Anda di halaman 1dari 95

ANALISIS KELAYAKAN USAHA HIDROPONIK BAWANG MERAH

PADA UKM FRESH HIDROPONIK KECAMATAN KEDAMEAN


KABUPATEN GRESIK

SKRIPSI

Oleh :

ARIS AGUS DIANTO

18021009

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2022
ANALISIS KELAYAKAN USAHA HIDROPONIK BAWANG MERAH
PADA UMK FRESH HIDROPONIK DI KECAMATAN KEDAMEAN
KABUPATEN GRESIK

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian

Universitas Wijaya Putra Surabaya

Oleh:
ARIS AGUS DIANTO

NPM : 18021009

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA

SURABAYA

2022

i
ANALISIS KELAYAKAN USAHA HIDROPONIK BAWANG MERAH
PADA UMK FRESH HIDROPONIK DI KECAMATAN KEDAMEAN
KABUPATEN GRESIK

NAMA : ARIS AGUS DIANTO


FAKULTAS : PERTANIAN
PRODI : AGRIBISNIS
NPM : 18021009

DISETUJUI dan DITERIMA OLEH:

DOSEN PEMBIMBING

Heri Susanto, SP, MM

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Skripsi serta dinyatakan Lulus.

Dengan demikian Skripsi ini dinyatakan Sah untuk melengkapi syarat-syarat

mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Wijaya

Putra Surabaya.

Tim Penguji Skripsi :

1. Ketua : Ir. Faisol Humaidi. MP ...............................


(Dekan Fakultas Pertanian)

2. Anggota : 1................................
(Penguji I)

2...............................
(Penguji II)

iii
PERNYATAAN ORIGINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan

saya, di dalam naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan

oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber

kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah Skripsi ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Skripsi ini digugurkan dan gelar akademik

yang telah saya peroleh (Sarjana) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25

ayat 2 dan pasal 70)

Gersik, 30 Juni 2022

ARIS AGUS DIANTO


18021009

iv
MOTTO

“kegagalan adalah pengalaman paling berharga, jangan bosen dengan kegagalan

akan tetapi buatlah kegagalan itu bosen kepada kita”.

v
PERSEMBAHAN

1. Puji Syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkah rahmat dan

karunianya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan

senang hati.

2. Keluarga Tercinta khususnya kedua orang tua yang telah mengisi dunia saya

seumur hidup tidak cukup untuk menikmati semuanya, terimakasih atas cinta

dan kasih sayang yang telah kau diberikan kepada saya.

3. Segenap Keluarga Besar Universitas Wijaya Putra Surabaya yang telah banyak

membantu dan membagi ilmu yang dibutuhkan oleh penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas

budi baik serta melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

4. Teruntuk Segenap staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Putra

Surabaya yang telah banyak membantu dan membagi ilmu yang dibutuhkan

oleh penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini

Semoga Tuhan membalas budi baik serta melimpahkan rahmat-Nya kepada

kita semua.

5. Semua teman mahasiswa Fakultas Pertanian semoga ilmu yang kita pelajari di

bangku perkuliahan selama ini dapat bermanfaat bagi masyarakat. Dan semoga

kita semua kelak menjadi orang yang sukses dalam segala bidang yang kita

tekuni.

vi
6. Terima kasih atas semangat serta dukungan dari dosen pembimbingan maupun

dosen fakultas teruntuk bapak kaprodi tersayang.

7. Terima kasih kepada semua orang yang ada di UKM Fresh Hidroponik yang

dengan segenap hati membimbing dan membantu saya dalam pengerjaan

skripsi ini

8. Semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam proses penyelesaian

artikel ilmiah ini.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan SWT karena rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul: Analisis Kelayakan Usaha Hidroponik Bawang Merah Pada UMKM

FRESH HIDROPONIK Di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik Proposal

skripsi ini disusun sebagai tri darma perguruan tinggi. Dengan bantuan dari

berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikanp terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada

1. Bapak Dr. H. Budi Endarto, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Wijaya

Putra Surabaya atas kesempatan yang diberikan kepada kami sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Faisol Humaidi, MP. selaku Dekan Fakultas Pertanian atas

bimbingan dan saran yang diberikan.

3. Bapak Heri Susanto, SP, MM. selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Universitas Wijaya Putra Surabaya atas bimbingan dan saran yang diberikan.

4. Bapak Heri Susanto, SP, MM. selaku dosen pembimbing kami atas bimbingan

dan saran yang diberikan.

5. Keluarga tercinta khususnya kedua orang tua, adik-adik dan keluarga besar

yang telah memberikan bantuan lewat doa-doanya serta motivasi dan dukungan

yang telah diberikan selama penulis melakukan penyusunan skripsi sampai

selesai.

viii
6. Semua teman-teman mahasiswa fakultas pertanian semoga ilmu yang kita

pelajari di bangku perkuliahan selama 4 tahun ini dapat bermanfaat bagi

masyarakat.

7. Segenap staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Putra Surabaya

yang telah banyak membantu dan membagi ilmu yang dibutuhkan oleh penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Semoga Tuhan membalas budi baik serta melimpahkan rahmat-Nya

kepada kita semua. Penulis sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh

dari sempurna, berharap adanya saran dan kritik yang dapat gunakan sebagai

perbaikan dimasah yang akan datang. Akhirnya penulis berharap seminar proposal

yang masih jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkannya.

Gersik, 30 Juni 2022

Penulis

ix
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha hidroponik Usaha


Kecil Dan Menengah (UKM) dengan pendekatan titik impas atau Break Even
Point (BEP). Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha pertanian yang
menggunakan sistem hidroponik dalam membudidayakan tanaman, yakni UKM
Fresh Hidroponik. Pemilihan lokasi ini didasarkan secara purposive sampling
dilihat lama usaha yang dijalankan karena fresh hidroponik merupakan perintis
usaha tani sayuran secara hidroponik di kecamatan kedamean. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan januari 2022 di Gresik, Jawa Timur. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah penelusuran pustaka, observasi dan
wawancara. Data yang digunakan merupakan data primer hasil wawancara dengan
Ibu sutik. selaku penanggungjawab UKM Fresh Hidroponik. Hasil temuan dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa usaha Fresh Hidroponik dalam budidaya
sayuran hidroponik dengan sistem Nutrient Film Technique (NFT) skala kecil
dengan jenis tanaman yang ditanam yaitu sawi caisim dan bawang merah. Hasil
perhitungan R/c rasio bawang merah >1 satu yaitu 1.337449228 maka bisa
dikatakan usaha bawang merah layak untuk dijalankan dengan total melebihi BEP
produksi sebanyak 35 kg, tingkat harga yang melebihi BEP harga sebesar Rp
28.000.00/kg di bulan januari, dan penerimaan yang melebihi BEP penerimaan
senilai Rp 980,000.00
Kata Kunci: Bawang Merah, Hidroponik, Kelayakan Usaha

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i

PERSETUJUAN SKIPSI.........................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii

PERNYATAAN ORIGINALITAS........................................................................iv

MOTTO...................................................................................................................v

PERSEMBAHAN...................................................................................................vi

KATA PENGANTAR..........................................................................................viii

ABSTRAK...............................................................................................................x

DAFTAR ISI...........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL................................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv

BAP I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Pendahuluan..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7

2.1 Hidroponik....................................................................................................7

2.2 Bawang Merah............................................................................................16

2.3 Ilmu Usaha tani...........................................................................................23

2.4 Manajemen pemasaran................................................................................24

2.5 Analisis Data...............................................................................................26

2.6 Penelitian Terdahulu...................................................................................31

2.7 Kerangka Pemikiran....................................................................................34

xi
2.8 Hipotesis Penelitian.....................................................................................35

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................37

3.1 Lokasi Penelitian.........................................................................................37

3.2 Metode Pengumpulan Data.........................................................................37

3.3 Metode Analisis..........................................................................................38

3.4 Definisi dan Batasan Operasional...............................................................40

3.4.1 Definisi................................................................................................40

3.4.2 Batasan Operasional............................................................................42

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN................................................43

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian........................................................................43

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian..................................................43

4.1.2 Lokasi Tempat Usaha..........................................................................44

4.1.3 Tenaga kerja.........................................................................................45

4.1.4 Struktur Organisasi Usaha...................................................................46

4.1.6 Permodalan..........................................................................................47

4.1.7 Sarana Dan Prasarana..........................................................................48

4.1.8 Penanganan hama dan penyakit...........................................................51

4.2 Pemasaran...................................................................................................53

4.3 Analisis Pendapatan Usahatani bawang merah Hidroponik.......................56

4.4 Analisis Penerimaan Dan Pendapatan Bawang Merah Hidroponik............60

4.5 Analisis Kelayakan Usahatani sayuran Hidroponik....................................61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................64

5.1 kesimpulan..................................................................................................64

5.2 Saran............................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................65

LAMPIRAN...........................................................................................................72

xii
xiii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
Judul
1. biaya tetap..........................................................................................................58

2. biaya variabel.....................................................................................................59

3. Pendapatan dan penerimaan...............................................................................60

4. R/C ratio.............................................................................................................62

5. BEP (Break Event Point)...................................................................................63

xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Judul

1. Skema kerangka pemikiran................................................................................35

2. UKM Fresh hidroponik.....................................................................................43

3. lokasi usaha........................................................................................................44

4. tenaga kerja........................................................................................................45

5. Struktur Organisasi Usaha.................................................................................47

6 saliran pemasaran................................................................................................55

xiv
BAP I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu prioritas dalam

perekonomian dan menjadi program dalam pembangunan Nasional. Kontribusi

yang diberikan oleh UKM terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia sangat

signifikan. Keberadaan UKM mampu menyerap tenaga kerja yang dekat dengan

masyarakat kecil dalam jumlah sangat besar. Tenaga kerja yang diserap oleh

UKM mampu mengurangi tingkat pengangguran, pemberdayaan masyarakat,

penerapan teknologi, serta berkontribusi terhadap pendapatan Nasional. Krisis

ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 membuat kerugian di berbagai usaha

berskala besar. Sektor UKM mampu bertahan dalam menghadapi krisis tersebut

dan membantu meningkatkan perekonomian Indonesia. Hal yang membuat UKM

mampu bertahan pada saat krisis ekonomi yaitu karena UKM tidak memiliki

hutang terhadap luar negeri; tidak memiliki hutang kepada perbankan;

menggunakan bahan baku dalam negeri; serta berorientasi ekspor. Jumlah UKM

di Indonesia lebih banyak jika dibandingkan dengan usaha berkala besar.

Keberadaan UKM menjadi sektor usaha yang paling mendominasi. UKM

memproduksi berbagai produk seperti makanan, minuman, peralatan rumah

tangga, dan produk lainnya. Pengembangan UKM perlu dilakukan agar mampu

tumbuh dan berkembang lebih maksimal dibanding dengan sektor usaha lainnya

(Ginting, Hubeis, & Fahma, 2019; Handayani, 2016; Hasugian, Ingrid, &

Wardana, 2020).

1
Pembangunan pada sektor pertanian merupakan salah satu upaya pemerintah

dalam meningkatkan hasil produksi pertanian, yang bertujuan untuk

meningkatkan

2
2

pendapatan petani dan juga untuk meningkatkan perekonomian Indonesia.

Kebijakan tersebut juga mengarah pada tujuan pembangunan nasional pada sektor

pertanian yaitu untuk meningkatkan hasil produksi pertanian dalam rangka untuk

memenuhi konsumsi dalam negeri dan untuk ekspor, disamping itu juga untuk

memanfaatkan sumber daya alam, dan selalu menjaga kelestarian dari sumber

daya alam yang tersedia. (Enda Ia, dkk., 2018:298). Kegiatan pokok dan sumber

pendapatan utama masyarakat khususnya masyarakat di pedesaan, masih

tergantung pada sektor pertanian. Dapat diartikan bahwa kehidupan sebagian

besar rumah tangga tergantung pada sektor pertanian (Arifin dkk, 2021).

Salah satu metode urban farming yang dapat diterapkan, khususnya di tempat

yang tidak luas adalah metode penanaman hidroponik. Hidroponik berasal dari

kata “hidro” yang berarti air dan “ponus” yang berarti daya. Dengan demikian,

hidroponik adalah pemberdayaan air sebagai dasar pengembangan tubuh tanaman

dan berperan dalam proses fisiologis tanaman (Umam, dkk, 2020). Inovasi di

bidang pertanian ini mulai dikembangkan di banyak negara sejak beberapa tahun

lalu, namun tidak secara merata karena masih menganggap bahwa ketersediaan

tanah dan air tidak terbatas dan masih cukup menghidupi populasi manusia.

Sistem hidroponik muncul sebagai alternatif lahan pertanian yang terbatas, yang

dalam hal ini adalah tanaman pangan khususnya sayuran (Sutarni, dkk, 2018)

Pengembangan komoditas usaha tani bernilai tinggi guna meningkatkan

pendapatan petani merupakan hal penting dalam meningkatkan kemampuan

sektor pertanian. Kemampuan sektor pertanian untuk memberikan kontribusi

secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga

tani tergantung pada tingkat pendapatan usaha tani dan surplus yang dihasilkan
3

oleh sektor itu sendiri. Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial

yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki potensi untuk terus

dikembangkan. Pengembangan usaha tani dengan komoditas hortikultura bernilai

tinggi diantaranya dengan mengembangkan usaha tani bawang merah untuk

meningkatkan pendapatan petani (Lawalata dkk, 2017).

