Anda di halaman 1dari 67

SKRIPSI

IDENTIFIKASI SPESIES HAMA LALAT BUAH FAMILY TEPHRITIDAE


PADA BERBAGAI BUAH LOKAL DI KABUPATEN LUWU

WORODIAH ARGA NINGTYAS


G011181008

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
IDENTIFIKASI SPESIES HAMA LALAT BUAH FAMILY TEPHRITIDAE PADA
BERBAGAI BUAH LOKAL DI KABUPATEN LUWU

WORODIAH ARGA NINGTYAS


G011181008

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

ii



ABSTRAK

WORODIAH ARGA NINGTYAS. Identifikasi Spesies Hama Lalat Buah Family Tephritidae
pada Berbagai Buah Lokal di Kabupaten Luwu. Pembimbing: SULAEHA THAMRIN dan
AHDIN GASSA.

Tanaman hortikultura khususnya buah-buahan semakin tahun semakin meningkat dan


memiliki prospek pengembangan yang sangat baik dalam memenuhi kebutuhan pasar dalam
negeri maupun sebagai komuditas ekspor. Namun yang menjadi masalah saat ini adalah
kualitas buah-buahan lokal yang seringkali masih jauh dibawah kualitas buah impor. Hal ini,
salah satunya disebabkan oleh serangan hama khususnya lalat buah Tephiritidae. Beberapa
dari spesies lalat buah yang merupakan OPTK yang mengkhawatirkan oleh petani di
Indonesia perlu diketahui untuk menjadi informasi persebaran lalat buah karena mampu
menyerang tanaman lebih banyak dengan tingkat serangan yang lebih tinggi. Informasi
mengenai spesies- spesies lalat buah disuatu daerah perlu didapatkan untuk mengetahui
perkembangan penyebarannya. Tujuan penelitian ini untuk menginventarisasi dan
mengidentifikasi spesies lalat buah yang menyerang berbagai buah lokal di Kabupaten Luwu.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Luwu dan Laboratorium Hama dan penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Penelitian ini berlangsung Oktober
2021-Februari 2022. Identifikasi dilakukan menggunakan kunci identifikasi The Australian
Handbook For The Identification Of Fruit Flies ver.3.1 2018. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat enam spesies yang ditemukan di Kabupaten Luwu yakni Bactrocera albistrigata, B.
dorsalis, B. frauenfeldi, B. umbrosa, B. carambolae, dan Zeugodacus cucurbitae. Salah satu
spesies yaitu B. frauenfeldi merupakan spesies yang pertama kali ditemukan di Sulawesi
Selatan khususnya Kabupaten Luwu.

Kata kunci: identifikasi, lalat buah, pemetaan

vi
ABSTRACT

WORODIAH ARGA NINGTYAS. Identification of Tephritidae Fruit Fly Species in Various


Local Fruit in Luwu Regency. Supervised by: SULAEHA THAMRIN and AHDIN GASSA.

Horticultural crops, especially fruits are increasing every year and have excellent
development prospects in fulfilling the needs of the domestic market and as an export
commodity. However, the current problem is the quality of local fruits, which are often far
below the quality of imported fruits. This is one of which is caused by pests, especially
Tephiritidae fruit flies. Some of the fruit fly species which are OPTKs that are worrying by
farmers in Indonesia need to be known to provide information on the distribution of fruit flies
because they can attack more plants with a higher attack rate. Information about fruit fly
species in an area needs to be obtained to determine the development of its distribution. The
purpose of this study was to inventory and identify species of fruit flies that attack various
local fruits in Luwu Regency. This research was conducted in Luwu Regency and the
Laboratory of Plant Pests and Diseases, Faculty of Agriculture, Hasanuddin University. This
study took place October 2021-February
2022. Identification was carried out using the identification key of The Australian Handbook
For The Identification Of Fruit Flies ver.3.1 2018. The results showed that there were six
species found in Luwu Regency, namely Bactrocera albistrigata, B. dorsalis, B. frauenfeldi,
B. umbrosa, B. carambolae, and Zeugodacus cucurbitae. One of the species, B. frauenfeldi,
was the first species found in South Sulawesi, especially in Luwu Regency.

Keywords: identification, fruit fly, mapping

vii
PERSANTUNAN
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T karena berkat rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada umat manusia yang ada dimuka bumi ini. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya karena beliaulah
yang membawa kita dari zaman kebodohan menuju ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Identifikasi
Spesies Hama Lalat Buah Family Tephritidae pada Berbagai Buah Lokal di Kabupaten
Luwu” telah dapat diselesaikan meskipun masih sangat jauh dari kata sempurna.
Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi Fakulas Pertanian,
Universitas Hasanuddin. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi penelitian ini
tidak jarang penulis menemukan kesulitan dan hambatan, namun berkat dorongan dan bantuan
dari berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan. Atas perhatian dari semua pihak yang
membantu penulisan ini saya ucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua tercinta Bapak Budi Harto Warsito dan Ibu Sukriati, beserta seluruh keluarga
besar penulis yang selalu memberikan dukungan, doa, perhatian serta kasih sayangnya
kepada penulis yang tak ternilai dan tak pernah usai selama penyelesaian penelitian dan
skripsi ini.
2. Ibu Dr. Sulaeha Thamrin, S.P., M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Ir. Ahdin
Gassa, M.Sc selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya memberikan arahan
dan petunjuk dalam pelaksanaan penelitian ini hingga terselesaikannya penelitian dan
skripsi ini. Bapak Dr. Ir. Tamrin Abdullah, M.Si., Bapak Ir. Fatahuddin, M.P., dan Ibu
Hamdayanty, S.P., M.Si selaku penguji yang telah memberikan banyak saran dan
masukan kepada penulis sejak awal penyususunan skripsi hingga terselesaikannya skripsi
ini.
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Tutik Kuswinanti, M.Sc selaku ketua Departemen Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, dan bapak Prof. Ir. Baharuddin selaku
Pembimbing Akademik. Para pegawai dan staf departemen hama dan penyakit tumbuhan.
Kepada pak Ardan, pak Ahmad, pak Kamaruddin, kak Nurul, dan Ibu Rahmatia, S.H
yang telah banyak membantu dalam urusan administrasi penulis.
4. Sahabat-sahabat tercinta dan tersayang, Amalia Fitriani, Nafia Az-Zahrah, Andi Azisah
Suhar Kunna, Indah Purnama Sari Kasmin, Yusmita, dan Natasya Febrianti Masri yang
selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
5. Teman-teman seperjuangan semasa kuliah, A. Yuni Justianti, Andi Suci Aulia, Ana
Yuliana Safitri, Kiki Widya Sari, Andi, Muh. Alifuddin Achmad, dan Muh. Arif yang
telah membersamai penulis dari awal perkuliahan sampai penelitian dan skripsi ini selesai.
6. Kak Abdurrahman Al-Khudzaefi selaku support system terbaik penulis yang selalu
meluangkan banyak waktunya untuk menemani dari awal perkuliahan hingga skripsi ini
selesai. Terimakasih atas dukungan, perhatian, kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis.
7. Teman-teman Agroteknologi angkatan 2018 yang tidak bisa penulis tuliskan namanya satu
persatu. Terkhusus saudara Syahrul selaku partner penelitian penulis yang telah banyak
bekerjasama selama berjalannya penelitian ini.

viii
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI................................................................................. iii
Deklarasi.............................................................................................................................. v
ABSTRAK .......................................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................................ vii
PERSANTUNAN................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xii
1. PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Kegunaan ............................................................................................... 2
1.4 Hipotesis ................................................................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................. 4
2.1 Taksonomi Lalat Buah............................................................................................. 4
2.2 Morfologi Lalat Buah .............................................................................................. 4
2.3 Siklus Hidup Lalat Buah.......................................................................................... 5
2.4 Ekologi Lalat Buah .................................................................................................. 5
2.5 Gejala Serangan ....................................................................................................... 6
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Lalat Buah ......................................... 7
3. METODE PENELITIAN ................................................................................................ 8
3.1 Tempat dan Waktu................................................................................................... 8
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................................ 8
3.3 Metode Pelaksanaan ................................................................................................ 8
3.3.1 Penentuan Lokasi............................................................................................ 8
3.3.2 Pengambilan Sampel Buah............................................................................. 8
3.3.3 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 10
3.3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 10
3.3.5 Analisis Data .................................................................................................. 10
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................................... 12

ix
4.1 Hasil......................................................................................................................... 12
4.1.1 Jenis Sampel Buah Terserang dan Lokasi Pengambilan
Sampel ............................................................................................................ 12
4.1.2 Spesies Lalat Buah ......................................................................................... 17
4.2 Pembahasan ............................................................................................................. 18
4.2.1 Bactrocera albistrigata .................................................................................. 18
4.2.2 Bactrocera dorsalis ........................................................................................ 19
4.2.3 Bactrocera frauenfeldi.................................................................................... 20
4.2.4 Bactrocera carambolae .................................................................................. 22
4.2.5 Zeugodacus cucurbitae................................................................................... 23
4.2.6 Bactrocera umbrosa ....................................................................................... 24
5. KESIMPULAN .............................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 26

LAMPIRAN ........................................................................................................................ 30

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis Buah Lokal yang Terserang Lalat Buah

di Kabupaten Luwu .......................................................................................... 12

Tabel 2 Spesies Lalat Buah yang ditemukan pada Buah Lokal

di Kabupaten Luwu .......................................................................................... 17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Kabupaten Luwu ...................................................................................... 9

Gambar 2 Bagian-bagian kunci identifikasi lalat buah ..................................................... 11

Gambar 3 B. albistrigata .................................................................................................. 19

Gambar 4 B. dorsalis......................................................................................................... 20

Gambar 5 B. frauenfeldi .................................................................................................... 21

Gambar 6 B. carambolae .................................................................................................. 22

Gambar 7 Z. cucurbitae..................................................................................................... 23

Gambar 8 B. umbrosa........................................................................................................ 24

xi
DAFTAR LAMPIRAN

TABEL

Tabel lampiran 1 Hasil Identifikasi Morfologi Spesies Lalat Buah............................. 30

GAMBAR

Gambar lampiran 1 Pengambilan sampel di lokasi buah bergejala ................................. 48

Gambar lampiran 2 Contoh buah bergejala dilapanngan................................................. 48

Gambar lampiran 3 Proses pemeliharaan buah terserang lalat buah ............................... 48

Gambar lampiran 4 Larva yang telah berubah menjadi Pupa .......................................... 49

Gambar lampiran 5 Imago lalat buah............................................................................... 49

