Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TANAMAN

PENGARUH PEMUPUKAN DAN NAUNGAN SERTA JARAK


TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
KEDELAI EDAMAME (Glicine max L. Merill) DAN KEMANGI
(Ocimum Basilicium) SECARA TUMPANG SARI

OLEH :

GAIZKA IKHWAN BERDIKARI


204110177

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Praktikum

Ekologi Tanaman

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2022
PENGARUH PEMUPUKAN DAN NAUNGAN SERTA JARAK
TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
KEDELAI EDAMAME (Glicine max L. Merill) DAN KEMANGI
(Ocimum Basilicium) SECARA TUMPANG SARI

LAPORAN PRATIKUM

NAMA : GAIZKA IKHWAN BERDIKARI


NPM : 204110177
KELAS :5C
PROGRAM STUDI : Agroteknologi

MENYETUJUI

Dosen Pengampu

Dr. Prima Wahyu Titisari, S.Si., M.Si

Asisten Dosen 1 Asisten Dosen 2 Asisten Dosen 3

Ranti Sri Widari Shinthia Nur Afriyanti Elisabet


iii

ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemupukan Dan Naungan

Serta Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai Edamame (Glicin max

L Merrill) Dan Kemangi (Ocimum africanum) Secara Tumpang Sari. Praktikum

dilakukan di kebun percobaan fakultas pertanian Universitas Islam Riau ,Jalan

Kaharuddin Nasution, No. 113 Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya Kota

Pekanbaru. Pada Bulan September sampai Desember 2022. Pada praktikum yang

dilakukan bahwa pemupukan, naungan serta jarak tanam dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang ditanam, sehingga pada setiap tanaman

sampel memiliki pertumbuhan yang berbeda-beda dan hasil produksi yang berbeda pula.
iv

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan taufik dan hidayah-Nya, serta kesehatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan laporan ini dengan judul: Pengaruh Pemupukan dan Naungan

Serta Jarak tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Ademame (Glicine Max

L. Merill) dan Kemangi (Ocimum Basilisium) Secara Tumpang Sari.

Ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Prima Wahyu Titisari, M.Si selaku dosen

pengampu mata kuliah Ekologi Tanaman yang banyak memberikan arahan dan

bimbingan sehingga selesai dalam penulisan laporan ini. Ucapan terima kasih juga

penulis sampaikan kepada Asisten dosen lapangan Ranti Sri Widari, Sinthia Nur

Afriyanti, dan Elisabet atas segala bantuan yang telah diberikan. Tidak lupa pula penulis

ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan motivasi kepada

penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat

kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi penyempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga

laporan ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pertanian khususnya bidang

agroteknologi.

Pekanbaru, Januari 2023

Gaizka Ikhwan Berdikari


v

DAFTAR ISI

ABSTRAK........................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR...................................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................... v

DAFTAR TABEL............................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii

I PENDAHULUAN...................................................................................... 8
A. Latar Belakang...................................................................................... 8
B. Tujuan Praktikum................................................................................. 13
II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 14
III BAHAN DAN METODE........................................................................... 26
A. Tempat dan Waktu................................................................................ 26
B. Bahan dan Alat..................................................................................... 26
C. Metode Pengambilan Data.................................................................... 26
D. Pelaksanaan Praktikum......................................................................... 26
E. Parameter Pengamatan.......................................................................... 30
IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 33
A. Tinggi Tanaman.................................................................................... 33
B. Jumlah Cabang...................................................................................... 35
C. Jumlah Daun......................................................................................... 37
D. Jumlah Buah......................................................................................... 38
E. Jumlah Polong...................................................................................... 39
F. Warna Daun.......................................................................................... 40
G. Berat Buah............................................................................................ 40
H. Pengamatan Parameter Tanaman Dengan Alelopati............................ 41
V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 43
A. Kesimpulan............................................................................................ 43
B. Saran....................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 44

LAMPIRAN..................................................................................................... 47

BIODATA PENULIS....................................................................................... 58
vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai Edamame dan Kemangi

Tabel 2. Pengamatan Jumlah Cabang Kedelai Edamame dan Kemangi

Tabel 3. Pengamatan Jumlah daun Kedelai Edamame

Tabel 4. Pengamatan Jumlah Buah Kedelai Edamame

Tabel 5. Pengamatan Jumlah Polong Kedelai Edamame

Tabel 6.Pengamatan Warna Daun Kedelai Edamame

Tabel 7. Pengamatan Berat Buah Kedelai Edamame

Tabel 8.Pengamatan tinggi, akar dan jumlah daun tanaman dengan alelopati
vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum47

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Edamame49

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Kemangi50

Lampiran 4. Dokumentasi Praktikum51


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekologi sangat erat kaitannya dengan lingkungan, makhluk hidup, dan hubungan

di antara keduanya. Kelahiran, kematian yang silih berganti di suatu kehidupan

menandakan keberadaan ilmu ekologi. Dimulai dari pengabsorsian tumbuhan (biotik)

dari dalam tanah (abiotik) hingga berubah menjadi substansi energi, diikuti dengan

perpindahan yang terjadi hingga kembali lagi ke tanah. Dalam ekologi tanaman juga

dijelaskan bagaimana perkembangan kehidupan tumbuhan melalui masa reproduksi,

perkecambahan, pertumbuhan dan masa dewasa, tua dan mati.

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh

manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan

antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut

tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia,

India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16.

Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian

berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau- pulau lainnya.

Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan

pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena itu, diperlukan

suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat

mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan

produktivitasnya ditingkatkan. Untuk pencapaian usaha tersebut, diperlukan pengenalan

mengenai tanaman kedelai yang lebih mendalam.


9

Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan tanaman penting untuk memenuhi

kebutuhan pangan dalam rangka perbaikan gizi masyarakat, karena kedelai mengandung

sumber protein nabati yang relatif murah bila dibandingkan sumber protein lainnya

seperti daging, susu, dan ikan. Kadar protein biji kedelai kurang lebih 35%, karbohidrat

35%, dan lemak 15%. Kedelai juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, besi,

vitamin A dan B. Kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti

tahu, tempe, kecap, susu kedelai dan sebagai bentuk makanan ringan lainnya.

Pertumbuhan kedelai selalu peka terhadap pencahayaan, dalam pencahayaan agak

rendah batangnya akan mengalami pertumbuhan memanjang sehingga berwujud seperti

tanaman merambat (Rohmah dan Triono, 2016).

Kedelai, anggota keluarga kacang-kacangan, merupakan bahan dasar dalam

banyak makanan di Asia, terutama Asia Timur, seperti kecap, tahu, dan tempe. Tanaman

ini telah dibudidayakan di Asia Timur, khususnya Cina, sejak 3.500 tahun yang lalu dan

merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati. Namun, sejak tahun 1910

telah menyebar dari Jepang ke negara-negara Asia Tenggara. Di Indonesia, kedelai kini

banyak digunakan dalam berbagai sumber pangan, antara lain tahu, tempe, susu bahkan

keju.

Rendahnya produksi kedelai dikarenakan semakin berkurangnya sumber daya

lahan yang subur akibat penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus. Penggunaan

pupuk anorganik dapat dikurangi dengan penggunaan pupuk organik kompos. Kompos

merupakan proses pembusukan dari sisa-sisa bahan organik (tanaman dan hewan).

Bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rumput, jerami, sisa-sisa ranting dan

dahan, kotoran hewan, rerontokan bunga, kotoran hewan dan lain-lain. Bahan organik
10

tersebut dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos melalui proses fermentasi dengan

menggunakan aktivator mikroba untuk mempercepat proses dekomposisi bahan organik

dan meningkatkan kualitas bahan (Pangaribuan dan Hidayat, 2009).

Kemangi mengandung berbagai zat yang bermanfaat bagi tubuh, seperti vitamin

A, B, C, betakaroten, kalsium, magnesium, fosfor, protein, karbohidrat, lemak, zat besi,

flavonoid, arginin, anetrol dan boron. Komponen minyak atsiri daun kemangi adalah

methyl violet, linalool, eugenol, methyl eugenol, pinene, limonene, beta-pinene, beta-

pinene, beta-caryophyllene, thymol, camphene, alpha- Bergamot, Geranial, Geranial

Acetate, 1,8 -Cineole, Artemisinol, Eucalyptol, Alpha Cubene, Nerol, Methyl Cinnamate

dan Linalyl Acetate. Aktivitas biologis kandungan kimia yang terkandung dalam daun

kemangu tergantung pada genotipe, lingkungan dan tempat tanaman itu tumbuh.

