Anda di halaman 1dari 14

Budi Daya Kurma di Indonesia

Menanam buah kurma di Indonesia memang bukanlah hal yang mudah. Banyak orang
yang telah berusaha menanam kurma, namun tidak berhasil. Tapi bukan berarti kurma mustahil
ditanam di Indonesia.
Tahun 2000-an sudah mulai banyak pembudi daya yang penasaran dan berhasil menanam kurma
hingga bisa panen. Buah kurma menjadi tak asing lagi. Terlebih pada saat menjelang Bulan
Ramadhan. Pada musim haji, buah ini kerap dijadikan buah tangan spesial dari Timur Tengah.
Eksklusivitas buah kurma kini sudah sedikit bergeser, karena kini terdapat varietas tanaman ini
yang mampu ditanam di wilayah beriklim tropis seperti Indonesia. Buah kurma yang santer
diperbincangkan tersebut adalah Kurma Tropis KL 1.

Kurma tropis KL 1 mampu menghasilkan buah yang banyak serta memiliki usia berbuah yang
lebih cepat dibandingkan tumbuhan kurma biasanya.
Kurma tropis KL 1 adalah varietas baru buah kurma yang merupakan hasil persilangan antara
kurma verietas Barhee dengan Deglet Nour. Tanaman pohon kurma tropis ini bisa tumbuh
optimal di daerah tropis dg ketinggian 400 mdpl dengan curah hujan 1500 mm pertahun dengan
suhu 32-35 0C.
Pohon kurma Tropis KL 1 mulai masa produktif pada umur 3 tahunan, dengan hasil buah yang
terbilang cukup banyak. Satu pohon kurma tropis mampu menghasilkan 5-10 tandan buah kurma
dengan berat pertandan mencapai 5-10 kg.

Kultivar pohon kurma lain yang cocok di tanam di Indonesia dan dapat menghasilkan buah
adalah Ajwa, Lulu, Amir dan Nabi.
Beberapa tempat di Indonesia yang sudah terdapat pohon kurma berbuah adalah di daerah
Bangka, Lampung, Bekasi, Sumatera Utara, Riau, Yogyakarta, Jawa Barat, dan satu lagi di
Kabupaten Kudus Jawa Tengah.
Begini beberapa tahap budi daya kurma agar berhasil ditanam di Indonesia.

Persiapan Biji Kurma


Biji kurma yang telah disiapkan dibersihkan dari sisa-sisa daging buah. Cara ini
dilakukan untuk memperoleh persentasi daya kecambah yang tinggi.
Sisa-sisa daging buah yang menempel pada biji dapat menimbulkan tumbuhnya jamur, atau
dapat mengundang semut dan kutu putih untuk memakan serta merusak biji sebelum
berkecambah.
Cara terbaik untuk membersihkan biji kurma dari sisa-sisa daging buah adalah dengan
mencucinya menggunakan air dan pasir halus, hingga kondisi biji benar-benar bersih dari sisa-
sisa daging buah.
Setelah biji kurma dicuci bersih, biji direndam air sumur/mineral hingga 5 x 24 jam. Air untuk
merendam biji kurma setiap 24 jam sekali harus diganti dengan air yang baru. Untuk
mempercepat proses perkecambahan biji kurma, perendaman hari ke 4 sebaiknya menggunakan
campuran air dan ZPT sesuai takaran.

Persemaian Biji Kurma


Biji kurma dapat dikecambahkan langsung di tanah menggunakan campuran cocopeat
dan pasir atau bisa dengan tissue basah. Proses perkecambahan biasanya membutuhkan waktu 2-
4 minggu, setelah tumbuh dengan panjang akar 5-10 cm baru di pindah ke media tanaman.

Media Tanam Kurma


Campuran media tanam untuk bibit kurma sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang
memiliki porositas bagus, artinya media untuk menanam bibit kurma ketika disiram maka air
langsung turun keseluruhan. Campuran media tanam menggunakan pasir, kompos (bokashi),
cocopeat atau arang sekam padi dengan perbandingan 2:1:1.

Penanaman

 Sediakan lahan dengan jarak 7×7 meter dengan Lubang tanam dibuat lebar 1m, panjang
1m dan kedalaman 60cm
 Diamkan lubang yang telah disiapkan selama kurang lebih tiga hari agar disinari matahari
 1 minggu kemudian masukkan media tanam berupa campuran tanah, sekam dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1:1:1, yang penting porous atau mudah meresap air. Selain
itu agar lebih maksimal, juga ditambah kapur dolomit untuk mengantisispasi jamur.
Tutup lubang tanam tadi dengan media tanam sampai penuh.

