FEBRINA HERAWANI
FEBRINA HERAWANI
Studi Kasus
Ketua : Ir.Nursanti,S.Hut.,M.Si.IPM
Penguji Utama : Ir. Rike Puspitasari Tamin, S.Hut, M.Si, IPM
Anggota : Ir.Riana Anggraini,S.Hut.,M.Si.IPM
Menyetujui,
Pembimbing Studi Kasus
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kehutanan
i
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN BEBAS PLAGIARISME
NIM : D1D222009
1. Studi kasus ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan dimana
pun dan/atau oleh siapapun juga.
2. Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari berbagai pihak yang diterima selama
penelitian dan penyusunan Studi Kasus ini telah dicantumkan/dinyatakan pada
bagian yang relevan, dan Studi Kasus ini bebas dari plagiarisme.
3. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Studi Kasus ini telah diajukan atau dalam
proses pengajuan oleh pihak lain dan/atau terdapat palgiarisme di dalam Studi
Kasus ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan pasal 12 ayat (1)
butir (g) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Penaggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, yakni Pembatan
Ijazah.
Febrina Herawani
ii
RINGKASAN
iii
RIWAYAT HIDUP
iv
KATA PENGANTAR
Febrina Herawani
v
DAFTAR ISI
vi
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................................51
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................51
5.2 Saran ............................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................52
LAMPIRAN ............................................................................................................54
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 31. Muscidae 2 .........................................................................................39
Gambar 32. Muscidae 3 .........................................................................................39
Gambar 33. Noctuidae ...........................................................................................40
Gambar 34. Probosis ..............................................................................................40
Gambar 35. Pyrallidae ............................................................................................41
Gambar 36. Caeciliusidae 1 ...................................................................................42
Gambar 37. Caeciliusidae 2 ...................................................................................42
Gambar 38. Psyllidae ............................................................................................42
Gambar 39. Tetranycidae 1 ....................................................................................43
Gambar 40. Tetranycidae 2 ....................................................................................44
Gambar 41. Famili 1 ..............................................................................................44
Gambar 42. Entomobrydae 1 .................................................................................45
Gambar 43. Sminthuridae 1 ...................................................................................46
Gambar 44. Sminthuridae 2 ...................................................................................46
Gambar 45. Entomobrydae 2 .................................................................................46
Gambar 46. Phleothripidae 1 .................................................................................47
Gambar 47. Thripidae ............................................................................................48
Gambar 48. Phleothripidae 2 .................................................................................48
Gambar 49. Gryllidae (nimfa) ................................................................................48
Gambar 50. Tetrigidae ...........................................................................................49
Gambar 51. Acrididae ............................................................................................50
ix
BAB I
PENDAHULUAN
10
herbivora atau serangga pemakan tumbuhan, karnivora atau serangga
pemakan hewan atau pemakan serangga lainnya, dan pemakan
bangkai atau detrifor (Strong et al. 1984) . Serangga merupakan
organisme yang banyak ditemukan dan beragam jenisnya di dunia
dan masih belum banyak ditemukan dan beragam jenisnya di dunia
dan masih belum banyak dari keragamannya yang terdeskripsi secara
jelas, inventarisasi dasar dimana status keberadaannya. Masih sangat
sedikit pemanfaatan spesies serangga yang potensial untuk dijadikan
sebagai indikator biologi untuk penilaian terhadap perubahan
ekosistem (Jurzenski et al. 2012). Serangga sebagai salah satu fauna
yang ada, merupakan aspek yang menarik untuk dikaji lebih lanjut.
Di Indonesia ditemukan berbagai macam spesies serangga,
karena memiliki iklim yang relatif stabil yaitu beriklim tropis,
sehingga berbagai macam flora dan fauna dapat hidup dan
berkembang biak. Salah satu kekayaan Indonesia yaitu terdapat pada
Filum Arthopoda (Alfianingsih et al. 2022). Serangga sering disebut
sebagai Hexapoda dan termasuk ke dalam kelas Atrhopoda.
Serangga memiliki kelimpahan yang sangat banyak dengan
keragaman jenis terbanyak di dunia. Hingga saat ini telah
teridentifikasi sebanyak 750.000 spesies yang diketahui oleh
manusia dan tiap tahun masih ada ribuan jenis baru untuk diberi
deskripsinya (Farb 1980).
Proses identifikasi serangga merupakan salah satu kegiatan
yang dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai perannya di
ekosistem sebagai herbivor, karnivor atau detrivor. Dalam proses
identifikasi terlebih dahulu melihat ciri-ciri morfologi, anatomi,
taksonomi, perilaku, dan ciri bioekologinya (Ferawati & Widiani N
2012).
Collaborative Research Centre 990 (CRC 990- EFForTS)
merupakan salah satu proyek kerja sama penelitian internasional
antara Universitas Jambi (UNJA), Institut Pertanian Bogor (IPB),
Universitas Tadulako (UNTAD) dan Universitas Gottingen Jerman
11
dimana topik kerja sama penelitian ini mengkaji Fungsi Ekologi dan
Sosial Ekonomi Sistem Transformasi Hutan Hujan Tropis Dataran
Rendah (Sumatra, Indonesia).
Penulis sendiri bergabung dengan CRC sebagai asisten peneliti
di laboratorium yang mempunyai tugas dan peranan dalam
melakukan identifikasi serangga yang didapat dari hasil sampling
peneliti, dan mengelompokkan serangga sampe tahap Ordo,
sehingga didapatkan tentang keanekaragaman ordo serangga yang
ada di sekitar landskap TNBD dan Hutan Harapan. Pengambilan
sample serangga dilakukan dengan metode Fogging dan mengambil
serasah untuk mendapatkan keanekaragaman serangga tanah dengan
metode winkler extractor. Proses identifikasi serangga ini
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman
serangga pada berbagai landscape pada proyek CRC 990-EFForTS,
menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya mengenai peranan serangga.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
13
terjadi dari bentuk telur kemudian menjadi larva hingga menjadi bentuk
sempurna.
Serangga atau insekta dikelompokkan menjadi dua sub kelas yaitu
Apterygota (tidak bersayap) dan Pterygota (bersayap) (Rioardi 2009).
Mata Insekta berupa mata majemuk dan mata tunggal. Mata majemuk atau
mata faset terdiri dari beberapa ribu ommatidia, sehingga bayangan yang terlihat
oleh insekta adalah mozaik, sedangkan mata tungga memiliki lensa kornea
tunggal, yang dibawahnya terdapat kornea dan retina, sehingga mata tunggal
Insekta tidak berfungsi membentuk bayangan, melainkan untuk membedakan
intensitas cahaya.
Insekta memiliki sepasang antena beruas yang terletak di kepala, biasanya
14
terdapat di antara atau bawah mata majemuk. Fungsi utama antena serangga yaitu
untuk indra perasa dan bertindak sebagai organ pengecap, pembau dan pendengar.
Antena serangga terdiri dari tiga bagian, yaitu Skape (batang dasar), Pedikel (ruas
kedua) dan Flagellum (ruas sisanya).
Antena serangga memiliki bentuk dan ukuran yang beragam yang juga
dapat digunakan dalam Identifikasi, yaitu:
a. Setaceus
Berbentuk seperti duri, ruas-ruasnya lebih mengecil pada bagian ujung
sepeerti rambut kaku (seta), makin ke ujung ruas-ruas antena makin ramping,
misalnya Isoptera
b. Filiform
Berbentuk seperti benang, setiap ruas memiliki ukuran yang hampir sama dan
biasanya berbentuk silindris, meyerupai tambang, tiap-tiap segmen yang
membentuk antenna ukurannya sama, misalnya antenna pada Valanga sp.
(Orthoptera)
c. Moniliform
Antena berbentuk seperti untaian tasbih, ukuran ruas-ruasnya sama dan
relative berbentuk bulat seperti manik-manik, ruas-ruas antenna berukuran
sama dan berbentuk bulat, mislanya Rhysodidae.
d. Serrata
Antena berbentuk seperti gergaji, ruas-ruas terutama yang terdapat pada
15
setengah atau dua pertiga dari ujung antenna berbentuk segitiga, tiap-tiap
segmennya berbentuk seperti gigi, misalnya Elateridae.
e. Pektinate
Antena memiliki bentuk seperti sisir yang berupa ruas-ruas dengan juluran
lateral yang langsing dan panjang, setiap segmen memanjang kearah samping
seperti sisir, misalnya Pyrochoroidae.
f. Clavate
Seperti miniliform tapi agak membesar kebagian ujungnya, misalnya
Coccinellidae
g. Kapitate
Ruas-ruas di sebelah ujung antenna meningkat garis tengahnya dan
peningkatannya terjadi secara tiba-tiba, seperti clavate tetapi perbesaran ruas-
ruas terakhir tiba-tiba membesar, misalnya Nitidulidae.
