Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR FISIOLOGI TUMBUHAN

ACARA 1
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS

Disusun oleh:
Nama : Rahmania Ramadhani
NIM : 17/409623/PN/15011
Golongan : A2
Nama Asisten : Kartika Ayu Kinanti

SUB-LABORATORIUM ILMU TANAMAN


LABORATORIUM MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
I. PENDAHULUAN

Tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya dapat membuat makanan sendiri dengan


proses yang dinamakan fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses multistep yang diatur
dengan bantuan energi cahaya matahari, transfer energi eksitasi, konversi energi, transfer
elektron dari air ke NADP+, generasi ATP dan serangkaian reaksi enzimatik yang
mengasimilasi karbon dioksida dan mensintesis karbohidrat (Tanaka and Makino, 2009).
Fotosintesis terjadi di dalam organel sel yang disebut dengan kloroplas, yaitu organel yang
mampu menangkap sinar matahari dan menggunakannya untuk mengubah karbon dioksida
dan air menjadi bahan organik (glukosa). Di dalam kloroplas, reaksi fotosintesis terjadi ketika
serangkaian langkah diuraikan menjadi reaksi terang dan reaksi gelap (Calvin Cycle). Selama
reaksi terang, protein kompleks besar terjadi di fotosistem II dan fotosistem I menggunakan
molekul pigmen klorofil (P680 dan P700) untuk mengambil foton cahaya untuk diteruskan ke
proses selanjutnya (Silva et al., 2015).
Laju fotosintesis antar jenis tumbuhan maupun antar habitat berbeda-beda. Tumbuhan
yang tumbuh cepat mempunyai laju fotosintesis yang tinggi, namun bukan berarti bahwa
tumbuhan dengan laju fotosintesis yang tinggi selalu tumbuh lebih cepat. Tumbuhan dengan
laju fotosintesis mampu menyerap karbondioksida (CO2) dengan jumlah lebih banyak
dibandingkan tumbuhan dengan laju fotosintesis yang rendah. Laju fotosintesis selain
dipengaruhi oleh factor internal, fotosintesis juga dipengaruhi oleh factor eksternal. Factor
eksternal yang mempengaruhi fotosintesis antara lain cahaya, konsentrasi CO 2 di udara, suhu,
ketersediaan air dan ketersediaan hara. Laju fotosintesis menurun jika intensitas cahaya
berkurang, suhu menurun, ketersediaan air dan hara rendah. Selain itu, kekurangan fosfor dan
nitrogen juga dapat berpengaruh terhadap fotosintesis. Factor eksternal pengaruhnya lebih
besar pada laju fotosintesis dibandingkan dengan factor internal (Hidayati et al., 2013).
Fotosintesis juga mempengaruhi jenis suatu tumbuhan tertentu. Berdasarkan tipe
fotosintesis, tumbuhan digolongan menjadi tiga kelompok besar yaitu tumbuhan golongan C3,
C4, CAM (Crassulacean acid metabolism). Tumbuhan golongan C4 dan CAM lebih adaptif di
daerah tropis atau panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan golongan C3. Akan
tetapi, tanaman golongan C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan CO 2 atmosfer tinggi.
Tanaman golongan C3 antara lain padi, kentang, kedelai, kacang-kacangan, dan kapas.
(Ma’ruf et al., 2016). Pada tanaman C, karbondioksida diikat oleh PEP atau enzim pengikat
CO2 yang tidak mampu mengikat oksigen sehingga tidak terjadi kompetisi antara
karbondioksida dan oksigen, sedangkan pada tanaman golongan C3 Rubisco menyatukan
karbondioksida dengan RuBP dalam proses awal asimilasi dan juga dapat mengikat oksigen
pada saat yang bersamaan untuk proses fotorespirasi. Jika konsentrasi karbondioksida di
atmosfir ditingkatkan, maka hasil dari kompetisi antara CO2 dan O2 akan lebih
menguntungkan karbondioksida sehingga fotorespirasi terhambat dan asimilasi akan
bertambah besar (Wibawani and Laily, 2015).
Berdasarkan penjelasan diatas terkait fotosintesis, maka dilakukan percobaan sehingga
dapat melihat bagaimana fotosintesis berlangsung dan mengetahui apa saja factor yang dapat
mempengaruhi laju fotosintesis. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh factor
lingkungan antara lain intensitas cahaya, warna cahaya, dan suhu terhadap laju fotosintesis.
II. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan acara 1 yaitu Pengaruh factor lingkungan


