Peristiwa mutasi tidak selamanya bersifat jelek bagi kehidupan. Sebagian mutasi
ada yang mandatangan manfaat meskipun pada kenyataannya lebih banyak
bahayanya. Namun, peristiwa mutasi diyakini telah memberi kontribusi atas
keragaman variasi dalam populasi.
2. Dengan penerapan mutasi ini dapat memberikan peluang usaha yang baik
dalam meningkatkan hasil tanaman yang kita tanam, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan.
3. Dengan peristiwa mutasi dapat didapatkan tanaman hias yang memiliki nilai
ekonomi tinggi, misalnya yang popular di masyarakat saat ini adalah tanaman
hias Aglonema. Harga tanaman ini mencapai puluhan juta rupiah. Hal ini bias
dijadikan sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. Varietas baru ini dapat
dihasilkan dengan pemberian kolkisin pada tanaman.
6. Mutasi merupakan proses yang sangat berguna untuk evolusi dan variasi
genetik.
9. Organisme yang mengalami mutasi memiliki sifat yang unggul dari organisme
biasa.
2. Dampak Negatif Mutasi
Mutasi dapat menimbulkan perubahan dalam proses sintesis protein di dalam tubuh
makhluk hidup. Terjadinya perubahan protein enzim yang terbentuk akan
menyebabkan kelainan pada fungsi protein (metabolisme tubuh) sehingga dapat
mengubah fenotipe suatu makhluk hidup. Celakanya, jika mutasi tersebut terjadi
pada gen germinal, maka perubahan yang terjadi akan diwariskan kepada
keturunannya.
Pada berbagai kasus, peristiwa mutasi telah menimbulkan berbagai macam penyakit
yang berbahaya, menimbulkan cacat, bahkan bersifat letal. Berikut contoh dampak
negatif dari mutasi.
Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris
disebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar
ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini
telah dibudidayakan daerah Jawa.jambu biji termasuk salah satu contoh buah tanpa
biji menggunakan rekayasa genetika. Jambu biji sering disebut juga jambu klutuk,
jambu siki, atau jambu batu. Jambu tersebut kemudian dilakukan persilangan
melalui stek atau okulasi dengan jenis yang lain, sehingga akhirnya mendapatkan
hasil yang lebih besar dengan keadaan biji yang lebih sedikit bahkan tidak berbiji
yang diberi nama jambu Bangkok karena proses terjadinya dari Bangkok.
Kuranghormon
Margianasari rutin memberikan 3 karung setara 75 kg pupuk kandang per pohon
setiap 6 bulan. Namun, farang berumur 10 tahun itu hanya menghasilkan 1-2 buah
per pohon. Prakoso Heryono, penangkar buah di Demak, Jawa Tengah,
mengatakan hal serupa. “Dari segi perawatan, kita lebih mudah
membuahkan jambu kristal dibandingkan farang,” katanya. Pohon jambu kristal-
jambu biji tanpa biji asal Taiwan-belajar berbuah pada umur 7 bulan. Itu pohon hasil
cangkokan.
Pada umur belia itu produksi kristal 5-7 buah berbobot masing-masing 300 gram per
buah. “Pada usia setahun, produksi 35 buah. Bandingkan dengan farang yang baru
belajar berbuah pada umur setahun. Buahnya pun hanya sedikit, 4-5 buah,” kata
Prakoso. Mengapa farang sulit berbuah? Pakar buah di Bogor, Jawa Barat, Dr Ir
Mohamad Reza Tirtawinata MS, menuturkan semua jenis jambu sukun-seperti
farang, sukun merah, dan jambu sukun Thailand-gampang rontok karena memiliki
kromosom triploid atau 3n.
Buah-buahan yang berbiji umumnya berkromosom normal, yakni diploid atau 2n.
Dampaknya pasokan hormon auksin dan giberelin cukup untuk menunjang tanaman
berbuah lebat. Biji-biji yang sedang berkembang dalam buah itulah yang memasok
kedua hormon itu. Nah, pada jambu sukun yang benar-benar tanpa biji seperti
farang, tentu saja pasokan hormon auksin dan giberelin amat terbatas sehingga
buah pun gagal berkembang atau rontok.