Bawang merah merupakan komoditas yang mempunyai kemampuan

menaikkan tingkat pendapatan petani, sebagai bahan baku hampir semua industri

makanan, dibutuhkan setiap saat sebagai bumbu masak, obat tradisional,

berpeluang ekspor dan dapat membuka kesempatan kerja. Bawang merah

memiliki kelemahan dalam pengembangan ekspor, namun memiliki tren produksi

yang cukup baik. Konsumsi berbagai jenis komoditas hortikultura dalam negeri

masih relatif tinggi dibandingkan tingkat produksi yang dicapai dan diperkirakan

akan terus meningkat. Sedangkan di Indonesia hanya sedikit petani yang

membudidayakan bawang merah tersebut (Nasution dan Rosmawati, 2018).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi bawang merah di Indonesia

mencapai 1,82 juta ton pada 2020. Jumlah itu meningkat 14,88% dari tahun

sebelumnya yang sebesar 1,58 juta ton. Produksi bawang merah menunjukkan

tren yang fluktuatif sepanjang tahun 2020. Berdasarkan provinsinya, Jawa Tengah

merupakan penghasil bawang merah tertinggi di Indonesia, yakni 611,17 ribu ton

pada 2020. Jumlah itu berkontribusi sebesar 33,86% terhadap produksi bawang

merah Nasional. Jawa Timur menyusul dengan produksi bawang merah mencapai

454,58 ribu ton atau 25,04%. Setelahnya ada Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan

produksi bawang merah sebesar 188,74 ribu ton atau 10,4%. Namun demikian

seperti dilansir dari www.surabaya.bisnis.com Dinas Pertanian dan Ketahanan


4

Pangan Jawa Timur melaporkan bahwa pada Mei – Juni 2020 terjadi penurunan

potensi produksi bawang merah hingga 23,5 persen akibat serangan ulat bawang

dan penyakit bercak ungu alias penyakit Alternaria. Selain ada serangan hama

juga ada penurunan luas tanam selama Oktober 2019 – Maret 2020 di beberapa

kabupaten hingga mencapai 50 persen. Penurunan luas tanam tersebut terjadi di

Kabupaten Ponorogo, Kediri, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Bojonegoro,

Tuban, Sampang dan Sumenep. Adapun pada musim panen 2019/2020, luas

tanam bawang merah di Jatim mencapai 24.534 hektare. Dari luas tanam tersebut,

potensi luas panen pada semester I/2020 sebesar 19.426 ha, dengan potensi

produksi 174.516 ton yang berasal dari 32 kabupaten. (Widari, 2020)

Untuk terus dapat meningkatkan produksi bawang merah secara nasional,

maka penanaman bawang merah tidak hanya tertumpu pada empat provinsi yang

menjadi sentra bawang merah saja. Penanaman bawang merah harus dilakukan

pada provinsi lain agar sumber-sumber produksi bawang merah bertambah dan

terjadi penyebaran sumber bawang merah. Guna mendukung penyebaran sumber

produksi bawang merah, Provinsi Bengkulu melalui Keputusan Menteri Pertanian

telah menetapkan Kabupaten Rejang Lebong menjadi salah satu diantara lima

kabupaten sebagai kawasan pengembangan bawang merah (Kementan, 2018).

Kabupaten Gresik merupakan Kabupaten yang dekat dengan ibu kota dari

provinsi Jawa Timur,. Dilihat dari segi lokasi, Gresik memiliki lokasi yang

cukup strategis banyak usaha diadakan di pusat kota mulai dari perikanan,

industri dan hingga usaha-usaha di bidang pertanian. Walaupun dengan cuaca

yang panas, Gresik mampu membuktikan bahwa dengan suhu yang panas

masyarakat Surabaya masih mampu membuka usaha dalam bidang tanaman


5

sayuran khususnya bercocok tanaman secara hidroponik, seperti yang ditemukan

saat melakukan survei pra magang pada hari Minggu tanggal 5 November 2021

di UKM fresh hidroponik di Kec. Kedamean, Kab. Gresik yang melakukan

kegiatan bercocok tanam secara hidroponik

UKM fresh hidroponik di Kec. Kedamean, Kab. Gresik merupakan sebuah

kebun yang membudidaya dan mengelola tanaman sayuran. Berbagai macam

jenis sayuran ditemukan di tempat ini dengan didukung luas tanah yang dimiliki

oleh kebun ini juga menjadi faktor pendukung berjalannya usaha budidaya

tanaman hidroponik . Untuk diketahui UKM fresh hidroponik di Kec.

Kedamean, Kab. Gresik memiliki stok tanaman sayuran yang cukup banyak

dengan proses pemasaran yang variatif. Proses pemasaran pada UKM fresh

hidroponik ini sangat membantu para peminat tanaman hidroponik karena tidak

mudah layu.

Tidak hanya mempersiapkan berbagai jenis faktor pendukung usaha

budidaya tanaman sayuran hidroponik, tentunya UKM fresh hidroponik di Kec.

Kedamean, Kab. Gresik membutuhkan modal usaha yang tidak sedikit baik untuk

membuat instalasi hidroponik maupun untuk kebutuhan yang lain.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1 Bagaimana pendapatan Usaha Bawang Merah hidroponik di UKM fresh

hidroponik di Kec. Kedamean, Kab. Gresik?

2 Bagaimana kelayakan usaha Usaha Bawang Merah hidroponik di daerah

penelitian?
6

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pendapatan usaha Bawang Merah hidroponik di UKM

fresh hidroponik di Kec. Kedamean, Kab. Gresik .

2. Untuk menganalisis kelayakan usaha Usaha Bawang Merah hidroponik di

daerah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada:

1. Masyarakat, sebagai bahan informasi bagi masyarakat yang ingin berusaha

dibidang pertanian di lahan yang minim.

2. Pemerintah, sebagai masukan dan pertimbangan dalam pengambilan

kebijakan.

3. Peneliti lain sebagai sumber informasi untuk mengadakan penelitian lebih

lanjut tentang usaha tani hidroponik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hidroponik
Hidroponik berasal dari kata “hidro” yang berarti air dan “ponus”

yang berarti daya. Dengan demikian, hidroponik adalah pemberdayaan air

sebagai dasar pengembangan tubuh tanaman dan berperan dalam proses

fisiologis tanaman (Umam, dkk, 2020). Hidroponik dikenalkan pertama

kali oleh W.F. Gericke pada tahun 1936 di Universitas of California

Amerika Serikat dalam pengembangan teknik bercocok tanam dengan air

sebagai media tanam. Gericke mempromosikan secara terbuka tentang

Solution culture yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian

dengan menumbuhkan tomat yang menjalar setinggi dua puluh lima kaki

di halaman belakang rumahnya dengan larutan nutrien mineral selain

tanah.(Riadi, 2020).

Dengan adanya teknologi yang semakin maju dan berkembang,

hidroponik mulai dikenal oleh masyarakat umum karena cara budidaya

urban farming yang lebih mudah dan efisien. Sebuah penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan teknologi dengan konsep Internet of

Things pada hidroponik dapat mengurangi biaya dan status real time

pertumbuhan pabrik dapat dipantau dari jauh seperti kelembapan, suhu,

dan ketinggian air. Penyiraman dan pengontrolan ini dilakukan dengan

bantuan teknologi Kit microcontroller yang terhubung dengan sensor

nirkable (Bakhtar, dkk, 2018).

7
Sayuran yang dihasilkan dengan menggunakan teknologi hidroponik

memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan sayuran konvensional.

Pada tahun 1994

8
9

sebuah tes pernah dilakukan oleh kelompok investigasi dari Laboratorium

Teknologi Tanaman Universitas San Jose California, untuk mengetahui

kandungan vitamin dan mineral yang terkandung dalam hasil tanaman hidroponik

dibandingkan dengan hasil tanaman organik dan juga hasil tanaman yang

dibudidayakan secara konvensional. Hasilnya menunjukkan bahwa tanaman hasil

hidroponik memiliki vitamin dan mineral yang secara signifikan lebih tinggi dan

sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia dibanding dengan pola konvensional

maupun organik (Sianturi, 2017).

2.1.1 Sistem hidroponik


Menurut buleleng (2021) menyatakan Ada 6 cara untuk menanam

dengan sistem Hidroponik, antara lain Sistem Aeroponik, Tetes (Drip

System), Sistem Nft (Nutrient Film Technique), Sistem Ebb & Flow

System, Sistem Water Culture, Sistem Wick System, berikut ini penjelasan

lebih jelasnya:

1. Sistem Aeroponik

Sistem Aeroponik merupakan Teknik menanam di udara memang

masih kalah populer jika dibanding dengan teknik konvensional maupun

teknik menanam dengan air (hidroponik). Seperti dilansir laman Ez Gro

Garden, pada dasarnya, aeroponik menjadi suatu cara bercocok tanam di

udara tanpa menggunakan tanah, yang mana nutrisi disemprotkan pada

akar tanaman. Air yang berisi larutan hara itu disemburkan dalam bentuk

kabut hingga mengenai akar tanaman, sehingga akar tanaman akan


10

menyerap larutan hara tersebut Sayuran, yang menjadi salah satu hasil

budidaya dengan sistem aeroponik, terbukti mempunyai kualitas yang

baik, higienis, sehat, segar, renyah, beraroma, dan disertai cita rasa yang

tinggi. Sayuran aeroponik dapat mengisi peluang kebutuhan tingkat

masyarakat menengah ke atas. Oleh karena itu, sistem aeroponik mulai

banyak dikembangkan di Indonesia. Sistem aeroponik dapat memberikan

manfaat bagi petani yang tidak mempunyai lahan, karena aeroponik tidak

membutuhkan tanah, tetapi media tanam yang berupa styrofoam yang

akarnya menggantung di udara. Sehingga bisa dijadikan sebagai lahan di

pekarangan rumah(Efendi, 2020).

2. Sistem Tetes (DRIP SYSTEM)

sistem irigasi atau bisa di kenal dengan drip sistem merupakan sistem hidroponik

yang memungkinkan petani untuk menghemat air dalam jumlah banyak karena

memungkinkan untuk meneteskan air dan pupuk langsung ke akar tanaman

sehingga air tidak terbuang begitu saja, selain itu dalam sistem ini air akan

menetes kembali ke penampungan dan bisa di gunakan kembali dengan model

sirkulasi seperti pada sistem Nutrien Film Technique (NFT) namun dalam

penerapannya membutuhkan rangkaian konsep yang jauh berbeda. drip sistem

atau sistem irigasi ini juga sering di sebut sebagai Sistem FERTIGASI karena

pemberian air dan pupuk pada tanaman dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

jadi jangan heran jika sebagian orang menyebut sistem ini dengan istilah irigasi

namun sebagian lagi menyebutnya dengan istilah fertilasi, intinya adalah sama

dalam bahasa universal ini di sebut dengan Drip system (ilmukebun, 2020).
11

3. Sistem NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE)

Nutrient film engineering (NFT) adalah salah satu jenis hidroponik khusus yang

pertama kali di kembangkan oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse Crops Research

Institute, Littlehampton, Inggris. Pada akhir 1960-an dan di kembangkan secara

komersial pada awal 1970-an. Konsep dasar sistem NFT Hidroponik adalah suatu

metode budidaya tanaman dengan akar tanaman yang tumbuh di dangkal dan

bersirkulasi lapisan hara, sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, unsur

hara dan oksigen. Tanaman tumbuh di lapisi dengan polietilen. Akar tanaman

terendam air yang mengandung larutan nutrisi yang tersirkulasi secara terus

menerus dengan pompa. Daerah perakaran pada larutan hara dapat berkembang

dan tumbuh pada larutan hara yang dangkal sehingga pucuk akar tanaman berada

pada permukaan antara larutan hara dan styrofoam, dengan adanya bagian akar

ini di udara memungkinkan tercukupinya oksigen dan cukup untuk pertumbuhan

normal (NEWS, 2022).

4. Sistem EBB & FLOW SYSTEM

Sistem pasang surut adalah sistem hidroponik yang paling efisien dan cukup

populer di dunia hidroponik. Keunggulan dari teknik ini adalah: Sistem tetes dan

DWC dapat menjalankan pompa hingga 24 jam sehari, namun sistem wicking

hanya efektif untuk menyiram tanaman kecil. Sistem hidroponik pasang surut, di

sisi lain, menggunakan pompa secara sporadis sepanjang hari dan memberikan

nutrisi yang cukup untuk tanaman terlepas dari jumlahnya. Salah satu sistem

hidroponik yang paling terkenal adalah Ebb and Flow atau biasa dikenal dengan

istilah Flood and Drain. Sistem yang dapat beradaptasi di segala kondisi cuaca,
12

relatif murah untuk diatur dan dipelihara. Hidroponik pasang surut adalah metode

menanam tanaman dengan cara membanjiri akar dengan air dan larutan kaya

nutrisi secara teratur (ebb) dan kemudian mengalirkan larutan kembali ke

reservoir untuk digunakan nanti (Flow). Air membanjiri tanaman Anda setelah

jangka waktu tertentu, dan siklus (flood cycle) berulang lagi. Premis dasarnya

mirip dengan sistem lain di mana tanaman ditempatkan di nampan yang secara

berkala disuplai dengan air kaya nutrisi yang didorong dari reservoir di

bawahnya. Gravitasi digunakan untuk mengembalikan air ke reservoir sehingga

dapat digunakan kembali (Yudianto, 2021).

5. Sistem WATER CULTURE

sistem rakit apung (Water Culture) adalah yang sistem paling sederhana dari

semua sistem hidroponik aktif, cukup mudah digunakan karena tidak

membutuhkan alat yang terlalu banyak, yang dibutuhkan box atau wadah yang

dapat terbuat dari bahan plastik, styrofoam dan aerator. Hidroponik rakit apung

merupakan pengembangan dari sistem bertanam hidroponik yang dapat

digunakan untuk kepentingan komersial dengan skala besar ataupun skala rumah

tangga. Prinsip Kerja Sistem Rakit Apung : Sistem Rakit Apung hampir sama

dengan sistem sumbu, yaitu berupa sistem statis dan sistem hidroponik

sederhana. Perbedaannya dalam sistem ini tidak menggunakan sumbu sebagai

pembantu kapiler air, tetapi media tanam dan akar tanaman langsung menyentuh

air nutrisi. Wadah tempat tanaman berada dalam kondisi mengapung dan

bersentuhan langsung dengan air nutrisi. Sehingga, sistem rakit apung

penggunaan air lebih banyak dari sistem sumbu (OKTAVIANA, 2021).


13

6. Sistem WICK SYSTEM

Sistem sumbu (Wick System) merupakan salah satu sistem yang paling sederhana

dari semua sistem hidroponik karena tidak memiliki bagian yang bergerak

sehingga tidak menggunakan pompa atau listrik. Sistem sumbu merupakan sistem

pasif dalam hidroponik karena akar tidak bersentuhan langsung dengan air .

Dinamakan sistem sumbu karena dalam pemberian asupan nutrisi melewati akar

tanaman disalurkan dengan media atau bantuan berupa sumbu. Beberapa bahan

umum yang digunakan untuk sistem sumbu seperti, kain flanel, tali fibrosa, jenis

propylene, sumbu obor tiki, tali rayon atau mop helai kepala, benang poliuretan

dikepang, wol tebal, tali wol atau strip, tali nilon, tali kapas, stripe kain dari

pakaian atau selimut tua. Prinsip Kerja Sistem Sumbu (Wick System) : Sistem

wick menggunakan prinsip kapilaritas, yaitu dengan menggunakan sumbu sebagai

penyambung atau jembatan pengalir air nutrisi dari wadah penampung air ke akar

tanaman. Sumbu yang digunakan dalam system ini biasanya berupa kain flanel

atau bahan lain yang dapat menyerap air (OKTAVIANA, 2021).

2.1.2 Hama Tanaman Hidroponik


Menurut lahan (2022) menyatakan ada 9 hama yang menyerang

tanaman hidroponik yaitu Ulat, Semut, Thrips, Kutu Kebul (Bemisia

Tabaci), Hama Ulat Grayak (Spodoptera sp.), Busuk Akar Dan Rebah

Semai, Tanaman Tumbuhan Kerdil Dan Cacat, Tanaman Layu Dan Daun

Menguning Serta Sobek, berikut penjelasannya:

1. Semut
14

Semut adalah hama utama di pertanian dan perkotaan, yang dapat

merusak tanaman dan menyerang wilayah pemukiman baik di luar

maupun di dalam ruangan.

