Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH POLA PERBANYAKAN BENIH HIBRIDA UNTUK

MENINGKATKAN PRODUKSI TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

Oleh : Kelompok V
Alan Akhmad Hanifah
Rena Mulia
Ridwan Fadhilah

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019/2020
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan rumput berumpun.Sejarah


menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun
Sebelum Masehi. Bukti lainnya penemuan fosil butir padi dan gabah ditemukan di
Hanstinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 Sebelum Masehi (Purwono dan
Purnamawati, 2007). Tanaman pangan menyebar hampir secara merata di seluruh wilayah
Indonesia meskipun sentra beberapa jenis tanaman pangan terdapat di daerah tertentu. Hal ini
disebabkan oleh kesesuaian lahan dan kultur masyarakat dalam mengembangkan jenis
tanaman pangan (Purwono dan Purnamawati 2007).

Upaya peningkatan produksi hingga tercapai swasembada beras tahun 1984 dengan
teknik bercocok tanam tradisional (pertanian organik) benar-benar ditinggalkan. Teknik
tersebut dianggap tidak praktis karena hasilnya kurang optimal, hampir 100% beras yang
dikonsumsi penduduk Indonesia merupakan hasil pertanian modern dengan penggunaan
pupuk kimia dan pestisida kimia (Andoko,2012)

Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang berakar serabut, berbatang pendek,
struktur yang serupa dengan batang terdiri dari pelepah daun yang saling menopang.
Tanaman padi memiliki buah dengan tipe bulir yang tidak dapat dibedakan mana buah dan
mana yang bijinya. Bentuk dari buahnya yaitu bulat lonjong dengan ukuran 3 mm sampai 15
mm yang ditutupi oleh palea dan lema atau yang kita kenal dengan sekam.
Persilangan padi secara alami berlangsung dengan bantuan angin. Adanya varietas padi
lokal di berbagai daerah menunjukkan telah terjadi persilangan secara alami. Persilangan padi
secara buatan dilakukan dengan campur tangan manusia. Persilangan padi secara buatan pada
umumnya menghasilkan tanaman yang relatif pendek, berumur genjah, anakan produktif
banyak, dan hasil tinggi.
Sementara itu persilangan secara alami menghasilkan tanaman yang relative tinggi,
berumur panjang, anakan produktif sedikit, dan produktivitas rendah. Persilangan pada
tanaman padi merupakan proses penggabungan sifat melalui pertemuan tepung sari dengan
kepala putik dan kemudian embrio berkembang menjadi benih. Secara teknis persilangan
padi secara buatan dimulai dengan pemilihan tetua pada pertanaman petak hibridisasi,
dilanjutkan dengan kastrasi, hibridisasi, isolasi, dan pemeliharaan.
Perkembangbiakan tanaman secara generatif adalah melalui proses perkawinan /
penyerbukan. Pembuahan sel telur dan perkembangannya hanya akan terjadi jika butir serbuk
sari sampai kepada stigma. Penyerbukan berbeda dengan pembuahan, penyerbukan adalah
peleburan gamet jantan dan gamet betina.
Penyerbukan ada dua macam, yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang.
Penyerbukan sendiri adalah proses penyerbukan kepala putik oleh serbuk sari yang berasal
dari bunga itu sendiri atau dari bunga lain pada tumbuhan yang sama. Alat reproduksi
tanaman adalah bunga dan pada bunga pada umumnya terdapat struktur jantan (serbuk sari)
dan betina (putik).
Proses penyerbukan terdapat dua macam penyerbukan, yaitu penyerbukan terbuka
(kasmogami) dan penyerbukan tertutup (kleistogami). Penyerbukan silang ialah proses
perpindahan serbuk sari dari anther bunga tumbuhan ke stigma bunga tumbuhan lain yang
sama atau species yang berkerabat. Penyerbukan dapat dibantu oleh angin dan serangga,
burung, keong,dan binatang kecil lain. Contoh tanaman yang menyerbuk sendiri adalah
gandum, padi, kedelai dan lain-lain.
Penyerbukan silang lebih umum terjadi dibanding dengan penyerbukan sendiri.
Penyerbukan silang menghasilkan kombinasi satuan keturunan yang lebih beragam dari
keduanya. Pengaruh langsung dari penyerbukan silang adalah banyaknya spesies dari
produksi biji yang dihasilkan dan bersifat lebih kuat dari turunannya.

I.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh hybrida terhadap produksi jagung
2. Untuk mengetahui cara menyilangkan 2 kultivar tanaman jagung
3. Mengidentifikasi keberhasilan persilangan tanaman jagung
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Padi ( Oryza sativa L.)