Pantas saja jambu kristal lebih mudah berbuah dibandingkan farang. “Jambu biji
kristal masih ada bijinya meski sedikit, sekitar 5 biji per buah, sedangkan farang
benar-benar tak berbiji,” kata Herfin. Meski begitu bukan berarti mustahil melebatkan
buah jambu farang. Herfin membuktikannya setelah bertahun-tahun kesabarannya
teruji. Jambu farang berumur 4 tahun di halaman rumahnya berbuah lebat, 39 buah
perpohon.
Pupuk lengkap
Untuk merangsang pembungaan, mula-mula Herfin memangkas ujung-ujung
cabang. “Biasanya bakal bunga muncul 3 pekan sejak pemangkasan,” kata Herfin.
Bersamaan dengan itu ia juga memberikan pupuk NPK 15-10-30, dan unsur mikro
komplet dan magnesium oksida 16% masing-masing berdosis 5 gram per liter.
Selain pemberian pupuk pada media tanam, ayah dua anak itu juga memberikan
pupuk daun pada tajuk tanaman. Dengan perlakukan itu bakal bunga bermunculan
di bekas pangkasan. Lalu 20 hari berselang, bunga bermekaran. Herfin bukan hanya
menyemprotkan pupuk daun di seluruh permukaan daun, tapi juga tepat di bunga.
“Hasilnya, bunga rontok hanya 20%, dari sebelumnya 95%,” ujar Herfin. Buah pun
terus berkembang dan bertahan hingga 39 buah di pohon setinggi 1,5 meter. Pada
Juni 2012 saat buah berumur 40 hari ia memetik satu demi satu. Rasanya manis,
renyah, dan menyegarkan.
Sebelum menemukan teknik itu Herfin melakukan beragam cara untuk membuahkan
farang. Ia coba-coba memberikan NPK 15-15-15 berkonsentrasi 5 gram per 2 liter
air. Ia mengocorkan 1 liter larutan pupuk per tanaman di sekitar batang. Frekuensi
pemupukan sekali sebulan. Hasilnya, tanaman umur setahun hanya menghasilkan 1
buah. Untuk memacu buah pada periode berikutnya, ia meningkatkan frekuensi
pemupukan NPK seimbang yang mengandung trace element dengan dosis sama
menjadi 2 kali sebulan.
Selain itu ia juga memberikan pupuk mikro. Empat bulan pascapetik buah pertama,
ia merangsang tanaman dengan pupuk yang lazim digunakan oleh para pekebun
lengkeng. Hasilnya, bunga yang muncul 3 kali lipat lebih banyak “Dari semula 10
menjadi 30 bunga,” ujar Herfin. Namun, yang bertahan menjadi buah hanya 8-9
buah dengan bobot rata-rata 200 g. Yang lebih menyedihkan, tanaman merana
pascaberbuah.
Selang setahun, tanaman kembali berbuah, tapi jumlahnya berkurang, cuma 3 buah.
Kini dengan teknik tepat, farang berbuah lebat. Herfin pun tak perlu
membuang jambu biji tanpa biji dari daftar koleksi. (Rosy Nur Apriyanti/Peliput:
Andari Titisari)
Albino
Albinisme bisa diderita oleh kelompok etnis mana pun di dunia. Sebutan "albino"•
umumnya lebih akrab di telinga masyarakat, yang merujuk kepada penderita
kelainan ini. Meskipun albinisme tidak bisa disembuhkan seumur hidup, kondisi ini
tidak mencegah penderitanya untuk bisa menjalani kehidupan secara normal.
Gejala Albinisme
Warna kulit dan rambut penderita albinisme berbeda-beda, tergantung dari tingkat
melanin yang dihasilkan oleh tubuh. Meskipun penderita albinisme yang umum kita
jumpai memiliki karakteristik kulit pucat dengan rambut putih, ada juga sebagian
yang memiliki rambut cokelat.
Pada mata, kekurangan pigmen melanin tidak hanya dapat mengubah warna iris
(umumnya menjadi abu-abu atau biru pucat), tapi juga dapat menyebabkan
pandangan menjadi terganggu serta sensitif terhadap cahaya. Beberapa contoh
gangguan mata yang bisa timbul akibat albinisme adalah rabun dekat, rabun
jauh, astigmatisme, juling, dan gerakan bola mata tanpa kontrol dari sisi ke sisi
(nistagmus).
Gangguan penglihatan ini dapat berpengaruh terhadap kemampuan bayi dalam
mempelajari gerakan, misalnya merangkak atau mengambil suatu objek. Sering kali
anak-anak penderita albinisme terlihat kikuk akibat gangguan pada penglihatannya.
