Anda di halaman 1dari 28

INVENTARISASI JENIS-JENIS JAMUR DIKECAMATAN RAWAS ILIR

KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA

PROPOSAL

MELA ASHADA
NPM : 4219019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya yang berjudul "Inventarisasi Jenis-
Jenis Jamur Di Kecamatan Rawas Ilir Kabupaten Musi Rawas Utara".
Shalawat serta salam semoga senantiasa kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga dan para sahabatnya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis
menyadari bahwa hal ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rudi Erwandi, M.Pd. Selaku Rektor Universitas PGRI


Silampari yang telah memimpin dan mengatur segala hal untuk kemajuan
kampus Universitas PGRI Silampari .
2. Bapak Drajat Friansah, S.Si M.Pd. Selaku Ketua Jurusan MIPA
Universitas PGRI Silampari yang telah memberikan arahan dan bimbingan
yang cukup berarti kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
3. Ibu Fitria Lestari, M.Pd Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi Universitas PGRI Silampari yang telah banyak membantu dan
memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini
4. Bapak Harmoko, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang tak henti
hentinya sekuat tenaga memberikan masukan dan bimbingan sekaligus
motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Nopa Nopiyanti, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
telah berusaha payah memberikan masukan, bimbingan sekaligus
perhatian yang cukup berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidkan Biologi yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan.
ii
7. Keluarga besarku terutama ayah dengan ibu, serta kakak dan ayuk yang
selalu mendoakan, memberikan arahan, dukungan, motivasi dan materi.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Jika skripsi ini masih memiliki kekurangan, penulis berharap serta


berlapang dada menerima saran dan kritik yang bersifat membangun agar
penelitian yang nantinya akan dilaksanakan ini menjadi lebih baik dan
bermanfaat di masa yang akan dating.

Lubuklinggau, Mei 2022

Mela Ashada

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................1

B. fokus dan subfokus penelitian..................................................2

C. Rumusan masalah.....................................................................2

D. Tujuan penelitian......................................................................2

E. Manfaat penelitian....................................................................3

1. Manfaat teoritis.........................................................................3

2. Manfaat praktis.........................................................................3

BAB II KAJIAN TEORITIK..............................................................4

A. Deskripsi Konseptual................................................................4

B. Hasil Penelitian yang Relevan................................................12

BAB III METODE PENELITIAN...................................................14

A. Tempat dan Waktu Penelitian................................................14

B. Latar Penelitian .......................................................................14

C. Metode dan Prosedur Penelitian.............................................15

D. Data dan Sumber Data............................................................18


iv
E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data...............................19

F. Prosedur Analisis Data...........................................................20

G. Pemeriksaan Keabsahan Data.................................................20

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................21

v
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jamur merupakan organisme yang cukup menarik untuk dipelajari lebih
lanjut. Ada lebih dari 7000 jenis jamur yang telah dikenal, jamur hidup di
berbagai tempat seperti di kebun, pertamanan, industri serta pepohonan yang
sudah lapuk sering kita jumpai. Jamur adalah organisme yang unik dari struktur
tubuhnya (mawardi,dkk.2014:2-4)
Jamur dapat ditemukan pada tempat yang lembab dan pada batang
tumbuhan yang lapuk. Jamur memperoleh makanan dengan mengambil
makanan dari bahan organik secara heterotrof. Bahan-bahan organik yang ada
di sekitar tempat tumbuhnya diubah menjadi molekul-molekul sederhana
dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh hifa. Jadi, jamur tidak seperti
organisme heterotrof lainnya dan menelan makanannya kemudian
mencernanya serta diserap ( Hasanuddin, 2014: 38-39)
jamur mampu menguraikan bahan organik, penguraian ini digunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur dan dapat memperkaya
keanekaragaman jenis jamur hidup. Beberapa jenis jamur telah banyak
dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan dan sebagai bahan obat-
obatan tradisional.
Berdasarkan cirinya jamur berkembang biak dengan cara seksual dan
aseksual, ada dua jenis jamur yang yaitu jamur makroskopis dan jamur
mikroskopis. Jamur mikrofis merupakan jamur yang berukuran sangat kecil
sehingga untuk melihat struktur jamur ini secara jelas hanya dapat dilakukan
dengan alat bantu berupa mikroskop (Darwis, dkk. 2011: 1). Sedangkan jamur
makroskopis merupakan organisme eukariota yang digolongkan ke dalam
kelompok cendawan sejati tubuh jamur dinamakan hifa yang berasal dari
spora. Dari bentuk dan ukurannya, tubuh jamur mudah dikenali atau dapat
dilihat dengan mata telanjang tanpa bantuan mikroskop (Gunawan,2008: 18).
Jamur ada yang dapat dikonsumsi memiliki kandungan garam mineral
yang cukup tinggi, ada yang dapat dijadikan sebagai obat dan ada juga yang
1
2

bersifat racun. Jamur yang beracun biasanya warna jamur mencolok tidak
adanya gigitan dari organisme lain dan baunya menyengat karena terdapat
kandungan senyawa sulfida. Jamur biasanya tumbuh di lingkungan yang teduh,
lembab, kebutuhan sinar matahari tidak langsung dan sirkulasi udara yang
sejuk. Lingkungan dataran rendah sangat cocok kehidupan jamur pada
kehidupan jamur makroskopis (Hidayati, dkk, 2015:76).