h. Lamellate
Bila ruas-ruas ujung meluas ke samping membentuk gelambir-gelambir
seperti piring yang bulat atau oval, segmen paling ujung membesar dan
menjadi lempengan, misalnya Scarabaidae.
i. Flabelate
Bila ruas-ruas ujung seperti lembaran yang sisinya sejajar dan panjang atau
gelambir-gelambir berbentuk lidah meluas ke samping, semua segmen setelah
pedicel bentuknya seperti lempengan, misalnya Rhipiceridae.
j. Genikulata
Berbentuk siku, dengan ruas pertama panjang dan ruas-ruas berikutnya kecil
dan membengkok pada satu sudut dengan yang pertama, contoh pada
kumbang Chalcididae.
k. Plumosa
Berbentuk seperti bulu, kebanyakan ruas-ruasnya memiliki rambut-rambut
panjang, setiap segmen berambut lebat dam panjang misalnya nyamuk jantan.
l. Aristate
Ruas terakhir biasanya membesar dan mengandung bulu-bulu dorsal yang
16
banyak, yaitu arista, seakan-akan dari segmen antena keluar lagi antenna,
misalnya Muscidae seperti lalat rumah
m. Stilate
Ruas terakhir memiliki juluran yang berbentuk seperti stili atau jari yang
memanjang, segmen terakhir runcing dan agak panjang, misalnya Asilidae.
n. Bentuk Gada
Ruas-ruas di sebelah ujung antena meningkat garis tengahnya dan
peningkatannya terjadi secara bertahap, misalnya pada Tenebrionidae dan
kumbang lady
o. Bipectinate
Setiap segmen memiliki satu pasang rambut.
17
karena mengalami sklerotisasi kuat.
b. Maksila
Maksila merupakan tambahan dari segme kelima kepala, yang biasanya
juga disebut rahang kedua. Maksila terletak dibelakang mandibulata, dan
terdiri dari beberapa bagian yaitu cardo, stipes, galea, dan palpus. Fungsi
dari maksila yaitu untuk menghancurkan makanan.
c. Labium
Labium merupakan tambahan dari segmen keenam kepala, labium terletak
dibelakanng maksila dan terdiri dari submentum, mentum dan prementum.
d. Labrum
Labrum disebut juga dengan bibir atas merupakan tambahan yang
memiliki bentuk seperti sayap yang lebar dan terletak dibawah klipeus
pada sisi anterior kepala.
Elzinga (1978) membagi tipe mulut serangga berdasarkan sumber
makanannya di alam, yaitu:
a. Tipe Pengunyah (Chewing)
b. Tipe Pemotong-Penyerap (Cutting-sponging)
c. Tipe Spon (Sponging)
d. Tipe Sifon (Siphoning)
e. Tipe Penusuk- penghisap (Piercing – sucking)
f. Tipe Pengunyah-peminum (Chewing – lapping)
18
Gambar 4. Tipe-tipe mulut serangga. (A) tipe pemotong penyerap; (B) tipe
spon; (C) tipe sifon; (D) tipe penusuk-penghisap pada nyamuk; (E) tipe penusuk
penghisap pada cicada; (F) tipe pengunyah peminum pada lebah madu; Hphy,
hipofaring; Lb, labium; Lbplp labium palpi; Lm, labrum; Md, madibulata; Mx,
maksila; Mxplp, maksila palpi (Elzinga 1978).
2.2.2 Toraks
Toraks serangga atau Insekta terbagi menjadi tiga segmen tubuh yaitu
prothorax, mesothorax, dan methatorax dimana setiap segmen mengalami
sklerotisasi menjadi keras dan mencegah dinding tubuh merenggang saat serangga
melakukan pergerakan tubuh (Elzinga 1978). Pada setiap segmen terdapat
sepasang kaki, sehingga jumlah kaki serangga enam (heksapoda) karena itu
sehingga serangga masuk dalam kelas heksapoda yang merupakan hewan dengan
enam kaki (Suheriyanto 2008). Rangka dasar dari masing-masing segmen toraks
terdiri dari tergum pada bagian dorsal, stenum pada bagian ventral, dan sepasang
pleura pada bagian lateral (Elzinga 1978).
Masing-masing dari ketiga segmen toraks memiliki sepasang kaki,
sehingga jumlah kaki insekta sebnayak enak buah dan jika terdapat sayap, sayap
insekta terletak pada segmen kedua dan ketiga, yaitu masing-masing terdapat
sepasang sayap (Suheriyanto 2008).
19
a. Ambulatorial
Serangga yang memiliki tipe ini khusus digunakan untuk berjalan, tungkai ini
terdiri dari enam segmen, yaitu koksa, trokanter, femur, tibia, tarsus, dan
pretarsus. Femur dan tibia merupakan segmen yang paling panjang
dibandingkan dengan segmen lainnya, dan diantara keduanya terdapat
tonjolan lutut yang dapat membuat pergerakan serangga diatas tanah menjadi
stabil. Pada tarsus tampak seperti segmen, namun itu hanya pseudosegmen
atau disebut dengan tarsomeres dan pada pretarsus terdapat kuku atau yang
disebut dengan ungues yang berfungsi untuk berjalan di permukaan yang
kasar.
b. Cursorial
Serangga yang memiliki tipe tungkai ini berfungsi untuk berlari dan biasanya
memiliki bentuk tungkai yang memanjang dna ramping yang tujuannya untuk
mengurangi gesekan dengan lingkungannya sehingga memudahkan saat
berlari. Contoh pada kecoak.
c. Saltorial
Serangga yang memiliki tipe tungkai ini termodifikasi berfungsi untuk
melompat. Tipe tungkai ini memiliki femur yang membesar dengan tibial
ekstensor pada femur yang juga membesar, telapak talsalnya juga lebar
dengan terdapat kuku dan biasanya berduri. Kebanyakan tungkai tipe ini
terdapat pada bagian segmen metatoraks. Contohnya pada belalang.
d. Raptorial
Serangga yang memiliki tungkai tipe ini berupa sepasang tungkai depan yang
biasanya termodifikasi untuk menggenggam dan memegang makanannya.
Pada tungkai ini tibia selalu tertarik kembali ke femur saat terjadi kontraksi,
selain itu pada femur dan tibia terdapat banyak duri untuk menusuk
mangsanya supaya tidak terlepas.
e. Natatorial
Serangga yang memiliki tipe tungkai ini termodifikasi untuk berenang, pada
tipe ini pasangan kaki tengah dan kaki belakang bentuknya pipih, dengan
ukuran segmen kurang lebih hampir sama dan pada bagian tarsal terdapat
20
rambut-rambut kasar untuk membantu saat berenang, sehingga insekta
dengan tipe tungkai ini dapat bergerak cepat saat di air.
f. Fossorial
Serangga yang meiliki tungkai dengan tipe ini berupa kaki depan yang
memiliki bentuk memendek, keras dan bergerigi besar pada femur atau tibia
karena tungkai ini digunakan untuk menyapu dan menggali tanah, pada
tungkai tipe ini terdapat tarsi, yaitu seperti tungkai tambahan yang ukurannya
menyusut dan biasanya melipat keluar selama menggali.
g. Clasping
Tungkai tipe ini berupa kaki depan pada kumbnag air tertentu, yang
dimodifikasi untuk memegang kumbang betina pada saat melakukan
kopulasi. Pada beberapa tarsomernya biasanya melebar dengan terdpaat
penghisap dan kuku yang besar sehingga sesuai digunakan dalam
menggenggam erat.
Gambar 6. Tipe tungkai insekta. (A) saltorial; (B) raptorial; (C) fossorial;
(D) natatorial; (E) Clasping; Cx, koksa; Tr, trokanter; Fm, femur, Tb, tibia;
Ts, tarsus (Elzinga 1978).
Sayap pada serangga terletak pada segmen kedua dan ketiga pada toraks,
yaitu pada segmen mesotorakas dan metatoraks. Pada sayap tersebut
21
megandung syaraf, trakea dan hemolimp, selain itu juga tedapat rangka sayap
dengan pola tertentu yang sangat berguna dalam identifikasi. Sistem rangka
sayap yang banyak dipakai adalah sistem Comstock – Needham yang dibuat
oleh John Comstock dan George Needham, yang menyatakan bahwa terdapat
dua macam rangka sayap, yaitu rangka sayap longitudinal dan menyilang.
Pada rangka sayap longitudinal terdiri dari: Kosta (C), Sub Kosta (SC),
Radius (R), Media (M), Kubitus (Cu) dan Anal (A), sedangkan pada rangka
sayap menyilang yaitu menghubungkan rangka-rangka sayap longitudinal
yang utama diberi nama sesuai dengan yang bersangkutan, misalnya: rangka
sayap Humeral (H), Radio-medial (R-m), medial (m) dan medio- cubital (m-
cu) (Suheriyanto 2008).
2.2.3 Abdomen
23
speies belalang (ordo Orthoptera), 170.000 spesies kupu-kupu dan ngengat
(ordo Lepidoptera), 120.000 lalat dan nyamuk (ordo Diptera), 82.000 spesies
kepik (ordo Hemiptera), 360.000 spesies kumbang (ordo Coleoptera), dan
110.000 spesies semut dan lebah (ordo Hymenoptera) (Borror et al. 1992.
24
BAB III
METODE PELAKSANAAN
25
sebagai sub-plot sehingga total keseluruhan plot yang digunakan dikedua lanskap
berjumlah 32 plot atau 96 sub-plot (Desain plot penelitian CRC990 – EFForTS),
(http://www.uni-goettingen.de/en/study-sites-and-experimental-
design/416784.html).
27
3.4. Sortasi dan Identifikasi Serangga
Sampel yang telah dikumpulkan dari lokasi kemudian dilakukan
identifikasi dan sortasi berdasarkan Ordo yang dilakukan di laboratorium CRC990
- EFForTS dengan menggunakan mikroskop stereo. Sample serangga yang
dikumpulkan akan di identifikasi dengan memisahkan serangga berdasarkan Ordo
dengan melihat ciri-ciri morfologi serangga tersebut. Serangga yang di identifikasi
juga dilakukan proses penghitungan jumlah serangga per ordo. Sampel serangga
yang telah diidentifikasi hingga tahap Ordo di simpan dalam tube yang berisi
ethanol 100% analytical grade. Proses identifikasi menggunakan beberapa buku
kunci identifikasi serangga, yaitu Borror et al. (Introduction to the Study of Insects
7th Edition) dan Siwi (Kunci Determinasi Serangga).
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Setelah kegiatan identifikasi selesai maka dilakukan sortasi. Proses
identifikasi saat ini hanya di fokuskan pada ordo. Dari hasil identifikasi
serangga di kelompokkan berdasarkan ordo dimana ordo-ordo serangga
yang diperoleh yaitu Ordo Coleoptera, Orthoptera, Araneae, Blattodea,
Diptera, Lepidoptera, Hymenoptera, Hemiptera, Collembola,
Thysanoptera, Psocoptera, Acarina.
Scutelum
`
Gambar 10. Chrysomelidae
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Coleoptera
Famili : Chrysomelidae
29
Berdasarkan hasil pengamatan ciri-ciri ordo coleoptera yaitu sayap
depan tebal (kasar) dan keras seperti cangkang tanpa membran, sayap
belakang transparan (membranous). Pertemuan sayap kiri dan kanan
membentuk garis tegak lurus sepanjang dorsal. Ciri-ciri morfologi Famili
Chysomelidae Ciri-ciri: Tubuh relatif kecil, pendek, agak pendek gemuk
dan bulat telur,banyak yang berwarna cerah dan mengkilap. Kepala tidak
memanjang menjadi suatu moncong, ujung abdomen biasanya tertutup
elytra. Tarsi nampaknya 4-4-4 tetapi sesungguhnya 5-5-5 (ruas ke-4 kecil).
Larva umumnya abu-abu kehitaman, agak gemuk dan mempunyai seperti
duri-duri di permukaan tubuhnya.
Scutellum
4 mm
Gambar 11 . Elateridae
30
Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14.
Carabidae Cicindelidae Erotylidae
2. Ordo Blattodeae
Antena Pronotum
Sayap depan
4 mm
Cerci
Sayap belakang
31
Ciri-ciri yang didapat dari pengamatan morfologi Blattodea yaitu
memiliki bentuk tubuh pipih yang oval dengan dorso-ventral.
Pronotum lebar menutupi kepala, dilengkapi dengan sepasang mata
majemuk dan satu mata tunggal, antena panjang filiform. Sayap dua
pasang , sayap depan tegmen/tegmina atau tidak ada sedangkan sayap
belakang membran atau tidak ada. Pronotum dan sayap permukaannya
licin, tidak bersisik dan juga tidak berambut. Mulut hipognatus dan
pada kaki terdapat duri-duri.
Famili Blattidae memiliki ciri morfologi kepala tertutup
(pronotum), sayap 2 pasang, berwarna kuning ke coklatan sampe ada
juga yang coklat tua, dan memiliki tiga pasang kaki untuk merayap
(berlari), sisi aterovetral femur depan biasanya dengan banyak duri sisi
posterior jarang. Femur tengah dan belakang dengan beberapa duri pada
kedua sisi (anterior dan posterior)
5 mm
Dorsal Ventral
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Blattodea
Famili : Blattidae
32
3. Ordo Araneae
Pedipalpus
Mata
Cephalothorax
Abdomen
Spinnerets
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Araneae
Famili : Sparassidae
10 mm
5 mm
33
Ciri-ciri Ordo Araneae yang didapatkan dari pengamatan morfologi
spesimen yaitu memiliki empat pasang kaki yang panjang, tubuh dibagi
menjadi dua bagian yaitu cephalothorax dan abdomen serta tidak memiliki
sayap.
