Anda di halaman 1dari 6

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6

Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

POLA MAKAN IKAN JURUNG (Tor soro) DI SUNGAI LOKOP


KABUPATEN ACEH TIMUR

Mawardi* dan Yusrizal


Prodi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Samudra, Langsa
*Email: mawardibio@yahoo.com

Abstrak. Sungai Lokop merupakan salah satu sungai yang terdapat di Aceh Timur yang masih
hidup spesies ikan Jurung (Tor soro) yang tergolong ikan endemik. Ikan Jurung (Tor soro) salah
satu spesies ikan air tawar yang termasuk dalam daftar merah IUCN (IUCN Red List).
keberadaan ikan-ikan tersebut kini dalam keadaan terancam oleh berbagai faktor diantaranya
teknik penangkapan yang tidak ramah lingkungan dan perubahan iklim global. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis pola makan ikan Jurung (Tor Soro) dan untuk mengetahui jenis-
jenis makanan yang dimakan oleh ikan Jurung (Tor soro) Sungai Lokop Kecamatan Serbajadi
Kabupaten Aceh Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Volumetric
yaitu pengukuran volume makanan yang terdapat dalam lambung ikan yang berisi makanan
Ikan sampel diambil dari Sungai Lokop yang ditangkap pada pagi dan sore hari. Analisis isi
lambung dengan menggunkan rumus Index Of Preponderance. Hasil penelitian dari 10 ekor ikan
sampel yang ditemukan pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa ikan jurung tergolong
hewan omnivora cenderung herbivora. Makanan utama terdiri dari kelas Bacillariophyceae
(Bacteriastrum), Chlorophyceae (Oedogonium, Zygnema), dan Cyanophyceae (Gonatozygon).
Makanan yang paling dominan ditemukan berupa fitoplankton, sedangkan insekta hanya
ditemukan beberapa spesies saja. Dapat disimpulkan bahwa makanan utama Ikan Jurung (Tor
soro) tergolong hewan omnivora cenderung herbivora.
Kata kunci: Pola makan ikan jurung (Tor soro) sungai Lokop

PENDAHULUAN

Lokop merupakan daerah yang terdiri dari pegunungan dan pemukiman


penduduk yang dialiri sungai Lokop yang terdapat di Kecamatan Serbajadi Kabupaten
Aceh Timur dengan Letak geografis LU : 04°09'21,08 – 04°44'48,65° BT :
97°15'22,07° - 97°46'24,32°. Luas wilayah 2165,66 Km², ketinggian (mdpl) 500 –
700 dari permukaan laut dan suhu rata-rata berkisar antara 25° - 29° C (BPS Aceh
Timur 2015). Sungai Lokop salah satu sungai yang terletak di Aceh Timur, Sungai ini
melintasi Dusun Munte, Kekabu, Desa Jering, Desa Lokop, Desa Sekualan, Desa Sunti,
Desa Umah Taring, Desa Ujung Karang. Sungai Lokop merupakan sungai yang secara
keseluruhan mempunyai panjang ± 80 km, yang mengalir dari hulu (Desa Jamat
Kabupaten Aceh Tengah) sampai hilir (Simpang Jernih Kecamatan Simpang Jernih).
Sungai Simpang Jernih hulunya dari Lesten Kecamatan Pining Kabupaten Gayo Lues
yang bermuara di Kuala Simpang (Camat Serbajadi, 2016). Sungai lokop merupakan
salah satu sungai wilayah di Aceh Timur yang masih hidup beberapa spesies ikan
anatara lain ikan gabus, ikan baung, ikan sepat dan ikan Jurung (Tor soro). Menurut
hasil penelitian Muchlisin dan Azizah (2009) mencatat bahwa sekurang-kurangnya ada
114 spesies ikan air tawar dan payau hidup di perairan tawar Nanggroe Aceh
Darussalam, angka ini diperkirakan masih jauh dibawah jumlah spesies ikan yang ada
karena masih banyak sungai, rawa-rawa dan danau yang belum di explorasi bahkan
dari jumlah tersebut, 15 species diantaranya memiliki nilai ekonomi tinggi, antara
lain: Anguilla bicolor (Ileah), Anguilla mamormata (Ileah), Chanos chanos (muloh,
brackishwater), Channa striata (bacei), Channa lucius (bujok), Clarias batrachus
(sengko/mut), Clarias teijsmanni (semu), Clarias niefhofii (semu), Epinephelus tauvina
(geurape muara, brackishwater), Neolissochilus spp (pedih/jurung), Rasbora
tawarensis (depik), Tor soro (jurung), Tor tambra (Keureling), dan Tor tambroides
(keureling).

