Anda di halaman 1dari 26

Penanganan Aseptic Disepensing Obat Sitostatika Sediaan Vial Cair

oleh Tenaga Teknis Kefarmasian di Instalasi Farmasi

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah ”Kapita Selekta”

Disusun oleh :
Dyna Mardyanti (2019130030)
Zahra Savitri (2019130031)
Aulia Dwi Pramesty Suryanto (2019130032)
Fina Sarah Handayani (2019130034)
Sekar Septiani Putri (2019130035)
Shaviralaonga (2019130036)

Dosen Penguji :
apt. Sondang Khairani, S.Farm., M.Farm.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

PENANGANAN ASEPTIC DISPENSING OBAT SITOSTATIKA SEDIAAN


VIAL CAIR OLEH TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN DI INSTALASI
FARMASI

MAKALAH KAPITA SELEKTA

Disusun Oleh :

1. Dyna Mardyanti (2019130030)


2. Zahra Savitri (2019130031)
3. Aulia Dwi Pramesty Suryanto (2019130032)
4. Fina Sarah Handayani (2019130034)
5. Sekar Septiani Putri (2019130035)
6. Shaviralaonga (2019130036)

Mengesahkan

Pembimbing Penguji

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penyusunan makalah kapita selekta yang berjudul
”Penanganan Aseptic Dispensing Obat Sitostatika Sediaan Vial Cair oleh
Tenaga Teknis Kefarmasian di Instalasi Farmasi” dapat selesai tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan Mata Kuliah Kapita Selekta Program Diploma III Jurusan
Farmasi Universitas Pancasila, dalam pelaksanaan penyusunan makalah ini,
penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. apt, Shirly Kumala M.Biomed, selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila.
2. apt, Nurmiftahurrohmah, S.Si.,M.Si. Selaku Ketua Prodi D3 Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila.
3. apt. Sondang Khairani, S.Farm., M.Farm. selaku dosen pembimbing
dan penguji yang telah meluangkan waktu kepada penulis untuk
memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Seluruh Dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada
penulis dan juga staff di Farmasi Universitas Pancasila.
5. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis yang sangat sayangi
dan cintai, saudara-saudara penulis, dan teman-teman yang telah
memberikan semangat, nasehat, doa serta dukungan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
6. Kepada seluruh pihak yang telah banyak memberikan dukungan yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi
amal ibadah sehingga memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

ii
kesempatan makalah atau tulisan penulis berikutnya. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.

Jakarta, October 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

ABSTRAK ..................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2

1.3 Manfaat Penelitian .............................................................................. 2

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3

2.1 Definisi Rumah Sakit .......................................................................... 3

2.2 Fungsi Rumah Sakit ........................................................................... 3

2.3 Definisi Sedian Steril .......................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 5

3.1 Pengertian Aseptic Dispensing ......................................................... 5

3.2 Obat Sitostatik .................................................................................. 10

3.3 Penanganan Sediaan Sitostatika ..................................................... 11

KESIMPULAN ............................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19

iv
ABSTRAK

Pemberian sediaan steril merupakan salah satu bentuk pelayanan


kefarmasian yang dilakukan di rumah sakit. Penanganan obat sitostatika
merupakan salah satu komponen terpenting dalam sediaan steril. Obat
sitostatika umumnya disebut dengan obat kemoterapi, obat ini adalah suatu
pengobatan untuk mematikan sel sel secara fraksional bahwa persenannya
90% berhasil dan 10% tidak berhasil. Tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaaan
penanganan obat sitostatika di rumah sakit seperti kelengkapan dokumen,
memeriksa kondisi obat-obatan, melakukan konfirmasi ulang kepada
pengguna, menghitung kesesuaian dosis.
Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran yang terkait ketersediaan
kebijakan yang memenuhi standar dan penggunaan alat pelindung diri
seperti baju pelindung, sarung tangan, kacamata pelindung dan disposable
mask yang memenuhi standar.