 Untuk setiap 25 batang pohon kurma betina, tanam satu pohon kurma jantan.

Penyiraman

 Tanaman umur 1-6 bulan pascatanam, lakukan penyiraman setiap 2 hari. Sementara
tanaman berumur 7-12 bulan disiram setiap 4 hari. Adapun pada tanaman dewasa,
penyiraman dilakukan setiap pekan.
 Penyiraman dilakukan pagi hari atau sore hari. Jika penyiraman dilakukan saat siang hari
dan mengenai daun, dapat mengakibatkan daun terbakar.
 Untuk hasil maksimal penyiraman dengan menambahkan bioaktivator setiap 2 pekan
dengan konsentrasi 10 ml per 3 liter air. Lalu menyemprotkan satu liter larutan
bioaktivator ke seluruh permukaan daun kurma. Selain itu juga menyiramkan 2 liter
larutan bioaktivator atau pupuk cair ke tanah tempat tumbuh kurma.

Pemupukan
Tahap pemupukan dibagi jadi dua yakni pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar yang
digunakan berupa campuran pupuk kandang, tanah, dan sekam ditaburkan ke dalam lubang
tanam sebelum bibit ditanam.
Sementara pupuk susulan diberikan pada pertumbuhan tanaman. Pemupupukan susulan
menggunakan pupuk NPK yang dilakukan 3 kali dalam setahun sebagai berikut:

1. Pertama: Fase vegetatif, dengan memberikan 1 kg pupuk NPK seimbang dengan


perbandingan 15:15:15.
2. Kedua: memberikan 50 kg pupuk kandang ayam dan 30 kg kandang sapi pada tiap-tiap
tumbuhan betina. Sementara terhadap tumbuhan jantan cuma 20 kg kandang sapi.
3. Ketiga: memberikan 1 kg pupuk NPK seimbang, kadarnya lebih tinggi yaitu 24:24:24

Tahap Pembuahan
Setelah pohon kurma berbunga, baru akan kelihatan mana pohon kurma jantan dan
betina. Bunga jantan cendrung putih, kelopak bunganya putih dan kecil-kecil mengandung
seperti tepung. Kalau betina hampir seperti bunga kelapa ada pentol.
Pohon kurma betina harus dibuahi oleh bibit jantan dengan cara manual, yakni dengan
memotong kulit mayang pohon kurma jantan. cukup dengan memotong ujung kulit mayangnya.
Setelah di potong, kemudian diserbukkan bunga jantan ke bunga betina. dengan cara mengambil
bunga jantan, kemudian diselipkan diantara bunga betina sambil diikat selama satu sampai dua
hari.
Perlu dilakukan penjarangan dengan memangkas buah yang terlalu kecil dan menyisakan buah
yang besar, agar buah yang sudah berukuran besar dapat tumbuh dengan bagus dan menjadi
lebih besar.
Sebaiknya dilakukan pula pembungkusan buah agar mengoptimalkan hasil. Fungsi
poembungkusan dimaksudkan untuk menghindari hujan dengan intensitas tinggi dan terhindar
dari serangan hama. Pembungkusan tandan buah kurma dapat dilakukan dengan membungkur
tandan sejumlah tiga lapis.
Tahap Panen
Jika pohon kurma sudah mulai berbuah sebaiknya lakukan pembungkusan agar
mengoptimalkan hasil dan terhindar dari hujan dan terhindar dari serangan hama. Pembungkusan
tandan buah kurma dapat dilakukan dengan membungkus tandan sejumlah 3 lapis.

Lapis pertama berupa plastik tranparan guna menghalangi air hujan merembes ke dalam tandan.
Sementara lapis ke-2 dan ke-3 masing-masing berupa jaring plastik dan kertas bermanfaat untuk
melindungi buah dari serangan burung dan serangga.
Penyakit.
Ada beberapa macam penyakit yang dapat ditemui menyerang tanaman kurma, yaitu penyakit
akibat jamur, penyakit phytoplasma, penyakit atau kerusakan fisiologis, dan beberapa penyakit
yang penyebabnya belum diketahui. Beberapa penyakit mungkin tidak terjadi di Indonesia atau
memiliki gejala yang mirip dengan penyebab berbeda. Berikut penjelasan dan cara-cara
penanganannya.

Penyakit jamur
1. Bayoud atau memutihnya pelepah daun.

