Puskesmas Sulamu
Kabupaten Kupang Periode Januari – Desember 2020 ini sesuai
standar.
4.3.4 TepatDosis
Tepat dosis adalah kesesuaian pemberian dosis obat
antihipertensi dengan rentang dosis terapi, ditinjau dari dosis
penggunaan per hari dengan didasari pada kondisi pasien. Bila
peresepan obat antihipertensi berada pada rentang dosis minimal dan
dosis per hari yang dianjurkan maka peresepan dikatakan tepat dosis.
Dikatakan dosis berlebih adalah apabila dosis yang diterima pasien
berada di atas dosis maksimum yang seharusnya diterima pasien
sehingga menimbulkan efek samping, sedangkan dikatakan dosis
kurang atau dosis terlalu rendah adalah apabila dosis yang diterima
pasien berada dibawah rentang dosis terapi yang seharusnya diterima
pasien sehingga tidak mencapai efek terapi yang diharapkan
(Kemenkes RI, 2011).
45
Amlodipin 2,5-
1. 18 49 2 5
5 - 10 mg 10 mg/hari
Kaptopril 25-
2. 16 43 - -
25 mg 50 mg/hari
Kombinasi: 25-
Kaptopril 50 mg/hari
3. 25 mg + 1 3 - -
+ 12,5 - 25
HCT 12,5 mg mg/hari
Total 35 95 2 5
46
Kupang Periode Januari – Desember 2020, dapat dilihat pada Tabel
4.10 dan Tabel 4.11.
Tabel 4.10 Data penggunaan obat antihipertensi yang tepat dosis
Tabel 4.11 Data penggunaan obat anti hipertensi yang tidak tepat dosis
47
obat untuk diberikan kepada pasien. Faktor peresepan berpengaruh
langsung pada ketepatan pemberian obat yang akan dikonsumsi oleh
pasien. Faktor pelayanan pasien berpengaruh pada ketepatan
diagnosis dan terapi untuk pasien, serta informasi yang seharusnya
diterima oleh pasien agar pasien mengerti akan tujuan terapinya dan
paham tentang penggunaan obatnya.
49
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pola penggunan obat antihipertensi pada pasien geriatrik di
Puskesmas Sulamu Kabupaten Kupang adalah lebih sering diberikan
kepada pasien obat golongan Calcium Channel Blocker (CCB) yaitu
Amlodipin dengan persentase 54%, kemudian Angiotensin
Converting Enzyme inhibitor (ACEi) yaitu Kaptopril dengan
persentase 43%, dan kombinasi golongan (ACEi) dan Diuretik
Thiazid yaituKaptopril + HCT dengan persentase 3%.
48
2. Gambaran rasionalitas penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas
Sulamu Kabupaten Kupang periode Januari - Desember 2020adalah
sebagai berikut : tepat pasien (100%), tepat indikasi (100%), tepat
obat (100%), dan tepat dosis (95%).
5.1 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai evaluasi rasionalitas
penggunaan obat antihipertensi, guna untuk meningkatkan kualitas
kesehatan pasien sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya efek
samping obat antihipertensi.
2. Perlu dilakukan penelitian menggunakan metode prospektif dan
pengoptimalan evaluasi dengan wawancara kepada pasien, dokter,
dan farmasi untuk menggali informasi lebih dalam mengenai
pengobatan yang diberikan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, Desy & Santi Martini. 2018. Hubungan Karakteristik Dan Obesitas
Sentral Dengan Kejadian Hipertensi. Surabaya: Universitas Airlangga.
49
Chan, L. et al. 2016. Cost-effectiveness of Amlodipine Compared with Valsartan
in Preventing Stroke and Myocardial Infarction Among Hypertensive
Patients in Taiwan. Taiwan: Int J of Gen Med, Vol. 9, p. 175-182.
Depkes RI. 2013.Laporan hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Nasional tahun
2007 & 2013 .CV Metronusaprima: Jakarta. Dipiro J.T., Talbert R.L., Yee
G.C., Matzke G.R., Wells B.G. P.L.. 2008.Pharmacotherapy a
Pathophysiology Approach Seventh Edition: Mc Graw Hill Companies, Inc.
United States of America
John, J., Muliyil, J., & Balraj, V. (2010). Screening for hypertension among older
adults: a primary care “high risk” approach. Indian journal of community
medicine: official publication of Indian Association of Preventive & Social
Medicine, 35(1), 67
Kartika, Eka Untari et, al. 2018. Pharmaceutical Sciences and Research.
Evaluasi Rasionalitas Penggunaan obat Anti hipertensi di Puskesmas
siantar hilir Kota Pontianak Tahun 2015. Volume 5- Hal 32-39
Kemenkes RI. 2011. Modul Penggunaan Obat Rasional. Direktorat. Jakarta: Bina
Pelayanan Kefarmasian.
