Anda di halaman 1dari 24

POTENSI BAKTERI ENDOFIT DAN ANTAGONIS SEBAGAI

AGEN PENGENDALI PENYAKIT HAWAR PADI


(Xanthomas oryzae)

PROPOSAL

OLEH:

ALFONS DWI PUTRA BUTAR-BUTAR

NPM : 198210023

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MEDAN AREA

MEDAN

2023
POTENSI BAKTERI ENDOFIT DAN ANTAGONIS SEBAGAI

AGEN PENGENDALI PENYAKIT HAWAR PADI

(Oryza sativa)

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:
ALFONS DWI PUTRA BUTAR-BUTAR
NPM: 198210023

Proposal ini disusun sebagai Salah satu Syarat Untuk


Menyelesaikan studi S1 di Fakultas Pertanian
Universitas Medan Area

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Saipul Sihotang, S. Si, M.Biotek


Ketua

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

kasih dan karunia yang telah di berikan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan proposal ini yang berjudul “ Potensi Bakteri Endofit Dan

Antagonis Sebagai Pengendali Penyakit Hawar padi Xanthomas oryzae“.

Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Pertanian Universitas Medan Area.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada

banyak pihak yang telah membantu dalam penulisan proposal ini. Secara kusus

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Zulheri Noer, M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Medan Area.

2. Bapak Saipul Sihotang, S.Si,M.Biotek selaku Dosen Pembimbing I yang

telah memberikan banyak bimbingan dan arahan yang kontruktif kepada

penulis.

3. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf dan pegawai Fakultas Pertanian

Universitas Medan Area.

4. Kedua Orang tua Ayahanda dan Ibunda tercinta atas jerih payah dan doa serta

dorongan moril maupun materi kepada penulis.

5. Seluruh Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dukungan

kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini


Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat

dalam proposal ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan proposal ini.

Medan, Januari 2023


Penulis

Alfons Dwi Putra Butar-butar


NPM: 19210023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan tanaman yang memiliki peran

penting bagi kelangsungan hidup manusia. Seperti di Indonesia padi menjadi

makanan pokok bagi sebagian masyarakatnya.(Rimka,2019) Budidaya padi sangat

penting untuk kita jaga demi kelangsungan hidup umat manusia yang sejahtera.

Pemerintah Republik Indonesia menargetkan hasil tanam padi pada tahun 2013

sebanyak 72.06 juta ton bulir padi kering giling dan surplus beras sebanyak 10

juta ton di tahun 2015. Namun, hasil yang tercapai pada tahun 2013 adalah

sebanyak 71,23 juta ton gabah kering giling (GKG) pada realisasi luas panen

13,84 juta ha,(Zaki,2017).

Komoditas padi adalah komoditas yang sangat penting untuk

dikembangkan di Indonesia. Penduduk Indonesia hampir 95 persen

mengkonsumsi beras dan menjadikan beras sebagai bahan pangan utama

penghasil sumber karbohidrat. Di Indonesia, jumlah penduduk semakin meningkat

setiap tahunnya, sehingga menyebabkan kebutuhan beras semakin bertambah

banyak (Firdaus, 2017).

Badan Pusat Statistik (2019) melaporkan produksi padi di Indonesia pada

tahun 2018 mencapai 59.200.534 ton dan pada tahun 2019 produksi padi

mengalami penurunan menjadi 54.604.033 ton, dimana Sumatera Utara

memperoleh produksi padi pada tahun 2018 sebesar 2.108.285 ton, untuk tahun

2019 sebesar 2.078.902 ton. yaitu 31.313.034 ton. Budidaya tanaman padi sering

mengalami kendala salah satunya adalah penyakit hawar daun bakteri (HDB).
Hasil penelitian (Triny ,2017) melaporkan bahwa penyakit ini menyerang

tanaman padi baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Bakteri endofit

merupakan mikroorganisme simbiotik yang hidup di dalam jaringan tanaman dan

tidak menimbulkan efek negatif pada tanaman inangnya (Mano and Morisaki,

2008; Afzal et al, 2019). Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk

mengetahui jenis bakteri endofit dan antagonisnya sebagai agen pengendalian

penyakit hawar padi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis bakteri endofit pada perakaran padi?