Produksi kedelai di Provinsi Riau rendah yaitu sebesar 2.145 ton/tahun pada tahun 2015,

dan produksi meningkat pada tahun 2016 dengan total produksi sebesar 2.654 ton/tahun

turun lagi menjadi 1.119 ton/tahun. Provinsi dengan produksi kedelai terbesar di

Indonesia adalah Jawa Timur. Diketahui bahwa pada tahun 2015 output kedelai Provinsi

Jawa Timur sebesar 344.988 ton/tahun, dan output tersebut mengalami penurunan pada

tahun berikutnya, dimana output tahun 2016 sebesar 274.317 ton/tahun, dan pada tahun

2017 kembali mengalami penurunan output. menjadi 200.916 ton/ha. (Badan Pusat

Statistik, 2016)

Alelopati adalah interaksi biokimia antara mikroorganisme atau tanaman baik

yang bersifat positif maupun negatif (Molisch,1937 dalam Putnam dan Duke,

1978). Warnell (2002) mendefinisikan alelopati sebagai suatu kadungan bahan kimia

yang bersifat aktif maupun pasif yang dibebaskan ke lingkungannya sehingga


11

mempengaruhi organisme lainnya. Senyawa alelopati kebanyakan dikandung pada

jaringan tanaman, seperti akar, ubi, rhizome, batang, daun, bunga, buah dan biji yang

dikeluarkan tanaman melalui cara penguapan, eksudasi akar, hasil lindihan dan

pelapukan sisa-sisa tanaman (Moenandir, 1988) yang mampu mengganggu pertumbuhan

tanaman lain di sekitarnya. Beberapa senyawa yang diidentifikasi sebagai alelopati

adalah flavanoid, tanin, asam fenolat, asam ferulat, kumarin, terpenoid, stereoid,

sianohidrin, quinon, asam sinamik dan derivatnya, (Risvi et al.,1992).

Alelopati mampu menurunkan perkecambahan benih dan memperlama waktu

untuk berkecambah maupun kemunculan bibit di permukaan tanah dibanding tanpa

alelopati, karena aelopati mengakibatkan hambatan aktivitas enzim-enzim yang

melakukan degradasi cadangan makanan dalam benih sehingga energi tumbuh yang

dihasilkan sangat rendah dan dalam waktu lebih lama yang selanjutnya menurunkan

potensi perkecambahan. Menurut Sastroutomo (1991) bahwa mekanisme alelopati antara

lain menghambat aktivitas enzim, bahkan menurut Fitter dan Hay (1991) bahwa

alelopati dapat menyebabkan terjadinya degradasi enzim dari dinding sel, sehingga

aktivitas enzim menjadi terhambat atau mungkin menjadi tidak berfungsi. Hambatan

fungsi enzim A amylase dan B amylase pada degradasi karbohidrat, enzim protease pada

degradasi protein, enzim lipase pada degradasi lipida dalam benih menyebabkan energi

tumbuh yang dihasilkan selama proses perkecambahan menjadi sangat sedikit dan

lambat, sehingga proses perkecambahan menurun yang dicerminkan pada penurunan

prosentase perkecambahan dan meningkatnya lama waktu untuk berkecambah.


12

Ekstrak daun rimbang dan matoa memiliki sifat alelopati yang berasal dari

senyawa metabolit sekunder. Senyawa metabolit tersebut menghambat pertumbuhan

tanaman sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida. Rumput teki ialah gulma

yang sering tumbuh pada lahan budidaya tanaman kedelai, sehingga perlu dikendalikan

dengan menggunakan ekstrak allelopati.

Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan atau

biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk (Dewanto et al.,

2013). Pemberian pupuk anorganik dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan

khususnya cabang, batang, daun, dan berperan penting dalam pembentukan hujau daun

(Dewanto et al., 2013).

Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara utama

lebih dari dua jenis. Dengan kandungan unsur hara Nitrogen 16%, Fosfor 16%, dan

Kalium 16%. Pemberian pupuk NPK terhadap tanah dapat berpengaruh baik pada

kandungan hara tanah dan dapat berpengaruh baik bagi tanaman karena unsur hara

makro yang terdapat dalam unsur hara N, P, dan K diperlukan bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman (Sutedjo, 2002).

Nitrogen, Fosfor, dan Kalium merupakan unsur hara penting dan harus selalu

tersedia bagi tanaman, karena berfungsi sebagai proses metabolisme dan biokimia sel

tanaman (Nurtika dan Sumarni, 1992). Nitrogen sebagai pembangun asam nukleat,

protein, bioenzim dan klorofil (Sumiati,1989). Fosfor sebagai pembangun asam nukleat,

fosfolipid, bioenzim, protein, senyawa metabolik, dan merupakan bagian dari ATP yang

penting dalam transfer energi (Sumiati, 1983). Kalium mengatur keseimbangan ion-ion

dalam sel, yang berfungsi dalam pengaturam sebagai mekanisme metabolik seperti
13

fotosintesis, metabolisme karbohidrat dan translokasinya, sintetik protein berperan

dalam proses respirasi dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama

dan penyakit (Hilman & Noordiyati, 1988).

B. Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui pertumbuhan tanaman yang terkena cahaya dan yang

ternaungi.

2. Untuk mengatahui pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman tanaman kedelai

dan kemangi

3. Untuk mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuahan tanaman

kedelai dan kemangi.

C. Manfaat Praktikum

1. Sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas matakuliah ekologi

tanaman.

2. Sebagai pengetahuan bagi mahasiswa dalam melakukan budidaya tanaman

kedelai dan kemangi dengan perlakuan Pengaruh Pemupukan dan Naungan Serta

Jarak Tanam.

3. Bagi mahasiswa diharapkan hasil praktikum ini dapat dijadikan pertimbangan

ataupun pembelajaran untuk meningkatkan pertumbuhan serta produksi tanaman

kedelai dan kemangi.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kedelai mulai ditanam di Indonesia pada tahun 1750. Tanaman ini

diduga berasal dari China, Manchuria dan Korea (Suprapto, 1999). Kedelai (Glycine

max L.) merupakan komoditas tanaman pangan penghasil protein yang populer

dikalangan masyarakat Indonesia. Berbagai produk makanan olahan kedelai telah

dikenal seperti tahu, tempe, susu dan lain sebagainya. Kebutuhan akan konsumsi

kedelai semakin meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk, meskipun

produksi kedelai pada bulan Juli 2012 mencapai 1,2 juta ton, akan tetapi produksi

kedelai menurun drastis dari target yang telah direncanakan, yaitu sebesar 1,9 juta ton.

Oleh karena itu, kekurangan kedelai dalam negeri hingga kini mencapai 66% yang

harus dipenuhi dari impor terutama dari Amerika (Hidayat, 2012).

Kedelai termasuk kedalam famili Leguminosae yang merupakan sumber pangan

dan pakan, hal ini terbukti dengan kedudukan famili ini di urutan kedua setelah

Graminae (Baharsjah, 1980). Kedelai mampu beradaptasi dengan baik di daerah tropis

atau daerah beriklim panas seperti Indonesia, karena tanaman ini menghendaki hawa

yang cukup panas (Eprim, 2006). Tanaman kedelai merupakan tanaman C3 sehingga

dapat dikembangkan sebagai tanaman sela di bawah tegakan tanaman karet, atau

tanaman industri, atau tumpang sari dengan tanaman semusim lainnya. Kedelai yang

mengalami cekaman intensitas cahaya akibat naungan dapat beradaptasi dengan

mengembangkan berbagai perubahan atau mekanisme pada tingkat morfologi, fisiologi

dan molekuler (Khumaida et al. 2008: Kisman et al,. 2008).


