ACARA 1
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS
Disusun oleh:
Nama : Rahmania Ramadhani
NIM : 17/409623/PN/15011
Golongan : A2
Nama Asisten : Kartika Ayu Kinanti
Tabel 2. Hasil pengukuran laju fotosintesis tanaman Hydrilla pada perlakuan warna
cahaya yang berbeda.
Perlakuan Sungkup Laju Fotosintesis (ml g-1 jam-1)
Bening 0
Merah 0.17
Kuning 1.04
Hijau 0
Biru 0.117
Tabel 3. Hasil pengukuran laju fotosintesis tanaman Hydrilla pada perlakuan suhu air
yang berbeda.
Perlakuan Suhu ( C
̊ ) Laju Fotosintesis (ml g-1 jam-1)
5 0
15 0.103
25 0.16
35 0.123
45 0.022
Cahaya matahari
6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2 (Song, 2012)
pigmen fotosintesis
Berdasarkan reaksi fotosintesis tersebut, CO 2 dan H2O merupakan substrat dalam reaksi
fotosintesis dan dengan bantuan cahaya matahari dan pigmen fotosintesis berupa klorofil yang
menghasilkan karbohidrat serta melepaskan oksigen. Cahaya matahari dapat meiputi semua
warna dari spectrum tampak merah hingga ungu, tetapi tidak semua panjang gelombang dari
spectrum tampak diserap oleh tumbuhan berpigmen fotosintesis (Song, 2012). Berdasarkan
reaksi fotosintesis diatas, untuk menentukan laju fotosintesis dapat dilakukan dengan
mengukur jumlah CO2 yang diserap oleh tanaman untuk berfotosintesis atau jumlah O 2 yang
dihasilkan.
Pada reaksi fotosintesis terdiri dari dua tahap yaitu reaksi gelap dan reaksi terang.
Reaksi gelap terjadi di kloroplas yang disebut juga stroma, sedangkan reaksi terang terjadi di
grana (granum). Reaksi terang merupakan penggerak bagi reaksi pengikatan CO2 dari udara.
Reaksi ini melibatkan beberapa kompleks protein dari membrane tilakoid yang terdiri dari
sistem cahaya (fotosistem I dan II), sistem pembawa electron, dan komplek protein
pembentuk ATP (enzim ATP sintese). Reaksi terang mengubah energi cahaya menjadi energi
kimia, juga menghasilkan oksigen dan mengubah ADP dan NASP+ menjadi energi pembawa
ATP dan NADPH2 (Hasni, 2018). Pada reaksi gelap atau disebut juga siklus Calvin terjadi
pembentukan gula dari bahan dasar CO2 yang didapatkan dari udara bebas dan energy (ATP
dan NADPH2) yang diperoleh dari reaksi terang. Reaksi gelap menghasilkan glukosa
(C6H12O6) yang sangat penting untuk reaksi katabolisme atau perombakan senyawa kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan energy yang dapat digunakan
oleh organisme untuk melakukan aktivitasnya. Reaksi katabolisme inilah untuk menyediakan
energy dan komponen yang dibutuhkan oleh reaksi anabolisme atau disebut juga fotosintesis
(Alamsjah et al., 2019). Hal ini reaksi terang dan reaksi gelap sangat berhubungan satu
dengan yang lain, yang mana hasil dari reaksi terang digunakan untuk proses reaksi gelap.
Berikut merupakan mekanisme hubungan reaksi terang dan gelap :
(Rifki, 2018)
Setiap jenis tumbuhan memiliki laju fotosintesis karena adanya perbedaan anatomi,
fisiologi, karakter, dan morfologi dari setiap jenis (factor internal). Demikian juga laju
fotosintesis pada individu satu dengan indivisu lainnya di dalam satu jenis tumbuhan juga
akan berbeda, hal ini disebabkan oleh factor eksternal (iklim mikro) seperti halnya suhu,
udara, kelembaban udara, intensitas cahaya, pH tanah dan air tanah. Selain itu, ketinggian
tempat dapat berpengaruh terhadap laju fotosintesis yang berkaitan dengan kandungan CO 2 di
udara. Oleh karena itu, CO2 merupakan factor pembatas di daerah tropic. Konsentrasi CO2
berkurang seiring dengan bertambahnya ketinggian tempat, semakin besar konsentrasi molar
CO2 maka laju fotosintesis semakin besar pula. Demikian juga dengan factor intensitas
cahaya, suatu tanaman tanpa naungan laju fotosintesisnya semakin cepat (Mansur, 2016).
Pada umumnya, tumbuhan di daerah tropis tidak dapat melakukan proses fotosintesis pada
suhu sekitar 5oC, maka meskipun sinar dan CO2 ada, kegiatan fotosintesis akan terhambat,
dalam hal ini dapat dikatakan bahwa temperature merupakan factor penghambat. Selain itu,
laju fotosintesis dipengaruhi oleh kepadatan kanopi, bentuk daun, dan sudut letak daun.
Semakin jarang adanya kanopi maka laju foto sintesis akan besar, begitu sebaliknya (Khoiri,
2010).
Pengaruh warna cahaya terhadap laju fotosintesis berkaitan dengan adanya klorofil di
dalam kloroplas. Di dalam klorofil terdapat pigmen klorofil a, klorofil b, dan karotenoid.
Klorofil a mampu menyerap cahaya merah dan biru-ungu serta memantulkan cahaya hijau
karena klorofil a terlihat berwarna hijau. Klorofil b mampu menyerap cahaya biru dan oranye
serta memantulkan cahaya hijau-kuning, sedangkan karotenoid menyerap cahaya biru-hijau.