terhadap laju fotosintesis yang dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Februari 2019 pukul 13.30
WIB di Laboratorium Manajemen Produksi Tanaman, Sub-Laboratorium Ilmu Tanaman,
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Alat yang
digunakan pada praktikum ini antara lain Erlenmeyer, timbangan, alat ukur waktu, pipet
volume 5 ml, es, thermometer, tripot, plat asbes, lampu spiritus, selang plastic, gelas piala
volume 1 liter dan sungkup warna bening, merah, kuning, hijau, serta biru. Selain itu, bahan
yang dibutuhkan adalah ganggang Hydrilla verticilata seberat 100 gram, alumunium foil, dan
air. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Variable
yang diamati meliputi pengaruh intensitas cahaya, cahaya warna, dan suhu. Hubungan antara
laju fotosintesis dan intensitas cahaya serta laju fotosintesis dan suhu dianalisis menggunakan
analisis regresi dan ditampilkan dengan grafik, sedangkan pengaruh cahaya terhadap laju
fotosintesis dianalisis menggunakan analisis varians (ANOVA) dan ditampilkan dalam bentuk
diagram batang beserta hasil analisis dilanjutkan dengan uji lanjut LSD (Least Significant
Difference) dengan taraf kepercayaan 95%.
Praktikum ini akan dibagi menjadi tiga sub acara. Sub acara A adalah mengetahui
pengaruh intensitas cahaya, sub acara B adalah untuk mengetahui pengaruh cahaya warna,
dan sub acara C adalah mengetahui pengaruh suhu. Acara sub A yaitu Erlenmeyer diisi air
sampai batas leher, kemudian ganggang dimasukkan pada pipet ke dalam Erlenmeyer. Setelah
ganggang dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, mulut Erlenmeyer ditutup dengan alumunium
foil dan disungkup sesuai dengan perlakuan intensitas cahaya 100%, 75%, 50%, 25%, dan
0%. Pada acara sub B sama dengan langkah Sub A namun diberikan sungkup dengan
perlakuan warna cahaya. Pada acara sub C masih sama dengan perlakuan Sub A dan B,
namun erlenmeyer dimasukkan ke dalam gelas piala dengan perlakuan suhu 5 oC, 15oC, 25oC,
35oC, dan 45oC. Untuk perlakuan 5oC dan 15oC, gelas piala diberi es. Perlakuan 35oC dan
45oC gelas piala diisi dengan air kemudian dipanaskan, sedangkan untuk perlakuan 25oC
perlakuan tergantung suhu air. Pengukuran suhu dilakukan pada air di dalam Erlenmeyer,
dengan selalu diaduk-aduk.
Praktikum Sub A dan B dilakukan di bawah sinar matahari langsung, sedangkan sub
acara C dilakukan di laboratorium. Perubahan volume air dalam pipet selama 15 menit
dicatat, lalu pengamatan diulangi sebanyak tiga kali. Volume oksigen yang dihasilkan
dihitung dengan rumus berikut :
perubahan volume (mL)
V oksigen =
berat Hydrilla ( gram ) x jam
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil sebagai berikut.


Tabel 1. Hasil pengukuran laju fotosintesis tanaman Hydrilla pada perlakuan intensitas
cahaya yang berbeda.
Perlakuan Intensitas Laju Fotosintesis (ml g-1 jam-1)
Cahaya
0 0
25 0
50 0
75 0.053
100 0.048

Tabel 2. Hasil pengukuran laju fotosintesis tanaman Hydrilla pada perlakuan warna
cahaya yang berbeda.
Perlakuan Sungkup Laju Fotosintesis (ml g-1 jam-1)

Bening 0
Merah 0.17
Kuning 1.04
Hijau 0
Biru 0.117

Tabel 3. Hasil pengukuran laju fotosintesis tanaman Hydrilla pada perlakuan suhu air
yang berbeda.
Perlakuan Suhu ( C
̊ ) Laju Fotosintesis (ml g-1 jam-1)
5 0
15 0.103
25 0.16
35 0.123
45 0.022

Fotosintesis merupakan proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2


dan H2O) pada tumbuhan yang memiliki pigmen hijau dengan bantuan energi cahaya
matahari dengan persamaan reaksi kimia berikut :

Cahaya matahari
6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2 (Song, 2012)
pigmen fotosintesis
Berdasarkan reaksi fotosintesis tersebut, CO 2 dan H2O merupakan substrat dalam reaksi
fotosintesis dan dengan bantuan cahaya matahari dan pigmen fotosintesis berupa klorofil yang
menghasilkan karbohidrat serta melepaskan oksigen. Cahaya matahari dapat meiputi semua
warna dari spectrum tampak merah hingga ungu, tetapi tidak semua panjang gelombang dari
spectrum tampak diserap oleh tumbuhan berpigmen fotosintesis (Song, 2012). Berdasarkan
reaksi fotosintesis diatas, untuk menentukan laju fotosintesis dapat dilakukan dengan
mengukur jumlah CO2 yang diserap oleh tanaman untuk berfotosintesis atau jumlah O 2 yang
dihasilkan.
Pada reaksi fotosintesis terdiri dari dua tahap yaitu reaksi gelap dan reaksi terang.
Reaksi gelap terjadi di kloroplas yang disebut juga stroma, sedangkan reaksi terang terjadi di
grana (granum). Reaksi terang merupakan penggerak bagi reaksi pengikatan CO2 dari udara.
Reaksi ini melibatkan beberapa kompleks protein dari membrane tilakoid yang terdiri dari
sistem cahaya (fotosistem I dan II), sistem pembawa electron, dan komplek protein
pembentuk ATP (enzim ATP sintese). Reaksi terang mengubah energi cahaya menjadi energi
kimia, juga menghasilkan oksigen dan mengubah ADP dan NASP+ menjadi energi pembawa
ATP dan NADPH2 (Hasni, 2018). Pada reaksi gelap atau disebut juga siklus Calvin terjadi
pembentukan gula dari bahan dasar CO2 yang didapatkan dari udara bebas dan energy (ATP
dan NADPH2) yang diperoleh dari reaksi terang. Reaksi gelap menghasilkan glukosa
(C6H12O6) yang sangat penting untuk reaksi katabolisme atau perombakan senyawa kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan energy yang dapat digunakan
oleh organisme untuk melakukan aktivitasnya. Reaksi katabolisme inilah untuk menyediakan
energy dan komponen yang dibutuhkan oleh reaksi anabolisme atau disebut juga fotosintesis
(Alamsjah et al., 2019). Hal ini reaksi terang dan reaksi gelap sangat berhubungan satu
dengan yang lain, yang mana hasil dari reaksi terang digunakan untuk proses reaksi gelap.
Berikut merupakan mekanisme hubungan reaksi terang dan gelap :

(Abdurrachman et al., 2013).


Persamaan reaksi yang terjadi pada reaksi terang fotosintesis adalah sebagai berikut.

(Solomon et al., 2008).