Kata kunci : Dispensing Sediaan Steril, Sitostatika, Vial Cair

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit menurut PERMENKES
nomor 72 tahun 2016 terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi.
2. Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian dan pelayanan resep,
penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat,
pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite, pemantauan
terapi obat (PTO), monitoring efek samping obat (MESO), evaluasi
penggunaan obat (EPO), dispensing sediaan steril, dan
pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD).
Pelayanan farmasi klinik berupa dispensing sediaan steril
hanya dapat dilakukan oleh Rumah Sakit yang mempunyai sarana
untuk melakukan produksi sediaan steril. Salah satu contoh
dispensing sediaan steril di Rumah Sakit adalah dispensing sediaan
steril obat sitostatika. Dispensing sediaan steril seharusnya dilakukan
oleh apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, namun sebagian
besar Rumah Sakit masih dilaksanakan oleh Tenaga Teknis
Kefarmasiaan. Dispensing sediaan steril membutuhkan pengetahuan
tentang sterilitas, sifat fisikokimia dan stabilitas obat, ke tidak
tercampuran obat serta risiko bahaya pemaparan obat. Selain hal
tersebut diperlukan juga sarana dan prasarana khusus yang
menunjang pekerjaan hingga tujuan sterilitas, stabilitas dan
ketercampuran obat dapat tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan agar Tenaga Teknis Kefarmasian mempunyai kemampuan

1
dan pengetahuan tentang aseptic dispensing khususnya aseptic
(1)
dispensing obat sitostatika sediaan vial cair.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud denga Dispensing Sedian Steril (Aseptic
Dispensing)?
2. Apa yang dimaksud dengan Obat Sitostatika?
3. Bagaimana cara melakukan Dispensing Sedian Steril Obat Sitostatika
Sedian Vial Cair di Instalasi Farmasi?

1.3 Manfaat Penelitian


1. Mampu memahami pengertian Disepensing Sediaan Steril
2. Mampu memahami definisi Obat Sitostatika
3. Mampu memahami cara melakukan Dispensing Sediaa Steril Obat
Sitostatika Sediaan Vial Cair di Instalasi Farmasi

1.4 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengertian dari Dispensing Sediaan Steril
2. Untuk mengetahui definisi dari Obat Sitostika
3. Untuk mengetahui cara melakukan Dispensing Sediaan Steril Obat
Sitostika Sediaan Vial Cair di Instalasi Farmasi

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Rumah Sakit


Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat. (2)

2.2 Fungsi Rumah Sakit


1. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah
sakit
2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
3. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
4. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
5. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku
6. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
7. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit.

2.3 Definisi Sedian Steril


Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari
mikroba hidup, baik yang patogen (menimbulkan penyakit)
maupun apatogen / non patogen (tidak menimbulkan penyakit), baik
dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam
bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak,
tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat) (FI.Edisi
IV). (3)

3
Sediaan farmasi steril adalah sediaan farmasi yang memenuhi
syarat bebas dari mikroorganisme disamping syarat fisika dan kimia.
Pencucian bertujuan untuk membersihkan pengemas atau wadah
dari lemak, partikel, bakteri, dan pirogen. Bahan yang dapat
digunakan dalam pencucian antara lain alkali, detergen, purified
water (PW), aqua demineralisasi (DI) yang disaring, non-pyrogen
water, dan air untuk injeksi (WFI). (4)