15

Loanda (1999) Fikrianti et al. (2009) menjelaskan bahwa lahan pertanian

perkebunan dapat dimanfaatkan untuk usaha tani lainnya. Apabila penanaman kedelai

secara tumpang sari dengan memamfaatkan lahan di bawah tegakan tanaman

perkebunan atau lahan ternaungi seperti karet dan sawit, maka diharapkan produksi

kedelai dalam negeri akan meningkat. Penanaman varietas kedelai yang tahan cekaman

naungan diharapkan menjadi cara yang lebih efesien untuk mencegah penurunan hasil

biji dilingkungan ternaungi. Pengujian terhadap sejumlah varietas di lingkungan

ternaungi untuk mengetahui perubahan karakter-karakter agronomi perlu dilakukan,

guna mendapatkan varietas tahan naungan.

Hasil penelitian Sundari et al. (2005a) pada tanaman kacang hijau menunjukkan

penaungan 25% menurunkan hasil sebanyak 15,01%, sedangkan naungan 50%

menurunkan hasil sebanyak 56,18%. Penelitian pada tanaman kedelai menunjukkan

bahwa hasil varietas Ijen dan Menyapa merupakan varietas toleran terhadap naungan

(Evita, 2011). Hasil penelitian Yunita (2012) pada tanaman kedelai yang ditanam pada

polybag menunjukkan pemberian naungan 25% tidak menurunkan hasil biji kering

secara nyata. Naungan 50 % dan 75 % menurunkan hasil secara nyata tetapi keduanya

tidak berbeda nyata.

Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja

dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat

diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman

kedelai sebagai berikut :


16

Divisio:Spermatophyta

Classis:Dicotyledoneae

Ordo:Rosales

Familia:Papilionaceae

Genus:Glycine

Species:Glycine max (L.) Merill

Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan

tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya,

yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.

Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar

misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan

kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat

pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua

macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar

tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari

bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu,

misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi. Perkembangan akar kedelai sangat

dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan,

kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air di dalam tanah. Pertumbuhan akar

tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m atau lebih pada kondisi yang optimal,

namun demikian, umumnya akar tunggang hanya tumbuh pada kedalaman lapisan

tanah olahan yang tidak terlalu dalam, sekitar 30-50 cm. Sementara akar serabut dapat

tumbuh pada kedalaman tanah sekitar 20-30 cm. Akar serabut ini mula-mula tumbuh di
17

dekat ujung akar tunggang, sekitar 3-4 hari setelah berkecambah dan akan semakin

bertambah banyak dengan pembentukan akar-akar muda yang lain.

Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari

pangkal akar sampai kotiledon. Hopikotil dan dua keping kotiledon yang masih melekat

pada hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang

berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil.

Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate

dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas

keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate

ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga.

Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman

masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Disamping itu, ada

varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe batang mirip keduanya sehingga

dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi- indeterminate.

Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia

kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun

tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa

pertumbuhan.

Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip

(lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun

diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji.

Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk

varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata,
18

berjumlah antara 190-320 buah/m2. Umumnya, daun mempunyai bulu dengan warna

cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025

mm. Kepadatan bulu bervariasi, tergantung varietas, tetapi biasanya antara 3- 20

buah/mm2. Jumlah bulu pada varietas berbulu lebat, dapat mencapai 3-4 kali lipat dari

varietas yang berbulu normal. Contoh varietas yang berbulu lebat yaitu IAC 100,

sedangkan varietas yang berbulu jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan Mahameru.

Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai, mempunyai dua stadia

tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari

tanaman berkecambah sampai saat berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari

pembentukan bunga sampai pemasakan biji. Tanaman kedelai di Indonesia yang

mempunyai panjang hari rata-rata sekitar 12 jam dan suhu udara yang tinggi (>30° C),

sebagian besar mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu. Tanaman kedelai

termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga.

Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu.

Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama

rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25

bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama

yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi.

Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi dan

kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih

banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga.

Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya

bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada
19

setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap kelompok.

Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan.

Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses

pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat

awal periode pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong,

dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak.

Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji kedelai

mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13

g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas

tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian, sebagian besar

biji berbentuk bulat telur. Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji

dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang

berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang

kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji.

Tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen (N2) di atmosfer melalui aktivitas

bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam

akar tanaman yang diberi nama nodul atau bintil akar. Keberadaan Rhizobium

japonicum di dalam tanah memang sudah ada karena tanah tersebut ditanami kedelai

atau memang sengaja ditambahkan ke dalam tanah. Nodul atau bintil akar tanaman

kedelai umumnya dapat mengikat nitrogen dari udara pada umur 10 – 12 hari setelah

tanam, tergantung kondisi lingkungan tanah dan suhu.


20

Kelembaban tanah yang cukup dan suhu tanah sekitar 25°C sangat mendukung

pertumbuhan bintil akar tersebut. Perbedaan warna hijau daun pada awal pertumbuhan

(10 – 15 hst) merupakan indikasi efektivitas Rhizobium japonicum. Namun demikian,

proses pembentukan bintil akar sebenarnya sudah terjadi mulai umur 4 – 5 hst, yaitu

sejak terbentuknya akar tanaman. Pada saat itu, terjadi infeksi pada akar rambut yang

merupakan titik awal dari proses pembentukan bintil akar. Oleh karena itu, semakin

banyak volume akar yang terbentuk, semakin besar pula kemungkinan jumlah bintil

akar atau nodul yang terjadi.

Kemangi (Oncimum sanctum) merupakan salah satu tanaman herbal yang

digunakkan untuk manfaat kesehatan. Tanaman herbal ini awalnya diperkenalkan di

India dan sekarang telah menyebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kemangi

dikenal dengan nama daerah Saraung (Sunda), Lampes (Jawa Tengah), Kemangek

(Madura), Uku-uku (Bali), Lufe-lufe (Ternate), Hairy Basil (Inggris). Kemangi

memiliki aroma wangi dan rasa yang menarik. Kemangi memiliki khasiat mengobati

penyakit seperti perut kembung, demam, melancarkan ASI, rematik, sariawan, dan juga

sebagai anti jamur (Dewi, 2008).

Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daun kemangi dan

menjadikannya sebagai lalapan saat makan. Namun produk pangan olahan dari daun

kemangi masih terbilang kecil, oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan produk

berbahan daun kemangi. Salah satunya adalah minuman ekstraksi dari daun kemangi.

Dalam pembuatan minuman daun kemangi digunakan pemanasan dengan suhu 60oC

dan 80oC. Pemanasan dengan suhu terlalu tinggi dapat menurunkan mutu dan merusak

komponen yang ada didalamnya (Manoi, 2006).


21

Adapun klasifikasi dari Kemangi (Ocimun sanctum), yaitu :

Kingdom: kingdom Plantae

Subkingdom: Tracheobionta

Super Divisi: Spermatophyta,

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Sub kelas: Asteridae

Ordo: Lamiales

Famili: Lamiaceae

Genus: Ocimum

Spesies: Ocimum sanctum.

Morfologi tanaman kemangi :

Herba tegak, tinggi tanaman antara 0,3-0,6 m. Batang muda berwarna hijau dan

setelah tua berwarna kecoklatan; terdapat bulu halus. Letak daun berhadapan, tangkai

daun berwarna hijau dan panjangnya antara 0,5-2 cm; helaian daun berbentuk bulat

telur, ujungnya meruncing, tampak menggelombang; pada sebelah menyebelah ibu

tulang daun terdapat 3-6 tulang cabang; tepi daun sedikit bergerigi; terdapat bintik-

bintik serupa kelenjar. Bunga semu terdiri dari 1-6 karangan bunga, berkumpul menjadi

tandan; terletak di bagian ujung batang, cabang, atau ranting tanaman; panjang

karangan bunga mencapai 25 cm dengan 20 kelompok bunga. Daun pelindung elips

atau bulat telur, panjang antara 0,5-1 cm. Kelopak bunga hijau, berambut, disebelah

dalam lebih rapat dan bergigi tak beraturan. Daun mahkota berwarna putih, berbibir

dua. Bibir atas bertaju 4, bibir bawah utuh. Tangkai kepala putik ungu, sedangkan
22

tangkai kepala sari dan tepung sari berwarna putih. Tangkai dan kelopak buah letaknya

tegak, melekat pada sumbu dari karangan bunga. Biji buah kemangi kecil, keras,

berwarna kehitaman. Secara keseluruhan tandan bunga dan buah, tampak hijau

keputihan dan tidak mencolok (Pitojo, 1996).

