Anda di halaman 1dari 24

Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Penerapan Metode PHT pada Budidaya Jagung

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Hama dan Penyakit
Terpadu

Disusun Oleh

Kelompok I
Adhitya Juliawan 150110080045
Nanda 150110080046
Tiara Restu Amanda 150110080052
Sekar Laras Rahmannisa 150110080070
Putri Eka Risti 150110080080

Agroteknologi B

Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
Jatinangor
2010
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas ini. Shalawat
serta salam semoga tercurah limpah ke hadirat Nabi Besar Muhammad saw, para sahabat
dan umatnya sampai akhir zaman.
Proposal ini berisi mengenai deskripsi program kegiatan praktikum pengelolaan
hama dan penyakit terpadu.
Penulis menyadari isi proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Harapan penulis
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

Jatinangor, Oktober 2010

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Luaran yang Diharapkan 2
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Deskripsi Tanaman Jagung 3
2.2 Analisis Agroekosistem Lahan 5
2.3 OPT Tanaman Jagung 6
Bab III Rencana dan Program Kegiatan
3.1 Jenis Program Kegiatan 12
3.2 Rencana Anggaran 17
3.3 Jadwal Kegiatan 17
Bab IV Penutup 19
Daftar Pustaka iii
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang

Jagung termasuk komoditas pertanian utama yang memilki manfaat dan kegunaan
yang banyak. Jagung banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok khususnya di
daerah indonesia bagian timur. Selain dimanfaatkan sebagai makanan pokok, jagung juga
dimanfaatkan sebagai makanan olahan lainnya seperti pop corn, perkedel, dan aneka
makanan ringan (snack). Selain itu jagung juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan
pakan ternak seperti burung, ayam, bebek, ikan dan ternak lainnya.
Permintaan terhadap pasokan jagung terus meningkat dari tahun ketahun. Tetapi
meningkatnya permintaan tidak diikuti dengan meningkatnya produksi jagung. sehingga
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, maka pemerintah harus mengimpor dari negara
lain.
Rendahnya produksi jagung dalam negeri disebabkan oleh beberapa faktor seperti
teknik budidaya yang kurang intensif, dan pengendalian OPT yang tidak teratur yang
hanya mengandalkan pengendalian menggunakan pestisida. Yang menjadi permasalahn
utama dalam budidaya jagung adalah pengendalian dan pengelolaan OPT.
Pengendalian OPT yang dilakukan oleh petani selama ini hanya mengandalkan
pengendalian dengan teknik pemanfaatan pestisida. Sehingga banyak terjadi pencemaran
lingkungan dan hasil yang terus menurun dari tahun ketahun, dan munculnya OPT yang
resisten terhadap pestisida.
Melihat kerugian yang ditimbulkan oleh pestisida, maka muncul teknik Pengendalian
Hama Terpadu sebagai solusi pengendalian OPT pada budidaya jagung. Teknik
pengendalian hama terpadu adalah teknik pengendalian OPT yang berorientasi
lingkungan, dan pengaplikasian pestisida adalah pilihan pengendalian yang terakhir.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan percobaan dalam
bentuk praktikum dengan judul “Penerapan Teknik Pengendalian Hama terpadu pada
Budidaya jagung” di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan adalah:


1. Bagaimana teknik pengendalian hama terpadu pada budidaya jagung?
2. Bagaimana hasil produksi jagung dengan teknik Pengendalian Hama Terpadu?

3. Bagaimana perbandingan hasil produksi jagung teknik Pengendalian Hama Terpadu


dengan teknik Konvensional.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui teknik pengendalian hama terpadu pada budidaya jagung.
2. Mengetahui hasil produksi jagung dengan teknik Pengendalian Hama Terpadu.
3. Mengetahui perbandingan hasil produksi jagung teknik Pengendalian Hama Terpadu
dengan teknik konvensional.

1.4 Luaran yang diharapkan

Adapun luaran yang diharapkan adalah sebagai berikut:


1. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang budidaya jagung secara terpadu.
2. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang teknik Pengendaliah Hama
Terpadu pada budidaya jagung.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Deskripsi Tanaman Jagung
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari famili
rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan
bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal
menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan
orang Inggris menamakannya corn.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam
80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh
kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi.
Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang
dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas
teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan
(seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Akar jagung tergolong
akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada
kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku
batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak
dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum.
Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset.
Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung
cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna.
Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar
dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada
daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi
sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman
menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang
disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga
jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari
berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh
dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa
varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini
daripada bunga betinanya (protandri).
Klasifikasi jagung
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L

Jenis jagung dapat dikelompokkan menurut umur dan bentuk biji.


