Anda di halaman 1dari 9

ACARA I

POLIPLOIDISASI

A. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan Metafase pada Akar Bawang Merah (nama latin)

Penambahan Colchicine (C-metafase)


Jumlah Kromosom : 32

Tanpa Pemberian Colchicine

Jumlah Kromosom : 16

1
B. Pembahasan
Poliploidi dengan kolkisin merupakan salah satu teknik peningkatan varian genetik dan
sekaligus digunakan sebagai salah satu metode pemuliaan tanaman. Menurut Chahal dan Gosal
(2002), poliploidi merupakan suatu proses penggandaan jumlah set kromosom sehingga
menghasilkan organisme yang mempunyai jumlah set kromosom berlipat (lebih dari 2 kali).
Organisme poliploid adalah organisme yang terbentuk melalui suatu mekanisme penggandaan
genom dari satu spesies diploid atau melalui perpaduan antara dua atau lebih genom diploid
(Holloway et al., 2006). Sedangkan usaha-usaha yang dilakukan untuk menghasilkan organisme
poliploid adalah poliploidisasi.
Menurut Bento et al., Poliploidisasi adalah suatu proses evolusi yang utama dalam
tanaman di mana hibridisasi dan penggandaan kromosom menginduksi suatu stress genom dan
bisa memicu modifikasi genetik dan epigenetik. Pada organisme diploid (2n), terdapat dua tipe
utama penyimpangan kromosomal yang mempengaruhi jumlah kromosom. Penyimpangan
tersebut adalah poliploidi dan aneuploidi. Poliploidi terjadi jika suatu sel mempunyai satu set
kromosom melebihi jumlah set normalnya. Misalnya triploid (3n) yang memiliki kelebihan satu
set kromosom. Organisme triploid bersifat steril karena tidak dapat menghasilkan gamet yang
seimbang pada saat meiosis (Stansfield et al., 2006).
Pada tumbuhan, poliploidi dapat terjadi secara alami maupun secara buatan. Poliploidi
yang terjadi secara alami dapat dipicu dari proses-proses alam seperti kejadian ekstrim dan
melalui persilangan. Poliploidi secara buatan dapat dilakukan dengan zat kimia tertentu yakni
salah satunya adalah kolkisin. Zat ini paling banyak digunakan karena mudah larut dalam air dan
efektif menginduksi poliploidi (Wiendra et al., 2011 cit Haryanti et al., 2009). Kolkisin
(C22H25O6N) merupakan alkaloid berwarna putih yang diperoleh dari hasil isolasi umbi tanaman
Colchichum autumnale L. yang berasal dari familia Liliaceae. Senyawa ini secara dapat
menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada pembelahan sel sehingga menyebabkan
terbentuknya individu poliploid (Suminah et al., 2002 cit Eigsti dan Dustin, 1957; Suryo, 1995).
Pada umumnya, tanaman yang bersifat poliploid memiliki ukuran morfologi lebih besar
dibandingkan tanaman diploid. Dengan demikian, kualitas tanaman yang diberi perlakuan
tersebut diharapkan lebih baik dari tanaman diploid. Berdasarkan teori, umumnya kolkisin akan
bekerja efektif pada konsentrasi 0,01-1% untuk jangka waktu 6-72 jam walaupun pada setiap

2
tanaman memiliki respon yang berbeda-beda. (Suminah et al., 2002 cit Eigsti dan Dustin, 1957;
Suryo, 1995).

Gambar 3. Struktur kimia kolkisin.

Pembelahan yang terjadi pada sel tubuh tanaman adalah pembelahan sel secara mitosis.
Pada pembelahan ini dihasilkan 2 sel anakan yang identik dengan induknya. Pembelahan sel
secara mitosis dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase.
Pada tahap profase, terjadi perubahan pada nukleus dan sitoplasma. Di dalam nukleus, benang-
benang kromatin menebal dan memendek. Kromosom tersebut dapat diamati di bawah
mikroskop cahaya. Tiap lengan kromosom, berduplikasi membentuk dua kromatid (kromatid
kembar) yang terikat pada sentromer. Selama profase, nukleolus dan membran nukleus
menghilang. Mendekati akhir profase, terbentuklah benang-benang spindel. Dengan berakhirnya
profase, kromosom-kromosom yang telah mengganda dan memanjang berada di bidang ekuator
dari sel. Selanjutnya terjadi fase metafase. Fase ini adalah fase paling mudah untuk menghitung
banyaknya kromosom dan mempelajari morfologinya, karena kromosom-kromosom tersebar di
bidang tengah dari sel. Pada metafase, kromosom menyusun diri secara acak pada satu bidang
ekuator atau tengah-tengah sel. Pada fase anafase, sentromer membelah dan kedua buah
kromatid memisahkan diri dan bergerak menuju ke kutub sel dari spindel yang berlawanan. Tiap
kromatid hasil Pada akhir anafase sekat sel mulai terbentuk dekat bidang equator Sentromer dari
setiap kromosom membelah menjadi dua dengan masing-masing satu kromatida. Kemudian