50
Kemenkes RI. 2013. Formularium Nasional Kendalikan Mutu dan
Biayahttp://www.depkes.go.id/article/print/formularium-nasional-
kendalikan-mutu-dan-biaya.html. Diakses pada tanggal 30 April 2021
Kemenkes RI, 2016. Situasi geriatrikk (lansia) di Indonesia. Infodatin pusat data
dan informasi kementerian kesehatan Republik Indonesia. ISSN 2442-7659
Kemenkes RI. 2018. Hari Hipertensi Dunia 2019: “Know Your Number,
Kendalikan Tekanan Darahmu dengan CERDIK”.
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/dki-jakarta/hari-hipertensi-
dunia-2019-know-your-number-kendalikan-tekanan-darahmu-dengan-
cerdik#. Diakses pada tanggal 28 April 2021 jam 20:45 WITA
Lestari, Ayu Dewi et al. 2020. Hipertensi Pada Wanita Menopause; Sebuah
Tinjauan Literatur. Lampung: Wellness And Healthy Magazine
51
Health Organization Defined Daily Dose in Canadian Drug Utilization and
Cost Analyses. The Patended Medicine Prices Review Board. Ottawa
PERKI. 2016. Panduan Praktik Klinis (Ppk) dan Clinical Pathway (CP) Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia
52
Tilong, AD. 2014. Waspada Penyakit-Penyakit Mematikan Tanpa Gejala
Menyolok. Jogyakarta: Buku Biru.
WHO. 2013. High Blood Pressure Global and Regional Overview Buletin.
WHO. 2003. Introduction Drug Utilization. Norway.
53
54
Lampiran 1. Analisis Data
Tabel 1. Analisis Data Rekam Medik Pasien
Keterangan Rasionalitas
Bentuk Kekuatan Aturan
No Identitas pasien Diagnosa Klasifikasi Antihipertensi
sediaan sediaan pakai
TP TI TO TD
No RM: 01-08-28-10
Nama (inisial): AN
Jenis kelamin:
1. Hipertensi stage 1 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 70 tahun
TD: 150/90
No RM: 01-09-71-20
Nama (inisial): PN
Kaptopril tablet 25 mg 2x1
Jenis kelamin:
2. Hipertensi stage 2 + √ √ √ √
Perempuan
HCT tablet 12,5 mg 1x1
Usia: 74 tahun
TD: 190/100
No RM: 01-09-53-10
Nama (inisial):RI
Jenis kelamin: Laki-
3. Hipertensi stage 2 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
laki
Usia: 75 tahun
TD: 180/100
No RM: 01-08-77-20
Nama (inisial): FL
Jenis kelamin:
4. Hipertensi stage 1 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 65 tahun
TD: 150/90
Bentuk Kekuatan
No Identitas pasien Diagnosa Klasifikasi Antihipertensi Aturan Keterangan Rasionalitas
sediaan sediaan
56
pakai TP TI TO TD
No RM: 01-04-07-10
Nama (inisial): YM
Jenis kelamin: Laki-
5. Hipertensi stage 1 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
laki
Usia: 75 tahun
TD: 150/80
No RM: 01-12-18-10
Nama (inisial): GL
Jenis kelamin:
6. Hipertensi stage 2 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 65 tahun
TD: 160/100
No RM: -
Nama (inisial): RD
Jenis kelamin: Hipertensi
7. stage 2 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 65 tahun
TD: 170/100
No RM: -
Nama (inisial): GP
Jenis kelamin:
8. Hipertensi stage 1 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 81 tahun
TD: 150/90
57
No RM: -
Nama (inisial): AL
Jenis kelamin:
9. Hipertensi stage 2 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 68 tahun
TD: 170/100
No RM: -
Nama (inisial): SN
Jenis kelamin:
10. Hipertensi stage 1 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 62 tahun
TD: 140/70
No RM: 01-04-07-10
Nama (inisial): YM
Jenis kelamin: Laki-
11. Hipertensi stage 1 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
laki
Usia: 75 tahun
TD: 150/90
No RM: -
Nama (inisial): AH
Jenis kelamin:
12. Hipertensi stage 1 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 73 tahun
TD: 157/101
58
No RM: -
Nama (inisial): BM
Jenis kelamin:
13. Hipertensi stage 1 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 65 tahun
TD: 150/70
No RM: -
Nama (inisial): KF
Jenis kelamin:
14. Hipertensi stage 1 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 73 tahun
TD: 150/80
No RM: 01-08-77-20
Nama (inisial): FL
Jenis kelamin:
15. Hipertensi stage 1 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 65 tahun
TD: 140/80
No RM: 01-09-71-20
Nama (inisial): PN
Jenis kelamin:
16. Hipertensi stage 2 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 74 tahun
TD: 160/100
59
No RM: 01-12-18-10
Nama (inisial): GL
Jenis kelamin:
17. Hipertensi stage 2 Amlodipin tablet 10 mg 2x1 √ √ √ x
Perempuan
Usia: 81 tahun