2. Lalat Buah

Lalat buah merupakan salah satu serangga hama yang menyerang

tanaman buah-buahan di lapangan. Spesies lalat buah dari famili

Tephritidae yang menjadi hama tanaman mencapai 4.500 spesies, dan

terdapat 20 spesies dari genus Bactrocera merupakan hama penting pada

buah-buahan dan sayuran di Asia. Bactrocera spp. memiliki inang yang

cukup banyak seperti: jeruk, mangga, pepaya, nangka, alpokat, pisang,

tomat, apel, nenas, pear, aprikot, terong, jambu dan melon. Dalam

menanggulangi hama ini, petani telah melakukan pengendalian secara

alami, diantaranya dengan pembungkusan buah, pengurungan tanaman

dengan jaring plastik, pengasapan di sekitar pohon dan lainnya. Usaha ini

memungkinkan untuk luasan lahan yang relatif sempit, tetapi tidak efisien

untuk lahan yang luasnya puluhan hektar. Pengendalian lain yang telah

dilakukan adalah pemandulan jantan, kimiawi dan memakai perangkap

dengan menggunakan atraktan/penarik.

3. Thrips

Hama Thrips (trhips tabaci) merupakan hama yang paling berbahaya

bagi tanaman, terutama tanaman cabe. Hama ini menyerang pada daun

tanaman terutama pada daun muda atau bagian pucuk tanaman. Gejala
15

awal yang mudah dideteksi adalah jika ditemukan daun keriting dan

menggulung ke atas. Akibat dari serangan hama thrips adalah daun

keriting, kering lalu mati. Pertumbuhan tanaman akan terganggu dan

produktifitas menurun. Pada serangan hebat bisa mengakibatkan gagal

panen, karena tanaman tidak mampu berproduksi sama sekali. Serangan

hama thrips juga mengakibatkan bunga-bunga kering dan rontok.

Serangan pada tanaman muda menyebabkan kelayuan.

4. Tungau tanaman (Mite)

Hama tungau bersembunyi di balik daun. Hama tungau menyerang

tanaman dengan cara menghisap cairan daun di dalam jaringan mesofil

hingga jaringan itu rusak. Akibatnya klorofil pada daun menjadi rusak dan

menghambat proses fotosintesis tanaman. Serangan ditandai dengan

munculnya bintik kuning di permukaan daun. Bintik tersebut lama-

kelamaan melebar lalu berubah menjadi kecokelatan dan akhirnya

menghitam. Daun menjadi keriting dan menggulung ke arah bawah,

menebal, berbentuk seperti sendok terbalik. Bagian bawah daun berwarna

seperti tembaga dan terdapat benang-benang putih halus.

5. Kutu Kebul (Bemisia Tabaci)

Kutu kebul (bemisia tabaci) atau dipanggil juga kutu putih, secara

internasional dikenal dengan silverleaf whitefly, merupakan salah satu dari

lalat putih yang saat ini termasuk hama penting pertanian budidaya. Kutu

kebul diklasifikasikan ke dalam keluarga Aleyrodidae, sub-urutan besar

serangga, Homoptera. Kutu kebul tumbuh subur di seluruh dunia terutama


16

di kawasan iklim subtropis dan tropis, seperti Indonesia. Sedangkan

populasi di kawasan iklim sedang tidak terlalu besar. Lingkungan dengan

suhu dingin bahkan sering menyebabkan kematian larva dan lalat dewasa.

Tanaman yang dipengaruhi oleh kutu kebul sangat beragam, mencakup

tanaman sayuran seperti: tomat, labu, mentimun, terong, okra, buncis dan

kacang-kacangan, brokoli, kembang kol, kubis, melon, kapas, wortel, ubi

jalar, dan sayuran lainnya. Bahkan banyak dari jenis tanaman buah seperti

mangga, rambutan, anggur, jeruk, dll., tak luput dari serangannya.

2.1.3 Pengendalian Hama


Menurut banjarkab (2019) Dalam membudidayakan tanaman dengan system

hidroponik pastinya tidak lepas dari serangan hama menggunakan 2 cara untuk

menangani hama tanaman yang menyerang yaitu sebagai berikut :

1. Untuk hama yang bisa terbang seperti lalat buat, lalat penggerek daun, tungau

terbang, dapat menggunakan perangkap sederhana yang terbuat dari botol air

mineral yang di cat bagian dalam dengan warna kuning cerah, lalu di beri lem

tikus disekelilingnya agar serangga tertarik dengan warnanya, dan

terperangkap di lem. Selain itu bisa juga menggunakan botol air mineral yang

diberi lubang kecil disekeliling samping botol mulai dari tengah ke atas dan

bagian tutupnya, lalu dimasukkan kapas yang diberi zat adiktif pemberi

aroma buah yang di gantung dengan kawat, sehingga hama terbang akan
17

tertarik dengan aromanya kemudian masuk kedalam botol dan tidak bisa

keluar lagi.

2. Untuk hama tak terbang seperti ulat crop yang sembunyi di bagian bawah

tanaman dan bagian bawah daun dan kutu kebul, dapat diaplikasikan

menggunakan pestisida nabati yang menggunakan daun nimba yang

diblender, air nimba yang sudah diblender kemudian disaring antara ampas

dan cairan. setelah itu cairan nimba dicampur dengan air biasa dengan

perbandingan 1 liter air dicampur dengan 1 tutup botol air mineral dan

kemudian dapat langsung diaplikasikan dengan cara di semprot pada tanaman

yang diserang hama. Selain untuk mengatasi tanaman yang sudah terserang

hama, cairan nimba juga dapat diaplikasikan untuk pencegahan sehingga

tanaman tidak terserang oleh hama.

Dengan pengaplikasian menggunakan daun nimba terbukti dapat

mengusir dan membunuh hama. Aroma dari daun nimba yg tidak disukai

oleh hama, dan rasa pahit yang sangat kuat dari daun nimba. Tetapi sinar

matahari dapat menguraikan zat dalam nimba yang disemprotkan pada

tanaman dalam waktu seminggu. Namun pengaruh sistemiknya dapat

diperpanjang sampai lebih dari satu bulan dengan mencampurkan

azadirachtin. Azadirachtin adalah fitotiksisitasnya kecil atau tidak ada

pada dosis efektif, tidak toksik untuk manusia dan vetebrata lainnya, daya

kerja utamanya adalah antifeedant untuk serangan hama. Azadiracthin

sensitif terhadap sinar untra violet. Di samping itu ada 3 senyawa kimia

penting yang terdapat di daun nimba, yaitu azadirachtin, salanin, dan


18

meliantriol. Ketiga senyawa tersebutlah yang digolongkan kedalam

kelompok Tripernoid yang merupakan bahan pestisida alami, tapi yang

paling efektif adalah azadirachtin. Efek dari daun nimba lebih pengaruh

pada daya makan, pertumbuhan, reproduksi, proses berganti kulit,

menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas

telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu daun nimba juga

berperan sebagai pemandul, mengganggu proses perkawinan, menghambat

peletakan telur, dan dapat bekerja secara sistemi

2.2 Bawang Merah


Bawang merah (Allium cepa. L) merupakan salah satu komoditas

hortikultura penting di Indonesia yang dikonsumsi oleh sebagian

penduduk tanpa memperhatikan tingkat sosial. Komoditas ini mempunyai

prospek yang sangat cerah, mempunyai kemampuan untuk menaikkan

taraf hidup petani, nilai ekonomis yang tinggi. Bawang merah dibutuhkan

setiap saat sebagai bumbu penyedap makanan dan obat tradisional,

berpeluang ekspor, dan dapat membuka kesempatan kerja, memberikan

kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah, dan

merupakan sumber kalsium dan fosfor yang cukup tinggi. (Mushoddiq,

Bramana, & Komalasari, 2021)

Bawang merah adalah tanaman hortikultura dari komoditi sayuran

yang telah lama diusahakan oleh petani secara intensif (Gumilar dkk,

2019). Hortikultura merupakan salah satu komoditas yang mempunyai

peranan penting dalam sektor pertanian, baik dari sisi sumbangan ekonomi
19

nasional, pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja, maupun berbagai

segi kehidupan masyarakat. Ada beberapa manfaat komoditas hortikultura

dalam kehidupan masyarakat antara lain manfaat sebagai bahan pangan,

manfaat dibidang budidaya, manfaat dibidang kesehatan, dan manfaat

dibidang ekonomi (Astuti, 2018).

2.2.1 Jenis-Jenis Bawang Merah


Menurut Astuti (2022) menyatakan jenis-jenis bawang merah yang

laku di pasaran seperti berikut:

1. Bima Brebes

Bawang merah varietas Bima Brebes merupakan bawang merah lokal

dari Brebes yang sesuai untuk ditanam di dataran tinggi. Ciri-cirinya: daun

berwarna hijau silindris berlubang, umbi berwarna merah muda dengan

bentuk umbi lonjong dan bercincin kecil pada leher cakramnya. Ukuran

umbi tidak terlalu besar tetapi berjumlah banyak, setiap tanaman

menghasilkan 7-12 umbi atau 60-100 buah per tangkai, per hektar bisa

mencapai 10 - 20 ton, dan bisa dipanen pada umur 50 - 60 hari. Varietas

bawang ini sulit berbunga secara alami, para petani sering membantu

penyerbukannya. Tanaman cukup tahan terhadap busuk atau penyakit,

sehingga petani senang menanamnya.

2. Kuning

Bawang merah varietas Kuning juga jenis lokal Brebes yang

mempunyai ciri-ciri: daun berbentuk silindris agak besar seperti pipa


20

berwarna hijau tua dan berlubang, umbinya bulat besar dengan ujung

meruncing dan berwarna merah gelap. Bawang ini dapat dipanen pada

umur 70 hari, dengan produktivitas 7 ton per hektar. Bawang ini mudah

terserang penyakit Fusarium (jamur) dan Alternaria porri (penyakit bercak

ungu yang sering menyerang tanaman bawang dan bawang daun). Daerah

pengembangan selain di Brebes juga di Maja, Cirebon, Tegal, dan

Probolinggo.

3. Maja Cipanas

Bawang merah varietas Maja Cipanas merupakan lokal Cipanas yang

mempunyai ciri-ciri antara lain: 1) Daun berbentuk silindris berwarna

hijau tua dan berlubang; 2) Umbi berbentuk gemuk bulat gepeng,

berwarna merah tua keriput, jumlah anakan 6-12 setiap rumpun. Varietas

ini cukup mudah berbunga sendiri secara alami dan dapat dipanen pada

umur 60 hari, dengan produktivitas 11 ton per hektar.

4. Mentes

Bawang ini merupakan varietas klon, yaitu persilangan dua jenis

bawang merah B 3117 dan B 3155. Ciri-cirinya: umbi berwarna merah

pucat, bentuk pipih agak bulat, berukuran kecil, diameter 1.00-2.27 dan

tinggi 1.5-2.25 cm, dan berat per umbi sekitar 5-10 gram. Bawang ini bisa

dipanen setelah umur 50-58 hari setelah tanam dan setelah dipanen bisa

bertahan antara 3-4 bulan untuk masa penyimpanan.

5. Pancasona
21

Bawang ini juga merupakan hasil persilang antara B 2575 dengan B

4127, yang mempunyai ciri-ciri: daun berwarna hijau agak tua dan setiap

umbi memiliki 5-6 helai daun, umbi berbentuk bulat dengan ukuran tinggi

2.0-2.75 cm dan diameter 1.50-2.65 cm, warna umbi merah keunguan,

ukuran umbi bisa menjadi sangat besar dengan berat paling kecil 5 gr dan

paling besar 32 gr. Bawang ini dapat dipanen lebih cepat dibandingkan

varietas lainnya, yaitu 50-57 hari setelah tanam dan masa simpan cukup

lama antara 3-4 bulan setelah dipanen.

6. Sembrani

Bawang merah ini merupakan hasil kawin silang antara bawang merah

Thailand dengan bawang bombai. Bawang merah ini mempunyai daun

berwarna hijau muda dan bentuk umbinya sangat bulat dengan warna

merah pucat. Waktu berbunga lebih singkat, yaitu 28 hari setelah tanam

dan sudah bisa dipanen pada umur 54 hari setelah tanam, tahan disimpan

antara 2-4 bulan setelah panen.

7. Trisula

Bawang merah ini merupakan varietas klon (kawin silang) antata B

2558 dengan B 4127 dan sesuai untuk ditanam pada dataran tinggi. Ciri-

cirinya: daunnya berwarna hijau tua yang jumlahnya hanya 4-5 helai per

umbi dan warna umbi merah tua dengan bentu panjang, pipih, serta

runcing. Berbunga pada hari ke 24 - 35 setelah tanam, sudah bisa dipanen

pada hari ke-50 setelah tanam, tahan disimpan selama 5 bulan setelah

dipanen, dan potensi hasil 6,5 – 23,21 ton per hektar.


22

8. TSS Agrigorti 1

Bawang merah ini merupakan pemurnian varietas maja dari golongan

varietas bersari bebas. Cirinya: daun berwarna hijau dan cukup banyak

setiap umbinya, yaitu hingga 8 helai. Umbi berbentuk pipih tapi bulat

dengan diameter 3,33 – 3,42 cm. Setiap rumpun hanya terdiri dari 1 - 2

umbi saja. Cepat berbunga, yaitu 29-36 hari setelah ditanam, tetapi masih

cepat bawang merah trisula. Panen dapat dilakukan 66-68 hari setelah

tanam yang ditandai dengan 80% batang melemas.

9. Violetta 2 Agrihorti

Bawang merah ini merupakan persilangan dari varietas Sembrani

dengan Kramat 1 yang mempunyai umbi berbentuk bulat dan berwarna

merah muda. Varietas ini paling lama untuk bisa dipanen, karena baru

mulai berbunga setelah 70 hari tanam. Namun setelah berbunga, hanya

perlu waktu 16 hari untuk dipanen.

