SKRIPSI
Oleh :
RIO ADHITYA CESART
D1E013170
1
EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK CAIR HERBAL TERHADAP
DIAMETER BATANG DAN BOBOT SEGAR RUMPUT GAJAH
DEFOLIASI KETIGA
Oleh :
RIO ADHITYA CESART
D1E013170
2
SKRIPSI
Oleh :
RIO ADHITYA CESART
D1E013170
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman
iii
SURAT PERNYATAAN
NIM : D1E013170
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini maka Saya bersedia menerima
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan.
D1E013170
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akhir untuk memperoleh gelar
Purwokerto. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
2. Ir. Nur Hidayat, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I, dan drh. Sufiriyanto,
MP., selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar membimbing serta
3. Ir. Endro Yuwono, M.S., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
4. Ir. Pambudi Yuwono, M.Sc., selaku Ketua Komisi Tugas Akhir Fakultas
6. Ayah, Ibu dan kakak tercinta yang tak pernah lelah memberikan doa,
v
7. Seluruh dosen dan staf Experimental Farm Universitas Jenderal Soedirman
8. Seluruh rekan-rekan satu tim penelitian yaitu Dwi Setyono, Praditya Naufal,
Ginanjar A, Siti Atika N, Farhan, Afif Nur P, Rendi Darmawan dan Dwi
Bencana Desa Sijeruk tahun 2016, serta seluruh teman-teman angkatan 2013
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah berbagi cerita,
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dari berbagai pihak yang telah
membantu jalannya penelitian ini, baik berupa tenaga, materi, maupun doa.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta bagi
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
vii
3.2 Metode Analisis ....................................................................................... 14
LAMPIRAN .......................................................................................................... 32
viii
DAFTAR TABEL
Tabel: Halaman
4. Diameter Batang Rumput Gajah Umur 45 hari pada Defoliasi Ketiga ........ 33
7. Bobot Segar Rumput Gajah Umur 45 hari pada Defoliasi Ketiga ................ 37
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar: Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran: Halaman
2. Diameter Batang Rumput Gajah Umur 45 hari pada Defoliasi Ketiga ........ 33
5. Bobot Segar Rumput Gajah Umur 45 hari pada Defoliasi Ketiga ................ 37
xi
RINGKASAN
Kata Kunci: Rumput gajah, defoliasi ketiga, pupuk organik cair herbal, diameter
batang, bobot segar
xii
SUMMARY
Keywords: elephant grass, third defoliation, liquid organic herbal fertilizer, stem
diameter, fresh weight
xiii
I. PENDAHULUAN
Pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan. Jenis hijauan rumput yang
serta memiliki daya adaptasi yang baik di iklim tropis. Rumput gajah daya
adaptasinya sangat luas yakni mulai jenis tanah struktur ringan, sedang sampai
berat. Pertumbuhannya baik, dari dataran rendah sampai dataran tinggi dan curah
populasi ternak ruminansia. Permasalahan yang sering terjadi yaitu kualitas dan
kuantitas rumput yang dihasilkan masih rendah. Usaha yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan produksi dan nilai nutrien hijauan pakan adalah dengan
pemberian pupuk, baik dengan pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pupuk
anorganik saat ini banyak digunakan karena efek yang ditimbulkan lebih cepat
menerus dapat menimbulkan adanya residu bahan kimia pada tanah, serta tekstur
tanah cenderung menjadi keras dan tidak gembur lagi. Pupuk organik mulai dilirik
kembali karena disamping menyediakan unsur hara dalam tanah, juga dapat
bentuk penanganan urin ternak tersebut yaitu dengan cara diolah menjadi pupuk
organik cair. Urin sapi bunting merupakan salah satu pupuk organik cair yang
nitrogen (N) yang cukup tinggi dibandingkan urin sapi tidak bunting dan
mengandung hormon auksin yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini
disebabkan sapi bunting lebih membutuhkan banyak asupan nutrien dari pakan
penting yaitu protein. Nitrogen yang masuk ke dalam tubuh ada yang teretensi dan
ada pula yang terbuang (Bernika, 2016). Fungsi utama nitrogen (N) adalah untuk
cair nanas dapat memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman berupa unsur hara
makro dan mikro seperti C, N, P, K, Ca, Mg, Na, Fe, Zn, Mn, S, NO3, NH4 dan
C/N sehingga dapat dijadikan sebagai pupuk organik. Temulawak lebih sensitif
yang khas yaitu xhantorrizol yang tidak dimiliki oleh rimpang Curcuma lainnya
walaupun hanya dalam jumlah yang sangat kecil (Adila, 2013). Buah mengkudu
3
merupakan zat fitokimia dan antibakteria. Bahan aktif antibakteria dalam buah
mengkudu yakni antrakuinom dan skopoletin bersifat lisozim terhadap sel bakteri.
