Anda di halaman 1dari 14

VERTIKULTURE

Disusun Oleh Kelompok 3


Ganang Gaga Prakoso (20130210068)

FAKULTAS PERTANIAN
PRODI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


TAHUN AJARAN 2013/2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahn di bidang pertanian merupakan hal yang tidak ada habis-habisnya.
Sehingga hal ini menjadi factor penghambat perkembangan pertanian di dunia khususnya
di indonesa. Permaslahan yang terjadi diantaranya merupakan masalah degradasi lahan,
lahan marginal,  dan kurangnya pengembangan penerapan teknologi dalam bidang
pertanian. Luas lahan pertanian cendrung berkurang setiap tahunnya akibat adanya alih
fungsi lahan. Pada tahun 2009 luas lahan  berkurang 97  Ha. Hal ini dikarenakan lahan 
dialokasikan ke lahan non pertanian.
Di daerah perkotaan, dengan segala kesibukan yang dihadapi masyarakat di
perkotaan membuat  mereka tidak sempat untuk bertani, apalagi tidak tersedia cukup
lahan alias tidak punya ruang untuk bersentuhan dengan budidaya pertanian. Belum lagi
sering kita lihat pada pemukiman yang cukup padat dan hemat lahan, bagaimana
menumbuhkan hobi dan usaha pertanian, khususnya bagi ibu rumah tangga, kaum remaja
atau para pensiunan?,saat ini berbagai cara dilakukan seiring dengan perkembangan
teknologi. Hal ini dilakukan agar tercipta suatu inovasi baru pengembangan pertanian
dengan berbagai penerapan system teknologi.
Vertikultur mungkin menjadi satu solusi. Sesuai dengan asal katanya dari bahasa
Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah cara pertanian baik indoor
maupun outdoor, karena kepemilikan lahan terbatas yang dirancang sedemikian rupa
sehingga berposisi vertikal atau bertingkat.  Ini merupakan konsep penghijauan yang
diintroduksikan di perkotaan yang mulai gersang dan pengap. Memanfaatkan sedikit
lahan dalam sistem ini tidak jauh berbeda dengan menanam pohon seperti di kebun,
sawah atau dalam polibag sekalipun.
Vertikultur dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara vertikal
sehingga penanaman dilakukan secara bertingkat. Teknik budidaya ini tidak memerlukan
lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan pada rumah yang tidak memiliki halaman
sekalipun. Pemanfaatan teknik vertikultur ini memungkinkan untuk berkebun dengan
memanfaatkan tempat secara efisien. Secara estetika, taman vertikultur berguna sebagai
penutup pemandangan yang tidak menyenangkan atau sebagai latar belakang yang
menyuguhkan pemandangan yang indah dengan berbagai warna.
Dalam perkembangan selanjutnya, teknik vertikultur juga dimanfaatkan untuk
bercocok tanam di pekarangan yang sempit bahkan tidak memiliki pekarangan sedikit
pun.
Bercocok tanam secara vertikultur sebenarnya tidak berbeda dengan bercocok
tanam di kebun maupun di ladang. Mungkin sekilas bercocok tanam secara vertikultur
terlihat rumit, tetapi sebenarnya sangat sederhana. Tingkat kesulitannya tergantung dari
model yang digunakan. Model yang sederhana, mudah diikuti dan dipraktekan. Bahkan
bahan-bahan yang digunakan mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan oleh ibu-ibu
rumah tangga.
Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal. Namun ide ini akan merangsang
seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit
sekalipun. Dengan struktur vertikal, akan memudahkan pengguna membuat dan
memeliharanya. Dari pernyataan di atas maka dipandang perlu untuk melakukan
pengembanagan budidaya secara vertikultur di Indonesia.

B. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut

1. Memberi pengenalan arti vertikulture


2. Mengetahui cara menananam dengan menggunakan teknik vertikulture
3. Mengetahui kelebihan menanam dengan menggunakan teknik vertikulture

C. Metode
Metode yang kami gunakan dalam menyusun makalah ini adalah dengan mencari
sumber-sumber yang ada di internet, dan juga mengambil sumber-sumber pustaka.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Vertikulture


Vertikultur bisa diartikan sebagai budi daya tanaman secara vertikal sehingga
penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem bertingkat. Tujuan vertikultur
adalah untuk memanfaatkan lahan yang sempit secara optimal . Sistem bertanam secara
vertikultur sekilas memang terlihat rumit, tetapi sebenarnya sangat mudah dilakukan.
Tingkat kesulitan bertanam secara vertikultur. tergantung kepada model dan sistem
tambahan yang dipergunakan. Dalam model sederhana, struktur dasar yang digunakan
mudah diikuti dan bahan pembuatannya mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan di
rumah-rumah. Sistem tambahan yang memerlukan keterampilan dan pengetahuan khusus,
contohnya penggunaan sistem hidroponik atau drive irrigation (irigasi tetes) (Temmy,
2003).
Vertikultur berasal dari bahasa inggris, yaitu vertical dan culture. Secara lengkap,
dibidang budi daya tanaman, arti vertikultur adalah suatu teknik bercocok tanam diruang
sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang
dilakukan secara bertingkat (Temmy, 2003). Marsema Kaka Mone (2006), menjelaskan
bahwa vertikultur merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan menempatkan media
tanam dalam wadah-wadah yang disusun secara vertikal, atau dapat dikatakan bahwa
vertikultur merupakan upaya pemanfaatan ruang ke arah vertikal. Teknik ini berawal dari
ide vertical garden yang dilontarkan oleh sebuah perusahaan benih di Swiss pada tahun
1944. Popularitas bertanam dengan dimensi vertikal ini selanjutnya berkembang pesat
dinegara Eropa yang beriklim subtropis. Awalnya, sistem vertikultur digunakan untuk
memamerkan tanaman ditanam umum, kebun, atau didalam rumah kaca (green house).
Setelah ide vertical garden dilontarkan, pemilik rumah kaca komersial di Guernsey ( The
Cannel Islands) dan di inggris mengadaptasi teknik ini untuk memproduksi strowberi.
Bahwa taman vertikal tersebut dapat dibuat dan ditanami jenis tanaman sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan pemiliknya. Lebih lanjut Temmy (2003), menjelaskan jenis-
jenis tanaman yang dibudidayakan biasanya adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi
tinggi, berumur pendek atau tanaman semusim khususnya sayuran, dan memiliki sistem
perakaran yang tidak terlalu luas.
Selain dibudidayakan dengan media tanam umum, teknik ini juga berkembang dengan
mengadopsi cara pemberian hara bersamaan dengan air siraman melalui irigasi tetes (drip
irrigation) atau pengaliran secara kontinu (hidroponik). Selain  itu, dapat juga digunakan
beberapa teknik penanaman terbaru seperti sistem air oponik atau sistem vertigro. Sistem
airoponik adalah pengabutan unsur hara kearah sistem perakaran.

A. Manfaat Bertanam secara Vertikultur


vertikultur sebagai salah satu teknik bertanam memiliki beberapa manfaat baik dilihat dari
unsure seni, unsure kesehatan, maupun unsure perdagangan.
1. Unsur seni
a. Dapat memenuhi kebutuhan rohani
b. Untuk ketentraman jiwa si pemilik
c. Untuk memuaskan bathin bagi orang yang melihatnya.
d. Lebih bersifat psikologis

2. Unsur kesehatan
a. Penting untuk kebutuhan jasmani
b. Sebagai sumber vitamin dan mineral
c. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga
d. Sebagai sumber ptotein nabati
e. Berdampak pada fungsi fisiologis tubuh
3. Unsur perdagangan
a. Hasilnya dapat diperjualbelikan
b. Bermanfaat sebagai mata pencaharian penduduk