2.Bagaimana potensi bakteri endofit dan Antagonis sebagai agen

pengendalian penyakit hawar padi (Xanthomas oryzae)

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk Mengetahui jenis Bakteri endofit dan antagonis sebagai agen

pengendali Penyakit Hawar Padi (Xanthomas oryzae)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Petani

Sebagai referensi bagi petani dalam mengatasi penyakit hawar padi

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan untuk menambah pemahaman dan informasi

tentang penyakit hawar padi (Xanthomas oryzae)

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan acuan dalam

mengembangkan penelitian mengenai penyakit hawar padi (Xanthomas

oryzae)

2
3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam golongan

rumput-rumputan. Padi mempunyai umur yang pendek yaitu kurang dari satu

tahun, hanya satu kali produksi, setelah berproduksi maka akan mati atau

dimatikan. Tanaman padi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok

berdasarkan keadaan berasnya, cara dan tempat bertanam, dan menurut umurnya.

Klasifikasi Tanaman Padi menurut Tjitrosoepomo (2016).(Oryza sativa L.)

diklasifikasikan sebagai Kingdom : Plantae, Divisi : Magnoliophyta, Kelas :

Liliopsida, Ordo : (Tribe) Oryzae, Famili : Graminae (Poaceae), Genus : Oryza.

memiliki 20 spesies, tetapi yang dibudidayakan adalah Oryza sativa L. di Asia,

dan Oryza glaberrima Steud di Afrika. Padi termasuk pada genus Oryza yang

meliputi lebih kurang 25 spesies.

Pertumbuhan padi terdiri atas tiga fase, yaitu fase vegetatif, reproduktif dan

pemasakan. Fase vegetatif dimulai dari saat berkecambah sampai dengan

primodial malai, fase reproduktif terjadi saat tanaman berbunga dan fase

pemasakan dimulai dari pembentukan biji sampai panen yang terdiri atas empat

stadia yaitu stadia masak susu, stadia masak kuning, stadia masak penuh dan

stadia masak mati (Zaki, 2017) Padi merupakan tanaman semusim (annual)

berumur pendek kurang dari 1 tahun. Akarnya serabut mencapai kedalaman 20 -

30 cm, tinggi batang beragam (0,5 – 2 m), berbatang bulat dan berongga yang

disebut jerami. Helai daun bangun garis, dengan tepi kasar dan panjangnya 15 –

80 cm. Bunga padi terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga lemma (gabah padi
yang besar), palea (gabah padi yang kecil), putik, kepala putik, tangkai sari,

kepala sari, dan bulu (awu) pada ujung lemma. Penurunan produksi tanaman padi

secara umum di sebabkan oleh serangan hama dan penyakit, hal ini disebabkan

karena iklim di Indonesia yang idieal yang menyebabkan produksi tanaman bisa

menurun (Wister,2018).

2..2. Penyakit Hawar Padi

Hawar daun bakteri (HDB) disebabkan oleh bakteri patogen Xanthomonas

oryzae pv. oryzae (Xoo) yang menyerang tanaman padi, terutama bagian daun.

Apabila kejadian serangan penyakit terjadi pada fase pertumbuhan vegetatif

hingga awal generatif, maka akan mengurangi produktivitas padi karena

terhambat- nya proses fotosintesis pada daun untuk menghasilkan fotosintat

(Wage et al. 2020). Padi yang tahan terhadap infeksi HDB adalah padi dengan

karakter kandungan gula reduksi yang tinggi pada daun Tingkat keparahan HDB

pada daun diduga dipengaruhi oleh morfologi daun pada suatu genotipe. Oleh

karena itu, keragaman daun dikarakterisasi untuk mengetahui korelasinya dengan

tingkat ketahanan terhadap HDB. Sifat morfologi pada daun, terutama pada

bagian kutikula, berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme patogenik dan non-

patogenik yang mengkolonisasi permukaan daun. Kutikula pada varietas tahan

umumnya tebal sehingga sulit untuk ditembus oleh patogen, begitupun sebaliknya

(wister, 2017).