 Menurut umur, dapat digolongkan menjadi:

a. Berumur pendek. 75-90 hari. Contoh: Genjah warangan, Genjah kertas, Abimanyu
dan Arjuna.

b. Berumur sedang. 90-120 hari. Contoh: Hibrida C 1, Hibrida Pioneer 2, Hibrida


IPB 4.

c. Berumur panjang. Lebih dari 120 hari. Contoh: Bima dan Harapan, Bastar, Kania
Putih.

 Menurut bentuk biji, dapat digolongkan menjadi:

a. Dent corn

b. Flint corn

c. Sweet corn

d. Pop corn
e. Flour corn

f. Pod corn

g. Waxy corn

Varietas unggul mempunyai beberapa sifat, yaitu berproduksi tinggi, berumur genjah,
tahan serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini
dapat dibagai menjadi 2, yaitu jagung hibdirda dan arietas jagung bersari bebas.
Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya. Tanaman jagung
banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai
macam keperluan seperti:
a. Batang dan daun muda untuk pakan ternak;

b. Batang dan daun tua untuk pupuk hijau atau kompos;

c. Batang dan daun kering untuk kayu bakar;

d. Batang jagung untuk turus, bahan kertas;

e. Buah jagung muda untuk konsumsi;

f. Biji jagung tua untuk pengganti nasi, roti jagung, tepung, industri farmasi,dan lain
sebagainya.

Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa
Barat, Jawa Timur, Madura, D.I.Yogyakarta, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan
Maluku. Khusus di daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan
secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya.

2.2 Analisis Agroekosistem Daerah Penanaman


Jatinangor merupakan sebuah kecamatan di kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pada Peta
Rupabumi Digital Indonesia No. 1209-301 Edisi I tahun 2001 Lembar Cicalengka yang
diterbitkan oleh Bakonsutranal masih dijumpai nama Kecamatan Cikeruh untuk daerah yang
saat ini dikenal sebagai Kecamatan Jatinangor. Pada beberapa dokumen resmi dan setengah
resmi saat ini, masih digunakan nama Kecamatan Cikeruh. Kecamatan ini terletak pada
koordinat 107o 45’ 8,5” – 107o 48’ 11,0” BT dan 6o 53’ 43,3” – 6o 57’ 41,0” LS.
Sebagaimana daerah lain di kawasan Cekungan Bandung, iklim yang berkembang di
Jatinangor adalah iklim tropis pegunungan. Titik terendah di kecamatan ini terletak di daerah
Desa Cintamulya setinggi 675 m di atas permukaan laut, sedangkan titik tertingginya terletak
di puncak Gunung Geulis setinggi 1.281 m di atas permukaan laut. Sungai-sungai penting di
Jatinangor meliputi Ci Keruh, Ci Beusi, Ci Caringin, Ci Leles, dan Ci Keuyeup.
Geomorfologi daerah Jatinangor meliputi tiga satuan geomorfologi, yaitu :
1. Satuan geomorfologi pedataran volkanik, di bagian selatan.
2. Satuan geomorfologi perbukitan volkanik landai, di bagian utara.
3. Satuan geomorfologi perbukitan volkanik terjal, di bagian timur.
Geologi daerah Jatinangor terdiri dari tiga satuan batuan (Silitonga, 1972), yaitu :
1. Satuan hasil gunung api muda. Berumur Kuarter, didominasi oleh batuan
volkaniklastik, tersebar di bagian utara dan tengah daerah Jatinangor. Satuan ini
tersingkap baik di aliran Ci Keruh.
2. Satuan lava gunung api muda. Berumur Kuarter, didominasi oleh lava, merupakan
batuan utama pembentuk Gunung Geulis.
3. Satuan endapan danau. Berumur Kuarter, didominasi oleh batuan sedimen yang
merupakan sisa endapan Danau Bandung, tersebar di bagian baratdaya daerah
Jatinangor.

2.3 OPT Tanaman Jagung


Dibawah ini akan dipaparkan beberapa OPT yang diprediksikan akan menyerang areal
pertanaman jagung, berdasarkan pada agroklimat daerah setempat.
Hama pada tanaman jagung
1. Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis Guen)
• Klasifikasi OPT :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Ostrinia
Species : Ostrinia furnacalis Guen
• Bioekologi
Ngengat : aktif malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi pertahun,
umur
imago/ngengat dewasa 7-11 hari.
Telur : bentuk telur pipih aga k oval mengkilap, diletakkan berkelompok,
satu kelompok telur beragam antara 30- 50 butir, seekor ngengat betina
mampu meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4 hari. Ngengat betina
lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi dan telur di
letakkan pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9,
umur telur 3-4 hari,
Larva : larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan
berpindahpindah, larva muda makan pada bagian alur bunga jantan, setelah
instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari.
Pupa : biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah
merahan, umur pupa 6-9 hari.
• Gejala Serangan
Larva O. furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagian
tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang,
bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah.
Larva juga merusak buah jagung. Bila tanaman tidak patah, umumnyta jagung
menjadi kecil dan biji yang terbentuk hanya kecildan sedikit.
2. Ulat grayak (Spodoptera Litura)
• Klasifikasi OPT
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Species : Spodoptera litura
• Bioekologi
Ngengat : dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-
perakan, sayap belakang berwarna keputihan, aktif malam hari.
Telur : berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada
daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan,
berkelompok (masing-masing berisi 25 – 500 butir) tertutup bulu seperti
beludru.
Larva : mempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas
berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup
berkelompok. Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari
bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab). Biasanya ulat berpindah ke
tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar
Pupa : Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa
rumah pupa (kokon) berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6
cm.
Siklus hidup : berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari,
larva yang terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari).
• Gejala serangan :
Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak
berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas,
transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di
permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau. Larva instar
awal hanya memakan bagian tepio daun sementara larya yang sudah besar
memakan seluruh daun.
• Tanaman inang lainnya :
Hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tomat, kubis, cabai,
buncis, bawang merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, , tebu, jeruk,
pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp.,
Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., dan Trema sp.
3. Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera)
• Klasifikasi OPT :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Helicoverpa
Species : Helicoverpa armigera
• Bioekologi
Imago : betina H. armigera meletakkan telur pada rambut jagung.
Rata-rata produksi telur mago betina adalah 730 butir, telur meneta dalam tiga
hari setelah diletakkan .
Larva : spesies ini terdiri dari lima sampai tujuh instar .Khususnya
pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24 sampai 27,2o adalah
12,8 sampai 21,3 hari. Larva serangga ini memiliki sifat kanibalisme . Spesies
ini mengalami masa pra pupa selama satu sampai empat hari. Masa pra pupa
dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada
kekerasan tanah.
Pupa : pada umumnya pupa terbentuk pada kedalaman 2, sampai
17,5 cm. Terkadang pula serangga ini berpupa pada permukaan tumpukan
limbah tanaman atau pada kotoran serangga ini yang terdapat pada tanaman.
Pada kondisi lingkungan mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada
suhu 35oC sampai 30 hari pada suhu 15oC.
• Gejala Serangan :
Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah
menetas larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan
biji yang sedang mengalami perkembangan. Serangga ini akan menurunkan
kualitas dan kuantitas tongkol jagung. Hama ini bersifat kanibal sehingga
hanya dapat ditemukan satu larva per tongkol. Serangan pada tongkol muda
dapat mengakibatkan kerusakan yang tinggi sedangkan pada yang tua hanya
akan mengakibatkan kerusakan pada biji-biji di ujung tongkol.

Penyakit pada tanaman jagung


1. Bulai
Penyakit bulai atau downy mildew pada jagung sejak lama menimbulkan kerugian
yang cukup besar, sehingga banyak dikenal diantara petani.
• Klasifikasi OPT
Kingdom : Plantae
Filum : Oomycota
Class : Oomycetes
Ordo : Scelorporales
Family : Scelorosporaceae
Genus : Peronosclerospora
Spesies : Peronosclerospora maydis
• Penyebab : disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis.
Miselium P. maydis berkembang dalam ruang antarsel. Terdapat dua macam
miselium, yaitu yang hifanya bercabang dan membentuk kelompokan-
kelompokan diantara tulang-tulang daun, dan yang hifanya kurang bercabang,
menjalar panjang, dan menghubungkan kelompokan-kelompokan tadi. Hifa
membentuk haustorium yang masuk ke dalam rongga sel.
• Gejala Serangan
Gejala penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih
sampai kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik dan ciri lainnya adalah
pada pagi hari di sisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu putih yang
terdiri dari konidiofor dan konidium jamur. Karena adanya benang-benang
jamur dalam ruang antarselnya, daun-daun tampak kaku, agak menutup, dan
lebih tegak dari biasa.
Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang
meluas keseluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat).
Gejala sistemik terjadi bila infeksi jamur mencapai titik tumbuh sehingga
semua daun yang dibentuk terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai
pada umur masih muda biasanya tidak membentuk buah, tetapi bila infeksinya
pada tanaman yang lebih tua masih terbentuk buah dan umumnya
pertumbuhannya kerdil.
2. Hawar daun
• Klasifikasi OPT
Kingdom : Plantae
Filum : Amastigomyceta
Class : Deuteromycetes
Ordo : Hypales
Family : Dematiaceae
Genus : Helminthosporium
Spesies : Helminthosporium turcicum
• Penyebab : disebabkan oleh H. turcicum. Jamur membentuk konidiofor
yag keluar dari mulut kulit. Konidium lurus atau agak melengkung, jorong
atau membentuk gada terbalik.
• Gejala serangan
Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak
semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan
disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5_15
cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang
menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau
mengering dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot.
Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun
atau pada sisa sisa tanaman di lapang.
3. Karat
Penyakit karat pada jagung di Indonesia menarik perhatian pada tahun 1950-an.
Penyakit ini terdapat di seluruh Indonesia.
• Klasifikasi OPT
Kingdom : Plantae
Genus : Puccinia
Spesies : Puccinia sorghi
• Penyebab : Puccinia sorghi. Jamur mempunyai uredium (urediosorus)
pada kedua sisi daun dan upih daun, tapat atau jarang, tersebar tidak menentu.
Urediospora bulat atau jorong, berdinding coklat atau kemerahan. Jamur
membentuk telium terbuka, berwarna hitam, di tempat yang sama dengan
uredium biasanya pada tanaman masak. P. sorghi diketahui membentuk
piknium dan aesium. Piknium pada kedua sisi daun, mengelompok sampai
lebih kurang 6 pada suatu tempat. Aesium hanya pada sisi bawah daun,
mengelilingi piknium. Aesiospora bulat atau jorong, berdinding hialin.
• Gejala serangan :
Puccinia sorghi membentuk urediosorus pada kedua permukaan daun.
Urediosorus panjang atau bulat panjang pada daun. Epidermis pecah sebagian
dan massa spora dibebaskan yang menyebabkan urediosorus berwarna coklat
atau coklat tua. Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval
terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia
menghasilkan uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting
sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan
sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah
sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau
musim kemarau.
• Daur penyakit :
P. sorghi mempertahankan diri pada tanaman jagung yang hidup, dan
dipencarkan urediospora yang dapat ternagkut jarak jauh oleh angin dan tetap
hidup.
Bab III
Rencana dan Program Kegiatan
3.1 Jenis Program Kegiatan
Pada kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan, masing-masing kelompok
mahasiswa akan diberi demplot berukuran 3 x 4. Pada lahan tersebut, tiap kelompok
mahasiswa akan melakukan penanaman sesuai dengan komoditas yang telah ditetapkan
serta dengan metode yang telah ditetapkan pula. Untuk kelompok I, tanaman
komoditasnya adalah jagung. Plot tersebut akan ditanami jagung dengan menggunakan
metode PHT.
3.1.1 Penanaman Tanaman Jagung dengan Metode PHT
a. Penggunaan Benih Berkualitas
Benih dengan kualitas yang prima (daya tumbuh dan vigornya cukup tinggi)
diperlukan untuk memacu keseragaman dan kecepatan pertumbuhan. Benih
dengan kualitas fisiologi yang tinggi juga lebih toleran pada kondisi lingkungan
tumbuh yang kurang optimal dibanding benih dengan kualitas fisiologi yang lebih
rendah, serta lebih efektif memanfaatkan pupuk dan hara lain yang ada di dalam
tanah. Pada lingkungan pertumbuhan yang sama dengan menipulasi hara yang
sama, benih dengan vigor yang tinggi akan tumbuh lebih baik dibanding dengan
pertumbuhan tanaman dari benih yang kurang vigor.
Benih yang digunakan dalam praktukum kali ini adalah benih varietas Bisi II.
Benih tersebut tergolong bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologinya, serta
daya tumbuh benih lebih dari 90%.
Kebutuhan benih dalam areal satu hektar adalah 20-30 kg. Karena luas lahan yang
akan digunakan berukuran 3 x 4 meter, maka benih yang dibutuhkan adalah
sebesar 0.36 kg. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA
(dosis 2-4 cc/lt air semalam). Hal tersebut bertujuan untuk merangsang
pertumbuhan benih, karena POC NASA tersebut berperan sebagai zat pengatur
tumbuh
b. Penyiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari sisa tanaman
sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, kemudian dicangkul.
Tujuan dari pencangkulan ini selain untuk memperbaiki struktur tanah sehingga
memiliki porositas serta aerasi yang bauk, penncangkulan yang dilakukan juga
bertujuan sebagai salah satu tindakan preventif dalam pengendalian OPT. Hal
tersebut dikarenakan dengan membalikan tanah (mencangkulnya) maka dapat
memutus siklus hidup hama yang mengalami stadia pupa didalam tanah, salah
satunya adalah Helicoverpa armigera yang merupakan salah satu hama utama
oada pertanaman jagung.
Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan.
Sebelum tanam, lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk
kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.
c. Populasi Tanaman
Populasi tanaman sangat tergantung pada varietas, lingkungan pertumbuhan
tingkat kesuburan tanah dan distribusi curah hujan / ketersediaan air. Dalam hal
ini dilakukan pengaturan jarak tanam yaitu sebesar 75x25 cm. Pada umumnya
jarak tanam yang digunakan adalah sebesar 70x20 cm, namun dalam hal ini, jarak
tanam tersebut lebih diperlebar 5 cm dengan tujuan untuk menjaga keadaan iklim
mikro. Selain itu pelebaran jarak tanam tersebut juga didasarkan pada
pertimbangan penanaman, dimana dalam hal ini penanaman dilakukan pada
musim hujan, biasanya pada keadaan terrsebut kelembaban areal pertanaman
relatif lebih tinggi. Selain jarak tanam, hal lain yang perlu diperhatikan adalah
mengenai lubang tanam. Lubang tanam ini dibuat dengan cara ditugal dengan
kedalaman 2-3 cm, dan tiap lubang hanya diisi 2 butir benih.
d. Pemupukan
Pemupukan ini merupakan suatu usaha untuk membuat tanah menjadi lebih subur
dan tanaman dapat berproduksi sesuai hasil yang diharapkan. Tujuan pemupukan
ini adalah untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman, yang akhirnya akan
meningkatkan produktivitas dari tanah yang bersangkutan.
Dalam hal ini pemupukan akan dilaksanakan dengan mengikuti jadwal dan dosis
sebagai berikut:
Waktu Dosis Pupuk Makro Dosis
Urea TSP KCL POC NASA
Perendaman Benih - - - 0.0048 cc/1.2 mL
0.144 0.096
Pupuk dasar Kg Kg 0.03 Kg 1/2 tutup per 1/4 tangki
2 Minggu - - - 1/8 tutup per 1/4 tangki
Susulan 1 (3 0.138 0.066
Minggu) Kg - Kg -
4 Minggu - - - 1/8 tutup per 1/4 tangki
Susulan 2 (8 0.138
Minggu) Kg - - 1/8 tutup per 1/4 tangki

Dosis yang digunakan telah disesuaikan dengan luas lahan yang akan digunakan
yaitu sebesar 3 x 4 m. Pupuk POC Nasa yang digunakan merupakan pupuk mikro
sedangkan Urea, TSP dan KCl merupakan jenis pupuk makronya.
Pemberian pupuk mikro pada saat perendaman benih bertujuan untuk merangsang
pertumbuhan benih, hal tersebut dikarenakan beberapa zat yang terkandung
didalam POC berfungsi sebagai zat perangsang tumbuh.
Pupuk dasar diberikan pada saat pengolahan tanah dilakukan. Pemberian pupuk
dasar ini bertujuan untuk memberikan asupan unsur hara makro pada saat benih
tanaman jagung mulai ditanam, sedangkan pemberian POC Nasa sebagai pupuk
dasar ini berfungsi sebagai penyedia unsur hara mikro tanaman serta memacu
pertumbuhan tanaman dan akar. Pada saat umur 2 minggu setelah tanam (2 MST),
pengaplikasian pupuk POC nasa dilakukan. Sedangkan pada umur 3 MST
diberikan pupuk susulan I dengan pemberian Urea 0.138 Kg dan KCl 0.066 Kg.
Pada umur 4 mst, tanaman hanya diberi pupuk mikro POC Nasa dn pada umur 8
MST diberikan pupuk susulan ke 2, yaitu hanya pupuk urea saja dengan dosis
0.138 Kg.
e. Pemeliharaan
• Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau
gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara
langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang
akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang
tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis
benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
• Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang
masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil. Penyiangan diusahakan
agar tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih
belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari.
• Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh
posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang
bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat
tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di
sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian
ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang
memanjang.
• Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah
telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang
tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air
pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
f. Monitoring berkala setiap dua kali dalam seminggu, untuk mengontrol dan
mengetahui kondisi areal pertanaman jagung. Selain itu, selama monitoring juga
dilakukan sanitasi diareal tanaman jagung.
g. Pengendalian OPT
Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya, telah dijelaskan berbagai jenis
OPT yang diprediksi dapat menyerang areal pertanaman jagung yang
dibudidayakan. Maka dengan demikian, tindakan yang akan dilakukan baik dalam
rangka pencegahan maupun pengendalian dijelaskan dalam skema berikut,
3.2 Rencana Anggaran
No. Kegiatan Volume Biaya
1 Benih Jagung Bisi II 1 Kantong 200.000
2 Pupuk Kandang 6 Kg 15.000
3 Pupuk Urea 1 Kg 50.000
0.2
4 Pupuk TSP 5 Kg 3.000
0.2
5 Pupuk KCl 5 Kg 3.000
6 POC Nasa 1 Botol 40.000
7. GLIO 1 Pak 35.000
8 Embrat 1 Buah 25.000
9 Ember 2 Buah 20.000
10 Cangkul 2 Buah 80.000
11 Feromon seks 1 Botol 20.000
12 Parasitoid Telenomus 1 Bungkus 10.000
13 Parasitoid Trichogamma 1 Bungkus 10.000
14 Cendawan Metharhizium 1 Bungkus 30.000
15 Insektisida Decis 1 Botol 50.000
16 Fungisida Mankzoeb 1 Botol 40.000
Total

3.3 Jadwal Kegiatan

Bulan
No Kegiatan ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan Prasarana dan
1
sarana
Pengolahan Tanah Areal
2
Pertanaman
3 Pemberian Pupuk
4 Penanaman Jagung
5 Monitoring Lapangan
6 Sanitasi Lahan
7 Pemasangan Perangkap
8 Pengaplikasian Parasitoid
Pengaplikasian Agen
9
Antagonis
Pengaplikasian Fungisida
10
Nabati *
Pengaplikasian Fungisida
11
Sintetik *
Pengaplikasian Insektisida
12
Sintetik*
13 Pengamatan Akhir
14 Penyusunan Laporan Akhir
Keterangan:
• Pemberian pupuk pada minggu ke tiga adalah pupuk dasar, kemudian pemberian
pupuk pada minggu ke dua bulan ke dua (2MST), pemberian pupuk pada minggu ke-3
yang merupakan pemberian pupuk susulan II, pemberian pupuk pada 4 MST, dan
pemberian pupuk terakhir yaitu pupuk susulan II pada umur tanaman 8 MST.

• pemberian parasitoid Trichogramma sp.

• pemberian parasitoid Telenomus sp


• Sanitasi dan monitoring lapangan dilakukan setiap dua kali dalam seminggu, selama
masa penanaman.
• Untuk pengaplikasian fungisida dan insektisida baik yang bersifat sintetik maupun
buatan, dikondisionalkan dengan intensitas serangan OPT yang menyerang tanaman
budidaya.

Bab IV
Penutup
Demikianlah rancangan proposal budidaya jagung dengan penerapan metode PHT
yang kelompok kami ajukan. Adapun data ataupun informasi yang digunakan berdasar
kepada sumber-sumber terkait. Akhir kata, semoga dapat berfungsi sebagai petunjuk teknis
dalam pelaksanaannya.
Daftar Pustaka

Suharto. 2007. Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Yogyakarta: Andi
Untung, Kasumbogo. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University
Press
Bakhri, Syamsul. 2007. Budidaya Jagung dengan Konsep Pengelolaan Tanaman Terpadu.
Departemen Pertanian Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTPP) Sulawesi Selatan
Jagung Zea mays. Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi

Anda mungkin juga menyukai