Anda di halaman 1dari 70

i

PEMODELAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN


SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench)

FIRMANSYAH AZNUR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
ii
iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemodelan Pertumbuhan


dan Produksi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis
ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2017

Firmansyah Aznur
NIM A252130011
iv

RINGKASAN

FIRMANSYAH AZNUR. Pemodelan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman


Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench). Dibimbing oleh SUWARTO dan HENI
PURNAMAWATI.

Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman serealia yang


mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai
daerah adaptasi yang luas. Pemodelan (modelling) didefinisikan sebagai
penyederhanaan suatu sistem dengan pendekatan mekanistik yang dapat dijadikan
alternatif pendekatan untuk pemahaman proses ekofisiologis maupun prediksi
pertumbuhan dan produksi tanaman. Tujuan penelitian adalah menyusun model
pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum.
Percobaan untuk memperoleh nilai peubah pertumbuhan sebagai input model
dilaksanakan mulai bulan Juli 2015 sampai November 2015 di kebun Percobaan
Cikabayan IPB, Darmaga, Bogor. Percobaan dilakukan menggunakan rancangan
acak kelompok dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan pemupukan
terdiri dari dosis 0, 50, 100, 150, dan 200% dari acuan pemupukan N sebesar 120
kg ha-1. Penanaman dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak tanam 75 cm x 25
cm. Setiap lubang tanam ditanami 4 butir benih sorgum, dan dijarangkan 2 tanaman
perlubang setelah tumbuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan N tidak mempengaruhi
nilai input peubah model pertumbuhan dan produksi tanaman. Pertumbuhan dan
produksi tanaman sorgum dapat dibuat suatu model yang terdiri dari sub model
perkembangan, sub model pertumbuhan, dan sub model neraca air. Model
pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum mampu menduga lebih dari 80%
jumlah peubah pertumbuhan dan produksi tanaman yang telah divalidasi tidak
berbeda nyata dengan hasil aktual.

Kata kunci : efisiensi penggunaan cahaya, model simulasi, sub-model neraca air,
sub-model perkembangan, sub-model pertumbuhan
v

SUMMARY

FIRMANSYAH AZNUR. Crop Modeling of Growth and Production of Sorghum


(Sorghum bicolor L. Moench). Supervised by SUWARTO and HENI
PURNAMAWATI.

Sorghum (Sorghum bicolor L. Moench) is a cereal crop that has great


potential to be developed in Indonesia because it has a wide adaptability. Modeling
is defined as the simplification of a system with a mechanistic approach, can be
used as an alternative for understanding and prediction the ecophysiology process
of growth and crop production. The aim of research is to develop a model of growth
and production of sorghum plants at different nitrogen fertilization.
The experiment was conducted to obtain growth variable value as model’s
input from July until November 2015 in the Cikabayan research field IPB, Bogor.
The randomize block design with five replications was used in this study. The
treatments were rates of N fertilizer namely 0, 50, 100, 150, and 200% of
recommendation rate of 120 kg ha-1. Sorghums were planted with a spacing of 75
cm x 25 cm. 4 grains of sorghum seed planted on hole, and thinned to 2 plants each
hole after growth.
The results showed that a treathments of N fertilizer did not affect variable
value as model’s input. Modeling could be made for the growth and production of
sorghum. This model consisted of a sub-model of development, sub-model of
growth, and sub-model of water balance. Model of growth and production of
sorghum could predict more than 80% of growth and production variables of plants
that have been validated not significantly from actual results.

Key words: light use efficiency, simulation model, sub-model of development, sub-
model of growth, sub-model of water balance
vi

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017


Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
vii

PEMODELAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN


SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench)

FIRMANSYAH AZNUR

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
viii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Abdul Qadir, MSi


Judul Tesis : Pemodelan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sorgum (Sorghum
bicolor L. Moench)
Nama : Firmansyah Aznur
NIM : A252130011

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Suwarto, MSi Dr Ir Heni Pumamawati, MSc Agr


Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi


Agronomi dan Hortikultura

Dr Ir Maya Melati, MS MSc

Tanggal Ujian: 8 Februari 2017 Tanggal Lulus:


1 0 MAR 2017
x
xi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2015 - November 2015
ini ialah pemodelan pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum (Sorghum bicolor
L. Moench).
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikan dari dalam kandungan
hingga saat ini.
2. Keluarga tercinta papi Azwar Tazar, SE MSi, mami Nur Asnah, BA SpdI dan
adek Dwi Jaya Kusuma Aznur, Amd Kep, atas doa, bantuan, dukungan,
perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini.
3. Dr Ir Suwarto, MSi dan Dr Ir Heni Purnamawati, MSc Agr selaku komisi
pembimbing penelitian yang telah banyak memberikan saran dan dukungan bagi
kesempurnaan penelitian dan karya ilmiah ini.
4. Dr Ir Abdul Qadir, MSi selaku dosen penguji yang banyak memberikan masukan
dan saran untuk perbaikan karya ilmiah ini.
5. Dr Ir Maya Melati, MS MSc selaku Ketua Program Studi Agronomi dan
Hortikultura Sekolah Pascasarjana IPB, atas dorongan semangat dan arahan saat
ujian Tesis.
6. Dr Ir Novianti Sunarlim, MSc APU, pembimbing penulis pada saat menjalankan
pendidikan Sarjana yang telah mendorong untuk terus melanjutkan pendidikan
ke jenjang Magister.
7. Staf Kebun Cikabayan dan laboratorium pascapanen AGH atas bantuan yang
selah diberikan selama penelitian.
8. Pimpinan stasiun klimatologi Darmaga atas bantuan data cuaca dalam penelitian.
9. Teman-teman seperjuangan Yuniarti SP MSi, Meisilva Erona S SP MSi, Ratna
Suminar SP MSi, Rista Delyani SP MSi, Harfebi F MKom, Fitri MM STP, Roy
Ibrahim SP MSi, dan Erviana EP SP serta teman-teman pascasarjana AGH 2012
dan 2013 atas segala doa dan bantuan yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi ilmu pengetahuan dan
manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, Maret 2017

Firmansyah Aznur
xii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
Botani dan Jenis Sorgum 3
Morfologi Sorgum 4
Fase Perkembangan 5
Lingkungan Tumbuh Tanaman 6
Faktor iklim 6
Faktor Tanah 6
Pemodelan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman 7
3 METODE 8
Waktu dan Tempat 8
Bahan dan alat 8
Prosedur Permodelan 8
Pendefinisian masalah 8
Identifikasi Komponen Sistem 8
Penyusunan model 12
Percobaan Untuk Input Model 12
Pengukuran Peubah Input Model 12
Simulasi dan Validasi 15
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 16
Pendefinisian Masalah 16
Peubah Input Model 17
Peubah dan Parameter Perkembangan Tanaman (s) 17
Peubah dan Parameter Pertumbuhan Tanaman 18
Peubah dan Parameter Air dan Tanah 24
Peubah Cuaca 26
Simulasi dan Validasi 30
5 SIMPULAN DAN SARAN 34
Simpulan 34
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN 38
RIWAYAT HIDUP 56
xiii

DAFTAR TABEL

1 Peubah dan parameter untuk input model 15


2 Jadwal pengamatan kegiatan pemodelan 16
3 Nilai thermal units (TU) tanaman sorgum 18
4 Luas daun spesifik (ha kg-1) 20
5 Nilai intersepsi radiasi (Qint) tanaman sorgum (MJ m-2) 21
6 Koefisien pemadaman 22
7 Nilai efisiensi pengunaan cahaya matahari (g MJ-1) 22
8 Partisi tanaman sorgum per fase perkembangan tanaman 23
9 Koefisien partisi tanaman sorgum per fase perkembangan tanaman 23
10 Nilai parameter sifat fisik dan hara tanah di lokasi penelitian 25
11 Stock, flow dan converter sub model perkembangan tanaman sorgum 27
12 Stock, flow dan converter sub model perkembangan tanaman sorgum 28
13 Stock, flow dan converter sub model perkembangan tanaman sorgum 29
14 Input model untuk simulasi pertumbuhan dan produksi tanaman
sorgum 30
15 Nilai uji-t perbandingan peubah pertumbuhan dan produksi tanaman
sorgum 32
16 Nilai uji-t perbandingan peubah kadar air tanah tanaman sorgum 32

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan alir pemodelan pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum


(Sorghum bicolor (L.) Moench) 3
2 Diagram forester sub-model perkembangan 9
3 Diagram forester sub-model pertumbuhan 10
4 Diagram forester sub-model neraca air 11
5 Suhu selama penelitian 17
6 Diagram model perkembangan tanaman sorgum 18
7 Nilai ILD pada tingkat pemupukan N per fase perkembangan sorgum 20
8 Curah hujan, penyiraman dan kadar air tanah selama penelitian 26
9 MCL-S sub model perkembangan 27
10 MCL-S sub model pertumbuhan 28
11 MCL-S sub model neraca air 29
12 MCL-S model pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum 30
13 Hasil aktual dan simulasi model pertumbuhan dan produksi tanaman
sorgum. 31
14 Perbandingan plot 1:1 nilai-nilai peubah pertumbuhan dan produksi
tanaman sorgum. 33
xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1 Deskrisi tanaman sorgum varietas Numbu 39


2 Bobot kering organ tanaman sorgum 40
3 Data cuaca tahun 2015 41
4 Equation Layer Stella 46
1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penduduk Indonesia pada tahun 2035 diproyeksi sebesar 305.6 juta jiwa,
meningkat dari tahun 2010 sebesar 238.5 juta jiwa (BPS 2015). Peningkatan jumlah
penduduk akan meningkatkan kebutuhan pangan secara nasional untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat adalah dengan mengembangkan potensi pangan alternatif yang hingga
saat ini masih kurang berkembang. Pemanfaatan pangan alternatif akan mendukung
tercapainya diversifikasi pangan, dan meningkatkan keanekaragaman pangan
masyarakat. Jenis pangan yang bervariasi akan meningkatkan pemenuhan gizi
masyarakat serta memperkuat ketahanan pangan nasional. Salah satu pangan yang
potensial untuk dikembangkan adalah sorgum. Ruchjaniningsih (2009) menyatakan
sorgum merupakan salah satu bahan pangan yang potensial untuk substitusi terigu
dan beras karena karakteristik tepungnya relatif lebih baik dibanding tepung umbi-
umbian, oleh karena itu sorgum merupakan pengganti karbohidrat alternatif.
Sorgum memiliki kandungan protein, kalsium dan vitamin B1 yang lebih tinggi
dibanding beras dan jagung sehingga sangat potensial sebagai bahan pangan utama.
Sorgum merupakan tanaman pangan yang adaptif dan sesuai dikembangkan
di wilayah tropis. Sorgum merupakan tanaman golongan C4, efisien dalam
menghasilkan produk fotosintesis yang tinggi (Subagio dan Aqil 2014). Sorgum
merupakan tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan
di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Sorgum dapat
berproduksi pada lahan marginal, toleran kondisi kekeringan dan genangan air,
serta relatif tahan terhadap gangguan hama atau penyakit. Biji sorgum dapat
digunakan sebagai bahan pangan serta bahan baku industri pakan dan industri gula.
Potensi sorgum yang besar dan dengan berkembangnya inovasi-inovasi produk
berbahan sorgum, diperkirakan kebutuhan sorgum beberapa tahun mendatang akan
terus meningkat. Usaha dalam meningkatkan produksi sorgum juga perlu
dilakukan.
Peningkatan produksi sorgum dapat dilakukan dengan mempelajari
pertumbuhan dan produksi sorgum. Pertumbuhan dan produksi sorgum dipengaruhi
oleh banyak faktor dan merupakan sistem yang sangat komplek. Penelitian
agronomi untuk mengetahui pengaruh dari salah satu atau kombinasi faktor
pertumbuhan yang selama ini dilakukan seringkali hasilnya terbatas untuk
diimplementasikan pada waktu dan tempat tertentu sesuai dengan berlangsungnya
penelitian, sehingga ketika akan diterapkan pada tempat dan waktu lain diperlukan
penelitian lagi. Pemodelan (modelling) sebagai penyederhanaan suatu sistem yang
dinamis dengan pendekatan mekanistik (Eriyatno 2003), dapat dijadikan alternatif
pendekatan baik untuk pemahaman proses ekofisiologis maupun prediksi
pertumbuhan dan produksi tanaman, serta mengurangi tingkat kesulitan melakukan
penelitian dalam sistem yang komplek tersebut.
Model simulasi digunakan untuk menjelaskan proses dalam suatu sistem
pertanaman pada berbagai tingkat kompleksitas dan bersifat fleksibel di dalam
sintesis informasi karena dapat menerangkan keluaran sistem atas masukan sistem
yang berupa faktor-faktor lingkungan dan penerapan teknik budidaya. Passioura
2

(1996) mengatakan bahwa tujuan model simulasi tanaman dapat dibagi dalam dua
kelompok: 1) bertujuan meningkatkan pemahaman kita tentang interaksi fisiologi
dan lingkungan tanaman, 2) bertujuan memberikan informasi untuk cara-cara
manajemen bagi petani ataupun memberikan prediksi-prediksi bagi para pengambil
keputusan. Tujuan pembuatan model antara lain untuk pemahaman proses yang
terjadi dalam sistem yang dimodelkan dan digunakan untuk ketepatan prediksi.
Djufry (2001) mengatakan bahwa dengan model simulasi, tanggapan hasil tanaman
terhadap tanah, cuaca, dan pengolahan dapat diperkirakan.
Sinclair et al. (1996) mengatakan bahwa pemodelan tanaman mempunyai
peranan penting sebagai alat bantu untuk sistem tanaman. Tindakan agronomis
seperti pola penentuan waktu yang tepat sangat menentukan produksi maksimal di
suatu agroekosistem, karena ketidak akuratan penentuan waktu tanam
mengakibatkan penurunan produksi sebagi dampak kekeringan atau kebanjiran.
Karena sifatnya tersebut, maka aplikasi model simulasi memiliki kelebihan
kemampuan prediksi karena menggunakan pendekatan kuantitatif dan dapat
diterapkan pada skala yang luas.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menyusun model pertumbuhan dan produksi


tanaman sorgum.