339
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ikan Jurung (Tor soro) merupakan salah satu spesies ikan yang hidup di
Sungai Lokop Kabupaten Aceh Timur. Ikan Jurung umumnya hidup pada perairan
yang bersubstrat bebatuan. Ikan Jurung di k et ah ui dapat tumbuh baik pada kondisi
perairan dengan tipe substrat berbatu, kondisi air yang jernih, berkebutuhan oksigen
tinggi, dan berarus dari sedang sampai deras (Wibowo, 2012). Ikan Jurung termasuk
ke dalam famili Cyprinidae, ikan ini memiliki karakteristik khas berupa dua buah
cuping di bibir bawah mulut, ukuran sirip anal yang lebih rendah daripada sirip
punggung dan terdapat warna perak mengkilap di bagian punggung (Haryono dan
Tjakrawidjaja, 2005).
Jenis Ikan Jurung dikenal dengan beberapa nama lokal yaitu ikan Semah di
Sumatera Selatan, ikan Kancera di Jawa Barat, ikan Garing di Sumatera Barat, ikan
Silap di Kalimantan Barat, ikan Padak di Kalimantan Selatan serta ikan Jurung dan
Garing di Sumatera Utara. Keberadaan Ikan Jurung di Sungai Lokop sudah terancam
keberadaannya, karena intensitas penangkapan yang semakin tinggi, maka
dikhawatirkan akan menyebabkan populasi ikan ini semakin terancam kelestariannya.
Ikan Jurung merupakan ikan konsumsi air tawar yang memiliki harga ekonomi
tinggi. Di Pulau Sumatra harga ikan Tor soro harganya mencapai Rp. 200-300 ribu/kg,
dan di pulau Jawa mencapai 1 juta (Asun: 2011) dalam Qudus 2012. Terdapat
beberapa alasan yang menjadikan ikan ini memiliki harga ekonomi yang tinggi
diantaranya karena berat tubuhnya dapat mencapai 20 kg dan memiliki tekstur daging
yang tebal dan empuk serta rasanya yang gurih (Qudus et al, 2012). Keberadaan
ikan-ikan tersebut kini dalam keadaan terancam oleh berbagai faktor diantaranya
adalah teknik penangkapan yang tidak ramah lingkungan, perubahan iklim global,
untuk tujuan hobi (ikan hias), kerusakan lingkungan, dan pencemaran yang dapat
merusak ketersediaan pakan alami di daerah spesies ikan jurung tersebut.
Ketersediaan pakan menjadi salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan
beberapa jenis ikan air tawar termasuk ikan Jurung.

METODE

Lokasi Penelitian
Pengambilan sampel ikan Jurung (Tor soro) di Sungai Lokop Kecamatan
Serbajadi Kabupaten Aceh Timur. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 01 Januari
2017 sampai tanggal 01 Februari 2017. Identifikasi dan analisis isi lambung
dilaksanakan di Laboratorium PMIPA Universitas Samudra.

Pengambilan Sampel
Sampel ikan jurung (Tor soro) di peroleh dari hasil tangkapan dengan
menggunakan alat berupa pancing ikan di Sungai Lokop Kecamatan Serbajadi
Kabupaten Aceh Timur. Ikan jurung dikumpulkan sebanyak 10 ekor yang terdiri dari 5
ekor ikan ditangkap pada pagi hari pukul 06.00 Wib sampai 08.00 Wib dan 5 ekor ikan
ditangkap pada sore hari pukul 15.00 Wib sampai 17.00 Wib.