Hawar daun bakteri adalah penyakit penting pada tanaman padi yang

diakibatkan oleh bakteri dan umum disebut sebagai penyakit kresek. Sebaran

penyakit ini sangat luas dan menyerang tanaman terutama pada saat stadia

generatif. Penyakit ini sering dianggap tidak begitu penting oleh sebagian petani

karena tanaman yang terserang biasanya masih bisa dipanen hasilnya. Kerugian

5
yang timbul akibat (Xoo) adalah kualitas gabah hasil panen yang rendah, hal ini

terlihat pada saat penggilingan banyak menghasilkan beras yang pecah. Oryzae

pv. oryzae (Xoo) merupakan bakteri gram negatif yang menyebabkan penyakit

hawar daun bakteri (HDB) pada padi. Hawar daun bakteri tergolong penyakit

penting di banyak negara penghasil padi. Hal ini disebabkan karena Hawar daun

bakteri dapat mengurangi hasil panen dengan tingkat yang bervariasi, tergantung

pada stadium pertumbuhan tanaman yang terinfeksi, tingkat kerentanan kultivar

padi, dan kondisi lingkungan (Abdullah, 2002). Hawar Daun Bakteri (HDB) yang

disebabkan oleh bakteri Xoo menjadi penyakit penting pada tanaman padi,

penyakit HDB muai menyebabkan kerusakan pada pertanaman padi di Indonesia

pada musim hujan (Amaliah, 2018).

Hawar Daun Bakteri (HDB) disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv.

oryzae (Xoo) merupakan salah satu penyakit yang secara ekonomis dapat

menurunkan kuantitas serta kualitas produksi tanaman padi. Penyakit ini tersebar

hampir di seluruh daerah pertanaman padi di Indonesia baik di dataran rendah

maupun dataran tinggi baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Penyakit

ini lebih banyak berkembang pada musim hujan dibandingkan musim kemarau.

Kerugian hasil yang disebabkan oleh Hawar daun bakteri dapat mencapai 60%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bila tingkat keparahan sebesar 20% sebulan

sebelum panen, penyakit ini sudah mulai menurunkan hasil.

Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) dapat menginfeksi tanaman

dengan cara masuk melalui hidatoda, stomata, atau benih yang terkontaminasi.

Bakteri ini juga dapat menginfeksi tanaman dengan cara merusak klorofil daun,

sehingga kemampuan tanaman untuk berfotosintesis berkurang. Penyeebab

penyakit Hawar Daun Bakteri adalah bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae

6
(Xoo). Berdasarkan bentuknya, bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo)

merupakan bakteri yang termasuk dalam kelompok bakteri basil karena berbentuk

batang. Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) adalah bakteri yang memiliki alat

gerak berupa flagel. Ukuran flagel bakteri ini sangat kecil, tebalnya 0,02 - 0,1

mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Flagel yang dimilikinya

hanya satu sehingga bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) termasuk

dalam golongan bakteri monotrik, bakteri merupakan bakteri aerob obligat.

Gambar 1. Gejala Hawar Daun bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo)

pada padi (Sumber : luqman, 2017).

Gejala timbulnya Hawar Daun Bakteri berupa bercak kebasahan berwarna

keabuan pada satu atau kedua sisi daun, biasanya dimulai dari pucuk daun atau

beberapa sentimeter dari pucuk daun. Bercak ini kemudian berkembang luas

keujung dan pangkal daun dan melebar. Bagian daun yang terinfeksi berwarna

hijau kabuan dan sedikit menggulung, kemudian mengering da berwarna abu-abu

keputihan. Pada tanaman yang rentan, gejala terus berkembang sehingga seluruh

daun menjadi kering dan terkadang sampai hingga kebagian pelepahnya.