B. Kelebihan dan Kekurangan Bertanam secara Vertikultur


Sistem bertanam secara vertikultur memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya dapat ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis, sedangkan kekurangannya
adalah struktur awalnya membutuhkan investasi yang cukup besar dan sistem ini rawan dari
serangan penyakit. Kekurangan yang disebabkan rawannya serangan penyakit dapat di atasi
dengan teknik budidaya yang tepat. Sementara itu, kebutuhan investasi yang cukup besar
terletak dalam pembangunan struktur rumah plastik. Namun, sistem ini dapat dimodifikasi
untuk keperluan skala rumah tangga, sehingga biayanya pun dapat disesuaikan. Contohnya,
dengan menempatkannya di teras atau pekarangan yang kondisinya sesuai dengan
pertumbuhan tanaman, sehingga tidak memerlukan struktur rumah plastik. Karena sebagian 
besar sistem vertikultur dimanfaatkan dirumah-rumah, pengendalian hama penyakit tanaman
harus dilakukan dengan cara yang tidak membahayakan penghuninya. Pengendalian hama
penyakit secara terpadu dapat dimanfaatkan sebagai alternatif, yakni menggunakan pestisida
alami, sterilisasi media tanam, pengelolaan air dan sistem drainase yang tepat, serta menjaga
kelembapan disekitar tanaman.

C. Jenis Tanaman Vertikulture


Sebenarnya dengan vertikultur ini anda bisa menanam berbagai jenis tanaman misalnya
cabai, terong, mentimun, bawang merah, tomat, kemangi, sawi, bayam , kangkung dan
berbagai jenis sayuran lainnya yang penting tanaman jenis kecil dengan perakaran
pendek. Namun ada pula jenis tanaman yang banyak ditanam menggunakan teknik
vertikulture adalah tanaman sayuran semusim seperti kangkung, sawi, bayam, seledri,
selada dan sayuran lain yang karakteristiknya hampir sama. Biasanya tanaman sayuran
seperti itu akan lebih mudah untuk dipanen karena system perakarannya tidak terlalu
kuat.
III. PEMBAHASAN

A. Cara Pembuatan dan Pemeliharaan Vertikultur

1. Pembuatan Wadah Tanam Vertikultur


Contoh salah satu tanam dibuat dari dua batang bambu yang masing-masing panjangnya 120 cm,
dengan pembagian 100 cm untuk wadah tanam dan 20 cm sisanya untuk ditanam ke tanah. Pada
setiap bambu akan dibuat lubang tanam sebanyak 10 buah. Bambu dipilih yang batangnya paling
besar, lalu dipotong sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Semakin bagus kualitas bambu,
semakin lama masa pemakaiannya. Di bagian 20 cm terdapat ruas yang nantinya akan menjadi
ruas terakhir dihitung dari atas. Semua ruas bambu kecuali yang terakhir dibobol dengan
menggunakan linggis supaya keseluruhan ruang dalam bambu terbuka. di bagian inilah nantinya
media tanam ditempatkan, untuk ruas terakhir tidak dibobol secara keseluruhan, melainkan
hanya dibuat sejumlah lubang kecil dengan paku untuk sirkulasi air keluar wadah.
Selanjutnya dibuat lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm dengan menggunakan bor listrik.
Dapat juga menggunakan alat lain seperti pahat untuk membuat lubang. Lubang dibuat secara
selang-seling pada keempat sisi bambu (asosiasikan permukaan bambu dengan bidang kotak).
Pada dua sisi yang saling berhadapan terdapat masing-masing tiga lubang tanam, pada dua sisi
lainnya masing-masing dua lubang tanam, sehingga didapatkan 10 lubang tanam secara
keseluruhan. Setiap lubang berdiameter kira-kira 1,5 cm, sedangkan jarak antar lubang dibuat 30
cm.

2. Pengadaan media tanam


Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam
inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang
digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1.
Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan melalui air unsur hara yang diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk
memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu layu untuk
mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam bambu
diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak
kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air
dan menjaga kelembaban.