Pengukuran Sampel
Ikan Jurung (Tor soro) yang diperoleh di ukur panjang dan beratnya.
Pengukuran panjang ikan Jurung dari ujung mulut sampai ujung sirip ekor dengan
satuan milimeter (mm), pengukuran berat ikan Jurung dengan satuan gram (g).
kemudian ikan di bedah untuk di ambil lambungnya dimasukkan kedalam botol
sampel. Lambung ikan di beri formalin (4%) sebanyak 4 tetes agar lambung dan
isinya tetap awet. Sampel lambung ikan kemudian dibawa ke Laboratorium PMIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Samudra. Pengambilan lambung
ikan dilakukan dengan membedah bagian abdomen mulai dari anus kearah vertebrata
hingga ke tulang operkulum. Lambung dimasukkan kedalam gelas ukur yang berisi 10
ml aquades, kemudian dicatat pertambahan volume aquades dalam gelas ukur.
Lambung dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian lambung diseksio dengan

340
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

gunting bedah untuk mengeluarkan isi lambung. Lambung dikeluarkan isinya


kemudian di identifikasi jumlah dan jenis makanan, isi lambung tersebut
dikelompokkan berdasarkan jenis-jenisnya. lambung yang kosong dimasukkan
kembali kedalam gelas ukur berisi 10 ml aquades dan dicatat pertambahan volume
aquades tersebut. Hasil pengukuran volume lambung berisi dikurang dengan volume
lambung kosong maka didapatlah volume makan ikan. Analisi lambung dilakukan
dengan menggunakan metode volumetric (Adiyanda, 2014: 513).

Analisis Data
Untuk menganalisa pola makanan yang dimakan oleh ikan Jurung (Tor soro)
yaitu dengan menggunakan Index of Preponderance atau indeks Bagian Terbesar yang
dikemukakan oleh Natarjan dan Jhingran dalam Effendi (1979: 14) dengan rumus
sebagai berikut:

𝑉𝑖 𝑥 𝑂𝑖
IP = 𝑥 100%
Σ Vi x Oi

Persentase volume dinyatakan dengan cara menghitung volume makanan


sejenis per volume makanan seluruhnya dengan rumus:

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠


Vi = x 100%
volume seluruh jenis

Untuk persentase frekuensi kejadian dinyatakan dengan cara menghitung


jumlah lambung yang berisi makanan sejenis perjumlah lambung yang berisi
seluruhnya dengan rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛


Oi = x 100%
jumlah seluruh lambung yang berisi makanan
Keterangan :
IP = Index of Preponderance atau Indeks Bagian Terbesar
Vi = Persentase volume satu jenis makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu jenis makanan
Dengan ketentuan:
IP > 40 % sebagai makanan utama
IP 4-40 % sebagai makanan pelengkap
IP < 4 % sebagai makanan tambahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pola makan Ikan Jurung (Tor soro) yang terdapat di Sungai
Lokop Kecamatan Serbajadi Kabupaten Aceh Timur yang dianalisis menggunakan
Indeks of Preponderance (IP) menunjukkan bahwa hewan omnivora cenderung
herbivora. Pola makan ikan Jurung disajikan pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel. 1 dapat kita lihat bahwa ikan jurung (Tor soro) dapat
dikelompokkan kedalam ikan omnivora cenderung herbivora dengan makanan utama
dari kelas Bacillariophyceae (Bacteriastrum), Chlorophyceae (Oedogonium, Zygnema),
dan Cyanophyceae (Gonatozygon). Makanan yang paling dominan ditemukan berupa
fitoplankton, sedangkan insekta hanya ditemukan beberapa spesies saja. Dilihat dari
variasi makanan yang dikonsumsi ikan jurung di Sungai Lokop maka ikan jurung
termasuk kedalam kelompok euryphagic, yaitu ikan yang memanfaatkan bermacam-
macam organisme makanan. Perbedaan dari konsumsi makanan ini diduga karena
perbedaan selera makan dan kebutuhan nutrisi ikan jurung. faktor-faktor yang
menentukan suatu spesies ikan akan memakan suatu organisme adalah ukuran

341
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

makanan, ketersediaan makanan, warna, rasa, tekstur makanan, dan selera ikan
terhadap makanan (Effendie, 1997).