Gambar lampiran 6 Proses pining pada imago lalat buah................................................ 49

Gambar lampiran 7 Imago lalat buah yang telah dipining............................................... 50

Gambar lampiran 8 Identifikasi spesies lalat buah menggunakan

mikroskof digital .............................................................................. 50

Gambar lampiran 9 Spesies yang telah diidentifikasi...................................................... 50

Gambar lampiran 10 Kunci identifikasi Bactrocera carambolae...................................... 51

Gambar lampiran 11 Kunci identifikasi Bactrocera albistrigata ...................................... 51

Gambar lampiran 12 Kunci identifikasi Bactrocera dorsalis............................................ 52

Gambar lampiran 13 Kunci identifikasi Bactrocera umbrosai.......................................... 52

Gambar lampiran 14 Kunci identifikasi Bactrocera frauenfeldi ....................................... 53

Gambar lampiran 15 Kunci identifikasi Zeugodacus cucurbitae ...................................... 53

xii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dan negara tropis yang kaya akan jenis
tanaman hortikultura. Iklim di Indonesia memungkinkan mudahnya berbagai jenis
buah-buahan tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga dalam keadaan
perekonomian yang sulit sakibat krisis moneter yang berkepanjangan, maka sektor
agribisnis merupakan andalan. Tanaman hortikultura khususnya buah-buahan
semakin tahun semakin meningkat dan memiliki prospek pengembangan yang
sangat baik. Pasar produk komoditas tersebut bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan pasar di dalam negeri saja, melainkan juga sebagai komoditas ekspor
yang dapat menghasilkan devisa untuk Negara, namun yang menjadi masalah
adalah kualitas buah-buahan lokal yang seringkali masih jauh dibawah kualitas
buah impor. Luas serangan lalat buah di Indonesia mencapai 4.790 ha dengan
kerugian mencapai 21,99 miliar rupiah (Widiningsih, 2019). Salah satu
permasalahan dalam budidaya tanaman hortikultura di Indonesia adalah serangan
hama dan penyakit. Salah satu jenis hama yang berpotensi menimbulkan kerugian
adalah lalat buah.
Lalat buah merupakan hama yang banyak menyerang buah-buahan dan
sayuran seperti mangga, jambu biji, belimbing, melon, nangka, jambu air, tomat,
cabai merah, dan pare. Lalat buah sering menyerang tanaman pada musim
penghujan dan biasanya akan menyerang buah yang mulai masak. Lalat betina
hinggap pada sasaran dan meletakkan telur dengan cara menusukkan
ovipositornya ke dalam daging buah sehingga buah yang baru ditusuk akan sulit
dikenali karena hanya ditandai dengan titik hitam yang sangat kecil. Hama ini
terdapat di seluruh kawasan Asia-Pasifik dan diketahui dapat menyerang lebih dari
26 jenis buah-buahan dan sayuran. Di Indonesia telah ditemukan 66 spesies lalat
buah yang telah menyerang
100 jenis tanaman hortikultura (Direktorat Perlindungan Holtikultura, 2020).
Spesies lalat buah dikelompokkan menurut kisaran inangnya, yaitu polifag
(memiliki banyak inang dari berbagai famili), oligofag (hanya memiliki inang
pada satu famili), dan monofag (hanya memiliki inang pada satu genus). Spesies
yang dikenal sangat merusak ditemukan beberapa spesies dari Family Tephritidae
diantaranya dari genus adalah Bactrocera, Zeugodacus, dan Dacus. Lalat buah
Tephritidae merupakan salah satu hama yang paling merugikan dalam budidaya
tanaman buah–buahan maupun sayuran. Sasaran utama serangannya antara lain:
belimbing manis, jambu air, jambu biji, mangga, nangka, semangka, melon, cabai,
pare, mentimun, dan melon. Bactrocera merupakan spesies asli dari daerah tropika
yang secara ekonomis merupakan jenis lalat buah penting yang berasosiasi dengan

1
berbagai buah-buahan tropika (Siwi et al, 2006), sedangkan untuk Zeugodacus
inangnya berupa tanaman Cucurbitaceae (Sulaeha, 2018)
Kerugian akibat serangan lalat buah cukup besar menyebabkan rendahnya
produksi dan mutu tanaman hortikultura. Kehilangan hasil panen tanaman
hortikultura yang diakibatkan serangan hama lalat buah berkisar antara 46 sampai
dengan 100 % atau gagal panen. Kerugian kuantitatif yang diakibatkan dari hama
lalat buah yaiu berkurangnya produksi buah, sedangkan kerusakan kualitatifnya
yaitu buah yang cacat berupa bercak busuk dan berlubang yang akhirnya kurang
diminati oleh konsumen. Sehingga hal ini dapat menurunkan daya saing
komuditas hortikultura dipasar lokal dan global (Sari et al, 2020).
Lalat buah merusak dengan cara meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis
yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik seperti perubahan warna pada buah
sehingga dapat menyebabkan buah menjadi busuk yang secara tidak langsung
mengakibatkan kurangnya kuantitas dan kualitas hasil produksinya dan
mengakibatkan buah akan gugur sebelum waktunya (Wijaya, 2018). Beberapa dari
lalat buah yang menjadi OPTK merupakan hal yang paling dihindari oleh petani di
Indonesia karena mampu menyerang tanaman lebih banyak dengan tingkat
serangan yang lebih tinggi jika dibandingan dengan lalat buah yang telah
ditemukan sebelumnya.
Oleh karena itu informasi mengenai spesies-spesies lalat buah yang ada di
suatu daerah atau di negara lain perlu didapatkan secara periodik dan
disosialisasikan sehingga akan diketahui perkembangan penyebaran suatu spesies
sebagai landasan dalam kebijakan karantina. Selain itu informasi tentang jenis –
jenis lalat buah yang ada di suatu daerah perlu untuk didapatkan dan disampaikan
kepada petani di daerah tersebut sebagai langkah mengantisipasi untuk melakukan
monitoring dan pengendalian agar lebih efektif dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah tingginya perdagangan buah-
buahan import yang masuk di Kabupaten Luwu misalnya apel, pear, anggur dan
jeruk mandarin yang berasal dari luar negeri, dengan demikian perlu dilakukan
pemantauan kembali jenis-jenis lalat buah yang berasosiasi dengan buah-buah
lokal yang ada di Kabupaten Luwu.

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk menginventaris dan mengidentifikasi spesies lalat


buah yang menyerang berbagai buah lokal di Kabupaten Luwu.

2
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi peneliti dan
masyarakat umum terkhusus petani tentang spesies lalat buah yang dapat
digunakan untuk menangani hama lalat buah khususnya di wilayah Kabupaten
Luwu.

1.4 Hipotesis

Terdapat beberapa spesies lalat buah pada buah-buahan lokal di wilayah Kabupaten
Luwu.

3
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Lalat Buah

Lalat buah merupakan salah satu kelompok serangga hama yang menjadi hama
penting pada beberapa buah dan sayuran, bahkan menjadi organisme pengganggu
tanaman (OPT) utama. Intensitas serangan lalat buah dapat mencapai 100% pada
populasi yang tinggi. Terdapat 66 spesies lalat buah yang ada di Indonesia yang
diantaranya memiliki peranan yang sangat besar dalam merusak komoditi
pertanian adalah lalat buah yang berasal dari Family Tephritidae (Direktorat
Perlindungan Holtikultura 2006). Taksonomi lalat buah menurut Drew and
Hancock (1994) adalah sebagai berikut, Kingdom : Animalia, Phylum :
Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Diptera , dan Family : Tephritidae.

2.2 Morfologi Lalat Buah

Lalat buah bermetamorfosis sempurna (Holometabola) sehingga daur hidupnya


dimulai dari stadium telur, larva, pupa dan imago. Lalat buah betina meletakkan
telur 1-40 butir/buah/hari dan menetas dalam waktu 8-16 jam, pada suhu rendah
yaitu diantara 12-13 oC telur tidak akan menetas. Pada umumnya telur berbentuk
bulat panjang dengan warna putih sampai putih kekuningan dan memiliki panjang
telur 1,2 mm, sedangkan lebarnya 0,2 mm (Nawawi, 2018).
Larva berbentuk bulat panjang dengan warna putih keruh dan pada bagian
depan tubuh larva meruncing lebih sempit dibanding bagian belakang tubuh.
Larva berwarna putih atau mirip dengan warna daging buah dan terdiri dari tiga
instar yang perubahan instar pada larva ditandai dengan perubahan ukuran dan
warna larva. Peningkatan instar larva diikuti oleh peningkatan ukuran larva, larva
pada instar terakhir memiliki warna lebih terang dibandingkan dengan instar awal
(bening) dan memiliki kemampuan melentingkan tubuhnya untuk mencapai
permukaan tanah pada saat akan memasuki stadia pupa (Sulaeha, 2018). Setelah
larva instar tiga, akan berubah menjadi pupa dengan menjatuhkan diri ke dalam
tanah dan membentuk puparium di dalam tanah tersebut. Masa puparium 19 hari
dan dipengaruhi oleh kondisi kelembapan tanah, apabila kelembapan tinggi maka
umur pupa akan lebih pendek.
Tubuh lalat buah dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama yaitu
kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Pada kepala terdapat mata,
antena, dan mulut. Pada mata terdapat mata majemuk yang terdapat dikiri dan
kanan kepala, terdapat sepasang antena yang berfungsi sebagai alat perasa. Pada
mulut memiliki tipe alat mulut penjilat dan penyerap (Rahmanda, 2017). Panjang
tubuh lalat dewasa sekitar 3,5–5 mm, dengan warna hitam kekuningan. Kaki dan
kepala umumnya berwarna cokelat. Thorak lalat buah berwarna hitam, pada
lalat buah
4
jantan abdomen berbentuk bulat sedangkan lalat buah betina terdapat ovipositor.
Siklus hidup lalat buah ±27 hari dari telur sampai pada imago (Siwi, 2005).
Ciri-ciri penting dalam identifikasi lalat buah Tephritidae untuk
membedakan spesiesnya yaitu dengan melihat pola spot sayap, abdomen dan pada
thoraksnya. Pada bagian sayap penciri utama yang digunakan adalah basal costal,
costal, anal streak dan pola spot sayap. Penciri utama pada bagian abdomen yang
digunakan dalam identifikasi adalah gambar pola T ada tidaknya, antar terga
kedua dan seterusnya menyatu dan pola warna pada terga. Pada bagian thoraks
penciri utama yang digunakan adalah ada atau tidaknya medial vittae dan lateral
vittae (Isnaini,
2013).