Kandungan senyawa yang terdapat pada kemangi adalah senyawa fenolik, yaitu,

cirsimaritin, cirsilineol, apigenin, isotymusin, tanin dan asam rosmanirat, dan jumlah

yang cukup besar dari eugenol (komponen utama minyak astiri) (Singh, dkk. 2012).

Daun kemangi kaya akan mineral makro yaitu kalsium, fosfor, dan magnesium, juga

mengandung betakoraten dan vitamin C. daun kemangi juga mengandung komponen

non gizi antara lain senyawa flavonoid dan eugenol, boron, anetol, arginine dan minyak

atsiri. Komposisi yang terkandung di dalam kemangi antara lain grotenoid 19,77 ±

0,01% dan total flavonoid 1,87 ± 0,02% (Bhattacharya, dkk. 2014).

Tanaman kemangi cocok hidup ditanah subur, gembur dan cukup tersedia air.

Namun demikian tanaman kemangi dapat tumbuh ditanah darat yang kurang subur.

Sistem perakaran tanaman yang tumbuh menahun, jauh masuk kedalam tanah. Pada

saat tanaman masih muda, tingkat kesuburan dilapisan tanah bagian atas sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan kemangi. Kadangkala kemangi ditemukan tumbuh

liar di tegalan, kebun, bahkan di bekas pembuangan sampah yang telah mengalami

pelapukan sempurna. Tanaman kemangi cocok untuk dibudidayakan didaerah panas

beriklim agak lembab. Kemangi dapat tumbuh baik didataran rendah hingga 1100 m

dpl. Tanaman kemangi menyukai tempat terbuka dan mendapat sinar matahari (Pitojo,

1996)
23

Istilah alelopati (alelopathy) pertama kali dikemukakan oleh Hans Molisch

tahun 1937. Alelopati berasal dari kata allelon (saling) dan pathos (menderita). Bahan

kimia yang dikeluarkan oleh tanaman yang dapat mengganggu tanaman lain disebut

alelopat. Alelopat ialah salah satu alternatif untuk pengendalian gulma, karena dapat

dimanfaatkan sebagai bioherbisida (Junaedi et al., 2006). Tanaman sering melepaskan

metabolit yang mungkin menguntungkan atau merugikan pertumbuhan tanaman lain di

sekitarnya, fenomena ini disebut alelopati. Senyawa alelopat merupakan senyawa dari

golongan fenolik, terpenoida dan alkaloida yang dapat mengahalau serangga atau

menghambat pertumbuhan dari tumbuhan-tumbuhan yang bersaing (Moenandir, 2010).

Senyawa tersebut dapat dilepaskan dari tanaman ke lingkungan dengan cara empat

proses ekologi, yaitu melalui penguapan, senyawa alelopat dapat dilepaskan melalui

penguapan dan dapat dierap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, embun.

Selanjutnya melalui pencucian, alelopat dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan

yang berada di atas permukaan tanah mengandung alelopat oleh air hujan. Kemudian

melalui dekomposisi residu tanaman di tanah, setelah tumbuhan atau bagian-bagian

organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat.

Sel-sel pada bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya dan

dengan mudah senyawa kimia yang ada di dalamnya dilepaskan.

Proses lainnya yaitu melalui eksudasi akar, terdapat senyawa kimia yang dapat

dilepaskan oleh akar tumbuhan melalui perantara tanah sehingga dapat diserap oleh

tanaman lain yang ada di sekitarnya, senyawa tersebut yaitu asam benzoat, sinamat dan

fenolat. Warnell (2002) mendefinisikan alelopati sebagai suatu kandungan bahan kimia

yang bersifat aktif maupun pasif yang dibebaskan ke lingkungannya sehingga


24

mempengaruhi organisme lainnya. Hasil penelitian lainnya telah dilaporkan bahwa

senyawa alelopati juga dapat merusak dan menghambat pertumbuhan tanaman

penghasil senyawa alelopati itu sendiri yang disebut dengan autotoksik

(Hasanuzzaman, 1995).

Senyawa alelopati kebanyakan dikandung pada jaringan tanaman, seperti akar,

ubi, rhizome, batang, daun, bunga, buah dan biji yang dikeluarkan tanaman melalui

cara penguapan, eksudasi akar dan pelapukan sisa-sisa tanaman (Moenandir, 1988)

yang mampu mengganggu pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya. Beberapa senyawa

yang diidentifikasi sebagai alelopati adalah flavanoid, tanin, asam fenolat, asam ferulat,

kumarin, terpenoid, stereoid, sianohidrin, quinon, asam sinamik dan derivatnya

(Fatmawati, 2012). Penyusun senyawa alelopati terdiri atas senyawa terpenoid yang

terbagi dalam beberapa kelompok seperti 1,8-cineole, camphor, α-pinen, β-pinen,

champene dan tujon. Selain itu terdapat juga senyawa alelopati yang larut dalam air

seperti o-asam koumarik, p-OH asam benzoad yang terdiri atas asam vanilik dan asam

ferulik (Djazuli, 2011). Bentuk aksi senyawa alelopati sangat bervariasi dan besarnya

belum semuanya diketahui.

Pupuk NPK 16:16:16 merupakan salah satu pupuk anorganik majemuk yang

mengandung unsur hara makro dan mikro. pupuk NPK mutiara 16:16:16 mengandung

3 unsur hara makro dan 2 unsur hara mikro. unsur hara tersebut adalah Nitrogen 16%,

Phospat 16%, Kalium 16%, Kalsium 6% dan Magnesium 0,5%. Pupuk ini bersifat

hidroskopis atau mudah larut sehingga mudah diserap oleh tanaman dan bersifat netral

atau tidak mengasamkan tanah (Pahan, 2013). Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 dapat

menjadi solusi alternatif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman sayuran


25

khususnya. Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 merupakan pupuk anorganik yang dapat

menambah unsur hara didalam tanah dn bersifat lebih cepat tersedia sehingga langsung

dapat diserap tanaman setelah larut dalam air.

Pupuk NPK Mutiara adalah salah satu jenis pupuk majemuk yang mengandung

unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman. Pupuk ini berbentuk butiran granul

berwarna biru pudar yang biasanya dikemas dalam kemasan plastik. Pupuk NPK

Mutiara dibuat menggunakan proses Odda melalui pelarutan batuan fosfat

menggunakan asam nitrat (Manalu, 2019)

Pupuk majemuk NPK terkandung tiga unsur hara makro yaitu N, P, dan K

ketiga unsur hara ini mempunyai peranan yang penting untuk pertumbuhan dan hasil

bawang merah. Unsur hara NPK mutiara Nitrogen (N) untuk merangsang pertumbuhan

secara keseluruhan khususnya daun, berperan dalam pembentukan hijau daun yang

diperlukan dalam fotosintesis, membentuk protein, lemak dan senyawa organik, Fosfor

(P) merangsang pertumbuhan akar, sebagai bahan mentah untuk pembentukan protein

tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan.


III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian,

Universitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin Nasution, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan

Bukit Raya, Pekanbaru. Praktikum ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan

Oktober sampai bulan Desember 2022.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih kedelai, kemangi, NPK

organik, pupuk NPK 16:16:16, pupuk kandang, dolomit. Sedangkan alat yang digunakan

pada praktikum ini adalah cangkul, garu, meteran, timbangan, gembor, gunting, pipet,

tali raffia, seng plat, cutter, alat tulis.

C. Metode Pengambilan Data

1. Tinggi tanaman (cm)

Pengambilan data tinggi tanaman untuk tanaman kemangi dan kedelai edamame,

dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu dan selanjutnya dilakukan dengan interval 1

minggu sekali sampai akhir pertumbuhan vegetatif (sampai umur berbunga).

Pengukuran dilakukan dari pangkal batang yang diberi tanda ajir standar sebagai patok

dasar pengukuran dan diukur sampai titik tumbuh tertinggi tanaman.