Persamaan reaksi yang terjadi pada reaksi gelap fotosintesis adalah sebagai berikut.
CO2 + NADP + H+ + ATP → glukosa + NADP+ + ADP + Pi (Ai, 2012).
Fotosintesis tidak lepas dengan namanya klorofil. Klorofil merupakan pigmen
berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas. Pada tumbuhan tingkat tinggi, kloroplas
banyak ditemukan pada jaringan parenkim palisade dan parenkim spons daun. Pigmen utama
klorofil, karotenoid dan xantofil yang terdapat dalam kloroplas terdapat pada membrane
tilakoid (Sumenda, 2011). Kloroplas merupakan organel pada tanaman untuk proses
fotosintesis yang mengandung pigmen hijau dan klorofil bertanggung jawab atas reaksi
fotosintesis dengan tenaga bantuan cahaya. Kloroplas dikenal juga sebagai plastida. Pada
tanaman, anggota plastid lainnya adalah amilopas yang kaya akan pati yang ditemukan dalam
biji, akar dan umbi dengan peranan untuk menyimpan energy, gravitropisme, dan kromoplas,
yang terakumulasi pigmen karotenoid dan berfungsi sebagai penarik bunga dan buah-buahan
(Jarvis and Juez, 2013).
Kloroplas tersusun dari bagian-bagian antara lain stroma, tilakoid, dan grana. Stroma
merupakan cairan di luar tilakoid dan juga tempat glukosa terbentuk dari karbon dioksida dan
air. Tilakoid merupakan struktur cakram yang terbentuk dari pelipatan membrane dalam
kloroplas. Membrane tilakoid menangkap energy cahaya dan mengubahnya menjadi energy
kimia, sedangkan grana merupakan tumpukan tilakoid. Klorofil pada tumbuhan dapat
dibedakan menjadi klorofil a dan klorofil b. Klorofil a merupakan pigmen hijau rumput yang
mampu menyerap cahaya merah dan biru keunguan, sedangkan klorofil b merupakan pigmen
hijau kebiruan yang mampu menyerap cahaya biru dan merah kejinggaan. Selain klorofil, di
dalam kloroplas juga terdapat pigmen karotenoid, antosianin, dan fikobilin. Karotenoid
mampu menyerap cahaya biru kehijauan dan biru keunguan. Karotenoid banyak ditemukan
pada buah, bunga, dan sayuran. Antosianin dan fikobilin merupakan pigmen merah dan biru.
Antosianin banyak ditemukan pada bunga, sedangkan fikobilin ditemukan pada kelompok
ganggang merah dan Cyanobacteria (Campbell et al., 2000). Berikut merupakan gambar
organel kloroplas :