Urin sapi bunting sering dijadikan bahan dasar pupuk organik cair karena
memiliki kandungan unsur hara makro nitrogen (N) yang cukup tinggi
dibandingkan dengan urin sapi yang tidak bunting. Fungsi utama nitrogen (N)
adalah untuk pertumbuhan vegetative seperti daun, batang dan akar. Nanas
serta berfungsi sebagai penghancur alat pencernaan larva yang dapat mengganggu
dan alizarin yang merupakan zat fitokimia dan antibakteria. Apabila herbal nanas,
diaplikasikan pada rumput gajah yang telah diberi pupuk organik padat granul
feses ayam petelur pada defoliasi pertama maka diduga akan mengoptimalkan
pertumbuhan rumput gajah, demikian pula dengan dosis pupuk cair yang semakin
tinggi karena hara yang terkandung dalam tanah meningkat sehingga pada
uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan pupuk organik cair
4
urin sapi bunting dan herbal yang dapat mengoptimalkan diameter batang dan
1.3. Hipotesis
cair herbal terhadap diameter batang dan bobot segar rumput gajah.
ternak. Limbah urin sapi dan slury dapat diolah menjadi pupuk organik cair
mempunyai efek jangka panjang yang baik karena dapat memperbaiki struktur
perkembangan dan kesehatan tanaman. Unsur hara itu terdiri dari nitrogen, fosfor
dan kalium. Proses pembuatan pupuk cair dari urin ternak tidak terlalu sulit
dengan metode yang sederhana. Selain itu dosis pemberian ke tanaman dapat
Limbah organik tidak hanya dapat dibuat menjadi kompos atau pupuk
padat. Limbah organik juga dapat diolah menjadi pupuk cair. Pupuk cair
mempunyai banyak manfaat karena selain digunakan sebagai pupuk, juga dapat
digunakan sebagai aktivator untuk membuat kompos. Pupuk cair lebih mudah
dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur – unsur di dalamnya sudah terurai dan
tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa
(Pancapalaga, 2011).
tanaman dan secara tidak langsung yaitu menggunakan auksin urin sapi betina
karena urin sapi betina mengandung auksin a, auksin b dan IAA (Indole 3 Acetid
Acid). Urin sapi banyak mengandung auksin karena jaringan tanaman yang
dimakan sapi banyak mengandung auksin. Auksin termasuk zat yang tidak dapat
Urin ternak dapat dijumpai dalam jumlah besar selain kotoran dari ternak.
Urin dihasilkan oleh ginjal yang merupakan sisa hasil perombakan nitrogen dan
sisa-sisa bahan dari tubuh yaitu urea, asam urat dan kreatinin hasil metabolisme
protein. Urin juga berasal dari perombakan senyawa sulfur dan fosfat dalam tubuh.
Hasil analisis urin diperoleh kandungan bahan organik dan N urin cukup tinggi
(Hartatik, 2006).
Tanaman nanas relatif pendek karena daun-daunnya tumbuh di pucuk batang yang
Tanaman nanas termasuk tanaman yang menahun, artinya hidupnya lebih dari
spiral. Buah nanas adalah buah majemuk yang tumbuh seolah-olah menjadi satu
Nanas merupakan herba berbatang semu dengan tinggi 30-50 cm, yang
mempunyai batang dalam bentuk roset dengan pangkal yang melebar dan menjadi
pelepah. Daun tunggal bentuk pedang, ujung lancip tepi berduri kecil dan tajam.
7
kemerahan. Bagian yang dimanfaatkan adalah buah. Daging buah berwarna putih
kekuningan mengandung banyak cairan yang rasanya manis, asam, harum dan
(Hidayat, 2015).