B. fokus dan subfokus penelitian


Fokus penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Rawas Ilir kabupaten Musi
Rawas Utara. Sub focus pada penelitian ini yaitu jenis-jenis jamur makroskopis
yang ada di kecamatan Rawas Ilir kabupaten Musi Rawas Utara, mengukur
faktor abiotik meliputi suhu serta kelembaban tanah dengan mengunakan alat
termometer dan thermo hygrometer.

C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apa saja jenis-jenis jamur di kecamatan Rawas Ilir kabupaten Musi Rawas
Utara ?
2. Bagaimana faktor abiotik Dikecamatan Rawas Ilir Kabupaten Musi Rawas
Utara ?

D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan Penelitian ini dilaksanakan adalah
1. Untuk mengetahui jenis-jenis jamur di kecamatan Rawas Ilir kabupaten
Musi Rawas Utara
2. Untuk mengetahui faktor abiotik Dikecamatan Rawas Ilir Kabupaten
Musi Rawas Utara
3

E. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis peneliti ini bermanfaat untuk menambah kajian ilmu
atau wawasan tentang jenis-jenis jamur yang ada di kecamatan Rawas Ilir
kabupaten Musi Rawas Utara
2. Manfaat praktis
a. Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat dengan memberikan sampel
berupa jenis-jenis jamur yang ada di kecamatan Rawas Ilir kabupaten
Musi Rawas Utara bahwa terdapat jenis jamur yang dapat dikonsumsi,
namun ada juga beberapa jenis jamur yang beracun sehingga tidak
dapat dikonsumsi.
b. Peneliti
Menambah referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang jamur di
kecamatan Rawas Ilir serta memberikan informasi tentang jenis jamur
makroskopis di kecamatan Rawas Ilir
c. Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi
untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis jamur
makroskopis
BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual
1. Inventarisasi

Inventarisasi merupakan kegiatan pengumpulan/mengumpulkan dan


penyusunan data serta fakta mengenai sumber daya alam untuk perencanaan
pengelolaan sumber daya tersebut (Julia, 2017.6) Inventarisasi adalah
kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan sebagai suatu laporan
hasil akhir suatu pendataan (Aira, 2015:31).
Inventarisasi merupakan suatu kegiatan pengumpulan dan penyusunan
data untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan dengan mengidentifikasikan
data yang diambil meliputi jenis dan habitat (Surachman, dkk 2014.7)
Sedangkan menurut Santoso (2016 2) Inventarisasi tumbuhan dapat
diartikan sebagai suatu proses pencatatan dan pengumpulan data, pendataan
dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan determinasi tumbuhan sesuai
dengan ciri morfologinya.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan
inventarisasi merupakan suatu kegiatan untuk melakukan pengumpulan,
pencatatan data berupa flora dan fauna yang ada di daerah-daerah tertentu
dengan keanekaragaman yang bervariasi.

2. Tinjauan Umum Jamur


a. Jamur Makroskopis

Jamur makroskopis merupakan cendawan sejati yang ukurannya


relatif besar, bisa dilihat dengan kasar mata, di pegang, dan di petik
dengan tangan, serta bentuknya mencolok (Syafrizal, dkk, 2014.2)
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Achmad (2011 8) bahwa jamur
makroskopis termasuk kedalam jenis jamur kelas Basidiomycetes Jamur
kelas ini membentuk ukuran tubuh buah yang besar sehingga dapat di
amati langsung tanpa menggunakan alat bantu mikroskop.
4
5

Jamur merupakan organisme eukariotik yang sel-selnya terdiri dari


membran yang berisi organel-organel dan inti sel yang yang jelas
Awalnya jamur tergolong dalam kingdom Plantae namun karena jamur
jarang memiliki klorofil dan secara struktur dan fisiologis berbeda maka
jamur dipisahkan dari kingdom Plantae Pertumbuhan jamur juga berasal
dari filamen yang disebut hifa yang berjejaring membentuk misellia,
kemudian menumbuhkan tubuh dari jamur tersebut. Misellia ini yang
mencerna bahan-bahan organik disekitarnya untuk menjadi sumber
energi/makanan bagi jamur (Purnomo, dkk, 2019 42).
Jamur merupakan salah satu organisme yang memiliki peranan
penting dalam daur kehidupan Peranan utama jamur adalah sebagai
pengurai bahan organik yang kompleks yang ada di alam sehingga
menjadi suatu unsur yang sangat sederhana dan mudah diserap serta
dimanfaatkan oleh organisme yang lainnya Jamur merupakan organisme
yang bersifat dekomposer, parasitik, dan mutualistik (Solle. dkk,
2018:105).
Jamur memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem baik
terhadap komponen biotik maupun abiotik. Jamur terlibat aktif dalam
proses pembentukan dan kesuburan tanah dengan cara mendekomposisi
tumbuhan dan hewan yang mati dan juga berperan dalam suklas nutrisi
(Susan & Retnowati, 2017 243).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Jamur
makroskopis adalah jamur yang dapat dilihat dengan kesat mata dan
suatu organisme hidup yang tidak berklorofil mirip dengan tumbuhan
karena memiliki dinding sel, namun tidak termasuk pada tumbuhan
Jamur juga merupakan suatu organisme yang berfungsi sebagai pengurai
organisme lainnya.

b. Ciri-Ciri Jamur yang dapat di Konsumsi dan Jamur Beracun


Menurut Annissa, dkk (2017 975-976) ciri-ciri jamur yang dapat di
konsumsi pada umumnya memiliki warna yang tidak mencolok. seperti
6

Auricularia auricula, dan Pleurotus populimus, tidak memiliki bau dan


terdapat gigitan organisme lain pada jamur.

