Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEMINAR PROPOSAL MAHASISWA FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS TAHUN 2023

Judul : PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA


PERENDAMAN SITOKININ TERHADAP
PERKECAMBAHAN PADI (Oryza sativa)

Pemakalah/NIM : Cendy Dwi Prabowo / 202041024

Pembimbing Utama :

Pembimbing Pendamping :

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang sangat penting bagi
keberlangsungan hidup manusia di muka bumi. Padi merupakan salah satu hasil pertanian
yang merupakan kebutuhan pokok mayoritas masyarakat Indonesia. Hampir diseluruh
wilayah negara Indonesia menjadi sentra produksi tanaman padi. Kebutuhan beras yang
semakin meningkat karena jumlah penduduk yang setiap tahunnya meningkat sehingga
membuat konsumsi beras meningkat. Konsumsi beras di Indonesia tergolong tinggi yaitu
sebesar 97,4 kg/kapita/tahun pada tahun 2013. Kebutuhan beras terus meningkatkan karena
peningkatan jumlah konsumen tidak diimbangi dengan produksi yang cukup (Statistik,
2014). Data menurut BPS pada tahun 2021 produksi padi Indonesia sebear 54,42 juta ton
GKG, mengalami penurunan sebanyak 233,91 ribu ton atau 0,42 persen dibandingkan tahun
2020 yang sebesar 54,65 juta ton GKG, Produksi padi nasional pada 2 tahun terakhir
mengalami peningkatan pada 2017 produksi padi mencapai 81.148.594 ton dan naik
sebanyak 2,33% atau 83.037.150 ton padi (Kementan, 2019), produksi padi di Indonesia
terus mengalami fluktuatif, hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor salah satunya adalah
kualitas bibit padi yang kurang baik
Petani sering mengalami kendala dalam proses penyemaian benih padi mulai dari
sulitnya perkecambahan benih padi, bibit padi tidak normal karena proses perkecambahan
yang terganggu dan lainnya, maka dari itu perlu dilakukan inovasi dengan tujuan untuk
menghasilkan perkecambahan yang normal sehingga hasil persemaian nantinya tumbuh
dengan baik, maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai pemberian hormon sitokinin
karena hormon sitokinin saat ini mampu merangsang pertumbuhan tanaman, sitokinin dapat
disintesa secara alami di dalam jaringan tanaman. Namun demikian, metabolisme tanaman
yang tinggi di dataran rendah memerlukan tambahan sitokinin untuk memacu dan
meningkatkan pertumbuhan. Sitokinin sangat baik dalam menstimulasi sintesis protein dan
berperan dalam kontrol siklus sel, sitokinin berperan pada pembelahan sel dan mempercepat
pertumbuhan tunas dan batang (Arif et al. 2016).
Kadar sitokinin yang tinggi pada tanaman padi menyebabkan tanaman masih bisa
tumbuh baik walaupun terjadi kekeringan dan kekurangan nutrisi pada tanah tanaman
tersebut tumbuh, akan tetapi jika tanaman kekurangan sitokinin tanaman padi akan
mengalami kekerdilan dan tumbuh tidak optimal sehingga tanaman padi menjadi tidak
normal yang mengakibatkan produktivitas padi menurun. Pengaruh konsentrasi sitokinin
sangat penting, karena dapat mengetahui konsentrasi sitokinin berapa untuk mendapatkan
hasil yang terbaik. Pengaruh Sitokinin terlihat pada penelitian Fithriyandini et al. (2015),
yang melaporkan bahwa penambahan BAP Sitokinin 2,5 ppm pada media ½ MS terhadap
anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) menghasilkan waktu muncul tunas cepat, jumlah
tunas dan jumlah daun terbaik.
Salah satu cara perlakuan menggunakan Sitokinin adalah dengan cara merendam
benih. Tanaman yang melewati tahap perendaman akan meningkatkan kadar air pada benih,
secara alamiah kadar air yang lebih tinggi ini menjadi pemicu pada benih untuk tumbuh.
Benih yang melewati proses perendaman relatif lebih cepat tumbuh dibandingkan yang
tidak. (Neurafram, 2021). Perendaman ini memungkinkan benih mengalami inbibisi
sehingga kadar air di dalam benih setelah perendaman akan meningkat mengakibatkan masa
dormasi benih terhenti dan menstimulir perkecambahan (Kusumo, 1990). Menurut Budianto,
Badami dan Asryadmunir (2013), lama perendaman yang berbeda dapat berpengaruh secara
nyata terhadap parameter saat muncul tunas, jumlah daun, panjang akar, jumlah akar, bobot
kering akar dan bobot kering tunas akan tetepai tidak berpengaruh terhadap bobot kering
batang, setelah dilakukannya perendaman selanjutnya benih harus diperam. Tujuan dari
pemeraman adalah untuk menyeragamkan keluarnya akar, sehingga persebaran benih
seragam. Benih yang diperam akan memiliki daya tumbuh yang lebih cepat dibandingkan
dengan benih yang tidak diperam (BBPP Cianjur, 2022). Berdasarkan uraian di atas, maka
dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman
Sitokinin terhadap perkecambahan padi (Oryza sativa).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah konsentrasi Sitokinin mempengaruhi perkecambahan padi (Oryza sativa) ?
2. Apakah lama perendaman Sitokinin dapat mempengaruhi perkecambahan padi (Oryza
sativa) ?
3. Apakah terdapat interaksi anatara konsentrasi dan lama perendaman Sitokinin terhadap
perkecambahan padi (Oryza sativa) ?
C. Tujuan
1. Mengatahui pengaruh konsentrasi Sitokinin terhadap perkecambahan padi (Oryza sativa)
2. Mengetahui pengaruh lama perendaman Sitokinin terhadap perkecambahan padi (Oryza
sativa)
3. Mengetahui interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman Sitokinin terhadap
perkecambahan padi (Oryza sativa)
D. Hipotesis
1. Konsentrasi sitokinin berpengaruh nyata terhadap perkecambahan padi (Oryza sativa)
2. Lama perendaman sitokinin berpengaruh nyata terhadap perkecambahan padi (Oryza
sativa)
3. Terdapat interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman sitokinin terhadap
perkecambahan padi (Oryza sativa)
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Padi (Oryza sativa)


1. Taksonomi Tanaman Padi (Oryza sativa)
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan semusim
berupa rumput dan bersifat berumpun. Tanaman padi banyak dikembangkan di Indonesia
karena memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi dengan berbagai kondisi
lingkungan. Tanaman padi merupakan tanaman pertanian kuno yang berasal dari Benua
Asia dan Afrika Barat dimana menurut sejarah penanaman padi sudah dimulai pada 3.000
tahun SM di Zhejiang (Cina). Menurut (USDA, 2017) dalam (Kurniawan, 2020), padi
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Gramineae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
Organ tanaman padi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu organ vegetatif yang terdiri
dari akar, batang, dan daun; serta organ generatif yang terdiri dari malai, bunga, dan
gabah. Fase pertumbuhan padi dibagi menjadi 3 fase yaitu vegetatif, generatif, dan
pemasakan). Fase vegetatif terdiri dari pertumbuhan tanaman dari pertambahan tinggi
tanaman, jumlah anakan, dan luas daun. Pada varietas padi berumur pendek (120 hari),
fase ini berlangsung sekitar 55 hari sedangkan pada varietas padi berumur panjang (150
hari) fase ini berlangsung kurang lebih 85 hari. Fase generatif dimulai dari terbentuknya
malai hingga berbunga. Fase ini berlangsung sekitar 35 hari baik pada varietas padi
berumur pendek maupun panjang. Fase pemasakan dimulai pada saat tanaman padi
berbunga hingga masak panen dan berlangsung selama kurang lebih 30 hari (Rahayu,
2017).
2. Morfologi Padi (Oryza sativa)
a. Akar
Tanaman padi memiliki akar berbentuk serabut. Akar serabut tersebut keluar
dari lembaga sehingga tumbuh terus-menerus dan masuk ke dalam tanah. Kemudian,
5-8 hari setelah akar serabut pertama tumbuh maka tumbuh akar dari batang yang
pendek dalam bentuk akar serabut yang terdiri dari akar akar kecil dan bulu-bulu
akar berwarna putih (Budi, 2014)
b. Batang
Batang padi berfungsi sebagai penopang dari tumbuhnya tanaman padi dan
sebagai cadangan makanan. Batang padi memiliki bentuk bulat, berongga, dan
beruas dimana antar ruas batang padi dipisahkan oleh buku. Ruas-ruas padi memiliki
panjang yang tidak sama. Ruas padi terpendek terdapat pada pangkal padi,
sedangkan ruas kedua, ketiga, dan seterusnya lebih panjang daripada ruas yang
mendahuluinya. Pada buku bagian bawah ruas terdapat daun pelepah yang membalut
ruas hingga buku bagian atas. Tepat pada buku bagian atas, ujung dari daun pelepah
memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek menjadi lidah daun dan
yang terpanjang serta terbesar menjadi daun kelopak yang memiliki bagian tengah
daun pada sisi kiri maupun kanan (Tjitrosoepomo, 1998) dalam (Rembang et al.
2018).
c. Daun
Daun padi terdiri atas helaian daun yang berbentuk pipih dan memanjang
seperti pita. Daun padi juga memiliki pelepah daun yang memeluk batang. Daun
bendera pada tanaman padi merupakan daun padi yang muncul paling akhir dimana
letaknya terdapat di dekat malai. Perbedaan daun padi dengan gulma golongan
rumput terletak pada lidah dan telinga daun. Satu daun pada awal fase tumbuh
memerlukan 4-5 hari untuk tumbuh dengan sempurna, sedangkann pada fase
selanjutnya memerlukan waktu yang lebih lama yaitu 8-9 hari. Menurut (Kobarsih
dan Siswanto, 2015), 70% petani menjadikan karakter warna daun sebagai acuan
waktu panen dimana warna daun berwarna hijau paling disukai petani dibandingkan
dengan warna hijau tua maupun hijau muda.
B. Perkecambahan Padi
Perkecambahan benih padi sangat menentukan keberhasilan usaha tani padi, sehingga
apabila kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah populasi per satuan luas akan berkurang.
Tahap awal perkecambahan benih padi dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih,
melunaknya kulit biji dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dari kegiatan-
kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan
tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan karbohidrat, lemak, dan protein menjadi
bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ketitik tumbuh. Tahap keempat adalah