2.2.2 Penyakit bawang merah


Menurut gdmorganic (2020) menyatakan Selain hama, tanaman

bawang merah juga terancam oleh adanya serangan penyakit. Serangan

penyakit ini tidak kalah mengerikan, karena dapat menyebabkan gagal

panen dan kerugian yang besar. Berikut ini beberapa penyakit penting

pada bawang merah yang perlu ketahui:


23

1. Antraknosa

Antraknosa adalah jenis penyakit penting yang paling diingat oleh

petani. Sebab, serangan hama ini sangatlah mengerikan dan bisa

menyebabkan kerugian yang tidak sedikit hanya dalam waktu yang sangat

singkat. Penyakit antraknosa ini disebabkan oleh jamur/cendawan

Colletotrichum gloeosporioides (Penz). Serangan penyakit ini dapat

membunuh tanaman bawang merah dalam waktu yang sangat cepat,

mendadak dan serentak. Gejala serangan awal antraknosa adalah bercak

berwarna putih pada daun, kemudian terbentuk lekukan kea rah dalam

(invaginasi), berlubang dan kemudian patah. Apabila tidak segera

ditangani, maka infeksi akan terus berlanjut hingga terbentuk koloni

konidia berwarna pink , kemudian berubah coklat muda, coklat tua,

kemudian menggelap hingga kehitaman. Perkembangan konidia ini akan

sangat cepat berkembang menjadi miselia yang menjalar dari daun ke

umbi jika kelembaban udara tinggi, utamanya ketika musim penghujan.

Jika serangan sudah massif, maka miselia ini akan menyebar ke

permukaan tanah, menyerang tanaman lain, dan menjadikan umbi busuk.

Akibat umbi dan perakaran yang membusuk, maka daun nya mengering

dan mati. Tentu saja, penyakit ini dapat dengan cepat menyebar ke seluruh

pertanaman bawang merah, dan menyebabkan gagal panen.

2. Embun Bulu (downy mildew)

Embun bulu disebabkan oleh jamur Peronospora destructor (Berk).

Sesuai namanya, jamur ini dapat membentuk masa spora berwarna ungu
24

yang sangat banyak hingga menutupi daun, batang hingga umbi dan

berbentuk menyerupai bulu bulu. Gejala serangan penyakit ini nampak

begitu jelas pada pagi hari, ketika daun masih basah terkena embun.

Tanaman yang terserang penyakit ini, daunnya akan tampak hijau pucat,

pertumbuhannya terhambat, lalu mati jika dibiarkan. Bercak infeksi yang

awalnya di ujung daun, kemudian menyebar ke bagian pangkal, menuju ke

umbi lapis, kemudian menginfeksi seluruh lapisan umbi. Sehingga

menyebabkan umbi bawang menjadi kecoklatan, membusuk dengan

lapisan luar yang mengering, berkerut, layu dan didapati anyaman miselia

jamur yang berwarna hitam gelap.

3. Layu Fusarium (twisting disease)

Tidak berbeda dengan tanaman lain, bawang merah juga terancam

oleh serangan penyakit layu fusarium. Penyakit ini menyerang bagian

dasar umbi bawang merah dan perakaran, sehingga menyebabkan

pertumbuhan umbinya terganggu. Gejala serangan penyakit layu fusarium

adalah daunnya menguning, terpelintir, akar membusuk, dan dasar umbi

tampak keputihan. Serangan penyakit ini dimulai dari dasar umbi dan

meluar ke atas atau ke samping. Setelah terinfeksi penyakit ini, bagian

daun akan berangsur mati, dimulai dari ujung hingga ke pangkal. Setelah

itu, tanaman akan mati secara keseluruhan. Tentu saja, proses kematian

tanaman ini berjalan dengan sangat cepat, bahkan sebelum dulur

menyadari bahwa ini adalah serangan fusarium.

4. Penyakit Ngelupruk (stemphylium leaf blight)


25

Sesuai namanya, penyakit ngelupruk (stemphylium leaf blight) ini

disebabkan oleh jenis jamur Stemphylium vesicarium (Wallr) Simmons.

Gejala yang ditimbulkan adalah bercak berwarna putih kekuningan yang

dapat menyebar begitu cepat sesuai dengan arah bertiupnya angin. Selain

disebabkan oleh jamur Stemphylium vesicarium (Wallr) Simmons,

penyakit ini juga disebabkan oleh asosiasi bersama jamur A.porri.

Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat membunuh tanaman secara

serantak jika kelembaban udara di lahan terlalu tinggi.

5. Bercak Daun Serkospora (cercospora leaf spot)

Penyakit bercak daun serkospora disebabkan oleh jamur Cercospoera

duddiae (Walles). Gejala serangan penyakit ini tampak dari bercak

klorosis yang berkumpul pada ujung daun hingga hampir ke pangkal daun

dan tampak belang-belang. Warna serangan kuning pucat dan bergaris

tengah sekitar 3-5 mm. Jika dibiarkan, serangan serkospora ini dapat

membunuh jaringan tanaman dan menyebabkan tanaman mati.

2.3 Ilmu Usaha tani


Analisis usahatani merupakan indikator dalam menentukan berapa

besar biaya yang dikeluarkan meliputi biaya produksi, penerimaan dan

pendapatan serta mengetahui R/C Ratio pada suatu usahatani (Marsaoly

dkk, 2020). Secara harfiah kelayakan usaha ini adalah upaya untuk

membantu calon pengusaha untuk mendapatkan jawaban atas layak-

tidaknya sebuah bisnis untuk dijalankan. Sementara itu menurut pakarnya


26

yakni Kasmir dan Jakfar, studi kelayakan usaha atau bisnis adalah suatu

aktivitas yang mendalami tentang sebuah usaha atau bisnis yang akan

dijalankan, dalam rangka memutuskan layak atau tidak usaha tersebut

diaplikasikan (bibit, 2022). Suatu usaha dapat dikatakan mencapai

keuntungan apabila total penerimaannya lebih besar dari pengeluarannya.

Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh responden dari usahanya,

maka perlu dilakukan perhitungan dengan cara menggunakan total

penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Penerimaan merupakan

hasil kali antara jumlah produksi dengan harga jual (Sugianto dkk, 2019).

Selain untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha, analisis ini punya

tujuan baik lainnya. Menurut Gray dan Larson (2007) dalam bukunya

Manajemen Proyek-proyek Manajerial (terjemahan). ( Moedasir,

2022)tujuan analisis kelayakan bisnis adalah:

1. Untung atau tidak. Untuk mengetahui seberapa menguntungkan usaha yang

kamu jalankan setelah ada modal yang dikeluarkan dari kocek pribadi

maupun investor.

2. Menghindari pemborosan sumber daya. Menghindari dilakukannya kegiatan

yang sebenarnya tidak terlalu menguntungkan.

3. Memindai kesempatan. Menganalisis akan adanya peluang investasi sehingga

kamu bisa memilih kegiatan alternatif yang paling menguntungkan.

4. Menentukan prioritas. Hasil analisis membuat kamu jadi bisa mendahulukan

aktivitas usaha yang lebih menghasilkan.


27

2.4 Manajemen pemasaran


Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi

serta pengendalian atas program-program yang dirancang untuk

menciptakan, membangun dan menjaga pertukaran. Tentunya yang

menguntungkan dengan sasaran pembeli guna mencapai tujuan suatu

organisasi atau sebuah perusahaan. Berasal dari dua kata, yakni

manajemen dan pemasaran, salah satu jenis manajemen ini merupakan

usaha dalam merencanakan dan menerapkan yang terdiri dari kegiatan

mengorganisasikan, mengarahkan hingga mengawasi atau mengendalikan

kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan agar tercapai tujuan

perusahaan secara efisien dan efektif. Dalam praktiknya, proses

manajemen pemasaran juga harus melewati beberapa tahapan agar produk

atau layanan dan jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan bisa diterima

dan berkembang secara pesat di pasaran. Proses ini melibatkan beberapa

hal, seperti periklanan, promosi, penjualan hingga hubungan masyarakat.

Pada prinsipnya sebuah usaha didirikan untuk mendapatkan laba atau

keuntungan yang bisa dipergunakan untuk menjalankan usaha, termasuk

membiayai para pekerja dan biaya lainnya atau disebut juga dengan fixed

cost dan variable cost. Peran pemasaran tak hanya mampu menyampaikan

produk dan jasa ke pembeli atau konsumen (sampoernauniversity, 2022).

Menurut (Handayani, 2021) menyatakan Beberapa tahapan dalam

proses manajemen pemasaran tersebut, seperti: 

1. Riset pasar
28

Tahapan pertama dalam manajemen pemasaran adalah memulai riset

pasar. Ini dilakukan perusahaan harus tahu sebelumnya produk  dan

layanan seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan dan dicari oleh target

pasarnya. Selain itu riset pasar juga akan sangat berguna untuk

menentukan apakah perusahaan harus meluncurkan produk baru atau

justru memperluas produk dan layanan yang sudah ada. 

2. Mengembangkan strategi pemasaran 

Setelah melakukan riset pasar, tahapan berikutnya dalam manajemen

pemasaran adalah membuat strategi pemasaran yang tepat. Pada tahapan

ini kamu harus benar-benar mempertimbangkan hasil riset pasar dengan

berbagai hal penting seperti segmentasi, target pelanggan, dan positioning

brand.

3. Menyusun rencana pemasaran

Setelah strategi dibuat, sekarang saatnya rencana pemasaran disusun.

Langkah ini tak kalah penting dari langkah-langkah lainnya. Dalam

tahapan ini kamu harus menganalisa dan menentukan target yang ingin

dicapai oleh perusahaan pada periode waktu tertentu. Rencana pemasaran

tersebut juga harus ditulis agar kamu dapat memantau apakah

pelaksanaanya nanti tetap sesuai jalur yang direncanakan. 

4. Kontrol dan kumpulkan saran


29

Setelah produk diluncurkan dan dipromosikan berdasarkan strategi

dan rencana yang telah ditentukan, maka hal berikutnya adalah tentang

mengontrol dan mengumpulkan saran dari para

pelanggan. Mengumpulkan saran dari pelanggan dimaksudkan sebagai

bahan pertimbangan  pengembangan produk di masa depan. Sementara

kontrol dilakukan bila produk tidak diterima secara positif oleh pelanggan.

Salah satu contohnya adalah dengan menarik produk kembali sebelum

sentimen pelanggan memengaruhi brand perusahaan.

2.5 Analisis Data


Data-data yang sudah dikumpulkan dari hasil survei dikelompokkan

kemudian dilakukan analisis. Data yang dianalisis pertama adalah

menganalisis biaya, dalam hal ini biaya di kelompokkan ke dalam biaya

tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap (fixed

cost) adalah biaya tidak habis digunakan dalam satu kali proses produksi,

misalnya biaya sewa bangunan, biaya peralatan makan ayam, biaya karpet

telur. Sementara biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang akan

habis digunakan untuk satu kali produksi seperti biaya pengadaan ayam

(DOC), sentrat, obat/vitamin, dan lain-lain. Selanjutnya, data dianalisis

dengan menggunakan analisis dari penerimaan, keuntungan, R/C ratio

serta BEP (Mandala & Ivan’s, 2022).

1. Biaya tetap
30

Biaya tetap merupakan sebuah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan secara

terus-menerus dan tidak akan mengalami perubahan. Sebab itulah, biaya tetap

tidak akan terpengaruh oleh berbagai perubahan aktivitas yang dilakukan oleh

perusahaan tersebut. Biaya tetap sendiri terbagi menjadi dua macam yaitu,

committed fixed cost dan juga discretionary fixed cost. Adapun beberapa biaya

yang masuk dalam kategori biaya tetap adalah gaji karyawan, biaya asuransi,

pajak, biaya sewa gedung, dan lain sebagainya (Faradilla , 2021). Dikutip dari

buku Teknologi Frozendough dan Sourdough (2020) karangan Desiana Nuriza

Putri dkk (Puspaningsih, 2022) berikut rumus menghitung biaya tetap:

TFC = TC – TVC

Keterangan:

TFC= Total Fixed Cost (total biaya tetap)

TC= Total Cost (biaya total)

TVC= Total Variable Cost (total biaya variabel)

2. Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya dengan jumlah berubah-ubah mengikuti intensitas

pemakaian sumber biaya. Dengan kata lain, biaya variabel adalah biaya yang

besarnya bergantung pada output. Biaya variabel adalah biaya yang berubah

mengikuti aktivitas bisnis. Bisa dikatakan, biaya variabel artinya biaya yang

besarannya naik turun tergantung pada volume operasional perusahaan. Apabila

produksi barang semakin tinggi, maka biaya variabel juga akan mengalami

peningkatan. Sebaliknya, jika produksi turun, maka biaya variabel juga akan
31

menurun. Dikutip dari laman Gramedia.com, biaya variabel adalah hanya akan

diperlukan pada saat proses produksi berlangsung, sehingga menjadi dasar

pengeluaran per unit yang akan dilaporkan (Shaid, 2021).

Menurut pintu (2021) Cara menghitung variable cost adalah dengan mengalikan

biaya variabel per unit dengan jumlah produksi sesuai dengan rumus berikut.

TVC = VC x Q

Dengan kepanjangan sebagai berikut,

TVC = Biaya variabel total

VC = Biaya variabel per unit

Q = Jumlah produksi

3. Penerimaan

Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima seorang petani dari usaha yang

sudah dijalankannya, yang diperoleh dari penjualan hasil produksi setelah

dikalikan dengan harga jual (Hastuti, 2017:47; Suratiah, 2015:83; Farizi:2018).

menurut Hastuti (2017:47-48) menjelaskan bahwa untuk mengetahui jumlah

penerimaan dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


n
TR=∑ Y i . Py i
I =1

Atau

TR=Y i . Pyi

Keterangan:

TR : Total Penerimaan (Rp)

Py i : Harga Jual (Rp/Kg)


32

Pi : Jumlah Output (Kg)

n : Banyaknya komoditas pertanian

4. Keuntungan

Keuntungan adalah jumlah uang yang diperoleh petani dari usaha

yang sudah dijalankannya, yang diperoleh dari hasil pengurangan antara:

total penerimaan (total revenue) dengan total biaya produksi (total cost)

(Hastuti, 2017:54).

Hastuti (2017:54) juga menyatakan bahwa, untuk mengetahui besarnya

pendapatan bersih atau keuntungan dapat diketahui dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

π = TR  TC

Keterangan:

π : Keuntungan (Rp)

TR : Total Penerimaan/Total Revenue (Rp)

TC : Total Biaya Produksi/Total Cost (Rp)

3. Analisis R/C ratio dan BEP

Revenue Cost ratio (R/C) merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan

untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. Analisis R/C ratio dihitung dengan

membandingkan antara penerimaan (revenue) dengan biaya total (Mar’uf dkk,

2019). Secara matematik, R/C ratio dapat dinyatakan sebagai berikut:


33

R / C = PQ. Q / (TFC+TVC)

dimana: R = penerimaan,

C = biaya,

PQ = harga output,

Q = output,

TFC = biaya tetap (fixed cost),

TVC = biaya variabel (variable cost).

Ada tiga kriteria dalam R/C ratio, yaitu: R/C rasio > 1, maka usaha tersebut

efisien dan menguntungkan. R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP, dan R/C

rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan (Yahumri, et al., 2022).

Analisis Break Event Point dapat dihitung berdasarkan jumlah produksi (unit)

serta penerimaan penjualan dalam rupiah (Hayati et al, 2019).