3
setiap kromatida berpisah dengan pasangannya dan menuju ke kutub yang berlawanan. Tahap
selanjutnya adalah tahap telofase. Pada tahap ini membran inti dan nucleus terbentuk kembali,
benang spindel lenyap, dan terjadi sitokinesis.
Pembelahan sel tersebut merupakan fase pembelahan sel secara normal. Dalam
poliploidisasi dengan kolkisin, pembentukan benang-benang spindel pada metafase dihambat
karena adanya senyawa kolkisin. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kolkisin berfungsi
sebagai penghalang terbentuknya benang-benang spindel. Kolkisin menyebabkan sitoplasma
yang seharusnya mengental justru menjadi cair. Padahal benang-benang spindel terjadi karena
mengentalnya sitoplasma. Akibat dari benang spindel yang tidak terbentuk pada pembelahan
metosis ini, maka kromosom anak tidak bergerak ke kutub-kutub set, tetapi tetap tinggal di
tengah-tengah sebagai pasangan (ski)-ini specifik pada C-mitosis yang menyebabkan fase-fase
mitosis tidak normal dan hanya berhenti pada fase metafase. Oleh karena itu terjadilah tetraploid
atau poliploid. Pembelahan set akan kembali normal apabila pengaruh kolkisin telah hilang.
Setiap spesies memiliki jumlah kromosom yang khas. Sebagian besar organisme
berderajat tinggi memiliki jumlah kromosom yang bersifat diploid. Variasi jumlah set kromosom
(ploidi) sering ditemukan di alam. Pada keadaan normal materi genetik setiap makhluk hidup
stabil (tidak berubah ubah), akan tetapi karena adanya pengaruh luar atau dari dalam sel itu
sendiri dapat terjadi perubahan. Perubahan materi genetik karena pengaruh dari dalam sel
merupakan ciri benda hidup yang membedakannya dengan benda mati, yakni dapat melakukan
mutasi dan menjaga keanekaragaman hayati. Perubahan materi genetik karena pengaruh dari luar
sel dapat disebabkan oleh bahan kimia maupun radiasi (Pai, 1992).
Mutasi dapat dibedakan atas mutasi sitologis yakni perubahan bentuk, ukuran ataupun
jumlah kromosom, serta mutasi gen yang secara sitologis tidak tampak namun mempengaruhi
penampakan fenotip. Mutasi terakhir ini dapat dideteksi dengan teknik molekuler. Perubahan
jumlah kromosom dapat dibedakan atas euploidi dan aneuploidi. Pada kondisi euploidi jumlah
kromosom merupakan kelipatan dari kromosom dasarnya. Variasi euploidi yang dapat terjadi
adalah: monoploid (haploid; 1n), diploid (2n) dan poliploid yang terdiri dari: triploid (3n),
tetraploid (4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n), septaploid (7n), oktaploid (8n), dan nonaploid
(9n). Variasi aneuploid meliputi delesi, duplikasi, inversi dan translokasi. Delesi atau defisiensi
adalah hilangnya satu bagian kromosom. Duplikasi adalah penambahan kromosom. Inversi

4
adalah penyisipan kembali gen-gen secara terbalik. Translokasi adalah pindahnya suatu bagian
kromosom ke kromosom lain yang bukan homolognya (Crowder,1986).
Dalam praktikum ini digunakan akar bawang merah (Allium cepa) sebagai bahan utama
preparat. Bawang merah digunakan dengan alasan jumlah kromosomnya yang sedikit dan
memiliki ukuran sel yang besar. Selain itu, bagian akar bawang merah dipilih karena bagian
tersebut merupakan salah satu bagian meristem yang sel-selnya masih aktif membelah. Bawang
merah diberi perlakuan berupa perendaman dengan kolkisin selama 24 jam. Kolkisin merupakan
senyawa alkaloid yang digunakan dalam poliploidisasi dengan cara kimia di praktikum ini.
Kolkisin akan menghentikan terbentuknya benang-benang spindel pada pembelahan metosis.
Akar bawang merah yang telah direndam kemudian di potong sepanjang kurang lebih 1 cm.
Pemotongan ini berfungsi untuk memilih bagian ujung akar yang sel-selnya masih aktif
membelah. Kemudian potongan akar difiksasi selama 15 menit menggunakan larutan fiksatif
carnoy yang terbuat dari campuran alkohol dan asam asetat glasial. Proses fiksasi ini dilakukan
agar sel-sel berhenti membelah sehingga mudah diamati. Setelah itu, akar dicuci meggunakan
aquades dan dilakukan pengecatan menggunakan acetocarmine sambil dipanaskan agar warna
cepat meresap ke dalam sel. Kemudian, akar yang telah di cat diambil bagian ujungnya sekitar 1-
2 ml untuk diamati di bawah mikroskop dengan metode squeeze. Pengamatan dilakukan
terhadap akar meliputi semua fase pembelahan sel yang diberi kolkisin dan pada keadaan
kontrol.
Sifat umum tanaman poliploid adalah memiliki ukuran bagian-bagian tanaman lebih
besar, meliputi akar, batang, daun, bunga, atau buah. Tanaman poliploid juga memiliki ukuran sel
yang sebih besar, inti sel besar, buluh-buluh pengangkutan bediameter lebih besar, dan ukuran
stomata yang lebih besar. Bertambahnya ukuran diameter buluh-buluh pengangkutan, sebagai
akibat pemberian kolkhisin, batang juga membesar. Sedangkan pada bunga anggrek yang
dihasilkan pada tanaman anggrek dengan perlakuan kolkhisin menampakan ukuran ketebalan
bunga yang berbeda-beda dan lebih besar dari perlakuan kontrol (Sulistianingsih et al., 2004).
Pada pemuliaan tanaman poliploid, manipulasi kromosom adalah salah satu cara yang
sangat membantu mempercepat tercapainya tujuan pemuliaan. Ada sedikit perbedaan dalam
manipulasi genetik pada tanaman poliploid dengan monoploid (n) ataupun diploid (2n). Karena
bekerja di level ploidi yang besar dianggap lebih sulit karena kompleksnya segregasi karakter
yang terjadi (akibat dari lebih besarnya jumlah kromosom), maka strategi yang dilakukan

5
biasanya adalah dengan: tanaman poliploid diubah dulu level ploidinya ke tingkat yang lebih
rendah (diturunkan level ploidi-nya). Setelah genotipe dengan ploidi yang rendah yang memiliki
karakter yang dikehendaki berhasil diperoleh, maka dikembalikan ke ploidi alaminya, yaitu
dijadikan poliploid lagi. Menurunkan ke level ploidi yang lebih rendah dapat dilakukan dengan
androgenesis atau kultur anther. Sebaliknya, mengembalikan ke level ploidi yang lebih besar
dapat ditempuh dengan cara perlakuan kimia (misalnya dengan perlakuan perendaman dalam
kolkisin), atau melalui hibridisasi somatik (dengan fusi protoplas), atau hibridisasi sexual (untuk
mendapatkan poliploid dengan heterosigositas yang tinggi), atau melalui mutasi. Tumbuhan
secara umum bereaksi positif terhadap poliploidi. Tetraploid (misalnya kentang) dan heksaploid
(misalnya gandum) berukuran lebih besar daripada leluhurnya yang diploid. Karena hasil panen
menjadi lebih tinggi, poliploidi dimanfaatkan dalam pemuliaan tanaman. Berbagai kultivar
tanaman hias (misalnya anggrek) dibuat dengan mengeksploitasi poliploidi. (Herlina, 2015).
Selain keuntungan tersebut, hasil penelitian awal pemuliaan tanaman menunjukkan
bahwa di antara taraf ploidi yang berbeda, didapatkan bahwa tiap spesies mempunyai taraf ploidi
optimum tertentu. Penambahan jumlah kromosom yang melebihi jumlah optimum tersebut akan
menyebabkan gangguan fisiologi ke arah negatif. Reaksi negatif terjadi terhadap kemampuan
reproduksi, khususnya pada poliploidi berbilangan ganjil. Meskipun ukurannya membesar,
karena terjadi ketidakseimbangan pasangan kromosom dalam meiosis, organisme dengan ploidi
ganjil biasanya mandul (steril). Karena mandul, semangka triploid tidak memiliki biji yang
normal (bijinya tidak berkembang normal atau terdegenerasi).
Pada praktikum ini didapatkan hasil bahwa kromosom tanaman bawang merah yang telah
diberikan kolkisin memiliki jumlah kromosom sebanyak 32. Sedangkan pada tanaman yang tidak
diberi kolkisin memiliki jumlah kromosom 16. Hal ini menunjukkan bahwa kolkisin dapat
menyebabkan tanaman mengalami poliploidi. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa
kolkisin menyebabkan pembelahan sel mitosis tidak berlangsung secara normal. Kolkisin
menghambat pembentukan benang-benang spindel, mengakibatkan kromosom yang mengalami
penggandaan pada proses profase tidak terpisah. Kejadian ini mengakibatkan tanaman menjadi
tetraploid atau poliploid.

6
Kesimpulan
1. Salah satu cara penggandaan kromosom pada tanaman adalah dengan penggunaan kolkisin.
2. Kolkisin menyebabkan tidak terbentuknya benang spindel pada pembelahan mitosis. Sehingga
kromosom yang telah mengalami penggandaan tidak berpisah. Yang menyebabkan tanaman
menjadi tetraploid atau poliploid.
3. Ciri-ciri tanaman poliploid adalah memiliki ukuran bagian-bagian tanaman lebih besar, meliputi
akar, batang, daun, bunga, atau buah. Tanaman poliploid juga memiliki ukuran sel yang
sebih besar, inti sel besar, buluh-buluh pengangkutan bediameter lebih besar, dan ukuran
stomata yang lebih besar.

7
Daftar Pustaka
Bento, M., H.S. Pereira, M. Rocheta, P. Gustafson, W. Viegasm and M. Silva. 2008.
Polyploidiztion as a retraction force in plant genome evolution: sequence rearrangements
in triticalecha. Plose One 3(1): e1402.

Chahal, G.S. and S.S. Gosal. 2002. Principles and procedures of Plant Breeding Biotechnological
and Conventional Approaches. Alpha Science International Ltd. Harrow, U.K.

Crowder, L.V. 1986. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

Herlina, L. 2015. Mengintip Capaian Kajian Genetika pada Bawang.


<http://biogen.litbang.pertanian.go.id/2015/04/mengintip-capaian-kajian-genetika-pada-
bawang/>. Diakses pada 20 Februari 2015.

Holloway, A.K., D.C. Cannatella, H.C. Gerhardt, and D.M. Hillis. 2006. Polyploids with
different origins and ancestors form a single sexual polyploid species. The American
Naturalist 164(4): 88-101.

Pai, A.C. 1992. Dasar-dasar Genetika. Jakarta, Penerbit Erlangga.

Stansfield, W., R. Cano, dan J. Colome. 2006. Biologi Molekuler dan Sel. Penerbit Erlangga.
Jakarta.

Sulistianingsih, R., Suyanto., ZA, dan N. Anggia E. 2004. Peningkatan kualitas anggrek
dendrobium hibrida dengan pemberian kolkhisin. Jurnal Ilmu Pertanian (11):13-21.

Suminah, Sutarno, dan A.D. Setyawan. 2002. Induksi poliploidi bawang merah (Alium
ascalonicum L.) dengan pemberian kolkisin. Biodiversitas 3(1): 174-180.

Wiendra., N.M.S., M. Pharmawati, dan N.P.A. Astini. 2011. Pemberian kolkhisin dengan lama
perendaman berbeda pada induksi poliploidi tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.).
Jurnal Biologi 15(1):9-14.

8
Lampiran

Profase kontrol Anafase kontrol


Metafase kontrol

Telofase kontrol Profase kolkisin Metafase kolkisin

Anda mungkin juga menyukai