(Rifki, 2018)
Setiap jenis tumbuhan memiliki laju fotosintesis karena adanya perbedaan anatomi,
fisiologi, karakter, dan morfologi dari setiap jenis (factor internal). Demikian juga laju
fotosintesis pada individu satu dengan indivisu lainnya di dalam satu jenis tumbuhan juga
akan berbeda, hal ini disebabkan oleh factor eksternal (iklim mikro) seperti halnya suhu,
udara, kelembaban udara, intensitas cahaya, pH tanah dan air tanah. Selain itu, ketinggian
tempat dapat berpengaruh terhadap laju fotosintesis yang berkaitan dengan kandungan CO 2 di
udara. Oleh karena itu, CO2 merupakan factor pembatas di daerah tropic. Konsentrasi CO2
berkurang seiring dengan bertambahnya ketinggian tempat, semakin besar konsentrasi molar
CO2 maka laju fotosintesis semakin besar pula. Demikian juga dengan factor intensitas
cahaya, suatu tanaman tanpa naungan laju fotosintesisnya semakin cepat (Mansur, 2016).
Pada umumnya, tumbuhan di daerah tropis tidak dapat melakukan proses fotosintesis pada
suhu sekitar 5oC, maka meskipun sinar dan CO2 ada, kegiatan fotosintesis akan terhambat,
dalam hal ini dapat dikatakan bahwa temperature merupakan factor penghambat. Selain itu,
laju fotosintesis dipengaruhi oleh kepadatan kanopi, bentuk daun, dan sudut letak daun.
Semakin jarang adanya kanopi maka laju foto sintesis akan besar, begitu sebaliknya (Khoiri,
2010).
Pengaruh warna cahaya terhadap laju fotosintesis berkaitan dengan adanya klorofil di
dalam kloroplas. Di dalam klorofil terdapat pigmen klorofil a, klorofil b, dan karotenoid.
Klorofil a mampu menyerap cahaya merah dan biru-ungu serta memantulkan cahaya hijau
karena klorofil a terlihat berwarna hijau. Klorofil b mampu menyerap cahaya biru dan oranye
serta memantulkan cahaya hijau-kuning, sedangkan karotenoid menyerap cahaya biru-hijau.
Klorofil b dan karotenoid menyerap energi cahaya lalu ditransfer ke klorofil a (Hasanah et al.,
2018). Cahaya atau lampu hijau dinilai kurang baik untuk proses fotosintesis karena
tumbuhan yang berwarna hijau tidak bisa menyerap cahaya hijau, sedangkan cahaya warna
biru dan merah bagus untuk pertumbuhan tanaman (lebar daun, tinggi batang) karena klorofil
banyak menyerap cahaya biru sehingga fotosintesis berjalan optimal (Syafriyudin dan Ledhe,
2015). Pengaruh suhu terhadap laju fotosintesis adalah semakin rendah suhu lingkungan,
semakin rendah pula laju fotosintesisnya. Pada tanaman tropis, suhu optimum untuk
melakukan fotosintesis adalah 10-30oC, sementara suhu yang memungkinkan untuk
pertumbuhan tanaman sekitar 15-40oC (Anonim, 2007).
Pada percobaan pengaruh intensitas cahaya, digunakan tanaman Hydrilla verticilata
karena merupakan tanaman air yang mudah diamati proses fotosintesis melalui gelembung
udara yang dihasilkan, mudah didapatkan, dan merupakan tumbuhan fakultatif antara
tumbuhan golongan C3 dan C4. Setelah itu ganggang kemudian ditimbang dengan timbangan
agar berat dan ukurannya sama, setelah itu ganggang di masukkan ke dalam pipet volume 5
mL yang nantinya diukur volume air yang berkurang dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
yang sudah diisi dengan air sampai batas leher. Air merupakan media hidup bagi tanaman
Hydrilla verticillata serta dipergunakan sebagai variabel terikat yang diamati perubahan
volumenya pada pipet. Setelah ganggang dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, mulut
Erlenmeyer ditutup menggunakan alumunium foil sebagai penyangga pipet volume 5 mL agar
pipet yang berisi ganggang tidak jatuh ke dasar dan tidak merusak atau mematahkan
ganggang tersebut. Selanjutnya diberi sungkup sebagai perlakuan intensitas cahaya meliputi
100%, 75%, 50%, 25%, dan 0%. Pada perlakuan pengaruh cahaya warna diberikan sungkup
berbagai warna bening, merah, kuning, hijau, dan biru. Sungkup berbagai warna ini
digunakan untuk mengetahui sungkup mana yang paling cepat dan lambat memberikan
pengaruh laju fotosintesis. Pada percobaan pengaruh suhu digunakan thermometer untuk
mengukur suhu air pada setiap perlakuan suhu. Tripot, plat asbes, lampu spiritus merupakan
seperangkat alat yang digunakan untuk merebus air pada perlakuan suhu 35 oC dan 45oC,
sedangkan es sebagai bahan untuk perlakuan suhu 5 oC dan 15oC. Pada saat perlakuan suhu
dipanaskan dan diberi es digunakan gelas piala.

Gambar 1. Perlakuan perbedaan intensitas cahaya terhadap laju fotosintesis

Gambar 2. Perlakuan perbedaan warna cahaya terhadap laju fotosintesis


Berikut merupakan hasil analisis laju fotosintesis terhadap intensitas cahaya yang
diperoleh sebagai berikut :

Volume O2
0.09
0.08
0.07
0.06
Volume O2
0.05 Linear (Volume O2)
f(x) = 0.06 x − 0.01
0.04 R² = 0.39
0.03
0.02
0.01
0
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Gambar 3. Grafik regresi laju fotosintesis terhadap intensitas cahaya