Famili Liocranidae ini memiliki 8 buah mata yang tersusun menjadi
2 baris. Laba-laba ini memiliki tungkai yang lebih panjang dari pada
tubuhnya. Ukuran tubuh Famili Liocranidae relatif besar jika dibandingkan
dengan laba – laba famili lain (Deeleman-Reinhold 2001).
Famili Salticidae mudah dikenali melalui pola mata yang memiliki 4
pasang mata dengan median interior yang sangat besar. Mata laba-laba
tersebut tersusun atas 3 baris. Selain itu, Famili Salticidae memiliki ukuran
prosoma berkisar 3,1-3,8 mm dan ophistosoma berkisar 2-5 mm. Struktur
prosoma lebih tinggi letaknya dari ophistosoma. Struktur tubuh seperti ini
berfungsi untuk menempatkan mata yang berukuan besar dan memudahkan
laba-laba untuk melompat jauh (Peng et al. 2022).
4. Ordo Hemiptera
Rostrum
Scutellum
Sayap
12 mm
34
labium yang merusakan alat yang digunakan untuk menusuk, tipe alat muut yaitu
menusuk menghisap Scutellum berbentuk segitiga, sayap depan menebal di
bagian pangkal (dasar) tapi membranous (hemyltra) di ujungnya, sayap dilipat
saling tumpang tindih sehingga membentuk pola segitiga.
Famili Alydidae memiliki ciri-ciri bentuk tubuh yang memanjang dan
sempit, memiliki antena yang panjang, berwarna coklat kelabu. Menurut Borror et
al (1992), famili Alydidae serupa dengan famili Coreidae, tetapi kepalanya lebar
hampir sama panjang dengan pronotum dna tubuh biasanya panjang dan sempit.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
3 mm
4 mm
35
Famili Delpachidae: tibia tungkai belakang memiliki taji besar, sayap
bentuk macroptera (sayap panjang), biasanya mengeluarkan embun madu.
Kingdom : Animalia
Filum : Animalia
Kelas : Insekta
Ordo : Hemiptera
Famili : Delphacidae
Antena
Sayap depan
Thorax 4 mm
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Ichneumonidae
36
sayap belakang lebih kecil dan ada yang tidak ada sayap. Memiliki tiga
pasang kaki pada bagian thorax. Ovipositor ada yang berfungsi sebagai alat
sengat. Pada semut terdapat petiole. Antena semut memiliki 13 ruas atau
kurang dan menyiku.
Famili Ichneumonidae memiliki ciri umumnya mempunyai antena yang
panjang (16 ruas atau lebih), imago mempunyai warna coklat cerah sampe
gelap, memiliki ovipositor yang panjang.
Famili Formicidae (semut) memiliki morfologi yang sangat mudah
sebagai karakteristik famili formicidae dengan melihat karakter khusus pada
antena yang berbentuk genikulat atau menyiku, tubuh terdiri dari tiga bagian
utama dengan berbagai karakter seperti kepala, mesosoma dan metasoma.
Perbedaan famili formicidae dengan serangga lainnya adanya
penggentingan pengecilan ruas ke-2 (petiole) dan ruas ke-3 (post-petiole).
Thorax (dada)
Petiole
Antena
Mata
3 mm Abdomen(perut)
Mandible
kaki
37
2 mm
3 mm
6. Ordo Diptera
Mata majemuk
Helter
Sayap depan
Diptera
7 mm
38
dan mempunyai mata majemuk besar.
Famili Tipulidae memiliki cir-ciri panjang 7 mm, sayap terdapat hiasan
seperti garis yang berpola, kepala tidak terlalu besar dan memiliki mulut yang
panjang seperti nyamuk. Famili Tipulidae umumnya memiliki tungkai yang
biasanya panjang dan ramping serta mudah putus.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Famili : Tipulidae
5 mm
4 mm
39
ciri morfologi yaitu atena aristat dengan tiga ruas, ruas terakhir paling besar
dan berbentuk silinder. Tipe alat mulut menjilat menghisap, panjang tubuh 5-
6 mm, berwarna hitam ke abu-abuan dengan empat garis memanjang pada
bagian dorsal. Sayapnya mempunyai 4 vena yang melengkung tajam ke arah
kosta mendekati vena 3.
7. Ordo Lepidoptera
Antena
Sayap depan
8 mm
Sayap belakang
Probosis
40
dengan probosis untuk menghisap
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
4 mm
41
8. Ordo Psocoptera
Antena
Sayap depan
Mata faset
Pterostigma
Clypeus
Sayap belakang
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Psocoptera
Famili : Caeciliusidae
4 mm
3 mm
42
Famili Caeciliusidae memiliki sayap yang panjang, dengan venasi
sayap, pterostigma-rs dan m-cula crossveins tidak ada, sayap belakang dengan
marjinal setae di sekitar sebagian besar sayap.
9. Ordo Acarina
Celicera
Palpus
Kaki
Abdomen
1 mm
43
1 mm
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Acarina
Famili : Tetranycidae
44
10. Ordo Collembola
Antena
Toraks
1 mm
Abdomen
Furkula
Gambar 42. Entomobryidae 1
45
1 mm
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Collembola
Famili : Entomobrydae
46
11. Ordo Thysanoptera (thrips)
Antena
Sayap rumbai
1 mm
Ovipositor
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Thysanoptera
Famili : Phleothripidae
Kata Thysanoptera berasal dari bahasa yunani, yaitu thysano (rumbai-
rumbai) dan ptera (sayap). Ciri khas dari serangga ordo thysanoptera adalah sayap
yang berumbai. Venasi sayap tereduksi. Warna tubuh coklat kehitaman dan ada
juga yang berwarna putih ke kekuningan. Tipe alat mulut meraut menghisap.
Ujung abdomen seperti tabung.
Famili Phleothripidae memiliki ciri mofologi yaitu pada bagian segmen
ujung abdomen berbentuk tubular. Sayap tidak memiliki venasi dan seta,
permukaan sayap licin.
Famili Thripidae memiliki ciri-ciri morfologi yaitu ovipositor mengarah ke
bawah, antena berjumlah 7 atau 8 segmen sangat jarang 6 atau 9 segmen.
Memiliki sensoria pada segmen 3 dan 4 berbentuk sederhana atau mengerucut
seperti garpu. Sayap sempit hanya dengan satu venasi melintang (Sartiami 2008).
47
1 mm
Antena
12 mm Kaki depan
Abdomen (sersi)
48
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Thysanoptera
Famili : Phleothripidae
10 mm
49
13 mm
4.3 Pembahasan
Serangga arboreal adalah serangga yang sebagian hidupnya dihabiskan
di atas kanopi pepohonan. Beberapa ordo serangga yang di temukan dari
pengasapan (fogging) beberapa serangga yang berperan sebagai parasatoid seperti
ordo Hymenoptera, selain sebagai parasitoid beberapa ordo Hymenoptera juga ada
yang berperan sebagai predator dan penyerbuk. Serangga dari Ordo Coleoptera
juga dalam memainkan peranan penting dalam fungsi ekosistem sebagai indikator
perubahan lingkungan. Beberapa serangga penyerbuk juga berasal dari ordo
Hymenoptera, ordo Lepidoptera, Diptera dan Coleoptera. Serangga penyerbuk
sendiri merupakan serangga yang membantu pemindahan serbuk sari dari tangkai
sari ke pistil bunga. Beberapa serangga tanah juga di dapat dari hasil sampling
seperti ordo Collembola, Acarina. Collembola umumnya dikenal sebagai
organisme yang hidup di tanah dan memiliki peran penting sebagai perombak
bahan organik tanah. Begitu juga dengan ordo Acarina yang ditemukan berperan
dalam dekomposisi serasah, berpengaruh dalam dinamika populasi jamur dan
sebagai predator terhadap telur dan larva nematoda. dari hasil yang diperoleh
tidak terdapat perbedaan jenis ordo serangga yang didapat dari dua landskap pada
empat tipe penggunaan lahan. Semua jenis ordo yang teridentifikasi, di dapat pada
semua jenis tipe penggunaan lahan dan tidak terdapat keragaman jenis ordo
lainnya.
