Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR GENETIKA

ACARA V
PERSILANGAN JAGUNG

Disusun Oleh :
Nama : Adi Sudarmaji
NIM / Gol. : 18/430511/PN/15828 / B.1
Nama Partner/ Gol. : Antonius Gilang K. / B.1
Asisten : 1. Galih Mufi Ghozali
2. Ginanjar Pamungkas Habiburahman
3. Sri Wulandary

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN GENETIKA


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman jagung secara morfologi merupakan tanaman berumah satu
(monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina namun
masih berada pada satu tanaman (Wu et al., 2018). Penyerbukan pada jagung
terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol.
Sekitar 95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan
hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Oleh karena itu,
tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop), di
mana sebagian besar dari serbuk sari berasal dari tanaman lain. Terlepasnya
serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas, suhu, dan
kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari masih
tetap hidup (viable) dalam 4-16 jam sesudah terlepas (shedding). Penyerbukan
selesai dalam 24-36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15 hari. Setelah
penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan kemudian
kering. Kebanyakan serbuk sari akan membuahi tongkol jagung yang
berjauhan serbuksari dapat diterbangkan hingga 300 meter bergantung pada
kecepatan angin dan ada tidaknya serangga pada malai (Syuryawati & Kasim,
2015).
Tanaman jagung adalah tanaman berpernyerbuk silang dengan bunga
jantan dan bunga betima terpisah didalam satu tanaman, umur kemasakan
antara organ jantan dan betina berbeda. Sehingga tanaman jagung memiliki
tingkat keragaman yang tinggi ditambah jika tersedia dalam populasi yang
heterozigot. Tingginya tingkat heterozigositas populasi maka komposisi hasil
persilangan jagung menjadi sangat beragam.
Suatu varietas tanaman menyerbuk silang pada dasarnya merupakan suatu
populasi yang mempunyai frekuensi gen tertentu,maka keragaman genetik
dapat dipertahankan dari generasi ke generasi karena adanya kawin
acak,sehingga baik frekuensi gen maupun genotipe dapat tetap sama pada
generasi keturunan. Selain itu, persilangan juga dapat meningkatkan
produktivitas jagung yaitu dengan menggunakan varietas unggul. Persilangan
tanaman dapat dibedakan menjadi persilangan sendiri (selfing) dan
pembastaran (crossing). Selfing adalah persilangan yang dilakukan terhadap
tanaman itu sendiri. Artinya, tidak ada perbedaan antara genotipe kedua
tanaman yang disilangkan. Sementara crossing atau pembastaran adalah
persilangan antara dua individu yang berbeda karakter atau genotipnya.
Persilangan tanaman jagung dapat membantu menjelaskan gejala genetik
berupa pengaruh gamet jantan pada endosperm tanaman induk. Ekspresi gen
yang dibawa tetua jantan secara dini sudah diekspresikan pada organ betina
(buah) atau generasi berikut ketika masih belum mandiri (embrio/endosperm).
Untuk dapat membentuk fenotipe,satu gen harus berinteraksi dengan banyak
gen lain yang dikenal dengan interaksi gen.Interaksi gen dibedakan menjadi
interaksi antar-alel dan interaksi antar-lokus.Interaksi antar-alel membicarakan
hubungan antara dua alel pada satu lokus untuk membentuk suatu fenotipe
tertentu.
Hasil dari persilangan jagung adalah pengaruh langsung dari pembuahan
berganda (double fertilization) yang terjadi pada tumbuhan berbunga dan
proses perkembangan embrio tumbuhan hingga biji masak. Embrio dan
endosperma merupakan hasil fertilisasi dan pada tahap perkembangan embrio
sejumlah gen pada embrio dan endosperm bereaksi dan mempengaruhi
penampilan biji, bulir serta buah. Perbedaan ini akan lebih berpengaruh pada
pengolahan jagung sebagai bahan pangan. Selain itu, hasil dari persilangan
jagung dimanfaatkan sebagai teknologi untuk menghasilkan jagung dengan
kadar minyak yang tinggi. Dalam melakukan persilangan jagung harus
memperhatikan faktor cuaca, waktu persilangan, dan kematangan bunga
jantan dan betina agar persilangan yang dilakukan dapat berhasil.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum persilangan jagung adalah melatih mahasiswa


untuk melakukan persilangan jagung sebagai tanaman model dalam genetika
dan mempelajari hasilnya.
II. PERSILANGAN JAGUNG
A. Hasil
Tabel 5.1. Hasil persilangan jagung