Padi ( Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting
dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga
digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa
disebut sebagai padi liar.
Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh
nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Produksi padi dunia
menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dangandum. Namun demikian,
padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.
1. Taksonomi Tanaman Padi
Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan kedalam :
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae,
Ordo : Poales,
Famili : Graminae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa
2. Morfologi Tanaman Padi
Tumbuhan padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun
dari beberapa ruas. Tanaman padi membentuk rumpun dengan anakannya, biasanya anakan
akan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara tersusun yaitu pada
batang pokok atau batang batang utama akan tumbuh anakan pertama, anakan kedua tumbuh
pada batang bawah anakan pertama, anakan ketiga tumbuh pada buku pertama pada batang
anakan kedua dan seterusnya. Semua anakan memiliki bentuk yang serupa dan membentuk
perakaran sendiri.
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas–ruas dan diantara ruas yang satu dengan
ruas yang lainnya dipisahkan oleh satu buku. Ruas batang padi didalamnya berongga dan
bentuknya bulat, dari atas ke bawah ruas buku itu semakin pendek. Ruas yang terpendek
terdapat dibagian bawah dari batang dan ruas–ruas ini praktis tidak dapat dibedakan sebagai
ruas–ruas yang berdiri sendiri. Sumbu utama dari batang dibedakan dari bagian pertumbuhan
embrio yang disertai pada coleopotil pertama.
Pada buku bagian bawah dari ruas tanaman padi tumbuh daun pelepah yang membalut
ruas sampai buku bagian atas. Tepat pada buku bagian atas ujung dari daun pelepah
memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek menjadi ligula (lidah) daun, dan
bagian yamg terpanjang danNterbesar menjadi daun kelopak yang memiliki bagian auricle
pada sebelah kiri dan kanan. Daun kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang paling
atas dari batang disebut daun bendera. Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligula dan
daun bendera, di situlah timbul ruas yang menjadi bulir padi.
Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin
dua jenis dengan bakal buah yang diatas. Jumlah benang sari ada enam buah, tangkai sarinya
pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai
dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada
umumnya putih atau ungu (Departemen Pertanian, 2010).
Pada dasar bunga terdapat ladicula (daun bunga yang telah berubah bentuknya).
Ladicula berfungsi mengatur dalam pembuahan palea, pada waktu berbunga ia menghisap air
dari bakal buah, sehingga mengembang. Pengembangan ini mendorong lemma dan palea
terpisah dan terbuka (Departemen Pertanian, 2010).
Buah padi yang sehari-hari kita sebut biji padi atau bulir/gabah, sebenarnya bukan biji
melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai
penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian lain akan membentuk sekam
atau kulit gabah (Departemen Pertanian, 2010).
Dinding bakal buah terdiri dari tiga bagian yaitu bagian paling luar disebut
epicarpium, bagian yang tengah disebut mesocarpium dan bagian yang dalam disebut
endocarpium. Biji sebagian besar ditempati oleh endosperm yang mengandung zat tepung
dan sebagian ditempati oleh embrio (lembaga) yang terletak dibagian sentral yakni dibagian
lemma (Departemen Pertanian, 2010).
2.2. Persilangan padi
Menurut Harahap (1982), terdapat beberapa metode persilangan yang dapat dilakukan
untuk mendapatkan varietas unggul jagung, yaitu :
a. Hibridisasi
Menurut Purwadi (2012), hibridisasi (persilangan) merupakan penyerbukan silang antara
tetua yang berbeda susunan genetiknya. Hibridisasi adalah proses kawin antar individu dari
spesies yang berbeda (persilangan interspesifik) atau individu genetik berbeda dari spesies
yang sama (hibridisasi intraspesifik). crossing atau pembastaran adalah persilangan antara
dua individu yang berbeda karakter atau genotipnya. Tujuan melakukan persilangan adalah
untuk menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru, memperluas keragaman
genetic, dan menguji potensi tetua (uji turunan). Pada praktikum ini dilakukan persilangan
pada tanaman jagung (Zea mays). Tanaman jagung dipilih karena penyerbukan buatan yang
dapat dilakukan relative mudah. Selain itu periode tumbuh atau masa tanam jagung juga tidak
terlalu lama, sekitar dua bulan.
Ketika menyilangkan tanaman ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti
pemilihan tetua dalam hubungannya dengan tujuan dilakukannya persilangan, pengetahuan
tentang morfologi dan metode reproduksi tanaman, waktu tanaman bunga (waktu bunga
mekar/tanaman berbunga), dan keadaan cuaca saat penyerbukan. Tetua dipilih sesuai dengan
persilangan yang akan dilakukan. Pemilihan bunga dalam persilangan tanaman juga penting.
Bunga yang akan berperan sebagai betina maupun jantan harus sudah mencapai tahap siap
kawin (siap dilakukan penyerbukan) pada saat yang bersamaan. Bunga betina yang akan
diserbuki harus belum terkontaminasi oleh serbuk sari yang lain (masih steril). Pada tanaman
jagung yang akan digunakan untuk persilangan, bunga betina si bungkus menggunakan
kantong kertas untuk mencegah tongkol terkontaminasi (terserbuki) oleh serbuk sari malai
lain. Begitu juga dengan malai atau bunga jantan yang belum pecah dibungkus menggunakan
kantong kertas agar nantinya ketika malai sudah siap menyerbuki, serbuk sarinya dapat
tertampung di kantong kertas tersebut. Keadaan cuaca saat penyerbukan juga penting, apabila
penyerbukan dilakukan pada saat kecepatan angin cukup kencang maka dimungkinkan akan
banyak serbuk sari yang hilang terbawa angin, sehingga penyerbukan tidak terjadi secara
maksimal.
Hibridisasi atau persilangan buatan adalah memnindahkan tepung sari dari bunga jantan
kepada putik bunga betina, yang bertujuan untuk menggabungkan sifat sifat baik dari tetua
jantan dan tetua betina yang berasal dari 2 varietas yang berbeda, pada prinsipnya hibridisasi
adalah untuk menghasilkan varietas baru.
Perkawinan silang (crossing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma
yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies yang sama baik. Jika
persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga tidak akan terjadi pembuahan,
kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari
setelah mekar hingga lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008).
Penyerbukan pada tanaman sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program
pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman
menyerbuk sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda
genotipenya.

Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi
tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida. Selain itu,
hibridisasi juga dimaksudkan untuk memperluas keragaman.

Persilangan memiliki beberapa tujuan, yaitu

1. Menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru;


2. Memperluas keragaman genetik
3. Memanfaatkan vigor hibrida
4. Menguji potensi tetua (uji turunan).

Tahapan Hibridisasi

1. Menentukan bunga jantan / tetua


2. Menyiapkan alat
3. Mengidentifikasi bunga betina
4. Menentukan waktu persilangan
5. Mengisolasi
6. Polinasi (pemindahan pollen ke kepala putik)
7. Pembungkusan
8. Pemberian label

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hibridisasi

1 Internal

Pemilihan Tetua

Ada lima kelompok sumber plasma nutfah yang dapat dijadikan tetua persilangan
yaitu: (a) varietas komersial, (b) galur-galur elit pemuliaan, (c) galur-galur pemuliaan dengan
satu atau beberapa sifat superior, (d) spesies introduksi tanaman dan (e) spesies liar. Peluang
menghasilkan varietas unggul yang dituju akan menjadi besar bila tetua yang digunakan
merupakan varietas-varietas komersial yang unggul yang sedang beredar, galur-galur murni
tetua hibrida, dan tetua-tetua varietas sintetik.

Waktu Tanaman Berbunga

Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan:

(1) Penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan
supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan,

(2) Waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus
diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila melalui waktu
tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma
reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak
bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu
penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang
bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur tanaman
berbunga.

2 Eksternal

Pengetahuan tentang Organ Reproduksi dan Tipe Penyerbukan

Untuk dapat melakukan penyerbukan silang secara buatan, hal yang paling mendasar
dan yang paling penting diketahui adalah organ reproduksi dan tipe penyerbukan. Dengan
mengetahui organ reproduksi, kita dapat menduga tipe penyerbukannya, apakah tanaman
tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Tanaman menyerbuk silang dicirikan oleh
struktur bunga sebagai berikut :

a. secara morfologi, bunganya mempunyai struktur tertentu

b. waktu antesis dan reseptif berbeda

c. inkompatibilitas atau ketidaksesuaian alat kelamin


d. adanya bunga monoecious dan dioecious

Cuaca Saat Penyerbukan

Cuaca sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan persilangan buatan.


Kondisi panas dengan suhu tinggi dan kelembaban udara terlalu rendah menyebabkan bunga
rontok. Demikian pula jika ada angin kencang dan hujan yang terlalu lebat.