Klorofil b dan karotenoid menyerap energi cahaya lalu ditransfer ke klorofil a (Hasanah et al.,
2018). Cahaya atau lampu hijau dinilai kurang baik untuk proses fotosintesis karena
tumbuhan yang berwarna hijau tidak bisa menyerap cahaya hijau, sedangkan cahaya warna
biru dan merah bagus untuk pertumbuhan tanaman (lebar daun, tinggi batang) karena klorofil
banyak menyerap cahaya biru sehingga fotosintesis berjalan optimal (Syafriyudin dan Ledhe,
2015). Pengaruh suhu terhadap laju fotosintesis adalah semakin rendah suhu lingkungan,
semakin rendah pula laju fotosintesisnya. Pada tanaman tropis, suhu optimum untuk
melakukan fotosintesis adalah 10-30oC, sementara suhu yang memungkinkan untuk
pertumbuhan tanaman sekitar 15-40oC (Anonim, 2007).
Pada percobaan pengaruh intensitas cahaya, digunakan tanaman Hydrilla verticilata
karena merupakan tanaman air yang mudah diamati proses fotosintesis melalui gelembung
udara yang dihasilkan, mudah didapatkan, dan merupakan tumbuhan fakultatif antara
tumbuhan golongan C3 dan C4. Setelah itu ganggang kemudian ditimbang dengan timbangan
agar berat dan ukurannya sama, setelah itu ganggang di masukkan ke dalam pipet volume 5
mL yang nantinya diukur volume air yang berkurang dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
yang sudah diisi dengan air sampai batas leher. Air merupakan media hidup bagi tanaman
Hydrilla verticillata serta dipergunakan sebagai variabel terikat yang diamati perubahan
volumenya pada pipet. Setelah ganggang dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, mulut
Erlenmeyer ditutup menggunakan alumunium foil sebagai penyangga pipet volume 5 mL agar
pipet yang berisi ganggang tidak jatuh ke dasar dan tidak merusak atau mematahkan
ganggang tersebut. Selanjutnya diberi sungkup sebagai perlakuan intensitas cahaya meliputi
100%, 75%, 50%, 25%, dan 0%. Pada perlakuan pengaruh cahaya warna diberikan sungkup
berbagai warna bening, merah, kuning, hijau, dan biru. Sungkup berbagai warna ini
digunakan untuk mengetahui sungkup mana yang paling cepat dan lambat memberikan
pengaruh laju fotosintesis. Pada percobaan pengaruh suhu digunakan thermometer untuk
mengukur suhu air pada setiap perlakuan suhu. Tripot, plat asbes, lampu spiritus merupakan
seperangkat alat yang digunakan untuk merebus air pada perlakuan suhu 35 oC dan 45oC,
sedangkan es sebagai bahan untuk perlakuan suhu 5 oC dan 15oC. Pada saat perlakuan suhu
dipanaskan dan diberi es digunakan gelas piala.
Volume O2
0.09
0.08
0.07
0.06
Volume O2
0.05 Linear (Volume O2)
f(x) = 0.06 x − 0.01
0.04 R² = 0.39
0.03
0.02
0.01
0
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Tabel 4. Tabel ANOVA volume O2 yang dihasilkan tanaman pada perlakuan sungkup yang
berbeda
Volume O2
0.3
0.25
0.2 Volume O2
Linear (Volume O2)
0.15
0.1
f(x) = 0 x + 0.08
0.05 R² = 0
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Gambar 4. Grafik volume O2 yang dihasilkan tanaman pada perlakuan suhu yang berbeda
Berdasarkan grafik regresi laju fotosintesis terhadap intensitas cahaya diatas, diperoleh
bahwa Y=0.0004x-0.0788 yang berarti setiap kenaikan satu unit x akan menaikkan Y sebesar
0.0004, kemudian R2 = 0.0003 merupakan koefisien determinasi yang berarti 0.03%
keragaman di Y disebabkan X sehingga X mempengaruhi 0.03% Y dimana X itu adalah
intensitas cahaya yang berbeda dan Y adalah laju fotosintesis. Oleh karena itu tidak ada
hubungan sebab akibat antara perlakuan perbedaan suhu terhadap laju fotosintesis. Hal ini
tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh Hidayati et al., (2013) yang menyatakan bahwa laju
fotosintesis meningkat jika suhu lingkungan bertambah. Ketidaksesuaian ini disebabkan
karena kemungkinan metabolisme tanaman Hydrilla verticilata kurang baik, sehingga hasil
yang didapatkan tidak menunjukkan hasil yang maksimal.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor
lingkungan yaitu intensitas cahaya, warna cahaya, dan suhu berpengaruh terhadap laju
fotosintesis. Pengaruh intensitas cahaya, semakin tinggi intensitas cahaya maka laju
fotosintesis akan semakin cepat. Pengaruh warna cahaya, laju fotosintesis akan lebih optimal
jika terkena cahaya tampak dengan spektrum warna merah dan biru, sedangkan pengaruh
suhu, semakin tinggi suhu maka laju fotosintesis akan semakin meningkat hingga batas
toleransi tertentu.
B. Saran
Pada perlakuan pengaruh perbedaan warna cahaya akan lebih baik apabila sumber cahaya
digunakan lampu LED dengan spektrum warna berbeda agar hasil yang diperoleh dapat lebih
valid.
DAFTAR PUSTAKA