Pengamatan
Jantan Betina Panjang
Jumlah Bentuk/Tekstur Warna
Tongko Dokumensi
Bulir Bulir Bulir
l
Hibrida Lokal 12 63 Bulat/halus Kuning
Putih

Hibrida Hibrida 11 139 Bulat/halus Kuning

Lokal Hibrida 15 115 Bulat/halus Putih


Kuning

Lokal Lokal 9 9 Bulat/halus Putih

B. Pembahasan
Tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu atau monocious di
mana letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman
(Dawan dan Rumanasen, 2018). Bunga jantan (malai) berada dibagian atas
tanaman dan menghasilkan serbuk sari sedangkan bunga betina (tongkol)
menghasilkan rambut jagung dan terletak di tangkai daun.Rambut jagung
adalah kumpulan stigma yang merupakan benang halus, lembut, dan berwarna
kekuningan. Fungsi dari rambut jagung adalah untuk menjebak serbuk sari
yang berfungsi sebagai penyerbukan. Setiap rambut jagung yang diserbuki
akan menghasilkan biji jagung.
Jagung memiliki genom yang relatif sedikit (2n=2x=20) sehingga dapat
mudah untuk dilakukan kajian pada tingkat kromosom. Jagung memiliki 10
kromosom di dalam sel-sel reproduktif (haploid), 20 kromosom di dalam sel-
sel somatik (diploid) dan 30 kromosom di dalam sel-sel endosperm (triploid).
Secara umum semua tipe tanaman jagung mempunyai 10 pasang kromosom
(Dawan dan Rumanasen, 2018).
Jagung merupakan tanaman yang memiliki keberagaman genetik yang
paling banyak, sehingga apabila dilakukan persilangan akan dapat
menghasilkan suatu keistimewaan baru (Wang et al., 2016). Hasil dari
persilangan jagung adalah pengaruh langsung dari pembuahan berganda yang
terjadi pada tumbuhan berbunga dan proses perkembangan embrio tumbuhan
hingga biji masak. Embrio dan endosperma merupakan hasil fertilisasi dari
serbuk sari (malai) dengan rambut jagung (tongkol). Kenampakan bulir jagung
sangat beragam dan pada umumnya sifat yang sangat terlihat adalah warna
serta kandungan gula dalam endosperma. Perubahan warna pada bulir dapat
dipengaruhi oleh adanya perubahan gen pengatur warna atau karena adanya
kesalahan dalam proses pembentukan pigmen (Rizqiningtyas dan Sugiharto,
2018).
Bulir pada jagung memiliki berbagai macam warna seperti warna ungu,
merah, kuning, dan putih. Warna pada bulir dipengaruhi oleh 3 jaringan yaitu
perikarp, aleuron dan endosperma. Warna ungu, merah dan kuning pada bulir
jagung dihasilkan dengan adanya sintesis pigmen yaitu dari kelompok
antosianin (pigmen ungu dan merah) atau karotenoid (pigmen kuning). Warna
putih pada bulir dihasilkan karena ketiadaaan pigmen dari kelompok
antosianin dan karotenoid.
Jaringan perikarp pada umumnya memberikan warna transparan terhadap
bulir namun juga dapat memberikan warna kusam pada bulir jagung. Jaringan
endosperma pada umumnya berwarna putih hingga kuning. Hal ini karena
gen y homozigot resesif memberikan warna putih dan keberadaan alel Y
dominan memberikan warna kuning pada bulir. Pada aleuron terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi produksi warna pada bulir jagung. Faktor utama
yaitu gen C yang penting dalam menghasilkan warna bulir, faktor penentu
warna merah yaitu gen R dimana adanya interaksi dengan gen C akan
menghasilkan bulir warna merah dan faktor penentu warna ungu yaitu gen Pr.
Warna ungu akan terlihat pada bulir jagung saat terdapat gen C dan R.
Metode yang digunakan pada percobaan persilangan jagung yaitu metode
tassel bag atau metode kantong. Pada metode ini baik bunga jantan maupun
bunga betina dibungkus sebelum mekar menggunakan kantong kertas minyak.
Hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi dari serbuk sari lainnya.
Pembungkusan pada bunga jantan dilakukan untuk menjaga polen yang
diinginkan tidak hilang karena adanya risiko terbawa oleh angin. Bunga jantan
dikerodong saat pucuk malai keluar dari pucuk tanaman, sedangkan bunga
betida dikerodong sebelum rambut jagung keluar. Hari berikutnya tongkol
diperiksa untuk meliihat laju keluarnya rambut jagung. Penyerbukan harus
dilakukan dalam 3 hari setelah tongkol ditutup atau rambut tongkol harus
dipotong agar tidak keluar kantong (menghindari kontaminasi). Pemotongan
rambut jagung pun biasa dilakukan sehari sebelum proses penyerbukan