Hipotesis

Penelitian ini dilaksanakan dengan didasarkan pada beberapa hipotesis :


1. Pertumbuhan dan produksi sorgum merupakan suatu sistem yang dapat dibuat
dalam model.
2. Pemupukan nitrogen mepengaruhi nilai peubah input model
3. Model dapat menduga pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum pada tingkat
kepercayaan minimal 80%.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam beberapa hal :


1. Model dapat digunakan untuk menduga pertumbuhan dan produksi sorgum.
2. Model yang dihasilkan dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai alat penduga
pertumbuhan dan perkembangan tanaman sorgum.
3

Ruang Lingkup Penelitian

Bagan alir penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Bagan alir pemodelan pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum


(Sorghum bicolor (L.) Moench)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Jenis Sorgum

Sorgum memiliki nama umum yang beragam, yaitu sorghum di Amerika


Serikat dan Australia, durra di Afrika, jowar di India dan bachanta di Ethiopia. Di
Indonesia, biji sorgum dikenal dengan berbagai nama daerah, antara lain yaitu:
jagung pari, cantel, gandum, oncer di Jawa, jagung cetrik gandrung, gaudrum,
degem, kumpay di Sunda, wataru hamu di Sumba, sela di Flares, bata di Bugis,
jagung garai, gandum di Minangkabau (Angelina et al. 2013). Dalam sistem
taksonomi tumbuhan, sorgum termasuk Divisi Angiospermae, kelas
4

Monocotyledoneae, sub-kelas Liliopsida, ordo Poales, famili Poaceae atau


Graminae dan genus Sorghum (Doggett 1988).
Tanaman sorgum memiliki lebih kurang 30 spesies, yang sangat umum
dibudidayakan meliputi tiga spesies, yaitu Sorghum helepense (L.) Pers., Sorghum
proniquum (Kunth) Hitchc, dan Sorghum bicolor (L.) Moench. (de Wet et al. 1970
dalam House 1985). Dari ketiga spesies tersebut yang sangat populer dan menjadi
tanaman komersial di dunia adalah Sorghum bicolor (L.) Moench. Morfologi
sorgum mencakup akar batang, daun dan malai. Deskripsi tanaman sorgum tersedia
pada Lampiran 1. Penyebaran spesies ini meliputi seluruh dunia yang
dikembangkan sebagai tanaman pangan, pakan ternak dan bahan baku berbagai
industri (House 1985).

Morfologi Sorgum

Akar. Sorgum memiliki dua sistem perakaran yang berbeda. Pada


perkecambahan dihasilkan sebuah radikula tunggal (akar seminal) yang hanya
bersifat sementara dan akan mati ketika akar sekunder tumbuh secara ekstensif.
Akar sekunder muncul pada buku terendah sejalan dengan proses pertumbuhan
tanaman. Sistem perakaran ini dapat berkembang hingga 1.5 meter dari tanaman
dan berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara serta menopang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Hal inilah yang menyebabkan sorgum toleran terhadap
kekeringan (House 1985; Doggett 1988; Sungkono 2010).
Batang. Batang sorgum terdiri dari ruas-ruas dan buku-buku, berbentuk
silinder padat dan dibagian tengah batang berbentuk spons. Ukuran diameter
batang bervariasi, pada pangkal batang berkisar antara 0.5-5 cm dan keliling batang
dapat mencapai 14.5 cm. Pada beberapa varietas sorgum batang dapat
menghasilkan anakan yang bisa menjadi individu baru (House 1985; Doggett 1988;
Sungkono 2010). Batang sorgum ada yang berbentuk kering dan basah serta ada
yang hambar dan manis. Batang sorgum bagian bawah juga berfungsi sebagai
tempat berkembangnya akar tanaman. Ruas batang sorgum pada bagian tengah
tanaman umumnya memiliki panjang yang seragam di banding ruas pada bagian
bawah dan atas tanaman. Ruas paling panjang terdapat pada ruas terakhir (ujung
tanaman) yang berupa tangkai malai. Permukaan ruas batang sorgum mirip dengan
tanaman tebu, yaitu diselimuti oleh lapisan lilin yang tebal, kecuali pada ujung
batang. Lapisan lilin paling banyak pada bagian atas dari pelepah daun, yang
berfungsi mengurangi transpirasi sehingga sorgum toleran terhadap kekeringan
(Doggett 1988).
Daun. Daun merupakan bagian tanaman yang penting untuk fotosintesis.
Embrio dalam biji tanaman akan mempunyai 5-7 daun embrionik. Jumlah daun
pada batang utama sangat bervariasi, berkisar antara 7-24 helai daun tergantung
varietasnya. Daun yang berumur muda berbentuk tegak dan berbentuk kurva pada
saat daun berumur tua. Daun dewasa dapat tumbuh sepanjang 30-135 cm dan
memiliki lebar atara 1.5-13 cm pada bagian terluas. Daun-daun biasanya terdapat
secara berselang dalam dua baris pada sisi-sisi batang yang berlawanan dan masing-
masing terdiri atas suatu pelepah dan helaian. Daun sorgum berbentuk lanceolate
sehingga bagian terluas berada dekat pada batang tanaman. Pinggir daun bisa
berbentuk datar dan bergelombang, ini tergantung pada perbedaan pertumbuhan
antara pinggir daun dan helaian daun. Pelepah daun mengelilingi batang dan
5

memiki ukuran yang melebihi lingkar batang. Panjang pelepah daun berkisar antara
15-35 cm untuk daun tengah pada beberapa varietas yang berbeda, tetapi pelepah
daun pada bagian pangkal dan pucuk tanaman berukuran lebih pendek dari yang
lainnya (Doggett 1988). Daun bendera (flag leaf), merupakan daun yang terakhir
(terminal leaf) sebelum muncul malai, memiliki fungsi yang sama sebagai organ
fotosintesis dan menghasilkan fotosintat. Daun bendera umumnya lebih pendek dan
lebar dari daun-daun pada batang (House 1985). Pelepah pada daun bendera
menyelubungi primordia bunga selama proses perkembangan primordia bunga.
Fase ini disebut sebagai fase booting, yang dalam bahasa Indonesia sering di sebut
fase bunting. Daun bendera akan membuka oleh dorongan pemanjangan tangkai
bunga dan perkembangan bunga dari primordia bunga menjadi bunga sempurna
yang siap untuk mekar. Pelepah dan daun bendera di lapisi oleh lapisan lilin yang
tebal. Daun bendera muda bentuknya kaku dan tegak dan akan melengkung seiring
dengan fase penuaan daun.
Malai. Malai merupakan tempat tersusunnya rangkaian bunga. Malai sorgum
ada yang berbentuk tegak lurus dan melengkung. Malai juga memiliki kerapatan
yang bervariasi, ada yang kompak, longgar, dan intermediate. Dengan bentuk oval,
silinder, elips, seperti seruling dan kerucut (Martin dalam Sungkono 2010). Malai
pada sorgum tersusun atas tandan primer, sekunder, dan tersier. Susunan
percabangan pada malai semakin ke atas semakin rapat, membentuk rangkaian
bunga yang longgar atau kompak, bergantung pada panjang poros malai, panjang
tandan, jarak percabangan tandan dan kerapatan bunga. Tangkai malai merupakan
ruas paling ujung yang menopang malai dan paling panjang, yang terdapat pada
batang sorgum. Tangkai malai memanjang seiring dengan perkembangan malai,
dan mendorong malai keluar dari pelepah daun bendera. Ukuran panjang tangkai
malai beragam, bergantung varietas. Pada beberapa varietas, tangkai malai pendek
dan tertutup oleh pelepah daun bendera dan berbentuk lurus atau melengkung
(House 1985).

Fase Perkembangan

Sorgum memiliki pola pertumbuhan yang mirip dengan jagung, namun


interval antar fase perkembangan berbeda. Perbedaan interval antar fase
perkembangan sorgum bergantung pada varietas dan lingkungan tumbuh. Fase
perkembangan sogum dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu, fase vegetatif, fase
reproduktif/ generatif, dan fase pembentukan dan pemasakan biji.
Fase vegetatif adalah fase perkembangan awal tanaman. Bagian tanaman
yang aktif berkembangan merupakan bagian vegetatif seperti daun dan tunas.
Pembentukan daun pada fase vegetatif berfungsi memproduksi fotosintat untuk
pertumbuhan dan pembentukan biji. Fase vegetatif berlangsung pada saat tanaman
berumur antara 1-30 HST. Fase vegetatif berlangsung dalam empat tahap yaitu,
tahap berkecambah, tahap pelepah daun ke-3 terlihat, tahap daun ke-5 terlihat, dan
tahap deferensiasi titik tumbuh (Vanderlip dan Reeves 1972; House 1985; Dogget
1988).
Fase generatif umumnya berlangsung pada umur 30-60 HST. Pembentukan
bunga menandai akhir dari fase vegetatif dan dimulai fase generatif. Pembentukan
bungan akan terjadi lebih cepat pada kondisi suhu tinggi. Pada fase generatif,
tanaman akan membenuk malai sebagi tempat kumulasi fotosintat dalam bentuk
6

biji. Pertumbuhan malai yang terganggu akan menurunkan jumlah biji yang akan
terbentuk. Fase generatif berlangsung dalam tiga tahap yaitu, tahap munculnya
daun bendera, tahap menggelembungnya pelepah daun bendera (booting), dan
tahap 50% tanaman berbunga mekar (Vanderlip dan Reeves 1972; House 1985;
Dogget 1988).
Fase pembentukan dan pemasakan biji merupakan tahap akhir dari
perkembangan sorgum. Fase ini diawali dari proses pembuahan hingga akumulasi
hasil fotosintat terhenti. Perkembangan biji sorgum ditandai dengan perubahan
warna, warna hijau pada awal pembentukan hingga berwarna gelap pada saat
matang fisiologis. Fase pembentukan dan pemasakan biji berlangsung dalam tiga
tahap yaitu, tahap biji masak susu, tahap pengerasan biji, dan tahap biji matang
fisiologis (Vanderlip dan Reeves 1972; House 1985; Dogget 1988).

Lingkungan Tumbuh Tanaman

Faktor iklim
Latitude dan altitude. Tanaman sorgum mampu beradaptasi pada daerah
yang luas mulai 45 oLU sampai dengan 40 oLS, mulai dari daerah dengan iklim
tropis-kering sampai daerah beriklim basah dengan ketinggian mencapai 800 m dpl.
Tanaman sorgum tumbuh baik pada ketinggian 1-500 m dpl, namun apabila
ditanam pada daerah dengan ketinggian diatas 500 m dpl akan menghambat
pertumbuhannya dan memiliki umur yang lebih panjang. Tanaman sorgum masih
dapat menghasilkan biji pada lahan marginal, dapat ditanam secara monokultur
maupun tumpangsari dan mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembali setelah
dilakukan pemangkasan pada batang bawah dalam satu kali tanam dengan hasil
yang tidak jauh berbeda, tergantung pemeliharaan tanamannya. Selain itu tanaman
sorgum lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit (Puspitasari et al. 2012).
Suhu udara dan tanah merupakan faktor yang sangat penting untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman sorgum tumbuh
dengan baik pada suhu optimum berkisar antara 23 °C - 30 °C dan suhu tanah
berkisar antara + 25 oC dengan kelembaban relatif 20-40%. Pada daerah-daerah
dengan ketinggian 800 m dpl dimana suhunya kurang dari 20 °C, pertumbuhan
tanaman akan terhambat.
Hujan. Sorgum merupakan tanaman yang tidak membutuhkan air dalam
jumlah besar, sehingga tanaman ini tahan terhadap kekeringan. Tetapi pada fase-
fase perkembangan tertentu, tanaman tidak boleh kekurangan air, yaitu pada fase
perkembangan tanaman berdaun empat dan fase bunting waktu biji malai berisi.
Curah hujan total yang dibutuhkan tanaman ini mencapai 600 mm tahun-1. Selama
pertumbuhan tanaman, curah hujan yang diperlukan adalah berkisar antara 375-425
mm.

Faktor Tanah
Sorgum dapat beradaptasi pada kisaran kondisi tanah yang luas. Tanaman ini
dapat tumbuh baik pada tanah-tanah berat yang sering tergenang. Sorgum juga
dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir. Sorgum dapat tumbuh pada pH tanah
berkisar 5.5-8.5 dan toleran terhadap tanah salin (garam). Tanaman sorgum dapat
berproduksi pada tanah yang terlalu kritis bagi tanaman lainnya. Kondisi tekstur
tanah yang sesuai tanaman sorgum adalah berteksur tanah sedang (Doggett 1988).
7

Pemodelan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan suatu sistem yang sangat


komplek dan dipengaruhi oleh banyak factor, sehingga untuk lebih memahami
kaitan antar faktor-faktor dalam sistem tersebut, modelling sebagai penyederhanaan
suatu sistem dapat menjadi salah satu cara yang cukup mudah (Eriyatno 2003).
Pemodelan tanaman merupakan pendekatan kuantitatif untuk memprediksi
pertumbuhan, perkembangan, dan hasil tanaman, koefisien genetik, dan peubah
yang berhubungan dengan faktor lingkungan. Pemodelan juga merupakan bagian
dari analisis sistem yang komplek sebagai suatu metode pendekatan ilmiah untuk
pemecahan masalah. Pemodelan mampu menggambarkan sistem secara rinci,
menerangkan bentuk-bentuk interaksi elemen dengan jelas, dan meramalkan
kondisi-kondisi di masa yang akan datang secara realistis (Djufry 2005; Rusmayadi
2009).
Pemodelan dapat dilakukan dari hal yang sangat sederhana. Kunci utama
dalam pengembangan model terletak pada kemampuan menaksir produksi
biomassa total. Penaksiran produksi biomassa total secara sederhana dapat
dilakukan dengan membuat perbandingan antara produksi dengan radiasi matahari.
Hal ini dapat dilakukan karena produksi merupakan hasil dari fotosintesis yang
menggunakan radiasi matahari sebagai faktor pembatas dan tidak dapat diubah
(Rusmayadi 2009).
Handoko (2005) mengelompokkan beberapa model sebagai berikut:
Model fisik dan mental. Model fisik menggambarkan sistem dalam bentuk
fisik seperti prototipe pesawat terbang. Model mental menggambarkan proses
dengan layout, diagram atau persamaan matematik. Model deskriptif dan numerik.
Model deskriptif menggambarkan sistem secara kualitatif. Model numerik
menjelaskan persamaan-persamaan matematik untuk menjelaskan mekanisme
dalam suatu sistem. Model empirik dan mekanik. Model empirik juga disebut
sebagai “model statistik” atau “model kotak hitam”, hanya menunjukkan hubungan
antar variabel input dan output tanpa menjelaskan proses yang terjadi. Model
mekanik menjelaskan mekanisme proses dalam suatu sistem meskipun terdiri dari
bagian-bagian empirik. Model statik dan dinamik. Model statik tidak
mempertimbangkan waktu sebagai variabel, dan semua variabel selalu konstan.
Model dinamik mempertimbangkan waktu sebagai variabel, nilai yang tetap selama
proses disebut sebagai “parameter atau konstanta” bukan sebagai “variabel”. Model
deterministik dan stokastik. Model deterministik menghasilkan output tunggal yang
pasti. Model stokastik menghasilkan output yang bermacam-macam dengan
kemungkinan-kemungkinan yang berbeda.
Model produksi tanaman terdiri dari 4 tingkatan. Model produksi tanaman
tingkat 1, tanaman tidak memiliki faktor pembatas karena mendapatkan air dan
unsur hara yang cukup. Pertumbuhan dan hasil tanaman hanya ditentukan oleh
keadaan tanaman itu sendiri, faktor iklim (radiasi matahari dan suhu). Laju
pertumbuhan tanaman dikendalikan oleh energi radiasi matahari yang digunakan
dalam fotosintesis. Pembagian (partisi) karbohidrat untuk biomassa organ tanaman
berhubungan erat dengan umur fisiologis tanaman yang merupakan suatu fungsi
dari suhu udara. Model produksi tanaman tingkat 2, tanaman dibatasi oleh
ketersediaan air selama pertumbuhan tanaman atau paling sedikit selama jangka
8

waktu tertentu. Air merupakan media transport unsur hara, sehingga kekurangan air
akan diikuti dengan kekurangan unsur hara bagi tanaman. Model produksi
tanaman tingkat 3, tanaman dibatasi oleh kekurangan nitrogen (N) paling sedikit
selama masa pertumbuhan tertentu dan oleh kekurangan air atau keadaan musim
yang kurang menguntungkan pada masa pertumbuhan yang lain. Laju pertumbuhan
akan dipengaruhi oleh ketersediaan N ditanah dan cadangan N dalam tubuh
tanaman. Model produksi tanaman tingkat 4, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh
fosfor (P) dan unsur hara lain dalam tanah paling sedikit selama masa pertumbuhan
tertentu (de Wit dalam Rusmayadi 2009).