Pada pagi hari saat cuaca lembab dan berembun, eksudat bakteri sering

keluar kepermukaan bercak berupa cairan berwarna kuning dan pada siang hari

7
setelah kering menjadi bulatan kecil berwarna kuning. Eksudat ini merupakan

kumpulan massa bakteri yang mudah jatuh dan tersebar oleh angin dan gesekan

daun. Percikan air hujan menjadi pemicu penularan yang sangat efektif

(Suparyono dkk, 2017). Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) dapat

menginfeksi tanaman dengan cara masuk melalui hidatoda, stomata, atau benih

yang terkontaminasi. Bakteri ini juga dapat menginfeksi tanaman dengan cara

merusak klorofil daun, sehingga kemampuan tanaman untuk berfotosintesis

berkurang. Penyeebab penyakit Hawar Daun Bakteri adalah bakteri bakteri

Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Berdasarkan bentuknya, bakteri

Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) merupakan bakteri yang termasuk dalam

kelompok bakteri Basil karena berbentuk batang. Xanthomonas oryzae pv. oryzae

(Xoo) adalah bakteri yang memiliki alat gerak berupa flagel. Ukuran flagel bakteri

ini sangat kecil, tebalnya 0,02 - 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel

bakteri. Flagel yang dimilikinya hanya satu sehingga bakteri Xanthomonas oryzae

pv. oryzae (Xoo) termasuk dalam golongan bakteri monotrik, bakteri merupakan

bakteri aerob obligat yakni bakteri yang memerlukan oksigen untuk

pertumbuhannya dan tidak membentuk spora (Darmanik dkk, 2017)

2.3 Bakteri Endofit

Mikroba endofit adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis

(bakteri dan jamur) yang hidup di dalam jaringan tanaman (Xylem dan phloem),

daun, akar, buah, dan batang (Simarmata et al., 2017) Beberapa manfaat mikroba

endofit antara lain sebagai agen biokontrol anaman (Harni et al., 2016, anti

8
mikroba, anti kanker (Kumala, 2019 antioksidan, antiinflamasi, immunosupresi,

dan antidiabetes (Rahmawati,2019)Selain itu bakteri endofit juga sebagai Plant

Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dengan menghasilkan hormon

pertumbuhan dan ketersediaan nutrisi tertentu (Supramana, 2017) Syamarlina dan

Hanafi (2018) menyatakan bahwa bakteri endofit memiliki potensi menghasilkan

senyawa bioaktif yang sama dengan inangnya bergantung dari potensi yang

dimiliki oleh tanaman tersebut.(Kumala,2019)

Menurut Strobel and Daisy (2018) terdapat hampir 300.000 spesies tanaman

yang ada di bumi ini, masing-masing tanaman merupakan inang dari satu atau

lebih mikroba endofit. dapat hidup di dalam jaringan tanaman pada fase tertentu

dalam siklus hidupnya, dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam

jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya (Yingwhu shi et al, 2016).

Secara alami bakteri endofit hanya terdapat pada organ tanaman yang sehat dan

umumnya bakteri endofit merupakan kelompok dari genus bakteri tanah, seperti

Pseudomonas, Burkholderia, Bacillus, dan Azospirilum (Thagavi et al, 2015).

Menurut Hungl and Annapurna (2018) mikroorganisme dikatakan sebagai

endofit apabila mikroba tersebut berada dalam jaringan tanaman setidaknya satu

bagian dari siklus hidupnya. Bakteri endofit memiliki sifat yang sangat unik

imana fisiologi tumbuhan yang berasal dari spesies yang sama namun tumbuh

pada lingkungan yang berbeda, maka bakteri endofit yang dihasilkan akan

berbeda pula sesuai dengan kondisi lingkungannya.

Bakteri endofit merupakan kelompok bakteri yang menguntungkan. Bakteri

ini mampu mengendalikan patogen tanaman serta, menginduksi ketahanan

tanaman dan meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui senyawa-senyawa

9
bioaktif yang dihasilkannya. Beberapa bakteri endofit diketahui banyak

dimanfaatkan dibidang kesehatan sebagai bahan baku obat seperti antibiotic,

antikanker, antioksidan, antiinflamasi, imunosupresi, dan antidiabetes. Dalam

bidang pertanian bakteri endofit dimanfaatkan sebagai pemacu pertumbuhan

tanaman, memfiksasi nitrogen bebas, dan menginduksi penghambatan mikroba

patogen pada tanaman (Hungl and Annapurna, 2019).