sepanjang 1-2 cm diatas permukaan ujung klobot. Waktu yang optimal untuk
melakukan penyerbukan dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban tapi biasanya
dilakukan 3 jam setelah matahari terbit. Kantong penutup tongkol harus
dipasang kembali agar terhindar dari kontaminasi. Namun perlu diperhatikan
pula bahwa menutup tongkol terlalu lama dapat menyebabkan busuk pada
ujung tongkol.
Berdasarkan percobaan persilangan jagung yang telah dilakukan diperoleh
hasil persilangan antara bunga jantan hibrida dengan bunga betina lokal
menghasilkan tongkol sepanjang 12 cm dengan jumlah bulir jagung sebanyak
63 bulir, bentuk bulir bulat dengan tekstur bulir halus, serta warna bulir
kuning dan putih dimana bulir jagung warna putih berjumlah 43 sedangkan
bulir berwarna kuning berjumlah 20. Persilangan antara bunga jantan hibrida
dengan bunga betina hibrida menghasilkan tongkol sepanjang 11 cm, bulir
jagung sebanyak 139 bulir, bentuk bulir bulat dengan tekstur bulir halus, serta
seluruh bulir jagung berwarna kuning. Persilangan antara bunga jantan lokal
dengan bunga betina hibrida menghasilkan tongkol sepanjang 15 cm dengan
jumlah bulir jagung sebanyak 115 bulir, bentuk bulir bulat dengan tekstur
bulir halus, serta warna bulir kuning dan putih dimana bulir jagung warna
putih berjumlah 34 sedangkan bulir berwarna kuning berjumlah 81.
Persilangan antara bunga jantan lokal dengan bunga betina lokal menghasilkan
tongkol sepanjang 9 cm dengan bulir jagung sebanyak 9 bulir, bentuk bulir
bulat dengan tekstur bulir halus, serta seluruh bulir jagung berwarna putih.
Hasil percobaan persilangan jagung yang diperoleh bahwa warna jagung
telah sesuai dengan teori namun jumlah bulir jagung belum tumbuh
sepenuhnya. Hal ini dapat dikarenakan pemanenan yang belum waktunya.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi jumlah bulir pada jagung yakni faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam
tanaman jagung seperti umur jagung dan perbedaan waktu pematangan organ
generatif jantan dan betina. Organ generatif jantan lebih awal matang
dibandingkan dengan organ generatif betina. Faktor eksternal merupakan
faktor diluar tanaman jagung. Faktor eksternal sangat mempengaruhi
persilangan jagung dari segi pernyerbukan. Apabila persilangan jagung
dilakukan setelah bunga betina telah matang dan terlambat dalam
mengkerodongi maka hal itu kemungkinan bunga betina terkontaminasi dan
telah terjadi penyerbukan oleh benang sari lain yang terbawa angin sehingga
mengakibatkan kegagalan dalam melakukan persilangan jagung. Faktor
eksternal lainnya adalah cuaca yang tidak cocok dengan yang dikehendaki
oleh tanaman jagung tersebut. Percobaan persilangan jagung ini dilakukan
pada saat setelah terjadi hujan dan bertepatan dengan datangnya musim
penghujan yang mengakibatkan kantung kertas basah dan mempengaruhi
keberadaan serbuk sari (pollen) di kantung kertas yang dipakai, sehingga pada
saat disilangkan serbuk sari sebagian bisa hanyut terbawa air hujan. Selain itu,
faktor eksternal dipengaruhi oleh waktu yang optimal dalam melakukan
persilangan jagung. Pada percobaan ini praktikan menyilangkan jagung pada
pukul 06.00 pagi, sedamgkan waktu yang tepat untuk melakukan persilangan
jagung adalah tiga jam setelah matahari terbit berkisar pukul 09.00 pagi.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
hasil persilangan antara bunga jantan hibrida dengan bunga betina lokal
menghasilkan tongkol sepanjang 12 cm, jumlah bulir jagung sebanyak 63
bulir, warna bulir kuning dan putih. Persilangan antara bunga jantan hibrida
dengan bunga betina hibrida menghasilkan tongkol sepanjang 11 cm, bulir
jagung sebanyak 139 bulir, seluruh bulir jagung berwarna kuning. Persilangan
antara bunga jantan lokal dengan bunga betina hibrida menghasilkan tongkol
sepanjang 15 cm dengan jumlah bulir jagung sebanyak 115 bulir, warna bulir
kuning dan putih. Persilangan antara bunga jantan lokal dengan bunga betina
lokal menghasilkan tongkol sepanjang 9 cm dengan bulir jagung sebanyak 9
bulir, serta seluruh bulir jagung berwarna putih. Pada percobaan ini seluruh
hasil persilangan didapatkan bentuk dan tekstur bulir adalah bulat dan halus.