27

2. Jumlah Daun

Pengambilan data Jumlah daun dilakukan pada tanaman edamame, dilakukan

saat tanmaan berumur 1 minggu dengan interval 1 minggu sekali. Pengamatan dilakukan

sampai tanaman dipanen

3. Jumlah Cabang

Pengambilan data Jumlah cabang dilakukan pada tanaman kemangi, dilakukan

terhadap tanaman sampel setelah panen, dengan cara menghitung jumlah cabang pada

tanaman kemangi.

4. Jumlah Buah

Pengambilan data jumlah buah dilakukan pada tanaman kedelai edamame

terhadap tanaman sampel setelah dipanen, dengan cara menghitung jumlah buah yang

terdapat pada tanaman kedelai.

5. Jumlah Polong

Pengambilan data jumlah polong, dilakukan pada tanaman kedelai edamame

dengan menghitung polong dari buah per tanaman. Polong kedelai terlihat secara

morfologi dari buah sehingga mudah dalam melakukan penghitungan.

6. Warna Daun

Pengambilan data warna daun dilakukan pada tanaman edamame, setelah

dilakukan pembungkusan/naungan dengan menggunakan kertas karbon selama 1

minggu, pengambilan data warna daun cukup melihat kondisi daun.

7. Luas Daun

Pengambilan data luas dilakukan pada tanaman ademame, tanaman ademame


28

yang tealh dipanen lalu ukur berapa luas daun pada tanaman ademame.

8. Berat Buah

Pengambilan data Berat buah dilakukan pada tanaman edamame terhadap

tanaman sampel setelah dipanen, dengan cara ditimbang menggunakan timbangan

analitik.

D. Pelaksanaan Praktikum

8. Persiapan dan pengolahan lahan

Tahap awal sebelum dilakukannya kegiatan praktikum yaitu persiapan dan

pengolahan lahan kegiatan dimulai dari pembersihan lahan dari gulma dan juga sampah

yang berada di sekitar lahan selanjutnya jika sudah bersih maka dilakukan

penggemburan tanah dengan cara mencangkul hingga tanah gembur.

9. Pembuatan plot

Pembuatan plot dilakukan setelah penggemburan tanah selesai, pembuatan plot

dengan ukuran 2,5x1 m yang bertujuan untuk memudahkan menentukan jarak tanam dan

memudahkan perawatan tanaman.

10. Pembuatan ekstrak alelopati

Pembuatan ekstrak alelopati dengan memotong bahan berupa daun matoa dan

rimbang sampai berukuran kecil, Ditumbuk/ dibender daun rimbang yang sudah

berukuran kecil hingga halus, dengan menambahkan 1 L air. Disaring hasil blenderan

menggunakan kain serbet, Dimasukkan hasil saringan ke dalam botol Disimpan selama

satu malam.
29

11. Pemberian pupuk dasar

Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk organik (pupuk kandang) dan dolomit

yang telah disediakan. Pemberian dilakukan saat setelah selesai pembuatan plot dengan

dosis pupuk organik sebanyak 2 kg dan dolomit 400 g per plot.

12. Penanaman

Penanaman kedalai edamame dengan jarak 20cmx20cm dan ditanam pada bagian

tengah penanaman dilakukan dengan membuat lubang dengan dalam kurang lebih 5cm

dan tanaman kemangi ditanam pada bagian tepi kiri dan tepi kanan plot dengan jarak

tanam 20 cm per tanaman. Selain penanaman di plot, dilakukan juga penanaman pada

tanaman kacang ijo di 6 cup aquagelas untuk dilakukan perlakuan alelopati ekstrak daun

rimbang dan ekstrak daun matoa matoa.

13. Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada tanaman diawali dengan menimbang pupuk NPK

16:16:16 dan NPK organik sesuai perlakuan. Pupuk NPK organik diberikan 5 gr per

tanaman dan pupuk NPK anorganik sebanyak 10 g (pada tanaman yang berbeda).

Pemupukan dilakukan dengan membuat lingkaran pada tanaman. Pemupukkan awal

tanaman kemangi berumur 21 hst dan 35 hst, dengan pemberian dosis sesuai dengan

perlakuan.

14. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi kelembaban tanah, biasanya

dilakukan pada pagi dan sore hari sampai tanaman panen. Hal ini menyangkut
30

ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman. Penyiraman dilakukan menggunakan

gembor.

b. Penyiangan

Penyiangan dilakukan 1 minggu setelah tanam (HST). Gulma yang tumbuh

disekitar tanaman dicabut menggunakan tangan, sedangkan gulma yang tumbuh di

sekitar penelitian menggunakan cangkul.

c. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan mempraktekkan strategi

pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Beberapa komponen pengendalian

hama dan penyakit dilakukan selama praktikum yaitu dengan cara sanitasi lahan,

penyemprotan fungisida dan pengaturan jarak tanam.

15. Panen

Panen tanaman kemangi pada praktikum ini dilakukan pada umur 56 hst dan

untuk tanaman kedelai edamame dipanen edamame dipanen sekitar umur dua bulan

setelah tanam, dimana biji masih segar, polong terisi penuh dengan warna polong masih

hijau. Pemanenan polong kedelai edamame biasanya tidak dilakukan serentak, yang

pertama dipanen adalah polong yang besar dan berisi penuh.

E. Parameter Pengamatan

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman diamati untuk tanaman kemangi dan kedelai

edamame, dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu dan selanjutnya dilakukan dengan

interval 1 minggu sekali. Pengukuran dilakukan dari pangkal batang yang diberi tanda
31

ajir standar sebagai patok dasar pengukuran dan diukur sampai titik tumbuh tertinggi

tanaman. Data disajikan dalam bentuk tabel

2. Jumlah Daun

Pengaamatan Jumlah daun dilakukan pada tanaman edamame, dilakukan saat

tanmaan berumur 1 minggu dengan interval 1 minggu sekali. Dengan menghitung

jumlah daun secara manual. Pengamatan dilakukan sampai tanaman dipanen. Data

disajikan dalam bentuk tabel.

3. Jumlah Cabang

Pengamatan Jumlah cabang dilakukan pada tanaman kemangi, dengan cara

menghitung jumlah cabang pada tanaman kemangi yang telah dipanen dari sampel yang

sudah ditentukan. Data disajikan dalam bentuk tabel

4. Jumlah Buah

Pengamatan jumlah buah dilakukan pada tanaman kedelai edamame terhadap

tanaman sampel setelah dipanen, dengan cara menghitung jumlah buah yang terdapat

pada tanaman kedelai. Data disajikan dalam bentuk tabel

5. Jumlah Polong

Pengamatan jumlah polong, dilakukan pada tanaman kedelai edamame dengan

menghitung polong dari buah per tanaman. Polong kedelai terlihat secara morfologi dari

buah sehingga mudah dalam melakukan penghitungan. Data disajikan dalam bentuk

table.
32

6. Warna Daun

Pengamatan warna daun dilakukan pada tanaman edamame, setelah dilakukan

pembungkusan/naungan dengan menggunakan kertas karbon selama 1 minggu,

pengamatan warna daun cukup melihat kondisi daun. Data disajikan dalam bentuk tabel

7. Luas Daun

Pengambilan data luas dilakukan pada tanaman ademame, tanaman ademame

yang tealh dipanen lalu ukur berapa luas daun pada tanaman ademame. Data disajikan

dalam bentuk tabel.

8. Berat Buah

Pengamatan Berat buah dilakukan pada tanaman edamame terhadap tanaman

sampel setelah dipanen, dengan cara ditimbang menggunakan timbangan analitik. Data

disajikan dalam bentuk tabel.

9. Pengamatan parameter tanaman kacang hijau yang diberi alelopati

Pengamatan tanaman kacang hijau yang tealah diberi alelopati yang berasal dari

ekstrak daun rimbang dengan matoa. Pengamatannya terdiri dari panjang akar, panjang

batang dan jumlah daun.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman

Tabel 1. Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai Edamame dan Kemangi

Tanaman Edamame Sampel Tinggi Tanaman (cm)


Pengamatan I Sampel 1 10,5
Sampel 2 10
21/10/2022 Sampel 3 11
Sampel 4 11
Pengamatan II Sampel 1 14
Sampel 2 16
28/10/2022 Sampel 3 12,5
Sampel 4 14
Pengamatan III Sampel 1 17
Sampel 2 19
4/11/2022 Sampel 3 14
Sampel 4 17
Pengamatan IV Sampel 1 25
Sampel 2 26
25/11/2022 Sampel 3 22
Sampel 4 27

Hasil pengamatan pada tinggi tanaman kedelai edamame mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang baik terlihat dari bertambahnya tinggi tanaman

setiap minggunya. Pada pengamatan pertama sampel 3 dan 4 lebih tinggi dari sampel

lainnya yaitu 11 cm, pada pengamatan kedua sampel 2 lebih tinggi dari sampel lainnya

dengan tinggi 16 cm, pada pengamatan ketiga sampel 2 lebih tinggi dari sampel lainnya

dengan tinggi 19 cm, pada pengamatan keempat sampel 4 lebih tinggi dari sampel

lainnya dengan tinggi 27 cm.