FC
𝐵𝐸𝑃 = VC (dalam Unit)
P−
Q

FC
𝐵𝐸𝑃 = VC (dalam Rupiah)
1−
S

Keterangan:

BEP: Break Event Point (titik impas)

TFC: Total Fixed Cost

VC: Variabel Cost


34

P: Harga jual produk/unit

S: Volume Hasil Penjualan/Total Penerimaan

Q: Kuantitas/ jumlah produksi (kg)

2.6 Penelitian Terdahulu


Penelitian dari Rudianto (2019) dengan judul “ANALISIS

KELAYAKAN USAHA PETANI JAGUNG” Di Desa Garing Kecamatan

Tompobulu Kabupaten Gowa. rumisan masalah Apakah usahatani jagung

layak dilaksanakan oleh para petani jagung di Desa Garing Kecematan

Tompobulu Kabupaten Gowa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Petani

telah menggunakan varietas hibrida, tetapi benih yang digunakan masih

kurang, jarak tanam bervariasi, dan sebagian petani masih menggunakan

bibit dari pertanaman sebelumnya. Pemupukan belum berimbang, waktu,

dosis, dan jenis pupuk belum tepat. Pupuk yang banyak digunakan adalah

Urea karena harga pupuk yang relatif terjangkau. Sebagai akibat

penerapan budidaya jagung yang belum optimal. Rata-rata pendapatan

bersih yang diterima petani pada lahan kering dan lahan sawah irigasi

masing-masing Rp. 12.804.000 juta/ha. Oleh karena itu usahatani jagung

Di Kecematan Tompobulu Kabupaten Gowa Desa Garing masih dapat

dianggap layak di lahan kering maupun di lahan sawah irigasi.

Penelitian dari Aenul Latipah (2021) dengan judul “ANALISIS

KELAYAKAN USAHATANI TERUNG (Solanum melongena L)” Di

Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur. Rumusan masalah (1).


35

Berapa pendapatan petani pada usahatani terung di Kecamatan Suralaga

Kabupaten Lombok Timur? (2). Apakah usahatani terung di Kecamatan

Suralaga Kabupaten Lombok Timur layak diusahakan? (3). Apa Kendala-

kendala yang dihadapi petani terung di Kecamatan Suralaga Kabupaten

Lombok Timur? . Hasil penelitian menunjukkan (1) Rata-rata pendapatan

yang petani peroleh pada usahatani terung di Kecamatan Suralaga

Kabupaten Lombok Timur sebesar Rp 1.506.386/LLG dengan ratarata/Ha

sebesar Rp 12.875.099. (2) Tingkat R/C Ratio yang didapatkan adalah 1,2

yang mengartikan bahwa usahatani terung di Kecamatan Suralaga layak

untuk diusahakan. (3) Kendala yang dihadapai petani terung adalah langka

dan mahalnya harga pupuk, perubahan cuaca yang tidak menentu, dan

serangan hama kutu daun dan penyakit busuk buah.

Penelitian dari Fakhrur Rozi Pasi (2021) dengan judul “ANALISIS

KELAYAKAN USAHATANI NANAS” di Desa Panribuan, Kecamatan Dolok

Silou, Kabupaten Simalungun. Dengan rumusan masalah 1.) Bagaimana

pendapatan usahatani nanas di daerah penelitian ? 2.) Bagaimana kelayakan

usahatani nanas di daerah penelitian ? . Hasil penelitian menunjukkan (1) Rata-

rata pendapatan usahatani nanas di Desa Panribuan sebesar Rp.

30.250.994/petani/tahun atau sebesar Rp. 23.819.680/ha/tahun. UMK (Upah

Minimum Kabupaten) Simalungun per tahun yaitu sebesar Rp. 31.285.068.

Sehingga pendapatan usahatani nanas di Desa Panribuan tergolong rendah karena

pendapatan lebih rendah dari UMK. (2) Usahatani nanas di Desa Panribuan,

Kecamatan Dolok Silou, Kabupaten Simalungun layak untuk tetap diusahakan


36

karena indikator-indikator yaitu harga jual lebih besar dari BEP harga, jumlah

produksi lebih besar dari BEP produksi.

Penelitian dari TIMOTHY DANU HARLAN (2018) dengan judul

“ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG” Di Desa Bandar Setia,

Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Denagn rumusan masalah

(1). Untuk mengeanalisi faktor ( luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja, dan

pestisida ) yang mempengaruhi produksi jagung di Desa Bandar Setia. (2). Untuk

menganalisis faktor ( biaya produksi, harga, dan produksi ) yang mempengaruhi

pendapatan petani jagung di Desa Bandar Setia. (3). Untuk menganalisi Produksi

Jagung layak dilakukan di Desa Bandar Setia. Hasil penelitian menunjukkan (1).

a. Secara serempak luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk NPK, pestisida, dan

tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. b. Secara parsial luas

lahan, benih, dan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap produksi jagung,

sementara pupuk urea, pestisida, dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi jagung. (2). a. Secara serempak produksi, harga jual, dan biaya

produksi berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani jagung. b. Secara parsial

produksi, harga jual, dan biaya produksi berpengaruh nyata terhadap pendapatan

petani jagung. (3). Dari nilai Reveneu Cost Ratio (R/C), Break Even Point (BEP)

produksi dan harga produksi, usahatani jagung di Desa Band

Penelitian dari MIFTAHUL FAUZAN SITEPU (2019) dengan judul

“ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI SAYURAN HIDROPONIK DI

KOTA MEDAN”. Rumisan masalah (1). Bagaimana pendapatan usahatani

sayuran hidroponik di Kota Medan? (2). Bagaimana kelayakan usahatani

hidroponik di daerah penelitian? . Hasil penelitian menunjukkan (1). Pendapatan


37

rata-rata usahatani hidroponik di Kota Medan adalah Rp 2.225.015,-

/bulan/petani. (2). Usahatani sayuran hidroponik menguntungkan dan layak untuk

diusahakan di Kota Medan.

2.7 Kerangka Pemikiran


Petani adalah individu yang mata pencahariannya berasal dari sektor

pertanian. Setiap petani memiliki karakteristik yang berbeda dengan yang lain.

Perbedaan karakteristik ini dapat menyebabkan perbedaan dalam bertani baik dari

segi produksi, pendapatan yang diperoleh petani dari usahataninya maupun

pendapatan.

Usahatani bawang merah hidroponik di daerah ini akan dianalisis juga apakah

usahataninya tergolong layak atau tidak layak yang diputuskan berdasarkan

kriteria kelayakan di landasan teori. Jika usahatani bawang merah hidroponik

layak makan usahatani menguntungkan dan bagus untuk dilanjutkan dan

sebaliknya.

Dari usahatani bawang merah hidroponik diperoleh produksi bawang merah

hidroponik dengan biaya produksi seminimal mungkin dan memperoleh hasil

yang semaksimal mungkin sehingga penerimaan petani juga besar. Penerimaan

petani juga dipengaruhi oleh harga jual bawang merah hidroponik, semakin tinggi

harga bawang merah hidroponik maka penerimaan petani juga semakin tinggi.

Kriteria pendapatan petani sayuran hidroponik dikatakan tinggi atau rendah dapat

dibandingkan dengan Upah Minimum Kota (UMK) Kota Gresik sebesar Rp

4.372.030,51/bulan-. Adapun skema kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat

dilihat dari Gambar.


38

Skema kerangka pemikiran berikut:

PETANI

USAHATANI
HIDROPONIK
BIAYA
PRODUKSI
PRODUKSI

PENERIMAAN
KELAYAKAN USAHATANI
1. DEP PRODUKSI
PENDAPATAN
2. DEP HARGA
3. R/C
4. B/C

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran


LAYAK TIAK LAYAK
39

2.8 Hipotesis Penelitian


Penelitian ini didasarkan pada hipotesis-hipotesis yaitu.

1. Diduga usaha tani bawang merah hidroponik sangat menguntungkan.

2. Diduga Usahatani bawang merah hidroponik didaerah penelitian layak untuk

dijalankan
40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah (UKM) fresh hidroponik

kecamatan kedamean kabupaten gresik, Mulai bulan desember 2021 sampai

januari 2022. Dengan menggunakan satu instalasi dengan jumblah 490 lubang

tanam. Adapun alasan pemilihan kebun fresh hidroponik sebagai tempat

penelitian dengan pertimbangan karena satu satunya kebun hidroponik di

Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik sudah berproduksi kurang lebih 2 tahun

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah teknik wawancara,

angket, dan observasi . Sedangkan data yang yang digunakan adalah data primer

dan data sekunder.

a)Metode wawancara terbuka

Metode wawancara terbuka artinya informan dapat menjawab pertanyaan tanpa

batasan apapun. Peneliti dapat menanyakan kepada informan dengan langsung

dan jelas.

b) Metode observasi

Kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mencatat semua informasi selama studi.

Kegiatan yang dilakukan tidak hanya merekam informasi tetapi juga

menyaksikan, mendengarkan, dan merasakan peristiwa itu terjadi.


41

c) Metode dokumentasi

Metode berdasarkan buku, dokumen, media cetak, media massa, notulen rapat,

catatan dan lain-lain

3.3 Metode Analisis


1. Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan menggunakan rumus

pendapatan usahatani Hidroponik, dengan rumus:

π = TR  TC

Keterangan:

π : Keuntungan/pendapatan (Rp)

TR : Total Penerimaan/Total Revenue (Rp)

TC : Total Biaya Produksi/Total Cost (Rp) (Hastuti, 2017;54))

2. Untuk identifikasi masalah 2, dengan analisis kelayakan usahatani yaitu

menganalisis Break Event Point (BEP), Return Cost Ratio (R/C) dan Benefit

Cost Ratio(B/C).

Break Event Point (BEP) adalah keadaan impas atau keadaan pengembalian

modal agar usahanya tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualannya sama

dengan biaya yang dikeluarkan. Ada dua perhitungan, yaitu produksi dan harga.

Ketentuan yang digunakan adalah jika untung/rugi suatu usaha = 0. Analisis

Break Event Point dapat dihitung berdasarkan jumlah produksi (unit) serta

penerimaan penjualan dalam rupiah (Hayati et al, 2019).


42

FC
𝐵𝐸𝑃 = VC (dalam Unit)
P−
Q

FC
𝐵𝐸𝑃 = VC (dalam Rupiah)
1−
S

Keterangan:

BEP Break Event Point (titik impas)

FC: Total Fixed Cost

VC: Variabel Cost

P: Harga jual produk/unit

S: Volume Hasil Penjualan/Total Penerimaan

Q: Kuantitas/ jumlah produksi (kg)

R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan

atau rasio antara pendapatan dan beban. Secara sistematis dapat ditulis:

R / C = PQ. Q / (TFC+TVC)

dimana: R = penerimaan,

C = biaya,

PQ = harga output,

Q = output,

TFC = biaya tetap (fixed cost),

TVC = biaya variabel (variable cost).

Ada tiga kriteria dalam R/C ratio, yaitu:

R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan.

R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP,


43

R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan

Analisis rasio manfaat-biaya (B/C) pada prinsipnya sama dengan analisis R/C,

hanya saja dalam analisis B/C data yang penting adalah besarnya manfaat.

secara sistematis dapat ditulis:

Informasi: ,

B/C <1, usahatani tidak layak diusahakan

B/C>1, usahatani layak diusahakan

3.4 Definisi dan Batasan Operasional


Dalam penelitian ini dilampirkan definisi dan batas operasional supaya tidak

menimbulkan kesalahpahaman, sebagai berikut:

3.4.1 Definisi

1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan usahatani Hidroponik sebagai

pemilik.

2. Usahatani bawang merah Hidroponik adalah suatu kombinasi usaha yang

tersusun dari faktor produksi berupa modal, alam, tenaga kerja dan keahlian

yang ditujukan untuk proses produksi

3. Produksi usahatani bawang merah Hidroponik adalah hasil panen yang

diperoleh dalam satu kali panen dan diukur dalam kilogram (Kg).
44

4. Pendapatan usahatani bawang merah Hidroponik adalah selisih antara total

penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dihitung dalam nominal

rupiah (Rp)

5. Tingkat pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh pemilik lahan dari

budi daya bawang merah hidroponik sekali panen.

6. Analisis kelayakan usahatani adalah analisis yang digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan apakah usaha yang dijalankan

memberi keuntungan atau tidak.

7. Analisis Break Event Point (BEP) adalah salah satu analisis untuk mempelajari

hubungan antara penjualan, biaya dan laba. Break event adalah keadaan tanpa

rugi.

8. BEP Produksi adalah banyaknya produksi (kg) untuk mencari keuntungan.

9. Harga BEP adalah harga jual (Rp/Kg) sehingga petani dapat memperoleh

keuntungan dari total biaya produksi atau keuntungan dari total biaya produksi

yang telah dikeluarkan oleh petani.

10. Pendapatan adalah pendapatan (Rp) yang harus dicapai agar petani

mendapatkan keuntungan.

11. Analisis R/C (Return Cost Ratio) adalah analisis yang digunakan untuk

mengetahui tingkat penerimaan terhadap total biaya. Oleh karena itu, analisis

R/C merupakan perbandingan antara pendapatan dan total biaya per usahatanai.

12. Analisis benefit-cost ratio (B/C) pada prinsipnya sama dengan analisis R/C,

hanya saja dalam analisis B/C data yang penting adalah besarnya manfaat.

Kriteria yang digunakan adalah suatu usahatani dikatakan menguntungkan jika

B/C > 1.
45

3.4.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Umk Fresh Hidroponik Di Kecamatan Kedamean

Kabupaten Gresik.

2. Penelitian dilaksanakan tahun 2022.

3. Penelitian ini dilakukan pada musim hujan.

4. Penelitian ini berfokus pada usahatani bawang merah hidroponik.


46

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian.


4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Usaha Kecil Menengah (UKM) Fresh hidroponik merupakan usaha budidaya

sayuran secara hidroponik yang terletak di Dusun Lempung, RT 1, RW 1, Desa

Turirejo, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik, yang didirikan oleh aris,

usaha ini berdiri pada tanggal 30 Mei 2020 pada saat itu kebun menggunakan 5

paralon dengan total 75 lubang tanam, nama Fresh Hidroponik diberikan Bu Nela

dosen pertanian dari Wijaya Putra Surabaya pada saat program kewirausahaan.