Menurut Hendritomo (2010:38) ciri-ciri jamur yang beracun adalah :


1. Warnanya lebih mencolok seperti merah, kuning cokelat, biru dan
kadang-kadang ada yang hitam.
2. Baunya kurang sedap seperti bau amoniak atau bau sulfida (bau telur
busuk), sehingga serangga pun enggan mendekati jamur tersebut.
3. Ketika jamur dipotong mengeluarkan getah putih seperti susu
4. Bersifat korosif bila jamur disayat dengan pisau dan lama kemudian
pisau akan berkarat
5. Berubah warna apabila dipanaskan (dimasak)
6. Jamur beracun tumbuh pada tempat yang kotor atau tumpukkan
sampah
F. Klasifikasi Jamur
Berdasarkan klasifikasi jamur, jamur dapat dibedakan menjadi 2
kelas yaitu Phycomycetes dan Eumycetes. Selain itu ada beberapa
kelompok yang dianggap sebagai kelas tersendiri, yaitu kelas
Mycomycetes. Kelas Mycomycetes meliputi organisme yang tidak
mengandung klorofil, yang filogenetik tergolong kedalam organisme
yang sangat sederhana, biasanya hidup di tanah-tanah hutan, diatas daun-
daun yang telah runtuh, dalam kayu yang telah lapuk, serta perubahan
bentuknya dapat merayap kemana-mana. Kelas Phycomycetes sering
hidup dalam air, sebagai parasit atau saprofit pada hewan atau tumbuhan
air, dan ada juga yang hidup di darat Phycomycetes dibagi dalam 6
bangsa yaitu Myxochytridiales, Chytridiales, Blastocladiales,
Monoblepharidales, Oomycetales, dan Zygomycetales. Kelas Eumycetes
berdasarkan perkembangbiakannya di bagi menjadi 3 anak kelas yaitu
Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes atau Fungi imperfecti
(Purwanto, dkk 2017:79).
Basidiomycetes adalah jamur yang bisa dilihat dengan kesat mata
karena ukuran basidiokarpnya (tubuh buah) yang besar Berdasarkan
7

bentuk dan susunan basidiumnya dibedakan menjadi Holobasidiomycetes


dan Phagmobasidiomycetes.

1. Holobasidiomycetes
Yang termasuk kedalam golongan ini yaitu jamur-jamur yang
terdapat pada kayu lapuk ditempat-tempat lain. Holobasidimycetes
dibagi menjadi 2 bangsa yaitu:

a. Bangsa Hymnomycetales terdiri dari dua anak bangsa yaitu


Aphylloporales dan Agaricales. Aphylloporales dibedakan
menjadi beberapa suku, yaitu:

1) Suku Exsobasidiaceae yaitu jamur yang tidak memiliki tubuh


buah, biasanya hidup endoparasitik pada tumbuhan lain seperti
kutil.

2) Suku Corticiaceae yaitu tubuh buah merata dan melekat pada


substrat seperti kerak, bagian atas datar atau sedikit berkerut
Hidup sebagai parasit mematikan ranting ranting atau dahan
berbagai macam tanaman.

3) Suku Thelephoraceae yaitu tubuh buah berbebtuk kipas


disamping atau tegak pada substratnya.

4) Suku Clavariaceae yaitu tubuh buah tegak berbentuk ganda


atau bercabang-cabang seperti batu karang. Hidup saprofit
diatas tanah-tanah hutan

5) Suku Hydnaceae yaitu bagian himnefora memiliki tonjolan-


tonjolan berupa duri atau gigi. Bagian bawah tubuh buah
berbentuk seperti kipas atau payung dengan tangkai ditengah.

6) Suku Polyporaceae yaitu tubuh buah berupa suatu kipas,


dengan bentuk setengah lingkaran, dapat berumur beberapa
tahun, sebagian hidup sebagai saprofit pada kayu-kayu yang
lapuk.
8

Agaricales dibedakan menjadi 2 suku, yaitu:

1) Suku Agaricaceae, tubuh buah kebanyakanberbentuk seperti


payung Hidup sebagai saprofit dan sebagian kecil sebagai
parasit. Beberapa dari suku ini dapat dimakan dan ada juga yang
beracun.

2) Suku Boletaceae, jamur yang menjadi syarat mutlak dalam


kelangsungan tumbuhan tertentu seperti anggrek

b. Bangsa Gasteromycetales terdiri dari 2 suku yaitu b :

1) Suku Phallaceae, tubuh buah masih muda berbentuk bulat


telur, kulit berlendir terdapat jala-jala yang mengelilingi
tangkai jamur, tubuh buah mengeluarkan bau menyengat.

2) Suku Lycoperdaceae, tubuh buah berbentuk bulat, tidak terlalu


besar, mula-mula putih kasar dan akhirnya abu abu dan rata.
Pada waktu masak bagian atasnya membuka satu lubang.