Penyebab Albinisme
Albinisme disebabkan oleh adanya perubahan atau mutasi pada salah satu gen
yang bertugas membantu produksi melanin oleh sel-sel melanosit yang terdapat di
dalam mata dan kulit. Akibat perubahan gen ini, produksi melanin menjadi
terganggu, baik berkurang drastis maupun tidak ada sama sekali. Perubahan
terhadap gen ini akan diturunkan dengan berbagai pola.
Ada dua jenis albinisme berdasarkan gejala yang muncul, yaitu albinisme okular dan
okulokutaneus. Albinisme okular berdampak pada mata dan penglihatan
penderitanya, tidak atau sedikit menyebabkan perubahan warna kulit atau rambut.
Sedangkan albinisme okulokutaneus merupakan jenis albinisme yang paling umum.
Kondisi ini berdampak pada rambut, kulit, mata, dan penglihatan.
Diagnosis Albinisme
Albinisme bisa didiagnosis langsung oleh dokter sejak penderita lahir melalui ciri-ciri
fisik mereka (warna rambut, kulit, dan mata) sesuai dengan apa yang sudah
dijelaskan pada subjudul gejala dan jenis-jenis albinisme.
Untuk mengetahui adanya masalah pada penglihatan, dokter spesialis mata bisa
melakukan beberapa pemeriksaan. Misalnya pemeriksaan dengan menggunakan
alat khusus yang disebut slit lamp, pengecekan pupil, pemeriksaan bentuk
lengkungan kornea untuk mendiagnosis silinder, pemeriksaan arah penglihatan
mata untuk mendiagnosis juling, dan pemeriksaan gerakan mata untuk
mendiagnosis nistagmus.
Pengobatan Albinisme
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan albinisme, pengobatan atau
perawatan ditujukan untuk memaksimalkan penglihatan penderita serta melindungi
kulit mereka.
Oleh sebab itu, penderita albinisme biasanya seumur hidup harus memakai
kacamata atau lensa kontak yang diresepkan oleh dokter spesialis mata sesuai
dengan kondisi terkait, misalnya yang khusus untuk rabun jauh, rabun dekat, atau
silinder, serta menjalani pemeriksaan mata secara rutin tiap tahunnya.
Pada penderita albinisme yang mengalami fotofobia (penglihatan sensitif terhadap
sinar matahari), dokter akan menyarankan pemakaian kacamata yang mampu
menangkal sinar ultraviolet atau kacamata berlensa gelap.
Selain pemeriksaan mata yang harus dilakukan rutin tiap tahun, pemeriksaan kulit
juga tidak kalah pentingnya bagi penderita albinisme agar dokter mengetahui
seberapa besar risiko mereka terkena kanker kulit, serta memberikan saran-saran
pencegahannya.
Jika Anda penderita albinisme, sebisa mungkin jangan melakukan aktivitas di luar
rumah ketika cuaca sedang panas terik. Jika terpaksa pergi ke luar, selalu gunakan
krim tabir surya serta pakaian yang bisa melindungi diri dari paparan sinar matahari
secara langsung.
Komplikasi Albinisme
Kestabilan emosi dan membina hubungan sosial dengan orang di sekitar merupakan
tantangan bagi penderita albinisme. Penderita albinisme akan terlihat berbeda
dengan keluarganya, hal ini dapat berdampak kepada perasaannya. Penderita
albinisme dapat merasa asing atau dianggap seperti orang aneh. Penderita
albinisme juga dapat diolok-olok mengenai penampilannya, mulai dari mendapat
sebutan albino atau sebutan lainnya, dipertanyakan mengenai penampilan kulit dan
rambutnya, sampai dengan penampilannya yang berkacamata. Semua hal tersebut
dapat mengakibatkan penderita albinisme menjadi stres, rendah diri, dan merasa
terisolasi dari lingkungan sekitar.
Kelainan kulit yang dialami membuat penderita albinisme menjadi lebih rentan
terbakar sinar matahari dan menderita kanker kulit.
Pencegahan Albinisme
Albinisme tidak dapat dicegah. Bagi Anda yang memiliki riwayat keluarga penderita
albinisme, memiliki anak penderita albinisme, atau Anda sendiri penderita albinisme
disarankan untuk melakukan konsultasi dengan ahli genetika. Konsultasi ini
bertujuan untuk memahami peluang terjadinya albinisme kepada anak, cucu, cicit,
atau keturunan berikutnya.