2.3 Siklus Hidup Lalat Buah

Siklus hidup lalat buah dikenal dengan metamorfosis holometabola yang terdiri
dari telur, larva, pupa dan imago (Vijaysegaran & Drew, 2006). Siklus hidup lalat
buah dari telur sampai imago di daerah tropis berlangsung lebih kurang 27 hari
dapat dilihat. Lama hidup imago betina berkisar antara 23-27 hari dan imago
jantan antara
13-15 hari. Imago betina setelah kopulasi akan meletakkan telur setelah 3-8 hari.
Nisbah kelamin jantan berbanding dengan betina yakni 1:1 (Siwi, 2005).
Dalam perkembangbiakannya, induk lalat akan menempatkan telur-telurnya
pada jaringan buah dalam posisi agak miring, kedua helai benang halusnya itu
tetap menjulur keluar. Telur menetas dalam waktu 2 atau 3 hari, larvanya
langsung merusak dan memakan jaringan buah. Siklus hidupnya dapat dikatakan
demikian singkat, sekitar 14 - 21 hari (Nawawi, 2018).
Lalat buah meletakkan telurnya didalam buah sedalam 6 mm di bawah
permukaan sebanyak 10 – 15 butir. Pada temperatur 25 – 30 oC telur akan menetas
dalam waktu lebih kurang 30 – 36 jam. Sesudah menetas, larva memakan daging
buah selama kurang lebih satu minggu, kemudian keluar dari buah. Larva yang
telah dewasa mempunyai kebiasaan melenting dan bisa mencapai jarak 30 cm.
Larva masuk ke dalam tanah sedalam 1 – 5 cm kemudian selanjutnya larva
berubah menjadi pupa dan setelah 10 hari, pupa menjadi lalat. Lalat betina mulai
bertelur setelah berumur 5 – 7 hari. Siklus hidup dari telur sampai dewasa yaitu 25
hari tetapi pada daerah dingin daur hidupnya lebih lama (Nawawi, 2018).

2.4 Ekologi Lalat Buah

Lalat buah dapat hidup dimana saja, selagi pada tempat tersebut terdapat makanan
yang merupakan sumber energi dan tempat perkembangbiakan yang sangat
esensial untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan populasi (Rahmanda, 2017).

5
Aktivitas lalat buah dalam menentukan tanaman inang berdasarkan warna dan
aroma pada

6
buah. Beberapa faktor yang mempengaruhi hidup lalat buah adalah suhu,
kelembapan, cahaya, angin, tanaman inang dan musuh alami (Siwi, 2005).
Suhu berpengaruh terhadap lama hidup dan mortalitas lalat buah, pada suhu
10-300oC lalat buah dapat hidup dan dapat berkembang. Lalat buah memiliki
intensitas serangan yang semakin meningkat pada buah-buahan dan sayuran pada
iklim yang sejuk, kelembaban tinggi dan angin yang tidak terlalu kencang. Suhu,
kelembaban udara, dan kecepatan angin serta pengaruh curah hujan juga cukup
penting dalam memengaruhi tingkat intensitas serangan lalat buah (Susanto et al.,
2017). Imago aktif pada keadaan yang terang yaitu pada siang hari, lalat betina
yang banyak mendapat sinar maka akan lebih cepat bertelur. Curah hujan yang
tinggi juga menyebabkan populasi lalat buah meningkat dan daya hidup lalat buah
yang berada di dataran tinggi umumnya lebih lama dibandingkan dengan dataran
rendah (Siwi, 2005).

2.5 Gejala Serangan

Kerusakan akibat serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir
masak dengan gejala awal yang ditandai dengan adanya lubang kecil di kulitnya
yang merupakan bekas tusukan ovipositor lalat betina saat meletakkan telur ke
dalam buah. Bekas tusukan semakin meluas sebagai akibat perkembangan larva
yang memakan daging buah (Helmiyatti et al., 2019).
Lalat buah biasanya menyerang buah yang berkulit tipis dan mempunyai
daging buah yang lunak dan serangannya dapat dilihat dari struktur buah yang
diserang oleh lalat buah. Aktivitas larva di dalam buah mengakibatkan spot hitam
meluas dan semakin lama akan mengakibatkan buah menjadi busuk. Fase larva
adalah stadium yang merugikan dan paling merusak dibandingkan dengan stadium
yang lainnya bahkan kerusakan yang disebabkan oleh larva mengakibatkan buah
gugur sebelum buah masak. Buah yang gugur harus segera dikumpulkan atau
dimusnahkan agar tidak terjadi regenerasi lalat buah (Isnaini, 2013).
Lalat buah betina menusuk kulit buah dengan ovipositornya sehingga buah
akan mengeluarkan getah yang kemudian getah tersebut menarik perhatian lalat
lain untuk datang dan memakan atau bertelur. Tusukan tersebut juga
menyebabkan bentuk buah menjadi berbonjol dan kadang menyebabkan
kerontokan. Selain itu, cendawan pembusukan kadang datang sehingga terjadi
perubahan warna dan pembusukan buah. Biasanya dengan datangnya serangga
dan cendawan, buah menjadi rusak atau pecah (Nawawi, 2018)

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Lalat Buah

Keberadaan lalat buah tergantung pada jenis dan jumlah buah yang ada pada suatu
lahan. Kelimpahan lalat buah tergantung jumlah jenis buah-buahan yang ada pada

7
suatu lahan serta oleh inang (kematangan buah, warna buah dan tekstur buah)
yang dapat memudahkan lalat buah untuk menyerang dan melangsungkan
hidupnya. Buah yang masih hijau tidak begitu disukai oleh lalat buah sehingga
lalat buah lebih memilih buah yang sudah masak untuk meletakkan telur
(Indriyanti et al., 2014). Tingkat kematangan suatu buah berpengaruh terhadap
ketertarikan lalat buah untuk meletakkan telurnya dan melanjutkan proses
metamorfosisnya. Kematangan buah yang cukup menyebabkan lunaknya tekstur
kulit buah yang memudahkan lalat buah menembuskan ovipositornya kekulit buah
untuk meletakkan telurnya (Sari et al.,
2017).
Pada iklim sejuk, kelembapan tinggi serta angin yang tidak terlalu kencang
akan menyebabkan intensitas serangan lalat buah semakin meningkat pada buah-
buahan dan sayuran (Susanti et al., 2017). Adapun beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan populasi dari lalat buah yaitu :
1. Suhu Udara
Populasi lalat buah lebih banyak terjadi pada musim kemarau. Suhu udara
yang baik untuk perkembangbiakan lalat buah umumnya berkisar antara 10o –
30ºC, telur lalat buah akan menetas pada kisaran waktu 30–36 jam dengan suhu
25o – 30oC (Landolt & Quilici, 1996).
2. Kelembapan Udara
Perkembangan lalat buah sangat dipengaruhi oleh kelembapan udara.
Kelembapan udara yang rendah mengakibatkan meningkatnya kematian imago
yang baru keluar dari pupa pada lalat buah serta dapat menurunkan populasi lalat
buah. Pada kelembapan udara antara 95-100% dapat menurunkan laju peletakan
telur lalat buah pada inang kelembapan udara yang tinggi dapat memperpanjang
siklus hidup larva, pupa, dan imago. Kelembapan udara yang optimum untuk
perkembangan lalat buah yaitu 70–80%. Pada kelembapan udara 60–90% lalat
buah dapat hidup dengan baik (Hasyim et al., 2014).
3. Intensitas Cahaya
Lama penyinaran matahari dan intensitas cahaya berpengaruh terhadap
kegiatan mendapatkan pakan, peletakan telur, dan kopulasi dari lalat buah betina.
Lalat buah pada keadaan terang melakukan aktifitas normal dan akan melakukan
perkawinan pada intensitas cahaya sedang rendah. Lalat betina akan lebih cepat
dewasa dan bertelur pada intensitas cahaya yang sedang (Septiawati, 2021).

8
3. METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan dan identifikasi


spesies dilakukan di Laboratorium Hama, Departemen Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Pelaksanaan penelitian
dilaksanakan pada Bulan Oktober 2021 – Februari 2022.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah toples plastik, kain tile, tali rafia,
label, pisau, alat tulis, tabung reaksi, jarum mikro, gabus padat, mikroskop, oven
sederhana, dan lampu pijar 5 watt. Bahan yang digunakan adalah pasir, madu,
kapur ajaib, dan kapas.

3.3 Metode Pelaksanaan


3.3.1 Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi pengambilan sampel lalat buah dilakukan dengan melakukan


survei pada beberapa Kecamatan di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Terdapat
delapan titik lokasi pengambilan sampel buah yaitu Kec Bajo, Kec Bajo Barat,
Kec Ponrang Selatan, Kec Bua, Kec Kamanre, Kec Bua Ponrang, Kec
Larompong, dan Kec Suli, peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

3.3.2 Pengambilan Sampel Buah

Buah-buahan yang digunakan sebagai sampel adalah buah-buah yang


memperlihatkan gejala serangan lalat buah yaitu terdapat spot-spot warna hitam
pada kulit buah. Buah yang terserang diambil dari beberapa pohon di pekarangan
dan kebun masyarakat pada beberapa kecamatan yang telah disurvei di Kabupaten
Luwu. Buah yang memiliki gejala serangan lalat buah dipetik dan dimasukkan
kedalam plastik yang diberi label: nomor sampel, lokasi administrasi, jenis buah,
dan waktu pengambilan sampel.

9
a

b
c
d

Gambar 1: Peta Kabupaten Luwu ; (a) Kec. Bua, (b) Kec. Bua Ponrang, (c) Kec.
Bajo, (d) Kec. Ponrang Selatan, (e) Kec. Kamanre, (f) Kec. Bajo Barat,
(g) Kec. Suli, (h) Kec. Larompong (Sumber : Sistem Informasi Data
Pokok Kabupaten Luwu).