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Aseptic Dispensing


Dispensing sediaan steril merupakan layanan kefarmasian
yang dilaksanakan di rumah sakit. Permenkes No. 72 Tahun 2016
tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, pelayanan
dispensing sediaan steril seharusnya dilaksanakan di IFRS. Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (IFRS) bertanggung jawab terhadap sediaan
obat dari pengadaan hingga distribusi ke pasien, ketepatan dosis,
rute pemberian, dan penjaminan mutu obat, terutama obat
sitostatika. Dispensing sediaan steril bertujuan untuk menjamin agar
pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan,
menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas dari
paparan zat berbahaya dan menghindari terjadinya kesalahan
(5)
pemberian obat (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan pada Buku Pedoman Dasar Dispensing Sediaan
Steril, persyaratan umum untuk melakukan dispensing sediaan steril
adalah sebagai berikut : (6)
1. Sumber Daya Manusia
a. Apoteker :
Setiap Apoteker yang melakukan persiapan atau
peracikan sediaan steril harus memenuhi beberapa syarat
sebagai berikut:
1) Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang
penyiapan dan pengelolaan komponen sediaan steril
termasuk prinsip teknik aseptis
2) Memiliki kemampuan membuat prosedur tetap setiap
tahapan pencampuran sediaan steril.
3) Apoteker yang melakukan pencampuran sediaan steril
sebaiknya selalu meningkatkan pengetahuan dan

5
keterampilannya melalui pelatihan dan pendidikan
berkelanjutan.
b. Tenaga Kefarmasian :
1) Tenaga Kefarmasian membantu apoteker dalam
melakukan pencampuran sediaan steril.
2) Petugas yang melakukan pencampuran sediaan steril
harus sehat dan khusus untuk penanganan sediaan
sitostatika petugas tidak sedang merencanakan
kehamilan, tidak hamil maupun menyusui (Kemenkes
RI, 2009).
2. Ruangan
Ruangan khusus diperlukan dalam melakukan
pencampuran sedian steril untuk menjaga sterilitas produk yang
dihasilkan dan menjamin keselamatan petugas dan
lingkungannya.
a. Tata letak ruang

Gambar 1. Tata Letak ruang


b. Jenis ruangan Pencampuran sediaan steril memerlukan
ruangan khusus dan terkontrol. Ruangan ini terdiri dari :
1) Ruang persiapan
Ruangan yang digunakan untuk administrasi dan
penyiapan alat kesehatan dan bahan obat (etiket,
pelabelan, penghitungan dosis dan volume cairan).

6
2) Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian
Sebelum masuk ke ruang antara, petugas harus
mencuci tangan, ganti pakaian kerja dan memakai alat
pelindung diri (APD).
3) Ruang antara (Ante room)
Petugas yang akan masuk ke ruang steril melalui suatu
ruang antara
4) Ruang steril (Clean room)
Ruangan steril harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a.) Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih
dari 350.000 partikel
b.) Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter
kubik udara
c.) Suhu 18 – 22°C
d.) Kelembaban 35 – 50%
e.) Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA)
Filter
f.) Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari
pada tekanan udara di luar ruangan
g.) Pass box adalah tempat masuk dan keluarnya alat
kesehatan dan bahan obat sebelum dan sesudah
dilakukan pencampuran. Pass box ini terletak di
antara ruang persiapan dan ruang steril

Gambar 2. Pass Box 3.

7
3. Peralatan
Peralatan yang harus dimiliki untuk melakukan pencampuran
sediaan steril meliputi :
a. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam
pencampuran sediaan steril meliputi :
1.) Baju Pelindung
Baju Pelindung ini sebaiknya terbuat dari bahan yang
impermeable (tidak tembus cairan), tidak melepaskan
serat kain, dengan lengan panjang, bermanset dan
tertutup di bagian depan.
2.) Sarung tangan
Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas
yang minimal sehingga dapat memaksimalkan
perlindungan bagi petugas dan cukup panjang untuk
menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat
dari latex dan tidak berbedak (powder free). Khusus
untuk penanganan sediaan sitostatika harus
menggunakan dua lapis.
3.) Kacamata pelindung
Hanya digunakan pada saat penanganan sediaan
sitostatika
4.) Disposible mask

8
Gambar 3. Alat Pelindung Diri (APD)

b. Laminar Air flow (LAF)