2. Phagmobasidiomycetesterdiri dari:

a. Bangsa Tremellales. jenis jamur yang masih sederhana belum


membentuk tubuh buah. Yang lebih tinggi perkembangannya
menyerupai Hydnaceae tetapi berlendir.

b. Bangsa Auriculariales yaitu yang termasuk kedalam suku ini


adalah suku Auriculariaceae, tubuh buah berwarna cokelat
menyerupai daun telinga, hidup sebagai saprofit pada bagian
tumbuhan yang telah mati dan sebagian ada yang hidup parasite.

c. Bangsa Uredinales (jamur karet), hidup sebagai parasit pada ruang


antar sel daun-daun tumbuhan, terdiri atas dua suku yaitu suku
Pucciniaceae dan suku Melampsoraceae.
9

d. Bangsa Ustilaginales (jamur api), hidup sebagai parasit pada


tumbuhan tinggi, terdiri atas dua suku Ustilaginaceae dan suku
Tilletatiaceae (Tjitrosoepomo, 2011:94-170).

a. Morfologi Jamur

Pada umumnya Jamur makroskopis memiliki tubuh buah yang


tampak dipermukaan seperti payung Tubuhnya terdiri dari bagian tubuh
buah yang berfungsi untuk menompang tudung jamur (Achmad dkk,
2011:7).

Menurut Mawardi dan Hidayani, (2013:7-8) bagian-bagian dari dari


tubuh buah jamur terdapat tudung (pileus) yaitu bagiang yang ditopang
oleh tangkai atau tubuh buah. Bilah (lamella) bagian yang terdapat
dibawah tudung Bilah ini mempunyai bentuk helaian yang tersusunn dari
lembaran tipis Selanjutnya ada tangkai (tubuh buah) merupakan bagian
yang menyerupai batang atau masa miselium yang tumbuh tegak dan
tubuh ini menompang tudung Volva merupakan bagian sisa pembungkus
tudung pada saat jamur muda Setelah dewasa selaput akan pecah dan
tersisa hanya pada bagian dasar tangkai. Morfologi jamur dapat dilihat
pada gambar 2.1 berikut ini:
10

Gambar 2.1 Morfologi Umum Jamur (Sumber Achmad, 2011:7)

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa


morfologi jamur itu berbeda-beda ada yang memiliki bentuk seperti
payung, mangkuk, bulat, seperti kuping kipas, ginjal, terompet dan
setengah lingkaran. Bagian-bagian dari tubuh buah jamur ada yang
terdapat tudung (pileus), bilah (lamella) tangkai (tubuh buah) dan cincin

b. Habitat Jamur Makroskopis

Jamur makroskopis sering tumbuh di permukaan tanah karena


terdapat humus yang berlimpah, namun tidak jarang jamur makroskopis
tumbuh dipadang rumput, bukit pasir, di tanah atau pada kotoran hewan
(Proborini, 2012:45). Menurut Mawardi dan Hidayani (2013:2) Jamur
dapat ditemukan di berbagai subtrat antara lain batang tumbuhan, pohon
mati, sampah yang hidup di berbagai tempat seperti hutan, taman,
industri dan kebun. Sedangkan, Tiyaningsih (2014:2) berpendapat bahwa
jamur makroskopis memikili habitat yang beragam sesuai dengan hidup
pada lingkungan yang beranekaragam Jamur dapat tumbuh ditempat-
tempat yang lembab, ad juga yang tumbuh pada kayu lapuk, tanah dan
serasah.
11

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa jamur


makroskopis dapat tumbuh pada keadaan yang mendukung seperti
dipermukaan tanah, kotoran hewan, padang rumput, serasah yang
ditemukan didalam hutan, taman, industri dan perkembunan

c. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur Makroskopis

Menurut Syafrizal dkk (2013:11). pertumbuhan jamur di pengaruhi


oleh faktor kelembaban, suhu, pH dan senyawa-senyawa kimia
dilingkungannya. Pada umumnya jamur memerlukan kelembaban yaitu,
80-90% untuk tumbuh, dengan kisaran subu lingkungan berbeda, pH
substrat cukup rendah yaitu 5.5-7.5. Menurut Hasanuddin (2014:41),
faktor lingkungan yang mempengaruhi. pertumbuhan jamur adalah suhu
20-28°C, kelembaban tanah antara 97% sehingga jamur sangat cocok
hidup di daerah yang sangat teduh, sejuk dan lembab.

Menurut Darwis, dkk (2011.7) beberapa faktor abiotik yang


berpengaruh terhadap kehidupan jamur yaitu:

a. Suhu, Suhu sangat berpengaruh dalam kelembaban, karena apabila


suhu naik atau turun akan mempengaruhi kelembaban Jamur
makroskopis dapat tumbuh optimum pada suhu 20-30°C dan
kelembaban ideal yang dibutuhkan adalah 80-90%.

b. Kelembaban, semakin lembab suatudaerah maka akan banyak jamur


yang tumbuh didaerah tersebut.

c. pH tanah, jamur akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada pH


optimum antara 5-7,5

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa


faktor lingkungan abiotik yang diukur dalam penelitian ini adalah
suhu udara, pH tanah dan kelembaban tanah.
12

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Hasil penelitian Harahap, dkk (2018:81-82) dengan judul "Inventarisasi
Jamur Tingkat Tinggi (Basidiomycetes) di Taman Wisata Alam Muka
Kuning". Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penelitian yang dilakukan di
kawasan Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam ditemukan 15 jenis jamur
tingkat tinggi Basidiomycetes yang termasuk kedalam 7 famili yaitu
Ganodermataceae yang terdiri dari 3 jenis jamur yaitu Amauroderma rugosum,
Ganoderma applanatum dan Ganoderma sp. Hygrophoraceae yang terdiri dari I
jenis jamur yaitu Hygrocybe sp. Hymenochaetaceae yang terdiri dari 1 jenis
jamur yaitu Hymenochaete sp. Polyporaceae yang terdiri dari 6 jenis jamur
yaitu Fomes sp, Microporus xanthopus, Panus sp, Polyporus sp. Pycnoporus
sanguineus 82 dan Trametes sp. Schizophyllaceae yang terdiri dari 1 jenis
jamur yaitu Schizophyllum commune. Steccherinaceae yang terdiri dari 1 jenis
jamur yaitu Nigroporus vinosus. Tricholomataceae yang terdiri dari 2 jenis
jamur yaitu Marasmius androsaceus dan Marasmius sp.
Hasil penelitian Purwanto, dkk (2017:82) dengan judul "Inventarisasi
Jamur Makroskopis di Cagar Alam Nusakambangan Timur Kabupaten Cilacap
Jawa Tengah". Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 17 spesies
jamur makroskopis dari 2 divisi 7 ordo dan 11 famili. Divisi Basidiomycota
ditemukan paling banyak dari Ordo Polyporales serta divisi Ascomycota
ditemukan dari ordo Pezizales. Jamur banyak ditemukan pada pohon mati dan
sersah di sekitar DAS (Daerah Aliran Sungai) yang memiliki kelembaban tanah
yang tinggi serta intensitas cahaya yang rendah.
Hasil penelitian Darwis, dkk (2011:7) dengan judul "Inventarisasi Jenis
Jamur Yang Dapat Dikonsumsi dan Beracun Yang Terdapat di Hutan dan
Sekitar Desa Tanjung Kemuning Kaur Bengkulu" yaitu, jenis-jenis jamur yang
ditemukan di hutan dan sekitar desa Tanjung Kemuning berjumlah 39 jenis.
Dari ke 39 jenis jamur yang ditemukan, terdapat 8 jenis jamur yang dapat
dikonsumsi dan 8 jenis jamur beracun. Jenis jamur yang dapat dikonsumsi
yang ditemukan yaitu Auricularia judoe, A. lactea, A. polytrica,
Schyzophyllum commune, Favolaschia sp. Omphalotus sp. Pleurotus ostreatus
dan P. sapidus. Jenis jamur beracun yaitu: Psathyrella foenisecii, Coprinus
13

leiocephallus, C. lagopides dan C. micaceus, Panaelous spinchtinus, Panaeolus


sp. Gymnopus dryophilus dan Lactarius vellereus.
Hasil penelitian oleh Srisusila dan Sutedjo, (2009:10-15) dengan judul
penelitian "Jenis Jamur Makro pada 3 Kondisi Hutan Yang Berbeda di Malinau
Research Forest (MRF) Cifor Kabupaten Malinau Kalimantan Timur" yaitu
dari 3 kondisi hutan yang diamati di Malinau Research Forest (MRF) berhasil
ditemukan sebanyak 270 jenis jamur makro. Dari jenis-jenis jamur yang
diperoleh terdapat jenis jamur yang dapat berguna bagi kehidupan yaitu
sebagai bahan makanan yang cukup bergizi dan obat bagi manusia juga sebagai
jamur mikoriza bagi tumbuhan, namun ada pula jamur yang merugikan
terutama bagi tumbuhan. Jenis-jenis jamur yang dapat dimakan ada 11 jenis
yaitu Hygroporosis aurantiaca, 2 Marasmius sp, Panus conchatus, 6 Panus sp. 2
jenis Pleurotus, 14 Polyporus sp. Sarcoscypha coccinea, Schizophyllum sp.
Sparassis herbstii dan Xylaria sp, sedangkan jamur yang dapat berfungsi
sebagai bahan makanan sekaligus obat ada 3 jenis yakni Auricularia auricula
dan 2 jenis Auricularia yang lain. Ditemukan 31 jenis jamur mikoriza yakni
Amanita virosa, Amanita sp, 2 jenis Boletus, Collybia sp, 4 jenis Hygrocybe,
Hygroporus sp, 3 jenis Laccaria, Lactarius uvidus, Lactarius helvius, 2 jenis
Lactarius yang lain, Lepista sp, 3 jenis Lycoperdon, 2 jenis Ramaria, 4 jenis
Rusulla, Scleroderma sp. 2 jenis Thelephora dan I jenis yang belum diketahui
nama ilmiahnya. Jamur parasit yang ditemukan ada 4 jenis, 3 di antaranya dari
jenis Ganoderma dan lainnya jenis Hexagonia, sedang jamur saprofit
merupakan jenis umum yang ditemukan dan berasal dari jenis-jenis.
Amauroderma sp, Daedalea sp, Earliella sp, Fomes sp, Fomitopsis sp.
Ganoderma sp, Hexagonia sp, Laccaria sp, Laeticortecium sp, Lentinellus sp.
Marasmius sp, Meruliopsis sp, Microporus sp, Mycena sp, Oxysporus sp.
Panus sp, Polyporus sp, Sarcoschypa sp, Schyzophyllum sp, Sistotrema sp,
Stereum sp, Trametes sp, Trichaptum sp dan beberapa jenis yang belum
diketahui nama ilmiahnya.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di tujuh Desa yang berada di Kecamatan
Rawas Ilir, yaitu di Desa Mandi Angin, Desa Batu Kucing, Desa Beringin
Sakti, Desa Mekar Sari, Desa Tanjung Raja, Desa Pauh I, dan Desa Beringin
Makmur 1. Waktu penelitian dimulai pada bulan maret sampai dengan bulan
april 2022.