1
0
3.3.3 Pelaksanaan Penelitian

Buah yang telah diambil dilokasi dimasukkan dalam toples yang telah terisi pasir
streril yang telah dioven setinggi ¼ dari tinggi toples dan telah diberi label
berdasarkan nomor sampel, lokasi administrasi, jenis buah, dan waktu
pengambilan sampel. Kemudian tutup toples tersebut dengan kain tile yang diikat
menggunakan tali rafia. Toples dibuka setelah kurang lebih tujuh hari untuk
memastikan bahwa semua larva telah menjadi pupa, kemudian pasir halus disaring
untuk diambil pupanya. Selanjutnya pupa ditempatkan kedalam toples plastik
serupa yang berisi pasir halus yang telah disterilkan. Untuk menjaga kelembaban
pada pasir disemprotkan air setiap 2 hari sekali. Setelah imago lalat buah muncul
dari pupa (kurang lebih 7-13 hari), diberi makan berupa madu dengan konsentrasi
10% sekitar kurang lebih tujuh hari hingga warna pada lalat buah tersebut
berkembang sempurna. Madu diberikan melalui kapas yang digantungkan pada
toples plastik tersebut. Setelah lalat buah berkembang sempurna, lalat buah
dipindahkan ke tabung reaksi yang telah diberi label berdasarkan nomor sampel,
lokasi administrasi, jenis buah, dan waktu pengambilan sampel. Selanjutnya lalat
buah dimatikan sesuai protokol uji hayati dengan cara lalat buah hidup
dimasukkan pada lemari pendingin. Setelah lalat buah mati, dilakukan pining
dengan jarum mikro, dan lalat buah diletakkan diatas gabus padat, kemudian
dilakukan pengeringan dengan memasukkan lalat buah yang telah dipining
kedalam oven sederhana berukuran 75 x 45 x 45 cm dengan cahaya lampu pijar 5
watt selama 6 hari (Sulaeha,
2018). Setelah itu, lalat buah siap diidentifikasi dibawah mikroskop dengan
menggunakan kunci identifikasi lalat buah The Australian Handbook For The
Identification Of Fruit Flies ver.3.1 (2018).

3.3.4 Metode Pengumpulan Data

Identifikasi dilakukan dengan cara mengamati perbedaan morfologi sayap,


thoraks, abdomen imago Tephritidae yang diperoleh dari masing-masing buah
dengan menggunakan Digital Microscope 3 in 1 USB 1000x, selanjutnya specimen
lalat buah difoto menggunakan laptop yang telah terhubung langsung dengan
mikroskop digital kemudian membandingkan hasil yang diperoleh dengan kunci
identifikasi.

3.3.5 Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menginventaris spesies lalat buah dari tempat
dan jenis buah yang berbeda menggunakan kunci identifikasi. Identifikasi lalat
buah tersebut dilakukan dengan memperhatikan karakter morfologi dari imago
10
lalat buah yakni perbedaan warna pada bagian dorsal tubuh, pola spot pada sayap,
adanya spot

11
hitam pada bagian kepala, serta warna pada bagian thorax, tungkai, dan pola spot
atau warna pada abdomen masing-masing spesies Terphritidae (Gambar 2).

frons
postpronotal lobe
a. npl. seta
lateral vittae scutellum scutellar
scutum
lateral vittae
postpronotal lobe setae
p. sa. seta
a. sa. seta
sc. setae ia. setae
prsc. setae
scutellum
terga I+II mesopleural stripe
tergum III

a. npl. setae femur


tibia
notopleural calli

tarsi
tergum IV
ovipositor
(female) tergum V

(A) (B)
costal cell R2+3 costal band
basal costa cell r-m

R4+5 face

facial spots
M
dm-cu
cup cell

anal streak

(C) (D)

Gambar 2. Bagian-bagian kunci identifikasi lalat buah ; (A) Female Dorsal, (B)
Male Lateral, (C) Sayap, (D) Caput (Sumber : The Australian
Handbook For The Identification Of Fruit Flies 2018 )

12
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Jenis Sampel Buah Terserang dan Lokasi
Pengambilan
Sampel

Hasil penelitian menunjukkan terdapat delapan titik lokasi pengambilan sampel di


Kabupaten Luwu yakni Kec. Bajo, Kec. Bajo Barat, Kec. Ponrang Selatan, Kec.
Bua, Kec. Kamanre, Kec. Bua Ponrang, Kec. Larompong, dan Kec. Suli. Buah
yang diambil dari beberapa kecamatan tersebut yakni buah yang menunjukkan
gejala serangan lalat buah dan ditemukan jenis-jenis buah seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Jenis Buah Lokal yang Terserang Lalat Buah di Kabupaten Luwu
No Jenis Buah Titik Waktu Gejala Serangan
Lokasi Koordinat Pengambilan

Jambu air
3°22'45.9"S
1. (Syzygium Kec. Bajo 12/10/2021
aqueum) 120°18'51.3"E

Jambu air Kec.


2 (Syzygium 3°15'28.1"S
Ponrang 120°21'18.3"E 13/10/2021
aqueum) Selatan

Mangga
3°05'21.4"S
3. (Mangifera Kec. Bua 18/12/2021
indica) 120°13'59.6"E

13
Jambu air
3o06’48.2”S
4. (Syzygium Kec. Bua 18/12/2021
aqueum) 120o14’04.0”E

Jambu biji
5. (Psidium Kec. Bajo 3°21'57.1"S
Barat 120°16'46.1"E 20/12/2021
guajava)

Jambu air
6. (Syzygium Kec. 3°18'41.1"S
aqueum) Kamanre 120°20'16.3"E

22/12/2021

Pepaya
7. (Carica Kec. Bua 3°18'30.9"S
papaya) Ponrang 120°17'39.8"E 22/12/2021

14
Semangka Kec.
3°16'19.9"S
8. (Citrullus Ponrang 22/12/2021
120°21'21.9"E
lanatus) Selatan

Alpukat 3°18'36.7"S
(Persea Kec.
9. 120°18'55.3"E
americana) Kamanre

22/12/2021

Semangka
Kec. 3°30'58.6"S
10. (Citrullus
lanatus) Larompong 120°22'31.8"E

25/01/2022

Mangga
Kec. 3°31'01.6"S
11. (Mangifera
indica) Larompong 120°22'30.9"E 25/01/2022

14
Pepaya
Kec. 3°31'06.8"S
12. (Carica 25/01/2022
Larompong 120°22'35.1"E
papaya)

Nangka
Kec. 3°31'03.7"S 25/01/2022
13. (Autocarpus Larompong 120°22'42.1"E
heterophyllus)

Jambu bol
Kec. 3°17'55.9"S
14. (Syzygium 120°20'45.6"E 29/01/2022
Kamanre
malaccense)

Jambu biji Kec. Bua 3°16'01.9"S


15. (Psidium Ponrang 120°13'37.8"E 03/02/2022
guajava)

15
Jambu air 3°28'15.3"S
16. (Syzygium Kec. Suli 120°20'48.2"E 09/02/2022
aqueum)

Salak
Kec. Bua 3°16'29.8"S
17. (Salacca 19/02/2022
zalacca) Ponrang 120°15'49.0"E

Buah Naga
Kec. 3°32'01.4"S
18. (Hylocereus 22/02/2022
polyrhizus) Larompong 120°22'03.3"E

16
4.1.2 Spesies Lalat Buah

Hasil identifikasi yang dilakukan menggunakan kunci identifikasi lalat buah The
Australian Handbook For The Identification Of Fruit Flies ver.3.1 menunjukkan
terdapat enam spesies lalat buah yang ditemukan pada lokasi penelitian yakni
spesies Bactrocera albistrigata, B. dorsalis, B. frauenfeldi, Zeugodacus
cucurbitae, B. carambolae, dan B. umbrosa yang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Spesies Lalat Buah yang ditemukan pada Buah Lokal di Kabupaten Luwu
Jumlah Jumlah
No Spesies Lalat Buah Jenis Buah Kecamatan Buah Imago
Kec. Bajo 10 29
Kec. Ponrang Selatan 4 4
Jambu air Kec. Bua 6 9
Kec. Kamanre 4 5
Bactrocera albistrigata
1. 3
(de Meijere) Kec. Suli 3
Kec. Bua Ponrang 5 1
Jambu biji
Kec. Bajo Barat 5 5
Salak Kec. Bua Ponrang 3 2

Pepaya Kec. Bua Ponrang 1 4

Bactrocera dorsalis Mangga Kec. Bua 1 1


2.
(Hendel) Alpukat Kec. Kamanre 5 3
Buah Naga Kec. Larompong 1 2
Jambu air Kec. Bua 6 1
Bactrocera frauenfeldi
3. (Schiner) Kec. Kamanre
Jambu Bol 5 3

Alpukat Kec. Kamanre 5 2


Kec. Larompong 1 3
Bactrocera carambolae Mangga
4. (Drew and Hancock) Kec. Larompong 3 3
Pepaya
Kec. Bua Ponrang 3 1
Salak
Zeugodacus cucurbitae Kec. Ponrang Selatan 4 7
5. Semangka
(Coquillett)
Kec. Larompong 3 4
Bactrocera umbrosa
Nangka Kec. Larompong 1 3
6.
(Fabricius)

17
4.2 Pembahasan

Hasil identifikasi lalat buah dilakukan dengan berpedoman pada kunci identifikasi
The Australian Handbook For The Identification Of Fruit Flies ver.3.1 (2018)
yaitu mencari persamaan dan perbedaan tiap imago lalat buah yang ditemukan
atau dengan mencari kecocokan semua ciri lalat buah yang tampak. Berdasarkan
hasil identifikasi dengan membandingkan ciri-ciri yang ada maka ditemukan enam
spesies yang menyerang buah dibeberapa kecamatan di Kabupaten Luwu yakni B.
albistrigata, B. dorsalis, B. frauenfeldi, B. carambolae, Z. cucurbitae dan B.
umbrosa.

4.2.1 Bactrocera albistrigata (de Meijere)

Spesies B. albistrigata ini ditemukan menyerang jambu air di Kecamatan Bajo


Barat, Ponrang selatan, Bua, Kamanre dan Suli. Spesies ini juga ditemukan
menyerang pada jambu biji di Kecamatan Bajo dan Bua Ponrang serta ditemukan
juga pada buah salak di Kecamatan Bua Ponrang. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Isnaini (2013) yang menyatakan bahwa jenis lalat buah yang ditemukan
pada jambu air di Kabupaten Demak yaitu B. albistrigata, selain itu spesies ini
juga menyerang pada jambu bol dan jambu biji.
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan menunjukkan bahwa B. albistrigata
memiliki ciri seperti pada gambar 3, yakni pada sayapnya terdapat dua pita yang
melintang, pada abdomen terdapat dua garis berwarna oranye dan pada sisi
samping abdomen berwarna hitam serta pada bagian toraks berwarna hitam agak
mengkilat. Ciri morfologi tersebut merujuk pada kunci identifikasi yaitu, sayap
dengan pita melintang pada r-m hingga dm-cu (a). Terdapat penebalan pada anal
streak (b). Costal band berwarna pucat (c). Terdapat garis tengah pada terga III-V
(d). Sisi lateral abdomen terdapat pola hitam lebar (e). Pada toraks dibagian
scutum berwarna hitam agak mengkilat (f). Lateral vittae memanjang dan
meruncing pada bagian ujung berakhir di ia.setae (g). Postprontal lobe berwarna
kuning dan pada sudutnya berwarna agak gelap (h). Facial spot berbentuk oval
besar (i). Tungkai pada bagian ujung femur (j) dan tarsus (k) berwarna agak gelap,
dan pada bagian tibia berwarna hitam kecoklatan (l).