Penyakit ini sering ditemukan pada kurma jenis medjool, deglet nour, dan bon fegoues.
Menyerang tanaman baik yang muda maupun dewasa, termasuk tunas atau anakan. Gejala luar
(eksternal) dimulai dari daun di bagian tengah mahkota yang berubah warna jadi abu-abu lalu
memutih dari bawah ke atas di satu sisi. Setelah seluruh sisi memutih, menyebar turun melalui
sisi yang lain terus ke pangkal pelepah.

Pada dorsal (tulang) rachis (tulang daun) muncul bercak coklat memanjang yang menyebar dari
pangkal hingga ujung daun, menujukkan pola miselium pada pembuluhrachis. Daun mengempis
seperti bulu-bulu basah atau anak panah dan menggantung sepanjang batang. Proses ini terjadi
dalam beberapa minggu. Gejala yang sama menyebar pada daun-daun yang berdekatan. Penyakit
ini berkembang dengan cepat dan begitu pangkal tandan terinfeksi, pohon kurma pun mati.
Kematian terjadi dalam beberapa minggu atau bulan setelah gejala awal muncul.
Perkembangan penyakit terjadi dengan cepat atau lambat tergantung kondisi kebun dan varietas
yang diserang. Gejala internal tampak belakangan. Jika sudah menginfeksi akar, warna akar
berubah menjadi kemerahan. Terdapat bercak-bercak besar dan banyak yang mengarah ke
pangkal tangkai daun, menyebar ke batang kurma, bercabang-cabang pada fasikula, dan
menampakkan pola jejak ke arah bagian tanaman yang masih sehat.
Pelepah yang terinfeksi jika dibelah akan tampak bagian dalamnya berwarna coklat kemerahan
yang bercabang di fasikula. Apabila gejala internal dan eksternal dihubungkan, maka jelas bahwa
penyakit ini memiliki gejala vaskular yang berkesinambungan dari akar hingga ujung pelepah
daun. Sekalipun gejala-gejala penyakit ini dapat dikenali secara kasat mata, namun diperlukan
analisis laboratorium untuk memastikan bahwa tanaman kurma memang terinfeksi.

Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme jamur golongan mikoflora dalam tanah bernama


latin Fusarium oxysporum forma specialis albedinis. Jika bagian-bagian tanaman yang terinfeksi,
termasuk akar yang mati, lalu tanah di bawah tanaman yang terinfeksi dibongkar, jamur ini akan
tampak dalam bentuk klamidospora (spora berdinding tebal). Penyebarannya melalui pengairan
yang berlebihan dan pemindahan tunas atau fragmen (bagian-bagian) tanaman yang terinfeksi.
Inang dari jamur ini, antara lain, tanaman alfalfa, henna, dan sayur-sayuran. Pada inangnya,
jamur ini tidak memberi dampak apapun. Pengendaliannya dengan pengolahan tanah saja tidak
akan efektif. Harus dilakukan penyulaman, yaitu membuang dan memusnahkan tanaman yang
sakit kemudian menggantinya dengan tanaman baru yang seumur. Pemusnahan terhadap pohon
yang dibongkar dilakukan di tempat karena pemindahan pohon yang terinfeksi berisiko
menyebarkan bibit penyakit.

Tanah disiram methyl bromida atau chloropicrin dan tidak boleh ditanami sampai tanda-tanda
jamur hilang. Kurangi intensitas penyiraman, termasuk di musim panas atau
kemarau. Pencegahan penularan lewat tanah dengan cara melakukan karantina, yaitu menggali
parit sedalam 2 m di sekeliling tanaman yang sehat. Buat saluran khusus menyeberangi parit
untuk mengalirkan air irigasi. Dengan cara ini, tanaman sehat dapat dilindungi hingga 10 tahun.
Pencegahan secara genetika adalah dengan menciptakan varietas-varietas baru yang tahan
penyakit.
Tindakan pencegahan selanjutnya adalah membuat regulasi yang mencegah pemindahan (impor
maupun ekspor) bagian-bagian tanaman yang terinfeksi, termasuk tunas, beberapa fragmen,
pupuk dan tanah yang terkontaminasi, dan artifak yang dibuat dari kayu tanaman yang sakit.
Dalam hal ini diperlukan kerja sama dengan pemerintah setempat atau yang lebih tinggi. Petani
perlu secara aktif berbagi informasi dengan sesama petani dan dinas terkait soal keberadaan
penyakit ini agar ada tindakan terpadu.