2.3.1 Karakteristik Bakteri Endofit

A. Bacillus mycoides

Bacillus mycoides merupakan bakteri dari genus Bacillus. Gram positif,

sel membentuk rantai 5-6 sel, non-motil, anaerob fakultatif, suhu untuk

pertumbuhannya sekitar 15-40 , bisa membentuk asam dari glukosa, dan biasanya

berukuran lebih dari 3 μm (Knaysi, et al., 2016)

Gambar 2. Bacillus mycoides (Sumber gambar : reserchgate, 2017)

Memiliki endospora, pada kondisi lingkungan yang ekstrem bakteri

menghasilkan endospora yang bisa dormain selama periode yang panjang. Habitat

bakteri ini dapat ditemukan di debu, tanah yang subur, tanaman-tanaman,

binatang-binatang, susu, air dan bakteri ini berbentuk batang. Bacillus secara

khusus dapat memproduksi enzim protease ekstraseluler (Fincan and Okumus,

2017)

10
Bacillius mycoides jika ditumbuhkan pada media padat akan membentuk

koloni yang bersulam / beranyaman, bakteri ini menyebabkan infeksi saluran

pernapasan (Anonymous, 2010). B. mycoides, merupakan bakteri non patogenic

pada tanaman, bakteri ini menghuni bagian filosfer, mampu mereduksi bintik

daun Cercospora (Cercospora beticola Sacc.) dari bit gula dengan presentase 38-

91% baik pada percobaan rumah kaca maupun pada ladang. Mampu

mengendalikan penyakit dengan cara menginduksi ketahanan sistemik tanaman.

B. Pseudomonas pseudomallei

Bakteri genus Pseudomonas umumnya berbentuk batang lurus atau

sedikit berombak, tapi tidak berbentuk heliks, bakteri ini berukuran 0,5-1,0 x1,5-

5,0 μm. banyak spesies menghimpun ß-hydroxybutyrate sebagai bahan

cadangan karbon. Mereka tidak memproduksi fosfat dan tidak dikelilingi oleh

lapisan-lapisan. Tidak memiliki fase istirahat yang diketahui, termasuk strain sel

gram negatif Pergerakan terjadi karena adanya satu atau beberapa flagel yang

polar (Kunkel, 2019)

Gambar 3. Pseudomonas pseudomallei (Sumber gambar : Wordpress, 2018)

Pseudomonas pseudomallei merupakan bakteri batang gram negatif yang

tidak meragi karbohidrat, bersifat aerob. Pseudomonas pseudomallei kini

dinamakan Burkholderia pseudomallei, bakteri ini dapat menyebabkan

11
meliodosis. Habitat Pseudomonas pseudomallei ini tersebar luas di alam dan

memegang peranan penting dalam pembusukan zat organic (Chowdhury And

Heinemann, 2018.).

Manfaat Bakteri Endofit

Keberadaan bakteri endofit di dalam jaringan tanaman diketahui dapat

memicu pertumbuhan tanaman dan berperan sebagai agen pengendali

hayati. Selain itu, bakteri endofit mempunyai banyak keuntungan dalam

berbagai aspek kehidupan. Senyawa yang dihasilkan bakteri endofit tertentu

berpotensi dikembangkan dalam bidang medis dalam bentuk sediaan

obatobatan, pertanian dan remediasi lahan tercemar dan industri.

(Jamiatul,2019).

Mikroba endofit mampu memproduksi senyawa metabolit sesuai dengan

tanaman induknya, sehingga dapat dijadikan peluang dan dapat diandalkan

untuk memproduksi metabolit sekunder dari mikroba endofit yang diisolasi

dari tanaman inangnya. Metabolit sekunder tersebut antara lain alkaloid,

benzopyranones, flavonoid, asam fenolik, kuinon, steroid, terpenoid,

tetalones, xanthones, dan lain-lain. (Jamiatul,2019).