B. Latar Penelitian

Kecamatan Rawas Ilir terdiri atas 1 kelurahan dan 12 desa yaitu Kelurahan
Bingin Teluk, Desa Beringin Makmur 1, Desa Beringin Makmur II, Desa
Beringin Sakti, Desa Mandi Angin, Desa Tanjung Raja, Desa Belani, Desa
Batu Kucing, Desa Pauh, Desa Pauh I, Desa Air Bening, Desa Ketapat Bening
dan Desa Mekar Sari.

Kecamatan Rawas Ilir berada dibagian utara Kabupaten Musi Rawas Utara
Provinsi Sumatera Selatan yang mempunyai luas wilayah 109.359.59 Ha. Pada
lokasi penelitian ini masih banyaknya hutan banyak ditumbuhi berbagai
tumbuhan dari perdu hingga pohon sehingga memungkinkan adanya jamur
yang tumbuh di tempat tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan Dikecamatan Rawas Ilir Kabupaten Musi Rawas Utara ditemukan
beberapa jenis jamur diantaranya jamur Auricularia auricula atau sering disebut
dengan jamur kuping yang ditemukan pada pohon yang telah tua dan jamur
Cookeina sulcipes atau yang disebut jamur mangkok yang ditemukan pada
potongan kayu yang hampir lapuk.

14
15

C. Metode dan Prosedur Penelitian

1. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bersifat survei
dan eksploratif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang hanya
memberikan gambaran terhadap masalah yang diteliti (Swarjana,
2011:252). Penelitian ini bersifat kualitatif karena data yang telah
terkumpul digambarkan dan dijelaskan dalam bentuk penjabaran kata-kata
bukan dalam bentuk statistik.

2. Prosedur penelitian
Adapun Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Observasi pendahuluan
Observasi pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk melihat dan
mengetahui jenis-jenis jamur yang ada di Kecamatan Rawas Ilir
dengan melakukan survey dan eksploratif keseluruh area yang hendak
diteliti dan untuk memperoleh data tentang Kecamatan Rawas Ilir.
b. Wawancara
Wawancara merupakan proses tanya jawab yang terdiri dari
pewawancara dan narasumber. Wawancara terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan
berdasarkan pertanyaan yang telah ditulis dilembar wawancara dan
menanyakannya sesuai dengan urutan pertanyaan tersebut.
2) Wawancara semi terstruktur adalah pertanyaan yang diajukan
dalam wawancara ditanyakan secara acak tidak sesuai dengan
urutan yang ada pada lembar wawancara sehingga peneliti dapat
mengembangkan pertanyaan sesuai dengan apa yang dibutuhkan
peneliti.
3) Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang dilakukan
dengan diikuti oleh suatu kata kunci namun tidak ada pertanyaan
yang ditetapkan sebelumnya (Rahmawati, 2007:36-37).
16

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai


jenis-jenis jamur yang ada di Kecamatan Rawas Ilir, nama lokal jamur,
manfaat jamur serta untuk mengetahui lokasi yang akan dijadikan
sebagai area penelitian, dengan melakukan tanya jawab secara
terstruktur terhadap pengurus Koperasi Unit Desa (KUD).

c. Persiapan
Dalam kegiatan ini peneliti menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan saat melakukan inventarisasi jenis-jenis jamur yang ada di
Kecamatan Rawas Ilir. Alat-alat yang digunakan adalah kamera, toples,
lebel, Log book, alat tulis, panduan warna, pisau/pinset, Thermometer,
pH meter dan Moisture meter. Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian alkohol 70% dan semua jenis jamur yang ditemukan di lokasi
penelitian.

d. Pengambilan Sampel

Teknik dalam pengambilan sampel mengunakan metode random


sampling. Metode random sampling adalah teknik pengambilan sampel
atau elemen acak, dimana setiap elemen atau anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Maka peneliti ini
akan dilaksanakan di 7 desa yang telah dipilih secara acak dari 12 desa
dan 1 kelurahan yang ada di Kecamatan Rawas Ilir yaiut Desa Mandi
Angin, Desa Batu Kucing, Desa Beringin Sakti, Desa Mekar Sari, Desa
Tanjung Raja, Desa Pauh I, dan Desa Beringin Makmur 1. Dengan
mempertimbangkan kandungan nutrisi yang ada, kondisi lingkungan
dan ada tidaknya jamur yang tumbuh ditempat tersebut. Sampel yang
ditemukan dicatat bagian-bagiannya seperti bentuk tubuh, warna tubuh
berdasarkan panduan warna serta habitat dimana jamur tersebut
ditemukan sesuai dengan buku panduan mengenai jamur dan jurnal
tentang jamur, setelah itu difoto dan diukur faktor abiotiknya.
17

e. Mengukur faktor lingkungan abiotic

Faktor lingkungan abiotik yang diukur dalam mempengaruhi


pertumbuhan jamur yaitu pH tanah, suhu udara dan kelembaban tanah.
Hasil pengukuran ditabulasikan kedalam tabel. Cara pengukuran faktor
abiotik adalah sebagai berikut:

1) pH Tanah

pH tanah diukur dengan menggunakan alat pH meter. Cara


penggunaannya yaitu dengan menancapkan alat pH meter kedalam
tanah dengan kedalaman kurang lebih 10 cm dari permukaan tanah
dan baca hasilnya sampai menunjukkan angka yang konstan.

