Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA

ACARA V
PERSILANGAN JAGUNG

Disusun oleh:
Nama : Damasus Wahyu Kurnia
NIM : 17/412820/PN/15142
Gol : A1
Nama Partner : Erdizya Satria P
Asisten : 1. Dhimas Fahrezi Anindita
2. I komang Adi Widyastama
3. Ma’aruf Muhammad Fajar

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN GENETIKA


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2018
ACARA 5
PERSILANGAN JAGUNG

ABSTRAKSI
Praktikum Dasar-Dasar Genetika Acara V yang berjudul Persilangan Jagung dilaksanakan
pada tanggal 9 November 2018 di kebun percobaan milik Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Tujuan dilaksanakannya
praktikum ini adalah untuk melatih mahasiswa dalam melakukan persilangan jagung sebagai tanaman
model dalam genetika dan mempelajari hasil persilangan tersebut. Dalam praktikum ini alat-alat yang
diperlukan yaitu perlengkapan polinasi berupa kantong kertas, gunting, label, dan paper clip. Bahan
yang dibutuhkan adalah populasi tanaman jagung yang berwarna putih serta populasi tanaman jagung
yang berwarna merah. Praktikum Persilangan Jagung ini menggunakan metode kantong (tassel bag
method), dimana bunga jantan dan bunga betina jagung dibungkus menggunakan kantong kertas
minyak sebelum mekar. Bunga jantan maupun betina dibungkus sebelum mekar menggunakan kantong
kertas minyak. Malai bunga jantan yang keluar dari pucuk tanaman dikerodong dengan kantong kertas.
Bunga betina (tongkol) dikerodong sebelum kepala putik (rambut jagung) keluar. Hari berikutnya
tongkol diperiksa untuk dilihat laju keluarnya rambut jagung. Rambut jagung yang yang sudah keluar
dipotong dengan gunting setinggi ±1-2 cm di atas permukaan ujung klobot. Pemotongan dimaksudkan
untuk mencegah rambut tongkol keluar dari kantong sehingga terjadi penyerbukan dengan pollen yang
tidak dikehendaki. Dari hasil persilangan jagung Hibrida♀ dan Lokal ♂ (pembastaran) menghasilkan
bulir sebanyak 36, berbentuk bulat dan keriput, berwarna putih. Pada persilangan jagung Lokal ♀ dan
Hibrida ♂ (selfing), dihasilkan bulir sebanyak 41. Persilangan jagung Hibrida♀ dan Hibrida ♂,
dihasilkan bulir sebanyak 203, berwarna kuning, dan berbentuk bulat keriput. Sementara itu, pada
persilangan jagung Lokal♀ dan Lokal ♂, dihasilkan 222 bulir jagung berwarna putih.

I. PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk melatih mahasiswa untuk
melakukan persilangan jagung sebagai tanaman model dalam genetika dan
mempelajari hasil persilangan tersebut.
1.2. Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Selain sebagai sumber karbohidrat,
jagung juga ditanam dan dikembangkan sebagai tanaman untuk pakan
ternak. Biji jagung kaya akan karbohidrat yang sebagian besar berada pada
endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh
bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati biasanya berupa amilosa
dan amilopektin. Proses persilangan dapat dilakukan pada tanaman jagung.
Pada umumnya, karakter warna biji pada tanaman jagung dapat
memperlihatkan secara jelas adanya sifat-sifat dominan maupun resesif.
Misalnya, warna putih pada biji memunculkan sifat resesif sedangkan warna
kuning, merah, dan ungu pada biji cenderung memunculkan sifat yang
dominan. Jadi, ketika dilakukan persilangan antara tanaman induk berbiji
putih dengan tanaman jantan yang berwarna merah maka keturunan
pertamanya (F1) akan serupa dengan karakter biji pejantannya, yakni
menghasilkan warna merah atau merah keputih-putihan pada bijinya.
Pada dasarnya, persilangan tanaman jagung dapat membantu
menjelaskan gejala genetik berupa pengaruh gamet jantan atau ayah pada
endosperm tanaman induk. Ekspresi gen yang dibawa tetua jantan secara
dini sudah diekspresikan pada organ betina (buah) atau generasi berikut
ketika masih belum mandiri (embrio/ endosperm). Hasil dari persilangan
jagung itu sendiri bukan merupakan penyimpangan Hukum Pewarisan
Mendel, melainkan pengaruh langsung dari pembuahan berganda (double
fertilization) yang terjadi pada tumbuhan berbunga dan proses
perkembangan embrio tumbuhan hingga biji masak. Embrio dan endosperm
merupakan hasil penyatuan dua gamet (jantan dan betina) dan pada tahap
perkembangan embrio sejumlah gen pada embrio dan endosperm bereaksi
dan mempengaruhi penampilan biji, bulir serta buah. Perbedaan ini tidak
banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam
pengolahan jagung sebagai bahan pangan. Selain itu, hasil dari persilangan
jagung ini telah dimanfaatkan sebagai teknologi untuk menghasilkan jagung
dengan kadar minyak yang tinggi.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Jagung merupakan salah satu jenis tanaman berpenyerbuk silang yang
proses persilangannya seringkali dibantu oleh angin (anemogami). Jagung
termasuk tanaman berputik tunggal, dimana benang sari dan putik berada dalam
satu tanaman, namun berbeda bunga. Jagung memiliki bunga jantan dan bunga
betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga
memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung,
dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di
bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari
berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu
tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki
sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari
satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung
cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri) (Bahar, 2004).
Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan penyerbukan
silang tetapi juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin membuktikan
bahwa penyerbukan sendiri pada jagung akan menghasilkan produksi yang rendah
dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi, padahal penyerbukan sendiri memiliki
vigor yang normal (Sinnot et al., 1958). Serbuk sari sangat ringan dan jatuh karena
gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi penyerbukan silang. Dalam keadaan
tercekam (stress) karena kekurangan air, keluarnya rambut tongkol kemungkinan
tertunda, sedangkan keluarnya malai tidak terpengaruh. Interval antara keluarnya
bunga betina dan bunga jantan (anthesis silking interval, ASI) adalah hal yang
sangat penting. ASI yang kecil menunjukkan terdapat sinkronisasi pembungaan,
yang berarti peluang terjadinya penyerbukan sempurna sangat besar. Semakin besar
nilai ASI semakin kecil sinkronisasi pembungaan dan penyerbukan terhambat
sehingga menurunkan hasil. Cekaman abiotis umumnya mempengaruhi nilai ASI,
seperti pada cekaman kekeringan dan temperatur tinggi (Seka dan Cross, 2005).
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan
menempel pada rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari
serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman
sendiri. Oleh karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross
pollinated crop), di mana sebagian besar dari serbuk sari berasal dari tanaman lain.
Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas, suhu, dan
kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari masih tetap
hidup (viable) dalam 4-16 jam sesudah terlepas (shedding). Penyerbukan selesai
dalam 24-36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15 hari. Setelah penyerbukan,
warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan kemudian kering (Sinnot et al.,
1958).
Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang
matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,50 cm atau
lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung pada
panjang tongkol dan kelobot. Tanaman jagung adalah protandry, di mana pada
sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum
rambut bunga betina muncul (silking). Serbuk sari (pollen) terlepas mulai dari
spikelet yang terletak pada spike yang di tengah, 2-3 cm dari ujung malai (tassel),
kemudian turun ke bawah. Satu bulir anther melepas 15-30 juta serbuk sari
(Anonim, 2010).
Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan: (1) penyesuaian waktu
berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat
anthesis dan reseptif waktunya bersamaan, (2) waktu emaskulasi dan penyerbukan.
Pada tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, seperti pada bunga kacang
tanah, padi harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma.
Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu
antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu
dilakukan sinkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara
kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan.
Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga
(Syukur, 2009).
Penelitian Shull dan East di Amerika Serikat membuktikan sebuah revolusi
pada persilangan jagung dengan hasil yang luar biasa. Persilangan hibrida jagung
memberikan kenaikan 15-20%, kadang-kadang 50%, lebih tinggi daripada
persilangan sendiri yang biasa dilakukan oleh petani. Petani umumnya
mendapatkan benih hibrida yang segar tiap tahun dari penumbuh, yang menangani
khusus produksi benih. Penumbuh memilih ladang terisolasi yang ditumbuhi 2 jenis
jagung yang melakukan persilangan sendiri, 1 baris untuk induk jantan dan 4 baris
untuk induk betina. Dalam waktu dekat, induk betina akan matang dan kemudian
akan dibuahi pollen dari induk jantan. Pembentukan biji hanya dipengaruhi oleh
induk betina (Kent, 1966).
Jagung mempunyai 10 kromosom di dalam sel-sel reproduktif (haploid), 20
kromosom di dalam sel somatik (diploid) dan 30 kromosom di dalam sel-sel
endosperma (triploid). Secara umum semua tipe tanaman jagung mempunyai 10
pasang kromosom. Sistem perakaran jagung terdiri dari akar-akar seminal yang
tumbuh ke bawah pada saat biji berkecambah, akar kolonal yang tumbuh ke atas
dari jaringan batang setelah plumula muncul, dan akar udara (brace) yang tumbuh
dari buku-buku di atas permukaan tanah. Batang jagung beruas-ruas yang
jumlahnya bervariasi antara 10-40 ruas, umumnya tidak bercabang kecuali ada
beberapa yang bercabang yang muncul dari pangkal batang. Tunas batang yang
telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Daun jagung muncul dari
buku-buku batang, sedangkan pelepah daun menyelubungi ruas batang untuk
memperkuat batang. Terdapat lidah daun (ligula) yang transparan dan tidak
mempunyai telinga daun (auriculae). Bagian atas epidermis umumnya berbulu.
Jagung juga dapat mengalami perubahan turgor pada daunnya. Jagung merupakan
tanaman berumah satu di mana bunga jantan (staminate) terletak pada ujung batang,
sedangkan bunga betina (pistilate) terletak di pertengahan batang. Tanaman jagung
bersifat protrandy (bunga jantan tumbuh 1-2 hari sebelum munculnya rambut)
sehingga mempunyai sifat penyerbukan silang (Muhadjir, 1988).
Kira-kira 4-6 hari setelah biji jagung ditanam, tanaman akan muncul di atas
permukaan tanah bila kondisi tanah cukup lembab. Laju tambahan tinggi tanaman
pada fase awal relatif lambat, tetapi tanaman akan tumbuh dengan cepat setelah
tanaman berumur 4 minggu. Sistem perakaran jagung berkembang dengan cepat
pada saat tanaman berdaun 5-7 helai. Selanjutnya setelah berumur 7-9 minggu
terjadi pembungaan lalu rambut tongkol muncul dan selanjutnya penyerbukan
mulai berlangsung. Umumnya tongkol jagung tumbuh dari ruas 6-8 bawah bunga
jantan. Pada fase pembungaan ini biasanya akar cabang (brance root) tumbuh dari
ruas bagian bawah dekat tanah. Akar cabang ini selain berguna untuk menunjang
atau menopang tanaman agar tidak mudah rebah, juga dapat mengabsorbsi hara
tanaman (Sutoro et al., 1988).