Gambar 2. UKM Fresh hidroponik

UKM Fresh Hidroponik awal berdiri hanya berfokus mengembangkan ilmu

yang didapat di kampus wijaya putra, akan tetapi tingginya pemesanan sayuran

sawi caisim dan pakcoy kini UKM Fresh Hidroponik memperbesar kebunnya,

sekarang mempunyai 5 instalasi yaitu 1 instalasi pembibitan dan 4 instalasi

pembesaran dengan total kurang lebih 1.700 lubang tanam, di UKM Fresh

Hidroponik tidak hanya berfokus di sawi tetapi sekarang UKM Fresh Hidroponik

mengembangkan budidaya bawang merah hidroponik.Lokasi Tempat Usaha

Lokasi usaha menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Lokasi yang

strategis merupakan salah satu faktor penting dan sangat menentukan keberhasilan
47

suatu usaha. Dalam memilih lokasi usaha, pemilik lokasi usaha harus

mempertimbangkan faktor pemilihan lokasi, karena lokasi usaha merupakan aset

jangka panjang dan akan berdampak pada keberhasilan usaha itu sendiri.

Dikarenakan lokasi adalah unsur penting dalam pembangunan suatu usaha. lokasi

Usaha Kecil Menengah (UKM) Fresh Hidroponik di Dusun Lempung, RT 1, RW

1, Desa Turirejo, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik, dan berada di

pekarangan rumah sehingga bisa dipantau setiap saat

4.1.2 Lokasi Tempat Usaha

Gambar 3. lokasi usaha

Lokasi usaha menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Lokasi yang

strategis merupakan salah satu faktor penting dan sangat menentukan

keberhasilan suatu usaha. Dalam memilih lokasi usaha, pemilik lokasi usaha

harus mempertimbangkan faktor pemilihan lokasi, karena lokasi usaha

merupakan aset jangka panjang dan akan berdampak pada keberhasilan usaha itu

sendiri. Dikarenakan lokasi adalah unsur penting dalam pembangunan suatu

usaha. lokasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Fresh Hidroponik di


48

Dusun Lempung, RT 1, RW 1, Desa Turirejo, Kecamatan Kedamean, Kabupaten

Gresik, dan berada di pekarangan rumah sehingga bisa dipantau setiap saat.

4.1.3 Tenaga kerja

Gambar 4. tenaga kerja


Tenaga kerja adalah salah satu unsur penting dalam kelancaran produksi

suatu industri atau usaha kecil menengah. Hal tersebut dikarenakan hampir

seluruh proses penanaman tersebut digerakkan oleh tenaga kerja. Untuk tenaga

kerja di Usaha Kecil Menengah (UKM) Fresh Hidroponik berjumlah 2 orang.

Terdiri dari 1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Tenaga kerja ini dibagi ke

dalam beberapa sektor. Sektor-sektor tersebut antara lain, sektor penyimpanan

bahan baku, sektor produksi dan sektor pemasaran. Tenaga kerja tersebut, yaitu

Mas Aris Dan Ibu Sutik. Pendidikan terakhir beliau rata-rata SMP Dan SMK.

Untuk gaji di Fresh Hidroponik yaitu jika sayur dijual. UMK Fresh Hidroponik

awal berdiri hanya berfokus mengembangkan ilmu yang didapat di kampus wijaya

putra, akan tetapi tingginya pemesanan sayuran sawi caisim dan pakcoy kini

UMK Fresh Hidroponik memperbesar kebunnya, sekarang mempunyai 5 instalasi

yaitu 1 instalasi pembibitan dan 4 instalasi pembesaran dengan total kurang lebih

1.700 lubang tanam, di UMK Fresh Hidroponik tidak hanya berfokus di sawi
49

tetapi sekarang UMK Fresh Hidroponik mengembangkan budidaya bawang merah

hidroponik.

4.1.4 Struktur Organisasi Usaha


Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Fresh Hidroponik dipimpin oleh seorang direktur, yang juga berstatus sebagai

pemilik UKM. Direktur bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan. Kegiatan

produksi dan pemasaran produk yang termasuk dalam unit Kebun Sayur Segar

(KSS) dipimpin oleh seorang general manager. General manager bertanggung

jawab tiga bagian yaitu, bagian administrasi dan keuangan, pemasaran, serta

produksi yang terdiri atas empat kebun. Unit pendidikan dan pelatihan dipimpin

oleh seorang direktur pendidikan. Tugas direktur pendidikan adalah bertanggung

jawab terhadap kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh Fresh

Hidroponik. Fresh Hidroponik memiliki Karyawan 2 yaitu 1 karyawan tetap dan 1

karyawan tidak tetap, Karyawan tidak tetap adalah karyawan yang bekerja di

bagian pasca panen. Tenaga kerja tidak tetap digaji setiap hari dengan

memperhitungkan kehadirannya.
50

fresh hidroponik

pimpinan
aris agus dainto

general manager
pendidikan dan kepelatian
sutik

keuwangan

pemasaran

produksi

Gambar 5. Struktur Organisasi Usaha

4.1.5 Manajemen Usaha

Manajemen usaha adalah suatu kegiatan yang mengatur segala hal dalam

menjalankan usaha sehingga dapat mencapai suatu tujuan yang diharapkan sebuah

perusahaan, manajemen usaha ini juga berlaku untuk setiap jenis perusahaan apa

saja. Dalam proses mengatur segala kegiatan usaha merupakan suatu hal yang

penting untuk dilakukan agar roda usaha dapat berjalan dengan lancar dan mampu

mencapai setiap target yang sudah direncanakan sebelumnya.

4.1.6 Permodalan
Modal adalah hal penting yang menjadi titik awal sebuah usaha. Modal dapat

berupa harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan

untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan dan sebagainya.

keberadaan modal juga digunakan sebagai dasar atau bekal untuk memulai usaha.
51

Modal menjadi hal penting karena modal adalah cikal bakal yang dapat

menggerakkan bisnis, entah modal tersebut berupa materiil maupun immateriil.

Modal yang digunakan untuk mengawali usaha berasal dari modal pribadi. Modal

ini didapatkan dari upah kerja tanpa campur tangan pihak lain.

4.1.7 Sarana Dan Prasarana


Di Usaha Kecil Menengah (UKM) Fresh Hidroponik hanya terdapat 2

macam instalasi yaitu instalasi persemaian dan pembesaran. Instalasi persemaian

digunakan untuk tanaman usia 1 sampai 8 hst dan instalasi pembesaran digunakan
52

untuk tanaman usia 9 sampai usia panen tanaman. Dan di UMK fresh hidroponik

ini menyediakan alat pendukung produksi seperti pH meter, tds meter dll.

Tahapan-Tahapan Penanaman Bawang Merah Hidroponik di UMK fresh

hidroponik:

⮚ Tahap Persiapan Media

Yang harus dilakukan pertama kali adalah menyiapkan semua bahan yang

dibutuhkan untuk digunakan sebagai media tanam nantinya., rockwool, Bawang

merah yang akan dijadikan sebagai benih, Cutter dan gergaji, Air dan Nutrisi ab

mix hidroponik.

⮚ Tahapan Persemaian Bawang Merah

Tahapan persemaian bawang merah hidroponik di Kecil Menengah (UKM)

fresh hidroponik :

1. pilih benih yang tua, kering dan juga mengkilat, yang sudah melewati masa

dormansi 3 bulan.

2. Benih bawang merah itu kemudian dibersihkan, lalu bagian ujungnya

dipotong sedikit dengan menggunakan cutter atau gunting.

3. Potong rockwool dengan ketebalan 2,5 cm terus bagi menjadi enam terus

diran dengan air bersih

4. taruh rockwool di nampan lalu dibasahi setelah itu lubangi rockwool dengan

pulpen
53

5. Selanjutnya, tanam benih bawang merah masing-masing satu benih di setiap

rockwool

6. Simpan dan letakkan tanaman di tempat teduh, namun tetap bisa

mendapatkan sinar matahari.

7. Setelah muncul sedikit batang bawang merah langsung pindah ke instalasi

persemaian

⮚ Tahap Pembesaran bawang merah

Setelah 1 minggu (hst) Hari Setelah Tanam, bawang merah siap dipindah

tanamkan di instalasi pembesaran, pada tahap pembesaran ini pembudidaya

bawang merah hidroponik dapat lebih mengamati bagaimana bawang merah akan

bertumbuh besar hingga panen. Sebaiknya, pengecekan juga dilakukan setiap 1-2

hari agar dapat memastikan kepekatan airnya di angka 1200 ppm dan phnya 5,5-

6,5 apakah sudah berkurang atau masih cukup. Jika ternyata berkurang, segera

tambahkan pekat nutrisinya dan jika hpnya diatas 6,5 tambakan ph down untuk

menurunkan kadar keasaman air

⮚ Pemanenan bawang merah Hidroponik

cara memanen bawang merah hidroponik :

1 Panen dilakukan serentak di seluruh instalasi dengan umur tanaman yang

sama

2 Pisahkan bawang merah dari rockwool

3 taruh bawang merah ke tempat yang kering dan agin-agin kan hingga daun

bawang layu semua


54

⮚ Pegeringan

Tahap pengeringan dilakukan dengan tujuan agar bawang merah tidak mudah

busuk dikarenakan kondisi bawang merah terlalu lembap, pengeringan dilakukan

pada siang hari sampai sore hari kurang lebih 3 hari kalau sudah kering suda siap

dijual

4.1.8 Penanganan hama dan penyakit

Pada usia satu hari sampai 30 hari bawang merah tumbuh subur tanpa ada

kendala apapun, menginjak usia 31 hari setelah tanam bawang merah terkena dua

penyakit, penyakit ini disebabkan oleh curah hujan yang lebat dan cuaca yang

tidak menentu mengakibatkan bawang terkena berbagai penyakit. Penyakit yang

menyerang tanaman bawang merah hidroponik di UMK Fresh Hidroponik yaitu:

⮚ Layu Fusarium (fusarium oxysporum)

Penyakit Fusarium ditandai dengan tanaman cepat layu, daun menguning dan

melilit. Selain itu, umbi menjadi putih dan busuk karena ada koloni jamur yang

menyerang.

⮚ Bercak Ungu (alternaria porri)

Penyakit ini ditandai dengan gejala bintik-bintik putih atau abu-abu

melengkung pada daun. Setelah membesar, bintik-bintik itu menyerupai cincin,

berwarna agak ungu, dan dikelilingi oleh warna kuning, menyebar ke atas dan ke

bawah. Di udara ketika cuaca lembab, permukaan bintik-bintik yang tertutup

menjadi hitam dan ujung daun yang sakit mengering. pada ujung daun yang sakit
55

kering dan pecah-pecah. Infeksi yang terjadi pada umbi menyebabkan umbi

membusuk. pembusukan umbi dimulai dari leher dan warna umbi menjadi kuning

atau merah kecoklatan. lebih banyak terkena daun pada daun tua jika

dibandingkan dengan daun muda.

Untuk menanganinya UMK Fresh Hidroponik menggunakan fungisida dengan

merek dagang:

1 Remazol-p dengan kandungan bahan aktif prokloraz (prochloraz)

propikonazol (propiconazole) untuk cara penggunaan dari fungisida ini yaitu

disemprotkan langsung ke tanaman dengan takaran remasol p 2 mili dan

dithane 1 sendok makan dicampur ke 5 liter air terus diaduk untuk

penyemprotan jika tanaman sudah keadaan parah dilakukan 2 kali sehari yaitu

sore, pagi jika hujan juga dilakukan penyemprotan untuk menghilangkan sisa

air hujan di daun juga agar tidak terserang jamur, jika keadaan sehat maka

dilakukan penyemprotan 1 kali di pagi hari agar mencegah tumbuhan agar

tidak terserang pamur.

2 Dithane 80 wp dengan bahan aktif Mankozeb 80% untuk cara penggunaan

dari fungisida ini yaitu disemprotkan langsung ke tanaman dengan takaran

remasol p 2 mili dan dithane 1 sendok makan dicampur ke 5 liter air terus

diaduk untuk penyemprotan jika tanaman sudah keadaan parah dilakukan 2

kali sehari yaitu sore, pagi jika hujan juga dilakukan penyemprotan untuk

menghilangkan sisa air hujan di daun juga agar tidak terserang jamur, jika

keadaan sehat maka dilakukan penyemprotan 1 kali di pagi hari agar

mencegah tumbuhan agar tidak terserang jamur.


56

4.2 Pemasaran
4.2.1 Pemasaran bawang merah hidroponik

Pemasaran sayuran hidroponik Kecil Menengah (UKM) Fresh Hidroponik

Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik melibatkan lembaga pemasaran yang

tentunya memiliki peranan dalam menyalurkan sayuran hingga ketanga konsumen

akhir. Untuk memperluas dan memperlancar pemasaran sayuran hidroponik yaitu

sawi dan bawang merah sangat dibutuhkan peran lembaga pemasaran untuk

menyalurkan sawi dan bawang merah dari produsen hingga sampai ketanga

konsumen. Di UMK Fresh Hidroponik terdapat lembaga pemasaran yang terlibat

dalam memasarkan sayuran sawi dan bawang merah yaitu produsen dan pedagang

pengumpul. Petani dalam pemasaran sayuran hidroponik bertindak sebagai

produsen dan merupakan pihak pertama dalam penyaluran sayuran hidroponik

sawi dan bawang merah. Dalam memasarkan sayuran hidroponik petani atau

produsen menjualnya secara langsung atau lewat perantara pedagang pengumpul.

Pedagang pengumpul adalah pedagang perantara yang aktif membeli sayuran

hidroponik dari produsen di UMK Fresh Hidroponik dan menjualnya langsung ke

konsumen. Setelah melakukan panen produksi sayuran hidroponik maka hal yang

dilakukan produsen adalah menyalurkan sayuran hidroponik. Berdasarkan hasil

pengamatan dan penelusuran langsung transaksi lembaga pemasaran, diketahui

bahwa pemasaran sayuran hidroponik sawi dan bawang merah di UMKM Fresh

Hidroponik yang berlokasikan di Dusun Lempung, RT 1, RW 1, Desa Turirejo,

Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik terdapat dua saluran pemasaran yang


57

melibatkan lembaga pemasaran, yaitu produsen sayuran hidroponik, pedagang

pengumpul dan konsumen. Kedua saluran tersebut adalah :

1. Produsen – Konsumen

2. Produsen – Pedagang Pengumpul – Konsumen

a. Saluran Pemasaran

Pertama Saluran pemasaran yang terjadi di UMKM Fresh Hidroponik

Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. salah satunya adalah saluran

pemasaran tanpa menggunakan perantara atau disebut juga saluran pemasaran

langsung. Saluran pemasaran langsung adalah suatu pemasaran produk yang

terjadi secara langsung antara produsen dengan konsumen. Saluran pemasaran

seperti ini dapat terjadi karena pembeli/konsumen datang langsung ke tempat

untuk membeli sayuran yang mereka butuhkan adapun yang membeli secara

langsung karena jarak fisik antara produsen dengan konsumen sangat dekat dalam

arti mereka bertetangga, sehingga pertukaran barang hanya terjadi pada lingkup

yang terbatas dan produsen sayuran hidroponik ini memasarkan sendiri sayuran

hidroponik yang diproduksinya. Sistem pemasaran ini cukup banyak dilakukan

oleh produsen sayuran hidroponik dengan konsumen.

Dalam memasarkan sayuran hidroponik UKM Fresh Hidroponik mematok

harga sayurnya dengan harga pasar atau harga yang diterapkan di UKM Fresh

Hidroponik tidak menentu untuk saat ini harga sayuran sawi caisim yaitu dengan

harga eceran Rp. 20.000/Per Bongkok dikalangkan petani , sedangkan harga

bawang merah yaitu dengan harga eceran Rp. 28.000/Kg di petani bawang merah

terlampau cukup mahal karena pada bulan ini adalah belum waktu panen raya
58

bawang merah dan terkendala cuaca yang tidak mendukung. Adapun sistem

pembayaran yang dilakukan konsumen adalah secara langsung atau bisa diartikan

juga ada barang ada uang.

b. Saluran Pemasaran Kedua

Saluran pemasaran kedua merupakan saluran yang menggunakan satu pedagang

perantara yaitu pedagang pengumpul. Dimana saluran pemasaran ini dimulai dari

produsen ke pedagang pengumpul . Saluran pemasaran ini menggunakan satu

perantara yakni melibatkan produsen dan pedagang pengumpul. Disini pedagang

pengumpul di Kecamatan Kedamean langsung membeli sayuran hidroponik dari

produsen, kemudian menjualnya langsung kepada konsumen. Hal ini karena

pedagang pengumpul langsung datang ke UKM Fresh Hidroponik untuk membeli

kemudian dijual langsung ke konsumen akhir. Untuk itu dalam hal ini mengenai

harga jual hampir sama dengan pemasaran langsung tanpa perantara.

UKM FRESH
HIDROPONIK

PEDAGANG
KONSUMEN
DAN
TERAKIR
PENGEPUL

Gambar 6 saliran pemasaran


59

Dari kedua saluran tersebut UKM fresh hidroponik lebih memusatkan

pemasarannya ke saluran pertama karena UKM Fresh Hidroponik sekarang ini

masih kewalahan menyediakan sayur sawi caisim dan bawang merah ke pedagang

makanan sebagai bumbu masakan, sekarang UKM fresh hidroponik sudah

menyuplai 4 pedagang makanan.

4.2.2 Daerah Pemasaran

Usaha ini belum memiliki toko khusus, hanya saja masih usaha rumahan

dengan teknik budidaya hidroponik, sehingga sarana pemasaran kami hanya via

internet dan dari mulut ke mulut. Produk yang kami jual juga memiliki kualitas

bagus dengan harga yang lebih terjangkau. Daerah pemasaran di Usaha Kecil

Menengah (UKM) Fresh Hidroponik meliputi daerah Kabupaten Gresik yaitu

daerah itu sendiri atau di wilayah sekitar UKM Fresh Hidroponik.

4.3 Analisis Pendapatan Usahatani bawang merah Hidroponik


Analisis kelayakan usahatani bawang merah hidroponik dilakukan untuk

mengetahui apakah usaha yang dijalankan menguntungkan dan efisien

berdasarkan perhitungan struktur biaya, penerimaan, keuntungan, dan titik impas.

Pendapatan usahatani adalah nilai produksi total usahatani bawang merah

hidroponik dalam 1 kali panen dari mulai persemaian bulan desember 2022 dan

masa panen pada bulan januari 2022 dalam 1 instalasi hidroponik. Sedangkan

penerimaan adalah selisih antar biaya produksi dengan pendapatan usahatani .

Analisis kelayakan R/C atau dikenal dengan perbandingan biaya dan nisbah antara
60

penerimaan untuk menentukan layak atau tidak usahatani tersebut, Analasis

kelayakan B/C dengan membandingkan penerimaan dan biaya dengan tujuan yang

sama. Dan breakeven point (BEP) digunakan untuk mengetahui titik impas suatu

usahatani dimana keadaan untung atau rugi.

4.2.3 . Biaya tetap

Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari Instalasi, TDS meter, PH meter,

Gergaji Besi, Nampan, penyusutan peralatan, jumlah biaya tetap tidak dipengaruhi

oleh besar kecilnya volume produksi sayuran yang di peroleh.

Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus dengan

memperhitungkan lama umur ekonomisnya. Besarnya biaya tetap yang meliputi

dari Instalasi, TDS meter, PH meter, Gergaji Besi, Nampan yang dikeluarkan

tidak tergantung pada besar kecilnya volume produksi bawang merah hidroponik.

Penyusutan peralatan dan penyusutan instalasi hidroponik dihitung

berdasarkan nilai beli peralatan tersebut serta biaya pendirian instalasi hidroponik

dan umur ekonomisnya, peralatan yang dihitung umur ekonomisnya yaitu dari

Instalasi, TDS meter, PH meter, Gergaji Besi, Nampan, peralatan tersebut

digunakan secara bersama untuk semua komoditas sehingga perhitungannya

dipromosikan dalam jumlah yang sama untuk setiap komoditas bawang merah

hidroponik yang diusahakan. Perhitungan penyusutan dan biaya tetap peralatan

dan greenhouse dapat dilihat pada tabel 1.


61

Tabel 1. biaya tetap


FIX COST
No JUMLAH MASA
. BARANG HAERGA SAAT INI (Q) PAKAI PENYUSUTAN
1 Instalasi Rp 2,000,000.00 1 6 Rp 333,333.33
2 TDS meter Rp 80,000.00 1 7 Rp 11,428.57
3 PH meter Rp 50,000.00 1 7 Rp 7,142.86
GERGAJI
5 BESI Rp 5,000.00 1 10 Rp 500.00
6 Nampan Rp 5,000.00 5 3 Rp 8,333.33
TOTAL KESELURUHAN BIYAYA TETAP Rp 360,738.10
Untuk mengetahui biaya tetap makan langka pertama yang harus dilakukan

yaitu mencari tatap penyusunannya yaitu

Penyusutan = dengan cara jumlah (Q) : dengan masa pakai x dengan harga

saat ini.

Setelah dihitung satu persatu maka di tambah keseluruhan penyusutanya

maka akan ketemu biaya tetap

Berdasarkan tabel 1 penyusutan dengan harga yang paling tingi yaitu

instalasi, instalasi yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan satu instalasi

dengan total 490 lubang tanam, satu drum dengan kapasitas air 200 liter, satu

pompa akuarium dan tampa menggunakan net pot jadi menanamnya langsung ke

lubang tanam di paralon dengan total biaya penyusutan Rp333,333.33. penyusutan

paling kecil yaitu gergaji besi dengan total biaya penyusutan Rp500.00. total

biaya tetap yaitu dengan menambahkan penyusutan keseluruhan barang dengan

total Rp360,738.10

4.2.4 . Biaya variabel


62

Biaya variabel yang dikeluarkan untuk usahatani bawang merah hidroponik

terdiri dari biaya penggunaan Pupuk Ab Mix, Bibit Bawang Merah, Fungisida,

Tenaga Kerja, Rockwool, PH Down, Listrik, Air. Jumlah biaya yang dikeluarkan

tergantung pada produksi bawang merah hidroponik yang nantinya akan

diperoleh. Sebagai contoh bila penggunaan benih semakin besar jumlah bawang

merah yang di produksi maka biaya benih yang dibutuhkan semakin besar. Hasil

perhitungan biaya variabel usahatani sayuran hidroponik dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2. biaya variabel


VARIABEL COST
No BARANG HAERGA SAAT INI JUMLAH (Q) TOTAL HARGA
1 PUPUK AB MIX Rp 80,000.00 1 Rp 80,000.00
2 BIBIT BAWANG MERAH Rp 30,000.00 1.5 Rp 45,000.00
3 FUNGSIDA Rp 30,000.00 1 Rp 30,000.00
4 tenaga kerja Rp 50,000.00 2 Rp 100,000.00
5 ROCKWOOL Rp 45,000.00 2 Rp 90,000.00
6 PH DOWN Rp 10,000.00 1 Rp 10,000.00
7 LISTRIK Rp 10,000.00 1 Rp 10,000.00
8 AIR Rp 7,000.00 1 Rp 7,000.00
TOTAL KESELURUHAN BIYAYA VARIABEL Rp 372,000.00
BIYAYA VARIABEL PER KG Rp 10,628.57

Cara menghitung biaya variabel yaitu dengan cara Biaya variabel = jumlah

(Q) x harga saat ini maka akan ketemu total harga, jika sudah menemukan total

harganya semua maka tinggal menjumblahnya total harga semuanya maka akan

ketemu keseluruhan biaya variabel . cara menghitung biaya variabel per kg yaitu

dengan cara biaya variabel : hasil panen Kg maka akan ketemu biaya variabel per

Kg

Pada tabel 2 biaya yang dikeluarkan paling besar yaitu tenaga kerja, tenaga

kerja disini sehari bekerja kurang lebih 1 jam dengan total biaya Rp100,000.00

sekali panen untuk 2 orang. Dan biaya yang dikeluarkan paling kecil yaitu air

dengan perhitungan jumlah sebelum biaya air rumah sebelum ada hidroponik
63

dikurangi dengan sesudah ada hidroponik maka dihasilkan total biaya air yaitu

sebesar Rp7,000.00. dari total keseluruhan biaya variabel maka dihasilkan total

biaya Rp372,000.00. biaya variabel per Kg yaitu biaya variabel dibagi dengan

jumlah hasil produksi bawang merah Rp372,000.00 : 35 kg =10,628.57

4.4 Analisis Penerimaan Dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah


Hidroponik
Pendapatan dari usahatani bawang merah hidroponik diperoleh dari hasil

yang didapat dengan mengalikan total produksi dengan harga jual produk

pertanian atau nilai yang diperoleh dari hasil penjualan. Pendapatan usahatani

merupakan hasil perkalian antara harga jual yang diterima petani per kilogram

dengan jumlah produksi tanaman yang ditanam pada bulan desember 2021 samai

januari 2022. Sedangkan pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan

usahatani dengan total biaya usahatani. Pendapatan dan penerimaan usahatani

bawang merah hidroponik dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pendapatan dan penerimaan

No. Uraian nilai

1 Jumlah Produksi (Kg) 35 kg

2 Harga satuan/Kg (Rp/Kg) Rp 28,000.00

3 Penerimaan(Rp) Rp 980,000.00

4 Biaya Produksi (Rp) Rp 732,738.10

5 Pendapatan (Rp) Rp 247,261.90

Cara menghitung penerimaan yaitu dengan cara harga bawang merah x hasil

panen maka akan ketemu dengan uang yang akan diterima, cara menghitung
64

biaya produksi yaitu dengan cara biaya tetap + biaya variabel dan cara

menghitung pendapatan atau keuntungan yang didapat yaitu dengan cara

penerimaan – biaya produksi maka akan ketemu hasilnya

Pada tabel 3 diperoleh hasil yang didapat pada budidaya bawang merah

hidroponik sebesar 35 kg, dengan harga dipasarkan pada tingkat petani yaitu Rp

28,000.00 maka total uang yang didapat oleh petani bawang merah hidroponik

sebesar Rp 980,000.00 dan untuk mengetahui keuntungan dari penanaman

bawang merah hidroponik harus mengetahui dulu biaya produksinya dengan cara

menambahkan biaya tetap dan biaya variabel maka dihasilkan Rp 732,738.10,

kalau suda mengetahui biaya tepatnya maka untuk mengetahui keuntungan atau

pendapatannya maka di jumlahkan penerimaan dikurangi dengan biaya produksi

maka dihasilkan kentungan dari penanaman bawang merah sebesar Rp

247,261.90.

4.5 Analisis Kelayakan Usahatani sayuran Hidroponik


Untuk melihat apakah budidaya bawang merah hidroponik layak atau tidak,

dapat diukur dengan menggunakan R/C ratio dan break even analysis atau BEP.

Analisis kelayakan diukur dengan menggunakan analisis R/C ratio, yang

menunjukkan perbandingan antara total pendapatan dan total biaya produksi

dalam usahatani bawang merah hidroponik. R/C ratio dihitung dengan membagi

total pendapatan dengan total biaya. Bisnis dikatakan efisien jika memiliki R/C

ratio >1. Semakin besar nilai analisis R/C ratio maka semakin efisien usaha

tersebut. Perhitungan efisiensi kelayakan usahatani sayuran hidroponik dapat

dilihat pada tabel 4.


65

Tabel 4. R/C ratio

no Uraian nilai
1 Penerimaan Rp 980,000.00
2 Biaya Produksi Rp 732,738.10
3 R/C 1.337449228

Cara menghitung R/c rasio yaitu dengan cara totap penerimaan : biaya produksi

jika hasilnya <1 maka usaha itu tidak layak untuk diteruskan dan apabila >1 maka

usaha itu layak untuk di teruskan

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa efisiensi usaha (R/C rasio ) yang

diperoleh di atas menunjukan hasil komoditas sayuran hidroponik telah mencapai

lebih dari 1, caranya yaitu menghitungnya antara penerimaan dibagi dengan biaya

produksi maka menghasilkan 1.337449228 sehingga dapat dikatakan usaha

tersebut efisien atau usaha tersebut layak untuk diusahakan Karna R/C > 1. Maka

dapat disimpulkan bahwa usahatani bawang merah hidroponik di Usaha Kecil

Menengah (UKM) Fresh Hidroponik Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

adalah usahatani yang menguntungkan dan layak untuk diusahakan

Selanjutnya kelayakan usahatani bawang merah hidroponik dapat dilihat

dengan menghitung nilai BEP (Break Event Point). BEP adalah suatu keadaan

dimana suatu perusahaan atau usaha dalam melakukan produksi tidak memperoleh

keuntungan dan tidak merugi, titik impas antara biaya yang dikeluarkan

perusahaan dengan pendapatan yang diterima perusahaan. Harga produksi BEP

dapat dianalisis dengan membandingkan total biaya produksi dengan volume atau

jumlah produksi, sedangkan BEP volume produksi dapat dihitung dengan

membandingkan total biaya produksi dengan harga jual petani sayuran


66

hidroponik. Perhitungan BEP harga produksi dan BEP volume produksi dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. BEP (Break Event Point).

No. Uraian nilai


1 Total Biaya Tetap Rp 360,738.10
2 Harga Jual Rp 28,000.00
3 Jumlah Produksi 35 kg
4 Biaya variabel satuan kg Rp 10,628.57
5 BEP Harga Produksi Rp 581,452.85
6 Bep Harga Produksi satuan Rp 16,612.94
7 BEP Produksi 20.76617325 kg

Cara menghitung BEP harga yaitu dengan cara biaya tetap : ( harga jual

satuan – biaya variabel per kg) x harga jual satuan, jika ingin mengetahui BEP

harga produksi per biji atau satuan maka hasil dari BEP harga produksi : jumlah

hasil panen maka akan ketemu titik impas hasil uang yang diterima

Cara menghitung BEP produksi yaitu dengan cara biaya tetap : ( harga jual

satuan – biaya variabel per Kg) maka akan ketemu hasilnya

Berdasarkan Tabel 14 bahwasnya nilai BEP harga produksi dari usaha

hidroponik bawang merah Rp 581,452.85 dan harga perkilonya sebesar Rp

16,612.94 maka bisa diartikan bahwasanya petani tidak mengalami kerugian dan

keuntungan jika petani petani mendapatkan uang kurang dari Rp 581,452.85 maka

bisa diartikan petani itu merugi dan sebaliknya jika petani mendapatkan uang

lebih dari itu maka petani mendapatkan keuntungan.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisis yang telah di lakukan pada usahatani sayuran

hidroponik di kota medan maka dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Pendapatan bawang merah hidroponik di UKM fresh hidroponik di Kec.