3 METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan penelusuran studi pustaka


dan percobaan lapangan. Penelusuran studi pustaka dimulai bulan Januari sampai
dengan September 2015. Percobaan lapangan dilakukan di kebun percobaan
Cikabayan IPB, Bogor pada bulan Juli sampai dengan November 2015.

Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa bahan untuk penyusunan
model berupa hasil studi pustaka tanaman sorgum, data iklim untuk input model
tanaman sorgum yang diperoleh dari stasiun klimatologi Darmaga, konstanta dan
peubah serta hasil percobaan untuk validasi model. Bahan untuk percobaan
tanaman sorgum berupa sarana budidaya tanaman (benih sorgum varietas Numbu,
pupuk, karbofuran, kapur pertanian), lux meter, bor tanah, oven, timbangan analitik.

Prosedur Permodelan

Metode penyusunan model pertumbuhan tanaman sorgum kepada metode


penyusunan model oleh Gordon dan Singh yang telah diadopsi oleh Qadir (2012)
pada tanaman kedelai dengan mencakup beberapa langkah berikut:
Pendefinisian masalah
Objek pemodelan difokuskan kepada pengaruh pemupukan nitrogen terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum. Pemodelan yang dilakukan mampu
menggambarkan aliran masa dan energi yang terdapat dalam sistem secara
keseluruhan.
Identifikasi Komponen Sistem
Sistem pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum diidentifikasi sebagai
suatu sistem yang dibangun oleh tiga sub sistem yang dijadikan sebagai tiga sub
model. Tiga sub model tersebut yaitu: sub model perkembangan, sub model
pertumbuhan, dan sub model neraca air.
Sub model perkembangan merupakan model yang menggambarkan
perkembangan setiap fase tanaman sorgum dari saat tanam sampai panen. Fase
perkembangan dimulai dari fase tanam - pemunculan lapang, fase pemunculan
lapang - vegetatif maksimum, fase vegetatif maksimum - bunga mekar dan fase
9

bunga mekar-matang diperhitungkan dengan berdasarkan konsep thermal unit


dengan menggunakan data suhu harian dan waktu. Diagram forester sub model
perkembangan tanaman dapat dilihat pada Gambar 2.
Sub model pertumbuhan merupakan model yang menggambarkan produksi
biomassa hasil dari fotosintesis berdasarkan efisiensi penggunaan radiasi surya,
faktor ketersediaan air, serta ketersediaan nitrogen. Energi hasil fotosintesis
dialirkan ke berbagai organ tanaman. Pembagian energi hasil fotosintessis
dipengaruhi oleh fase perkembangan, dan koefisien partisi serta tingkat respirasi
yang dipengaruhi oleh titik kompensasi cahaya dan suhu. Diagram forester sub
model pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Gambar 3.
Sub model neraca air merupakan model yang menggambarkan ketersediaan
air bagi tanaman mulai intersepsi hingga transpirasi. Ketersediaan air bagi tanaman
dirumuskan sebagai ratio antara transpirasi aktual terhadap transpirasi maksimum.
Komponen-komponen neraca air mencakup kadar air tanah, transpirasi, evaporasi,
intersepsi tajuk, dan perkolasi. Diagram forester sub model neraca air tanaman
dapat dilihat pada Gambar 4.

———— = aliran masa -------- = aliran informasi


Ο = sumber □ = peubah keadaan
= aliran = buangan
( ) = parameter [ ] = peubah luar
TU = thermal unit em = emergence
vm = vegetatif maksimum bm = bunga mekar
p = panen To = suhu dasar
Gambar 2 Diagram forester sub-model perkembangan (Qadir 2012)
10

———— = aliran masa -------- = aliran informasi


Ο = sumber □ = peubah keadaan
= aliran = buangan
( ) = parameter = peubah pembantu
[ ] = peubah luar
Qs = radiasi surya
k = koefisien pemadaman
LUE = light use efficiency
Pn = fotosintesis
p = partisi hasil fotosintesis
R = koefisien respirasi
s = stage (fase perkembangan)
T = suhu
LAI = leaf area index
SLA = specific leaf area
Fair = faktor ketersediaan air
Gambar 3 Diagram forester sub-model pertumbuhan (Handoko 1994 dalam
Suwarto 2005)
11

———— = aliran masa -------- = aliran informasi


Ο = sumber □ = peubah keadaan
= aliran = buangan
( ) = parameter = peubah pembantu
[ ] = peubah luar
Qs = radiasi surya
T = suhu
RH = kelembapan
Int = intersepsi kanopi
Ea = evaporasi aktual
KL = kapasitas lapang
Em = evaporasi maksimum
Etm = evapotranspirasi maksimum
Tm = transpirasi maksimum
Ta = traanspirasi aktual
KAT = kadar air tanah
TLP = titik layu permanen
Lai = leaf area index
Fair = faktor ketersediaan air

Gambar 4 Diagram forester sub-model neraca air (Handoko 1994 dalam Suwarto
2005)
12

Penyusunan model
Penyusunan model dilakukan dengan perangkaian peubah-peubah dalam
sistem yang dilakukan menggunakan perangkat lunak Stella versi 9.02. Proses
perangkaian membentuk Model Construction Layer – Stella (MCL-S) dan
hubungan persamaan matematik disusun dalam Equation Layer – Stella (EL-S).
Percobaan Untuk Input Model
Percobaan bertujuan untuk memperoleh nilai konstanta untuk penyusunan
model dan memperoleh data aktual tentang bobot kering tanaman sorgum untuk
validasi model. Penanaman sorgum dilakukan dengan pemupukan nitrogen yang
berbeda. Tanah diolah dan dibentuk petakan sebesar 6 m x 2 m. Pemberian kapur
dilakukan sesuai kadar pH tanah.
Penanaman dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak tanam 75 cm x 25
cm. Setiap lubang tanam ditanami 4 butir benih sorgum, dan dijarangkan 2 tanaman
perlubang setelah tumbuh. Pemberian pupuk dilakukan dengan dosis menurut Hons
et al. (1986); Sobariah (1999); Fanindi et al. (2005); Akram (2007); Lumbantobing
et al. (2008); dan Sucipto (2010) sebesar 120 kg N ha-1, 36 kg P2O5 ha-1, dan 90 kg
K2O ha-1. Pemeliharaan dilakukan dengan pengendalian OPT secara mekanis.
Pemanenan dilakukan pada 15 MST.
Penelitian ini terdiri dari percobaan pemupukan nitrogen dengan 5 faktor
tunggal :
N1 = 0 % dosis N acuan
N2 = 50 % dosis N acuan
N3 = 100 % dosis N acuan
N4 = 150 % dosis N acuan
N5 = 200 % dosis N acuan
diulang 5 kali sehingga terdapat 5 x 5 = 25 petak percobaan.
Pengukuran Peubah Input Model
Pengukuran dilakukan terhadap peubah yang diperlukan untuk input MCL-S
dan validasi model. Pengukuran yang diperlukan berupa:
Peubah dan Parameter Perkembangan Tanaman (s). Pengamatan
perkembangan tanaman dilakukan dengan pengamatan setiap hari terhadap kondisi
fisik pertumbuhan tanaman. Fase perkembangan tanaman sorgum dibedakan atas
fase muncul lapang (emergence), fase vegetatif maksimum, fase bunga mekar
(anthesis), dan saat panen untuk tercapainya setiap fase perkembangan tersebut,
dibutuhkan sejumlah unit panas/ thermal unit (TU) tertentu. TU merupakan fungsi
dari suhu harian dan waktu yang pada akhirnya menentukan umur tanaman (hari)
untuk setiap fase perkembangan.
1. Saat tanam; hari pada saat sorgum ditanam sebagai awal perhitungan fase
perkembangan. Fase perrkembangan ini diberi nilai s = 0.00
2. Fase muncul lapang (emergence); waktu muncul lapang (hari) dihitung dari saat
tanam sampai waktu kejadian muncul lapang. Pada saat ini tanaman hanya bisa
dipisahkan antara akar dan tajuk (daun). Kejadian muncul lapang diberikan nilai
s = 0.25
3. Fase vegetatif maksimum; fase vegetatif maksimum diawali dari pemunculan
lapang sampai perkembang yang ditandai dengan keluarnya daun terakhir yang
berbentuk menggulung sebanyak 75% populasi tanaman. Vegetatif maksimum
diberi nilai s = 0.50.
13

4. Fase bunga mekar (anthesis); fase bunga mekar ditandai dengan minimal 75%
populasi tanaman telah mengeluarkan bunga mekar. Fase ini diberi nilai s = 0.75.
5. Fase matang; ditandai dengan biji telah terisi penuh dan berwarna kuning gelap.
Pada saat ini tanaman telah mencapai perkembangan penuh dan diberikan nilai
s=1.00.
Output dari pengukuran kejadian fase fenologi ini adalah parameter yang
berupa unit panas (thermal unit) untuk masing-masing fase fenologi. TU dihitung
berdasarkan hasil akumulasi dari rata-rata suhu harian (T) terhadap suhu dasar
tanaman sorgum (T0). Rata-rata suhu harian diperoleh dari stasiun klimatologi
Darmaga. Suhu dasar (T0), yang merupakan suhu mulai terjadi pertumbuhan
ditetapkan dengan nilai 15 oC (Singh dan Dhaliwal 1972).
Peubah dan Parameter Pertumbuhan Tanaman. Pengukuran peubah dan
parameter pertumbuhan tanaman sorgum dilakukan untuk mendapatkan nilai bobot
kering organ tanaman yang akan menjadi acuan untuk mendapatkan nilai luas daun
spesifik (SLA), indeks luas daun (ILD), koefisien pemadaman (k), light use
efficiency (LUE) dan koefisien partisi (η) tanaman sorgum.
1. Bobot kering organ (Bkorgan)
Pengukuran bobot kering organ mengacu pada penelitian Suwarto (2005).
Bagian-bagian organ vegetatif tanaman sorgum yang yang terdiri atas akar, batang
dan daun diukur disetiap akhir fase perkembangan tanaman sampai fase tasseling
serta 2 kali diantara fase emergen dan fase vegetatif maksimum. Pada periode
perkembangan generatif; selain akar, batang dan daun juga diukur bobot kering
malai dan biji. Pada setiap petak satuan percobaan diambil 2 contoh tanaman
sorgum destruktif. Tanaman sorgum dicabut secara hati-hati bersama seluruh akar.
Bagian akar dicuci dari tanah yang menempel. Selanjutnya organ tanaman
dipisahkan menurut jenis organ. Masing-masing organ dimasukkan kedalam
kantong kertas secara terpisah dan dioven (selama 72 jam pada suhu 80 oC) untuk
memperoleh bahan kering dan ditimbang bobotnya.
2. Luas daun spesifik (SLA) dan Indeks Luas Daun (ILD)
SLA dihitung berdasarkan nisbah antara luas daun (cm2) terhadap bobot
kering daun (g) pada setiap akhir fase perkembangan tanaman sorgum, satuannya
cm2 g-1 atau dikonversikan menjadi ha kg-1. Luasan daun (L) diambil dari seluruh
daun dari 1 tanaman mengunakan Licor LI 3100. Kemudian daun tersebut dioven
untuk mendapatkan bobot keringnya (Bkdaun).
𝐿
𝑆𝐿𝐴 = 𝐵𝐾 𝑑𝑎𝑢𝑛
3. Koefisien Pemadaman (K)
Pengukuran koefisien pemadaman mengacu pada penelitian Qadir (2012).
Koefisien pemadaman dihitung berdasarkan hasil pengukuran radiasi datang (Qs)
di atas tajuk, dan radiasi yang diteruskan (Ql) di bawah tajuk menggunakan Lutron
LX 1108, serta indeks luas daun pada beberapa fase tanaman sorgum. Indeks luas
daun (ILD) merupakan hasil perkalian antara bobot kering organ daun (Bkdaun)
dengan SLA
𝑄𝑠
𝐼𝑛
𝑄𝑙
𝐾= , 𝐼𝐿𝐷 = 𝑆𝐿𝐴 ∗ 𝐵𝐾 𝑑𝑎𝑢𝑛
−𝐼𝐿𝐷
14

4. Light Use Efficiency (LUE)


LUE dihitumg berdasarkan rasio bobot tanaman yang dihasilkan selama
periode waktu tertentu (∆Bktotal) (kg) terhadap jumlah energi yang di intersepsi
tajuk pada waktu yang sama (∑ Qint) (MJ). Intersepsi tajuk dihitung menggunakan
selisih antara radiasi permukaan tajuk (Qs) dan radiasi dibawah tajuk (Ql) setiap
hari selama penanaman. jika ∆Bktotal ≤ 0, diasumsikan tidak terjadi pertumbuhan
dan LUE bernilai 0.
∆𝐵𝐾𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐿𝑈𝐸 =
∑ 𝑄𝑖𝑛𝑡
5. Koefisien partisi (η)
Koefisien partisi dihitung pada tiap fase perkembangan tanaman berdasarkan
rasio bobot kering organ tanaman (akar, batang, daun, biji) pada fase perkembangan
tanaman tertentu (dBKi) terhadap bobot kering total pada fase perkembangan yang
sama (dBktotal).
𝑑𝐵𝐾𝑖
𝜂=
dBK 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Peubah dan Parameter Air dan Tanah. Peubah dan parameter air dan tanah
yang diperlukan untuk input model dan output untuk validasi model meliputi: sifat
fisik tanah, kadar air kapasitas lapang, kadar air titik layu permanen, dan kadar air
tanah.
1. Sifat fisik dan hara tanah
Sifat fisik dan hara tanah dianalisis sebelum tanam. Analisis sifat fisik tanah
meliputi bobot jenis tanah, tekstur, permeabilitas, porositas tanah, kadar air
kapasitas lapang (KL) pada pF 2.54 dan titik layu permanen pada pF 4.2. Analisis
tanah awal meliputi hara makro dan mikro tanah. Contoh tanah utuh diambil pada
kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm.
2. Kadar Air Tanah (KAT)
KAT diukur setiap 10 hari mulai 1 minggu setelah tanam (MST) sampai 1
minggu sebelum panen. Pengukuran KAT dilakukan dengan metode gravimetri.
Contoh tanah untuk keperluan ini diambil pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm
dengan bor tanah pada setiap petak percobaan. Penentuan kedalaman sampai 30 cm
dengan pertimbangan evaporasi dapat memindahkan air sampai batas ini dan
penentuan kedalaman sampai 60 cm karena transpirasi mampu memindahkan air
pada lapisan ini. Hal ini berarti transpirasi dipengaruhi oleh luas daun tanaman.
Contoh tanah diambil secara acak diantara barisan tanaman. Bobot tanah ditimbang
sebagai bobot basah. Kemudian tanah dioven dengan suhu 105 oC selama 24 jam,
dan ditimbang kembali sebagai bobot kering. Persentase kadar air tanah ditentukan
dengan menghitung selisih berat basah dan berat kering dibagi dengan berat basah.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 (%) = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
.Peubah Cuaca. Data cuaca digunakan sebagai input model yang
memggambarkan kondisi lingkungan. Nilai peubah cuaca yang meliputi radiasi
surya datang (Qs), curah hujan (hujan), suhu (T), kelembaban nisbi (RH) dan
kecepatan angin (U) diperoleh dari Stasiun Klimatologi Darmaga. Data
dikumpulkan dengan resolusi harian. Selanjutnya data yang diperoleh dikonversi
ke satuan yang sesuai dengan kebutuhan input MCL-S. Data dikumpulkan selama
tahun 2015.
15