Temulawak sepintas hampir serupa dengan temu putih, hanya saja warna bunga
dan rimpangnya berbeda. Bunga temu putih berwarna putih dengan tepi merah
sedangkan bunga temulawak berwarna putih kuning atau kuning muda. Rimpang
bagian dalam temu putih berwarna kuning muda sedangkan rimpang temulawak
kurkuminoid, minyak atsiri, pati, protein, lemak (fexed oil), selulosa dan mineral.
Kurkuminoid mempunyai aroma khas, tidak toksik (tidak beracun) dan berbentuk
juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman terutama pada tanah
Rimpang temulawak sejak lama telah dikenal sebagai bahan ramuan obat.
(Thomas, 1989).
8
yang dimanfaatkan adalah buah. Daun tunggal, berbentuk jorong melanset dengan
panjang 10-40 cm. Bunga harum dan berwarna putih. Buah lonjong, panjangnya
sampai 15cm, berwarna hijau keputihan dengan bau yang kurang sedap ketika
2015).
saat ini menjadi sangat populer. Tanaman ini banyak terdapat di Indonesia sebagai
sayuran atau tanaman obat. Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada buah
mengandung zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.seperti protein, vitamin dan
dan non essensial, vitamin (Provitamin A; Vit A ; Vit C; Vit B5; Vit B1; Vit B2)
dan mineral (Ca, P, Se, Fe). Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) yang diduga
Rumput gajah (P. purpureum) merupakan salah satu hijauan pakan ternak
yang hingga saat ini banyak diusahakan secara intensif dalam usaha peternakan
sapi perah, penggemukan dan pembibitan. Hal ini cukup beralasan karena rumput
gajah memiliki manfaat sebagai hijauan pakan ternak unggul yang dapat
berproduksi tinggi, kualitasnya baik disusul dengan palatabilitas yang tinggi dan
daya adaptasinya cukup luas. Disamping itu juga bermanfaat sebagai tanaman
banyak dibudidayakan oleh peternak hingga saat ini. Rumput ini mempunyai
produksi yang tinggi, disukai oleh ternak ruminansia dan dapat tumbuh pada
lingkungan lembab maupun lingkungan yang kering serta tidak dapat tumbuh baik
dalam kondisi lahan yang tergenang air. Namun demikian produksi rumput ini
akan menjadi baik apabila ditanam pada lahan yang mengandung nutrisi/unsur
Budidaya rumput gajah cv. Hawaii adalah lebih mudah dan lebih fleksibel
dibandingkan dengan King Grass. Rumput gajah daya adaptasinya sangat luas
yakni mulai jenis tanah struktur ringan, sedang sampai berat. Pertumbuhannya
baik, dari dataran rendah sampai dataran tinggi dan curah hujan cukup sekitar
1000 mm/tahun atau lebih. Produksi King grass lebih tinggi dibandingkan rumput
gajah pada tanah yang subur dan dikelola dengan baik, namun pada tanah yang
10
kurang subur dan dikelola kurang baik pertumbuhan rumput gajah lebih unggul
diameter batang diakibatkan oleh pertumbuhan tanaman yang cukup baik, karena
memberikan hasil diameter batang menjadi besar, diameter batang yang besar
Bagian tanaman yang dipanen adalah semua bagian aereal tanaman yang
Komponen produksi segar yang paling utama adalah biomas daun dan batang.
Pertumbuhan vegetatif sangat dipengaruhi oleh hara nitrogen. Hara nitrogen juga
tinggi jika dibandingkan dengan rumput gajah cv Afrika. Produksi segar rumput
gajah cv Hawaii yaitu 525 ton/ha/tahun sedangkan produksi segar rumput gajah
cv Afrika hanya 376 ton/ha/tahun. Oleh karena itu rumput ini sangat membantu
(Lugiyo, 2000). Semakin lama umur defoliasi maka semakin banyak kesempatan
karbohidrat akan semakin besar dan sebagian besar karbohidrat yang terbentuk
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah urin sapi bunting 240
6 kg, EM4 5 liter, molasses 5 liter, air 5 liter, 648 rumpun rumput gajah yang telah
mendapat pupuk organik padat pada defoliasi pertama dan pupuk organik cair
pada defoliasi pertama hingga kedua, serta lahan seluas ±405 m2. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Alat-alat untuk pembuatan pupuk
organik cair yaitu timbangan, drum dan pisau. (2) Alat-alat untuk pemupukan dan
pemanenan yaitu ember, gayung, spuit dan sabit, sedangkan untuk pengukuran
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah diameter batang dan
dengan dua belas perlakuan dan tiga ulangan. Adapun perlakuannya adalah:
ditempatkan secara acak. Pupuk organik padat granul hanya diberikan pada
14
defoliasi pertama. Pupuk organik cair urin sapi bunting dan herbal diberikan
selama 7 minggu masa pemupukan dan diberikan dua kali dalam satu minggu
berikut:
Yij = µ + τi + Ɛij
Ɛij = Pengaruh acak (penyimpangan yang timbul secara acak) dari perlakuan
nyata maka akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ).