2. Black scorch/medjnoon/fool’s.

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Ceratocystis paradoxa (Hohn) yang merupakan mutasi
penyempurnaan dari Thielariopsis paradoxa. Gejalanya berupa bercak hitam seperti terbakar
pada daun, hawar bunga, serta busuk batang dan pucuk tunas di segala usia.
Terdapat nekrosis pada permukaan sebagian atau seluruh jaringan tanaman yang diserang, juga
lesi berwarna coklat gelap kehitaman yang keras menyerupai serbuk arang. Tangkai, tandan, dan
bulir buah menghitam seperti diselimuti arang.
Kerusakan serius pada tangkai tunas dan jantung tanaman (titik tumbuh) dapat menyebabkan
kematian. Beberapa pohon mungkin bertahan hidup setelah tumbuh tunas baru di bagian yang
masih sehat. Daerah yang terinfeksi memiliki lekukan yang khas, oleh sebab itu disebut
medjnoon. Tanaman yang bertahan hidup ini akan menyembuhkan diri sendiri dalam berberapa
tahun. Penyakit ini menyerang hampir semua jenis kurma, terutama halawy yang memiliki risiko
tertinggi.

Cara mengontrolnya adalah dengan memperbaiki sanitasi serta pemangkasan dan pembakaran
bagian-bagian yang terinfeksi. Semprotkan bubur bordeaux, larutan sulfur/belerang dan kapur,
larutan kapur dan tembaga sulfat, dichlone, thiram, atau fungisida berbahan aktif tembaga
lainnya pada luka bekas pangkasan dan jaringan di sekitarnya. Untuk serangan yang parah,
bongkar tanaman dan bakar.

3. Bercak daun coklat.

Penyakit ini paling umum menyerang tanaman kurma. Gejalanya berupa lesi gelap pada daun
yang berwarna hijau dan lesi coklat atau kemerahan dengan bagian tengah berwarna pucat pada
daun mati. Gejala-gejala ini muncul pada rachis, pinnae (daun dewasa), dan duri. Penyebabnya
adalah jamur Mycosphaerella tossiana. Oleh karena hanya merupakan penyakit ringan, untuk
mengatasi penyakit ini cukup dilakukan pemangkasan rutin pada daun yang diserang lalu
dibakar.
4. Diplodia.

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Diplodia phoenicum. Dari 20 varietas yang diserang, paling
banyak ditemukan pada jenis deglet nour. Gejala berupa merapuhnya tunas/anakan, baik ketika
masih terhubung dengan induknya maupun setelah dipisahkan dan ditanam sendiri, yang
berakhir dengan matinya tunas/anakan tersebut. Jamur menginfeksi daun sebelah luar dan
membunuh daun muda serta pucuk tunas. Dalam beberapa kasus juga menginfeksi kelompok
daun di sebelah tengah dan daun-daun yang masih muda mati dahulu sebelum daun tua.

Pada tanaman yang lebih tua, penyakit ini menginfeksi bagian tengah tangkai daun,
menampakkan garis coklat kekuningan sepanjang 15 cm – 1 m, menyebar sepanjang permukaan
bawah daun dari pangkal hingga rachis. Permukaan atas daun tampak tetap hijau normal. Jamur
ini menyrang melalui luka pemangkasan. Untuk pencegahannya, sterilkan dahulu semua
peralatan dengan desinfektan sebelum digunakan.
Perendaman atau penyemprotan tunas/anakan dengan benomyl, bubur bordeaux, methyl
thiophanate, thiram, dan fungisida berbahan aktif tembaga lainnya sebelum ditanam atau
disemaikan terbukti efektif.

5. Bercak daun Graphiola.


Penyakit ini disebabkan oleh jamur Graphiola phoenicis atau lebih dikenal dengan sebutan jamur
api. Berkembang di lapisan subepidermal pada titik-titik kecil di kedua sisi daun dewasa, pada
rachis, dan pangkal daun. Sejumlah struktur buah muncul dalam bentuk kumpulan spora kecil
berwarna kuning atau coklat, berdiameter 1 – 3 mm dengan dua lapisan. Kumpulan spora ini
muncul sangat banyak pada daun berumur 3 tahun. Ditemukan pula pada daun berumur 2 tahun,
tetapi tidak ada atau jarang ditemukan pada daun yang berusia 1 tahun.