Tabel 1 Peubah dan parameter untuk input model pertumbuhan dan produksi
sorgum
No Peubah dan parameter Satuan Sumber data
1 Curah hujan Mm Stasiun klimatologi Darmaga
2 Intensitas cahaya (Qs) MJ Stasiun klimatologi Darmaga
3 Kelembaban udara (RH) % Stasiun klimatologi Darmaga
4 Kecepatan angin (U) m/detik Stasiun klimatologi Darmaga
o
5 Suhu Udara C Stasiun klimatologi Darmaga
6 Kadar air tanah (KAT) Mm Pengukuran
7 Kapasitas lapang (KL) Mm Pengukuran
8 Titik layu permanen (TLP) Mm Pengukuran
o
9 Thermal unit (TU) C hari Percobaan
o
10 Suhu dasar sorgum (To) C Studi pustaka
11 Specifik leaf area (SLA) kg ha-1 Percobaan
12 Koefisien pemadaman (K) - Percobaan
13 Koefisien partisi (n) - Percobaan
-1
14 Light use efficiency (LUE) kg MJ Percobaan
15 Koefisien pemeliharaan Studi pustaka

Simulasi dan Validasi


Simulasi dilakukan menggunakan MCL-S dengan memasukkan data input
model berupa data unsur cuaca, kapasitas lapang, dan titik layu permanen. Nilai-
nilai peubah dan parameter pertumbuhan dan produksi sorgum hasil percobaan
lapang yang telah dihitung, dianalisis ragamnya. Apabila analisis ragam
menunjukkan pengaruh yang nyata dari perlakuan terhadap peubah dan parameter
tersebut, dilakukan uji Duncan. Untuk melihat pola respon dari data yang dihasilkan
dilakukan uji polinomial ortogonal. Nilai peubah dan parameter yang berpengaruh
tidak nyata terhadap perlakuan ditetapkan untuk input model berdasarkan nilai rata-
rata umum seluruh perlakuan. Bila berpengaruh nyata, perlakuan tersebut dijadikan
sebagai peubah input model. Hasil simulasi dinilai tingkat kesahihannya untuk
menentukan bahwa model yang dibuat valid. Validasi mengacu pada Suwarto
(2005) dan Rusmayadi (2009) dengan membandingkan antara nilai-nilai peubah
hasil aktual di lapang dan hasil perhitungan model simulasi menggunakan uji-t serta
persamaan garis absis dan ordinat plot 1:1.
16

Tabel 2 Jadwal pengamatan kegiatan pemodelan pertumbuhan dan produksi


tanaman sorgum
Umur tanaman (MST) Ket.
No Pengamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 BK organ √ √ √ √
2 Koefisien √ √ √ √ √
pemadaman
3 Luas daun √ √ √ √ √
spesifik
4 ILD √ √ √ √ √
5 Koefisien √ √ √ √ √ √
partisi
6 Bobot jenis √
tanah
7 Kapasitas √
lapang
8 TLP √
9 KAT √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Model simulasi tanaman merupakan pendekatan kuantitatif untuk


memprediksi pertumbuhan, perkembangan dan hasil tanaman, koefisien genetik
tanaman, dan peubah yang berhubungan dengan faktor lingkungan (Monteith
1977).
Pendefinisian Masalah

Pertumbuhan tanaman merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai


proses dari aliran massa energi radiasi matahari ke daun hingga menghasilkan
organ-organ tanaman (Qadir 2012). Proses menghasilkan organ-organ tanaman dari
aliran massa energi radiasi matahari dipengaruhi oleh hubungan antara iklim air dan
tanah. Kajian hubungan antara iklim air dan tanah terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman sorgum dalam bentuk model belum banyak dilakukan.
Pengembangan suatu model produksi dapat diawali secara sederhana dengan
melibatkan hanya satu faktor iklim saja. Model produksi dapat dibuat dengan
menaksir produksi biomassa total berdasarkan radiasi matahari karena produksi
merupakan hasil fotosintesis dan salah satu faktor pembatasnya adalah radiasi
matahari (Rusmayadi 2009), kemampuan tanaman memanfaatkan energi radiasi
matahari dipengaruhi banyak faktor. Faktor iklim lainnya berupa air dan kandungan
hara tanah merupakan pembatas yang mempengaruhi kemampuan tanaman dalam
memanfaat energi radiasi matahari.
17

Peubah Input Model

Peubah dan Parameter Perkembangan Tanaman (s)


Pembagian karbohidrat sebagai hasil fotosintesis ke organ-organ tanaman
dipengaruhi oleh fase perkembangan tanaman (Qadir 2012). Fase perkembangan
ditentukan berdasarkan suhu yang dihubungkan dengan perkiraan derajad hari atau
jumlah panas (Suwarto 2005). Gholiopouri et al. (2010) menyebutnya sebagai
konsep thermal time yang mengontrol fase pekembangan tanaman dengan
menggunakan parameter model suhu dasar (To) dan input model berupa suhu rata-
rata harian selama pertumbuhan tanaman.
Data suhu yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Darmaga yang berjarak ±
6 km dari lokasi percobaan dapat dilihat pada Gambar 5. Rata-rata suhu maksimum
lokasi penelitian adalah 33.6 oC dan rata-rata suhu minimum 21.9 oC. Kondisi suhu
rata-rata selama penelitian sebesar 26.4 oC. Pertumbuhan optimum tanaman sorgum
dicapai pada kisaran suhu 23 oC-30 oC.

40

30
Suhu (oC)

20

10

0 6okt-23okt
4agus-13agus

24agus-5okt
29juli-3agus

14 agus-23agus

24okt-13nov

Emergence 10E 20E VM BM Panen


Waktu Pengamatan
T rata-rata T max T min
Gambar 5 Suhu selama penelitian
Nilai parameter perkembangan tanaman sorgum pada tiap fase dihitung
menggunakan konsep unit panas atau thermal units (TU). Nilai thermal units
dihitung berdasarkan hasil akumulasi dari selisih rata-rata suhu harian (T) dari
stasiun klimatologi terhadap suhu dasar (To) tanaman sorgum yang ditetapkan
sebesar 15 oC (Singh dan Dhaliwal 1972). Perlakuan pemupukan N tidak
mempengaruhi nilai thermal units tanaman sorgum. Nilai thermal units sorgum
mulai tanam sampai fase emergence (Tuem) sebesar 53.0 oC, fase emergence
sampai fase vegetatif maksimum (Tuvm) sebesar 711.5 oC, fase vegetatif
maksimum sampai fase bunga mekar (Tubm) sebesar 210.5 oC dan fase bunga
mekar sampai fase panen (Tup) sebesar 245.0 oC. Total keseluruhan thermal units
yang dibutuhkan tanaman sorgum, mulai dari tanam sampai panen adalah sebesar
1219.0 oC (Tabel 3).
18

Tabel 3 Nilai thermal units (TU) tanaman sorgum


Kebutuhan Total
Fase perkembangan thermal units (oC)
Tanam - Emergence (Tuem) 053.0 0053.0
Emergence - Vegetatif maksimum (Tuvm) 711.5 0764.5
Vegetatif maksimum - Bunga mekar (Tubm) 210.5 0974.0
Bunga mekar - Panen (Tup) 245.0 1219.0
Fase perkembangan dalam pemodelan sorgum dapat dibedakan menjadi fase
saat tanam (s=0), fase emergence (s=0.25), vegetatif maksimum (s=0.50), bunga
mekar (s=0.75), dan panen (s=1) (Gambar 6). Laju perkembangan tanaman atau
Pertambahan fase perkembangan (∆s) terjadi bila suhu rata-rata harian (T) melebihi
suhu dasar (To).
S=0 0.25 0.50 0.75 1.00
Tanam Emegence Veg. maksimum Bunga mekar panen
Gambar 6 Diagram model perkembangan tanaman sorgum
Perubahan fase perkembangan tanaman (s) dari saat tanam hingga panen
terjadi jika akumulasi thermal units (TU) tercapai untuk masing-masing fase.
Pertambahan fase perkembangan harian (∆s) dihitung berdasarkan rasio dari
pengurangan suhu rata-rata harian (T) dan Suhu dasar (To) sorgum dengan
pertambahan thermal unit dari tiap fase perkembangan (TUem, TUvm, TUbm dan
TUp) sebagai berikut :
∑(T−To)
s = TU ; jika T > To , S = 0 jika T ≤ To
T−To T−To
∆s = TUem ; jika 0 ≤ s ≤ 0.25 , ∆s = TUvm−TUem ; jika 0.25 < s ≤ 0.5

T−To T−To
∆𝑠 = TUbm−TUvm ; jika 0.5 < s ≤ 0.75 , ∆𝑠 = TUp−TUbm ; jika 0.75 < s ≤ 1
Fase emergence (em) tercapai jika ∑(T-To) = TUem. Fase vegetatif
maksimum (vm) tercapai jika ∑(T-To) = TUvm. Fase bunga mekar (bm) tercapai
jika ∑(T-To) = TUbm. Fase panen (p) tercapai jika ∑(T-To) = TUp.

Peubah dan Parameter Pertumbuhan Tanaman


Pembahasan utama dalam model pertumbuhan tanaman adalah proses
pertambahan dan pengurangan bobot kering tanaman. Pertambahan bobot kering
tanaman terjadi karena akumulasi fotosintat hasil fotosintesis dan pengurangan
bobot kering terjadi karena pemakaian sebagian energi hasil fotosintesis untuk
respirasi pemeliharaan tanaman. Qadir (2012) menjelaskan produk dari hasil
fotosintesis adalah bobot kering tanaman tersebut. Produk hasil fotosintesis
dialirkan keorgan tanaman untuk energi pertumbuhan dan energi pemeliharaan.
Septirosya (2016) menjelaskan Fotosintesis sangat berkaitan dengan efisiensi
penggunaan cahaya (LUE). Energi cahaya digunakan tanaman untuk menghasilkan
karbohidrat yang tergambarkan dalam bentuk bobot kering tanaman. Produksi
bobot kering hasil fotosintesis (Pn) dihitung berdasarkan efisiensi penggunaan
cahaya (LUE), koefisien pemadaman (k) yang berhubungan dengan struktur tajuk
19

tanaman dan didefinisikan sebagai indeks luas daun (ILD) dan radiasi matahari
yang sampai ke tajuk tanaman (Qs) (Qadir 2012).
Pn = LUE(1 − exp(−k ILD) )Qs
1. Bobot Kering Organ
Perlakuan pemupukan N nyata mempengaruhi nilai bobot kering organ daun
pada fase 10 hari setelah emergence, 20 hari setelah emergence, dan vegetatif
maksimum. Bobot kering organ daun perlakuan N4 (150% dosis N acuan) 6.40 kg
ha-1 dan N5 (200% dosis N acuan) 10.03 kg ha-1 lebih tinggi dibandingkan
perlakuan N1 (0% dosis N acuan) dan N2 (50% dosis N acuan) dengan nilai 3.95
kg ha-1 dan 4.59 kg ha-1 pada fase 10 hari setelah emergence, pola respon linear.
Fase 20 hari setelah emergence perlakuan N4 (150% dosis N acuan) dan N5 (200%
dosis N acuan) menghasilkan bobot kering organ daun 27.95 kg ha-1 dan 26.13 kg
ha-1 lebih tinggi dibandingkan perlakuan N1 (0% dosis N acuan) dan N2 (50% dosis
N acuan) dengan bobot kering organ daun 17.92 kg ha-1 dan 16.53 kg ha-1, pola
respon linear. Fase vegetatif maksimum perlakuan N3 (100% dosis N acuan), N4
(150% dosis N acuan) dan N5 (200% dosis N acuan) menghasilkan bobot kering
organ daun 659.09 kg ha-1, 650.88 kg ha-1 dan 619.84 kg ha-1 lebih tinggi
dibandingkan perlakuan N1 (0% dosis N acuan) 423.7 kg ha-1, pola respon linear
(Lampiran 2).
Lampiran 2 memperlihatkan Fase 20 hari setelah emergence perlakuan N4
(150% dosis N acuan) dan N5 (200% dosis N acuan) menghasilkan bobot kering
total organ tanaman 54.19 kg ha-1 dan 53.97 kg ha-1 lebih tinggi dibandingkan
perlakuan N1 (0% dosis N acuan) dan N2 (50% dosis N acuan) dengan bobot kering
total organ tanaman 32.75 kg ha-1 dan 34.88 kg ha-1, pola respon linear. Fase
vegetatif maksimum perlakuan N3 (100% dosis N acuan) dan N4 (150% dosis N
acuan) menghasilkan bobot kering total organ 1138.13 kg ha-1 dan 1007.89 kg ha-1
lebih tinggi dibandingkan perlakuan N1 (0% dosis N acuan) dengan bobot kering
total organ 649.17 kg ha-1, pola respon linear. Pola respon linear menunjukkan
peningkatan bobot kering tanaman dengan meningkatnya pemupukan N.
Pemupukan N dapat meningkatkan hasil bobot kering tanaman (Maw et al. 2016;
Anfinrud et al. 2013; Sawargaonkar et al. 2013).
2. Luas Daun Spesifik dan Indeks Luas Daun
Luas daun spesifik merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan
nilai indeks luas daun dalam sub model pertumbuhan. Peningkatan pemberian
pupuk nitrogen tidak mempengaruhi nilai luas daun spesifik. Nilai luas daun
spesifik menurun seiring dengan bertambahnya umur tanaman yang diikuti dengan
bertambahnya jumlah daun tanaman. Nilai luas daun spesifik yang lebih rendah
menandakan bahwa menipisnya ketebalan daun, terutama daun bagian bawah yang
ternaungi. Ketebalan daun yang menipis merupakan respon morfologis tanaman.
Suwarto (2005) dan Aznur (2012) melaporkan bahwa daun yang ternaungi
memiliki luas yang lebih lebar dan lebih tipis agar mampu menangkap cahaya lebih
banyak. Berdasarkan Tabel 4, model pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum
menggunakan satu parameter luas daun spesifik (sla) yaitu 0.003 ha kg-1.
20