3.3.1. Tahap Pembuatan Pupuk Organik Cair Urin Sapi Bunting Herbal
Tahap pembuatan pupuk cair urin sapi bunting herbal diawali dengan
menampung urin sapi bunting setiap hari hingga mencapai 240 liter. Setelah
mencapai 240 liter, urin tersebut dimasukan ke dalam 4 buah drum yang masing-
masing berisi :
15
1. Drum Satu (Pupuk cair urin sapi bunting tanpa penambahan herbal)
Drum satu berisi 60 liter urin sapi bunting dicampur Em4 1 liter, molases 1
liter yang dicairkan dengan air sebanyak 1 liter. Drum ini disebut juga dengan
Drum dua berisi 60 liter urin sapi bunting dicampur dengan potongan kecil
buah nanas 6 kg, Em4 1 liter dan molases 1 liter yang dicairkan dengan air 1 liter.
Drum tiga berisi 60 liter urin sapi bunting dicampur dengan potongan kecil
buah nanas dan temulawak masing-masing 6 kg, Em4 1 liter, molases 1 liter yang
4. Drum Empat (Pupuk cair urin sapi bunting + nanas + temulawak + mengkudu)
Drum empat berisi 60 liter urin sapi bunting dicampur dengan potongan
kecil buah nanas, temulawak dan mengkudu masing-masing 6 kg, Em4 1 liter,
pertama. Persiapan lahan yang dilakukan adalah pembersihan lahan dari gulma.
Lahan seluas ± 405 m2 yang terbagi dalam 36 petak dengan luas tiap petak 6 m2
( 3 m x 2 m). Jarak antar rumpun dalam baris adalah 40 cm, sedangkan jarak antar
petak adalah 0,75 m. Setiap petak terdapat 18 rumpun sehingga total rumpun
Pemberian pupuk organik cair urin sapi bunting herbal dilakukan sejak
hari pertama defoliasi ketiga sesuai dengan dosis perlakuan yaitu 1 ml, 3 ml dan 9
ml setiap pemberian serta diberikan dua kali dalam satu minggu sehingga secara
organik cair diberikan pada setiap rumpun rumput gajah yang telah diberi pupuk
untuk setiap rumpun, dipilih batang yang paling besar dan batang diukur 10-15
jangka sorong yang dilingkarkan pada satu batang terbesar dalam satu rumpun 10-
15 cm atau 2-3 buku dari permukaan tanah. Rumpun yang diamati dalam satu
petak berjumlah 5 rumpun. Lahan tempat penelitian terdiri dari 36 petak rumput
yang dipanen adalah semua bagian aereal tanaman yang dipotong pada ketinggian
3.3.5. Pemanenan
dari permukaan tanah. Hal ini dilakukan agar tersedia cadangan makanan untuk
ketinggian sekitar 105 meter di atas permukaan laut. Keadaan cuaca dan iklim di
Kabupaten Banyumas tergolong iklim tropis basah dengan rata – rata curah hujan
2.725 mm/tahun, tekanan udara rata – rata 1.001 mbs dan suhu udara berkisar
karena menurut Prawiradiputra (2012) rumput gajah dapat tumbuh baik di dataran
rendah dan dataran tinggi pada berbagai jenis tanah dengan curah hujan di atas
1.000 mm/tahun. Rumput gajah tahan terhadap naungan, akan tetapi cenderung
kurang tahan terhadap genangan air sehingga perlu pengaturan drainase yang baik
stasiun Klimatologi Semarang awal musim kemarau tahun 2017 di Jawa Tengah
terjadi pada Juni 2017 minggu ke dua. Lahan untuk penelitian memiliki
kandungan unsur hara sedang hingga tinggi, meskipun unsur karbon organik
rendah sehingga rasio C/N menjadi sangat rendah. Kondisi tanah juga agak
masam dengan pH 6,48, sedangkan kondisi tanah yang netral yaitu memiliki pH
6,6 – 7,5. Tanah yang subur memiliki kandungan C sedang (2-3%), N sedang
(0,21-0,5%) dan rasio C/N sedang (11-15) (Eviati, 2009). Hasil analisis tanah
Soedirman. Urin sapi bunting tersebut dikumpulkan setiap hari hingga tercapai