Siklus inkubasi patogen ini selama 10 – 11 bulan. Paling banyak ditemukan pada bagian ujung
daun dewasa (pinnae), berkurang di bagian tengah, dan makin jarang di bagian pangkal. Jika
normalnya daun kurma hidup selama 6 – 8 tahun, akibat penyakit ini hanya dapat hidup selama 3
tahun. Daun yang terinfeksi berat mati prematur dan berdampak pada menurunnya hasil
panen. Jamur ini menyebar luas di wilayah yang memiliki tingkat kelembapan tinggi.

Cara mengatasinya adalah dengan pemangkasan daun dan aplikasi bubur bordeaux
atau fungisida spektrum luas lainnya (seperti mankozeb, tembaga hidroksida, kombinasi
tembaga hidroksida dan maneb, atau kombinasi tembaga oksiklorida, maneb, dan zineb).
Pemberian fungisida ini mengikuti jadwal 3 – 4 kali tiap 15 hari setelah spora diproduksi.
6. Khamedj atau busuk bunga.

Serangan penyakit ini terjadi di daerah yang panas dan lembap atau curah hujannya terlalu tinggi
dan panjang, terjadi 2 – 3 bulan sebelum munculnya seludang bunga. Penyakit ini dapat muncul
berulang pada pohon yang sama tiap tahun dengan intensitas yang sama pula. Kasus serius
berdampak pada hilangnya 30 – 40 kg hasil panen per tahun. Penyakit ini disebabkan oleh jamur
Mauginiella scattae Cav. Terkadang disebabkan pula oleh Fusarium moniliforme dan
Thielariopsis paradoxa.

Gejala awal tampak pada permukaan seludang berupa area berwarna kecoklatan atau seperti
karat. Jika sudah demikian, berarti bagian dalam bunga sudah terinfeksi. Jika seludang
bunga yang diserang dibelah akan tampak kerusakan menyeluruh atau sebagian pada bunga dan
tangkainya. Seludang yang terinfeksi parah akan tetap menutup, artinya seluruh bagian dalamnya
sudah terinfeksi. Bunga menjadi kering dan tertutup debu pembuahan dari jamur.
Penularan penyakit melalui proses penyerbukan bunga jantan yang terinfeksi terhadap bunga
betina. Infeksi pada bunga yang masih muda muncul dengan cepat dan terjadi ketika seludang
bunga masih tersembunyi di antara pangkal daun. Jamur langsung menyerang seludang dan
ketika mencapai bunga, jamur segera menyebarkan sporanya. Langkah-langkah penanganan
penyakit ini yang pertama adalah melakukan perbaikan sanitasi dan perawatan yang lebih
efisien.

Kumpulkan dan bakar bunga yang terinfeksi, diikuti penerapan fungisida setelah panen dan satu
bulan sebelum munculnya seludang. Contoh fungisida yang dapat diterapkan untuk mengatasi
penyakit ini adalah bubur bordeaux atau tembaga (1/3), larutan kapur sulfat (2/3), penyemprotan
dichlone 3% atau thiram 4% dengan rasio 8 liter per pohon, atau menggunakan benomyl dan
trizet 125 gr/hl.
7. Busuk akar Omphalia.

Penyakit ini menyebabkan menurunnya kualitas tanaman. Penyebabnya adalah jamur Omphalia
tralucida Bliss dan Omphalia pigmentata Bliss. Gejalanya berupa daun mati prematur diikuti
keterlambatan dan berhenti tumbuhnya tanaman, berlanjut dengan nekrosis dan kerusakan pada
akar. Tanaman menjadi tidak produktif. Pengendaliannya dengan
penyemprotan fungisida berbahan aktif trifenil asetat satu kali tiap 2 – 8 minggu.
8. Belȃat.

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytophtora sp. yang mirip dengan Phytophtora palmivora.
Seluruh daun muda memutih dan mati, diikuti infeksi dan kematian pada tunas. Ditambah
organisme sekunder, infeksi akan menyebar ke batang dan berakibat busuk basah pada jantung
tanaman hingga mengeluarkan bau asam seperti fermentasi asetat dan butirat. Penyakit ini dapat
dicegah dengan perawatan yang efisien. Untuk penanganannya, semprotkan maneb atau bubur
bordeaux 8 liter per pohon pada tahap awal timbulnya gejala. Tunas biasanya tetap sehat.

9. Busuk buah.

Gejala penyakit ini bervariasi tergantung kelembapan dan curah hujan serta waktu antara fase
khalal hingga pematangan buah. Kerugian akibat penyakit ini sekitar 10 – 50%. Umumnya
disebabkan oleh Aspergillus niger dan Alternaria sp. Untuk mengatasi penyakit ini,
kurangi kelembapan dalam tandan buah dengan pemasangan rangka kawat atau membuang
beberapa tangkai buah di bagian tengah tandan agar sirkulasi udara di antara buah tetap baik.
Oleskan ferbam 5%, malathion 5%, sulfur atau belerang 50%, dan bahan penyerap kelembapan
40%.
Penyakit phytoplasma
1. Mati kuning.
Penyakit ini juga ditemukan menyerang kelapa dan kelapa sawit. Gejala pada kurma adalah daun
mengering dan berubah warna menjadi abu-abu kecoklatan. Akar rambut tampak, mengubah
jaringan meristem menjadi massa busuk berlendir. Mahkota pohon luruh dan rontoh,
meninggalkan batang yang tidak berdaun. Penyebabnya adalah mikroorganimse seperti
mikoplasma. Patogen ini disebarkan oleh vektor antropoda yang berpindah melalui angin.

Cara mengatasinya dengan membuang tanaman yang terinfeksi berikut tunasnya, karantina,
penanaman varietas yang toleran terhadap penyakit ini, dan penggunaan antibiotika.
2. Al wijam (miskin/tak berbuah).

Gejala penyakit ini berupa menurunnya pertumbuhan tunas baru dan seluruh daun pada mahkota
atau puncak pohon melingkar berbelitan. Daun yang baru terbentuk menjadi kerdil, tampak
berkas garis tipis memanjang berwarna kuning pada pelepah. Daun berubah warna hijau khloritik
dan ketahanan hidupnya berkurang. Matinya daun dimulai dari titik terluar sampai
pangkal. Seludang bunga yang terinfeksi terbelah sebelum betul-betul mencapai ukuran penuh
dan mengerut.

Jumlah tandan yang dihasilkan berkurang dari tahun ke tahun hingga akhirnya sama sekali tidak
berproduksi dan mati. Berdasarkan penelitian atas DNA tanaman yang terinfeksi ditemukan
bahwa penyakit ini disebabkan organisme mikoplasma.
3. Rapuh daun.

Penyakit ini menyerang tanaman muda dan dewasa, bahkan tunas. Gejala awal berupa garis
klorotik lebar pada daun dewasa diikuti mengeringnya ujung daun. Semakin banyak pelepah
daun yang terinfeksi menurunkan hasil panen dan menghambat pertumbuhan tunas. Daun
memendek atau ukurannya tidak normal. Penyebab penyakit ini belum diketahui, namun
dicurigai berasal dari organisme mikoplasma. Analisis kimia menunjukkan konsentrasi nutrisi
dalam jaringan daun yang terinfeksi meningkat, kecuali mangan yang turun 10 kali lipat dari
kondisi normal.

Selain itu, jumlah mineral larut (konduktivitas) dan konsentrasi fosfor dalam tanah di sekitar
pohon yang sakit lebih tinggi daripada tanah di sekitar tanaman sehat. Kemungkinan pada area
yang terinfeksi terjadi peningkatan makronutrien dan garam sebagai imbas dari irigasi yang
meningkatkan konduktivitas elektrik. Tingginya pH tanah dan mineral terlarut menyebabkan
berkurangnya kandungan mangan dalam tanah. Cara yang tepat untuk mengatasi penyakit ini
adalah karantina.
Tambahkan kebutuhan akan mangan dengan penyemprotan atau menggunakan metode infus.

Kerusakan fisiologis
1. Blacknose.

Gejala penyakit ini berupa mengerut dan menghitamnya ujung buah kurma. Terjadi karena
retaknya kulit buah mulai dari retakan kecil, melintang, hingga retakan pada pangkal buah.
Perubahan ini dipengaruhi seberapa besarnya retakan dan berhubungan dengan kelembapan
udara ketika buah sedang memasuki tahap khalal. Penyebab penyakit ini adalah kelembapan
dan curah hujan.
Untuk mengatasinya, hindari kelembapan yang berlebihan (terutama pada tanah) serta cegah
tumbuhnya gulma dan tanaman sela yang dapat meningkatkan kelembapan, terutama pada tahap
perkembangan buah. Pembungkusan buah dengan kertas berwarna coklat terbukti mengurangi
risiko penyakit ini. Adapun pemangkasan yang berlebihan juga dapat meningkatkan risiko
blacknose.

2. Cross out/V-cuts.

Penyakit ini umum ditemukan pada tangkai buah dan daun. Gejala berupa pecahnya jaringan
pada pangkal tangkai buah dan daun berbentuk irisan kecil tetapi dalam seperti ditoreh dengan
pisau. Buah pada tandan yang mengalami gejala ini akan mengerut dan gagal matang
sempurna. Penyakit ini terjadi karena problem anatomi dari tangkai buah dan daun. Terdapat
rongga kosong di dalam tangkai yang mengakibatkan terjadinya patahan mekanis ketika tangkai
atau pelepah daun tumbuh memanjang.

Pemicunya adalah susunan daun yang terlalu rimbun. Gejala meningkat seiring bertambahnya
umur tanaman. Untuk mengatasinya, lakukan pemangkasan dan penjarangan secara rutin.
3. Whitenose.

Penyebab penyakit ini adalah angin kering berkepanjangan yang mendorong pematangan dan
pengeringan buah yang lebih cepat. Akibatnya, muncul gejala memutih dan mengeringnya ujung
kelopak buah. Buah yang terdampak menjadi sangat kering, keras, dan kadar gulanya tinggi.
Dapat diperbaiki dengan hidrasi setelah panen.
4. Kelainan barhee.
Gejala penyakit ini berupa rebahnya mahkota pohon, terjadi khususnya pada varietas barhee.
Tanaman yang menderita penyakit ini rebah ke arah selatan atau barat daya. Derajat kemiringan
mencapai 90o. Sekalipun disebut kelainan barhee, tetapi ternyata penyakit ini ditemukan pula
pada beberapa varietas lain meskipun jarang. Baik penyebab maupun cara mengatasinya belum
ditemukan. Biasanya para petani kurma hanya mengakalinya dengan menyangga pohon
menggunakan pancang besi dari sisi yang berlawanan dengan arah rebahnya pohon.
Tandan buah diikat pada pancang ini untuk membantu menopang beratnya. Pemasangan pancang
dan pengikatan tandan juga bertujuan untuk memperbaiki abnormalitas ini sehingga dalam 2 –
3 tahun masalah dapat teratasi.
5. Black scald (hitam melepuh).

Berbeda dengan blacknose, penyakit ini belum diketahui penyebabnya. Gejalanya adalah adanya
cekungan menghitam dengan garis demarkasi yang jelas pada ujung atau bagian sisi buah.
Penyakit ini menimbulkan rasa pahit pada buah. Kemungkinan penyebabnya adalah temperatur
yang tinggi, tetapi apa penyebab pastinya belum ditemukan.

6. Bastard offshoot (cacat tunas/anakan).

Penyakit ini berupa kerusakan pada tunas atau anakan kurma, terutama pada bagian daun.
Ketidaknormalan ini merupakan efek dari serangan tungau Makiella phoenicis K. Penyebab
lainnya adalah ketidakseimbangan zat pengatur tumbuh alami pada tanaman.

7. Leaf apical drying (pucuk daun mengering).

Sebenarnya ini bukan penyakit, melainkan reaksi fisiologis dari transplantasi kurma dewasa.


Tepatnya sebagai akibat dari luka pada perakaran. Semua jenis pohon kurma dapat
menyembuhkan dirinya sendiri dalam 2 – 3 tahun setelah transplantasi dilakukan.
8. Luka/cidera fertilisasi atau pemupukan.

Kelainan ini hanya terjadi pada bibit kurma yang disemaikan dalam tisu. Dampak mulai terlihat
dalam 2 tahun setelah penanaman di kebun. Terjadi apabila dalam usia muda, pupuk NPK
ditaburkan terlalu dekat dengan pangkal batang. Cidera ini dapat mematikan bibit kurma.

9. Serangan hawa dingin.


Pohon kurma tumbuh optimal pada suhu 32 – 38oC dan masih dapat bertahan hidup pada suhu -5
– 50oC. Akan tetapi, tanaman ini akan berhenti tumbuh jika suhu mencapai 7oC. Pertumbuhan
juga akan melambat jika suhu mencapai 40oC dan berhenti pula ketika suhu mencapai
45oC. Ketika temperatur udara di bawah 0oC timbul kerusakan metabolisme yang serius dan
berujung pada pengeringan sebagian atau seluruh bagian tanaman. Cairan protoplasma yang
keluar dari sel akan membeku.
Jika mencair, cairan tersebut menginvasi ruang-ruang interselular sehingga daun berubah coklat
dan mengering. Tingkat penyakit ini tergantung pada intensitas dan durasi hawa dingin. Penyakit
ini tidak menimbulkan kerugian langsung pada berkurangnya hasil panen, tetapi hilangnya daun
yang membeku membuat tanaman tidak mampu menopang dan mematangkan panen tahun
berikutnya. Untuk mengatasinya, tetap lakukan irigasi sekalipun udara dingin sebab air yang
baru saja disiramkan masih menyimpan sedikit panas yang dapat melindungi tanaman.
10. Kekurangan atau kelebihan air.

Pertumbuhan tanaman kurma sangat dipengaruhi ketersediaan air dan kandungan air dalam
tanah. Berkurangnya hasil panen atau gagal sama sekali diakibatkan kurang memadainya
ketersediaan air. Sebagai kompensasi atas evapotranspirasi (penguapan) yang sangat tinggi,
pohon kurma memerlukan 1500 – 2800 mm air per tahun. Stress air yang berkepanjangan
memperlambat pertumbuhan dan menurunkan hasil panen. Jika kekeringan berlangsung hingga
beberapa tahun, tanaman akan mati.

Sebaliknya, terlalu banyak air dan buruknya drainase sehingga peluruhan kadar garam terlarut
dalam tanah tidak sempurna menyebabkan peningkatan konsentrasi garam dalam tanah dan air
permukaan setelah penguapan tinggi. Waktu penyiraman harus diatur sedemikian rupa dengan
mempertimbangkan kualitas tanah dan air, kondisi drainase, dan karakteristik hujan. Sekalipun
pohon kurma tahan banjir, drainase yang baik seimbang dengan irigasi yang cukup tetap
diperlukan.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PERTANIAN ORGANIK

Kelebihan dari digunakannya system pertanian organic antara lain sebagai berikut:

 Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air maupun udara,
serta produknya tidak mengandung racun.
 Tanaman organic mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman non-organik.
 Produk tanaman organic lebih mahal, sehingga keuntungan petani lebih besar.

 Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan
masyarakat. Data menunjukkan bahwa praktek pertanian organik mampu meningkatkan
hasil sayuran hingga 75 % dibanding pertanian konvensional. Disamping itu, produk
pertanian organik juga mempunyai kandungan vitamin C, Kalium, dan beta karoten yang
lebih tinggi (Pither dan Hall, 1999).

 Membuat lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena petani akan terhindar
dari paparan (exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia sintetik
dalam produksi pertanian.
 Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani; karena: (1) Biaya pembelian pupuk
organik lebih murah dari biaya pembelian pupuk kimia; (2) Harga jual hasil pertanian
organik seringkali lebih mahal; (3) Petani dan peternak bisa mendapatkan tambahan
pendapatan dari penjualan jerami dan kotoran ternaknya; (4) Bagi peternak, biaya
pembelian pakan ternak dari hasil fermentasi bahan organik lebih murah dari pakan
ternak konvensional; (5) Pengembangan pertanian organik berarti memacu daya saing
produk agribisnis Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar internasional akan produk
pertanian organik yang terus meningkat. Ini berarti akan mendatangkan devisa bagi
pemerintah daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani.
 Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian. Karena
pertanian organik: (1) Menghindari penggunaan bahan kimia sintetis dan (2)
Memanfaatkan limbah kegiatan pertanian seperti kotoran ternak dan jerami sebagai
pupuk kompos.

 Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang serta
memelihara kelestarian alam dan lingkungan. Pemakaian kompos, misalnya, akan
menciptakan lingkungan tanah, air dan udara yang sehat yang merupakan syarat utama
bagi tumbuhnya komoditi pertanian yang sehat karena: (1) Memperbaiki struktur tanah
sehingga sesuai untuk pertumbuhan perakaran tanaman yang sehat; (2) Menyediakan
unsur hara, vitamin dan enzim yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh sehat; (3)
Menyediakan tempat (inang) bagi berbagai hama dan penyakit tanaman sehingga tidak
menyerang tanaman.
 Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta
memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan;
 Menghasilkan makanan yang cukup, aman, dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan
masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis;

Sistem pertanian organic juga mempunyai factor kekurangan, yaitu sebagai berikut:

 Kebutuhan tenaga kerja yang lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan
penyakit masih dilakukan secara manual. Apabila menggunakan pestisida alami, pestisida
perlu dibuat sendiri karena belum tersedia dipasaran.
 Penampilan fisik tanaman organic kurang bagus (misalnya berkurang lebih kecil dan
daun berlubang-lubang)

IRHAM AKBAR. R

Kelas 2E Budidaya Tanaman Horti

05.13.18.1612

Anda mungkin juga menyukai