Anda di halaman 1dari 8

I.

Pendahuluan
Salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup adalah memenuhi kebutuhan pangan. Dari
makanan, tubuh akan memeperoleh energi yang dapat digunakan dalam beraktivitas. Setiap
makhluk hidup memiliki cara tersendiri dalam memperoleh makanan, salah satunya adalah
tumbuhan. Tumbuhan merupakan organisme autotrof atau organisme yang memiliki
kemampuan untuk memproduksi makanannya sendiri. Tumbuhan memproduksi makanannya
melalui suatu mekanisme yang disebut fotosintesis. Fotosintesis merupakan peristiwa
pengubahan karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) menjadi gula (C6H12O6). Mekanisme ini
berlangsung dengan bantuan sinar matahari atau foton yang berfungsi sebagai energi.
Fotosintesis dapat terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan. Kondisi
lingkungan yang sesuai memiliki peran penting dalam peristiwa fotosintesis karena dapat
mempengaruhi laju tidaknya proses fotosintesis berlangsung. Kecepatan fotosintesis dapat
diketahui dari jumlah karbon dioksida (CO2) yang diserap maupun dari jumlah oksigen (O2)
yang dihasilkan oleh tumbuhan. Kecepatan tumbuhan dalam menyerap karbon dioksida dan
atau menghasilkan oksigen (O2) disebut dengan laju fotosintesis. Laju fotosintesis tumbuhan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan antara lain intensitas cahaya, keadaan
suhu sekitar dumbuhan, serta kecocokan sinar (panjang gelombang dan warna cahaya).
Cahaya yang digunakan dalam fotosintesis umumnya berada dalam rentang panjang
geombang 400-700 nm. Cahaya langsung yang berasal dari matahari atau sirkum surya
maupun difusi cahaya langit merupakan dua sumber cahaya utama yang dgunakan dalam
fotosintesis. Cahaya yang dipantulkan ke atas tanah atau timbul dari transmisi dan refleksi
dalam kanopi dapat dianggap sebagai sumber minor. fotosintesis daun pada daerah berkanopi
dapat dibagi menjadi dua kelompok tergantung pada sifat arah cahaya yang dapat diserap.
Semua daun akan menerima cahaya yang terdifusi dan sedikit yang terkena cahaya langsung.
Area daun kemudian dapat diklasifikasikan sebagai daun yang dapat menerima cahaya secara
langsung dan daun yang hanya membutuhkan cahaya yang telah terdifusi. Hal ini kemudian
akan berpengaruh pada laju fotosintesis karena laju fotosintesis tergantung pada kepadatan
total fluks cahaya yang diterima oleh permukaan daun (Smart, 1974).
Fotosintesis dapat dihambat oleh keberadaan oksigen yang tinggi. Menurut Sharkey dan
Vassey (1989), oksigen biasanya menghambat proses fotosintesis tanaman karena adanya
fotorespirasi. Fotorespirasi adalah mekanisme di mana jumlah oksigen yang lebih tinggi dari
pada karbon dioksida yang merupakan substrat utama dalam fotosintesis menyebabkan
fotosintesis tidak terjadi dan beralih menjadi respirasi. Hal ini dapat menyebabkan tumbuhan
tidak berfotosintesis pada siang hari dan justru melakukan respirasi yang umumnya terjadi
saat malam hari.
Selain beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi laju fotosintesis, terdapat pula
faktor internal yang juga memiliki peran yang sangat penting dalam fotosintesis yakni
klorofil. Menurut Ai dan Banyo (2011), Klorofil merupakan faktor utama yang
mempengaruhi fotosintesis. Sifat fisik klorofil adalah menerima dan atau memantulkan
cahaya dengan gelombang yang berpendar. Tiga fungsi utama klorofil dalam proses
fotosintesis adalah memafaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 untuk menghasilkan
karbohidrat dan menyediakan energi bagi ekosistem secara keseluruhan. Karbohidrat yang
dihasilkan dalam fotosintesis diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat dan molekul
organik lainnya. Klorofil menyerap cahaya yang berupa radiasi elektromagnetik pada
spektrum kasat mata (visible). Tanaman tingkat tinggi mempunyai dua macam klorofil yaitu
klorofil a (C55H72O5N4Mg)yang berwarna hijau tua dan klorofil b (C55H70O6N4Mg) yang
berwarna hijau muda.
Untuk dapat mengetahu berbagai pengaruh lingkungan terhadap laju fotosintesis,
dilakukan pengamatan terhadap tumbuhan Hydrilla dengan memberikan perlakuan yang
berbeda. Di antaranya memberikan variasi perlakuan intensitas cahaya, warna cahaya atau
panjang gelombang cahaya, serta suhu pada tumbuhan. Adapun tujuan pengamatan ini adalah
untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan antara lain intensitas cahaya, panjang
gelombang, dan suhu terhadap laju fotosintesis.