18
b d
a

c
e

h j
i
g
f
l k

Gambar 3. B. albistrigata: (a) pita melintang pada sayap, (b) anal streak menebal,
(c) costal band berwarna pucat, (d) garis tengah pada terga III-V, (e)
pola hitam lebar pada sisi lateral abdomen, (f) scutum berwarna hitam
mengkilat, (g) lateral vittae meruncing pada bagian ujung, (h)
postpronotal lobe, (i) facial spot berbentuk oval besar, (j) femur, (k)
tarsus, (l) tibia.

Distribusi spesies ini tersebar di wilayah Asia Tenggara; Pulau Adaman,


Thailand bagian tengah hingga selatan, Semenanjung, Malaysia, Malaysia Timur,
Singapura, dan Indonesia: Kalimantan, Sulawesi, Lombok, Jawa, dan Sumatera
(Sulaeha et al., 2020), wilayah Amerika Utara khususnya di California (IPPC,
2010), dan wilayah bagian Oceania di Timur Leste (Oliviera et al, 2016) dan
Christmas Island (Drew and Romig, 2013).

4.2.2 Bactrocera dorsalis (Hendel)

Spesies B. dorsalis ini ditemukan menyerang mangga di Kecamatan Bua, alpukat


di Kecamatan Kamanre, pepaya di Kecamatan Bua ponrang, dan buah naga di
Kecamatan Larompong. Spesies ini telah dicatat dari 478 jenis buah dan sayuran
termasuk aprikot, alpukat, pisang, jeruk, kopi, jambu biji, mangga, apel, pepaya,
markisa, persik, pir, kesemek, nanas, dan tomat (Drew dan Romig, 2013). Namun,
alpukat, mangga, dan papaya adalah yang paling sering diserang (Saputa, 2010).
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan menunjukkan bahwa B. dorsalis
memiliki ciri seperti pada gambar 4, yakni terdapat satu pita melintang pada sayap
dan bagian abdomen terdapat pola T serta dibagian tungkai khususnya tibia
berwarna gelap. Ciri tersebut merujuk pada kunci identifikasi yakni pada sayap
memiliki anal streak yang sangat tipis (a). Pada bagian costal band menipis
hingga bagian R2+3 (b). Bagian abdomen terdapat pola T (c). Pada bagian sudut
terga IV dan V berwarna agak gelap (d). Pada bagian scutum berwarna hitam
hingga merah-
19
coklat (e). Lateral vittae tebal sampai ia.setae (f). Facial spot bulat besar (g).
Tungkai dengan ruas tibia depan dan belakang berwarna gelap (h).

b
a c

e
f
g
h
Gambar 4. B. dorsalis; (a) anal streak, (b) costal band, (c) pola T pada abdomen,
(d) sudut terga IV dan V berwarna agak gelap, (e) scutum berwarna hitam
hingga merah-coklat, (f) lateral vittae tebal, (g) facial spot, (h) tibia
berwarna gelap.

Spesies B. dorsalis terdistribusi secara luas di wiliyah Asia; Pakistan, India,


Sri Langka (Drew and Romig, 2013), Bangladesh, Nepal, Bhutan, Myanmar,
China, Taiwan, Hong Kong, Thailand, Vietnam, Cambodia, Laos, Malaysia,
Singapura, Philipina, dan Indonesia. Spesies ini juga tersebar di wilayah Afrika
dan Oceania (PHA, 2018), serta wilayah Amerika Serikat dan California (EPPO,
2014).

4.2.3 Bactrocera frauenfeldi (Schiner)

Spesies B. frauenfeldi ini ditemukan pada jambu bol di Kecamatan Kamanre dan
jambu air di Kecamatan Bua. Berdasarkan hasil penelusuran pada European and
Mediterranean Plant Protection Organization (EPPO 2022) terkini menunjukkan
bahwa sebaran spesies B. frauenfeldi di Indonesia masih di daerah Papua Barat
yaitu di Irian Jaya, Linda (2018) juga menyatakan bahwa spesies ini umumnya ada
di Indonesia bagian timur termasuk Papua Barat tetapi tidak ditemukan pada
wilayah lain di Indonesia, dengan demikian ditemukannya spesies ini merupakan
temuan pertama di wilayah Sulawesi Selatan khususnya Kabupaten Luwu.
Menurut PHA (Plant Health Australia 2018), Spesies ini tersebar luas di wilayah
Oceania : Australia (Selat Torres dan Queensland Utara Selatan ke Townsville);
Negara Federasi Mikronesia, Kribati, Kepulauan Marshall, Palau, Nauru, Pulau
Solomon, dan Papua Nugini.

20
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan menunjukkan B. frauenfeldi
memiliki ciri seperti pada gambar 5, yakni terdapat dua pita melintang pada bagian
sayap, pada bagian toraks berwarna hitam mengkilat dan pada bagian atas toraks
atau yang biasa disebut postpronotal lobe berwarna hitam, terdapat dua garis
berwarna orange dibagian abdomen dan satu garis melintang berwarna orange.
Ciri tersebut merujuk pada kunci identifikasi yaitu pada sayap terdapat pita tebal
melintang pada r-m hingga dm-cu (a). Pada bagian anal streak lebar (b). Costal
band berwarna pucat dan sempit (c). Pada bagian abdomen berwarna hitam pada
kedua sisi samping abdomen (d). Terdapat garis memanjang berwarna hitam
dibagian tengah abdomen (e). Pada toraks dibagian scutum berwarna hitam
mengkilat (f). Lateral vittae tipis dan panjang (g). Postpronotal lobe berwarna
hitam (h). Scutellum berwarna kuning dengan segitiga berwarna hitam agak samar
(i). Facial spot besar (j). Pada bagian tungkai depan, femur dan tibia berwarna
orenye kecoklatan (k) serta berwarna gelap pada tarsus (l). Tungkai bagian tengah,
femur dan tibia berwarna gelap (m).

i
d
a
e

b
d
c

h k
f j l
m
g

Gambar 5. B. frauenfeldi; (a) pita tebal melintang pada sayap, (b) anal streak, (c)
costal band, (d) sisi samping abdomen berwarna hitam, (e) pita hitam pada
abdomen, (f) scutum, (g) lateral vittae, (h) postpronotal lobe berwarna
hitam, (i) pola segitiga pada scutellum, (j) facial spot, (k) femur dan tibia
pada tungkai depan, (l) tarsus bagian tungkai depan, (m) femur dan tibia
pada tungkai tengah.

B. frauenfeldi telah tercatat pada lebih dari 72 spesies tanaman inang dalam
45 genus dan 29 famili. Spesies inang yang diketahui sebagian besar adalah buah
komersial atau buah yang dapat dimakan. Bactrocera frauenfeldi menyerang
tanaman inang komersial antara lain jambu biji, jambu bol, jambu air, apel
melayu, mangga, dan sukun (Linda et al, 2018).

21
4.2.4 Bactrocera carambolae (Drew and Hancock)
Spesies B. carambolae ini ditemukan di Kecamatan Bua Ponrang pada salak, di
Kecamatan Kamanre pada alpukat, serta di Kecamatan Larompong pada buah
pepaya dan mangga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siwi et al (2006) B.
carambolae mempunyai banyak inang diantaranya buah belimbing, papaya, jambu
air, jambu biji, kluwih, cabai, nangka, jambu bol, mangga, tomat. Distribusi
spesies ini tersebar hampir di seluruh Indonesia kecuali Papua (Sulaeha et al,
2020). Persebaran di Asia meliputi Bangladesh, Brunei, Kamboja, India,
Malaysia, Myanmar, Singapura, dan Thailand (EPPO, 2022). Spesies ini juga
tersebar di wilayah Amerika Selatan meliputi Suriname, Guyana Prancis,
Guyana (PHA,
2018), dan Brasil khususnya meliputi Amapa, Para, dan Roraima (EPPO, 2022).
Berdasarkan hasil identifikasi menunjukkan B. carambolae memiliki ciri
morfologi seperti pada gambar 6, yakni terdapat pita mellintang pada sayap dan
pada bagian ujung sayap menebal, dibagian abdomen terdapat pola T yang jelas,
dan pada bagian toraks berwarna hitam. Ciri tersebut merujuk pada kunci
identifikasi yakni pada sayap dibagian costal band sedikit tumpang tindih dengan
bagian R2+3 dan melebar atau menebal disekitar R4+5 (a). Pada bagian anal streak
tipis atau sempit (b). Abdomen dengan pola T dibagian terga III-V (c). Terdapat
spot hitam pada bagian sudut terga IV (d). Pada toraks dibagian scutum berwarna
hitam (e). Pada bagian lateral vittae lebar dan panjang (f). Facial spot bulat
memanjang besar (g). Pada tungkai, tibia keseluruhan berwarna gelap (h).

a
b c

f e

g h

Gambar 6. B. carambolae; (a) costal band, (b) anal streak, (c) pola T pada
abdomen, (d) spot hitam pada sudut terga IV, (e) scutum berwarna
hitam, (f) lateral vittae, (g) Facial spot besar, (h) tibia.