34

Tanaman Kemangi Sampel Tinggi Tanaman (cm)


Pengamatan I Sampel 1 18
Sampel 2 19,5
21/10/2022 Sampel 3 22
Sampel 4 19
Pengamatan II Sampel 1 24,5
Sampel 2 22
28/10/2022 Sampel 3 22
Sampel 4 19
Pengamatan III Sampel 1 22
Sampel 2 21
4/11/2022 Sampel 3 23
Sampel 4 20
Pengamatan IV Sampel 1 23
Sampel 2 24
25/11/2022 Sampel 3 26
Sampel 4 28

Ket: Sampel 1dan 2 Pemupukan NPK An-organik secara berlebih

Sampel 3 dan 4 pemupukan NPK Organik Sesuai Anjuran

Hasil Pengamatan pada tinggi tanaman Kemangi yang diberi perlakuan pupuk,

mengalami perbedaan pertumbuhan. Terlihat bahwa tanaman kemangi yang diberi

pupuk NPK organik sesuai dosis anjuran yaitu 5g mengalami pertumbuhan yang lebih

baik dari pertumbuhan tanaman kemangi yang dipupuk NPK An-organik secara berlebih

(10 g). Dari hasil pengamatan terakhir didapati hasil bahwa tanaman kemangi yang

diberi perlakuan pupuk NPK anorganik secara berlebih memiliki tinggi 23 cm dan 24

cm, sedangkan untuk tanaman kemangi yang diberi perlakuan pupuk NPK organik

sesuai anjuran mengalami pertumbuhan yang lebih baik yaitu dengan tinggi 26 cm dan

28 cm. Pemberian pupuk NPK organik dengan dosis 5 g lebih baik terhadap

pertumbuhan tinggi tanaman karena kandungannya yang merangsang pertumbuhan

tanaman menjadi baik. Pupuk NPK anorganik dengan dosis 10 g yang diberikan pada
35

tanaman kemangi, mengalami pertumbuhan yang terhambat hal ini karena berlebihnya

pupuk sehingga membuat mengerasnya tanah dan membuat tidak maksimalnya

pertumbuhan tanaman kemangi.

B. Jumlah Cabang

Tabel 2. Pengamatan Jumlah Cabang Kedelai Edamame dan Kemangi

1. Jumlah cabanag kedelai edamame

Tanggal/Bulan/Tahun Sampel Jumlah Cabang


Sampel 1 4
2/12/2022 Sampel 2 6
Sampel 3 5
Sampel 4 7

Hasil pengamatan pada jumlah cabang tanaman kedelai edamame memiliki

jumlah cabang yang berbeda pada setiap sampelnya. Pada sampel 1 tanaman kedelai

edamame memiliki jumlah cabang sebanyak 4 cabang, Pada sampel 2 tanaman kedelai

edamame memiliki jumlah cabang sebanyak 6 cabang, Pada sampel 3 tanaman kedelai

edamame memiliki jumlah cabang sebanyak 5 cabang dan Pada sampel 4 tanaman

kedelai edamame memiliki jumlah cabang sebanyak 7 cabang. Sehingga tanaman

kedelai edamame yang memiliki jumlah cabang terbanyak terdapat pada sampel 4.

Faktor yang mempengaruhi jumlah cabang tanaman edamame dipengaruhi oleh

pemberian pupuk pada tanaman kedelai edamame, sehingga perkembangan tanaman

menjadi baik. Pemberian pupuk pada tanaman edamame dengan dosis yang sama,

sehingga perbedaan jumlah cabang tidak terlalu berbeda dengan tanaman edamame

lainnya. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya umur tanaman maka semakin
36

tinggi tanaman dan dapat meningkat jumlah unsur hara yang dibutuhkan lebih baik.

Unsur hara yang cukup dan seimbang akan mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman,

baik batang, cabang maupun daun. Ketersediaan unsur hara tersebut dapat berasal dari

pupuk organik seperti pupuk NPK organik.

2. Jumlah cabang kemangi

Tanggal/Bulan/Tahun Sampel Jumlah Cabang


Sampel 1 9
2/12/2022 Sampel 2 8
Sampel 3 21
Sampel 4 14
Ket: Sampel 1dan 2 Pemupukan NPK An-organik secara berlebih

Sampel 3 dan 4 pemupukan NPK Organik Sesuai Anjuran

Hasil Pengamatan pada jumlah cabang tanaman Kemangi yang diberi perlakuan

pupuk, mengalami perbedaan jumlah cabang yang signifikan . Terlihat bahwa tanaman

kemangi yang diberi pupuk NPK organik sesuai dosis anjuran memiliki jumlah cabang

yang lebih banyak dari jumlah cabnag tanaman kemangi yang dipupuk NPK An-organik

secara berlebih. Dari hasil pengamatan didapati hasil bahwa tanaman kemangi yang

diberi perlakuan pupuk NPK anorganik secara berlebih memiliki jumlah cabang

sebanyak 9 pada sampel 1 dan 8 pada sampel 2, sedangkan untuk tanaman kemangi yang

diberi perlakuan pupuk NPK organik sesuai anjuran memiliki jumlah cabang yang lebih

banyak yaitu dengan jumlah cabang sabanyak 21 pada sampel 3 dan 14 pada sampel 4.

Faktor yang mempengaruhi jumlah cabang tanaman edamame dipengaruhi oleh

pemberian pupuk pada tanaman kedelai edamame, sehingga perkembangan tanaman

menjadi baik. Pemberian pupuk pada tanaman edamame dengan dosis yang sama,

sehingga perbedaan jumlah cabang tidak terlalu berbeda dengan tanaman edamame
37

lainnya. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya umur tanaman kemangi maka

semakin tinggi tanaman dan dapat meningkat jumlah unsur hara yang dibutuhkan lebih

baik. Unsur hara yang cukup dan seimbang akan mendukung pertumbuhan vegetatif

tanaman, baik batang, cabang maupun daun. Hasil penelitian Gigir dkk (2014),

pertumbuhan tanaman dalam hal ini jumlah cabang sangat ditentukan oleh jumlah hara

tersedia dalam tanah. Tanaman pada pertumbuhan awal (vegetatif) sangat membutuhkan

unsur hara dalam pembentukan jaringan. Ketersediaan unsur hara tersebut dapat berasal

dari pupuk organik seperti pupuk NPK organik.

C. Jumlah Daun

Tabel 3. Pengamatan Jumlah daun Kedelai Edamame

Tanaman Edamame Sampel Jumlah daun (Helai)


Pengamatan I Sampel 1 5
Sampel 2 8
21/10/2022 Sampel 3 8
Sampel 4 8
Pengamatan II Sampel 1 8
Sampel 2 11
28/10/2022 Sampel 3 11
Sampel 4 14
Pengamatan III Sampel 1 12
Sampel 2 9
4/11/2022 Sampel 3 14
Sampel 4 11
Pengamatan IV Sampel 1 23
Sampel 2 21
25/11/2022 Sampel 3 18
Sampel 4 18

Hasil pengamatan pada jumlah daun tanaman kedelai edamame mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang baik terlihat dari bertambahnya jumlah daun
38

tanaman edamame setiap minggunya. Pada pengamatan pertama sampel 2, 3 dan 4

memiliki jumlah daun lebih banyak dari sampel lainnya yaitu 8 helai, pada pengamatan

kedua sampel 4 memiliki jumlah daun lebih banyak dari sampel lainnya yaitu 14 helai,

pada pengamatan ketiga sampel 3 memiliki jumlah daun lebih banyak dari sampel

lainnya yaitu 14 helai, pada pengamatan keempat sampel 1 memiliki jumlah daun lebih

banyak dari sampel lainnya yaitu 23 helai. Faktor yang mempengaruhi jumlah daun

tanaman edamame dipengaruhi oleh pemberian pupuk pada tanaman kedelai edamame,

sehingga perkembangan tanaman menjadi baik. Pemberian pupuk pada tanaman

edamame dengan dosis yang sama, sehingga perbedaan jumlah daun tidak terlalu

berbeda dengan tanaman edamame lainnya.