Varietas unggul baru dari tanaman menyerbuk sendiri biasanya merupakan hasil
seleksi pada populasi keturunan hasil persilangan. Sebaliknya, pembentukan hibrida unggul
pada tanaman menyerbuk silang harus diawali dengan menyerbuk sendiri secara buatan.
Keberhasilan penyerbukan buatan sangat tergantung pada faktor internal (tanaman) dan
faktor eksternal (cuaca). Faktor internal yang terpenting adalah saat masaknya kelamin.
Penyerbukan buatan sebaiknya dilakukan pada saat serbuk sari (pollen) sudah masak tetapi
belum mati dan putik siap untuk dibuahi (reseptif). Cuaca yang cerah dan tidak ada angin
akan mendukung keberhasilan penyerbukan(Warsono dan Sukiman, 2010).

Paliwal(2000) menyatakan bahwa faktor terpenting dalam pembentukan hibrida


adalah pemilihan plasma nutfah pembentuk populasi dasar yang akan menentukan
tersedianya tetua unggul. Tetua yang berasal dari plasma nutfah superior dengan karakter
agronomi ideal akan menghasilkan galur yang memiliki daya gabung umum dan daya gabung
khusus yang tinggi. Dalam proses perakitan hibrida dibutuhkan sedikitnya dua populasi yang
memiliki latar belakang plasma nutfah dengan keragaman genetik yang luas, penampilan
persilangan menonjol, dan menunjukkan tingkat heterosis tinggi. Pembentukan hibrida
diutamakan persilangan-persilangan antara bahan genetik atau populasi yang kontras atau
berbeda sumber plasma nutfahnya.

Takdir et.al (2011), menyatakan bahwa langkah awal dalam program hibrida adalah
mencari populasi-populasi superior yang merupakan pasangan heterotik (heterotic pattern)
dan atau melakukan pembentukan populasi baru, bertujuan untuk memaksimalkan karakter
penting, selain mempertahankan karakter lain pada tingkat yang sama, atau di atas standar
minimum untuk diterima sebagai varietas komersial. Hal tersebut dapat dicapai dengan
prosedur berikut:
1. Persilangan dilakukan hanya di antara populasi yang terseleksi, yakni populasi dengan
fenotipe sama untuk karakter kedua (saat berbunga, umur panen, dan lain-lain), tetapi
dengan fenotipe yang berbeda untuk karakter yang diutamakan (seperti hasil).
2. Persilangan antarpopulasi dibatasi oleh individu-individu dari populasi tetua yang
mempunyai fenotipe yang sama, dengan memperhatikan karakter kedua terpenting.
3. Memperbaiki populasi-populasi asal yang berbeda dalam karakter kedua terpenting
sebelum dilakukan persilangan di antara populasi tersebut, kemudian dilanjutkan
dengan program utama seleksi.

b. Hibrida
Persilangan hibrida jagung memberikan kenaikan 15-20%, kadang-kadang 50%, lebih
tinggi daripada persilangan sendiri yang biasa dilakukan oleh petani. Petani umumnya
mendapatkan benih hibrida yang segar tiap tahun dari penumbuh, yang menangani khusus
produksi benih. Penumbuh memilih ladang terisolasi yang ditumbuhi 2 jenis jagung yang
melakukan persilangan sendiri, 1 baris untuk induk jantan dan 4 baris untuk induk betina.
Dalam waktu dekat, induk betina akan matang dan kemudian akan dibuahi pollen dari induk
jantan. Pembentukan biji hanya dipengaruhi oleh induk betina (Kent, 1966).
c. Selfing atau menyerbuk sendiri
Perkawinan sendiri (selfing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma
yang berasal pada satu bunga, satu tanaman, tetapi masih dalam satu spesies. Jagung (Zea
mays ssp. mays) merupakan tanaman semusim berpenyerbuk silang (cross-pollinated crop)
yang memiliki variasi genetik yang luas. Lebih jauh lagi, umur jagung sejak tanam hingga
panen relatif pendek. Persilangan jagung mudah dilakukan karena organ generatif jantan dan
betina terpisah jelas dan berukuran besar.
Dalam praktikum ini akan dilakukan empat persilangan yaitu:
a. ♀ Jagung ungu × ♂ Jagung ungu (selfing)
b. ♀ Jagung putih × ♂ Jagung putih (selfing)
c. ♀ Jagung ungu × ♂ Jagung putih (pembastaran)
d. ♀ Jagung putih × ♂ Jagung ungu (pembastaran resiprok)
Agar persilangan berhasil perlu diketahui tujuan dan prioritas persilangan serta sifat sifat
penting varietas atau spesies tetua yang akan disilangkan, terutamabiologi bunga dan teknik
persilangan. Terdapat perbedaan karakter morfologibiologi bunga dalam hal arah tandan,
bentuk dan posisi bunga hermaprodit,panjang tangkai, panjang tandan, serta waktu dan lamanya
berbunga (Rudi, 1996).
Benang sari menghasilkan serbuk sari yang masing-masing membentuk gametjantan.
Sedangkan putik akan membentuk bakal biji (ovulum) yang mengandungtelur. Pada waktu
proses penyerbukan, yaitu jatuhnya serbuk sari pada kepalaputik, terbentuklah tabung serbuk
sari, kemudian berlangsung pembuahan antarasperma dengan telur. Proses akhir dari
pembuahan ini adalah terbentuknya biji ( Hanum, 2008).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada hibridisasi jagung hal pertama yang dilakukan adalah pemilihan tetua jantan.
Tetua jantan dipilih berdasarkan fenotip. Jika bunga jantan tersebut sudah mekar sebagian,
maka sudah memenuhi kriteria untuk dijadikan tetua persilangan. Langkah selanjutnya adalah
penyungkupan terhadap bunga tersebut menggunakan kertas sungkup untuk dijadikan tetua
persilangan pada esok harinya.