B. Saran
Sebaiknya pada saat melakukan pengerodongan malai dan tongkol jagung
dilapisi plastik agar ketika hujan kantung kertas tidak basah dan robek.
Kemudian penyilangan jagung sebaiknya dilakukan pada jam optimal yaitu
berkisar pukul 09.00 pagi.
DAFTAR PUSTAKA

Dawan, D. dan H. Rumanasen. 2018. Analisis pengaruh faktor produksi terhadap


produksi tanaman jagung di Kelurahan Koya Barat Distrik Muara Tami
Kota Jayapura. Jurnal Manajemen dan Bisnis, (2) : 25-40.
Rizqiningtyas, H., dan A. N. Sugiharto. 2018. Evaluasi genetik galur-galur mutan
generasi kedua dan ketiga jagung pakan/yellow corn (Zea mays L.). Jurnal
Produksi Tanaman, 6 (4): 538 – 545.
Syuryawati, S., & Kasim, F. 2015. Varietas Unggul Jagung Bermutu Protein
Tinggi. Iptek Tanaman Pangan, 5(2) : 146-158.
Wang, R., X. Yang., N. Wang., X. Liu., R. S. Nelson., W. Li., Z. Fan., and T.
Zhou. 2016. An efficient virus-induced gene silencing vector for maize
functional genomics research. The Plant Journal, 82: 102-115.
Wu, Y., T. W. Fox., M. R. Trimnell., L. Wang., R.J. Xu., A. M. Cigan., G. A.
Huffman., C.l W. Garnaat., H. Hershey., and M. C. Albertsen., 2016.
Development of a novel recessive genetic male sterilitysystem for hybrid
seed production in maize and other cross-pollinating crops. Plant
Biotechnology Journal, 14: 1046–1054.
LAMPIRAN

Gambar 1. Hasil Persilangan Jagung Gambar 2. Hasil Persilangan Jagung


Jantan Lokal x Betina Lokal Jantan Lokal x Betina Hibrida

Gambar 3. Hasil Persilangan Jagung Gambar 4. Hasil Persilangan Jagung


Jantan Hibrida x Betina Hibrida Jantan Hibrida x Betina Lokal

Anda mungkin juga menyukai