Tabel 4 Luas daun spesifik (ha kg-1)


Pemupukan Fase perkembangan
Rata-rata
% dosis N 10E 20E VM BM Panen
0 0.0043 0.0043 0.0019 0.0011 0.0012 0.003
50 0.0044 0.0044 0.0018 0.0011 0.0011 0.003
100 0.0045 0.0045 0.0018 0.0011 0.0011 0.003
150 0.0054 0.0054 0.0018 0.0011 0.0011 0.003
200 0.0042 0.0042 0.0018 0.0011 0.0011 0.003
Rata-rata 0.003
Keterangan : 10E: 10 hari setelah emergence, 20E: 20 hari setelah emergence, VM: vegetatif
maksimum, BM: bunga mekar. Dosis rekomendasi N: 120 kg ha-1.
Dalam pemodelan simulasi tanaman, indeks luas daun berfungsi untuk
menghitung banyaknya radiasi matahari yang diserap daun untuk fotosintesis, yang
selanjutnya menentukan produksi biomassa tanaman. Peubah ini sangat baik untuk
menggambarkan distribusi cahaya yang tidak hanya ditentukan oleh sifat daun,
tetapi juga kerapatan daun (Rusmayadi 2009). Pertumbuhan nilai indeks luas daun
(ILD) Sorgum dalom model pertumbuhan pertumbuhan dan produksi tanaman
sorgum di hitung berdasarkan nilai luas daun spesifik dan bobot kering daun. Nilai
indeks luas daun pada Gambar 7 berkisar antara 0.01 hingga 4.83. Nilai ILD
terendah pada fase 10 hari setelah emergence dan tertinggi pada fase bunga mekar,
setelah itu menurun karena terjadi pelayuan sebagian daun bagian bawah.
5,00
4,00 N1 (0% acuan)
3,00 N2 (50% acuan)
ILD

2,00 N3 (100% acuan)


1,00 N4 (150% acuan)
0,00 N5 (200% acuan)

Fase perkembangan
Gambar 7 Nilai ILD pada tingkat pemupukan N per fase perkembangan sorgum
Nilai intersepsi radiasi (Qint) tanaman sorgum berkisar 0.54 MJ m-2 hingga
11.04 MJ m-2. Nilai minimum dicapai pada fase emergence - 10 hari setelah
emergence. Analisis ragam pada Tabel 5 menjelaskan perlakuan pemupukan N
nyata mempengaruhi Qint pada fase emergence - 10 hari setelah emergence, fase
10 hari setelah emergence - 20 hari setelah emergence, dan fase 20 hari setelah
emergence – vegetatif maksimum. Pemupukan N tidak mempengaruhi Qint pada
fase vegetatif maksimum - bunga mekar dan fase bunga mekar - panen.
21

Tabel 5 Nilai intersepsi radiasi (Qint) tanaman sorgum (MJ m-2)


Pemupukan Fase Perkembangan
% dosis N E E-10E 10E-20E 20E-VM VM-BM BM-Panen
0 0 0.05b 0.19b 2.26b 10.51 6.83
50 0 0.06b 0.20ab 2.70ab 10.37 6.48
100 0 0.06ab 0.25a 3.37ab 10.97 6.32
150 0 0.07ab 0.26a 3.43a 11.04 6.68
200 0 0.07a 0.26a 3.21ab 10.88 7.66
Pola respont L* L* L* - -
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil hasil
yang tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada α = 5%. t : uji polinomial
ortogonal terhadap dosis pupuk ; L : linier, * : nyata taraf 5%. E: emergence, 10E: 10
hari setelah emergence, 20E: 20 hari setelah emergence, VM: vegetatif maksimum,
BM: bunga mekar. Dosis rekomendasi N: 120 kg ha-1

Tabel 5 menjelaskan fase emergence - 10 hari setelah emergence perlakuan


N5 (200% dosis N acuan) setiap hari mengintersepsi radiasi cahaya matahari 0.070
MJ m-2 nyata lebih besar dibandingkan perlakuan N1 (0% dosis N acuan) dan N2
(50% dosis N acuan) yang setiap hari mengintersepsi sebesar 0.054 MJ m -2 dan
0.056 MJ m-2. fase 10 hari setelah emergence - 20 hari setelah emergence perlakuan
N3 (100% dosis N acuan), N4 (150% dosis N acuan), dan N5 (200% dosis N acuan)
setiap hari mengintersepsi radiasi cahaya matahari 0.25 MJ m-2, 0.26 MJ m-2, dan
0.26 MJ m-2 nyata lebih besar dibandingkan perlakuan N1 (0% dosis N acuan) yang
setiap hari mengintersepsi sebesar 0.19 MJ m-2. fase 20 hari setelah emergence –
vegetatif maksimum perlakuan N3 (100% dosis N acuan) dan N4 (150% dosis N
acuan) setiap hari mengintersepsi radiasi cahaya matahari 3.37 MJ m-2 dan 3.43 MJ
m-2 nyata lebih besar dibandingkan perlakuan N1 (0% dosis N acuan) dan N2 (50%
dosis N acuan) yang setiap hari mengintersepsi sebesar 2.26 MJ m-2 dan 2.70 MJ
m-2. Penambahan dosis pupuk N 0-200% dari acuan menunjukkan pola respon
linear terhadap nilai Qint pada fase emergence - 10 hari setelah emergence, 10 hari
setelah fase emergence - 20 hari setelah emergence, dan 10 hari setelah fase
emergence - vegetatif maksimum Giunta et al. (2009) menyatakan N yang diserap
tanaman membentuk pola yang linear terhadap nilai Qint.
3. Koefisien Pemadaman (k)
Koefisien pemadaman (k) merupakan suatu besaran yang menyatakan sejauh
mana radiasi yang datang diatas suatu tajuk tanaman dapat dipadamkan oleh
komunitas tersebut dengan asumsi sumber radiasi datang hanya dari atas tajuk
(Suwarto 2005). Perlakuan pemupukan N tidak mempengaruhi nilai koefisien
pemadaman (k) tanaman sorgum. Nilai koefisien pemadaman (k) tanaman sorgum
pada Tabel 6 berkisar dari 0.22 sampai 0.93. Nilai terendah diperoleh pada fase
vegetatif maksimum, dan tertinggi pada fase panen. Nilai koefisien pemadaman (k)
dari fase emergence hingga fase panen meningkat sejalan dengan peningkatan luas
daun tanaman. Nilai koefisien pemadaman (k) untuk input model pertumbuhan dan
produksi tanaman sorgum ditetapkan dari rata-rata perlakuan sebesar 0.44.
22

Tabel 6 Koefisien pemadaman


Pemupukan Fase perkembangan
Rata-rata
% dosis N E VM BM Panen
0 0 0.22 0.79 0.86 0.47
50 0 0.22 0.72 0.80 0.44
100 0 0.23 0.72 0.81 0.44
150 0 0.24 0.75 0.59 0.39
200 0 0.23 0.70 0.93 0.47
Rata-rata 0 0.23 0.74 0.80 0.44
Keterangan : E: emergence, VM: vegetatif maksimum, BM: bunga mekar. Dosis rekomendasi
N: 120 kg ha-1.

4. Efisiensi Penggunaan Cahaya (LUE)


Nilai efisiensi pengunaan cahaya matahari (LUE) merupakan landaian
(Slope) hubungan antara radiasi yang diintersepsi tanaman (Qint) dengan akumulasi
bahan kering (∆BKTotal) yang dihasilkan selama periode emergence sampai panen
(Maw et al. 2015). Nilai LUE tanaman sorgum tersedia pada Tabel 7.
Tabel 7 Nilai efisiensi pengunaan cahaya matahari (g MJ-1)
Pemupukan Fase perkembangan LUE
% dosis N E-10E 10E-20E 20E-VM VM-BM BM-Panen E-Panen
0 1.31 1.21 0.64 2.61 1.19 1.39
50 1.27 1.22 0.64 2.50 1.10 1.34
100 1.36 1.22 0.77 2.68 0.97 1.40
150 1.39 1.56 0.64 2.62 0.94 1.43
200 1.74 1.46 0.65 2.58 1.00 1.49
Rata-rata LUE = 1.41
Keterangan : E: emergence, 10E: 10 hari setelah emergence, 20E: 20 hari setelah emergence,
VM: vegetatif maksimum, BM: bunga mekar, LUE: efisiensi penggunaan cahaya.
Dosis rekomendasi N: 120 kg ha-1.
Nilai LUE sorgum berkisar antara 1.34 g MJ-1 sampai 1.49 g MJ-1 (Tabel 7).
Analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan dosis pupuk N 0-200% dari
acuan tidak mempengaruhi nilai LUE, sehingga nilai LUE yang digunakan sebagai
input model adalah rata-rata dari total nilai LUE sebesar 1.41 g MJ-1 dan dikonversi
menjadi 0.00141 kg MJ-1. Kiniry et al. (1989) melaporkan nilai LUE jagung adalah
1.6 g MJ-1, 1.3 g MJ-1 untuk sorgum dan bunga matahari, serta 1.0 g MJ-1 untuk
padi dan gandum. Nilai minimum LUE sorgum dicapai pada fase emergence dan
nilai maksimum pada fase bunga mekar.. Peningkatan nilai LUE dan Qint dari fase
emergence menuju fase bunga mekar, serta penurunan nilai LUE pada fase panen
merupakan hasil dari perubahan nilai ILD dari tiap fase perkembangan. Muurinen
dan Sainio (2006) menyatakan bahwa nilau LUE meningkat sejalan dengan
meningkatnya nilai ILD. Selanjutnya Tesfaye et al. (2006), juga menyatakan
bahwa Qint berkorelasi positif dengan nilai ILD

5. Koefisien Partisi (η)


Alokasi biomassa tanaman menunjukkan pentingnya rasio biomassa tanaman
terhadap biomassa total tanaman (Mathieu et al. 2009). Suwarto (2005)
menjelaskan bahwa di dalam model pertumbuhan, penambahan bahan kering total
harian dipartisikan ke berbagai organ tanaman mengikuti fungsi fase perkembangan
23

tanaman (s). Partisi untuk fase emergence adalah 81% ke akar, 0% ke batang, 19%
ke daun, dan 0% ke malai. Partisi untuk fase vegetatif maksimum adalah 22% ke
akar, 14% ke batang, 64% ke daun, dan 0% ke malai. Partisi untuk fase bunga mekar
adalah 13% ke akar, 53% ke batang, 18% ke daun, dan 16% ke malai. Partisi untuk
fase panen adalah 0% ke akar, 0% ke batang, 0% ke daun, dan 100% ke malai (Tabel
8). Peningkatan bobot kering tanaman oleh penambahan pemupukan nitrogen pada
Lampiran 2 tidak mempengaruhi nilai partisi tanaman sorgum.
Tabel 8 Partisi tanaman sorgum per fase perkembangan tanaman
Bagian Fase perkembangan
tanaman Emergence Vegetatif maksimum Bunga mekar Panen
Akar 0.81 0.22 0.13 0.00
batang 0.00 0.14 0.53 0.00
Daun 0.19 0.64 0.18 0.00
Malai 0.00 0.00 0.16 1.00
Koefisien partisi biomassa hasil fotosintesis ke organ merupakan fungsi dari
fase perkembangan (s). Pertambahan fase perkembangan (∆s) sorgum dihitung
berdasarkan konsep thermal unit (TU). Nilai thermal unit dari saat tanam sampai
fase emergence (TUem) adalah 53 oC, dari fase emergence sampai fase vegetatif
maksimum (TUvm) adalah 764.5 oC, dari fase vegetatif maksimum sampai fase
bunga mekar (TUbm) adalah 974 oC, dari fase bunga mekar sampai fase panen
(TUp) adalah 1 219 oC.
Berdasarkan data partisi biomasa pada Tabel 8, koefisien partisi pada
pemodelan sorgum sebagai berikut: (Tabel 9).
Tabel 9 Koefisien partisi tanaman sorgum per fase perkembangan tanaman
Bagian
Fase perkembangan Koefisien partisi
tanaman
Tanam – Emergence ; s ≤ 0.25 0.81 x s/0.25
Emergence – Veg. Maksimum ; 0.25 < s ≤ 0.5 0.81 - (0.59 x s/0.5)
Akar
Veg. maksimum - Bunga mekar ; 0.5 < s ≤ 0.75 0.22 - (0.09 x s/0.75)
Bunga mekar – Panen ; 0.75 < s ≤ 1 0.13 - (0.13 x s)
Tanam – Emergence ; s ≤ 0.25 0
Emergence – Veg. Maksimum ; 0.25 < s ≤ 0.5 0.14 x s/0.5
Batang
Veg. maksimum - Bunga mekar ; 0.5 < s ≤ 0.75 0.14 + (0.39 x s/ 0.75)
Bunga mekar – Panen ; 0.75 < s ≤ 1 0.53 - (0.53 x s)
Tanam – Emergence ; s ≤ 0.25 0.19 x s/0.25
Emergence – Veg. Maksimum ; 0.25 < s ≤ 0.5 0.19 + (0.45 x s/0.5)
Daun
Veg. maksimum - Bunga mekar ; 0.5 < s ≤ 0.75 0.64 - (0.46 x s/0.75)
Bunga mekar – Panen ; 0.75 < s ≤ 1 0.18 - (0.18 x s)
Tanam – Emergence ; s ≤ 0.25 0
Emergence – Veg. Maksimum ; 0.25 < s ≤ 0.5 0
Malai
Veg. maksimum - Bunga mekar ; 0.5 < s ≤ 0.75 0.16 x s/0.75
Bunga mekar – Panen ; 0.75 < s ≤ 1 0.16 + (0.84 x s)
Keterangan : s: fase perkembangan tanaman
Koefisien partisi mulai saat tanam sampai fase emergence (0 ≤ s ≤ 0.25)
adalah 0.81 x s/0.25 ke akar, 0 ke batang, 0.19 x s/0.25 ke daun, dan 0 ke malai.
Mulai fase emergence sampai fase vegetatif maksimum (0.25 < s ≤ 0.5) adalah 0.81
- (0.59 x s/0.5) ke akar, 0.14 x s/0.5 ke batang, 0.19 + (0.45 x s/0.5) ke daun, dan 0
24

ke malai. Mulai fase vegetatif maksimum sampai fase bunga mekar (0.5 < s ≤ 0.75)
adalah 0.22 - (0.09 x s/0.75) ke akar, 0.14 + (0.39 x s/0.75) ke batang, 0.64 - (0.46
x s/0.75) ke daun, dan 0.16 x s/0.75 ke malai. Mulai fase bunga mekar sampai fase
panen (0.75 < s ≤ 1) adalah 0.13 - (0.13 x s) ke akar, 0.53 - (0.53 x s) ke batang,
0.18 - (0.18 x s) ke daun, dan 0.16 + (0.84 x s) ke malai.