Berdasarkan grafik regresi laju fotosintesis terhadap intensitas cahaya diatas, diperoleh
bahwa Y=0.0597x-0.0096 yang berarti setiap kenaikan satu unit x akan menaikkan Y sebesar
0.0597, kemudian R2 = 0.3934 merupakan koefisien determinasi yang berarti 0.39%
keragaman di Y disebabkan X sehingga X mempengaruhi 0.39% Y dimana X itu adalah
intensitas cahaya yang berbeda dan Y adalah laju fotosintesis. Oleh karena itu tidak ada
hubungan sebab akibat antara perlakuan sungkup laju fotosintesis dengan intensitas cahaya.
Hal ini tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh Hidayati et al., (2013) yang menyatakan
bahwa laju fotosintesis meningkat jika intensitas cahaya bertambah. Ketidaksesuaian ini
disebabkan oleh konsisi cuaca yang kurang baik yakni berawan hingga hujan. Hal ini
menyebabkan intensitas cahaya yang diperoleh sangat sedikit bahkan tidak ada, sehingga
ganggang tidak dapat berfotosintesis dengan baik. Selain itu, disebabkan adanya pohon
maupun tanaman disekitar yang menyebabkan berkurangnya kadar CO2.

Tabel 4. Tabel ANOVA volume O2 yang dihasilkan tanaman pada perlakuan sungkup yang
berbeda

Sumber Derajat bebas Jumlah Kuadrat Nilai F Probability F


ragam kuadrat tengah
Perlakuan 4 2,316 0,5791 2,938 0,076
Eror 10 1,971 0,1971
Berdasarkan table analisis varians (ANOVA) diatas, diperoleh nilai probabilitas F =
0.076 > α (0,05) sehingga H0 (β=0) tertolak, sehingga pengaruh perlakuan sungkup yang
berbeda tidak berpengaruh terhadap laju fotosintesis. Hal ini tidak sesuai dengan hasil yang
diperoleh Syafriyudin dan Ledhe (2015) yang menyatakan bahwa cahaya warna biru dan
merah bagus untuk pertumbuhan tanaman (lebar daun, tinggi batang) karena klorofil banyak
menyerap cahaya biru sehingga fotosintesis berjalan optimal. Ketidaksesuaian ini disebabkan
karena kondisi cuaca yang kurang baik yakni berawan hingga hujan. Selain itu, disebabkan
karena kurangnya kadar CO2 karena banyaknya tumbuhan yang berada disekitar lokasi,
sehingga tanaman ganggang tidak dapat melakukan proses fotosintesis secara maksimal.

Volume O2
0.3

0.25

0.2 Volume O2
Linear (Volume O2)
0.15

0.1
f(x) = 0 x + 0.08
0.05 R² = 0
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16

Gambar 4. Grafik volume O2 yang dihasilkan tanaman pada perlakuan suhu yang berbeda

Berdasarkan grafik regresi laju fotosintesis terhadap intensitas cahaya diatas, diperoleh
bahwa Y=0.0004x-0.0788 yang berarti setiap kenaikan satu unit x akan menaikkan Y sebesar
0.0004, kemudian R2 = 0.0003 merupakan koefisien determinasi yang berarti 0.03%
keragaman di Y disebabkan X sehingga X mempengaruhi 0.03% Y dimana X itu adalah
intensitas cahaya yang berbeda dan Y adalah laju fotosintesis. Oleh karena itu tidak ada
hubungan sebab akibat antara perlakuan perbedaan suhu terhadap laju fotosintesis. Hal ini
tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh Hidayati et al., (2013) yang menyatakan bahwa laju
fotosintesis meningkat jika suhu lingkungan bertambah. Ketidaksesuaian ini disebabkan
karena kemungkinan metabolisme tanaman Hydrilla verticilata kurang baik, sehingga hasil
yang didapatkan tidak menunjukkan hasil yang maksimal.
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor
lingkungan yaitu intensitas cahaya, warna cahaya, dan suhu berpengaruh terhadap laju
fotosintesis. Pengaruh intensitas cahaya, semakin tinggi intensitas cahaya maka laju
fotosintesis akan semakin cepat. Pengaruh warna cahaya, laju fotosintesis akan lebih optimal
jika terkena cahaya tampak dengan spektrum warna merah dan biru, sedangkan pengaruh
suhu, semakin tinggi suhu maka laju fotosintesis akan semakin meningkat hingga batas
toleransi tertentu.

B. Saran
Pada perlakuan pengaruh perbedaan warna cahaya akan lebih baik apabila sumber cahaya
digunakan lampu LED dengan spektrum warna berbeda agar hasil yang diperoleh dapat lebih
valid.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman,O., Mutiara,M., dan Buchori,L. 2013. Pengikatan karbon dioksida dengan


mikroalga (Clorella vulgaris, Chlamydomonas sp., Sprirullina sp.) dalam upaya untuk
meningkatkan kemurnian biogas. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 2(4) : 212-216
Ai, N. S. 2012. Evolusi fotosintesis pada tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains 12 (1) : 28-34.

Alamsjah,M.A., Ayuningtiaz,N.O., dan Subekti,S. 2019. Pengaruh lama penyinaran terhadap


pertumbuhan dan klorofil a Gracilaria verrucosa pada system budidaya indoor. Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan 2(1) : 21-30
Anonym. 2007. Agribisnis : Tanaman Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Campbell,N.A., Reece, J.B., and Mitchell,L.G. 2000. Biologi Edisi kelima Jilid 1. Erlangga,
Jakarta.
Hasanah, F., Sari, M.S., Legowo,s., Saefullah,a., dan Fatimah,S. 2018. Pengaruh intensitas
spektrum cahaya warna merah dan hijau terhadap perkecambahan dan fotosintesis
kacang hijau ( Vigna radiata L.). Gravity Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran
Fisika 4(2) : 25-27
Hidayati,N., Mansur,M., dan Juhaeti,T. 2013. Variasi serapan karbon dioksida (CO2) jenis-
jenis pohon di “Ecopark” Cibinong dan kaitannya dengan potensi mitigasi gas rumah
kaca. Buletin Kebun Raya 16(1) :37-40
Jarvis,P. and Juez,E.L. 2013. Biogenesis and homeostasis of chloroplasts and other plastids.
Molecular Cell Biology 14(1) : 787
Khoiri,M. 2010. Pengaruh naungan terhadap pertumbuhan dan laju fotosintesis tanaman cabe
merah (Capsicum annum L.) sebagai salah satu sumber belajar biologi. Bioedukasi
(Jurnal Pendidikan Biologi) 1(2) : 3-6
Ma’ruf,A., Safitri,S.A., dan Sinaga,A. 2016. Pengaruh pemanasan global terhadap beberapa
tanaman c3 di indonesia. Jurnal Penelitian Pertanian Bernas 12 (2) : 44-45
Mansur,M. 2016. Laju fotosintesis jenis-jenis pohon pionir hutan sekunder di Taman Nasional
Gunung Halimun-Salak Jawa Barat. Jurnal Teknologi Lingkungan 12(1) : 35-37
Rifki, S. 2018. Pengertian dan Struktur Kloroplas serta Fungsi Kloroplas
<https://kuliahpendidikan.com/pengertian-dan-struktur-kloroplas-serta-fungsi-
kloroplas/> diakses pada tanggal 23 Februari 2019
Silva,C.S., Seider,W.D., and Lior, N. 2015. Exergy efficiency of plant photosynthesis.
Chemical Engineering Science 130(1) : 151-152
Solomon, E.P., L. R. Berg, D. W. Martin. 2008. Biology. 8thed. Brooks/Cole-Thomson, USA
Song, A.N. 2012. Evolusi fotosintesis pada tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains 12(1): 28-30
Syafriyudin dan Ledhe, N.T. 2015. Analisis pertumbuhan tanaman krisan pada variabel warna
cahaya lampu LED. Jurnal Teknologi 8 (1) : 83-87
Sumenda, L. 2011. Analisis kandungan klorofil daun manga (Mangifera indica L.) pada
tingkat perkembangan daun yang berbeda. Bioslogos 1(1) : 2-4
Tanaka,A., and Makino,A. 2009. Photosynthetic Research in Plant Science. Plant Cell
Physiology 50 (4) : 681
Wibawani, A.I. dan Laily, A.N. 2015. Identifikasi tanaman berdasarkan tipe fotosintesis pada
beberapa spesies anggota genus ficus melalui pengamatan anatomi daun. El-Hayah 5
(2) : 43-44
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai