Variasi Makanan Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys sp.) di Perairan Sungai Konaweha Desa
Anggoro Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe
[Food Variations of Cattle Fish (Pterygoplichthys sp.) in Konaweha River Waters, Anggoro Village,
Wongeduku District, Konawe Regency]
Abstrak
Ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys sp.) merupakan jenis ikan yang sering ditemukan di sungai,
danau maupun rawa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variasi makanan ikan sapu-sapu
(Pterygoplichthys sp.) di Perairan Konaweha, Kecamatan Wonggeduku, Kabupaten Konawe.
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan April-Juni 2021. Lokasi penelitian di
Perairan Sungai Konaweha, Kecamatan Wonggeduku, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Pengambilan sampel ikan dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik sampling yang dilakukan
dengan menentukan karakteristik tertentu. Hasil penelitian jenis makanan ikan sapu-sapu didominasi
oleh kelas Cyanobachteria dengan jenis Oscillatoria tenuis bernilai 15.22%, indeks bagian terbesar
(IBT) berdasarkan waktu didominasi oleh jenis kelamin jantan pada bulan Juli yaitu 52.14%,
selanjutnya ikan sapu-sapu berdasarkan ukuran pada ukuran besar memiliki nilai IBT 38.11%. RLG
berdasarkan waktu sampel terbanyak diperoleh pada bulan Mei, dengan jumlah sampel 60 ekor.
Kesimpulan dari penelitin ini yaitu Jenis makanan ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys sp.) terdapat 14
jenis makanan yaitu kelompok dari kelas Bacillariophyceae Cyanobacteria Croococcaceae dan
Euglenophyta. Nilai panjang relatif usus ikan sapu-sapu yaitu >3 artinya ikan sapu-sapu
(Pterygoplichthys sp.) termasuk ikan golongan herbivora.
Abstack
Sailfin catfish (Pterygoplichthys sp.) is a type of fish that is often found in rivers, lakes and
swamps. This study aims to analyze the food variation of the sailfin catfish ( Pterygoplichthys sp.) in
Konaweha Waters, Wongeduku District, Konawe Regency. This research was conducted for three
months April-June 2021. The research location is in the waters of the Konaweha River, Wongeduku
District, Konawe Regency, Southeast Sulawesi. Fish sampling was carried out by purposive sampling
is a sampling technique is done by datermining certain characteristics. The results of the research on
the type of sailfin catfish food were dominated by the Cyanobachteria class with the type Oscillatoria
tenuis valued at 15.22%, the largest portion index (IBT) based on time was dominated by male sex in
July, namely 52.14%, then the sailfin catfish based on size was large. has an IBT value of 38.11%.
The highest RLG based on the time of the sample was obtained in May, with a total sample of 60
individuals. The conclusion of this research is that the type of food for sailfin catfish
(Pterygoplichthys sp.) contains 14 types of food, namely the group from the Bacillariophyceae class,
Cyanobacteria, Croococcaceae and Euglenophyta. The value of the relative length of the sailfin
catfish intestines is >3 which means that the sailfin catfish (Pterygoplichthys sp.) belongs to the
herbivorous group of fish.
Keywords: Cattle fish, Konaweha River, food variety.
Pendahuluan
Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, .(.):…-… e-ISNN 2503 4286 2
Sungai Konaweha merupakan sungai utama di daerah aliran sungai (DAS) Konaweha
dengan panjang 325,47 km yang melintasi tiga kabupaten dan satu kota madya di Provinsi
Sulawesi Tenggara. Salah satu ikan yang terdapat pada sungai Konaweha adalah ikan sapu-
sapu (Pterygoplichthys sp.) yang merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk dalam
invasive species. Invasive species dapat menjadi kompetitor (persaingan) utama dengan ikan
lainnya dalam mencari makan di perairan tersebut. Keberadaan ikan sapu-sapu dapat
diketahui dari lubang-lubang yang terlihat dalam bentuk kumpulan di sepanjang lereng
pinggir sungai. Lubang tersebut berfungsi sebagai tempat peletakkan telur ikan (Elfidasari et
al., 2016).
Pterygoplichthys sp. merupakan jenis ikan yang berasal dari sungai Amazon di
Amerika Selatan. Saat ini keberadaannya sudah tersebar di beberapa negara di dunia. Spesies
ikan sapu-sapu di Indonesia sudah tidak asing lagi, ikan ini sering dimanfaatkan sebagai
pembersih kaca akuarium oleh para pembudidaya ikan. Adapula yang telah
mengembangbiakkan dengan warna-warna yang lebih menarik seperti putih albino dan
kuning oranye (Wahyudewantoro, 2018).
Ikan sapu-sapu mampu hidup pada perairan tercemar serta perairan yang kandungan
oksigen terlarutnya rendah. Ikan sapu-sapu merupakan hewan pemakan alga atau sisa-sisa
pakan, sehingga sebagian besar masyarakat memanfaatkan ikan tersebut hanya sebagai
pembersih akuarium (Pinem et al., 2015).
Salah satu faktor pengendali penting dalam hal distribusi ikan di suatu perairan adalah
ketersediaan makanan. Suatu organisme dapat tumbuh serta berkembang karena adanya
energi yang berasal dari makanan tersebut. Di alam, terdapat berbagai jenis makanan yang
tersedia bagi ikan serta telah menyesuaikan diri dengan tipe makanan khusus dan telah
dikelompokkan sesuai dengan cara makanannya (Effendie, 2002).
Faktor makanan yang berhubungan distribusi ikan di perairan adalah jumlah dan
kualitas makanan yang tersedia, ketersediaan makanan, dan lama masa pengambilan serta
cara makan ikan tersebut. Jenis-jenis makanan yang dimakan suatu spesies ikan biasanya
tergantung pada kesukaan terhadap jenis makanan tertentu. Kebiasaan makan pada ikan
meliputi jenis kuantitas, dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan (Berlian et al., 2015).
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan April-Juni 2021.
Lokasi penelitian di Perairan Sungai Konaweha, Kecamatan Wonggeduku, Kabupaten
Konawe, Sulawesi Tenggara. Sampel ikan tersebut akan dianalisis di Laboratorium Pengujian
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo, Kendari.
Penentuan stasiun penelitian diawali dengan melakukan studi lapangan dilokasi
penelitian. Penentuan stasiun menggunakan teknik purposive sampling dengan didasarkan
pada karakteristik habitat yang berbeda sesuai dengan tujuan peneliti. Penempatan stasiun
penelitian ini didasarkan pada karakteristik habitat yang berbeda. Pengambilan ikan sapu-
sapu dilakukan pada 3 bagian perairan di Sungai Konaweha 1). Titik koordinat
3o59’35.65”LS dan 122o 10’50.71”BT. 2).
Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, .(.):…-… e-ISNN 2503 4286 3
1. Kelas Ukuran
Kelas ukuran panjang ikan dihitung dengan menggunakan persamaan (Walpole, 1995
in Rizal & Jaliadi, 2017) :
Nmax−Nmin
i= ……………………..(1)
K
Keterangan :
N = Jumlah sampel
i = Selang kelas
Nmax = Nilai terbesar
Nmin = Nilai terkecil
GL
RLG = ……………………….. (4)
TL
Keterangan:
RLG = Panjang relatif usus (cm)
GL = Panjang usus ikan (cm)
Tl = Panjang total tubuh ikan (cm)
Hasil
1. Kelas ukuran
kelas ukuran yang dimana ukuran yang banyak ditemukan didominasi oleh ikan ukuran kecil
(16.00-25.20 cm) dengan jumlah individu 40 ekor, sedangkan ukuran yang terendah yaitu
ukuran besar (34.42-43-62 cm) dengan jumlah individu 5 ekor. Kelas ukuran ikan sapu-sapu
40 N = 150
30
Frekuensi
20
10
0
16- 19.07- 22.14- 25.21- 28.28- 31.35- 34.42- 37.49- 40.56-
19.06 22.13 25.20 28.27 31.34 34.41 37-48 40.55 43.62
Kelas Ukuran
sedangkan pada ukuran besar memiliki nilai IBT 38.11. Kelompok makanan yang
mendominasi pada setiap ukuran ikan sapu-sapu yaitu dari kelas Bacillariophyceae.
terhadap lingkungan perairan dibanding kelompok makanan yang lainnya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Samsidar et al. (2013), yang menyatakan bahwa fitoplankton dari kelas
Bacillariopyceae (46-60%) mendominasi pada perairan tawar karena memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dengan baik pada lingkungan serta berkembang biak dengan cepat.
Bacillariopyceae juga banyak ditemukan pada perairan tawar karena mampu bertahan
terhadap perubahan lingkungan. Hal ini didukung oleh pernyataan Harmoko et al. (2018),
menyatakan bahwa Bacillariopyceae mampu beradaptasi terhadap arus yang kuat karena
memiliki sitoplasma yang dapat mengeluarkan cairan perekat untuk menempel pada substrat.
Pembudi et al. (2016) juga menyatakan bahwa Bacillariopyceae adalah kelompok alga yang
memiliki toleransi yang tinggi serta dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan
perairan.
Hasil analisis persentase frekuensi jenis makanan pada ikan sapu-sapu didominasi
oleh jenis Oscillatoria tenuis dari kelas Cyanobacteria. Hal ini diduga karena kelompok dari
jenis ini memiliki peranan penting terhadap suatu perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Prihantini et al. (2008) bahwa Cyanobacteria merupakan kelompok alga prokariotik yang
berperan sebagai produsen serta penghasil senyawa nitrogen di suatu perairan. Oscillatoria
sp. mendominasi, diduga jenis ini memiliki kemampuan bertahan hidup dalam kisaran yang
tinggi terhadap lingkungan perairan. Hal ini didukung oleh pernyataan Zulkifli et al. (2009)
bahwa Oscillatoria merupakan salah satu jenis alga yang mempunyai kemampuan toleransi
tinggi terhadap habitatnya.
Hasil analisis jenis makanan pada lambung ikan sapu-sapu terdapat perbedaan yang
mendominasi pada setiap bulan. Bulan Mei, makanan yang mendominasi yaitu jenis O. tenuis
bernilai 19.20%, bulan Juni makanan yang mendominasi yaitu S. ulna bernilai 21.62%
sedangkan bulan Juli makanan yang mendominasi yaitu jenis Navicula sp. bernilai 22.1%.
Jenis makanan seperti S. ulna dan Navicula sp. mendominasi diduga karena lebih mudah
beradaptasi terhadap lingkungannya. Menurut Harmoko et al. (2017) bahwa S. ulna dan
Navicula sp. memiliki distribusi yang luas meliputi air laut maupun air tawar dan tanah yang
lembab serta mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan perairan. Navicula sp. juga
termasuk kedalam spesies yang memiliki adapatasi yang tinggi serta termasuk diatom bentik
dengan kemampuan untuk menenpel pada substrat dibawah permukaaan air (Andriansyah et
al., 2014).
Makanan yang diperoleh setiap bulan, memiliki perbedaan jenis yang mendominasi.
Perbedaan makanan ikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti habitat tempat ikan
itu mencari makan, musim, ukuran makanan, serta kesukaan terhadap jenis makanan ikan
tersebut (Effendie, 2002).
Variasi makanan ikan sapu-sapu pada jenis kelamin betina, makanan yang
mendominasi terdapat pada kelas Cyanobachteria khusus nya jenis makanan Oscillatoria
tenuis dengan nilai 18.20%. Sedangkan pada jenis kelamin jantan, makanan yang
mendominasi yaitu jenis S. ulna dengan nilai 14.36%. Kebutuhan makanan pada ikan sapu-
sapu jenis kelamin betina lebih besar dibandingkan dengan ikan sapu-sapu jenis kelamin
jantan. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Dewi et al. (2020), menyatakan bahwa
kebutuhan makanan ikan sapu-sapu betina lebih besar dari pada ikan sapu-sapu jantan, hal ini
diduga karena ikan sapu-sapu betina membutuhkan lebih banyak nutrisi untuk perkembangan
gonadnya.
menunjukan arus pada sungai Konaweha tergolong lambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Hossain et al. (2018) bahwa di sungai, ikan sapu-sapu mendiami habitat yang perairan
dangkal memiliki arus lambat, dasar perairan yang landai atau berbatu.
Suhu yang diperoleh selama penelitian pada sungai Konaweha yaitu bekisar antara
29,5 ºC-33ºC. Hal ini menunjukkan bahwa suhu perairan di sungai Konaweha tergolong
sedang. Kualitas suhu ikan sapu-sapu memiliki suhu rentang yang lebih hangat antara 21-29
º
C (Nico et al., 2012).
Menurut Gibss et al. (2013) bahwa aliran air pada musim panas dapat memengaruhi
populasi ikan sapu-sapu menjadi lebih tinggi dengan menempati habitat pemijahan tetapi,
aliran air pada musim dingin, kemungkinan membatasi persediaan makanan alga serta
keberhasilan reproduksi ikan.
Derajat keasaman (pH) merupakan nilai untuk mengetahui tingkat keasamaan atau
kebasaan suatu perairan. Hasil pengukuran pH yang diperoleh pada sungai Konaweha yaitu
pH 6-7. Menurut Aksari (2015), bahwa ikan sapu-sapu dapat hidup secara optimal pada
perairan tropis dengan kisaran pH 7-7,5. Sedangkan pada nilai oksigen yang diperoleh selama
penelitian berkisar antara 1,9-5,7 mg/l.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Aksari, D. Y. Perwitasari. D. Butet. A.N. (2015). Kandungan Logam Berat (Cd, Hg, dan Pb)
pada Ikan Sapu-Sapu, Pterygoplichthys Pardalis (Castelnau, 1855) di Sungai
Ciliwung. Jurnal Iktiologi Indonesia. 15 (3) : 257-266.
Andriansyah, T. R. S., Irwan, L. (2014). Kualtias Perairan Kanal Sungai Jawi di Sungai Raya
dalam Kota Pontianak ditanjau dari Struktur Komunitas Mikroalga Perivitik.
Jurnal Probiont. 3(1) : 61-70.
Berlian, Z., Aini, F., Aliah, D. (2015). Pengharuh Pemberian Pakan Tambahan dari
Kombinasi Tepung Cacing Tanah dan Tepung Ampas Tahu Terhadap
Pertumbuhan Ikan Betok (Anabas Testudinesus). Jurnal Biota. 1 (1) :16-17.
Dewi, M., Swarni., Sarifuddin, B. A. O. (2020). Kebiasaan Makan Ikan Sapu-sapu
Pterygoplichtys Multiradiatus Hancock 1828. di Perairan Danau Sidenreng
Kabupaten Sidenreng Rappang. Sulawesi Selatan. Jurnal Kelautan dan
Perikanan. 255-266.
Delariva, R. L., Agostinho, A. A. (2001). Relationship Between Morphology Ndiets of Six
Neotropical Fishes. J Fish Biol. 58 : 832-847.
Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, .(.):…-… e-ISNN 2503 4286
10