Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Hama dan Penyakit
Terpadu
Disusun Oleh
Kelompok I
Adhitya Juliawan 150110080045
Nanda 150110080046
Tiara Restu Amanda 150110080052
Sekar Laras Rahmannisa 150110080070
Putri Eka Risti 150110080080
Agroteknologi B
Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
Jatinangor
2010
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas ini. Shalawat
serta salam semoga tercurah limpah ke hadirat Nabi Besar Muhammad saw, para sahabat
dan umatnya sampai akhir zaman.
Proposal ini berisi mengenai deskripsi program kegiatan praktikum pengelolaan
hama dan penyakit terpadu.
Penulis menyadari isi proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Harapan penulis
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Luaran yang Diharapkan 2
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Deskripsi Tanaman Jagung 3
2.2 Analisis Agroekosistem Lahan 5
2.3 OPT Tanaman Jagung 6
Bab III Rencana dan Program Kegiatan
3.1 Jenis Program Kegiatan 12
3.2 Rencana Anggaran 17
3.3 Jadwal Kegiatan 17
Bab IV Penutup 19
Daftar Pustaka iii
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Jagung termasuk komoditas pertanian utama yang memilki manfaat dan kegunaan
yang banyak. Jagung banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok khususnya di
daerah indonesia bagian timur. Selain dimanfaatkan sebagai makanan pokok, jagung juga
dimanfaatkan sebagai makanan olahan lainnya seperti pop corn, perkedel, dan aneka
makanan ringan (snack). Selain itu jagung juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan
pakan ternak seperti burung, ayam, bebek, ikan dan ternak lainnya.
Permintaan terhadap pasokan jagung terus meningkat dari tahun ketahun. Tetapi
meningkatnya permintaan tidak diikuti dengan meningkatnya produksi jagung. sehingga
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, maka pemerintah harus mengimpor dari negara
lain.
Rendahnya produksi jagung dalam negeri disebabkan oleh beberapa faktor seperti
teknik budidaya yang kurang intensif, dan pengendalian OPT yang tidak teratur yang
hanya mengandalkan pengendalian menggunakan pestisida. Yang menjadi permasalahn
utama dalam budidaya jagung adalah pengendalian dan pengelolaan OPT.
Pengendalian OPT yang dilakukan oleh petani selama ini hanya mengandalkan
pengendalian dengan teknik pemanfaatan pestisida. Sehingga banyak terjadi pencemaran
lingkungan dan hasil yang terus menurun dari tahun ketahun, dan munculnya OPT yang
resisten terhadap pestisida.
Melihat kerugian yang ditimbulkan oleh pestisida, maka muncul teknik Pengendalian
Hama Terpadu sebagai solusi pengendalian OPT pada budidaya jagung. Teknik
pengendalian hama terpadu adalah teknik pengendalian OPT yang berorientasi
lingkungan, dan pengaplikasian pestisida adalah pilihan pengendalian yang terakhir.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan percobaan dalam
bentuk praktikum dengan judul “Penerapan Teknik Pengendalian Hama terpadu pada
Budidaya jagung” di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
1.3 Tujuan
a. Berumur pendek. 75-90 hari. Contoh: Genjah warangan, Genjah kertas, Abimanyu
dan Arjuna.
c. Berumur panjang. Lebih dari 120 hari. Contoh: Bima dan Harapan, Bastar, Kania
Putih.
a. Dent corn
b. Flint corn
c. Sweet corn
d. Pop corn
e. Flour corn
f. Pod corn
g. Waxy corn
Varietas unggul mempunyai beberapa sifat, yaitu berproduksi tinggi, berumur genjah,
tahan serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini
dapat dibagai menjadi 2, yaitu jagung hibdirda dan arietas jagung bersari bebas.
Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya. Tanaman jagung
banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai
macam keperluan seperti:
a. Batang dan daun muda untuk pakan ternak;
f. Biji jagung tua untuk pengganti nasi, roti jagung, tepung, industri farmasi,dan lain
sebagainya.
Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa
Barat, Jawa Timur, Madura, D.I.Yogyakarta, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan
Maluku. Khusus di daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan
secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya.
Dosis yang digunakan telah disesuaikan dengan luas lahan yang akan digunakan
yaitu sebesar 3 x 4 m. Pupuk POC Nasa yang digunakan merupakan pupuk mikro
sedangkan Urea, TSP dan KCl merupakan jenis pupuk makronya.
Pemberian pupuk mikro pada saat perendaman benih bertujuan untuk merangsang
pertumbuhan benih, hal tersebut dikarenakan beberapa zat yang terkandung
didalam POC berfungsi sebagai zat perangsang tumbuh.