asimilasi dari bahan yang telah diuraikan tadi nerismatik untuk menghasilkan energi bagi
kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah
pertumbuhan kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel
pada titik-titik tumbuh. Sementara daun belum berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa
makanan.
Perkecambahan padi sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada
dalam biji padi. Kecambah normal yaitu kecambah yang menunjukkan potensi untuk
berkembang lebih lanjut menjadi tanaman normal. Ciri-ciri kecambah normal dapat
diketahui jika kecambah memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik, terutama akar
primer dan akar seminal paling sedikit dua, perkembangan hipokotil baik dan sempurna
tanpa ada kerusakan pada jaringan, pertumbuhan plumula sempurna dengan daun hijau
tumbuh baik. Epikotil tumbuh sempurna dengan kuncup normal dan memiliki satu kotiledon
untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil (Sutopo, 2010 cit. Daksa et al. 2014).
Proses perkecambahan yang normal akan melalui suatu rangkaian atribut
perkecambahannya, yaitu calon akar (radikula) dan calon batang dan daun (plumula) dan
keduanya mampu tumbuh normal dengan waktu yang tepat (Wibowo, 2020).
C. Sitokinin
Sitokinin merupakan salah satu hormon yang dapat memacu pertumbuhan pada
tanaman, Fungsi sitokinin sangatlah penting pada pertumbuhan dan keberlangsungan hidup
tanaman. Sitokinin sendiri adalah sejenis hormon tumbuhan yang mendorong terjadinya
pembelahan sel (sitokinesis) di jaringan meristematik. hormon ini sebenarnya sudah ada
pada tanaman akan tetapi perlu dilakukan penambahan dengan tujuan untuk mempercepat
perkembangan dari suatu tanamn. Sitokinin adalah senyawa yang dapat meningkatkan
pembelahan sel pada jaringan tanaman serta mengatur pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Lina et al., 2013).
D. Konsentrasi Sitokinin
Konsentrasi sitokinin dapat untuk mengetahui konsentrasi dalam jumlah berapa yang
tepat dan menghasilkan perkecambahan yang maksimal khususnya pada perkecamabahan
benih padi, konsentrasi sitokinin sangat mempengaruhi perkecambahan karena memiliki
kemampuan mengatur pertumbuhan pada tanaman. Menurut Ferdous et al. (2015), semakin
tinggi konsentrasi sitokinin yang diberikan pada tanaman maka akan menghasilkan jumlah
tunas yang banyak. Menurut George et al. (2008), aplikasi pemberian sitokinin tunggal
mampu menghasilkan tunas yang maksimal, namun pada konsentrasi tertentu akan
menghasilkan kelainan pada tunas yang diperoleh, maka dari itu perlu dilakukan penelitian
sehingga mendapatkan konsentrasi yang tepat pada perkecambahan benih padi.
E. Lama Perendaman Sitokinin
Lamanya benih dalam larutan zat pengatur tumbuh sitokinin bertujuan agar
penyerapan sitokinin oleh benih padi berlangsung dengan baik. Perendaman juga harus
dilakukan ditempat yang teduh dan lembab agar penyerapan zat pengatur tumbuh (ZPT)
yang diberikan berjalan teratur, tidak fluktuatif karena pengaruh lingkungan (Mulyani dan
Ismail, 2015). Febriyanto, Hermansyah dan Barchia (2019) juga mejelaskan bahwa semakin
lama perendaman dilakukan maka akan diikuti dengan semakin meningkatnya panjang akar,
jumlah akar dan mempercepat waktu tumbuh tunas, maka dari itu perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai lama perendaman benih padi pada sitokinin sehingga mendapatkan
hasil yang terbaik.
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan bulan .. sampai .. tahun … dikebun percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Muria Kudus. Lahan Percobaan tersebut memiliki ketinggian …
daripermukaan air laut dengan kondisi tanah yang … dan kondisi geografisnya…
B. Alat dan Bahan
Agar penelitian terlaksana dengan baik, maka dibutuhkan alat-alat seperti Alat-Alat
yang digunakan antara lain: petridish diameter 20 cm, bak perkecambahan ukuran
35x27x10 cm3 , gelas kimia 2 liter, pengaduk, gelas ukur, pinset, plastik wrap, kapas,
tisu, ayakan dengan diameter lubang ayakan 0,5 cm, timbangan digital Ohaus Pioner,
jangka sorong dan penggaris, ZPT sitokinin, benih padi.

C. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 2
faktor dan 3 blok sebagai ulangan. Faktor pertama adalah Konsentrasi dengan taraf
100 ppm (S1), 200 ppm (S2), dan 300 ppm (S3). Faktor kedua adalah Lama
perendaman 3 jam (L1), 6 jam (L2) dan 12 jam (L3).

Tabel 1. Kombinasi perlakuan konsentrasi lama perendaman zpt sitokinin

S0 S1 S2 S3
2. L1 L1S0 L1S1 L1S2 L1S3
L2 L2S0 L2S1 L3S2 L2S3
L3 L3S0 L3S1 L3S2 L3S3

Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan Media Perkecambahan
Persiapan media perkecamabahan yang dilakukan yaitu mencampur tanah
dengan kompos dengan perbandingan 1 : 1 diaduk rata kemudian dimasukkan
dalam 9 baki kemudian media tanam disiram dengan air.
b. Perendaman benih padi dalam larutan ZPT Sitokinin
Benih padi ditempatkan dalam wadah dan ditambahkan larutan ZPT sitokinin
dengan konsentrasi yang berbeda, benih direndam dalam larutan ZPT sitokinin
selama lama waktu yang berbeda, kemudian setelah itu benih siap untuk di uji
sesuai prosedur.
c. Penanaaman
Penanaman dilakukan dengan menaruh benih padi pada media tanam yang telah
disiapkan sebanyak 10 biji per baki.
d. Perawatan
Perawatan yang dilakukan meliputi penyiraman, pengontrolan dan pembersihan
gulma, penyiraman harus dilakukan dengan teratur jangan sampai media
tanaman mengalami kekeringan.
e. Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah berumur 10 HSS
D. Variabel Pengamatan
Parameter yang diamati meliputi : persentase perkecambahan, laju vigor dan viabilitas
benih, panjang hipokotil, panjang radikula dan bobot kering kecambah, dengan
menggunakan satuan cm untuk mengukur panjang hipokotil dan radikula.
E. Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis keragaman (Anova), kemudian untuk
membandingkan kontrol dan kombinasi perlakuan faktorial dilakukan analisis kontras,
sedangkan untuk menguji antar perlakuan konsentrasi dan lama perendaman digunakan
Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%, dengan
menggunakan aplikasi minitab.
DAFTAR PUSTAKA

Arif M, Murniati, Ardian. 2016. Uji beberapa zat pengatur tumbuh alami terhadap
pertumbuhan bibit karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) stum mata tidur. Jom Faperta
Universitas Riau 3(1): 1-10.
BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jawa Tengah Dalam Angka 2014. Semarang: BPS Jawa
Tengah.
Budianto, E.A., K. Badami., A. Arsyadmunir. 2013. Pengaruh Kombinasi Macam ZPT
dengan Lama Perendaman yang Berbeda terhadap Keberhasilan Pembibitan Sirih
Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) Secara Stek. Jurnal Agrovigor. ISSN 1979 5777.
Vol. 6 No. 2 September 2013.
Ferdous, M.H., A.A.M. Billah, H. Mehraj, T. Taufique, and A.F.M.J. Uddin. 2015. BAP and
IBA pulsing for in vitro multiplication of banana cultivars through shoot-tip culture.
J.Bioscie. Agri. Research 3(2): 87-95.
Fithriyandini A, Maghfoer M D, Wardiyati, T. 2015. Pengaruh Media Dasar dan 6-
benzylaminopurine (BAP) Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Nodus
Tangkai Bunga Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) Dalam Perbanyakan Secara
in Vitro. Jurnal Produksi Tanaman. 3 (1): 43-49. doi:10.21176/protan. v3i1.167.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Jakarta: Yasaguna.

Anda mungkin juga menyukai