D. Jumlah Buah

Tabel 4. Pengamatan Jumlah Buah Kedelai Edamame

Tanggal/Bulan/Tahun Sampel Jumlah Buah


Sampel 1 9
Sampel 2 7
16/12/2022 Sampel 3 5
Sampel 4 8

Hasil pengamatan pada jumlah buah tanaman kedelai edamame memiliki jumlah

buah yang berbeda pada setiap sampelnya. Pada sampel 1 tanaman kedelai edamame

memiliki jumlah buah sebanyak 9 buah, Pada sampel 2 tanaman kedelai edamame

memiliki jumlah buah sebanyak 7 buah, Pada sampel 3 tanaman kedelai edamame

memiliki jumlah buah sebanyak 5 buah dan Pada sampel 4 tanaman kedelai edamame

memiliki jumlah buah sebanyak 8 buah. Sehingga tanaman kedelai edamame yang

memiliki jumlah buah terbanyak terdapat pada sampel 1. Faktor yang mempengaruhi
39

jumlah buah tanaman edamame dipengaruhi oleh pemberian pupuk pada tanaman

kedelai edamame, sehingga perkembangan tanaman menjadi baik. Pemberian pupuk

pada tanaman edamame dengan dosis yang sama, sehingga perbedaan jumlah buah tidak

terlalu berbeda dengan tanaman edamame lainnya.

E. Jumlah Polong

Tabel 5. Pengamatan Jumlah Polong Kedelai Edamame

Tanaman Edamame Sampel Jumlah Polong


Pengamatan I Sampel 1 17
Sampel 2 11
21/10/2022 Sampel 3 8
Sampel 4 15

Hasil pengamatan pada jumlah polong tanaman kedelai edamame memiliki

jumlah polong yang berbeda pada setiap sampelnya. Pada sampel 1 tanaman kedelai

edamame memiliki jumlah polong sebanyak 17, Pada sampel 2 tanaman kedelai

edamame memiliki jumlah polong sebanyak 11, Pada sampel 3 tanaman kedelai

edamame memiliki jumlah polong sebanyak 8 dan Pada sampel 4 tanaman kedelai

edamame memiliki jumlah polong sebanyak 15. Sehingga tanaman kedelai edamame

yang memiliki jumlah polong terbanyak terdapat pada sampel 1. Faktor yang

mempengaruhi jumlah polong tanaman edamame dipengaruhi oleh pemberian pupuk

pada tanaman kedelai edamame, sehingga perkembangan tanaman menjadi baik.

Pemberian pupuk pada tanaman edamame dengan dosis yang sama, sehingga perbedaan

jumlah polong tidak terlalu berbeda dengan tanaman edamame lainnya.


40

F. Warna Daun

Tabel 6. Pengamatan Warna Daun Kedelai edamame

Tanaman Edamame Sampel Warna daun


Pengamatan I Sampel 1 Coklat tua
Sampel 2 Hijau kekuningan
21/10/2022 Sampel 3 Hijau pucat
Sampel 4 Hijau
Keterangan:

Sampel I daun ditutup penuh/seluruhnya dengan menggunakan kertas karbon.

Sampel II daun ditutup setengahnya dengan menggunakan kertas karbon.

Sampel III daun ditutup seperempatnya dengan menggunakan kertas karbon.

Sampel IV Tanpa naungan.

Hasil Pengamatan pada warna daun tanaman kedelai edamame yang diberi

perlakuan naungan, memiliki perbedaan pada warna daun yang berbeda-beda. Terlihat

bahwa pada sampel 1 daun ditutup penuh/seluruhnya dengan kertas karbon memiliki

warna daun coklat tua, pada sampel 2 daun ditutup setengahnya dengan menggunakan

kertas karbon memiliki warna daun hijau kekuningan, pada sampel 3 daun ditutup

seperempatnya dengan menggunakan kertas karbon memiliki warna hijau pucat dan

pada sampel 4 tanpa naungan memiliki warna daun hijau segar.

G. Berat Buah

Tabel 7. Pengamatan Berat Buah Kedelai Edamame

Tanaman Edamame Sampel Berat Buah (g)


Pengamatan I Sampel 1 13
Sampel 2 15
21/10/2022 Sampel 3 9
Sampel 4 15
41

Hasil pengamatan pada berat buah tanaman kedelai edamame memiliki berat

yang berbeda pada setiap sampelnya. Pada sampel 1 tanaman kedelai edamame memiliki

berat buah 13 gram, Pada sampel 2 tanaman kedelai edamame memiliki berat buah 15

gram, Pada sampel 3 tanaman kedelai edamame memiliki berat buah 9 gram dan Pada

sampel 4 tanaman kedelai edamame memiliki berat buah 15 gram . Sehingga tanaman

kedelai edamame yang memiliki berat buah terberat yaitu terdapat pada sampel 2 dan 4

serta berat buah terendah terdapat pada sampel 3 yaitu 9 gram. Faktor yang

mempengaruhi berat buah tanaman edamame dipengaruhi oleh pemberian pupuk pada

tanaman kedelai edamame, sehingga perkembangan buah tanaman menjadi baik.

Pemberian pupuk pada tanaman edamame dengan dosis yang sama, sehingga perbedaan

berat buah tidak terlalu berbeda dengan tanaman edamame lainnya.

H. Pengamatan Parameter Tanaman Dengan Alelopati

Tabel 8. Pengamatan tinggi tanaman, panjang akar dan jumlah daun tanaman dengan

alelopati

Perlakuan Alelopati Tinggi Tanaman Panjang Akar Jumlah Daun

Ekstrak Daun Rimbang 23 cm 21 cm 15 Helai

Ekstrak Daun Matoa 19 cm 18 cm 12 Helai

Perlakukan alelopati dengan memberikan ekstrak sebanyak 5 ml pada setiap cup.

Dari tabel diatas dapat dilihat perbandingan pertumbuhan tanaman yang diberi ekstrak

daun rimbang dan ekstrak daun matoa. Pertumbuhan tanaman yang lebih terhambat

terdapat pada tanaman yang diberi perlakuan ekstrak daun matoa, dengan tinggi 19 cm
42

dan panjang akar 18 cm, dan tinggi serta panjang tanaman yang lebih besar terdapat

pada perlakuan ekstrak daun rimbang dengan tinggi tanaman 23 cm dan panjang akar 21

cm. Jumlah daun pada tanaman yang diberikan ekstrak daun rimbang adalah 15 helai

dan Jumlah daun pada tanaman yang diberikan ekstrak daun matoa adalah 12 helai.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pemberian pupuk NPK memberi pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman,

jumlah tangkai daun pertanaman, berat batang, berat daun, berat bonggol dan akar serta

berat biomassa tanaman. Dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk NPK dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman edamame dan kemangi. Naungan memberikan

pengaruh yang nyata terhadap berat kering tanaman, berat daun khas, laju asimilasi

bersih, indeks luas daun, laju pertumbuhan tanaman, dan jumlah polong per rumpun.

Kultivar memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat daun dan jumlah polong per

rumpun. Jarak tanam dapat mempengaruhi hasil, karena dengan populasi tanaman yang

berbeda akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang berbeda pula. Peningkatan jarak

tanam sampai tingkat tertentu, hasil per satuan luas dapat meningkat sedangkan hasil

tiap tanaman dapat menurun.

B. Saran

Dalam melakukan suatu percoban perlu perawatan yang baik dan efektif supaya

pertumbuhan tamanan Bawang Merah yang bagus dan sebaiknya pada kegitan

peratikum ini harus lebih giat lagi untuk menjalankan supaya mendapatakan hasil

produksi yang maksimal.