Pupuk dasar diberikan pada saat pengolahan tanah dilakukan. Pemberian pupuk
dasar ini bertujuan untuk memberikan asupan unsur hara makro pada saat benih
tanaman jagung mulai ditanam, sedangkan pemberian POC Nasa sebagai pupuk
dasar ini berfungsi sebagai penyedia unsur hara mikro tanaman serta memacu
pertumbuhan tanaman dan akar. Pada saat umur 2 minggu setelah tanam (2 MST),
pengaplikasian pupuk POC nasa dilakukan. Sedangkan pada umur 3 MST
diberikan pupuk susulan I dengan pemberian Urea 0.138 Kg dan KCl 0.066 Kg.
Pada umur 4 mst, tanaman hanya diberi pupuk mikro POC Nasa dn pada umur 8
MST diberikan pupuk susulan ke 2, yaitu hanya pupuk urea saja dengan dosis
0.138 Kg.
e. Pemeliharaan
• Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau
gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara
langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang
akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang
tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis
benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
• Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang
masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil. Penyiangan diusahakan
agar tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih
belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari.
• Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh
posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang
bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat
tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di
sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian
ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang
memanjang.
• Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah
telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang
tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air
pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
f. Monitoring berkala setiap dua kali dalam seminggu, untuk mengontrol dan
mengetahui kondisi areal pertanaman jagung. Selain itu, selama monitoring juga
dilakukan sanitasi diareal tanaman jagung.
g. Pengendalian OPT
Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya, telah dijelaskan berbagai jenis
OPT yang diprediksi dapat menyerang areal pertanaman jagung yang
dibudidayakan. Maka dengan demikian, tindakan yang akan dilakukan baik dalam
rangka pencegahan maupun pengendalian dijelaskan dalam skema berikut,
3.2 Rencana Anggaran
No. Kegiatan Volume Biaya
1 Benih Jagung Bisi II 1 Kantong 200.000
2 Pupuk Kandang 6 Kg 15.000
3 Pupuk Urea 1 Kg 50.000
0.2
4 Pupuk TSP 5 Kg 3.000
0.2
5 Pupuk KCl 5 Kg 3.000
6 POC Nasa 1 Botol 40.000
7. GLIO 1 Pak 35.000
8 Embrat 1 Buah 25.000
9 Ember 2 Buah 20.000
10 Cangkul 2 Buah 80.000
11 Feromon seks 1 Botol 20.000
12 Parasitoid Telenomus 1 Bungkus 10.000
13 Parasitoid Trichogamma 1 Bungkus 10.000
14 Cendawan Metharhizium 1 Bungkus 30.000
15 Insektisida Decis 1 Botol 50.000
16 Fungisida Mankzoeb 1 Botol 40.000
Total
Bulan
No Kegiatan ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan Prasarana dan
1
sarana
Pengolahan Tanah Areal
2
Pertanaman
3 Pemberian Pupuk
4 Penanaman Jagung
5 Monitoring Lapangan
6 Sanitasi Lahan
7 Pemasangan Perangkap
8 Pengaplikasian Parasitoid
Pengaplikasian Agen
9
Antagonis
Pengaplikasian Fungisida
10
Nabati *
Pengaplikasian Fungisida
11
Sintetik *
Pengaplikasian Insektisida
12
Sintetik*
13 Pengamatan Akhir
14 Penyusunan Laporan Akhir
Keterangan:
• Pemberian pupuk pada minggu ke tiga adalah pupuk dasar, kemudian pemberian
pupuk pada minggu ke dua bulan ke dua (2MST), pemberian pupuk pada minggu ke-3
yang merupakan pemberian pupuk susulan II, pemberian pupuk pada 4 MST, dan
pemberian pupuk terakhir yaitu pupuk susulan II pada umur tanaman 8 MST.
Bab IV
Penutup
Demikianlah rancangan proposal budidaya jagung dengan penerapan metode PHT
yang kelompok kami ajukan. Adapun data ataupun informasi yang digunakan berdasar
kepada sumber-sumber terkait. Akhir kata, semoga dapat berfungsi sebagai petunjuk teknis
dalam pelaksanaannya.
Daftar Pustaka
Suharto. 2007. Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Yogyakarta: Andi
Untung, Kasumbogo. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University
Press
Bakhri, Syamsul. 2007. Budidaya Jagung dengan Konsep Pengelolaan Tanaman Terpadu.
Departemen Pertanian Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTPP) Sulawesi Selatan
Jagung Zea mays. Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi