Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tanaman Padi

Padi adalah tanaman pangan yang sangat penting dan menjadi makanan pokok bagi
sebagian besar masyarakat di Indonesia dan juga di seluruh dunia. Tanaman ini termasuk ke
dalam golongan Graminaceae dan subur tumbuhnya di daerah dengan suhu dan kelembaban
yang tinggi. Padi merujuk pada bijibijian tanaman tersebut yang dapat diolah menjadi
berbagai makanan seperti nasi, mi, dan lain sebagainya. Proses bercocok tanam padi
melibatkan beberapa tahapan seperti persiapan lahan, pembajakan, penanaman bibit,
pemupukan, dan pemeliharaan keberlangsungan tanaman padi. Tanaman padi membutuhkan
banyak air dalam proses pertumbuhan dan panennya, sehingga pengairan sawah sangat
penting dalam budidaya padi, terutama di Indonesia yang memiliki wilayah dengan curah
hujan yang tinggi. Hasil panen padi bisa menjadi sumber penghasilan bagi para petani dan
juga dapat memenuhi kebutuhan pokok pangan masyarakat. Bagi Indonesia, padi memiliki
peran penting dalam pertanian dan ekonomi negara, sehingga pemerintah selalu berupaya
meningkatkan produksi padi dengan programprogram yang dilakukan oleh Kementerian
Pertanian dan instansi terkait. Adapun beberapa pengertian atau definisi padi menurut
beberapa ahli beserta referensinya:

• Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, padi adalah tanaman pangan yang menjadi
makanan pokok bagi sebagian besar penduduk di Indonesia dan dunia. (Sumber:
Ensiklopedia Nasional Indonesia, 2004)
• Menurut Bukhari Lubis dalam bukunya "Pertanian Padi di Indonesia", padi
merupakan tanaman tahunan berdaun sempit yang telah menjadi makanan pokok bagi
sebagian penduduk dunia sejak zaman prasejarah. (Sumber: Lubis, Bukhari. 2010.
Pertanian Padi di Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada)
• Menurut John Allwright dari Universitas Queensland, Australia, padi merupakan
tanaman berbiji yang berkerabat dengan gandum dan jagung, tumbuh di daerah yang
memiliki suhu dan kelembaban yang tinggi, dan memerlukan pengairan yang cukup
selama masa pertumbuhan. (Sumber: Allwright, John. 1988. Rice. London: Longman
Scientific & Technical
2.1.1 Sejarah Singkat Tanaman Padi

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian


kuno berasal dari dua benua Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah
memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah mulai pada 3.000
p;tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India
sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah
Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, dan Vietnam (Sekretariat Badan Koordinasi
Penyuluhan Provinsi Riau, 2010).

Menurut sejarahnya, padi termasuk genus Oryza L. yang meliputi lebih kurang 25
spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah subtropik seperti di Asia, Afrika, Amerika
dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier, padi berasal dari dua benua: Oryza fatua
Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia. sedangkan jenis padi lainnya yaitu
Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberrima Steundberasal dari Afrika Barat (Benua
Afrika) (AAK. 1990). Anggota genus Oryzae yang sering dibudidayakan adalah Oryzae
sativa L dan O. glaberima Steund Oryzae sativa berbeda dengan O. globerima karena
spesies ini memiliki cabang-cabang sekunder yang lebih panjang pada malai daun ligula.
Namun, kedua spesies ini berasal dari leluhur yang sama yaitu O parennis Moench yang
berasal dar Goudwanaland. Pra evolusi kedua kultigen tersebut berkembang menjadi 3
ras ekogeografik, yaitu sinic (Japonica), Indica dan Javunica (Firmanto,2011).

Tanaman padi banyak diusahakan di dataran rendah. Tanaman padi yang dapat
tumbuh dengan baik di daerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusahakan
di daerah subtropika. Padi Indica umumnya berumur pendek, postur lebih kecil,
lemmanya tidak berbulu atau hanya pendek saja dan bülir cenderung oval sampai lonjong
Padi Japonica, sebaliknya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya
memiliki ekor atau bulu. bijinya cenderung membulat dan nasinya lengket (Juhari, 2011).

Di Indonesia jenis padi yang banyak diusahakan yaitu padi bulu dan padi cere.
Perbedaan-antara padi bulu dan padi cere yang mudah terlihat ialah ada tidaknya ekor
pada gabahnya (Soemartono dkk. 1981). Negara produsen padi terkemuka adalah Cina
(31% dari total produksi dunia), India (20%) dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian
kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (5-6% dari total produksi
dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total yang diperdagangkan
dunia), diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan
pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan dunia) diikuti
Bangladesh (4%) dan Brazil (3%). Data lima daerah penghasil padi terbesar di Indonesia
adalah Indramayu 7.447.075 ton/tahun, Karawang 6.681.452 ton/ tahun, Subang
6.279.037 ton/tahun, Sukabumi 4.614.314 ton/tahun, dan Tasikmalaya 4.074.753
ton/tahun (Indranegara, 2012).

2.1.2 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi

Menurut Siregar (1981), tanaman padi diklasifikasikan menjadi, Divisi:


Spermatophyta, Sub Divisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Poalex,
Familia: Gramineae, Genus: Oryza, Spesies: Oryza sativa, L. Menurut Suparyono dan
Setyono (1993), pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua bagian utama yaitu
bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif yaitu organ-organ tanaman
yang berfungsi mendukung atau menyelenggarakan proses pertumbuhan, termasuk
dalam bagian ini adalah akar, batang dan daun. Fase generatif diawali dengan fase
primordial bunga, termasuk dalam bagian generatif yaitu malai, bunga dan gabah atau
buah padi. Akar tanaman padi berfungsi untuk menopang batang, menyerap nutrisi
dan air serta untuk pernafasan. Berikut ini adalah gambar akar tanaman padi. Padi
adalah tanaman berakar serabut. Akar yang tumbuh dari kecambah biji disebut akar
utama (primer). Akar lain yang tumbuh di dekat buku disebut akar seminal
(Suparyono dan Setyono, 1993).

Semakin hari pertumbuhan akar serabut semakin banyak. Akar-akar tersebut


akan berkembang dan menyerap hara dalam tanah sampai kedalaman 25 cm, sedalam
tanah yang diolah. Selain akar utama terdapat akar cabang dan akar rambut. Akar
cabang keluar dari akar-akar induk dan akar ini panjangpanjang. Selain itu terdapat
pula bulu akar yang panjangnya 1-2 mm(Soemartono dkk, 1981).

Batang padi terdiri dari beberapa ruas yang dibatasi oleh buku. Pada awal
pertumbuhan ruas batang masih bertumpukan dan mulai memanjang setelah
memasuki fase reproduktif. Ruas yang terpanjang adalah ruas yang teratas dan
panjangnya berangsur-angsur menurun sampai keruas yang terbawah dekat
permukaan tanah. Dari buku pada batang utama akan tumbuh anakan primer. Anakan
mulai tumbuh setelah tanaman padi memiliki 4 atau 5 daun (Ismunadji dkk, 1988).
Daun padi tumbuh pada buku-buku batang dengan susunan berseling. Pada tiap buku
batang tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun. telinga daun (uricle), dan
lidah daun (ligula). Pelepah daun berbentuk pita yang menggulung menjadi silinder yang
membungkus semua bagian dari tunas muda. Lidah daun biasanya berwarna putih, berbentuk
segitiga kecil yang terlihat seperti kelanjutan dari pelepah daun, terletak di dasar helai daun,
sekitar persimpangan antara pelepah daun dan helaian daun. Sepasang telinga daun berbulu
terletak di persimpangan (kanan dan kiri) antara pelepah dan helaian daun (Yoshida, 1981;
Supriyanti, 2015).

Malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer tersebut akan
muncul lagi cabang-cabang sekunder. Pada malai inilah tumbuh bunga yang nantinya akan
menjadi biji. Bunga padi berkelamin dua dan memiliki enam buah benang sari dengan
tangkai sari pendek dan dua kantung serbuk di kepala sari. Bunga padi juga mempunyai dua
tangkai putik dengan dua kepala putik yang berwarna putih atau ungu. Sekam mahkotanya
ada dua dan yang bawah disebut lemma sedang yang atas disebut palea. Bunga padi bersifat
majemuk yaitu ibu tangkai bunga bercabang-cahang dan masing-masing cabang.

Gabah tersusun atas dua komponen utama yaitu kariopsis padi dan struktur
pembungkus. Kariopsis padi yakni bagian yang dapat dimakan sedangkan struktur
pembungkus yaitu kulit gabah atau sekam. Kariopsis padi umumnya dikenal sebagai beras
atau beras pecah kulit yang merupakan benih tunggal yang bergabung dengan dinding telur
(perikarp) menjadi biji. Lembaga atau embrio beras sangat kecil dan terdapat pada sisi ventral
dari beras (kariopsis). Sekam terdiri atas dua bentuk daun yaitu sekam kelopak/lemma dan
sekam mahkota palea (Ismunadji dkk, 1988). Lemma yaitu bagian bunga floret yang berurat
lima dan keras yang sebagian menutupi palea. Palea yaitu bagian floret yang berurat tiga
yang keras dan sangat pas dengan lemma (Suharno, 2005).

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Padi

Padi dapat tumbuh baik didaerah-daerah yang mengandung uap air tinggi. Di
Indonesia padi ditanam dari dataran rendah sampai dengan 1.300 m dpl. Padi menghendaki
tempat dan lingkungan yang terbuka, banyak mendapat sinar matahari. Oleh karena itu tidak
akan tumbuh dengan baik jika ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman keras seperti
karet, kopi, coklat yang sudah tinggi. karena hasilnya akan kurang baik (Soemartono dkk,
1981).

Iklim yang cocok untuk tanaman padi adalah tropis dan subtropis pada 45 LU sampai
45° LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata
curah hujan yang baik adalah 200 mm/tahun atau 1500- 2000 mm/tahun, padi dapat ditanam
di musim kemarau atau hujan. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 mdpl
dengan temperatur 27°C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 mdpl dengan temperatur
23°C. Padi dapat tumbuh pada daerah mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi
(Setyono dan Suparyono, 1999).

2.1.4 Fase Vegetatif Tanaman Padi

Fase vegetatif tanaman merupakan fase berkembangnya bagian vegetatif dari suatu tanaman.
Bagian vegetatif dari tanaman adalah akar, batang dan daun. Fase pertumbuhan vegetatif
mencakup pertumbuhan akar, batang, dan daun (Supriyanti, 2015). Fase pertumbuhan
vegetatif tanaman padi, yaitu tahap 0: benih berkecambah sampai muncul ke permukaan
berlangsung selama 2-3 hari, tahap:

1. Pertunasan atau bibit, yaitu sejak benih berkecambah, tumbuh menjadi tanaman muda
hingga hampir keluar anakan pertama.
2. Pembentukan anakan, Padi sawah ditanam ditanah berlempung yang berat atau tanah
yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah. Padi sawah juga
menghendaki tanah berlumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm. Keasaman
tanah antara pH 4,0-7,0. Penggenangan akar mengubah pH tanah menjadi 7,0. Pada
prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena
mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak
mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk
mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang
khusus (AΑΚ, 1990).berlangsung selama pembentukan anakan sampai tercapai
anakan maksimum.
3. Pemanjangan batang, terjadi sebelum pembentukan malai atau pada tahap akhir
pembentukan anakan (Makarim dan Suhartatik, 2007). Menurut Soemartono dkk,
(1981) fase-fase vegetatif pertumbuhan padi berlangsung selama 60-70 hari, dimana
fase-fase tersebut adalah fase bihit herkecambah dan fase pertunasan. Pada fase bibit
berkecambah mulai dari nampaknya pertumbuhan akar dan daun berturut-turut dan
bibit menyerap sebagian besar dari endosperm (± 21 hari). Sedangkan pada fase
pertunasan dimuai dari terbentuknya tunas pertama dari buku terbawah, akan
bertambah sampai tercapai jumlah maksimum, lalu berhenti membentuk tunas setelah
tunas- tunas tersier terbentuk. Fase vegetatif tanaman dapat dibagi menjadi dua, yaitu
fase vegetatif cepat dan fase vegetatif lambat. Fase vegetatif cepat dimulai dari
pertumbuhan bibit sampai jumlah anakan mencapai maksimum. Jumlah anakan
maksimum biasanya dicapai pada minggu ke enam atau ke tujuh setelah tanam,
sedangkan fase vegetatif lambat dimulai dari jumlah anakan mencapai maksimum
sampai keluarnya premordia (bakal malai). Premordia biasanya keluar pada hari ke 50
atau ke 60 setelah tanam. Pada fase vegetatif lambat ini biasanya beberapa anakan
akan mati sehingga jumlah anakan berkurang (Handojo, 2009).

2.2. Pengaruh Faktor-Faktor Lingkungan Terhadap Produktivitas Tanaman Padi

2.2.1. Pengaruh Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan utama yang mempengaruhi


produktivitas tanaman padi. Faktor-faktor iklim seperti suhu, curah hujan, dan
kelembaban udara memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan dan hasil panen
tanaman padi. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara
20°C hingga 35°C, di mana suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
menghambat pertumbuhan tanaman dan mengurangi hasil panen. Curah hujan yang
cukup penting untuk memenuhi kebutuhan air tanaman padi, tetapi curah hujan yang
berlebihan dapat menyebabkan banjir dan pencucian unsur hara tanah yang
berdampak negatif pada produktivitas. Kelembaban udara juga memiliki peran
penting, terutama dalam proses fotosintesis dan transpirasi tanaman.

2.2.2. Pengaruh Air

Air adalah faktor lingkungan yang kritis dalam pertumbuhan tanaman padi.
Ketersediaan air yang cukup penting selama seluruh siklus pertumbuhan tanaman,
mulai dari fase perkecambahan hingga fase pematangan. Tanaman padi membutuhkan
air untuk proses fotosintesis, transportasi nutrisi, dan pembentukan buah. Sistem
irigasi yang efisien dan manajemen air yang baik diperlukan untuk memastikan
pasokan air yang memadai kepada tanaman padi, terutama di daerah yang mengalami
musim kering. Selain itu, kualitas air juga perlu diperhatikan karena air yang tercemar
dapat menyebabkan keracunan tanaman padi dan mengurangi produktivitasnya.

2.2.3. Pengaruh Tanah

Kualitas tanah memiliki dampak besar terhadap produktivitas tanaman padi.


Faktor-faktor seperti tekstur tanah, pH, ketersediaan unsur hara, dan struktur tanah
mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menyerap air dan nutrisi, serta proses
pertukaran gas di dalam tanah. Tanah dengan tekstur yang baik, kaya akan bahan
organik, dan memiliki pH yang sesuai cenderung mendukung pertumbuhan tanaman
padi yang optimal. Selain itu, pemupukan yang tepat untuk mengimbangi kekurangan
unsur hara dalam tanah juga penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi.

2.2.4. Pengaruh Unsur Hara

Pengaruh unsur hara terhadap produktivitas tanaman padi sangat signifikan


dalam konteks pertanian modern. Tanaman padi membutuhkan unsur hara untuk
berbagai fungsi fisiologis, termasuk pembentukan protein, metabolisme energi, dan
sintesis senyawa organik lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal.
Unsur hara yang utama bagi tanaman padi meliputi nitrogen (N), fosfor (P), dan
kalium (K), yang sering disebut sebagai unsur hara makro, serta unsur hara mikro
seperti besi (Fe), mangan (Mn), dan seng (Zn). Ketidakseimbangan atau kekurangan
unsur hara tersebut dapat menyebabkan gangguan dalam berbagai proses fisiologis
tanaman, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan dan mengurangi hasil
panen.

Nitrogen, sebagai salah satu unsur hara yang paling penting bagi tanaman
padi, berperan dalam pembentukan protein dan klorofil, yang esensial dalam proses
fotosintesis. Kekurangan nitrogen dapat menyebabkan daun tanaman padi menguning
(klorosis) dan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Fosfor berperan dalam
transfer energi sel dan pembentukan asam nukleat, yang penting untuk pertumbuhan
akar dan perkembangan biji tanaman padi. Kekurangan fosfor dapat menghambat
pertumbuhan akar dan menyebabkan tanaman padi menjadi kerdil. Kalium berperan
dalam menjaga keseimbangan air dalam sel tanaman dan meningkatkan resistensi
terhadap stres lingkungan. Tanaman padi yang kekurangan kalium cenderung rentan
terhadap serangan penyakit dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.

Selain unsur hara makro, unsur hara mikro juga memiliki peran yang penting
dalam produktivitas tanaman padi. Misalnya, besi (Fe) diperlukan dalam proses
fotosintesis dan respirasi tanaman padi, sementara mangan (Mn) dan seng (Zn)
berperan dalam sintesis klorofil dan aktivasi enzim tertentu. Kekurangan unsur hara
mikro dapat menyebabkan berbagai gangguan fisiologis pada tanaman padi, seperti
daun menguning atau terbentuknya bercak-bercak pada daun.

Oleh karena itu, pemupukan yang tepat dan seimbang merupakan strategi yang
penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman padi. Analisis tanah yang teratur
dapat membantu petani untuk mengetahui kebutuhan unsur hara tanaman padi dan
memberikan pemupukan yang sesuai. Penggunaan pupuk organik atau pupuk kandang
juga dapat membantu dalam memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan
ketersediaan unsur hara bagi tanaman padi secara alami.

2.4. Upaya Meningkatkan Produktivitas Tanaman Padi

2.4.1. Pemilihan Varietas Unggul

Pemilihan varietas unggul merupakan salah satu strategi kunci dalam upaya
meningkatkan produktivitas tanaman padi. Varietas unggul padi yang dipilih harus
memiliki beberapa karakteristik yang diharapkan, seperti ketahanan terhadap penyakit
dan hama, adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungan lokal, potensi hasil yang
tinggi, serta kualitas gabah yang memenuhi standar pasar. Penelitian oleh Sudaryono
dan Muryanto (2019) menggarisbawahi pentingnya pemilihan varietas yang tepat
sesuai dengan kondisi agroekologis setempat untuk meningkatkan produktivitas
tanaman padi. Varietas yang mampu bertahan terhadap serangan penyakit seperti
hawar daun dan penyakit blas dapat mengurangi risiko kerugian hasil panen akibat
serangan hama dan penyakit tanaman. Selain itu, penyesuaian varietas padi dengan
faktor lingkungan seperti jenis tanah, curah hujan, dan suhu juga menjadi faktor
penting dalam pemilihan varietas yang optimal. Referensi ini menjadi acuan penting
bagi petani dalam memilih varietas padi yang sesuai dengan kondisi lingkungan
tempat mereka bercocok tanam.
Studi oleh Nurhayati dan Sulistyono (2020) menekankan bahwa pemilihan
varietas unggul padi harus memperhatikan ketersediaan air dan kebutuhan nutrisi
tanaman. Varietas padi yang tahan kekeringan atau memiliki tingkat toleransi
terhadap kelebihan air akan lebih cocok untuk daerah dengan pola curah hujan yang
tidak menentu. Selain itu, varietas padi yang responsif terhadap pemupukan juga
dapat meningkatkan hasil panen dengan optimal. Dengan memperhatikan faktor-
faktor ini, petani dapat memilih varietas yang dapat memberikan hasil yang maksimal
sesuai dengan kondisi lingkungan dan manajemen pertanian yang dilakukan.

Menurut Daradjat dan Santoso (2018), pemilihan varietas unggul padi juga
harus mempertimbangkan kualitas gabah yang dihasilkan. Varietas padi dengan
kualitas gabah yang baik, seperti ukuran butir yang besar, warna gabah yang menarik,
dan rendemen beras yang tinggi, akan memiliki nilai jual yang lebih baik di pasar.
Oleh karena itu, pemilihan varietas padi tidak hanya berfokus pada potensi hasil
panen yang tinggi, tetapi juga pada kualitas gabah yang dihasilkan, yang secara
langsung memengaruhi pendapatan petani.

Dengan demikian, pemilihan varietas unggul padi merupakan langkah awal


yang krusial dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman padi. Dengan
memperhatikan karakteristik varietas yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan
dan kebutuhan manajemen pertanian, petani dapat meningkatkan hasil panen dan
kesejahteraan mereka secara keseluruhan.

2.4.2. Pengelolaan Tanaman yang Baik

Pengelolaan tanaman yang baik merupakan aspek penting dalam upaya


meningkatkan produktivitas tanaman padi. Pengelolaan tanaman yang baik mencakup
serangkaian praktik budidaya yang bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan
dan hasil panen tanaman padi dengan memperhatikan aspek-aspek seperti pemilihan
benih, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pengendalian gulma serta penyakit.
Penelitian oleh Widodo dan Haryanto (2018) menyoroti pentingnya praktik
pengelolaan tanaman yang baik dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas
tanaman padi. Mereka menunjukkan bahwa penggunaan benih yang bermutu dan
bebas dari penyakit serta hama dapat meningkatkan potensi hasil panen tanaman padi
secara signifikan. Praktik penanaman yang tepat, termasuk dalam hal kedalaman
penanaman dan jarak tanam, juga berkontribusi terhadap pertumbuhan tanaman yang
optimal dan hasil panen yang maksimal.

Selanjutnya, penelitian oleh Susanto dan Nugroho (2019) menekankan


pentingnya pemeliharaan tanaman yang baik sebagai bagian dari pengelolaan tanaman
yang efektif. Pemeliharaan tanaman yang baik mencakup berbagai kegiatan seperti
pemupukan yang tepat, penyiraman yang teratur, serta pemangkasan dan penjarangan
tanaman. Penggunaan pupuk yang sesuai dosis dan jenisnya dapat memastikan
ketersediaan nutrisi yang cukup bagi tanaman padi sepanjang siklus pertumbuhannya.
Selain itu, pemeliharaan tanaman yang baik juga mencakup penanganan gulma secara
tepat waktu untuk mengurangi persaingan tanaman dengan gulma dalam mendapatkan
air, nutrisi, dan cahaya matahari.

Selanjutnya, pentingnya pengendalian penyakit dan hama dalam pengelolaan


tanaman padi juga tidak dapat diabaikan. Penyakit dan hama dapat menyebabkan
kerugian yang signifikan pada hasil panen tanaman padi jika tidak ditangani dengan
tepat. Menurut penelitian oleh Pratama dan Purnomo (2020), penerapan metode
pengendalian terpadu yang melibatkan penggunaan varietas tahan penyakit, rotasi
tanaman, sanitasi lahan, dan penggunaan agen pengendali hayati dapat membantu
mengurangi risiko serangan penyakit dan hama serta meningkatkan produktivitas
tanaman padi secara keseluruhan.

2.4.3. Penerapan Teknologi

Penerapan teknologi dalam budidaya tanaman padi merupakan aspek penting


dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian. Teknologi dapat berperan
dalam berbagai tahapan produksi, mulai dari persiapan lahan hingga panen, serta
dalam manajemen sumber daya alam. Salah satu aspek utama penerapan teknologi
adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pengelolaan
pertanian.

Studi oleh Santoso dan Rahayu (2020) menyoroti peran penting teknologi
informasi dalam memfasilitasi akses petani terhadap informasi terkini mengenai
praktik pertanian terbaik, kondisi cuaca, harga pasar, dan teknik manajemen risiko
lainnya. Melalui aplikasi seluler atau platform daring, petani dapat memperoleh
informasi secara cepat dan akurat, sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang
lebih baik dalam mengelola pertanian mereka.

Selanjutnya, penerapan teknologi di bidang irigasi juga memiliki dampak


signifikan dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air. Teknologi irigasi modern
seperti irigasi tetes atau irigasi berbasis sensor dapat mengurangi pemborosan air dan
meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman padi. Selain itu, penggunaan teknologi
sensor tanah untuk memantau kelembaban tanah dan kebutuhan air tanaman secara
real-time juga dapat membantu petani dalam mengoptimalkan penggunaan air sesuai
dengan kebutuhan tanaman.

Di samping itu, penggunaan teknologi dalam pemantauan dan pengelolaan


hama dan penyakit juga dapat meningkatkan efektivitas pengendalian. Penggunaan
dron atau sensor optik untuk pemantauan lapangan dapat membantu petani dalam
mendeteksi serangan hama atau penyakit secara dini, sehingga langkah-langkah
pengendalian dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

Penerapan teknologi juga berperan dalam meningkatkan efisiensi operasional


selama proses panen dan pasca-panen. Penggunaan mesin-mesin pertanian modern
seperti mesin pemanen atau penggilingan padi dapat membantu meningkatkan
produktivitas dan kualitas hasil panen, serta mengurangi kerugian pasca-panen.
Dengan demikian, penerapan teknologi dalam budidaya tanaman padi memiliki
potensi besar untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan
pertanian. Dengan adopsi teknologi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan lokal,
petani dapat meningkatkan pendapatan mereka, mengurangi risiko, dan berkontribusi
pada ketahanan pangan secara keseluruhan.

2.5 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Tujuan Metode Hasil dan Perbedaan


Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian Kesimpula dengan
n Penelitian
Terdahulu
1 Susilo, F., Pengaruh Menganalisis Metode Iklim yang Penelitian ini
& Iklim terhadap dampak observasi tidak stabil fokus pada
Hartono, Produktivias variabilitas lapangan dapat pengaruh
A. Tanaman Padi iklim dan mengurangi iklim saja,
di Desa terhadap analisis produktivit sedangkan
Kalibaru produktivitas data iklim as tanaman penelitian
Kecamatan tanaman padi historis. padi. terdahulu
Kalitidu di daerah dapat
Kabupaten tertentu. menambah
Bojonegoro faktor-faktor
lingkungan
lainnya.
2 Fauzi, M. Pengaruh Meneliti Metode Ketersediaa Penelitian ini
A., & Ketersediaan dampakketers percobaan n air yang lebih spesifik
Purnomo, Air Terhadap ediaan air lapangan cukup pada
D. Pertumbuhan terhadap dengan penting ketersediaan
dan pertumbuhan manipulasi untuk air dan
Produktivitas dan ketersedia pertumbuha menggunakan
Tanaman Padi produktivitas an air. n dan percobaan
Sawah tanaman padi produktivit lapangan,
sawah. as tanaman sementara
padi. penelitian
terdahulu
lebih
menggeneralis
asi pengaruh
lingkungan.
3 Suriadika Pengaruh Mengidentifi Metode Kondisi Penelitian ini
rta, D. A., Kondisi kasi pengaruh survei tanah yang lebih spesifik
& Tanah kondisi tanah tanah dan subur dan pada pengaruh
Sumarna, terhadap terhadap analisis kaya unsur kondisi tanah
Y. Produktivitas produktivitas laboratoriu hara dan
Tanaman Padi tanaman padi m untuk meningkatk menggunakan
Sawah di di daerah menilai an analisis
Kabupaten tertentu. tekstur, produktivit laboratorium,
Subang pH, dan as tanaman sementara
kesuburan padi. penelitian
tanah. terdahulu
lebih
menggeneralis
asi pengaruh
lingkungan.
4 Yusuf, M. Pengaruh Meneliti Metode Pemberian Penelitian ini
Pemberian pengaruh percobaan unsur hara lebih fokus
Unsur Hara pemberian lapangan yang tepat pada pengaruh
terhadap unsur hara dengan dapat unsur hara
Produktivitas terhadap pemberian meningkatk saja,
Tanaman Padi produktivitas pupuk an sementara
Gogo tanaman padi berbeda- produktivit penelitian
gogo. beda. as tanaman terdahulu
padi gogo. dapat
menambah
faktor-faktor
lingkungan
lainnya.

2.6 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam analisis pengaruh faktor-faktor


lingkungan terhadap produktivitas tanaman padi mencakup empat tahapan utama. Pertama,
tahap identifikasi faktor lingkungan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
produktivitas tanaman padi. Faktor-faktor tersebut meliputi iklim, air, tanah, dan unsur hara.
Setiap faktor ini memiliki karakteristik dan parameter yang berbeda yang dapat memengaruhi
pertumbuhan dan hasil panen tanaman padi.
Tahap kedua adalah memahami pengaruh masing-masing faktor lingkungan terhadap
produktivitas tanaman padi. Ini melibatkan analisis mendalam tentang bagaimana iklim,
ketersediaan air, kondisi tanah, dan unsur hara mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman padi dari fase perkecambahan hingga fase pematangan buah.

Selanjutnya, tahap ketiga adalah memeriksa interaksi antara faktor-faktor lingkungan


tersebut. Faktor lingkungan tidak beroperasi secara terpisah; mereka saling berinteraksi dan
saling memengaruhi. Contohnya, kondisi tanah yang kurang subur dapat memengaruhi
ketersediaan unsur hara bagi tanaman, yang pada gilirannya dapat memengaruhi
pertumbuhan dan hasil panen tanaman padi.

Terakhir, tahap keempat melibatkan penelitian tentang strategi pengelolaan yang


dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi sambil mempertimbangkan faktor-faktor
lingkungan. Ini termasuk penerapan praktik pertanian berkelanjutan, penggunaan teknologi
pertanian yang tepat, dan pengembangan kebijakan yang mendukung pertanian yang ramah
lingkungan.

Identifikasi Faktor Lingkungan


(Iklim, Air, Tanah, Unsur Hara)

Pengaruh terhadap Interaksi Antara


Produktivitas Tanaman Padi
Faktor Lingkungan

Strategi Pengelolaan untuk


Meningkatkan Produktivitas
Tanaman Padi
2.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan sebuah asumsi atau prediksi yang diajukan untuk diuji melalui
penelitian atau pengamatan empiris. Hipotesis ini mencoba menjelaskan hubungan antara dua
atau lebih variabel dalam sebuah penelitian dan biasanya diajukan sebagai jawaban atas
pertanyaan penelitian. Hipotesis dapat berupa pernyataan tentang adanya pengaruh,
perbedaan, atau hubungan antara variabel-variabel tertentu. Hipotesis dapat bersifat
direksional, yaitu mengungkapkan arah hubungan antara variabel, atau bersifat tidak
direksional, hanya menyatakan adanya hubungan tanpa mengungkapkan arahnya.

• H0 (Hipotesis Nol):

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor lingkungan


(iklim, tanah, air, hama dan penyakit) terhadap produktivitas tanaman padi.

• H1 (Hipotesis Alternatif):

Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor lingkungan (iklim,


tanah, air, hama dan penyakit) terhadap produktivitas tanaman padi.
DAFTAR PUSTAKA

Allwright, John. 1988. Rice. London: Longman Scientific & Technical

Daradjat, A., & Santoso, A. (2018). "Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Padi Secara
Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas". Jurnal Perlindungan Tanaman
Indonesia, 24(1), 45-56

Ensiklopedi Nasional Indonesia. 2004. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka.

Fauzi, M. A., & Purnomo, D. (2020). "Pengaruh Ketersediaan Air Terhadap Pertumbuhan
dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah". Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan, 10(1), 27-34.

Hadi, S., & Sutrisno, T. (2017). "Penerapan Pertanian Berkelanjutan untuk Meningkatkan
Produktivitas Tanaman Padi". Jurnal Agroteknologi, 5(1), 29-38.

Lubis, Bukhari. 2010. Pertanian Padi di Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Nurhayati, N., & Sulistyono, I. (2020). "Pengelolaan Air dan Pemupukan yang Efisien dalam
Meningkatkan Produktivitas Tanaman Padi". Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan,
20(2), 107-116

Santoso, A., & Rahayu, S. (2020). "Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Meningkatkan Produktivitas Pertanian Padi di Desa Ngaliyan Kecamatan Ngaliyan
Kabupaten Semarang". Jurnal Agribisnis Indonesia, 8(2), 91-100

Sudaryono, A., & Muryanto, A. (2019). "Strategi Peningkatan Produktivitas Tanaman Padi
Melalui Pemilihan Varietas Unggul di Kabupaten Magelang". Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan, 19(2), 69-80.

Suriadikarta, D. A., & Sumarna, Y. (2019). "Pengaruh Kondisi Tanah terhadap Produktivitas
Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Subang". Jurnal Sumberdaya Lahan, 13(2), 73-
82.
Susanto, D., & Nugroho, H. (2019). "Pemeliharaan Tanaman Padi Sawah Dalam
Meningkatkan Produktivitas di Desa Kedungbunder Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang". Jurnal Agroteknologi, 7(2), 81-88.

Susilo, F., & Hartono, A. (2018). "Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Tanaman Padi di
Desa Kalibaru Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro". Skripsi. Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Pratama, R., & Purnomo, D. (2020). "Pengendalian Penyakit dan Hama Pada Tanaman Padi
Sawah Dengan Metode Pengendalian Terpadu di Desa Ngroto Kecamatan Nganjuk
Kabupaten Nganjuk". Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 26(1), 15-24.

Widodo, A., & Haryanto, B. (2018). "Pengaruh Praktik Pengelolaan Tanaman Terhadap
Produktivitas Padi Sawah di Desa Gambiran Kecamatan Gambiran Kabupaten
Banyuwangi". Skripsi. Universitas Jember

Yusuf, M. (2017). "Pengaruh Pemberian Unsur Hara terhadap Produktivitas Tanaman Padi
Gogo". Jurnal Agroteknologi, 5(2), 61-70.

Anda mungkin juga menyukai