Tabel 1. Pola Makan Ikan Jurung di Sungai Lokop

PAGI SORE
No Jenis Makanan Vi Oi Vi Oi
IP (%) IP (%)
(%) (%) (%) (%)
Kelas
I
Bacillariophyceae
1 Bacteriastrum sp 8,33 60,00 58.14* 6.33 60.00 49.97*
2 Cymbella 7,14 40,00 33.22** 2.53 20.00 6.66**
3 Pinnularia sp 5,95 80,00 55.37* 3.80 40.00 19.99**
II Kelas Chlorophyceae
4 Cladophora 7,14 40,00 33.22** 5.06 40.00 26.65**
5 Microspora sp 5,95 60,00 41.53* 6.33 40.00 33.31**
6 Oedogonium sp 7,14 60,00 49.83* 10.13 60.00 79.95
7 Pandarina sp 5,95 60,00 41.53* 1.27 20.00 3.33***
8 Zygnema 8,33 80,00 77.52* 8.86 60.00 69.95*
III Kelas Cyanophyceae
9 Gonatozygon sp 8,33 100,0 96.9* 13.92 100.0 183.21*
10 Spirulia 3,57 40,00 16.61** 5.06 60.00 39.97**
IV Kelas Xanthophyceae 0,00
11 Tribonema 4,76 40,00 22.15** 2.53 40.00 13.32**
12 Vaucheria 2,38 20,00 5.54** 11.39 80.00 119.92*
V Kelas insecta
13 Kaki Belalang 9,52 40,00 44.3* 10.13 60.00 79.95*
14 Kaki serangga 5,95 40,00 27.69** 3.80 20.00 9.99**
15 Larva serangga 2,38 20,00 5.54** 1.27 20.00 3.33***
16 Semut Rangrang 3,57 40,00 16.61** 3.80 20.00 9.99**
17 serangga tawon 3,57 40,00 16.61** 3.80 20.00 9.99**
Jumlah 100,0 860,0 100.0 760.0

Keterangan: * = makanan utama; ** = makanan pelengkap; *** = makanan tambahan

Hasil pada Tabel. 1 menunjukkan makanan utama ikan jurung terdapat pada
kelas Cyanophyceae dan hasil pengamatan plankton memperlihatkan kelas
Cyanophyceae merupakan kelas yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi . Hal ini
menunjukkan bahwa ketersediaan pakan alami ikan jurung di sungai Lokop melimpah.
Ibrahim et al (2006) menyatakan “kebiasaan makanan dari suatu jenis ikan berkaitan
dengan kondisi ekologi perairannya”. Sedangkan menurut Lagler (1977) “jenis-jenis
makanan yang dimakan suatu spesies ikan biasanya tergantung pada kesukaan
terhadap jenis makanan tertentu, ukuran dan umur ikan, musim serta habitat
hidupnya”. Hal ini menunjukkan ikan Jurung memanfaatkan sumber makanan yang
paling melimpah di perairan sebagai makanan utamanya dan diduga ikan Jurung pada
pagi hari menyukai makanan pada kelas Cyanophyceae karena makanan ini
ditemukan hampir pada seluruh ikan sampel.
Ikan jurung yang ditemukan di sungai Lokop memiliki makanan utama berupa
Kelas Bacillariophyceae, Kelas Chlorophyceae, Kelas Cyanophyceae, Kelas
Xanthophyceae, dan Kelas insecta. Sedangkan penelitian lain pada ikan genus Tor
yang dilakukan Adjie (2009) di DAS Kapuas menyatakan “bahwa ikan Semah (Tor
spp.) memiliki makanan utama berupa lumut, makanan pelengkap berupa potongan
buah-buahan dan makanan tambahan berupa fito-zooplankton dan cacing nematode”.