12
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari – Maret 2023. Isolasi dan

perbanyakan bakteri endofit dilakukan di Laboratorium Fakultas MIFA

Universitas Sumatera Utara Medan sedangkan penelitian lapangan dilakukan di

Tanjung Morawa Kab Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan sampel akar padi yang sehat isolat Pestaloptiosis sp,

PDA, alcohol 70%, clorox, aquades dan streptomycin

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, Erlenmeyer

Beaker glass, gelas ukur, Bunsen, hot plate,object glass, jarum ose,cover

glas,autolave,gunting,mikroskop,timbangan eletrik,alat tulis dan kamera.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan yaitu Rancangan

Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 7 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan

yang di uji terdiri dari :

P₀ = Control

P₁ = Penggunaan Bakteri Endofit Isolat 01

P₂ = Penggunaan Bakteri Endofit Isolat 02

P₃ = Penggunaan Bakteri Endofit Isolat 03


P₄ = Penggunaan Bakteri Endofit Isolat 04

P₅ = Penggunaan Bakteri Endofit Isolat 05

P₆ = Penggunaan Bakteri endofit

3.4 Metode Analisis Data Penelitian

Pengujian / Analisis data menggunakan Rancangan Acak Legkap (RAL)

dengan Uji DMRT. Untuk melihat perlakuan yang terbaik.

Cara mencari Ulangan :

Dimana t = Banyak Perlakuan, dan r = Banyak Ulangan

t (r-1) ≥ 15

7 (r-1) ≥ 15

7r-7 ≥ 15

7r ≥ 22

r≥ = 3,1 (Ulangan yang digunakan adalah 3 kali)

14
3.5 Pelaksanaan Penelitian

A. Sterilisasi Alat

Sampel akar tanaman padi diambil secara random dari lahan pertanian.

Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.Varietas tanaman padi

yang digunakan adalah varietas situbagendit yang berumur 45 hari. Akar yang

didapatkan ditimbang sebanyak 10 gram, lalu dicuci bersih menggunakan air

mengalir. Tahap pertama dalam melakukan isolasi bakteri Endofit yaitu

melakukan sterilisasi permukaan akar terlebih dahulu dengan melakukan

perendaman pada larutan etanol 75% selama tiga menit, kemudian selama lima

menit akar direndam pada larutan sodium hipoklorit, setelah itu dilakukan

pembilasan sebanyak lima kali pada aquades steril (Sri Hartanti, 2020)

B. Penyediaan isolat Bakteri Endofit

Isolat Bakteri Endofit. yang digunakan adalah koleksi Laboratorium

Proteksi Tanaman Universitas Medan Area Fakultas Pertanian.

C. Eksplorasi Bakteri Endofit Tanaman Padi

Pengambilan Sampel Akar

Pengambilan sampel Bakteri endofit pada akar yang digunakan untuk

eksplorasi Bakteri endofit merupakan tanaman yang sehat dan tidak menunjukkan

gejala serangan hama dan penyakit tanaman. Akar yang akan digunakan dalam

penelitian ini diambil dari desa Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang,

Provinsi Sumatera Utara. Akar dicuci pada air yang mengalir untuk

menghilangkan kotoran yang ada seperti tanah setelah itu di kering anginkan.

Kemudian sampel akar yang telah bersih dimasukkan kedalam kantong plastik

15
yang steril dan dibawa ke Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Sumatera

Utara.

D. Isolasi Bakteri Endofit

Isolasi Bakteri endofit dilakukan dengan mencuci akar tanaman padi

dengan air yang mengalir dan dikeringkan secara aseptic. Hasil tersebut dibawa ke

Laminar Air Flow cabinet kemudian dipotong ukuran 1-2 cm selanjutnya

dilakukan sterilisasi permukaan dengan cara merendamkan sampel kedalam

alkohol 70% selama 2 menit, 5 % crolox selama 3 menit, alkohol 70% selama 30

detik dan aquades steril selama 3 menit, selanjutnya dikeringkan dengan tissue

steril. Sampel akar dibelah dua dan setiap potongan diletakkan diatas permukaan

PDA, sampel ditekan sedikit kemudian diinkubasi selama 2x 24 jam pada

inkubator dengan suhu 30⁰C.

E. Pemurnian dan Pengamatan

Semua koloni Bakteri yang tumbuh di murnikan dengan cara

memindahkan isolat ke cawan petri yang sudah ada media PDA. Selanjutnya di

lakukan pengujian/pengamatan Morfologi, Biologi dan Biokimia. Jika Bakteri

yang tumbuh masih bercampur dengan Bakteri lain maka dipurifikasi kembali.