Peubah dan Parameter Air dan Tanah


Air dan tanah merupakan parameter penting yang berkaitan dengan tingkat
ketersediaan air. Qadir (2012) menjelaskan bahwa proses fotosintesis memerlukan
air (H2O) dari dalam tanah dan karbondioksida (CO2) dari udara. CO2 yang masuk
melalui stomata erat kaitannya dengan proses transpirasi H2O. Transpirasi
merupakan proses penting yang tergantung pada kadar air tanah. Nilai kadar air
tanah merupakan akumulasi dari hujan maupun penyiraman yang diserap tanah dan
dipengaruhi oleh sifat fisik tanah.
Model neraca air tanah menjelaskan dinamika peningkatan dan pengurangan
kandungan air dalam tanah serta ketersediaan air tanah bagi tanaman. Peningkatan
kadar air tanah dapat terjadi dari akumulasi air hujan maupun penyiraman pada
tanaman. Penambahan air tanah (TbAT) dari hujan dipengaruhi oleh karakteristik
kanopi tanaman yang mampu menyimpan air, sifat fisik tanah khususnya
kemampuan tanah menyimpan air yang didefinisikan sebagai kapasitas lapang (KL)
dan kadar air tanah sebelum hujan dan penyiraman. Pengurangan air tanah (KrAT)
dipengaruhi oleh evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi tanaman serta
perkolasi. Sebagian air hujan ditahan oleh kanopi sebelum sampai ke permukaan
tanah yang disebut dengan intersepsi kanopi (Ic). Air yang dapat diserap oleh tanah
lebih kecil dari total kapasitas lapang (KL) dikurangi kadar air tanah (KAT)
sebelum hujan dan penyiraman. Jadi, total air yang dapat diserap oleh tanah (TbAT)
adalah akumulasi curah hujan dan penyiraman dikurangi intersepsi kanopi.
TbAT = (hujan + penyiraman) – Ic, jika (KL-KAT) < (hujan + penyiraman) – Ic
TbAT = (KL-KAT), jika (KL-KAT) ≥ (hujan + penyiraman) – Ic
Kemampuan kanopi dalam menyimpan air hujan tergantung pada
karakteristik daun tanaman, sehingga indeks luas daun mempengaruhi intersepsi
kanopi (Ic). Intersepsi kanopi (Ic) merupakan fungsi dari curah hujan dan indeks
luas daun (ILD) (Suwarto 2005; Rusmayadi 2009: Qadir 2012).
Ic = min (LAI, hujan), Jika 0 ≤ LAI ≤ 3
= min (1.27, hujan), Jika LAI > 3
Nilai ketersediaan air bagi tanaman menjelaskan jumlah air dalam tanah yang
dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Qadir (2012) menjelaskan ketersediaan air tanah
dirumuskan sebagai rasio antara transpirsi aktual terhadap transpirasi maksimum.
Nilai rasio yang mendekati 1 menandakan ketersediaan air semakin mendekati
maksimum. Input model yang digunakan dalam sub model neraca air adalah
kapasitas lapang (KL), titik layu permanen (TLP), curah hujan, suhu (T), radiasi
(Qs), kelembaban udara (RH) dan kecepatan angin.
1. Sifat fisik dan hara tanah
Hasil analisis contoh tanah, terutama pada karakteristik fisika tanah
merupakan input dalam sub-model neraca air. Contoh tanah diambil pada dua
kedalaman yaitu 0-30 cm dan 30-60 cm dari permukaan tanah. Tanah di lokasi
percobaan memiliki bobot jenis (bulk density) yang berbeda antara tanah di lapisan
atas (0-30 cm) dan di lapisan bawah (30-60 cm), masing-masing 1.01 g cm-3 dan
25

0.95 g cm-3 (Tabel 10). Perbedaan bobot jenis ini sangat dimungkinkan karena tanah
lapisan diatas lebih sering digunakan dengan penambahan bahan organik sebagai
pupuk dibandingkan tanah di lapisan bawah. Porositas tanah yang lebih rendah pada
lapisan atas (61.92%) dari pada tanah lapisan bawah (64.12%) juga merupakan
indikasi tanah di lapisan atas lebih padat. Selain itu, permeabilitas tanah di lapisan
atas lebih tinggi dibandingkan lapisan bawah.
Tabel 10 Nilai parameter sifat fisik dan hara tanah di lokasi penelitian
Parameter Kedalaman Tanah
0-30 cm 30-60 cm
Sifat fisik
Bobot jenis (g cm-3) 01.01 00.95
Tekstur 3 fraksi (%)
Pasir 06.9 06.14
Debu 18.87 30.02
Liat 74.23 63.84
Permeabilitas (cm jam-1) 06.12 04.88
Kapasitas Lapang (%vol; mm) 34.78; 103.31 35.35; 111.63
Titik Layu Permanen (%vol; mm) 23.21; 068.94 27.98; 088.36
Porositas (% vol) 61.92 64.12
Hara tanah
C organik (%) 02.23 01.35
N total (%) 00.17 00.09
P (Bray I) (ppm) 08.21 04.87
P (HCL 25%) (ppm) 0103.79 181.41
Ca (me/100mg) 04.12 04.54
Mg (me/100mg) 01.3 01.32
K (me/100mg) 00.34 00.13
Na (me/100mg) 00.64 00.32
KTK (me/100mg) 25.35 26.87
KB (%) 25.25 23.48
AL (me/100mg) 01.16 02.32
H (me/100mg) 00.26 00.31
Fe (%) 18.58 12.49
Cu (%) 04.14 01.24
Zn (%) 05.12 03.96
Mn (%) 0220.69 84.02
Keterangan: Nilai-nilai beasal dari rata-rata 5 blok percobaan

Nilai kapasitas lapang (KL) dan titik layu permanen (TLP) yang digunakan
merupakan penjumlahan dari dua kedalaman tanah. Hal ini karena diasumsikan
tanaman sorgum menyerap air dari kedua kedalaman. Nilai KL dan TLP yang
digunakan sebagai input model yaitu 214.94 mm dan 157.30 mm. Analisis hara
tanah menggambarkan besaran kandungan hara dalam tanah yang tersedia bagi
tanaman.
2. Kadar Air Tanah
Neraca air berkaitan dengan tingkat ketersediaan air pada proes fotosisntesis.
Fotosontesis memerlukan air dari tanah dan CO2 dari udara. Masuknya CO2 melalui
stomata daun terkait dengan proses transpirasi H2O. Tingkat transpirasi tergantung
kepada kadar air tanah yang merupakan akumulasi dari air hujan yang diinfiltrasi
oleh permukaan tanah (Qadir 2012). Curah hujan saat penelitian sebesar 698.7 mm.
Total curah hujan dari awal tanam hingga akhir fase perkembangan vegetatif
26

maksimum sebesar 192.3 mm dan total curah hujan pada akhir fase vegetatif
maksimum hingga panen sebesar 506.4 mm seperti terlihat pada Gambar 8. Curah
hujan total yang dibutuhkan tanaman ini mencapai 600 mm tahun-1. Secara umum
total curah hujan telah memenuhi kebutuhan tanaman sorgum, tetapi penyebaran
curah hujan yang lebih sedikit pada fase awal perkembangan tidak memenuhi
kebutuhan tanaman sorgum. Selama pertumbuhan tanaman, curah hujan yang
diperlukan adalah berkisar antara 375-425 mm. Curah hujan pada fase awal
perkembangan sebesar 192.3 mm tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman
sorgum, sehingga dilakukan pemberian air tambahan untuk mengurangi gangguan
pertumbuhan vegetatifnya.
Kadar air tanah pada dua kedalaman berfluktuasi sejalan dengan perubahan
curah hujan, seperti terlihat pada Gambar 8. Kadar air tanah terendah diperoleh pada
fase vegetatif maksimum sebesar 67.49 mm pada kedalaman 0-30 cm dan 85.68
mm pada kedalaman 30-60 cm. Kadar air tanah tertinggi diperoleh pada fase panen
sebesar 94.82 mm pada kedalaman 0-30 cm dan 113. 59 mm pada kedalaman 30-
60 cm.
120 500
KAT, Rata-rata hujan dan penyiraman

Total curah hujan (mm)


100 400
80
300
60
200
(mm)

40
20 100

0 0
29-Jul

07-Okt

17-Okt

27-Okt
08-Agu

18-Agu

28-Agu

06-Nov
07-Sep

17-Sep

27-Sep

E 10E 20E VM BM P
Waktu pengamatan
Total Curah Hujan KAT 0-30 cm KAT 30-60 cm
Rata-rata Curah Hujan Rata-rata Penyiraman
Gambar 8 Curah hujan, penyiraman dan kadar air tanah selama penelitian
Peubah Cuaca
Nilai-nilai peubah cuaca merupakan input model sebagai peubah luar. Data
cuaca diperoleh dari Stasiun Klimatologi Darmaga yang berjarak ± 6 km dari lokasi
percobaan. Peubah cuaca yang digunakan merupakan data harian selama percobaan
berlangsung dari 29 Juli 2015 hingga 13 November 2015. Data cuaca radiasi surya
datang (Qs), curah hujan (hujan), suhu (T), kelembaban nisbi (RH) dan kecepatan
angin (U) yang digunakan dalam model pertumbuhan dan produksi tanaman
sorgum sepanjang tahun 2015 tersedia pada Lampiran 3
Model Construction Layer-Stella (MCL-S)
Pemodelan disusun dengan perangkat lunak Stella 9.0.2 berdasarkan diagram
alir sub model perkembangan, sub model pertumbuhan, dan sub model neraca air
serta hubungan matematik antar peubah dalam sistem pertumbuhan tanaman. MCL-
S terdiri atas stock, flow, converter dan conector. Stock ( ) merupakan hasil
akumulasi aliran massa yang berfungsi untuk menyimpan informasi berupa nilai
suatu parameter yang masuk kedalamnya, seperti bobot kering tanaman. Flow
27

( ) merupakan sebuah keran yang berfungsi untuk mengalirkan massa seperti


Noname 2
fotosintat hasil fotosintesis keluar dan masuk kedalam stock. Arah anak panah
menunjukkan arah aliran massa tersebut. Converter ( ) memiliki fungsi untuk
menyimpan konstanta, input bagi suatu persamaan, melakukan kalkulasi dari
berbagai input lainnya atau menyimpan data dalam bentuk grafis. Conector ( )
merupakan penghubung antar elemen-elemen seperti stock, flow dan converter
dalam MCL-S.
MCL-S sub Model Perkembangan
MCL-S sub model perkembangan disusun berdasarkan diagram alir sub
model perkembangan dan hubungan matematik antara suhu dengan TU. Stock,
flows dan converter yang dihubungkan dengan conector yang digunakan untuk
menyusun MCL-S sub model perkembangan ditampilkan pada Tabel 11 dan MCL-
S dideskripsikan pada Gambar 9.
Tabel 11 Stock, flow dan converter sub model perkembangan tanaman sorgum
Stock Flow Converter
Parameter model Input model
Thermal Units (TU) Akumulasi TU Suhu dasar (To) Suhu harian
(To-T) (T)
Fase perkembangan (s) Akumulasi nilai s TUem, TUvm,
(ToTU) TUbm, TUp

TU
TUp TUbm
To

~ ToT
T S

ToTU

TUem TUv m

Keterangan:
To : suhu dasar T : suhu rata-rata harian TU :Thermal units
em : emergence vm : vegetatif maksimum bm : bunga mekar
p : panen s : fase perkembangan
Gambar 9 MCL-S sub model perkembangan tanaman sorgum
Sub model perkembangan memberikan informasi tentang perubahan fase
perkembangan tanaman sorgum. Perubahan fase perkembangan tanaman sorgum
ditentukan berdasarkan akumulasi dari selisih suhu rata-rata harian dengan suhu
dasar tanaman sorgum. Fase perkembangan (s) sebagai output dari sub model
perkembangan berfungsi sebagai acuan pada sub model pertumbuhan.
MCL-S Sub Model Pertumbuhan dengan Partisi
MCL-S sub model pertumbuhan disusun berdasarkan diagram alir sub model
pertumbuhan dan hubungan matematik antara proses fotosintesis, partisi
karbohidrat hasil fotosintesis dan proses respirasi tanaman. Stock, flows dan
converter yang dihubungkan dengan conector yang digunakan untuk menyusun
28

MCL-S sub model pertumbuhan ditampilkan pada Tabel 12 dan MCL-S


dideskripsikan pada Gambar 10.
Tabel 12 Stock, flow dan converter sub model perkembangan tanaman sorgum
Stock Flow Converter
Bobot akar Partisi (η) Koef. Pemadaman
Bobot daun Laju respirasi LUE
Bobot batang SLA
Bobot buah (malai) Koef. respirasi
Laju fotosintesis
Radiasi
Suhu

ILD SLA KMakar

LUE BKakar
~
T

Piakar RMakar KMdaun

Pn BKdaun

Pidaun RMdaun

K
BKbatang KMbatang

BKtotal

Pibatang RMbatang

~
QS S

BKbuah biji
KMbuah
Fair

Pibuah RMbuah

Keterangan:
RM : laju respirasi K : koef. pemadaman LUE : Light use efficiency
SLA : luas daun spesifik KM: koef. respirasi Pn : laju fotosintesis
Η : partisi karbohidrat T : suhu Qs : radiasi
Gambar 10 MCL-S sub model pertumbuhan
Sub model pertumbuhan menggambarkan aliran massa hasil fotosintesis ke
masing-masing organ tanaman. Hasil fotosintesis akan dialirkan ke seluruh organ
tanaman berdasarkan koefisien partisi dan fase perkembangan (s) dari tanaman
sorgum tersebut.
MCL-S Sub Model Neraca Air
MCL-S sub model pertumbuhan disusun berdasarkan diagram alir sub model
pertumbuhan dan hubungan matematik antara proses fotosintesis, partisi
karbohidrat hasil fotosintesis dan proses respirasi tanaman. Stock, flows dan
converter yang dihubungkan dengan conector yang digunakan untuk menyusun
MCL-S sub model pertumbuhan ditampilkan pada Tabel 13 dan MCL-S
dideskripsikan pada Gambar 11.
29

Tabel 13 Stock, flow dan converter sub model perkembangan tanaman sorgum
Stock Flow Converter

Kadar air tanah Penambahan air tanah Angin


Pengurangan air tanah Curah hujan
KL
TLP
Kelembaban
Radiasi
Suhu

K
alb ~ ~
F1
QS angin
gamma
LD Sangot Rn
nN Esm
ETm
Rlw
lamda KL
RWU
ILD
TLP
Tm
Esa
~ Rew
~ peny iraman KAkritis
Hujan
KAT
Ta
IC Fair
delta
~ v pd
TbAT KrAT T

esat ~
ea
RH

KL Pk

Keterangan:
KAT : kadar air tanah TbAT : penambahan air tanah
KrAT : pengurangan air tanah KL : Kapasitas lapang
TLP : Titik layu permanen IC : Intersepsi kanopi
Ta : Transpirasi aktual Tm : Transpirasi maksimum
Etm : Evapotranspirasi maks Qs : Radiasi
ILD : Indeks luas daun K : koefisien pemadaman
RH : Kelembaban T : Suhu
Gambar 11 MCL-S sub model neraca air
Sub model neraca air menggambarkan perubahan kadar air tanah dan
menjelaskan ketersediaan air untuk tanaman. Ketersediaan air tanah yang cukup
akan memberikan pengaruh terhadap proses fotosintesis.
MCL-S pertumbuhan pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum secara
keseluruhan tertera pada Gambar 12.
30

BKakar
TU TUbm
S
TUp KMakar
To SLA

PNakar RMakar
ToT ToTU
~
LUE
T BKdaun
KMdaun
TUv m BKtotal
alb ~ ~ TUem ILD
K F1
QS angin
gamma PNdaun RMdaun
LD Sangot Rn Fs
nN Esm
ETm
Rlw ~
lamda KL KMbatang
BKbatang
RWU T
ILD
TLP
Tsm
Esa PNbatang RMbatang
~ Rew
~ peny iraman KAkritis ~
Hujan QS
KAT K
Tsa
IC
BKbuah biji KMbuah
delta ~
T v pd
Fair
TbAT KrAT

~ PNbuah RMbuah
esat ea
RH

KL Pk

Gambar 12 MCL-S model pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum


Equation Layer Stella
Peubah-peubah dan koefisien-koefisien dalam MCL-S dihubungkan
berdasarkan persamaan matematik. Persamaan matematik antar peubah tersebut
disusun dalam Equation Layer-Stella. Equation Layer-Stella yang menjelaskan
persamaan-persamaan tersebut tersedia pada Lampiran 4.

Simulasi dan Validasi

Simulasi merupakan kegiatan pendugaan intrapolasi dan ekstrapolasi dari


model pertumbuhan tanaman dengan menggunakan input model yang sesuai.
Validasi merupakan kegiatan evaluasi terhadap tingkat logik hasil intrapolasi atau
ekstrapolasi model (Qadir 2012). Simulasi dilakukan menggunakan input model
yang tertera pada Tabel 14.
Tabel 14 Input model untuk simulasi pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum
No Peubah dan parameter Satuan Nilai
1 Curah hujan Mm Lampiran
2 Intensitas cahaya (Qs) MJ Lampiran
3 Kelembaban udara (RH) % Lampiran
4 Kecepatan angin (U) m/detik Lampiran
o
5 Suhu Udara C Lampiran
6 Kadar air tanah (KAT) Mm 214.94
7 Kapasitas lapang (KL) Mm 214.94
8 Titik layu permanen (TLP) Mm 157.8
9 Thermal unit (TU)
o
Emergence C hari 53
o
Veg. Maksimum C hari 764.5
o
Bunga mekar C hari 974
o
Panen C hari 1219
o
10 Suhu dasar sorgum (To) C 15
11 Specifik leaf area (SLA) kg ha-1 0.003
12 Koefisien pemadaman (K) - 0.44
13 Koefisien partisi (η) - Tabel
14 Light use efficiency (LUE) kg MJ-1 0.00141
31

Tampilan hasil simulasi model pada Gambar 13 memperlihatkan bahwa


pertumbuhan dan produksi sorgum yang ditunjukkan oleh bobot kering malai, biji
dan total memiliki pola hampir sama dengan hasil aktual di lapang. Nilai-nilai
aktual di lapang hasil penelitian mendekati kurva hasil simulasi meskipun masih
terdapat sedikit perbedaan. Validasi model dilakukan dengan membandingkan
antara nilai-nilai peubah hasil aktual di lapang dan hasil perhitungan model simulasi
menggunakan uji-t serta persamaan garis absis dan ordinat plot 1:1.
Aplikasi model pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum menggunakan
Stella dapat dilakukan melalui langkah-langkah beriut: (1) install perangkat lunak
Stella versi 9.02, (2) jalankan program dan klik model construction layer (MCL),
(3) masukkan input model yang telah ditentukan, (4) running model. Data simulasi
model berupa bobot tanaman (akar, batang, daun, malai, biji dan total), kadar air
tanah dan indeks luas daun disajikan pada Gambar 13.
1200

Bobot kering batang


4000
Bobot kering akar

1000 model
800 model 3000
(kg ha-1)

(kg ha-1)
aktual
aktual
600 2000
400
200 1000
0 0
15-Jul-15 03-Sep-1523-Okt-1512-Des-15 15-Jul-1503-Sep-1523-Okt-1512-Des-15
Julian date Julian date

2000 3000
Bobot kering malai
Bobot kering daun

2500 model
1500 model
2000 aktual
(kg ha-1)

(kg ha-1)

aktual
1000 1500
1000
500
500
0 0
15-Jul-15 03-Sep-1523-Okt-1512-Des-15 15-Jul-15 03-Sep-1523-Okt-1512-Des-15
Julian date Julian date
2500 8000
Bobot kering total
Bobot kering biji

2000 6000
model model
(kg ha-1)

(kg ha-1)

1500
aktual 4000 aktual
1000
2000
500
0 0
15-Jul-15 03-Sep-1523-Okt-1512-Des-15 15-Jul-1503-Sep-1523-Okt-1512-Des-15
Julian date Julian date
220 5
model
KAT (mm)

200 4 aktual
3
ILD

180
model 2
160
aktual 1
140 0
15-Jul-1503-Sep-1523-Okt-1512-Des-15 15-Jul-1503-Sep-1523-Okt-1512-Des-15
Julian date Julian date
Gambar 13 Hasil aktual dan simulasi model pertumbuhan dan produksi tanaman
sorgum.
32

Uji-t digunakan untuk membandingkan nilai tengah antara kedua nilai yang
diperoleh. Hasil uji-t (Tabel 15 dan Tabel 16), menunjukkan nilai yang tidak
berbeda nyata antara hasil simulasi dan hasil aktual di lapang. Uji-t berpasangan
juga memperlihatkan model pertumbuhan dan produksi sorgum dapat mensimulasi
percobaan lapang lebih dari 80 % dan nilai pearson correlation lebih dari 0.90.
Pearson correlation yang mendekati nilai 1 (satu) menjelaskan bahwa hasil
simulasi model pertumbuhan dan produksi tanaman memiliki hubungan yang erat
dengan hasil aktual.
Tabel 15 Nilai uji-t perbandingan peubah pertumbuhan dan produksi tanaman
sorgum
peubah Fase perkembangan uji t Pearson
E 10E 20E VM BM P correlation
akar simulasi 4.0 15.0 32.0 475.0 687.0 535.0 tn 0.91
aktual 2.6 3.9 16.5 202.4 850.8 742.2
batang simulasi 3.0 4.0 7.0 214.0 1189.0 1029.0 tn 0.99
aktual 0.0 2.1 5.2 127.0 2781.8 2299.4
daun simulasi 6.0 14.0 33.0 1008.0 1357.0 1031.0 tn 0.94
aktual 0.6 6.2 21.8 571.7 1509.2 814.5
malai simulasi 0.0 0.0 0.0 0.0 276.0 2434.0 tn 0.98
aktual 0.0 0.0 0.0 0.0 785.5 2427.6
biji simulasi 0.0 0.0 0.0 0.0 226.32 1995.9 tn 0.99
aktual 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1990.6
total simulasi 13.0 33.0 72.0 1697.0 3509.0 5029.0 tn 0.96
aktual 3.2 12.2 43.5 901.0 5927.4 6283.8
ILD simulasi 0.0 0.0 0.1 3.0 4.1 3.1 tn 0.94
aktual 0.0 0.0 0.1 1.7 4.5 2.4
Keterangan : E: emergence, 10E: 10 hari setelah emergence, 20E: 20 hari setelah emergence,
VM: vegetatif maksimum, BM: bunga mekar, P: panen, tn: tidak berbeda nyata

Tabel 16 Nilai uji-t perbandingan peubah kadar air tanah tanaman sorgum
KAT KAT Pearson
Tanggal Tanggal Uji t
Simulasi Aktual Simulasi Aktual correlation
8-Aug 211.2 200.2 27-Sep 209.5 199.3
18-Aug 204.4 176.6 7-Oct 201.5 190.7
28-Aug 206.6 197.9 17-Oct 209.5 200.4 * 0.90
7-Sep 206.8 197.6 27-Oct 201.1 190.5
17-Sep 191.9 153.2 6-Nov 211.2 208.4
Keterangan : E: emergence, 10E: 10 hari setelah emergence, 20E: 20 hari setelah emergence,
VM: vegetatif maksimum, BM: bunga mekar, P: panen, *: berbeda nyata
Perbandingan peubah pertumbuhan dan produksi hasil simulasi dan aktual
terhadap persamaan garis absis dan ordinat plot 1:1 tersedia pada Gambar 14. Nilai
nilai peubah pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum sebagian besar mendekati
garis 1:1, meskipun beberapa berada sedikit diatas dan dibawah garis. Hal ini
menjelaskan bahwa sebagian nilai hasil simulasi hampir sama dengan hasil aktual
dan model yang dibangun mampu menggambarkan pertumbuhan dan produksi
sorgum.
33

bobot kering
bobot kering
batang (kg ha-1)
1000 akar (kg ha-1) 3000

2000

aktual
aktual

500
1000
R² = 0,8267 akar R² = 0,9872 batang
0 0
0 500 1000 0 1000 2000 3000
Simulasi simulasi

bobot kering bobot kering


daun (kg ha-1) malai (kg ha-1)
2000 3000

aktual
2000
aktual

1000
1000
R² = 0,8903 daun R² = 0,9551 malai
0 0
0 1000 2000 0 1000 2000 3000
simulasi simulasi

bobot kering bobot kering


3000 biji (kg ha-1) 10000 total (kg ha-1)
2000
aktual
aktual

5000
1000
R² = 0,9872 biji R² = 0,9252 total
0 0
0 1000 2000 3000 0 4000 8000
Simulasi simulasi

KAT (mm) ILD


300 5
4
200
aktual
aktual

3
100 KAT 2 ILD
R² = 0,8182 1 R² = 0,8897
0 0
0 100 200 300 0 1 2 3 4 5
Simulasi Simulasi

Gambar 14 Perbandingan plot 1:1 nilai-nilai peubah pertumbuhan dan produksi


tanaman sorgum.
34

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
1. Pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum dapat dibuat suatu model dengan
sub model perkembangan, sub model pertumbuhan, dan sub model neraca air.
2. Perlakuan pemupukan N pada penelitian ini tidak mempengaruhi nilai peubah
input model. Nilai peubah input model yang digunakan merupakan rata-rata
dari perlakuan yang diberikan.
3. Model pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum mampu menduga lebih dari
80% jumlah peubah pertumbuhan dan produksi tanaman yang telah divalidasi
tidak berbeda nyata dengan hasil aktul. Model menggambarkan proses
pertumbuhan dan produksi tanaman sehingga dapat digunakan untuk keperluan
prediksi.

Saran
1. Validasi model dengan melakukan percobaan di berbagai lokasi dan musim
tanam perlu dilakukan agar model dapat diaplikasikan secara luas.
2. Model pertumbuhan dan produksi sorgum perlu ditingkatkan dengan
memasukkan faktor hara lainnya untuk menaikkan level model, sehingga
diperoleh model yang mampu memprediksi pada kondisi yang lengkap.
35

DAFTAR PUSTAKA
Akram A, Fatima M, Ali S, Jilani G, Asghar R. 2007. Growth, yield and nutrients
uptake of sorghum in respons to integrated phosporus, and potassium
management. J Bot. 39(4):1083-1087.
Anfinrud R, Cihacek L, Johnson BL, Ji Y, Berti MT. 2013. Shorgum and kenaf
biomass yield and quality response to nitrogen fertilization in the Northern Great
Plains of the USA. Industrial Crops and Products 50:159-165.
Angelina A, Theresia R, Nur I, Setiyo G, Anil KA. 2013. Pengujian parameter biji
sorghum dan pengaruh analisa total asam laktat dan ph pada tepung sorghum
terfementasi menggunakan baker’s yeast (Saccharomyces cereviceae). J Teknik
Pomits 2(2):279-281.
Aznur F. 2012. Pengaruh tingkat naungan terhadap pertumbuhan beberapa varietas
kacang tunggak (Vigna unguiculata L) [skripsi]. Riau (ID). UIN SUSKA RIAU.
[Balitsereal] Balai Penelitian Tanaman Serelia. 2013. Sorgum: Varietas dan Teknik
Budidaya. [diunduh 2014 Maret 20]. Tersedia pada http://www.balitsereal.
litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/asrgum2.pdf. 7 hlm
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia sampai
Tahun 2035 dan Data Produksi Padi Nasional 2010-2014. [diunduh 2015
Februari 1]. Tersedia pada http://www.bps.go.id/tnmnpgn.php?kat=3&
idsubyek=53&notab=0.
Djufry F. 2005. Penyusunan model simulasi tanaman jarak (Ricinus communis L.)
[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 32 hlm.
Doggett H. 1988. Sorghum: Tropical Agriculture Series. Ed ke-2. London (GB).
Longman Scientific and Technical. 512 hlm.
Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Bogor
(ID): IPB Pr.
Fanindi A, Yunaeni S, Wahyu. 2005. Pertumbuhan dan produktivittas tanaman
sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench dan Sorghum sudanense (piper) Staft)
yang mendapatkan kombinasi pemupukan N,P,K dan Ca. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. 872-878.
Gholiopouri A, M Sedghi, R S Sharifi, A Heydari. 2010. Simulating photosynthesis,
respiration, and dry matter production in annual crops. Journal of Phytology
2(1):001-006.
Giunta F, Pruneddu G, Motzo R. 2009. Radiation interception and biomass nitrogen
accumulation in different cereal and grain legume spesies. Field Crops Res.
110:76-84.
Hons FM, Moresco RF, Wiedenfeld RP, Cothren JT. 1986. Aplied nitrogen and
phosporus effect on yield and nutrient uptake by hight energy sorghum produced
for grain and biomass. J Agronomy 78:1069-1078.
House LR. 1985. A guide to sorghum breeding. Ed ke-2. India (IN). International
Crops Research Institute for Semi-Arid Tropics (ICRISAT). 206 hlm.
Houx JHIII, Fritschi FB. 2015. Influence of late planting on light interception,
radiation use efficiency and biomass production of four sweet sorghum cultivars.
Industrial Crops and Products 76:62-68.
Kaca I.N. 2011. Pemberian pupuk nitrogen untuk meningkatkan produksi dan
kualitas hijauan rumput Pasapalum tratum. Singhadwala. 44:30-34.
36