2) Kelembaban Tanah

Kelembaban tanah dihitung dengan menggunakan alat Moisture


Meter. Cara penggunaannya yaitu dengan cara menancapkan alat di
tanah dekat dengan jamur, kemudian biarkan sampai menunjukan
angka yang konstan dan baca hasilnya.

3) Suhu Udara

Suhu udara dihitung dengan menggunakan alat Thermometer. Cara


penggunaannya yaitu dengan memegang ujung alat pada ketinggian
kurang lebih 1 meter di atas permukaan tanah, sampai menunjukkan
angka yang konstan dan baca hasilnya.

f. Pembuatan herbarium

Herbarium adalah pengawetan suatu spesimen tumbuhan dengan


berbagai cara untuk membantu dalam proses pengidentifikasian.
Herbarium terbagi menjadi dua yaitu herbarium basah dan herbarium
kering. Herbarium basah adalah pengawetan yang dilakukan untuk jenis
tumbuhan yang memiliki tubuh buah yang lunak, mengandung banyak
air atau memiliki daging buah yang tebal dan mudah busuk.
18

Data yang telah dicatat, difoto, dan diukur faktor lingkungan


abiotiknya, kemudian diambil beberapa jenis jamur makroskopis
sebagai sampelnya untuk dijadikan awetan atau herbarium dengan
menggunakan pisau atau pinset jangan sampai ada bagian yang terluka,
setelah itu dibersihkan dan dimasukkan kedalam toples yang berisi
alkohol 70%, tutup dengan rapat. Selanjutnya toples diberi label nama
ilmiah jamur, nama daerah jamur dan klasifikasi jamur (Darwis,
2009:2-3).

g. Analisis sampel

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis lebih lanjut


secara deskriptif kualitatif dan diidentifikasi berdasarkan morfologi
baik dari bentuk jamur, warna jamur, habitat jamur dan manfaat jamur
berdasarkan buku dan jurnal tentang jamur.

D. Data dan Sumber Data


1. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah penggambaran suatu objek
sesuai dengan fakta dan data yang ada berupa rangkaian kata atau wacana
yang tersusun secara sistematis (Wibowo, 2011:43). Data yang diambil
dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh pada saat observasi
lapangan tentang jenis-jenis jamur (fungi) di Kecamatan Rawas Ilir
Kabupaten Musi Rawas Utara.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu:

a. Sumber data primer, merupakan sumber data yang diperoleh atau


dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan melakukan observasi dan
wawancara langsung ke wilayah yang akan diteliti (Wiradi, 2009:59).
19

Dalam penelitian ini peneliti langsung melakukan observasi dan


wawancara kepada masyarakat yang berada disekitar wilayah penilitian
untuk mendapatkan data dan informasi langsung mengenai jenis-jenis
jamur yang ada di wilayah Kecamatan Rawas Ilir Kabupaten Musi
Rawas Utara.

b. Sumber data sekunder, merupakan sumber data yang diperoleh dari


berbagai sumber dan referensi seperti jurnal, buku, dan skripsi yang
berkaitan dengan penelitian untuk melengkapi data primer (Dimyati,
2013:40). Dalam hal ini peneliti menggunakan berbagai sumber seperti
jurnal, buku, dan skripsi untuk menujang penelitiannya.

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting
dalam penelitian untuk mendapatkan suatu data yang akurat. Data awal dapat
diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik
pengumpulan data dalam pengumpulan penelitian ini adalah kualitatif yang
sejumlah metode dalam pengumpulan data yaitu pengamatan lapangan,
wawancara dan dokumentasi serta dilakukan dengan menggunakan metode
random sampling. Metode random sampling adalah teknik pengambilan sampel
atau elemen acak, dimana setiap elemen atau anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Pengambilan sampel
dengan cara eksplorasi langsung ke wilayah 7 desa yang telah dipilih secara
acak dari 12 desa dan 1 kelurahan yang ada di Kecamatan Rawas Ilir yaiut
Desa Mandi Angin, Desa Batu Kucing, Desa Beringin Sakti, Desa Mekar Sari,
Desa Tanjung Raja, Desa Pauh I, dan Desa Beringin Makmur 1. Data yang
diperoleh dicatat dalam sebuah tabel, difoto, diukur lingkungan faktor
abiotiknya, dan beberapa jamur diambil untuk dibuat herbarium sebagai
sampel. Kemudian dianalisis lebih lanjut mengenai manfaat dan morfologinya
berdasarkan buku dan jurnal mengenai jamur.
20

F. Prosedur Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif
kualitatif dengan menggambarkan morfologi atau bagian-bagian jamur yang
ditemukan baik dari bentuk jamur, warna jamur, dan habitat jamur serta
manfaatnya berdasarkan buku panduan tentang jamur dan jurnal-jurnal tentang
jamur. Setelah bagian-bagian jamur diketahui kemudian diklasifikasikan
berdasarkan buku taksonomi tumbuhan Gembong Tjitrosoepomo (2011).