240 liter. Urin yang telah terkumpul tersebut kemudian dibagi kedalam empat
drum dengan jumlah yang sama banyak, yakni 60 liter dan setiap drum diberi
kode P1, P2, P3 dan P4. Drum dengan kode P1 merupakan drum kontrol, yakni
drum yang hanya berisi urin sapi bunting tanpa penambahan herbal. Drum dengan
kode P2 merupakan drum yang berisi urin sapi bunting ditambah 6 kg herbal
nanas. Drum dengan kode P3 yaitu drum yang berisi urin sapi bunting ditambah
herbal nanas dan temulawak masing-masing 6 kg. Drum dengan kode P4 yaitu
drum berisi urin sapi bunting yang ditambah herbal nanas, temulawak dan
mengkudu masing-masing 6 kg. Hasil analisis pupuk organik cair tercantum pada
tabel 2.
20
Parameter P1 P2 P3 P4 Standart
Karbon Organik 2,165 2,322 2,014 2,387 >6%
Nitrogen Total 0,315 0,250 0,367 0,313
C/N ratio 6,87 8,05 5,49 7,630
Bahan Organik 3,733 4,003 3,472 4,115
pH H2O 4,41 3,98 4,050 4,040
P2O5 total 0,133 0,113 0,074 0,075 3-6
K2O total 0,723 0,697 0,729 0,674 3-6
Sumber: Laboratorium Sumberdaya Lahan / Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Jenderal Soedirman 2017.
Pupuk organik padat granul hanya diberikan pada defoliasi pertama
rumput gajah sebagai pupuk dasar untuk melihat keefektifan pupuk organik padat
granul tersebut pada defoliasi seterusnya. Aplikasi pupuk organik padat tersebut
dasar dari pupuk organik padat granul yakni feses ayam petelur yang berasal dari
telah didiamkan selama 2 minggu. Feses kemudian dicampur dengan mol bambu
selama ±60 hari dan dilakukan pembalikan setiap 4-7 hari sekali. Feses ayam yang
telah menjadi pupuk organik padat tersebut kemudian dimasukkan ke dalam alat
organik padat berbentuk granul menurut Fadludin (2013) tidak akan mudah
terbawa air dan angin, karena bentuknya yang lebih besar dan berat sehingga
pemberian pupuk organik padat menjadi lebih optimal. Hasil analisis pupuk
tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia atau renggutan
ternak saat ternak digembalakan. Defoliasi dilakukan pada periode tertentu yaitu
pada saat yang tepat untuk menjamin pertumbuhan kembali rumput gajah yang
optimal, serta diperoleh rumput gajah dengan kualitas yang baik. Defoliasi yang
terlalu lama akan menurunkan presentase daun sesuai peryataan dari Mulatsih
(2003) bahwa semakin lama umur defoliasi maka menurunkan presentase daun
karbohidrat untuk pembentukan dinding sel semakin besar dan berimplikasi pada
1,4
1,22 1,17 1,18 1,25 1,31 1,24 1,23 1,21 1,15
1,2 1,13 1,17 1,09
Diameter Batang (cm)
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A B C D E F G H I J K L
Perlakuan
Hasil rataan diameter batang rumput gajah pada tabel 6 berkisar 1,15 –
1,26 cm (Lampiran 3). Nilai rataan diameter batang rumput gajah terendah
terdapat pada penggunaan pupuk organik cair suplementasi nanas, temulawak dan
mengkudu yakni hanya 1,15 cm. Nilai rataan diameter batang tertinggi terdapat
pada penggunaan pupuk organik cair suplementasi nanas dan temulawak yaitu
1,26 cm. Keseluruhan nilai rataan diameter batang tersebut lebih rendah jika
tanaman tahunan dengan batang tumbuh tegak berdiameter ±2,3 cm. Diameter
batang yang besar menurut Vanis (2007) dapat memperkuat batang, demikian
pula sebaliknya. Kondisi serupa nampak pada rumput gajah yang diamati,
diameter batang yang kecil menyebabkan beberapa batang rumput gajah patah.