22
4.2.5 Zeugodacus cucurbitae (Coquillett)

Spesies Z. cucurbitae ini ditemukan pada buah semangka di Kecamatan Ponrang


Selatan dan Larompong. Z. cucurbitae ditemukan pada berbagai jenis tanaman
inang, namun tanaman Cucurbitaceae merupakan inang yang paling disukai oleh
spesies ini (Sulaeha, 2018). Menurut data yang diperoleh dari Centre for
Agriculture and Bioscience International 2022 (CABI 2022) distribusi spesies ini
di Asia secara luas dari Asia Tenggara, Cina selatan dan anak benua India. Spesies
ini juga tersebar luas di wilayah Oceania termasuk Papua Nugini, Kepulauan
Mariana, Kepulauan Solomon, Nauru, Kribati, Guam, dan Hawai. Selain itu
spesies ini juga terdistribusi di wilayah Afrika disejumlah negara Sub-Sahara, di
wilayah Amerika Serikat khususnya California dan Hawai. Selain itu spesies
ini juga terdistribusi di wilayah Eropa khususnya Slovenia.
Spesies ini dulunya dikenal sebagai Bactrocera cucurbitae, kemudian pada
tahun 2018 berubah nama menjadi Z. cucurbitae, hal ini didasarkan pada
penelitian morfogenetik yang menguraikan perbedaan Genus Bactrocera dan
Zeugodacus (Krosch et al. 2012; Meyer et al. 2015; Virgilio et al. 2015; Boontop
et al. 2017, Krosch et al. 2017, Doorenweerd et al. 2018 (Sulaeha, 2018) )
Berdasarkan hasil identifikasi menunjukkan Z. cucurbitae ini memiliki ciri
seperti pada gambar 7, yakni pada bagian sayap terdapat tiga pita pendek, dibagian
tengah toraks terdapat pita berwarna kuning, serta pada bagian abdomen terdapat
pola T yang jelas dan bagian samping abdomen berwarna agak gelap. Ciri tersebut
merujuk pada kunci identifikasi yakni dibagian sayap, costal band meluas menjadi
titik setengah lingkaran pada puncak sayap (a). Terdapat pita tebal melintang pada
dm-cu (b). Pada bagian r-m terlihat jelas dan sedikit menebal (c). Terga III-V
membentuk pola T (d). sisi samping terga III-IV berwarna gelap (e). Pada toraks
dibagian scutum berwarna emas atau coklat-merah (f). Medial vittae sempit dan
berwarna kuning (g). Lateral vittae sempit (h). Facial spot bulat besar (i). Tungkai
dibagian tarsus (j), ujung femur (k) hingga tibia (l) berwarna kecoklatan.

c
a

d
b e

f k
g

h
i
j
l
23
Gambar 7. Z. cucurbitae; (a) spot hitam setengah lingkaran pada puncak sayap, (b)
pita melintang pada dm-cu, (c) r-m terlihat jelas, (d) pola T pada abdomen,
(e) terga III dan IV berwarna gelap pada sisi samping, (f) scutum, (g)
medial vittae, (h) lateral vittae, (i), facial spot besar, (j) tarsus, (k) femur,
(l) tibia.

4.2.6 Bactrocera umbrosa (Fabricius)

Spesies ini ditemukan menyerang nangka di Kecamatan Larompong. B. umbrosa


ini dikenal sebagai lalat nangka, karena banyak ditemukan pada tanaman bergenus
artocarpus (nangka dan cempedak) (Sari, 2020). Spesies ini bersifat oligofagus
(Drew dan Romig, 2012). Distribusi spesies ini tersebar luas di Asia termasuk
Malaysia, Thailand Selatan, Philipina, dan hamper seluruh wilayah Indonesia
terkhusus di Kalimantan (Sulaeha, 2020). Spesies ini juga tersebar luas di wilayah
Oceania/Kepulauan Pasifik meliputi Palau, Papua Nugini, Kepulauan Solomon,
Vanuatu, Kaledonia Baru (PHA, 2018), dan Timur leste (Bellis et al, 2017).
Berdasarkan hasil identifikasi menunjukkan ciri morfologi dari spesies ini
seperti pada gambar 8, yakni terdapat tiga pita tebal yang melintang pada sayap,
pada abdomen hampir keseluruhan berwarna oranye, serta pada toraks berwarna
oranye kecoklatan. Ciri tersebut merujuk pada kunci identifikasi yakni terdapat
tiga pita melintang disamping anal streak hingga ujung sayap disamping costal
band (a). Pada abdomen berwarna coklat kemerahan dan pada terga III-V dibagian
sisi lateral berwarna gelap (b). Pada toraks, scutum berwarna coklat-hitam (c).
Lateral vittae tebal (d). Facial spot bulat (e). Femur (f), tibia (g), dan tarsus (h)
berwarna
kuning kecoklatan.
a

e
c
d g
h
f

Gambar 8. B. umbrosa; (a) tiga pita melintang melintasi sayap, (b) terga III-V
berwarna gelap, (c) scutum, (d) lateral vittae, (e) facial spot, (f) femur,
(g) tibia, (h) tarsus.

24
5. KESIMPULAN
Jenis lalat buah yang telah ditemukan di Kab. Luwu pada delapan lokasi
pengambilan sampel yakni Kec. Bajo, Kec. Bajo Barat, Kec. Ponrang Selatan,
Kec. Bua, Kec. Kamanre, Kec. Bua Ponrang, Kec. Larompong, dan Kec. Suli.
Spesies lalat buah tersebut sebagai berikut, Bactrocera albistrigata, B. dorsalis, B.
carambolae, B. frauenfeldi, B. umbrosa, dan Zeugodacus cucurbitae. Salah satu
spesies yaitu B. frauenfeldi merupakan spesies yang pertama kali ditemukan
Sulawesi Selatan khususnya Kabupaten Luwu.

25
DAFTAR PUSTAKA

Bellis, G A., Brito A A., Jesus, H de., Quintao, V., Sarmento, J C., Bere, A.,
Rodrigeus, J., Hancock, D L. 2017. A Preliminary Account of the Fruit
Fly Fauna of Timor-Leste (Diptera: Tephritidae: Dacinae). Zootaxa.
4362(3):
421-432.

Boontop, Y., Schutze, M K., Clarke, A R., Cameron, S L., Krosch, M N. 2017.
Signatures of Invasion: Using an Integrative Approach to Infer the Spread
of Melon fly, Zeugodacus cucurbitae (Diptera: Tephritidae), Across
Southeast Asia and the West Pacific. Biol Invasions. 19(5):1597-1619.

CABI. 2022. CABI datasheet. Centre for Agriculture and Bioscience International.
Wallingford.

Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2020. Pedoman Pengendalian Hama Lalat


Buah. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Jakarta.

Doorenweerd, C., Leblanc, L., Norrbom, A L., Jose, M S., Rubinoff, D. 2018. A
Global Checklist of The 932 Fruit Fly Species in the Tribe Dacini
(Diptera, Tephritidae). Zookeys. (730):19-56.

Drew, R A I and Romig, M C. 2013. Tropical Fruit Flies (Tephritidae : Dacinae)


of South-EasAsia : Indomalaya to North-West Australasia (London,UK:
CAB International)

Drew, R A I and Romig, M C. 2012. Fruit fly species (Diptera: Tephritidae:


Dacinae) recorded in Indonesia. In: Friut Flies Of Indonesia : Their
Identification, Pest Status And Pest Management, ed - N Area-wide
management of pest fruit flies in an Indonesian mango production system
(Brisbane, Australia: International Center for the Management of Pest
Fruit Flies Nathan Campus, Griffith University, Brisbane, Australia).

EPPO. 2014. PQR database. Paris, France: European and Mediterranean Plant
Protection Organization. http://www.eppo.int/DATABASE/pqr.htm

EPPO. 2022. EPPO Global database. In: EPPO Global database, Paris, France:
EPPO. 1 pp. https://gd.eppo.int/

Hasyim, A., Setiawati, W., dan Liferdi, L. 2014. Teknologi Pengendalian Hama
Lalat Buah pada Tanaman Cabai. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Bandung. Indonesia.

Helmiyetti., Rahmadani, I., Manaf, S. 2019. Efektivitas Petrogenol Sebagai


Atraktan Lalat Buah (Bactrocera Spp.) Pada Tanaman Cabai Merah
26
(Capsicum Annuum L.) Di Lahan Uptd Bptph Mojorejo Kab. Rejang
Lebong Provinsi Bengkulu. Seminar Nasional Biologi, Saintek dan
Pembelajarannya (SN-Biosper) Tahun 2019.

Indriyanti dan Dyah, Rini. 2007. Keanekaragaman Spesies Bactrocera dan


Parasitoidnya Yang Menyerang Berbagai Jenis Buah di Pasar
Bandungan. Semarang. UNNES.

IPPC. 2010. Update on white striped fruit fly, Bactrocera albistrigata: Eradicated
from United States. IPPC Official Pest Report, No. USA-05/2. Rome,
Italy: FAO. https://www.ippc.int/

Isnaini, Nur Yanuarti. 2013. Identifikasi Spesies dan Kelimpahan Bactrocera spp
di Kabupaten Demak. Skripsi. Program Studi. Biologi Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Krosch, M N., Schutze, M K., Armstrong, K F., Graham, G C., Yeates, D K., and
Clarke, A R. 2012. A molecular phylogeny for the Tribe Dacini (Diptera:
Tephritidae): Systematic and Biogeographic Implications. Mol
Phylogenet Evol. 64(3):513-523.

Krosch, M N., Schutze, M K., Strutt, F., Clarke, A R., and Cameron, S L. 2017.
A Transcriptome-based Analytical Workflow for Identifying Loci for
Species Diagnosis: a Case Study with Bactrocera. Mol Phylogenet Evol.
65(5):423-445.

Landolt, P J & Quilici, S. 1996. Overview of Research on the Bactrocera dorsalis


flies. In Fruit Fly Pest: A. World Assessment of Their Biology and
Management. Florida: St. Lucie Press.

Linda., Witjaksono., dan Suputa. 2018. Komposisi Spesies Lalat Buah (Diptera:
Tephritidae) di Sorong dan Raja Ampat, Papua Barat. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia. 22(2):193–200.

Meyer, M D., Delatte, H., Mwatawala, M., Vayssières, J F., Quilici, S., Virgilio,
M.
2015. A review of the Current Knowledge on Zeugodacus cucurbitae
(Coquillett) (Diptera: Tephritidae) in Africa, with a List of Species
Included in Zeugodacus. Zookeys. (540):539-557.

Muryati, A., Hasyim., dan Riska. 2008. Preferensi Spesies Lalat Buah Terhadap
Atraktan Metil Eugenol Dan Cue-Lure dan Populasinya di Sumatera
Barat dan Riau. Jurnal Hortikultura. 18(2):227-233.

Nawawi, Rosten. 2018. Kelimpahan Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) Pada


Berbagai Jenis Buah-buahan yang Terdapat di Pasar Tugu Bandar
Lampungi. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
27
Oliviera, N., Susila, I W., Supartha, I W. 2016. Diversity of Fruit Flies and
Parasitization Level of Parasitoid Associated with Plants Fruits in Lautem
District, timor Leste. (Keragaman jenis Lalat Buah dan Tingkat
Parasitisasi Parasitoid yang Berasosiasi dengan Tanaman Buah-Buahan di
Distrik Lautem, Timor Leste). Journal Article. 5(1):56-79.

Plant Health Australia. 2018. The Australian Handbook For The Identification Of
Fruit Flies ver 3.1. Canberra: Australia

Rahmanda, Edi. 2017. Identifikasi Spesies Lalat Buah Genus Bactrocera (Diptera :
Tephritidae) pada Komoditas Cabai (Capsicum sp) Pasar Bandar
Lampung. Skripsi. Program Studi Biologi Universitas Islam Negri Raden
Intan Lampung.

Sahetapy, B., Uluputty, M A., Naibu, L. 2019. Identifikasi Lalat Buah (Bactrocera
spp.) Asal Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) dan Belimbing
(Averrhoa carambola L.) di Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah. Jurnal Agrikultura. 30(2):63-74.

Sari, D E., Sunarti., Nilawati., Mutmainna, Iin., dan Yustisia, Dian. 2020.
Identifikasi Hama Lalat Buah (Diptera : Tephiritidae) pada Beberapa
Tanaman Hortikultura. Jurnal Agrominansia. 5(1):1-9.

Sari, D W., Azwana., dan Pane, E. 2017. Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis
Hendel) dan Preferensi Peletakan Telur pada Tingkat Kematangan Buah
Belimbing di Desa Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu Sumatera Utara.
Jurnal Agrotekma. 1(2):102-110.

Septiawati, Dewi. 2021. Jenis dan Populasi Lalat Buah (Diptera : Tephritidae)
yang Menyerang Tanaman Cabai di Kota Padang. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Andalas Padang.

Siwi, S S. 2005. Eko-Biologi Hama Lalat Buah. Bogor : BB-Biogen.

Siwi, S S dan Hidayat, Suputa. (2006). Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah
Penting di Indonesia Diptera: Tephritidae Cetakan Kedua Revisi
Pertama. Bogor: Kerjasama Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioekologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian dengan Departement of
Agriculture, Fisheries and Forestry Australia.

Sulaeha., Bahtiar, A H., and Melina. 2020. Identification Fruit Fly Species
Associated with Watermelon Plants (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum
& Nakai) in South of Sulawesi, Indonesia. IOP Conf. Series: Earth and
Environmental Science. 486(2020)012161:1-13

Sulaeha. 2018. Studi Lalat Buah Zeugodacus Cucurbitae (Coquillett) (Diptera:


Tephritidae) dengan Perhatian Utama pada Deteksi Senyawa Kairomon

28
dari Tanaman Inang. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.

Sulfiani. 2018. Identifikasi Spesies Lalat Buah (Bactrocera Spp) pada Tanaman
Hortikulura di Kabupaten Wajo. Jurnal Perbal. 6(1):35-42.

Suputa., Trisyono, Y A., Martono E and Siwi, S S. 2010. Update on the Host
Range Ofdifferent Species of Fruit Flies in Indonesia Pembaruan
Informasi Kisaran Inang Spesies Lalat Buah di Indonesia. J Perlindungan
Tanaman Indonesia. 16(3):62-75

Susanti D A. 2015 Identifikasi Parasitoid pada Lalat Buah Bactrocera cucurbitae


dalam Buah Pare. Universitas Pendidikan Indonesia.

Susanto, A., Fathoni, F., Atami, N I., Nur., dan Tohidin. 2018. Fluktuasi Populasi
Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Kompleks.) (Diptera: Tephritidae) pada
Pertanaman Pepaya di Desa Margaluyu, Kabupaten Garut. Jurnal
Agrikultura. 28(1):32-38.

Vijaysegaran, S dan Drew, R. 2006. Fruit Fly Spesies of Indonesia : Host Range
and Distribution. ICMPFF : Griffith University.

Virgilio, M., Jordaens, K., Verwimp, C., White, I M., De Meyer, M. 2015. Higher
Phylogeny of Frugivorous Flies (Diptera, Tephritidae, Dacini): Localised
Partition Conflicts and a Novel Generic Classification. Mol Phylogenet
Evol. 85(1) :171-179.

29
LAMPIRAN

TABEL
Tabel lampiran 1. Hasil identifikasi morfologi spesies lalat buah.
Spesies
No. Jenis Buah Lokasi Bagian Morfologi Keterangan
Lalat Buah
Sayap dengan garis
b melintang melewati r-m
a
hingga dm-cu (a). Terdapat
c
penebalan pada anal streak
(b). Pada bagian costal
band berwarna pucat (c).

Terdapat garis tengah pada


terga III-V (d). Sisi lateral
abdomen terdapat pola
hitam lebar (e).
d e
Bagian scutum berwarna
hitam agak mengkilat (f).
Lateral vitta memanjang
dan meruncing pada bagian
Bactrocera h
1. Jambu air Kec. Bajo ujung berakhir di ia.setae
albistrigata
g (g). Postprontal lobe
f berwarna kuning dan pada
sudutnya berwarna agak
gelap (h).

i Facial spot berbentuk oval


besar (i).

30
Pada bagian ujung femur
(j) dan tarsus (k) berwarna
j agak gelap. Tibia berwarna
hitam kecoklatan (l).
l
k

Sayap dengan garis


b melintang melewati r-m
a hingga dm-cu (a). Terdapat
c penebalan pada anal streak
(b). Pada bagian costal
band berwarna pucat (c).
Terdapat garis tengah pada
terga II-V (d). Sisi lateral
abdomen terdapat pola
d hitam lebar (f).
f

Bagian scutum berwarna


hitam agak mengkilat (g).
Lateral vitta memanjang
h dan meruncing pada bagian
Kec.
Bactrocera i ujung berakhir di ia.setae
2. Jambu air Ponrang
albistrigata g (h). Postprontal lobe
selatan
berwarna kuning
kecoklatan dan pada
sudutnya berwarna agak
gelap (i).
Pada bagian ujung femur
i (i) dan tarsus (j) berwarna
agak gelap. Tibia berwarna
j hitam kecoklatan (k).
k

l
Facial spot berbentuk oval
besar (l).

31
b
Sayap dengan anal streak
a yang sangat tipis (a). Pada
bagian costal band menipis
hingga bagian R2+3 (b).

Bagian abdomen terdapat


pola T (c). Pada bagian
c sudut terga IV dan V
berwarna agak gelap (d).
d

Pada bagian scutum


Bactrocera berwarna hitam (e). Lateral
3. Mangga Kec. Bua e
dorsalis f vittae tebal sampai ia.setae
(f).

g Facial bulat spot besar (g).

Pada bagian depan dan


belakang tibia berwarna
gelap (h).
h

Sayap dengan garis


melintang melewati r-m
a hingga dm-cu (a). Terdapat
Bactrocera
4. Jambu air Kec. Bua penebalan pada anal streak
albistrigata
c (b). Pada bagian costal
b band berwarna pucat (c).

32
Terdapat garis tengah pada
e terga III-V (d). Sisi lateral
d
abdomen terdapat pola
hitam lebar (e).
Bagian scutum berwarna
hitam agak mengkilat (f).
h Lateral vitta memanjang
g
f dan meruncing pada bagian
ujung berakhir di ia.setae
(g). Postprontal lobe
berwarna kuning dan pada
sudutnya berwarna agak
gelap (h).
i
Facial spot berbentuk oval
besar (i).

Pada bagian ujung femur


j
(j) dan tarsus (k) berwarna
agak gelap. Tibia berwarna
k l
hitam kecoklatan (l) .

Pada sayap terdapat garis


b tebal melintang
a melewewati sayap (a).
Pada bagian anal streak
c lebar (b). Costal band
berwarna pucat dan sempit
Bactrocera (c)
frauenfeldi Pada bagian abdomen
f berwarna hitam pada kedua
d sisi samping abdomen (d).
e
Terdapat garis memanjang
berwarna hitam dibagian
tengah abdomen (e).
Scutellum berwarna kuning

33
dengan segitiga berwarna
hitam agak samar (f)
Pada toraks dibagian
scutum berwarna hitam
i
g mengkilat (g). Lateral
h
vittae tipis dan panjang (h).
Postpronotal lobe berwarna
hitam (i)

Facial spot besar (j)

Pada bagian tungkai, femur


dan tibia berwarna orenye
k kecoklatan (k) serta
berwarna gelap pada tarsus
l (l).

Sayap dengan garis


melintang melewati r-m
a hingga dm-cu (a). Terdapat
c penebalan pada anal streak
b (b). Pada bagian costal
band berwarna pucat (c)
.

Kec. Bajo Bactrocera Terdapat garis tengah pada


5. Jambu biji d
Barat albistrigata terga III-V (d). Sisi lateral
abdomen terdapat pola
e
hitam lebar (e).

h Bagian scutum berwarna


f hitam agak mengkilat (f).
g
Lateral vitta memanjang
dan meruncing pada bagian
ujung berakhir di ia.setae

34
(g). Postprontal lobe
berwarna kuning dan pada
sudutnya berwarna agak
gelap (h).

i
Facial spot berbentuk oval
besar (i).

l
j
Pada bagian ujung femur
k
(j) dan tarsus (k) berwarna
agak gelap. Tibia berwarna
hitam kecoklatan (l).

Sayap dengan garis


a melintang melewati r-m
hingga dm-cu (a). Terdapat
penebalan pada anal streak
c b (b). Pada bagian costal
band berwarna pucat (c).
Terdapat garis tengah pada
terga III-V (d). Sisi lateral
abdomen terdapat pola
d hitam lebar (e).
Kec. Bactrocera e
6. Jambu air
Kamanre albistrigata

Bagian scutum berwarna


hitam agak mengkilat (f).
Lateral vitta memanjang
g h dan meruncing pada bagian
f ujung berakhir di ia.setae
(g). Postprontal lobe
berwarna kuning dan pada
sudutnya berwarna agak
gelap (h).

35
Facial spot berbentuk oval
besar (i).
i
Pada bagian ujung femur
(j) dan tarsus (k) berwarna
j agak gelap. Tibia berwarna
k hitam kecoklatan (l).
l

a Sayap dengan anal streak


b
yang sangat tipis (a). Pada
bagian costal band menipis
hingga bagian R2+3 (b).

Bagian abdomen terdapat


pola T (c). Pada bagian
c sudut terga IV dan V
d
berwarna agak gelap (d).

Pada bagian scutum


berwarna hitam (e). Lateral
e
f vittae tebal sampai ia.setae
Kec. Bua Bactrocera (f).
7. Pepaya
Ponrang dorsalis

Facial bulat spot besar (g).

h Pada bagian depan dan


belakang tibia berwarna
gelap (h).

36
Pada sayap dibagian costal
band meluas menjadi titik
setengah lingkaran pada
a c
puncak sayap (a). Terdapat
garis tebal melintang pada
b
dm-cu (b). Pada bagian r-m
terlihat jelas dan sedikit
menebal (c)

d Terga III-V membentuk


pola T (d). sisi samping
e
terga III-IV berwarna gelap
(e)

Kec. Pada toraks dibagian


Zeugodacus
8. Semangka Ponrang f scutum berwarna emas atau
cucurbutae
Selatan h coklat-merah (f). Medial
g
vittae sempit dan berwarna
kuning (g). Lateral vittae
sempit (h)

i
Facial spot bulat besar (i)

Tungkai dibagian tarsus


j k (j), ujung femur (k) hingga
tibia (l) berwarna
l kecoklatan.

a Sayap dengan anal streak


b yang sangat tipis (a). Pada
Kec. Bactrocera bagian costal band menipis
9. Alpukat
Kamanre dorsalis hingga bagian R2+3 (b).

37
c
d Bagian abdomen terdapat
pola T (c). Pada bagian
sudut terga IV dan V
berwarna agak gelap (d).

Pada bagian scutum


e
f berwarna hitam (e). Lateral
vittae tebal sampai ia.setae
(f).

Facial spot bulat besar (g).


g

Pada bagian depan dan


belakang tibia berwarna
h gelap (h).

Pada sayap dibagian costal


b
a band sedikit tumpang
tindih dengan bagian R2+3
dan melebar atau menebal
disekitar R4+5 (a). Pada
bagian anal streak tipis
atau sempit (b)
Bactrocera
carambolae
d
c
Abdomen dengan pola T
dibagian terga III-V (c).
Terdapat spot hitam pada
bagian sudut terga IV (d)

38
f Pada toraks dibagian
e scutum kebanyakan
berwarna hitam (e). Pada
bagian lateral vittae lebar
dan panjang (f)

Facial spot bulat


memanjang besar (g)
g

Pada tungkai, tibia


h keseluruhan berwarna
gelap (h).

Pada sayap dibagian costal


band meluas menjadi titik
c setengah lingkaran pada
a puncak sayap (a). Terdapat
garis tebal melintang pada
b
dm-cu (b). Pada bagian r-m
terlihat jelas dan sedikit
menebal (c).

Terga III-V membentuk


d pola T (d). sisi samping
Kec. Zeugodacus e terga III-IV berwarna gelap
10. Semangka
Larompong cucurbitae (e).

Pada toraks dibagian


scutum berwarna emas atau
coklat-merah (f). Medial
h vittae sempit dan berwarna
f
g kuning (g). Lateral vittae
sempit (h).

39
i
Facial spot bulat besar (i)

Tungkai dibagian tarsus (j),


ujung femur (k) hingga
j
tibia (l) berwarna
kecoklatan.
k
l

Pada sayap dibagian costal


band sedikit tumpeng
b tindih dengan bagian R2+3
dan melebar atau menebal
a disekitar R4+5 (a). Pada
bagian anal streak tipis
atau sempit (b)
Abdomen dengan pola T
c dibagian terga III-V (c).
Terdapat spot hitam pada
d bagian sudut terga IV (d)

Kec. Bactrocera Pada toraks dibagian


11. Mangga f
Larompong carambolae scutum kebanyakan
e berwarna hitam (e). Pada
bagian lateral vittae lebar
dan panjang (f).

g Facial spot bulat


memanjang besar (g).

Pada tungkai, tibia


keseluruhan berwarna
h
gelap (h).

40
Pada sayap dibagian costal
band sedikit tumpang
tindih dengan bagian R2+3
b a
dan melebar atau menebal
disekitar R4+5 (a). Pada
bagian anal streak tipis
atau sempit (b).

d
Abdomen dengan pola T
c dibagian terga III-V (c).
Terdapat spot hitam pada
bagian sudut terga IV (d)

Pada toraks dibagian


Kec. Bactrocera
12. Pepaya e scutum kebanyakan
Larompong carambolae
f berwarna hitam (e). Pada
bagian lateral vittae lebar
dan panjang (f)

g Facial spot bulat


memanjang besar (g)

Pada tungkai, tibia


h keseluruhan berwarna
gelap (h).

pada sayap terdapat tiga


pita melintang disamping
a anal streak hingga ujung
Kec. Bactrocera sayap disamping costal
13. Nangka
Larompong umbrosa band (a).

41
Pada abdomen berwarna
b coklat kemerahan dan pada
terga III-V dibagian sisi
lateral berwarna gelap (b).

c d Pada toraks, scutum


berwarna coklat-hitam (c).
Lateral vittae tebal (d).

Facial spot bulat (e).


e

Femur (f), tibia (g), dan


g tarsus (h) berwarna kuning
kecoklatan.
f h

Pada sayap terdapat garis


tebal melintang
b melewewati sayap (a).
a c
Pada bagian anal streak
lebar (b). Costal band
berwarna pucat dan sempit
(c).
Pada bagian abdomen
berwarna hitam pada kedua
Kec. Bactrocera
14. Jambu Bol sisi samping abdomen (d).
Kamanre frauenfeldi
Terdapat garis memanjang
d berwarna hitam dibagian
e tengah abdomen (e).
Scutellum berwarna kuning
dengan segitiga berwarna
hitam agak samar (f)

42
Pada toraks dibagian
e scutum berwarna hitam
e e mengkilat (g). Lateral
vittae tipis dan panjang (h).
Postpronotal lobe berwarna
hitam (i)

i
Facial spot besar (j)

Pada bagian tungkai depan,


m femur dan tibia berwarna
l k orenye kecoklatan (k) serta
berwarna gelap pada tarsus
(l). Tungkai bagian tengah,
femur dan tibia berwarna
gelap (m).
Sayap dengan garis
melintang melewati r-m
a b
hingga dm-cu (a). Terdapat
penebalan pada anal streak
c (b). Pada bagian costal
band berwarna pucat (c).

Terdapat garis tengah pada


d terga III-V (d). Sisi lateral
e
abdomen terdapat pola
Kec. Bua Bactrocera
15. Jambu biji hitam lebar (e).
Ponrang albistrigata
Bagian scutum berwarna
hitam agak mengkilat (f).
h Lateral vitta memanjang
g dan meruncing pada bagian
f
ujung berakhir di ia.setae
(g). postprontal lobe
berwarna kuning dan pada
sudutnya berwarna agak
gelap (h).

43
i
Facial spot berbentuk oval
besar (i).

Pada bagian ujung femur


j
(j) dan tarsus (k) berwarna
l agak gelap. Tibia berwarna
k
hitam kecoklatan (l).

Sayap dengan garis


b a melintang melewati r-m
hingga dm-cu (a). Terdapat
c penebalan pada anal streak
(b). Pada bagian costal
band berwarna pucat (c).

d Terdapat garis tengah pada


terga III-V (d). Sisi lateral
abdomen terdapat pola
e
hitam lebar (e).

Bagian scutum berwarna


Bactrocera hitam agak mengkilat (f).
16. Jambu air Kec. Suli
albistrigata Lateral vitta memanjang
h f dan meruncing pada bagian
ujung berakhir di ia.setae
g
(g). Postprontal lobe
berwarna kuning dan pada
sudutnya berwarna agak
gelap (h).

i Facial spot berbentuk oval


besar (i).

44
j k Pada bagian ujung femur
(j) dan tarsus (k) berwarna
l agak gelap. Tibia berwarna
hitam kecoklatan (l).

Pada sayap dibagian costal


a b band sedikit tumpang
tindih dengan bagian R2+3
dan melebar atau menebal
disekitar R4+5 (a). Pada
bagian anal streak tipis
atau sempit (b).

Abdomen dengan pola T


dibagian terga III-V (c).
c d Terdapat spot hitam pada
bagian sudut terga IV (d).

Kec. Bua Bactrocera Pada toraks dibagian


17. Salak
Ponrang carambolae scutum kebanyakan
e f berwarna hitam (e). Pada
bagian lateral vittae lebar
dan panjang (f).

g
Facial spot bulat
memanjang besar (g)

Pada tungkai, tibia


keseluruhan berwarna
gelap (h).
h

45
Sayap dengan garis
b melintang melewati r-m
a hingga dm-cu (a). Terdapat
c penebalan pada anal streak
(b). Pada bagian costal
band berwarna pucat (c).
Terdapat garis tengah pada
d terga III-V (d). Sisi lateral
abdomen terdapat pola
hitam lebar (e).
e

Bagian scutum berwarna


hitam agak mengkilat (f).
Lateral vitta memanjang
f dan meruncing pada bagian
Bactrocera g h ujung berakhir di ia.setae
albistrigata
(g). Postprontal lobe
berwarna kuning dan pada
sudutnya berwarna agak
gelap (h).

Facial spot berbentuk oval


besar.

Pada bagian ujung femur


h dan tarsus berwarna agak
h h gelap. Tibia berwarna
hitam kecoklatan.
h

Sayap dengan anal streak


b a yang sangat tipis (a). Pada
Buah Kec. Bactrocera bagian costal band menipis
18.
Naga Larompong dorsalis hingga bagian R2+3 (b).

46
Bagian abdomen terdapat
c pola T (c). Pada bagian
sudut terga IV dan V
d
berwarna agak gelap (d).

e Pada bagian scutum


f berwarna hitam (e). Lateral
vittae tebal sampai ia.setae
(f).

g
Facial bulat spot besar (g).

Pada bagian depan dan


belakang tibia berwarna
h
gelap (h).

47
GAMBAR

Lalat buah
meletakkan
telur

Gambar lampiran 1. Pengambilan sampel buah bergejala

Gambar lampiran 2. Contoh buah bergejala dilapangan

Gambar lampiran 3. Proses pemeliharaan buah terserang lalat buah

48
Gambar lampiran 4. Larva yang telah berubah menjadi Pupa

Gambar lampiran 5. Imago lalat buah

Gambar lampiran 6. Proses pining pada imago lalat buah

49
Gambar lampiran 7. Imago lalat buah yang telah dipining

Gambar lampiran 8. Identifikasi spesies lalat buah menggunakan mikroskof


digital

Gambar lampiran 9. Spesies yang telah diidentifikasi

50
Gambar lampiran 10. Kunci identifikasi Bactrocera carambolae

Gambar lampiran 11. Kunci identifikasi Bactrocera albistrigata

51
Gambar lampiran 12. Kunci identifikasi Bactrocera dorsalis

Gambar lampiran 13. Kunci identifikasi Bactrocera umbrosa

52
Gambar lampiran 14. Kunci identifikasi Bactrocera frauenfeldi

Gambar lampiran 15. Kunci identifikasi Zeugodacus cucurbitae

53

Anda mungkin juga menyukai