44

DAFTAR PUSTAKA

Adie, M. M, dan A. Krisnawati. 2016. Biologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian


Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang.

Aep.,Wawan, dan Irwan. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) merill).
Universitas Padjadjaran Jatinangor. Bandung.

Anita, S dan D. Anjana. 2013. Allelopathic Effects of Aqueous Extract of Leaves of


Mikania micrantha H.B.K. on Seed Germination and Seedling Growth of Oryza
sativa L. and Raphanus sativus L. J Scientic World, 11 (11) : 90 – 93.

Dewanto, Frobel G, dkk. 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik terhadap
Produksi Tanaman Jagung sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek (“Zootek”
Journal), Vol.32, No. 5.

Dewi, W. R., 2011, Formulasi Sediaan Gel Antiseptik Tangan Dari minyak Atsiri
Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia galangal (L.) Swartz.) Skripsi, Universitas
Islam Indonesia.

Djazuli, M. 2011. Alelopati pada beberapa Tanaman Perkebunan dan Teknik


Pengendalian serta Prospek Pemanfaatannya. J Perspektif. 10 (1) : 44 – 50.

Eprim, Y.S. 2006. Periode Kritis Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.) terhadap
Kompetisi Gulma pada beberapa Jarak Tanam di Lahan AlangAlang (Imperata
cylindrica (L.) Beauv.). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor 46-48.

Hasnah. 2003. Pengaruh Nungan terhadap Pertumbuhan Kedelai dan Kacang Tanah.
Jurnal Agromet 8(1):21-40.
45

Hakim, N.A. 2013. Perbedaan Kualitas dan Pertumbuhan Benih Edamame Varietas
Ryoko yang Diproduksi di Ketinggian Tempat yang Berbeda di Lampung. Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan 13(1):8-12.

Handriawan, A., D. W. Respatie, dan Tohari. 2016. Pengaruh Intensitas Naungan


terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kedelai (Glycine max (L.) Merrill)
di Lahan Pasir Pantai Bugel, Kulon Progo. Jurnal Vegetalika 5(3):1-14

Hidayat, N. 2018. Pertumbuhan dan Produksi kacang Tanah (Arachis hypogea L.)
varietas Lokal Madura pada Berbagai Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Fosfor. Jurnal
Agrovigor 1(1): 55.

Malau Mettarida., Nurbaiti Amir., Syafrullah. 2015. Pengaruh Takaran Pupuk Organik
Plus Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L.
Merril). Klorofil. x(2). 101-105

Mariana, W. dan A. S. Karyawati. 2019. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman


Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) terhadap Pemangkasan Pucuk. Jurnal Produksi
Tanaman 7(3):545-551.

Rahmawati, 2017. Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kacang Tanah Varietas Jelinci (Arachis hypogeae L.). Jurnal Pertanian
1(1).

Rohmah A. E., Triono Bagus Saputro. 2016. Analisis Pertumbuhan Tanaman Kedelai
(Glycine max L) Varietas Grobogan pada Kondisi Cekaman Genangan. J. Sains
dan seni ITS. 5 (2). 29-33

Setyowati, N dan Suprijono, E. 2001. Eficacy of Nutsedge Allelopathy in Liquid


Formulation on Mimosa invisa and Melochia corchorifolia. Jurnal Ilmuilmu
46

Pertanian Indonesia.Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. 3(1):16-


24

Tetelay, F., 2003. Pengaruh Allelopathy Acacia Mangium Wild Terhadap


Perkecambahan Benih Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L) Dan Jagung (Zea
Mays). Jurnal Penelitian.

Tetelay, F. 2003 Pengaruh Allelopathy Acacia Mangium Wild Terhadap Perkecambahan


Benih Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L) Dan Jagung (Zea Mays). Jurnal
Penelitian

Yosephine, A. D., Wulanjati, M. P., Saifullah, T. N., & Astuti, P., 2013, Formulasi
Mouthwash Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Serta Uji
Antibakteri Dan Antibiofilm terhadap Bakteri Streptococcus mutans Secara In
Vitro, Trad. Med. J., 18 (2), 95-102.

Waminarti, U. 2002. Studi Alelopati Crotalaria retusa (orok-orok) terhadap


perkecambahan Biji Glycine max L., Vigna radiata L dan Vigna sinensis L.
Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi fakultas MIPA Universitas
Islam Indonesia Sudan.

Zainal Moch., Agung Nugroho., Nur Edy Suminarti. 2014. Respon Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) merill) pada Berbagai Tingkat
Pemupukan N dan Pupuk Kandang Ayam. J. Produksi Tanaman. 2 (6). 484 – 490
47

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum

Tahun
N
Kegiatan September Oktober November Desember
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

 Pembukaan
1 Lahan
 Pembuatan Plot
 Pemasangan
Plang Nama
2  Pemberian
Pupuk
Dasar
 Penanaman
3
Kemangi
 Penanaman
Kedelai dan
4 Sanitasi Lahan
 Penanaman
Kacang Hijau
 Pemeliharaan
Tanaman
5
 Parameter
pengamatan
 Pengamatan
tanaman
 Pemberian
Pupuk
6
 Pemberian
Alelopati Pada
Tanaman
Kacang Hijau
48

 Pengamatan
Tanaman
 Pemberian
7 Alelopati
Pada
Tanaman
Kacang Hijau
 Parameter
Tanaman
Kacang Hijau
8  Sanitasi
Lahan
 Pemberian
Pupuk
 Pemanenan
9
Kemangi
 Pembungkusa
10 n Tanaman
Ademame
 Pemanenan
11
Ademame
49

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Edamame


Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L) Merril

Umur Tanaman (vegt) : 72-90 hst

Tinggi Tanaman : 30-50 cm

Bentuk Batang : Batang perdu, Berbentuk tegak dan bercabang

Warna Daun : Hijau

Jumlah Daun : 21-25 helai berbentuk oval dan lancip

Warna Bunga : Putih dan ungu

Banyak Buah/tangkai : 1-10 buah dalam setiap kelompok.

Banyak Bunga/tangkai : 2-25 bunga/ketiak tangkai

Bentuk Biji : Bulat, agak gepeng dan bulat telur


50

Warna Biji : Hijau

Jenis Penyakit Menyerang : Bakteri hawar, penyakit busuk akar dan batang

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Kemangi

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Genus : Ocimum

Species : Ocimum sanctum L

Tinggi Tanaman : 0,3-1,5 cm

Bentuk Batang : Batang pokoknya tidak jelas

Warna Daun : Hijau Keunguan

Warna Bunga : Putih

Bentuk Biji : Bulat Kecil

Warna Biji : Coklat Tua

Jenis Penyakit Menyerang : Bercak hitam.


51

Lampiran 4. Dokumentasi Praktikum


52

Gambar 1. Pembukaan Lahan dan Pemberian Plang Nama


53

Gambar 2. Penamanam Edamame dan Kemangi


54

Gambar 3. Pemberian Pupuk NPK Organik dan Anorganik


55

Gambar 4. Pemberian Ekstrak Daun Rimbang dan Matoa Serta Melakukan

Parameter Pengamatan Terhadap Tanaman Kemangi


56

Gambar 5. Pengukuran Terhadap Tanaman Edamame Yang Telah Diberikan

Ekstraksi Daun Rimpang dan Matoa


57

Gambar 6. Pemberian Naungan Terhadap Tanaman Kemangi


58

Gambar 7. Penimbangan Terhadap Hasil Panen Tanaman Edamame


59

BIODATA PENULIS

Nama : Gaizka Ikhwan Berdikari


Tempat, Tanggal Lahir : Simpang Perak Jaya, 29-10-2002
Anak ke : Kedua
No. Telepon : 082286697385
Alamat : Simpang perak jaya
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hobi : Sepak Bola
Cita-Cita : Asisten Lapangan
Motto Hidup : “Persiapkan apa yang perlu dipersiapkan untuk masa depan”
Pendidikan :
 SD : SDN 006 Kerinci kanan
 SMP : SMPN5 Kerinci kanan
 SMK : SMKN1 Kerinci Kanan
 S1 : Universitas Islam Riau
Nama Orang Tua :
 Ayah : Sofyan
 Ibu : Aryati

Anda mungkin juga menyukai