G. Pemeriksaan Keabsahan Data


1. Kredibilitas

Beberapa hal yang ditempuh agar kebenaran hasil penelitian ini dapat
dipercaya adalah:

a. Melakukan pengamatan secara langsung dan kotinu terhadap objek


penelitian agar peneliti dapat memehami secara mendalam dan terfokus
pada topik penelitian.

b. Melakukan pengumpulan data dengan observasi dan wawancara serta


melakukan pengecekan data dari sumber dengan berbagai cara
(Triangulasi).

c. Kecukupan referensi, referensi digunakan sebagai pendukung untuk


membuktikan data yang diperoleh peneliti agar lebih dipercaya.

2. Transferabilitas, peneliti memberikan uraian secara jelas, terperinci,


sistematis dan dapat dipercaya. Sehingga hasil penelitian tersebut dapat
memenuhi standar transferabilitas.
3. Dependabilitas, dalam hal ini peneliti menggunakan metode kualitatif
sehingga data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada di area
penelitian.
4. Konfirmabilitas, mengecek data dan informasi dari hasil penelitian dan
didukung oleh materi yang ada agar mendapat kepastian bahwa data yang
diperoleh benar-benar objektif dan dapat dipercaya.
21

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, dkk. 2015. Panduan Lengkap Jamur Jakarta: Penchar Swadaya

Achmad. Mugiono, Arlianti, T., & Azmi, C. (2011) Panduan Lengkap Jamur.
Jakarta Penebit Swadaya

Aira. A (2014) Peran Manajemen Aset dalam Pembangunan Daerah


Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, (17), 21-39.

Alex, M.S (2011). Meraih Sukses Dengan Budidaya jamur Tiram, Jamur
Merang, dan Jamur Kuping. Yogyakarta Pustaka Baru Press

Alex, S. 2015. Untung Besar Budi Daya Aneka Jamur, Jakarta: Penerbit Pustaka
Baru Press. Ali. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Yogyakarta: AR Ruz
Media.

Anggraini, K, Khotimah, S., & Turnip, M. (2015) Jenis-Jenis Jamur Makroskopis


di Hutan Hujan Mas Desa Kawat Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten
Sanggau. Jurnal Protobiont, 4 (3) 60-64

Anggraini, K., Khotimah, S., dan Turnip, M. 2015. Jenis-Jenis Jamur


Makroskopis Di Hutan Hujan Mas Desa Kawat Kecamatan Tayan Hilir
Kabupaten Sanggau. Jurnal: Protobiont. 4(3): 60-64.

Anggriawan, I., Periadnadi., & Nurmiati (2014). Inventarisasi Jamur Tingkat


Tinggi (Basidiomycetes) di Gunung Singgalang Sumatera barat. Jurnal
Biologi Universitas Andalas 3 (2), 147-153

Annissa, I. Ekamawanti, H. A. & Wahdina (2017). Keanekaragaman Jenis Jamur


Makrskopis Di Arboretum Sylva Universitas Tanjungputa. Jurnal Hutan
Lestari. 5 (4), 969-977

Arikunto, S.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta


Rineka Cipta.

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.


22

Cahyono, E. (2013). Valuasi Ekonomi Hutan Lindung Bukit Cogong Kabupaten


Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan Tesis. Program Studi Pasca Sarjana
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (S-2), Fakultas Pertanian
Universitas, Bengkulu.

Danetty. 2006. Mushrooms and Toadstools (Terjemahan). London: Kingfisher


Guides.

Darwis, W., Desnalianif, & Supriati, R. (2011). Inventarisasi Jamur Yang Dapat
Dikonsumsi dan Beracun Yang Terdapat Di Hutan dan Sekitar Desa
Tanjung Kemuning Kaur Bengkulu. Jurnal Konservasi Hayati, 7(2), 1-8.

Djarijah. 2010. Pengantar Ekologi, Bandung: Penerbit Remadja Karya.

Dwidjoseputro. 2008. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni. Bandung.

Fitriani, L., & Krisnawati, Y. (2019). Pengembangan Media Booklet Berbasis


Keanekaragaman Jenis Jamur Makroskopis. Jurnal Bioedusains, 2 (2). 143-
150.

Fitriani. 2012. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Gandjar, I., Sjamsuridzal, W.,dan Oetari, A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Gerhardt. 2000. The mycology of the Basidiomycetes (Terjemanan). ACIAR


Proceedings No. 124: Canberra.

Gunawan. 2011. Ekologi Tropika. Bandung : Penerbit ITB.

Harahap, L, C., Syamsi, F., & Efendi, Y (2017). Inventarisasi Jamur Tingkat
Tinggi (Basidiomycetes) Di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam.
Jurnal Simbiosa, 6 (2), 74-84.

Hasanuddin. (2014). Jenis Jamur Kayu Makroskopis Sebagai Media Pembelajaran


Biologi (Studi di TNGL Blangjerango Kabupaten Gayo Lues). Jurnal Biotik
2 (1), 1-76.
23

Hasanuddin. 2014. Jenis Jamur Kayu Makroskopis Sebagai Media Pembelajaran


Biologi. Jurnal Biotik, 2(1):1-76.

Komatsu. 2014. Jamur Kayu. Jakarta: Penebar Swadaya.

Mawardi dan Hidayani. 2015. Mengenal dan Bertanam Jamur, Jakarta; PT. Puri
Pustaka.

Soemarsono, 2014. Yogyakarta: AR Ruz Media.

Anda mungkin juga menyukai