ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik perbedaan tingkat kreativitas
antara anak pendidikan formal dengan anak homeschooling. Hipotesis yang diajukan
adalah anak yang sekolah homeschooling kreativitasnya lebih tinggi daripada anak yang
sekolah di pendidikan formal. Subjek dalam penelitian ini adalah 31 anak-anak tingkat
Sekolah Dasar yang berusia sekitar 9 tahun sampai 11 tahun, yang terdiri dari 20 anak SD
formal kelas IV dan 11 anak SD Homeschooling kelas III dan kelas IV. Subjek berasal dari
SD Demakijo 2 dan SD Homeschooling Group Khoiirul Ummah. Torrance Tests ofCreative
Thinking Figural Form B (Circle Test) dipakai untuk mengukur subjek penelitian. Hasil
analisis data dengan menggunakan Independent Sample T Tests, diperoleh hash sebagai
berikut : Ada perbedaan kreativitas antara anak pendidikan formal dengan anak
homeschooling(t = 4,568, p = 0,000). Anal( homeschooling memiliki kreativitas yang lebih
tinggi daripada anak pendidikan formal (M = 227,149 > 185,048).
ABSTRACT
This study was intended to reveal the differences of creativity between children in
formal schooling and children in homeschooling. The hypothesis that could be explained in
this study, there was creative level difference between children in formal schooling and
children in homechooling. The subjects of this study were 31 Elementary School students
aged 9 to 11 from Sekolah Dasar Demakijo 2 and Sekolah Dasar Homeschooling Group
Khoirul Ummah, consisting of 20 Formal Elementary School students grade IV and 11
Homeschooling Elementary School students grade III and IY. Data were collected by
administering Torrance Tests of Creative Thinking Figural Form B (Circle Test). Based on
the analysis using Independent Sample T Tests, the following results were concluded:
Difference in creativity between children in formal schooling and children in homeschooling
(t = 4,568, p = 0, 000). Children in homeschooling showed a higher creativity compared
children in formal schooling (M = 227,149 > 185, 048).
PENDAHULUAN
Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah penting.
Menurut Safaria (2005) ada beberapa alasan mengapa kreativitas perlu dipupuk sejak diri.
Pertama, proses kreatif merupakan perwujudan dari aktualisasi diri. Kedua, kreativitas adalah
kemampuan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan masalah. Ketiga,
menyibukkan diri dalam proses kreatif, bermanfaat bagi masyarakat dan juga bagi anak,
karena dari kegiatan kreatif anak akan mendapatkan kepuasan yang tinggi, sehingga hal ini
A. Kreativitas
Menurut Rhodes (dalam Munandar, 2002), kreativitas dapat dirumuskan dalam istilah
Pribadi, Proses, Pendorong dan Produk. Drevdahl (dalam Hurlock, 1978) mendefiniskan
kreativitas sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau
gagasan apa saja yang pada dasamya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya.
Sedangkan Torrance (dalam www.yahoo.com/ Defining creativity.htm), mengungkapkan
bahwa kreativitas merupakan fluency, flexibility, originality, dan elaboration.
Pemikiran kreatif menurut Oech (dalam http://www.yahoo.com/ Defining creativity.htm)
melibatkan membayangkan berbagai hal umum yang dikenal dengan cara yang baru,
menggali ke dalam untuk menemukan pola yang tidakdiketahui sebelumnya, dan
menemukan hubungan antara fenomena yang tidak berhubungan. Sementara itu Carnevale
dkk (dalam http://www.yahoo.com/ Definingcreativity.htm) berpendapat bahwa pemikiran
kreatif merupakan kemampuan untuk menggunakan gaya pemikiran yang berbeda untuk
menghasilkan solusi dan gagasanyang dinamis dan baru.
Hasil kreativitas, di samping dipengaruhi oleh kemampuan koglitif juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain, seperti faktor sikap, motivasi, dan temperamen. Model yang
dikemukakan oleh William (dalam Selby dkk, 2005) untuk perkembangan bakat kreatif
meletakkan sifat kognitif dan afektif pada tempat yang sama. Di samping kemampuan
kognitif dari kelancaran ide (ideational fluency), keluwesan berfikir (flexibility), originalitas
(originality) dan elaborasi pemikiran (elaborative thinking), William menyatakan kualitas
B. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
(http:// id.wikipedia.org/wiki/ Pendidikan formal).
C. Homeschooling
Homeschooling (HS) (http:// www.sekolahrumah.com) yang dalam Bahasa Indonesia
digunakan istilah Sekolah Rumah adalah model altematif belajar selain di sekolah.
Hipotesis
Ada perbedaan tingkat kreativitas antara anak yang menempuh pendidikan formal dengan
anak yang menempuh pendidikan homeschooling.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil subjek 31 anak Sekolah Dasar yang berusia
sekitar 9 tahun sampai 11 tahun. Subjek penelitian diambil dari 20 siswa SD Demakijo 11
kelas IV dan 11 siswa SD Homeschooling Group Khoirul Ummah 7 yang terdiri dari 7 siswa
kelas III dan 4 siswa kelas IV.
Metode yang digunakan untuk mengukur kreativitas dalam penelitian ini adalah Torrance
Test of Creative Thinking Figural Form B yang mana dibagi menjadi tiga aktivitas, yaitu:
Picture Construction, Picture Completion dan Circle. Namun dari ketiga macam tes tersebut
hanya tes Circle saja yang akan digunakan untuk mengukur kreativitas anak. Circle test
mempunyai 36 lingkaran yang berdiameter 2 cm yang berfungsi sebagai stimulus. Dalam tes
ini subjek diminta membuat beberapa gambar dengan menggunakan lingkaran sebagai
stimulus.
Penelitian ini menggunakan metode statistik Independent Sample t tests untuk menganalisis
data. Independent Sample t tests dinilai paling tepat untuk menganalisis data, karena tujuan
dari penelitian ini adalah membandingkan rata-rata dari dua sampel yang tidak berhubungan
DAFTAR PUSTAKA