Laminar Air flow (LAF) mempunyai sistem penyaringan
ganda yang memiliki efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat
berfungsi sebagai penyaring bakteri dan bahan-bahan
eksogen di udara, menjaga aliran udara yang konstan diluar
lingkungan dan mencegah masuknya kontaminan ke dalam
LAF. Terdapat dua tipe LAF yang digunakan pada
pencampuran sediaan steril :
1.) Aliran Udara Horizontal (Horizontal Air Flow)
Aliran udara langsung menuju ke depan, sehingga
petugas tidak terlindungi dari partikel ataupun uap yang
berasal dari ampul atau vial. Alat ini digunakan untuk
pencampuran obat steril non sitostatika.
2.) Aliran Udara Vertikal (Vertical Air Flow) Aliran udara
langsung mengalir kebawah dan jauh dari petugas
sehingga memberikan lingkungan kerja yang lebih
aman.Penanganan sediaan sitostatika menggunakan
LAF vertikal Biological Safety Cabinet (BSC) kelas II
dengan syarat tekanan udara di dalam BSC harus lebih

9
negatif dari pada tekanan udara di ruangan (Kemenkes
RI, 2009).

3.2 Obat Sitostatik


Obat kemoterapi secara umum disebut sitostatika, obat
ini adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel-sel secara
fraksional (fraksi tertentu mati) bahwa persentasenya 90%
berhasil dan 10% tidak berhasil. Obat ini berefek
menghambat atau membunuh semua sel yang sedang aktif
membelah diri termasuk sel normal seperti sel akar rambut,
sel darah dan sel selaput lender pada mulut. Pemilihan jenis
obat sitostatika yang akan digunakan dalam kemoterapi
dilihat berdasarkan jenis kanker yang diderita pasien. Jadi
dapat dapat disimpulkan bahan sitostatika adalah zat atau
obat yang merusak, membunuh sel normal dan sel kanker.
Sitostatika tergolong obat beresiko tinggi karena
mempunyai efek toksik yang tinggi terhadap sel, terutama
dalam reproduksi sel sehingga bersifat karsinogenik (sifat
bahan penyebab sel kanker yaitu sel liar yang dapat
merusak jaringan tubuh), mutagenik (sifat bahan yang dapat
menyebabkan perubahan kromosom yang dapat merubah
genetika) dan teratogenik (sifat bahan yang dapat
mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio).
Namun efek samping yang berbahaya dari obat sitostatika
dapat dikurangi karena masing–masing obat diberikan dalam
dosis yang lebih rendah dari dosis obat jika obat tersebut
digunakan dalam bentuk tunggal.
Obat sitostatika yang biasa digunakan dalam kemoterapi
sangat beragam, ada yang generik dan adapula yang brand
generik. Menurut 3 mekanisme kerjanya obat sitostatika
digolongkan menjadi 6 golongan yaitu alkylating agent,

10
antimetabolit, hormon, anthracycline (menghambat kerja dari
topoisomerase II sehingga memutus struktur DNA),
penghambat mikrotubul, dan topoisomerase inhibitors (enzim
yang diperlukan dalam replikasi DNA). Mekanisme obat
kemoterapi yaitu menghambat atau mengganggu sintesa
DNA atau RNA, merusak replikasi DNA, mengganggu
transkripsi DNA oleh RNA dan mengganggu kerja gen.

3.3 Penanganan Sediaan Sitostatika


Penanganan sediaan sitostatika merupakan penanganan
obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai
sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih
dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan,
petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan
kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri,
mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun
proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan
limbahnya (Kemenkes RI, 2009). Berdasarkan pada Buku
Pedoman Penanganan Sediaan Sitostatika, penanganan
(8)
sediaan sitostatika terdiri dari:
1. Penyiapan
a. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir)
permintaan dengan prinsip 5 benar (benar pasien,
obat, dosis, rute dan waktu pemberian)
b. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama
obat, jumlah, nomor batch, tanggal kadaluarsa), serta
melengkapi form permintaan
c. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika
ada yang tidak jelas / tidak lengkap
d. Menghitung kesesuaian dosis
e. Memilih jenis pelarut yang sesuai

11
f. Menghitung volume pelarut yang digunakan
g. Membuat label obat berdasarkan: nama pasien,
nomer rekam medis, ruang perawatan, dosis, cara
pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal
pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran
h. Membuat label pengiriman terdiri dari: nama pasien,
nomor rekam medis, ruang perawatan, jumlah paket
i. Melengkapi dokumen pencampuran
j. Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan
yang akan dilakukan pencampuran kedalam ruang
steril melalui pass box

2. Pencampuran
a. Memakai APD sesuai prosedur tetap
b. Mencuci tangan sesuai prosedur tetap
c. Menghidupkan Biological Safety Cabinet (BSC) 5
menit sebelum digunakan
d. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai
prosedur tetap
e. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan
sitostatika
f. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas
sediaan sitostatika
g. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan
menyemprot alkohol 70%.
h. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass
box
i. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang
akan dilarutkan di atas meja BSC
j. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara
aseptis

12
k. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan
spuit yang sudah berisi sediaan sitostatika
l. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium
foil untuk obatobat yang harus terlindung cahaya
m. Membuang semua bekas pencampuran obat
kedalam wadah pembuangan khusus
n. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi
sediaan sitostatika ke dalam wadah untuk pengiriman
o. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah
berisi sediaan jadi melalui pass box
p. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap

3. Teknik pemberian sedian obat vial :


1. Membuka vial larutan obat
a) Buka penutup vial.
b) Seka bagian karet vial dengan alkohol 70 %,
biarkan mengering.
c) Berdirikan vial
d) Bungkus penutup vial dengan kassa dan buang
ke dalam kantong buangan tertutup
2. Pegang vial dengan posisi 45º, masukkan spuit ke
dalam vial.
3. Masukan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan
perlahan - lahan memutar untuk melarutkan obat.
4. Ganti needle dengan needle yang baru.
5. Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke
dalam spuit kosong sesuai volume yang diinginkan.
6. Pegang vial dengan posisi 45º, tarik larutan ke dalam
spuit tersebut.
7. Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan
larutan obat ke dalam botol infus dengan posisi 45º

13
perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan
tercampur sempurna.
8. Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle
dengan ukuran yang sesuai untuk penyuntikan.
9. Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan
posisi jarum ke atas angkat jarum dan buang ke
kantong buangan tertutup.
10. Pegang spuit dengan bagian terbuka ke atas, tutup
dengan ”luer lock cap”.
11. Seka cap dan syringe dengan alkohol.
12. Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah
terkontaminasi ke dalam kantong buangan tertutup.

4. Penanganan tumpahan
Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat
dilakukan petugas tersebut atau meminta pertolongan
orang lain dengan menggunakan chemotherapy spill kit
yang terdiri dari:
a. Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang
steril
1.) Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area
sebelum diizinkan
2.) Beri tanda peringatan di sekitar area
3.) Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD)
4.) Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan
menggunakan alat seperti sendok dan tempatkan
dalam kantong buangan
5.) Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan
buang dalam kantong tersebut

14
6.) Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan
buang dalam kantong tersebut
7.) Cuci seluruh area dengan larutan detergen
8.) Bilas dengan aquadest
9.) Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh
obat terangkat
10.) Tanggalkan sarung tangan luar dan tutup kaki,
tempatkan dalam kantong pertama
11.) Tutup kantong dan tempatkan pada kantong
kedua.
12.) Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung
tangan dalam, tempatkan dalam kantong kedua
13.) Ikat kantong secara aman dan masukan dalam
tempat penampung khusus untuk dimusnahkan
dengan incinerator
14.) Cuci tangan

b. Membersihkan tumpahan di dalam BSC


1.) Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan
cair atau handuk basah untuk tumpahan serbuk
2.) Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai
dua pasang sarungtangan baru
3.) Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca
sekaligus dengan alas kerja / meja / penyerap dan
tempatkan dalam wadah buangan
4.) Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC
dengan detergen, bilas dengan aqua destilata
menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah
pada buangan
5.) Ulangi pencucian tiga kali