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Keanekaragaman serangga yang diperoleh pada empat tipe penggunaan
lahan: Rainforest (hutan hujan), Jungle rubber (hutan karet), Rubber plantation
(perkebunan karet), Oil palm plantation (perkebunan kelapa sawit) pada landskap
Hutan Harapan dan TNBD dengan menggunakan dua metode sampling Fogging
dan Winkler ekstactor diperoleh ordo serangga yang sama yaitu terdapat 12 ordo
serangga. Adapun 12 Ordo serangga tersebut adalah Ordo Coleoptera, Ordo
Blattodea, Ordo Araneae, Ordo Hemiptera, Ordo Hymenoptera, Ordo Diptera,
Ordo Lepidoptera, Ordo Psocoptera, Ordo Acarina, Ordo Collembola, Ordo
Thysanoptera, Ordo Orthoptera. Tidak terdapat keragaman ordo serangga yang
didapat dari keempat tipe penggunaan lahan.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode sampling
lainnya seperti beating trap dan lainnya untuk melengkapi keanekaragaman
serangga yang ada di permukaan tanah.
51
DAFTAR PUSTAKA
Alberti M. 2005. The effects of urban patterns on ecosystem function. Int Reg Sci
Rev. 28(2):168-192.
Alfianingsih. F, Dirhamzah, Nurindah. Identifikasi serangga diurnal di Kawasan
Hutan Topidi, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. J. Filogeni, Vol 2, no. 2.
Mei-Agustus, 2022.
Borror, D. J., C. A. Triplehorn. N. F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga. Edisi ke enam (Terjemah drh. Soetiyono Partosoedjono, MSc.)
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Cavalcante, C.A., R. Peterson., S.R. Felipe., C. Antonio., B. Lofego., J. Gilberto,
and D. Moraes. 2017. Complementary description of Neoseiulus tunus
(DeLeon) (Acari: Mesostig ata: Phytoseiidae) and observation on its
reproductive strategy. Labex Agro:AN-10LA BX-0001-01. Acarologia
57(3): 591–599 (2017).
Deeleman-Reinhold, C.L. 2001. Forest Spider of South East Asia: With a
Revision of The Sac and Ground Spiders (Aranea : Clubiodnidae,
Corinnidae, Liocranidae, Gnaphosidae, Prodidomidae and Trochanterriidae),
Leiden: Brill, hal 591
Drescher J, Rembold K, Allen K, Beckschafer P, Buchori D, Clough Y, Faust H,
Fauzi AM, Gunawan D, Hertel D et al. 2016. Ecological and socio-
economic functions across tropical land use systems after rainforest
conversion. Phil Trans R Soc B. 371: 20150275.
Elzinga, R.J.1978. Fundamentals of Entomology. Prentice Hall of India, Private
Limited: New Delhi.
Farb, Peter. 1980. Pustaka Alam Life: Serangga. Edisi kedua. Jakarta: Tira Pustaka
Ferawati, Widiani N. 2012. Identifikasi serangga dan Peranannya pada tanaman
padi di desa Sukarami Aji Kecamatan Buay Sandang Aji, Prosiding, ISBN
No. 978-602-98559-1-1.
Jurzenski J, Albrecht M, Hoback WW. 2012. Distribution and diversity of ant
genera from selected ecoregions across Nebraska. The Prairie Naturalist
44(1):17─29.
Kartikasari H, Heddy YB, Wicaksono KP. 2015. Analysis of Insects Biodiversity
in Malabar Urban Forest as Urban Ecosystem Services of Malang in the
Transitional season. J Produksi Tanaman, Vol.3 No.8. Hlm. 623-632.
Nazaretta R. 2017. Keanekaragaman dan Identifikasi Semut Arboreal di Lanskap
Hutan Harapan dan Taman Nasional Bukit Duabelas dan Hutan Harapan,
Jambi [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Peng X,J. Tso I,M & Li S,Q. 2002. Five New and Four Newly Recorded Spesies
of Jumping Spider from Taiwan (Araneae:Salticidae) Zoological Studies,
vol.41,hal. 3-4
52
Rioardi. 2009. Pengenalan Ordo-Ordo Serangga. Kanisius: Yogyakarta.
Siwi SS. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius: Yogyakarta.
Sartiami D. 2008. Kunci Identifikasi Ordo Thysanoptera pada Tanaman Pangan dan
Hortikultura. J Ilmu Pertanian Indonesia, hlm.103-110.
Smith, M. R. 1973. House Investing Ants of the Eastern United States: Their
Recognation, Biology and Economic Important.Technical Bulletin No.
1326.Agricultural Research Service.United States Departement of
Agricultural.
Strong DR, Lawton JH, Southwood SR. 1984. Insects on plants: Community
patterns and mechanisms. Blackwell Scientific Publicatons.
Suheriyanto, D. 2008. Ekologi Serangga. Malang: UIN Malang Press.
53
LAMPIRAN
54
55
56
57