Tetua betina juga dipilih berdasarkan fenotip dengan dicirikan tongkol jagung
tersebut masih mempunyai rambut yang pendek. Sebelum polinasi dilakukan, terlebih dahulu
rambut jagung dipotong hingga mendekati kulit jagung atau biasa disebut klobot jagung.
Setelah itu, klobot jagung dibuka sedikit agar nanti saat polinasi, serbuk sari dapat masuk
atau menyerbuk sempurna pada putik. Setelah itu, hal selanjutnya yang dilakukan adalah
melakukan hibridisasi atau persilangan dengan cara menabur-naburkan serbuk sari dari tetua
jantan diatas rambut jagung yang sudah dipotong dan melakukan pengamatan (Syukur,
2009).

Hasil pesilangan yang telah dilakukan dari 2 persilangan jagung didapatkan hasil
persilangan yang gagal, disebabkan jagung mau dipersilangkan masih belum menunjukkan
masa generatif. Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu
setelah dilakukan penyerbukan. Jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok maka
kemungkinan telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau
rontok maka kemungkinan telah terjadi kegagalan pembuahan. Keberhasilan penyerbukan
buatan yang kemudian diikuti oleh pembuahan (Kurniawan, 2012).

Menurut Sujiprihati et.al (2007), faktor yang mempengaruhi hibridisasi terjadinya


faktor internal dan juga eksternal. Faktor internal terjadi pada waktu tanam berbunga, yaitu:
penyesuaian waktu berbunga dan waktu emaskulasi dan penyerbukan. Sedangkan faktor
internal antara lain cuaca saat penyerbukan, pemilihan tetua, dan pengetahuan tentang organ
reproduksi dan tipe penyerbukan. Keberhasilan persilangan dipengaruhi oleh dua factor yaitu;
suhu dan cahaya. Pada suhu udara yang dingin, suaca gelap atau musim hujan, saat
berbungan akan terhambat. Suhu yang panas, cuaca cerah, dan musim kemarau akan
mempercepat pembungaan. Suhu dan cahaya ketika siang hari terletak pada puncaknya
(Syukur, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Bullant, C. dan Gallais. 1998. Xenia effects in maize whit normal endosperm : I Importance dan
Stability. Crop Sci.39:1517-1525.
Crowder, L. V. 2006. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kent, N.L. 1966. Technology of Cereals. Pergamon Press, New York.
Sandra, E. 2008. Teknik Persilangan. <http://eshaflora.com/index. php?option=com content&
task=view&id=63&Itemid=61> . Diakses 25 Januari 2020.
Sinnot, E.W., L.C. Dunn, and T. Dobzhansky. 1958. Principles of Genetics. McGraw-Hill Book
Company Inc., New York.
Soebagio, H. 1990. Analisis korelasi parsial antara hasil dengan karakter-karakter tanaman jagung.
Riset Hasil Penelitian Tanaman Pangan: 135-138.
Wijaya, A., R. Fasti, dan F. Zulvica. 2007. Efek xenia pada persilangan jagung Surya dengan jagung
Srikandi Putih terhadap karakter biji jagung. Jurnal Akta Agrosia Edisi Khusus 2: 199-203.

Anda mungkin juga menyukai