Hal ini berfungsi untuk memperoleh isolat Bakteri endofit yang murni.

16
3.6 Parameter penelitian

1. Idetifikasi Cendawan Endofit

A. Morfologi

Identifikasi morfologi dilakukan oleh peneliti dan juga tim Laboratorim.

Identifikasi dilakukan berdasarkan dengan ciri-ciri warna dan karakter

fenotipik/morfologis baik dilakukan dengan cara makrokopis (visual) maupun

secara mikrokopis dibawah mikroskop (Ningrum, et. a.l, 2017)

B. Fisiologi dan Biokimia


Karakteristik fisiologi dan biokimia uji yang dilakukan dengan uji Gram

menggunakan KOH 3%. Isolat cendawan endofit murni diambil menggunakan

jarum ose dan dioleskan di gelas objek dan diteteskan KOH 3% lalu dicampur dan

diamati. Koloni yang terlihat berlendir merupakan reaksi positif (gram negative)

dan sebaliknya jika koloni terlihat tidak berlendir merupakan reaksi negatif (gram

positif). (Sari & Wahyudi, 2020)

2. Daya Hambat Cendawan Endofit dan Fungisida terhadap Pestalotiopsis sp.

Pengujian Daya hambat mengikuti metode Difusi/Metode sumur.

Menurut, Ekowati 2000 dalam (Herlina, 2009) presentase daya hambat cendawan

sebagai agens pengendali dapat diketahui melalui pertumbuhan koloni yang

dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

17
TE : Daya efikasi (penghambatan) (%)

x : Luas pertumbuhan Pestalotiopsis sp. pada kontrol (cm)

y : Luas pertumbuhan Pestalotiopsis sp. dengan cendawan endofit (cm)

18
DAFTAR PUSTAKA

Sri Hartanti, D. A. (2020). Isolasi Dan Uji Sinergisme Bakteri Endofit Tanaman
Padi (Oryza sativa L.) untuk konsorsium biofertilizer. agroradix : Jurnal
Ilmu Pertanian, 3(2), 23–30.
https://doi.org/10.52166/agroteknologi.v3i2.1951

Kandel SL, Joubert PM and Doty SL.2017. Bacterial Endophyte Colonization and
Distribution within Plants. Microorganisms 5 (77): 1-26
doi:10.3390/microorganisms5040077

Loaces, I., L. Ferrando, & A. F. Scavino. 2017. Dynamics, diversity and function
of endophytic siderophore-producing bacteria in rice. Microbial Ecology.
61(3): 606-618

Neilands JB & Nakamura K. 2019. Detection, determination, isolation


characterization and regulation of microbial iron chelates. In.Winkelmann G.
Handbook of Microbial Iron Chelates. CRC Press. London.

Nudel C, Gonzalez R, Castaneda N, Mahler G, Actis L.A. 2016. Influence of iron


on growth, production of siderophore compounds, membrane proteins, and
lipase activity in Acinetobacter calcoaceticus BD 413. Microbiological
Research.155:.263- 269

Prihatiningsih N, Djatmiko HA, dan Herminanto. 2010. Potensi Bacillus spp. B46
dan Streptomyces spp. S4 sebagai Agens Pengendali Penyebab Penyakit
Lincat pada Tembakau. Agronomika 10(2): 43-55

Prihatiningsih N dan Djatmiko HA. 2016. Biopestisida berbasis Bacillus sp.


sebagai Pengendali Penyakit Hawar Daun Kentang. Paten No:
IDP000043181

Prihatiningsih N, Djatmiko HA, Lestari P. 2017. Aktivitas Siderofor Bacillus


subtilis sebagai Pemacu Pertumbuhan Dan Pengendali Patogen Tanaman
Terung. J.HPT Tropika. 17(2): 170 – 178

Purnawati A, Sastrahidayat IR, Abadi AL & Hadiastono T. 2014. Endophytic


Bacteria as Biocontrol Agents of Tomato Bacterial Wilt Disease. The Journal
of Tropical Life Science 4(1):33-36

19

Anda mungkin juga menyukai