Kedamean, Kab. Gresik sebesar Rp Rp247,261.90

2. Usahatani bawang merah hidroponik menguntungkan dan layak untuk

diusahakan di UKM fresh hidroponik di Kec. Kedamean dikarenakan nilai R/C

>1 ,

5.2 Saran
1. Saran kepada pemerintah agar meningkatkan penyuluhan tentang pertanian

hidroponik agar lebih banyak lagi masyarakat terutama di daerah perkotaan

yang mengetahui dan melakukan budidaya hidroponik sehingga bisa

menambah pendapatan masyarakat dan mendukung ketersediaan bawang

merah yang sehat dan tersedia secara lokal

2. Kepada petani sebaiknya petani menggunakan greenhouse agar tanaman bisa

terlindungi dari serangan jamur pada musim hujan agar bias meningkatkan

pendapatannya.

3. Kepada peneliti selanjutnya penelitian ini dilakukan pada musim hujan dan

penelitian ini bisa diteruskan dengan melakukan penelitian pada musim

kemarau.

67
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Biba, MA., dan Syafiuddin, 2021.The Contribution of Rainfed Rice

Farming to Income and Food Security of Farmers’ Household. Journal of

Socioeconomics and Development, 4(2), 180-188.

Astuti H, S. (2022, maret 12). MENGENAL JENIS BAWANG MERAH UNTUK

MEDUKUNG KONTRATANI SEBAGAI PUSAT PEMBELAJARAN.

Diambil kembali dari dinas ketahanan pangan, tanaman pangan,

hotikultura povingsi lampung:

https://www.dinastph.lampungprov.go.id/detail-post/mengenal-jenis-

bawang-merah-untuk-medukung-kontratani-sebagai-pusat-pembelajaran

Astuti W. 2018. Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Di Desa Paccing

Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. Skripsi. Makasar: Fakultas

Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dari

https://digilibadmin.unismuh.ac.id > ...PDF Hasil web ANALISIS

PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT DI ... (diakses pada

tanggal 11 Februari 2021, Pukul 14:00)

banjarkab. (2019, oktober 7). TEKNIK PENGENDALIAN HAMA HIDROPONIK

MENGGUNAKAN PESTISIDA ALAMI. Diambil kembali dari banjarkab:

https://home.banjarkab.go.id/teknik-pengendalian-hama-hidroponik-

menggunakan-pestisida-alami/

68
Bakhtar, Nikita, et al. "IoT based hydroponic farm." 2018 International

Conference on Smart Systems and Inventive Technology (ICSSIT). IEEE,

2018.

bibit. (2022, maret 11). Definisi Kelayakan Usaha Adalah? Diambil kembali dari

bibit: https://artikel.bibit.id/bisnis1/definisi-kelayakan-usaha-adalah

Buleleng, A. (2021, Maret 16). Cara Menanam Menggunakan Sistem Hidroponik.

Diambil kembali dari pemerintah kabupaten buleleng kecamatan buleleng:

https://buleleng.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/86-cara-

menanam-menggunakan-sistem-hidroponik

Efendi, A. (2020, agustus 26 ). Mengenal Aeroponik dan Cara Menerapkannya.

Diambil kembali dari tirto.id: https://tirto.id/mengenal-aeroponik-dan-cara-

menerapkannya-f1uA

Enda Ia, K., Pakasi, C., dan Sondak, L. 2018. Analisis Pendapatan Usahatani

Bawang Merah Di Desa Tonsewer Selatan Kecamatan Tamposo Barat

Kabupaten Minahasa. Jurnal Agri-Sosial Ekonomi, 14(2), 297-308. Dari

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.p hp/jisep/article/view/20632 (diakses

pada tanggal 03 Januari 2021, pukul 09:00).

Faradilla , R. (2021, oktober 24). Beban Tetap: Pengertian dan Contohnya.

Diambil kembali dari idntimes:

https://www.idntimes.com/business/finance/rinda-faradilla/apa-itu-beban-

tetap

69
gdmorganic. (2020, agustus 21). Cara Tepat Mengatasi Hama dan Penyakit

Bawang Merah, Terbukti Meningkatkan Hasil

Panen.https://gdmorganic.com/penyakit-bawang-merah/

Ginting, A. P., Hubeis, M., & Fahma, F. (2019). Strategi Pengembangan UMKM

Pangan Berdaya Saing di Kota Bandung. Manajemen IKM: Jurnal

Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah, 14(1), 1–7.

https://doi.org/10.29244/mikm.14.1.1-7

Gumilar, AS., Hidayat, YR., dan Sukanata, IK., 2019. Analisis Komparasi Biaya

dan Pendapatan Usaha Tani Bawang Merah Dataran Tinggi Antara Siste

Pengolahan Tanah Cultivator Dengan Sistem Konvensional (Kasus di

Desa Sukasari Kaler Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka).

Paradigma Agribisnis, 2(2), 13-21.

Handayani, M. T. (2021, oktober 8). Manajemen pemasaran: Pengertian, tujuan,

tugas, dan strateginya. Diambil kembali dari ekrut:

https://www.ekrut.com/media/manajemen-pemasaran-adalah

Hastuti, D. R. D. 2017. Ekonomika Agribisnis (Teori Dan Kasus). Makkasar:

Rumah Buku Carabaca.

Hayati, H. N., Ferichani, M, & Khomah, I. (2019). Analisis Usaha Ternak Ayam

Broiler di Kabupaten Karanganyar. Jurnal SEPA: 15 (2), 156 – 163.

https://doi.org/10.20961/sepa.v15i2.26972

ilmukebun. (2020, mei 12). Drip System Hidroponik atau Sistem Irigasi Beserta

Kelebihan dan Kekurangannya. Diambil kembali dari ilmukebun:

70
https://www.ilmukebun.com/2020/05/drip-system-hidroponik-atau-

sistem.html

Kementerian Pertanian. (2018). Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia

Nomor: 472/Kpts/RC. 040/6/2018. Tentang Lokasi Kawasan Pertanian

Nasional.

lahan. (2022, juni 4). Hama pada Tanaman Hidroponik. Diambil kembali dari

lahan: https://lahan.co.id/hama-pada-tanaman-hidroponik/

Lawalata, M., Darwanto, DJ., dan Hartono, S., 2017. Risiko Usahatani Bawang

Merah di Kabupaten Bantul. Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara),

10(1), 56-73.

Mandala, W., & Ivan’s, E. (2022). Analisis Titik Impas dan Kelayakan Usaha

Ternak Ayam Petelur. Open Science and Technology, 02, 62-73.

Marsaoly, HA., Sangadji, SS., dan Sumartono, E., 2020. Analisis Profitabilitas

Usaha Tani Bawang Merah pada Unit Transmigrasi (Trans Koli). Jurnal

Agritepa, VII(2), 142-151.

Ma’ruf, MI., Kamaruddin, CA., dan Muharief, A., 2019. Analisis Pendapatan dan

Kelayakan Usahatani Padi di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap.

Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 15(3), 193-204

Moedasir, A. (2022, april 20). Pengertian, Aspek, dan Contoh Analisis Kelayakan

Usaha. Diambil kembali dari Solusi: https://majoo.id/solusi/detail/analisis-

kelayakan-usaha

71
Mushoddiq, A. J., Bramana, S. M., & Komalasari, E. (2021). Analisis Kelayakan

Usaha Budidaya Bawang Merah Pada Kelompok Tani Tunas Harapan Di

Desa Lubuk Leban Kecamatan Sosoh Buay Rayap Kabupaten Ogan

Komering Ulu. KOLEGIAL, 9, 2.

Nasution, D., dan Rosmawati, H., 2018. Analisis Resiko Pendapatan Usahatani

Bawang Merah di Desa Tungku Jaya Kecamatan Sosoh Buay Rayap

Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi

Pertanian (JASEP), 4(2), 24-30

NEWS, F. (2022, Februari 25). Sistem Hidroponik NFT Otomatis Menggunakan

Arduino. Retrieved from FTMM NEWS: Nutrient film engineering (NFT)

adalah salah satu jenis hidroponik khusus yang pertama kali di

kembangkan oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse Crops Research Institute,

Littlehampton, Inggris. Pada akhir 1960-an dan di kembangkan secara

komersial pada awal 1

OKTAVIANA, S. (2021, oktober 11). Sistem-Sistem Hidroponik. Diambil

kembali dari defuturefarmer: https://defuturefarmer.id/sistem-sistem-

hidroponik/

sampoernauniversity. (2022, Maret 23, 2022 23). Pengertian Manajemen

Pemasaran, Fungsi dan Tujuannya. Retrieved from sampoernauniversity:

https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/pengertian-manajemen-

pemasaran-fungsi-dan-tujuannya/

72
pintu. (2021, oktober 13). Pengertian dan Rumus Variable Cost (Biaya Tidak

Tetap). Retrieved from pintu: https://pintu.co.id/blog/pengertian-rumus-

variable-cost-adalah

Puspaningsih, R. (2022, april 21). Biaya Tetap: Pengertian, Rumus, dan Contoh

Soalnya. (V. K. Putri, Editor) Diambil kembali dari kompas.com:

https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/21/110000469/biaya-tetap-

pengertian-rumus-dan-contoh-soalnya?page=all

Shaid, N. J. (2021, desember 24). Biaya Variabel: Pengertian, Contoh dan

Bedanya dengan Biaya Tetap. Retrieved from Kompas.com:

https://money.kompas.com/read/2021/12/24/080630126/biaya-variabel-

pengertian-contoh-dan-bedanya-dengan-biaya-tetap?

page=all#:~:text=Biaya%20variabel%20adalah%20biaya%20yang

%20berubah%20mengikuti%20aktivitas%20bisnis.,tergantung%20pada

%20volume%20operasion

Sianturi D, 2017. ”Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan PEtani

Dalam Memutuskan Mengusahakan UsahaTani Sayuran Hidropnik di

Kota Medan”. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Sugianto, S., Kurniawan, HM., dan Yuliarto, RT., 2019. Analisis Kelayakan

Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu

Raya. E-Jurnal Equilibrium Manajemen, 2(1), 8-12

Sutarni, Irawati, L., Unteawati, B., & Yolandika, C. (2018). Proses Pengambilan

Keputusan Pembelian Sayuran Hidroponik di Kota Bandar Lampung.

Journal of Food System and Agribusiness, 2(1), 17–24.

73
Riadi, M. (2020, Agustus 25). Hidroponik (Pengertian, Manfaat, Sistem, Media

Tanam dan Jenis Tanaman). Retrieved from kajianpustaka.com:

https://www.kajianpustaka.com/2020/08/hidroponik-pengertian-manfaat-

sistem.html

UMAM, A., Yusuf, M., & Fielnanda, R. (2020). Analisis Strategi Pemasaran

Sayuran Hidroponik Terhadap Pengembangan Usaha Hidroponik Pada Cv.

Puri Hidroponik (Doctoral dissertation, UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi).

Widari, P. (2020). Produktivitas Tanaman Bawang Merah di Jatim Turun 23,5

Persen. Www.Surabaya.Bisnis.Com. Retrieved from

https://surabaya.bisnis.com/read/20200617/531/1253956/produktivitastana

man-bawang-merah-di-jatimturun-235-persen.

Yahumri, Yuliasari, S., Miswarti, Mikasari, W., Hidayat, T., & Musaddad, D.

(2022). Kajian Paket Teknologi Budidaya Bawang Merah Dataran Tinggi

Musim. AgriHumanis: Journal of Agriculture and Human Resource

Development Studies, 1, 31-38.

Yudianto. (2021, Desember 7). SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT

BERTINGKAT EBB AND FLOW. Diambil kembali dari mitra usaha tani:

https://www.mitrausahatani.com/sistem-hidroponik-teknik-pasang-

surut.html

74
analisis usaha bawang merah hidroponik bulan januari 2022
FIX COST
No BARANG HAERGA SAAT INI JUMLAH (Q) MASA PAKAI PENYUSUTAN no uraian nilai
1 Instalasi Rp 2,000,000.00 1 6 Rp 333,333.33 1 Penerimaan Rp 980,000.00
2 TDS meter Rp 80,000.00 1 7 Rp 11,428.57 2 Biaya Produksi Rp 732,738.10
3 PH meter Rp 50,000.00 1 7 Rp 7,142.86 3 R/C 1.337449228
5 GERGAJI BESI Rp 5,000.00 1 10 Rp 500.00
6 Nampan Rp 5,000.00 5 3 Rp 8,333.33 no uraian nilai
TOTAL KESELURUHAN BIYAYA TETAP Rp 360,738.10 1 Jumlah Produksi (Kg) 35
2 Harga satuan/Kg (Rp/Kg) Rp 28,000.00
LAMPIRAN

3 Penerimaan(Rp) Rp 980,000.00
4 Biaya Produksi (Rp) Rp 732,738.10

75
5 Pendapatan (Rp) Rp 247,261.90
VARIABEL COST
No BARANG HAERGA SAAT INI JUMLAH (Q) TOTAL HARGA
1 PUPUK AB MIX Rp 80,000.00 1 Rp 80,000.00 no uraian nilai
2 BIBIT BAWANG MERAH Rp 30,000.00 1.5 Rp 45,000.00 1 Total Biaya Tetap Rp 360,738.10
3 FUNGSIDA Rp 30,000.00 1 Rp 30,000.00 2 Harga Jual Rp 28,000.00
4 tenaga kerja Rp 50,000.00 2 Rp 100,000.00 3 Jumlah Produksi 35
5 ROCKWOOL Rp 45,000.00 2 Rp 90,000.00 4 Biaya variabel satuan kg Rp 10,628.57
Hasil perhitungan

6 PH DOWN Rp 10,000.00 1 Rp 10,000.00 5 BEP Harga Produksi Rp 581,452.85


7 LISTRIK Rp 10,000.00 1 Rp 10,000.00 6 Bep Harga Produksi satuan Rp 16,612.94
8 AIR Rp 7,000.00 1 Rp 7,000.00 7 BEP Produksi 20.76617325
TOTAL KESELURUHAN BIYAYA VARIABEL Rp 372,000.00
BIYAYA VARIABEL PER KG Rp 10,628.57
76

Foto produksi
77
78

Anda mungkin juga menyukai