15
6.) Keringkan dengan kassa baru, buang dalam
wadah buangan
7.) Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan
akhir.
8.) Tanggalkan APD dan buang sarung tangan,
masker, dalam wadah buangan akhir untuk
dimusnahkan dengan incenerator.
9.) Cuci tangan

5. Pengelolaan limbah sitostatika


Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun
2004 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit,
limbah sitostatika adalah limbah dari bahan yang
terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat
sitostatika untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel. Limbah sitostatika dikumpulkan dalam
wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan
“Limbah Sitostatika” (Menteri Kesehatan RI, 2004).
a. Limbah sitostatika sangat berbahaya dan tidak
boleh dibuang dengan penimbunan (landfill) atau ke
saluran limbah umum.
b. Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan
ke perusahaan penghasil atau distributornya,
insinerasi pada suhu tinggi dan degradasi kimia.
Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih
utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke
distributor apabila tidak ada incinerator dan diberi
keterangan bahwa obat sudah kadaluarsa ata tidak
lagi dipakai.

16
c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 12.000°C
dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan
sitostatika. Insinerator juga harus dilengkapi dengan
peralatan pembersih gas. Insinerator dengan satu
tungku atau pembakaran terbuka tidak tepatuntuk
pembuangan limbah sitostatika. Insinerasi pada
suhu rendah dapat menghasilkan uap sitostatika
yang berbahaya ke udara.
d. Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa
sitostatika menjadi senyawa tidak beracun dapat
digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi juga
untuk pencucian tempat urin, tumpahan dan pakaian
pelindung.
e. Penggunaan kalium permanganat (KMnO4) atau
asam sulfat (H2SO4) untuk melakukan oksidasi
merupakan cara kimia yang relatif mudah.
Penggunaan asam bromida untuk penghilangan
nitrogen, atau dengan reduksi menggunakan nikel
dan alumunium.
f. Apabila insinerasi maupun degradasi tidak tersedia,
kapsulisasi atau inersisasi dapat dipertimbangkan
sebagai cara yang dapat dipilih

17
KESIMPULAN

Dispensing sediaan steril merupakan rangkaian perubahan


bentuk obat dari kondisi semula menjadi produk baru dengan
adanya apoteker dan tenaga kefarmasian sebagai sumber daya
manusia, ruangan untuk proses pelarutan pencampuran atau
penambahan bahan lain yang dilakukan secara aseptis oleh
apoteker di sarana pelayanan kesehatan.
Obat sitostatika atau yang umumnya disebut anti kanker
merupakan suatu obat yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat mekanisme proliferasi sel kanker. Obat ini memiliki
efek toksik bersifat karsinogenik, mutagenik, dan teratogenik.
Penanganan sediaan obat sitistatika sangat penting untuk
mencegah terjadinya kontaminasi terhadap bahan obat dan
perlindungan diri maupun saat pembuangan limbahnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Permenkes, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan kefarmasian di Rumah sakit. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2. Permenkes, 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
3. Gennaro, A.R. Remington's Pharmaceutical
Science 18th Edition. Easton: Marck Publishing Co, 1998.
4. Fitriani, lili. Dkk. (2019). Penuntun Praktikum Teknologi
Sediaan Steril. Padang: Andalas
5. Kemenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes
RI.
6. Kemenkes RI. (2009). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian. Jakarta: Depkes RI.
7. Suhul Raos Kumawula Ing Gustyas, Jainuri Erik Pratama.
Evaluasi Penanganan Obat Sitostatika Di Rumah Sakit
Panti Nirmala Malang. Malang : Akademi Farmasi Putra
Indonesia Malang.

19
8. Setyorini, oktavia. (2019). Gambaran Dispensing Obat
Kemoterapi di Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang Tahun
2019. Magelang: UMM.

20

Anda mungkin juga menyukai