23
organik cair dengan herbal berupa nanas dan temulawak. Kondisi ini disebabkan
kadar N total yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan ketiga jenis pupuk
organik cair lain yang digunakan. Kondisi diameter batang pada defoliasi kedua
cair dengan herbal berupa nanas dan temulawak menghasilkan diameter batang
yang paling besar yaitu 1,492 cm. Diameter batang rumput gajah terkecil yakni
pada penggunaan pupuk organik cair herbal dengan herbal berupa nanas,
temulawak dan mengkudu. Kondisi ini disebabkan N total yang dihasilkan lebih
rendah dibandingkan jenis pupuk organik cair herbal lainnya, meskipun N total
yang paling rendah pada penggunaan pupuk organik cair dengan herbal nanas
pupuk maupun pengaruh penambahan dosis pupuk tidak berpengaruh nyata (P <
0,05) terhadap diameter batang rumput gajah. Kondisi ini diduga disebabkan oleh
dosis pupuk organik cair herbal yang diberikan dalam perlakuan tergolong rendah.
Kandungan unsur Nitrogen total yang rendah dalam pupuk organik cair turut
(2013) unsur nitrogen memiliki berbagai manfaat bagi tanaman, yakni membuat
daun lebih hijau dan banyak mengandung klorofil yang penting untuk fotosintesis,
keempat pupuk organik cair juga tergolong sangat rendah rendah. Phospor
Curah hujan yang tinggi di lokasi penelitian mengakibatkan pupuk cair terbawa
oleh aliran air hujan sehingga penggunaan pupuk organik cair menjadi tidak
berpengaruh nyata.
Rataan bobot segar rumput gajah umur 45 hari pada defoliasi ketiga
penggunaan pupuk organik cair suplementasi nanas dan temulawak yaitu 20,267
terhadap bobot segar rumput gajah defoliasi ketiga tercantum pada gambar 2.
25 21,97 22,2
19,9 19,27 20,37
Bobot Segar (Kg/6 m2
10
0
A B C D E F G H I J K L
Perlakuan
Gambar 2. Rataan Bobot Segar Rumput Gajah (Kg/6m2)
Hasil bobot segar tersebut sesuai dengan pernyataan Rukmana (2005)
varietas Hawai mencapai 300 ton/ha/tahun, bahkan dapat lebih pada pengelolaan
yang sangat intensif. Pernyataan lainnya menurut Lugiyo (2000) produksi hijauan
segar yang diamati selama satu tahun di Bogor adalah 525 ton/ha/tahun. Kondisi
tidak berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap bobot segar rumput gajah. Kondisi ini
disebabkan oleh dosis pupuk organik cair herbal yang diberikan dalam perlakuan
Diameter batang yang tergolong kecil turut berperan dalam rendahnya bobot segar
karena diameter batang yang kecil juga menyebabkan ukuran daun menjadi kecil.
Bobot segar rumput gajah terendah yakni pada penggunaan pupuk organik
cair suplementasi nanas, temulawak dan mengkudu. Kondisi serupa juga terjadi
pada defoliasi kedua, penggunaan pupuk organik cair dengan herbal nanas,
ton/ha/tahun. Kondisi ini akibat kandungan nitrogen yang tergolong lebih sedikit
Bobot segar rumput gajah tertinggi yakni penggunaan pupuk organik cair
suplementasi nanas dan temulawak. Bobot segar pada defoliasi kedua juga
menunjukkan hasil yang serupa. Penggunaan pupuk organik cair dengan herbal
berupa nanas dan temulawak menghasilkan bobot segar terbesar yakni 267,70
dibandingkan ketiga jenis pupuk organik cair lainnya yang digunakan. Hasil bobot
segar tersebut juga menunjukkan bahwa bobot segar pada defoliasi kedua turut
5.1. Kesimpulan
organik cair herbal ditinjau dari jenis maupun dosis pemberian tidak
meningkatkan diameter batang dan bobot segar rumput gajah defoliasi ketiga.
5.2. Saran
menggunakan pupuk organik cair herbal atau dapat menggunakan jenis pupuk
organik lainnya yang lebih berpengaruh nyata serta lebih praktis dalam aplikasi.