III. METODOLOGI
Praktikum Dasar-dasar Genetika Acara V yang berjudul Persilangan Jagung
dilaksanakan di kebun percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta selama kurang lebih
empat minggu, dimulai pada tanggal 9 November 2018 dan hasilnya dipanen pada
tanggal 29 November 2018. Alat-alat yang diperlukan yaitu perlengkapan polinasi
berupa kantong kertas minyak, plastik, gunting, tali rafia, label, dan paper clip.
Plastik digunakan untuk membungkus bunga jantan, kantong kertas minyak untuk
membungkus bunga betina, gunting untuk memotong bunga jantan, cotton bud
untuk mengambil dan menempelkan serbuk sari pada bunga betina/ tongkol, dan
tali rafia untuk mengikat plastik pembungkus bunga jantan. Bahan yang dibutuhkan
adalah populasi tanaman jagung yang berwarna putih serta populasi tanaman
jagung yang berwarna merah. Pelaksanaan praktikum ini juga didokumentasikan
kegiatannya dengan menggunakan kamera.
Pada praktikum ini digunakan metode kantung (tassel bag method).
Pertama-tama, bunga jantan maupun betina dibungkus sebelum mekar
menggunakan kantong kertas. Malai bunga jantan yang keluar dari pucuk tanaman
dikerodong menggunakan kantong kertas. Untuk bunga betina, dikerodong sebelum
kepala putik (rambut jagung) keluar. Pada hari berikutnya tongkol diperiksa untuk
melihat laju keluarnya rambut jagung. Rambut jagung yang sudah keluar dipotong
menggunakan gunting atau cutter setinggi ± 1cm di atas permukaan ujung klobot.
Pemotongan ini dimaksudkan untuk mencegah rambut tongkol keluar dari kantong
sehingga terjadi penyerbukan dengan pollen yang tidak dikehendaki. Pemotongan
dapat dilakukan 2-3 kali sampai seluruh rambut tongkol telah keluar. Tongkol yang
seluruh rambutnya telah keluar dari kelobot menunjukkan bahwa telah siap untuk
diserbuki. Malai bunga jantan yang telah dikerodong dikumpulkan serbuksarinya
untuk digunakan sebagai tetua jantan. Penyerbukan buatan dilakukan dengan cara
menaburkan serbuk sari/pollen yang telah terkumpul tersebut di atas permukaan
potongan rambut jagung. Prosedur ini dapat dilakukan 2-3 kali (menggunakan
pollen dari tetua yang sama) untuk meyakinkan seluruh putik telah diserbuki.
Tanda-tanda bahwa bunga jantan siap menyerbuki adalah adanya serbuksari yang
melekat pada kantong pembungkus. Pada praktikum ini dibuat 4 macam kombinasi
persilangan. Adapun empat macam kombinasi persilangan tersebut, antara lain:
♀ jagung Lokal x ♂ jagung Hibrida
♀ jagung Hibrida x ♂ jagung Hibrida
♀ jagung Lokal x ♂ jagung Lokal
♀ jagung Hibrida x ♂ jagung Lokal
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Biji pada Persilangan Jagung
Pengamatan
Jantan Betina
Panjang Jumlah Bentuk/Tekstur Warna Dokumentasi
♂ ♀
Tongkol Bulir Bulir Bulir