TD: 180/100
No RM: 01-04-07-10
Nama (inisial): YM
Jenis kelamin: Laki-
18. Hipertensi stage 2 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
laki
Usia: 75 tahun
TD: 170/110
No RM: -
Nama (inisial): YS
Jenis kelamin:
19. Hipertensi stage 2 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 75 tahun
TD: 160/100
No RM: 01-03-11-10
Nama (inisial): JI
Jenis kelamin: Laki-
20. Hipertensi stage 1 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
laki
Usia: 66 tahun
TD: 150/100
60
No RM: 01-01-26-10
Nama (inisial): JI
Jenis kelamin: Laki-
21. Hipertensi stage 2 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
laki
Usia: 74 tahun
TD: 160/100
No RM: 01-09-27-20
Nama (inisial): RJ
Jenis kelamin:
22. Hipertensi stage 1 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 69 tahun
TD: 150/70
No RM: 01-08-77-20
Nama (inisial): FL
Jenis kelamin:
23. Hipertensi stage 2 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 65 tahun
TD: 160/100
No RM: 01-08-77-20
Nama (inisial): FL
Jenis kelamin:
24. Hipertensi stage 1 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 65 tahun
TD: 140/90
61
No RM: 01-00-20-10
Nama (inisial): HT
Jenis kelamin:
25. Hipertensi stage 2 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 60 tahun
TD: 170/90
No RM: 01-04-07-10
Nama (inisial): YM
Jenis kelamin: Laki-
26. Hipertensi stage 2 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
laki
Usia: 75 tahun
TD: 180/100
No RM: -
Nama (inisial): NP
Jenis kelamin: Laki-
27. Hipertensi stage 2 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
laki
Usia: 75 tahun
TD: 170/100
No RM: 01-04-07-10
Nama (inisial): YM
Jenis kelamin: Laki-
28. Hipertensi stage 1 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
laki
Usia: 75 tahun
TD: 146/84
62
No RM: 01-01-73-10
Nama (inisial): HL
Jenis kelamin: Laki-
29. Hipertensi stage 2 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
laki
Usia: 68 tahun
TD: 160/80
No RM: 01-04-07-10
Nama (inisial): YM
Jenis kelamin: Laki-
30. Hipertensi stage 2 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
laki
Usia: 75 tahun
TD: 160/100
No RM: 01-00-03-10
Nama (inisial): CD
Jenis kelamin: Laki-
31. Hipertensi stage 2 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
laki
Usia: 72 tahun
TD: 170/90
No RM: 01-06-33-20
Nama (inisial): JN
Jenis kelamin:
32. Hipertensi stage 2 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 62 tahun
TD: 160/100
63
No RM: 01-04-07-10
Nama (inisial): YM
Jenis kelamin: Laki-
33. Hipertensi stage 2 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
laki
Usia: 75 tahun
TD: 180/100
No RM: 01-08-77-20
Nama (inisial): FL
Jenis kelamin:
34. Hipertensi stage 2 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 65 tahun
TD: 160/100
No RM: -
Nama (inisial): TS
Jenis kelamin:
35. Hipertensi stage 2 Amlodipin tablet 10 mg 2x1 √ √ √ x
Perempuan
Usia: 81 tahun
TD: 180/100
No RM: 01-02-00-20
Nama (inisial): HT
Jenis kelamin:
36. Hipertensi stage 2 Amlodipin tablet 5 mg 1x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 74 tahun
TD: 170/100
64
No RM: 01-06-59-20
Nama (inisial): BM
Jenis kelamin:
37. Hipertensi stage 2 Kaptopril tablet 25 mg 2x1 √ √ √ √
Perempuan
Usia: 65 tahun
TD: 160/100
65
Lampiran 2. Lembar Pengumpulan Data
Tabel 2. Data Rekam Medik Pasien
No RM: -
7. 65 tahun 170/100 Perempuan Hipertensi Kaptopril tablet 25 mg 2x1
Nama (inisial): RD
66
Kaptopril tablet 25 mg 2x1
No RM: - Hipertensi
8. 81 tahun 150/90 Perempuan Antasida tablet 200 mg 2x1
Nama (inisial): GP Dispepsia
Cimetidine tablet 200 mg 2x1
67
No RM: 01-09-71-20 Amlodipin tablet 5 mg 1x1
16. 74 tahun 160/100 Perempuan Hipertensi
Nama (inisial): PN Bcom tablet - 1x1
No RM: 01-12-18-10
17. 81 tahun 180/100 Perempuan Hipertensi Amlodipin tablet 10 mg 2x1
Nama (inisial): GL
No RM: 01-08-77-20
23. 65 tahun 160/100 Perempuan Hipertensi Amlodipin tablet 5 mg 1x1
Nama (inisial): FL
69
Amlodipin tablet 5 mg 1x1
No RM: 01-08-77-20 Hipertensi Antasida tablet 200 mg 3x1
34. 65 tahun 160/100 Perempuan
Nama (inisial): FL Dispepsia Ranitidin tablet 150 mg 2x1
B com tablet - 1x1
70
Lampiran 3. Gambar surat keterangan persetujuan penelitian
71
63
Lampiran 4. Surat keterangan penelitian
72
64