28
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja & Perah. Kanisius.
Yogyakarta.
Adila, R., Nurmiati dan A. Agustien. 2013. Uji Antimikroba Curcuma spp.
Terhadap Pertumbuhan Candida albicans, Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 2 (1): 1-7.
Azhar, R., B. Ariyanto dan S. Umar. 2012. Penentuan Parameter Fisika dan Kimia
Bromelin Kasar dari Batang Nanas (Ananas comosus Merr.). Jurnal
Farmasi Higea. 4 (1): 1-7.
Bernika, J.S., I.G. Mahardika dan N.N. Su\ryani. 2016. Kecernaan Nitrogen dan
Hubungannya dengan Pertambahan Bobot Badan Sapi Bali Bunting 7
Bulan yang Diberi Ransum dengan Level Energi Berbeda. Jurnal
Peternakan Tropika. 4(3): 624-639.
Eviati dan Sulaeman. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk,
Edisi 2. Balai Penelitian Tanah. Bogor.
Fadludin, R., Suwarno dan E.Hendarto. 2013. Penggunaan Level Pupuk Organik
Granul Terhadap Luas dan Jumlah Daun Rumput Gajah pada Defoliasi ke
Dua. Jurnal Ilmiah Peternakan. 1(1): 109-118.
Hartatik, W. dan L.R.Widowati. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai
Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Hidayat, N. dan Suwarno. 2012. Studi Produksi dan Kualitas Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum) Varietas Thailand yang Dipupuk dengan
Kombinasi Organik-Urea. Jurnal Pastura. 2(1): 12-16.
29
Lasamadi, R.D., S.S. Malalantang., Rustandi dan S.D. Anis. 2013. Pertumbuhan
dan Perkembangan Rumput Gajah Dwarf (Pennisetum purpureum cv.
Mott) yang Diberi Pupuk Organik Hasil Fermentasi EM4. Jurnal Zootek.
32(5): 158-171.
Mufarihin, A., D.R.Lukiwati dan Sutarno. 2012. Pertumbuhan dan Bobot Bahan
Kering Rumput Gajah dan Rumput Raja pada Perlakuan Aras Auksin yang
Berbeda. Animal Agriculture Journal. 1(2): 1-15.
Priangga, R., Suwarno dan N.Hidayat. 2013. Pengaruh Level Pupuk Organik Cair
Terhadap Produksi Bahan Kering dan Imbangan Daun Batang Rumput
Gajah Defoliasi Keempat. Jurnal Ilmiah Peternakan. 1(1): 365-373.
30
Said, A. 2007. Khasiat dan Manfaat Temulawak. Sinar Wadja Lestari. Jakarta.
Sandiah, N., Y.B.Pasolon dan L.O.Sabaruddin. 2011. Uji Keseimbangan Hara dan
Variasi Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum var. Hawaii). Agriplus. 21(2): 94-100.
Sarida, M., Tarsim dan I. Faizal. 2010. Pengaruh Ekstrak Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L.) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Vibrio
harveyi Secara In vitro. Jurnal Penelitian Sains. 13(3): 59-63.
Setiawan, B.S. 2010. Membuat Pupuk Kandang Secara Cepat. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Siregar, T. 1989. Produksi dan Nilai Nutrisi Tiga Jenis Rumput Pennisetum
dengan Sistem Potong Angkut. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ruminansia
Jilid I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian. Bogor.
Sutanto, A., dan A. Qurniani. 2015. Variasi Dosis Pupuk Cair LCN (Limbah Cair
Nanas) Terhadap Pertumbuhan Anggrek Dendrobium Sp untuk Menyusun
Panduan Praktikum. Jurnal Bioedukatia. 3(1): 1-5.
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Denah Lahan
Lampiran 2.
Tabel 4. Diameter Batang Rumput Gajah Umur 45 hari pada Defoliasi Ketiga.
Lampiran 3.
Perlakuan
Ulangan
P1d1 P1d2 P1d2 P2d1 P2d2 P2d3 P3d1 P3d2 P3d3 P4d1 P4d2 P4d3
1 1,262 1,092 1,264 1,04 1,212 1,516 1,466 1,242 1,296 1,158 1,164 1,228
2 1,092 1,26 1,142 1,15 1,18 1,076 1,252 1,24 1,126 1,094 1,25 1,148
3 1,318 1,166 1,132 1,194 1,12 1,154 1,222 1,238 1,28 1,004 1,226 1,06
Jumlah 3,672 3,518 3,538 3,384 3,512 3,746 3,94 3,72 3,702 3,256 3,64 3,436
N 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Rata - rata 1,22 1,17 1,18 1,13 1,17 1,25 1,31 1,24 1,23 1,09 1,21 1,15
S.Deviasi 0,118 0,084 0,073 0,079 0,047 0,235 0,133 0,002 0,094 0,077 0,044 0,084
Jumlah 10,728 10,642 11,362 10,332
N 9 9 9 9
Rata - rata 1,19 1,18 1,26 1,15
S.Deviasi 0,085 0,137 0,090 0,083
35
36
Analisis Variansi
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Ftabel
Fhitung
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0.05 0.01
P 11 0,12572 0,01143 1,04317 2,22 3,09
Galat 24 0,26295 0,01096
Total 35 0,38867 KK 8,75021
37
Lampiran 5.
Tabel 7. Bobot Segar Rumput Gajah Umur 45 hari pada Defoliasi Ketiga
Bobot Segar Tiap Bobot Segar untuk Bobot Segar untuk Jenis
Perlakuan
Perlakuan (Kg/6m2/def) dosis (ton/ha/thn) Pupuk (ton/ha/thn)
P1d1U1 23
P1d1U2 15,7 241,333
P1d1U3 15,6
P1d2U1 13,4
P1d2U2 15,4 214,667 240,444
P1d2U3 19,5
P1d3U1 21,2
P1d3U2 22,5 265,333
P1d3U3 16
P2d1U1 16,2
P2d1U2 15,1 256,889
P2d1U3 26,5
P2d2U1 17
P2d2U2 21,4 235,111 237,630
P2d2U3 14,5
P2d3U1 20,5
P2d3U2 13,4 220,889
P2d3U3 15,8
P3d1U1 23,3
P3d1U2 22 292,889
P3d1U3 20,6
P3d2U1 12
P3d2U2 15,1 221,778 270,222
P3d2U3 22,8
P3d3U1 17,8
P3d3U2 22,8 296,000
P3d3U3 26
P4d1U1 17
P4d1U2 16,1 198,667
P4d1U3 11,6
P4d2U1 25
P4d2U2 15,1 271,556 223,111
P4d2U3 21
P4d3U1 14
P4d3U2 18,2 199,111
P4d3U3 12,6
Lampiran 6.
Perlakuan
Ulangan
P1d1 P1d2 P1d2 P2d1 P2d2 P2d3 P3d1 P3d2 P3d3 P4d1 P4d2 P4d3
1 23,00 13,4 21,2 16,2 17 20,5 23,3 12 17,8 17 25 14
2 15,7 15,4 22,5 15,1 21,4 13,4 22 15,1 22,8 16,1 15,1 18,2
3 15,6 19,5 16 26,5 14,5 15,8 20,6 22,8 26 11,6 21 12,6
Jumlah 54,3 48,3 59,7 57,8 52,9 49,7 65,9 49,9 66,6 44,7 61,1 44,8
N 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Rata - rata 18,10 16,10 19,90 19,27 17,63 16,57 21,97 16,63 22,20 14,90 20,37 14,93
S.Deviasi 4,244 3,110 3,439 6,288 3,493 3,612 1,350 5,561 4,133 2,893 4,980 2,914
Jumlah 162,3 160,4 182,4 150,6
N 9 9 9 9
Rata - rata 18,033 17,822 20,267 16,733
S.Deviasi 3,548 4,193 4,460 4,224
38
39
Analisis Variansi
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Ftabel
Fhitung
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0.05 0.01
P 11 210,99639 19,18149 1,17562 2,22 3,09
Galat 24 391,58667 16,31611
Total 35 275,5411 KK 22,17715
40
Lampiran 7.
Dokumentasi Penelitian
RIWAYAT HIDUP
tahun 2014, anggota biasa tahun 2015-2016, dan editor majalah Husbandry pada
26 Januari – 6 Februari 2015. Karya tulis yang pernah disusun penulis selama
Induk Pedaging Periode Pre Laying Dan Laying di PT. Charoen Pokphand
Terhadap Diameter Batang dan Bobot Segar Rumput Gajah Defoliasi Ketiga.