II. Metodologi
Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara 1 yang berjudul Pengaruh Faktor
Lingkungan terhadap Laju Fotosintesis dilaksanakan pada Jumat, 17 Februari 2017 di Sub
Laboratorium Ilmu Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Adapun alat-alat yang digunakan antara lain
stopwatch, erlenmeyer, pipet, sungkup dengan penerus cahaya yang berbeda, sungkup warna
bening, merah, kuning, hijau dan ungu, termometer, tripot, plat asbes, lampu spiritus, serta
gelas piala. Selain itu, bahan-bahan yang digunakan antara lain ganggang Hydrilla
verticillata, alumunium foil, air, dan es batu.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Praktikum ini dibagi menjadi tiga sub acara antara lain, sub acara A:
pengaruh intensitas cahaya, sub acara B: pengaruh cahaya warna, dan sub acara C: pengaruh
suhu. Pada sub acara A, erlenmeyer disiapkan dan diisi air hingga mencapai batas leher.
Selanjutnya ganggang pada pipet dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Setelah ganggang
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, mulut erlenmeyer ditutup dari atas menggunakan
alumunium foil. Sungkup kemudian diberikan sesuai dnegan perlakuan intensitas cahaya
meliputi 100%, 75%, 50%, 25%, dan O%. Kemudian cara kerja dilanjutkan sesuai dengan
petunjuk umum acara fotosintesis. Untuk sub acara B cara kerjanya hamir sama dengan sub
acara sebelumnya, hanya saja perlakuannya diubah dengan sungkup sesuai dengan perlakuan
warna cahaya yakni bening, merah, kuning, hijau, dan ungu. Untuk sub acara C, perlakuan
awal sama seperti sub acara sebelumnya, hanya saja diberi perlakuan suhu yang berbeda-
beda. Perlakuan suhu yang digunakan meliputi 5 0C, 15, 25, 35, dan 45. Untuk perlakuan 5
dan 15, gelas piala diisi dengan es. Perlakuan 35 dan 45 gelas piala diisi dengan air, lalu
diletakkan di atas tripot dan plat asbes dan dipanaskan dengan lampi spiritus. Sedangkan
untuk 25 perlakuan tergantung pada suhu air. Pengukuran suhu dilakukan pada air di dalam
erlenmeyer, dengan mengaduk-aduk airnya, Selanjutnya, cara kerja dilanjutkan sesuai dengan
petunjuk umum acara fotosintesis. Untuk perlakuan sub acara A dan B dilakukan di bawah
sinar matahari secara langsung, sedangkan untuk perlakuan sub Acara C dilakukan di
laboratorium. Kemudan perubahan volume air dalam pipet dicatat setiap 15 menit.
Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Hubungan antara laju fotosintesis dan
intensitas cahaya serta laju fotosintesis dan suhu dianalisis menggunakan analisis regresi dan
ditampilkan grafiknya. Untuk pengaruh warna cahaya terhadap laju fotosintesis dianalisis
menggunakan analisis varians (ANOVA) dan ditampilkan dalam bentuk diagram batang
beserta hasil analisis lanjutnya dengan menggunakan uji LSD (Least Significant Difference).
III. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Laju Fotosintesis vs Suhu
Suhu Perubahan Volume Rerata
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
5 0 0 0 0
15 0 0 0 0
25 0 0 0 0
35 0 0 0.042 0.014
45 0 0 0 0
Tabel 2. Laju Fotosintesis vs Intensitas Cahaya
Intensitas Perubahan Volume Rerata
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
0% 1.067 0 0 0.35567
25% 0.202 0 0.101 0.101
50% 3.225 0.645 0 1.29
75% 1.156 0.163 0.081 0.46667
100% 0 0.22 0 0.07333

Tabel 3. Laju Fotosintesis vs Warna Cahaya


Warna Perubahan Volume Rerata
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Bening 0.125 0.125 0.125 0.125
Kuning 0 0 0 0
Merah 0.05 0.05 0.05 0.05
Hijau 0 0 0 0
Ungu 0.33 0.189 1.42 0.64633

Proses fotosintesis merupakan proses penyusunan senyawa kompleks dari seyawa


sederhana, atau dapat dikatakan penyusunan (sintesa) senyawa organik dari senyawa
anorganik dengan bantuan energi cahaya atau foton (Anggraini et al., 2013). Fotosintesis
dapat berlangsung secara cepat maupun lambat. Proses fotosintesis yang berlangsung dengan
cepat dapat menghasilkan energi yang besar hingga tidak keseluruhan dari energi yang
dihasilkan dari proses fotosintesis terpakai semuanya. Sebagian dari energi yang dihasilkan
disimpan dalam bentuk cadangan makanan. Proses fotosintesis yang berlangsung secara cepat
disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis yaitu cahaya,
konsentrasi karbondioksida, persediaan air, kandungan klorofil, penimbunan hasil
fotosintesis, suhu, resistensi daun terhadap difusi gas bebas dan faktor protoplasma (Handoko
dan Fajariyanti, 2012).
Laju Fotosintesis vs Intensitas cahaya
3.5
3
2.5
2
Laju fotosintesis (ml/g/jam) 1.5
1
.5
f(x) = 0.01x + 0
.
0 R =200.1440 60 80 100 120

Intensitas (%)

Gambar 1. Regresi laju fotosintesis terhadap intensitas cahaya


Dalam fotosintesis, keberadaan cahaya sangat diperlukan agar proses fotosintesis dapat
berlangsung secara efisien. Berdasarkan grafik regresi antara laju fotosintesis dengan
intensitas cahaya menunjukkan hubungan yang positif. Ini artinya makin tinggi intensitas
cahaya makin meningkat pula laju fotosintesis yang belangsung. Meskipun pada data
pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa peningkatan yang signifikan hanya terjadi
pada intensitas 25% sampai 50% dan mengalami fluktuasi, namun hasil analis regresi
menunjukkan slope yang positif. Hasil pengamatan yang berfluktuasi ini dapat disebabkan
karena setiap tumbuhan memiliki kebutuhan tersendiri dalam memanfaatkan intensitas
cahaya yang ada. Laju fotosintesis berlangsung optimal seiring dengan meningkatnya
intensitas cahaya. Hal ini telah sesuai dengan teori bahwa tingginya intensitas cahaya yang
diterima akan semakin meningkatkan laju fotosintesis suatu tanaman (Kramer and John,
1944)
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
Laju Fotosintesis (ml g-1 jam-1)
0.2
0.1
0

Warna Cahaya

Gambar 3. Pengaruh warna cahaya terhadap laju fotosintesis Hydrilla verticillata


Berdasarkan grafik tersebut, dapat diketahui bahwa laju fotosintesis yang paling banya
terjadi pada perlakuan Hydrilla yang diberi sungkup berwarna ungu dengan rata-rata 0.64633,
dilanjutkan dengan warna bening dengan rata-rata 0,125 dan terakhir warna merah dengan
rata-rata 0,05. Hal tersebut berarti bahwa tumbuhan Hydrilla paling banyak menyerap warna
ungu yang memiliki panjang gelombang paling pendek. Hal ini telah sesuai dengan teori
karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Handoko dan Fajariyanti (2013), diketahui
bahwa perlakuan terbaik dalam laju fotosintesis tanaman air Hydrilla verticillata adalah
perlakuan dengan pemberian spektrum cahaya warna biru dengan urutan kuantitas pemberian
cahaya paling baik adalah warna biru, putih, merah, kuning, dan hijau. Hal tersebut
menunjukkan bahwa laju fotosintesis akan meningkat pada cahaya dengan pajang gelombang
terpendek. Warna kuning dan hijau tidak termasuk karena salah satu ciri tumbuhan adalah
memiliki kemampuan untuk menyerap dan memantulkan cahaya. Bagian tumbuhan yang
dapat menyerap dan memantulkan cahaya adalah klorofil dan karotenoid yang merupakan
pigmen tumbuhan. Klorofil menyerap cahaya merah dan biru secara efektif, sedangkan
karotenoid menyerap cahaya biru dan hijau. Pada saat reaksi terang, klorofil a lebih banyak
berperan dalam penyerapan cahaya. Karakteristik dari klorofil a sendiri adalah menyerap
warna merah dan biru serta memantulkan cahaya yang berwarna hijau. Olah karena itu, daun
tampak berwarna hijau karena klorofil menyerap cahaya warna merah dan biru ketika
meneruskan dan memantulkan cahaya warna hijau.(Campbell, 1999).

Laju Fotosintesis vs Suhu


0.05

0.04

0.03
Laju fotosintesis (ml/g/jam)
0.02

0.01

0 f(x) = 0x + 0
R = 0.1
Suhu (oC)

Gambar 1. Regresi laju fotosisntesis terhadap suhu


Berdasarkan grafik regresi antara laju fotosintesis dengan suhu diatas menunjukkan
slope yang positif. Ini artinya hubungan antara peningkatan suhu diikuti pula oleh
peningkatan laju fotosintesis. Pengamatan yang dilakukan terhadap fotosintesis tanaman
Hydrilla tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam setiap perlakuan. Hal ini
dikarenakan jumlah Hydrilla yang digunakan terlalu sedikit sehingga jumlah oksigen yang
dihasilkan tidak mampu menunjukkan perubahan volume di dalam pipet. Namun, setelah
dianalisis menggunakan analisis regresi tetap menunjukkan hasil positif. Berdasarkan hasil
percobaan, terdapat peningkatan laju fotosintesis pada suhu 35, dan mengalami penurunan
pada suhu 45. Hal ini dikarenakan temperatur bersifat spesifik dan mempengaruhi laju
fotosintesis. Temperatur yang optimal akan meningkatkan konsentrasi dari laju fotosintesis.
Tumbuhan akan mengalami peningkatan pertumbuhan seiring dengan peningkatan suhu,
namun pertumbuhan tersebut akan berlaku sampai saat suhu mencapai suhu optimum. Setelah
mencapai suhu optimum, peningkatan suhu tidak lagi meningkatkan laju fotosintesis. Hal ini
telah sesuai dengan teori bahwa laju fotosintesis pada tanaman tropis meningkat dari suhu
minimum 5C sampai suhu 35C, di atas kisaran suhu ini laju fotosintesis menurun. Suhu
diatas 35C menyebabkan kerusakan sementara atau permanen protoplasma yang
mengakibatkan menurunnya kecepatan fotosintesis, semakin tinggi suhu semakin cepat
penurunan laju fotosintesis. (Loveless,1991).
Proses fotosintesis juga erat hubungannya dengan respirasi dan potensial air jaringan.
Meurut Trisilawati dan Pitono (2012), respon tanaman terhadap perubahan potensial air
jaringan daun ditunjukkan oleh adanya perubahan terhadap aktivitas metabolisme, morfologi,
pertumbuhan dan produksi tanaman. Perubahan potensial air daun dikarenakan cekaman
defisit air berpengaruh terhadap proses fotosintesis tanaman Hypericum perforatum (Zobayed
et al., 2007 cit Trisilawati dan Pitono, 2012). Setelah perlakuan cekaman defisit pada tanaman
Hypericum perforatum, selama 12 hari, terjadi penurunan potensial air jaringan daun yang
diikuti oleh penurunan kecepatan fotosintesis neto secara nyata. Potensial air daun yang
rendah dapat mengurangi ketersediaan CO2 karena tertutupnya stomata dan menghambat
kecepatan fotosintesis dan akan mempengaruhi fiksasi CO2 secara langsung walaupun Co2
tidak terbatas. Yaniv et al. (1982) dalam Trisilawati dan pitono (2012) menyatakan bahwa
rendahnya produktivitas tanaman akibat cekaman defisit air disebabkan oleh menurunnya
serapan hara, proses fotosintesis, dan respirasi.

Daftar Pustaka
Ai, N.S. dan Y. Banyo. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator kekurangan air pada
tanaman. Jurnal Ilmiah Sains 11(2):166-173
Anggraini, F., A. Suryanto, dan N. Aini. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit pada Tanaman
Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman 1(2):52-60
Campbell, 1999. Biologi jilid I. Edisi V. Jakarta: Erlangga
Handoko, P. dan Y. Fajaryanti. 2013. Pengaruh spektrum cahaya tampak terhadap laju
fotosintesis tanaman air Hydrilla verticillata. Seminar Nasional X Pendidikan Biologi
FKIP UNS.
Kramer, P.J. and J.P. Decker. 1944. Relation between light intensity and rate of
photosynthesis of lablolly pine and certain hardwoods. Plant Physiology 9(2):350-358
Loveless, A.R. 1991. Principles of Plant Biology for the Tropics. Logman Group Limited
Sharkey, T.D. and T.L. Vassey. 1989. Low oxygen inhibition of photosynthesis is caused by
inhibition of starch synthesis. Plant Physiology 90(2):385-387
Smart, R.E. 1974. Photosynthesis By Grapevine Canopies. Journal of Applied Ecology
11(3):997-1006
Trisilawati, O. dan J. Pitono. 2012. Pengaruh cekaman defisit air terhadap pembentukan
bahan aktif pada purwoceng. Buletin Penelitian Tanmaan Rempah dan Obat 23(1):34-
47.

Anda mungkin juga menyukai