3. Persiapan bibit tanaman dan penanaman


Sebelum berencana membuat wadah vertikal, terlebih dahulu mempersiapkan sejumlah bibit
tanaman, ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, pada dasarnya ada tiga tahap
dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan dan penanaman.
Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam. Wadah
bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki lubang di bagian bawah
untuk mengeluarkan kelebihan air. Persemaian menggunakan wadah khusus persemaian benih
yang disebut tray dengan jumlah lubang 128 buah (tray lain jumlah dan ukuran lubangnya
bervariasi). Dapat juga persemaian menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas
tempat kue. Adapun untuk media tanamnya adalah media tanam dari produk jadi yang bersifat
organik
Jika menggunakan tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah terukur karena setiap lubang
diisi sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau 3). Jika menggunakan wadah lain maka
jumlah benih yang dapat disemaikan berdempetan. Dua-tiga minggu setelah persemaian benih
sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya, benih yang sudah tumbuh daun
berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindahtanamkan.
Bibit tanaman yang dipindahkan ke wadah vertikultur sudah berumur lebih dari satu bulan,
daunnya pun sudah bertambah. Karena hanya memiliki total 20 lubang tanam dari dua batang
bambu, maka cukup leluasa untuk memilih 20 bibit terbaik. Sebelum bibit-bibit ditanam di
wadah bambu, terlebih dahulu menyiramkan air ke dalamnya hingga jenuh, ditandai dengan
menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah cukup, baru mulai menanam bibit satu
demi satu. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit
(cabe merah dan tomat) dikelompokan di wadah bambu terpisah.

4. Pemeliharaan tanaman
Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya mahluk hidup yang lain. Tanaman
memerlukan perhatian dan kasih sayang. selain penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu
pemukunan, dan juga pengendalian hama penyakit.  Sebaiknya pupuk yang digunakan adalah
pupuk organik misalnya pupuk kompos, pupuk kandang atau pupuk bokashi. Disarankan agar
sayuran buah seperti cabe, tomat tidak mudah rontok  sebaiknya menambahkan KCL satu sendok
teh atau sendok makan tergantung besar kecilnya pohon. Pemberian KCL setiap 5 sampai 6
bulan sekali. di perkotaan, pupuk kandang atau kompos harganya menjadi mahal. Limbah dapur
atau daun-daun kering bisa dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi. Pupuk bokashi
adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang dan lain-lain)
dengan teknologi EM yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah
dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi adalah hasil fermentasi bahan
organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Bokashi dapat dibuat dalam beberapa hari dan bisa digunakan sebagai pupuk.
Kalau di daerah pedesaan, biasanya sampah atau kotoran hewan dimasukkan ke dalam lubang.
Kalau lubanganya sudah penuh sampah dibakar dan sebagai pupuk. Dengan catatan pupuk
kotoran hewan yang digunaakan hendaknya sudah tidak berbau, kerinf, dan steril.
Saat.

5. Pemanenan
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri,
kemangi, selada, kangkung, dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan
dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil daunnya
saja. dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-
ulang.

JENIS TANAMAN VERTIKULTUR

Jenis Tanaman yang Dapat Ditanam dengan Vertikultur


Jenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem ini sangat banyak, misalnya
 a) tanaman sayur semusim (sawi,selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan lain-lainnya),
b) tanaman bunga seperti anggrek, mawar, melati, azalea, kembang sepatu, dll; dan
c) tanaman obat-obatan yang sekulen.
Untuk tanaman yang memerlukan banyak sinar matahari, seperti cabai, tomat, terong,
dan sawi hendaknya diletakkan di posisi bagian atas. Sedangkan tanaman ginseng, kangkung,
dan seledri bisa di bagian tengah atau bawah. Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi
petani atau perorangan yang mempunyai lahan sempit, namun ingin menanam tanaman
sebanyak-banyaknya. Selain tanaman sayuran, kita bisa juga menanam tanaman hias. Karena
wadah yang digunakan sebagai vertikultur kecil sehingga tanaman yang dapat di tanam dalam
vertikultur adalah hanya tanaman musiman.

B. Kelebihan Vertikultur
Kelebihan sistem pertanian vertikultur:
(1)   Efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan
sistem konvensional,
(2)   Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida,
(3)   Kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil,
(4)   Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu.
(5)   Mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman,
(6)   Adanya atap plastik memberikan keuntungan (a) mencegah kerusakan karena hujan, (b)
menghemat biaya penyiraman karena atap plastik mengurangi penguapan.

C.  Kekurangan Vertikultur
Namun dalam prakteknya sistem pertanian vertikultur terdapat kekurangan. Kekurangan sistem
pertanian vertikultur:
 (1) Investasi awal cukup tinggi.
(2) Sistem penyiraman harus kontinyu serta memerlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya
tangga sebagai alat bantu penyiraman, dll.
(3) memerlukan keterampilan khusus
(4) hanya bisa dikembangkan pada tanaman hortikultura
(5) rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara yang tinggi akibat tingginya
populasi tanaman adanya atap plastik.
IV. PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil perencanaan pengembangan system budidaya secara


vertikultur ialah :
a. Pengembangan budidaya secara vertikultur merupakan salah satu alternative pengembanagan
pertanian di perkotaan
b. Vertikultur dapat dimanfaatkan pada lahan sempit yang tidak produktif
c. Budidaya secara vertikultur dapat menambah nilai estetika lahan pekarangan.
d.  Vertikultur dapat menambah pendapatan petani
e. Vertikultur dapat meningkatkan produktifitas pertanian khususnya hortikultura.
f. Vertikultur dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013.http://greenleafub.blogspot.com/2013/07/vertikultur-solusi-bertanam-di-
lahan.html diakses tanggal 07 Maret 2014

Nurfahmi.2013.http://nurfahmiakhmad96.blogspot.com/2013/08/pengertian-dan-manfaat-
vertikultur.html diakses tanggal 07 Maret 2014

Anonim. 2011.

http://nidandriani.blogspot.com/2011/06/budidaya-vertikultur-sebagai

alternatif.html Diakses 06 Maret 2014

Anonim.
http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/index.phpbawaan=teknologi/isi_teknolo
i&id_menu=4&id_submenu=19&id=52. Diakses 06 Maret 2014
Pertanyaan Diskusi
1. Sekar (20130210042)
Ada perbedaan tidak pertumbuhan tanaman pada media yang berbeda?
Jawab : Tidak ada, karena yang paling berpengaruh adalah jumlah tanaman dan
kandungan unsur hara. Jumlah tanaman harus sebanding dengan luasnya media,
begitupun unsur haranya.
2. Tosa alavie ( 20130210070)
Bagaimana cara penanggulangan hama pada vertikultur?
Jawab : Jika gulma ditanggulangi dengan cara dicabut langsung, dan jika ada hama
lalat putih disemprot pestisida secukupnya.
3. Raqin Maraya (20130210064)
Bagaimana jarak tanam pada vertikultur? Benih cabai disemai dulu tidak?
Jawab : Pada vertikuture jarak tanam tidak ditentukan, tetapi kita harus menyesuaikan
dengan medianya, karena jika terlalu banya dan melebihi batas dari media tersebut
akan terjadi persaingan penyerapan unsur hara pada tanaman. Tanaman cabai harus
disemaikan terlebih dahulu.
4. Joni Prasetyo ( 20130210069)
Bagaiman intensif kemerataan unsur hara dan air kalau air dan unsur haranya
mengalir ke bawah?
Jawab ; Pada media vertikultur menggunakan paralon air tidak terlalu mengendap
dibawah, karena disetiap tanaman ada lubang yang mempengaruhi penguapan air.
Kebutuhan unsur hara juga bisa langsung disemprotkan pada tanaman.
5. Miartun Karmila (20130210078)
Bagaimana pengairan vertikultur piramida?
Jawab : Penyiramanya seperti biasa, karena modelnya bertingkat.
6. Ismail Mukti (20130210061)
Vertikultur itu mengedepankan seni atau budaya?
Jawab : Dua-duanya, selain memiliki nilai seni yang tinggi juga memiliki nilai jual
yang tinggi pula.

Anda mungkin juga menyukai