Hibrida Lokal 11 cm 36 Bulat Keriput Putih

Hibrida Hibrida 16,8 cm 203 Bulat Keriput Kuning

Lokal Lokal 19,1 cm 222 Bulat Keriput Putih

Putih
Lokal Hibrida 15,4 cm 41 Bulat Keriput
Kekuningan

Persilangan jagung merupakan suatu tindakan agronomis dalam


mengawinkan tanaman jagung dimana pengaruh warna dari biji jagung dipengaruhi
oleh gamet jantan pada endosperm tanaman induk, sehingga pada saat perkawinan
warna dari yang berasal dari sifat fenotipe jantan akan menutup sifat resesif yang
lain. Pada pengamatan ini, tanaman yang dijadikan obyek percobaan adalah
tanaman jagung. Adapun tanaman jagung digunakan sebagai bahan pengamatan
karena selain mudah disilangkan, hasilnya juga mudah diamati dalam waktu yang
relatif tidak terlalu lama. Buah jagung mempunyai biji/butiran buah dengan massa
yang relatif cukup besar sehingga memudahkan pengamatan. Dengan demikian,
pengaruh-pengaruh dari fenomena tersebut dapat secara visual diamati melalui
karakter-karakter tanaman diantaranya bentuk buah, warna dan rasa, serta karakter
glain. Adapun dalam praktikum ini, karakter tanaman yang diamati adalah warna
butiran buah jagung yang kemudian dilihat perbandingannya. Karakter warna biji
digunakan sebagai indikator karena warna merah dan warna putih pada biji terlihat
jelas berbeda, sehingga praktikan dapat membedakannya dengan mudah dan
kemudian dapat pula dihitung persentasenya. Jagung (Zea mays L.) adalah jenis
tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/ graminae yang mempunyai batang
tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa
genotipe dan lingkungan tertentu. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun
jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak
pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang.
Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlahdaunnya ditentukan pada saat
inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan suhu.
Dalam praktikum ini, dilakukan suatu penyerbukan buatan oleh manusia
(anthropogami). Persilangan tanaman jagung dilakukan di kebun percobaan.
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada
rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari
tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Oleh
karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop),
di mana sebagian besar dari serbuk sari berasal dari tanaman lain.
Pada praktikum, dilakukan perlindungan terhadap putik yang diserbuki oleh
benang sari satu tanaman jagung dengan kerodong agar tidak tercampur dengan
benang sari tanaman lainnya. Malai jagung perlu dibungkus/ dikerodong sebelum
ia mekar. Selain itu, hal ini juga dilakukan karena tanaman jagung termasuk ke
dalam jenis tanaman berpenyebuk silang. Dengan demikian, dapat dihasilkan hasil
(buah) yang mudah untuk diamati dengan lebih cermat dan teliti. Waktu atau
periode optimal mekarnya bunga terjadi antara pukul 09.00-11.00. Tanaman mulai
berbunga pada saat setengah umur tumbuhnya. Terdapat 3 cara persilangan buatan
pada tanaman jagung yaitu metode kantong (tassel bag method), metode botol
(bottle method), dan overall method. Dalam praktikum ini digunakan metode
kantong (tassel bag method), dimana bunga, baik bunga jantan maupun betina,
dibungkus sebelum mekar menggunakan kantong kertas minyak. Penyerbukan
buatan dengan metode ini dilakukan dengan jalan menaburkan serbuk sari (pollen)
yang telah terkumpul di atas potongan rambut jagung. Adapun tanda-tanda bahwa
bunga jantan siap menyerbuki adalah serbuk sari melekat pada kantong
pembungkus.
Dari hasil pengamatan, hibridisasi yang dilakukan tanggal 9 November
2018 menurut kelompok kami sudah berhasil, sebab bunga betina yang diamati
menunjukkan tanda-tanda keberhasilan hibridisasi yaitu bulu-bulu benang tongkol
berubah warna menjadi kecoklatan dan tongkol membesar. Keberhasilan suatu
persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah dilakukan
penyerbukan. Jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan
telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok
maka kemungkinan telah terjadi kegagalan pembuahan.
Dalam proses persilangan antara jagung Hibrida ♂ dengan jagung Lokal ♀
dihasilkan bulir sebanyak 36, berbentuk bulat dan keriput, berwarna putih. Pada
persilangan jagung Lokal ♀ dan Hibrida ♂ (selfing), dihasilkan bulir sebanyak 41.
Persilangan jagung Hibrida♀ dan Hibrida ♂, dihasilkan bulir sebanyak 203,
berwarna kuning, dan berbentuk bulat keriput. Sementara itu, pada persilangan
jagung Lokal♀ dan Lokal ♂, dihasilkan 222 bulir jagung berwarna putih.
Keberhasilan persilangan sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari tanaman jagung itu sendiri,
semisal umur jagung atau perbedaan waktu keluar tongkol dengan mekarnya bunga
yang terlalu lama. Faktor eksternal memang sangat mempengaruhi, dari segi
penyerbukan, bila dilakukan dengan bantuan kita tidak 100% steril maka hal itu
dapat mempengaruhi pembuahan atau polenisasinya. Bantuan penyerbukan yang
tidak 100% inilah yang dapat membuat bercampurnya warna atau adanya
perbedaan warna dalam satu tongkol yang sama. Selain itu, faktor eksternal yang
lain adalah cuaca yang tidak cocok dengan yang dikehendaki oleh tanaman jagung
itu sendiri. Selain itu, keberhasilan persilangan jagung juga turut dipengaruhi oleh
faktor waktu dan proses penyerbukan yang dilakukan. Waktu yang optimal untuk
melakukan proses penyerbukan pada tanaman jagung adalah pada pagi hari,
berkisar antara pukul 09.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Faktor lainnya adalah
proses penyerbukan, setelah serbuk sari jagung kuning diserbukkan ke jagung
betina harus diperhatikan dalam menyungkupnya. Penyungkup harus tertutup rapat
melindungi jagung betina agar jangan sampai terkena serbuk sari dari tanaman
jagung lainnya.
Pada kelompok kami, biji jagung dapat tumbuh dengan normal (berhasil),
meskipun belum bisa dikatakan berhasil 100% karena tongkol jagung kelompok
kami tidak terlalu besar dan pada persilangan betina putih dan jantan putih bijinya
tidak terlalu banyak dan warnanya agak kekuningan. Meskipun demikian, pada
kelompok lain terdapat biji jagung yang hanya tumbuh beberapa butir saja. Hal
tersebut disebabkan karena penyerbukan yang dilakukan tidak sempurna, misalnya
pollen tidak merata dan penyerbukan hanya dilakukan 1 kali sehingga hasilnya
tidak maksimal. Selain itu, mungkin ada faktor-faktor lain yang turut mengganggu
proses penyerbukan jagung, misalnya karena hama dan penyakit yang menyerang
tanaman jagung.