342
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hasil ini sesuai dengan pernyataan Sawaliyah (2007), “perbedaan tempat atau daerah
dapat berbeda konsumsi makanannya baik jenis maupun jumlahnya. Bahwa
perbedaan strategi makanan ditentukan kebiasaan dalam memanfaatkan, memilih
makanan dan ketersediaan makanan di perairan, jenis kelamin dan perbedaan
aktivitas (Situmorang et al, 2013) dalam Nullah 2015.
Temperatur air dari ungai Lokop berkisar 21-23˚C, temperatur tertinggi
ditemukan pada sore hari.“Temperatur suatu perairan sangat mempengaruhi
keberadaan ikan, temperatur air yang tidak cocok, misalnya terlalu tinggi atau terlalu
rendah dapat menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Berubahnya temperatur suatu badan air, besar pengaruhnya terhadap komunitas
akuatik” (Suin,2002). Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh
vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi sungai (Barus, 2004). Perbedaan
temperatur pada kelima stasiun penelitian karena perbedaan waktu pengukuran serta
kondisi cuaca saat pengukuran dilakukan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pola makan Ikan
Jurung (Tor soro) yang terdapat di Sungai Lokop Kecamatan Serbajadi Kabupaten
Aceh Timur, ikan jurung tergolong hewan omnivora cenderung herbivora. Makanan
utama terdiri dari kelas Bacillariophyceae (Bacteriastrum), Chlorophyceae
(Oedogonium, Zygnema), dan Cyanophyceae (Gonatozygon). Makanan yang paling
dominan ditemukan berupa fitoplankton, sedangkan insekta hanya ditemukan
beberapa spesies saja.

DAFTAR PUSTAKA

Adiyanda.R., Roza.E., dan Yusfiati. 2014. Analisis Isi Lambung Ikan Lais Janggut
(Kryptopterus limpok, bleeker 1852) Di Sungai Tapung Hilir Propinsi Riau.
JOM Fmipa Vol 1 (2): 511-524
Adjie, S. 2009. Sebaran dan Kebiasaan Makan Beberapa Jenis Ikan di DAS Kapuas
Kalimantan Barat. Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan
dan Kelautan. Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang.
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Cetakan ke-2 UGM
Press. Yogyakarta.
BPS. 2015. Aceh Timur Dalam Angka. Badan Pusat Statistik.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 159.
Haryonodan A.H. Tjakrawidjaja. 2005. Pengenalan Jenis Ikan Tambra yang Bernilai
Komersial Tinggi dan Telah Rawan Punah untuk Mendukung Domestikasinya.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: 15.
Haryono. 2006. Aspek biologi ikan tambra (Tor tambroides Blkr.) yang eksotik dan
langka sebagai dasar domestikasi. Biodiversitas. 7(2): 195-198.
Ibrahim, A. J., R. Saleh, Hasriani. 2006. Aspek Kebiasaan Makanan Ikan Kurisi Bali
(Pristipmoi desmultidens, Day 1871) yang Tertangkap Di Perairan Derawan
dan Sekitarnya. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Borneo. Tarakan.
Lagler, K. F., J. E. Bardach, R. R. Miller. and D. M. Passino. 1977. Ichthyology. John
Wiley and Sons, Inc. New York. 505 p.
Muchlisin, Z.A. 2011. Analisis Kebijakan Introduksi Spesies Ikan Asing Di Perairan
Umum Daratan Provinsi Aceh. J. Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan Vol. 1(1): 79-89

343
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Nullah, A.Q., Pindi, P., Ani, S. 2015. Kebiasaan Makan Ikan Garing (Tor tambra) di
Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara. E-Jurnal.
Universitas Sumatera Utara: 1-13.
Qudus, R.R. Walim, L. dan Rosidah. 2012. Pengaruh Padat Penebaran Yang Berbeda
Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Tor soro
(Torsoro). Jurnal Perikanan Dan Kelautan. Vol 3(4): 254-260.
Suin, N. M. 2002. MetodeEkologi. UniversitasAndalas, Padang.
Wibowo A. 2012. Keragaman genetik ikan semah (Tor tambroides Blekker 1854) di
Sungai Manna, Bengkulu dan Sungai Semanka, Lampung. Bawal (ID).
4(2):105-112.

344

Anda mungkin juga menyukai