V. KESIMPULAN
Persilangan pada tanaman jagung dapat dilakukan karena adanya pengaruh
gamet jantan atau ayah pada endosperm tanaman induk. Keberhasilan persilangan
tanaman jagung dipengaruhi oleh proses penyerbukan yang dilakukan. Persilangan
jagung berhasil dilakukan dengan hasil sebagai berikut; Persilangan jagung merah
betina dengan putih jantan (pembastaran) menghasilkan biji putih keoranyean, biji
merah keoranyean, dan biji merah; persilangan jagung merah betina dengan merah
jantan (selfing) menghasilkan biji merah; persilangan jagung putih betina dan
merah jantan (pembastaran resiprok) menghasilkan biji putih, biji merah
kekuningan, dan biji merah; dan persilangan jagung putih betina dengan putih
jantan (selfing) menghasilkan biji putih keoranyean. Warna putih pada biji
cenderung menampilkan sifat resesif, sedangkan warna merah cenderung
menampilkan sifat dominan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Penyerbukan Jagung. <http://www.scribd.com/doc/28327454/tek
nikpenyer-bukan-jagung>, diakses pada tanggal 21 November 2018.
Bahar, H., F. Kasim., dan S. Zen. 2004. Stabilitas dan adaptabilitas enam populasi
jagung di tanah masam. 1 : 55-61.
Kent, N.L. 1966. Technology of Cereals. Pergamon Press. New York.
Muhadjir, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. Badan Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Seka, D. and H.Z. Cross. 2005. Xenia and maternal effect on maize agronomic
araits at three plant densites. Crop Science Journal. 35: 86-90.
Sinnot, E.W., L.C. Dunn and T. Dobzhansky. 1958. Principles of Genetics.
McGraw-Hill Book Company Inc. New York.
Sutoro, Y, Soelaeman, dan Iskandar. 1988. Jagung. Puslitbang Tanaman Pangan.
Bogor.
Syukur, M., S. Sujiprihati. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Bagian Genetika dan
Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor.
LAMPIRAN

Gambar 1. Hasil Panen Gambar 2. Hasil Panen


Jagung Lokal x Lokal Jagung Hibrida x Lokal

Gambar 3. Hasil Panen Gambar 4. Hasil Panen


Jagung Hibrida x Hibrida Jagung Lokal x Hibrida
Gambar 5. Foto Kelompok (Wahyu & Gambar 6. Foto Kelompok (Wahyu &
Dizya) Dizya)

Gambar 7. Foto Jagung Lokal x Gambar 8. Foto Jagung Hibrida x


Hibrida Hibrida

Gambar 9. Foto Jagung Lokal x Lokal Gambar 10. Foto Jagung Hibrida x
Lokal

Anda mungkin juga menyukai