Kiniry JR, Jones CA, O’Toole, Blanchet R, Cabelguene M, Spanel DA. 1989.
Radiation use efficiency in biomass accumulation prior to grain filling for five
grain-crop species. Field Crops Res. 20:51-64.
Lumbantobing ELN, Hazra F, Anas I. 2008. Uji efektifitas Bio-organic fertilizer
(pupuk organik hayati) dalam mensubtitusi kebutuhan pupuk anorganik pada
tanaman sweet sorgum. J Tanah Lingkungan 10(2):72-76.
Mathieu A, Cournede PH, Letort V, Barthelemy D, de Reffye P. 2009. A dynamic
model of plant growth with interaction between development and functional
mechanism to study plant structural plasticity related to tropic competition.
Annals of Botany 103:1173-1186.
Maw MJW, Houx JHIII, Fritschi FB. 2016. Sweet sorghum ethanol yield
component response to nitrogen fertilization. Industrial Crops and Products
84:43-49.
Monteith JL. 1977. Climate and the efficiency of crop production in Britain. Philos
Trans R Soc. London. Ser. B. 281:277-294.
Muurinen S, Peltonen-Sainio P. 2006. Radiation-use efficiency of modern and old
spring cereal cultivars and its response to nitrogen in northern growing
conditions. Field Crops Res. 96:363-373.
Passioura JB. 1996. Simulation models: science, snake oil, education, or
engineering. J Agronomy 88(5):690 - 694.
Puspitasari N, Dody K, Sriyanto W. 2012. Pertumbuhan dan hasil sorgum manis
(Sorghum bicolor L. Moench) tanaman baru dan ratoon pada jarak tanam
berbeda. Vegetalika 1(4):18 - 29.
Qadir A. 2012. Pemodelan pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max (L.)
Merrill) di bawah cekaman naungan [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor. 93 hlm.
Ruchjaniningsih. 2009. Rejuvenasi dan karakterisasi morfologi 225 Aksesi
Sorgum. Seminar Nasional Serelia. hlm 77-81
Rusmayadi G. 2009. Pemodelan pertumbuhan dan pekembangan tanaman jarak
pagar ( Jatropa curcas L.) [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 167
hlm.
Sawargaonkar GL, Patil MD, Wani SP, Pavani E, Reddy BVSR, Marimuthu S.
2013. Nitrogen response and water use efficiency of sweet sorghum cultivars.
Field Crops Res. 149:245-251.
Septirosya T. 2016. Pendugaan pertumbuhan dan keragaan tanaman jeruk keprok
borneo prima belum berproduksi pada berbagai dosis pupuk dan bentuk pangkas
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 43 hlm.
Sinclair TR, Seligman NG. 1996. Crop modelling : from infancy to maturity. J
Agronomy 88(5):698-704.
Singh NT, Dhaliwal GS. 1972. Effect of soil temperatureand seedling emergence
in different crops. Plant and Soil 37(2) : 441-444
Sobariah L. 1999. Uji adaptasi dan pengaruh jarak tanam terhadap sorgum manis
varietas Rio, RGV dan Cowly pada lahan kering basah [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor. 52 hlm.
Subagio H, Aqil M. 2014. Perakitan dan pengembangan varietas unggul sorgum
untuk pangan, pakan, dan bioenergi. Iptek Tanaman Pangan. 9(1):39-50
37

Sucipto. 2010. Efektifitas cara pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil


beberapa varietas sorgum manis (Sorghum bicolor (L.) Moench) di Kabupaten
Lampung Tengah. Laporan akhir program kemenristek. 65 hlm.
Sungkono, Trikoesoemaningtyas, Wirnas D, Sopandie D, Human S, Yudiarto MA.
2009. Pendugaan parameter genetik dan seleksi galur mutan sorgum [Sorghum
bicolor (L.) Moench] di tanah masam. J. Agron Indonesia 37(3): 220-225.
Suwarto. 2005. Model pertumbuhan dan produksi jagung dalam tumpang sari
dengan ubi kayu [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 181 hlm.
Tesfaye K, Walker S, Tsubo M. 2006. Radiation interception and radiation use
efficiency of three grain legumes under water deficit conditions in a semi-arid
environment. Europ. J. Agronomy 25:60-70.
Vanderlip RI, Reeves HE. 1972. Growth stages of sorghum (Sorghum bicolor (L.)
Moench). J. Agronomy 64(1):13-16.
38

LAMPIRAN
39

Lampiran 1 Deskrisi tanaman sorgum varietas Numbu

Karakter Deskripsi
Tahun pelepasan 22 Okt 2001
Asal India
Umur berbunga ± 69 HST
Umur panen ± 100-105 HST
Hasil rata-rata ± 3.11 ton ha-1
Potensi hasil ± 4 – 5 ton ha-1
Tinggi tanaman ± 187 cm
Tipe tanaman Tidak beranak, tahan rebah, tahan hama aphis, tahan
penyakit karat dan bercak daun
Bentuk daun Pita
Jumlah daun per batang 14 helai
Kedudukan tangkai malai Di pucuk
Panjang malai 22-23 cm
Tipe malai Kompak
Bentuk malai Ellips
Sifat sekam Warna coklat muda, menutup sepertiga bagian biji

Warna biji Krem


Bobot 1000 butir biji 36-37 g
Sifat biji Bulat lonjong, mudah dirontok
Ukuran biji 4.2; 4.8; 4.4 mm
Kadar protein 9.12 %
Kadar lemak 3.94 %
Kadar karbohidrat 84.58 %
Keterangan Dapat ditanam di lahan sawah tegalan
Pemulia Sumarni Singgih, Muslimah Hamdani, Marsum
Dahlan, Roslina Amir, Syahrir Mas’ud
Sumber : Balitsereal 2013
40

Lampiran 2 Bobot kering organ tanaman sorgum (kg ha-1)

Bagian Fase Perkembangan


Pemupukan
Tanaman E 10E 20E VM BM Panen
N1 2.45 4.34 10.67 149.23 826.35 607.25
N2 2.68 3.42 14.40 154.99 815.15 495.57
Akar N3 2.79 4.00 16.21 288.75 900.48 816.11
N4 2.57 3.96 18.88 224.21 799.68 1037.23
N5 2.64 3.53 22.29 194.67 912.43 754.99
tn tn tn tn tn tn
N1 0 2.00 4.16 76.27 2642.03 2065.07
N2 0 2.37 3.95 85.55 2399.04 2110.83
Batang N3 0 1.89 5.12 190.29 3142.61 2955.84
N4 0 1.99 7.36 132.80 3013.55 2620.59
N5 0 2.16 5.55 149.87 2711.79 1744.85
tn tn tn tn tn
N1 0.60 3.95 17.92 423.68 1398.51 770.24
N2 0.56 4.59 16.53 504.96 1403.73 724.80
Daun N3 0.58 6.19 20.48 659.09 1573.87 775.25
N4 0.66 6.40 27.95 650.88 1560.43 989.76
N5 0.58 10.03 26.13 619.84 1609.49 812.37
tn ** L ** L * L tn tn
N1 0 0 0 0 746.56 2089.71
N2 0 0 0 0 798.29 2589.65
Malai N3 0 0 0 0 806.93 2602.03
N4 0 0 0 0 800.43 2935.47
N5 0 0 0 0 775.47 1921.17
tn tn
N1 0 0 0 0 0 1689.49
N2 0 0 0 0 0 2133.97
Biji N3 0 0 0 0 0 2141.12
N4 0 0 0 0 0 2416.43
N5 0 0 0 0 0 1522.45
tn
N1 3.05 10.29 32.75 649.17 5613.44 5532.27
N2 3.24 10.38 34.88 745.49 5416.21 5920.85
Total N3 3.37 12.07 41.81 1138.13 6423.89 7149.23
N4 3.22 12.34 54.19 1007.89 6174.08 7583.04
N5 3.22 15.72 53.97 964.37 6009.17 5233.39
tn tn *L * L tn tn
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil hasil yang
tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada α = 5%, t : uji polinomial ortogonal terhadap
dosis pupuk ; Q : kuadratik ; L : linier, * : nyata taraf 5%, ** : nyata taraf 1%. E: emergence,
10E: 10 hari setelah emergence, 20E: 20 hari setelah emergence, VM: vegetatif maksimum,
BM: bunga mekar.
41

Lampiran 3 Data cuaca tahun 2015

Intensitas Penyinaran (MJ)


Tanggal Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
1 9.00 6.19 9.71 12.80 11.80 10.96 14.02 15.69 14.60 13.39 15.56 16.57
2 11.72 12.76 13.56 12.47 14.14 13.93 16.74 16.44 17.99 12.09 16.40 16.90
3 7.49 7.61 14.77 11.88 10.63 11.92 16.74 16.69 17.36 14.39 14.60 14.10
4 7.28 8.95 8.70 12.47 13.77 14.43 15.52 16.32 16.90 15.86 15.06 12.47
5 12.05 11.09 15.10 12.93 14.02 11.88 15.27 17.24 13.35 14.23 15.52 13.81
6 11.21 13.35 17.78 16.11 17.03 15.44 15.73 14.94 16.44 14.35 13.56 15.23
7 14.81 13.26 11.25 10.42 14.94 13.01 15.10 16.74 16.78 14.73 17.36 16.11
8 13.81 8.03 6.53 14.31 14.39 13.72 16.15 15.23 15.19 15.94 15.10 10.08
9 15.02 7.07 10.13 12.93 14.14 9.29 17.28 13.39 14.60 14.27 15.06 17.36
10 15.27 7.70 13.47 16.53 14.35 8.58 13.05 15.31 15.02 15.73 15.65 14.18
11 18.41 5.94 10.13 14.06 12.05 13.72 13.97 17.07 1.42 14.52 15.61 11.88
12 6.23 10.67 10.79 14.69 16.65 14.69 8.83 17.45 15.23 15.06 16.74 9.25
13 9.67 9.96 31.97 6.69 15.69 14.43 16.15 12.26 16.23 15.19 13.51 14.60
14 9.79 13.05 8.62 12.68 11.38 14.14 12.68 12.43 15.10 14.35 15.48 9.92
15 12.76 8.62 13.39 14.56 11.30 12.68 13.97 15.48 14.48 16.57 16.61 8.28
16 12.05 11.00 15.06 13.81 14.18 15.10 12.89 17.07 14.48 15.73 10.75 6.36
17 8.33 6.49 17.70 7.32 13.93 13.93 16.61 16.74 15.23 18.24 17.36 6.36
18 8.33 12.76 17.74 10.88 13.77 14.98 17.07 13.10 17.20 16.65 16.07 9.12
19 6.86 6.19 12.84 15.98 15.06 15.19 16.36 15.65 16.69 15.77 14.14 10.21
20 9.83 6.40 16.90 13.26 18.07 13.22 16.90 15.69 16.23 12.93 15.82 9.00
21 10.67 14.94 13.81 15.98 12.34 16.19 15.82 16.82 16.19 15.73 12.13 8.79
22 7.61 16.99 16.61 13.43 14.06 15.52 12.09 14.98 16.74 17.57 16.61 13.72
23 6.40 11.88 18.74 15.27 14.23 14.60 14.48 15.02 17.24 14.35 17.07 14.14
24 12.18 18.45 9.54 5.90 12.01 14.60 13.56 14.90 18.74 16.15 17.41 18.83
25 12.30 14.48 11.76 7.78 15.40 14.64 16.19 16.23 14.48 16.74 14.31 18.45
26 13.18 15.56 10.04 14.23 13.72 15.61 14.35 14.10 14.64 14.23 14.73 15.98
27 6.99 11.42 12.30 14.52 13.60 14.52 11.88 11.51 15.36 14.39 11.30 16.15
28 12.22 12.97 14.94 17.61 15.69 13.60 13.85 16.15 12.93 14.94 17.07 12.93
29 16.48 12.55 12.68 15.98 14.69 15.98 13.85 13.39 15.02 0.64 14.94
30 12.18 13.35 18.12 15.98 12.68 14.35 16.86 12.89 14.81 16.19 14.94
31 9.00 12.18 13.51 14.52 17.41 16.78 10.33
42

Curah hujan (mm)


Tanggal Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
1 20.8 17.8 3.2 48.0 0.0 0.0 0.0 94.6 0.0 0.0 11.8 67.8
2 5.1 47.7 0.0 0.2 0.0 0.2 0.0 16.7 0.0 0.0 24.6 4.5
3 1.8 3.8 0.4 19.5 0.3 63.1 0.0 0.0 0.0 0.0 24.2 0.0
4 23.7 0.0 2.6 0.2 26.4 8.2 0.0 0.0 0.0 0.0 5.5 14.5
5 21.1 43.2 0.0 1.4 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 16.8 22.6
6 0.4 21.0 0.0 9.2 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.3 20.3
7 0.9 27.8 2.4 10.6 11.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 81.5
8 0.0 1.7 0.0 23.6 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0 30.5 40.0 9.5
9 0.0 16.9 2.6 3.4 0.0 0.0 0.2 0.0 3.2 1.4 155.8 3.2
10 0.0 88.8 6.7 13.7 5.6 8.4 0.0 0.0 0.0 4.0 21.2 70.8
11 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 15.9
12 0.0 0.0 23.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 47.2 69.7
13 10.1 0.0 5.8 0.0 0.0 2.1 0.0 0.1 0.0 0.0 47.4 7.8
14 10.3 14.1 0.0 0.0 51.4 0.0 0.0 0.0 0.0 5.9 51.2 0.8
15 0.4 0.0 32.7 1.5 14.2 3.0 0.0 0.0 0.0 5.2 0.0 0.1
16 7.5 1.1 14.6 2.8 1.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 50.5 4.7
17 7.8 1.4 8.4 16.3 49.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 62.4 12.4
18 3.8 1.0 0.0 0.0 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.9
19 0.4 39.5 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.9 5.7
20 23.6 1.1 23.2 5.3 4.6 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 12.2
21 6.7 0.0 68.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.4 28.1
22 13.8 0.0 62.6 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 16.0 0.0 37.6 6.1
23 15.3 0.0 21.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 36.7 0.0
24 1.1 0.0 26.5 3.7 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.3
25 4.0 0.0 19.0 36.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 72.6 0.0
26 28.6 0.0 0.2 4.8 0.0 0.0 0.0 0.0 2.4 0.0 89.4 0.0
27 1.0 0.0 1.6 0.0 35.4 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 9.6 7.0
28 0.3 18.7 42.0 4.5 0.0 0.0 0.0 0.0 4.2 0.0 0.0 48.0
29 9.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 53.5 0.0 26.4 21.6
30 24.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 15.4 33.0
31 8.0 7.0 0.0 0.0 0.0 63.5 0.7
43

Suhu Rata-rata (oC)


Tanggal Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
1 24.10 23.33 25.23 26.55 25.78 26.43 26.20 25.25 26.75 26.75 26.25 26.83
2 25.30 25.35 25.58 25.70 26.70 26.05 25.03 25.70 26.03 26.10 26.70 27.50
3 24.73 25.33 26.13 25.70 25.53 25.75 25.45 24.60 25.18 27.58 26.20 26.55
4 24.65 25.33 25.03 25.45 25.33 26.28 25.25 23.60 25.75 27.03 25.95 26.10
5 26.03 25.43 26.30 25.68 25.25 26.70 25.45 24.80 26.25 27.13 27.38 26.15
6 25.05 24.30 26.55 26.08 26.30 26.95 25.50 25.00 25.65 26.60 27.00 26.05
7 26.10 25.35 25.65 25.30 26.85 26.78 26.98 25.65 26.28 25.73 25.18 26.53
8 26.28 24.03 25.55 25.65 27.33 27.48 26.33 25.70 25.48 25.45 25.75 26.10
9 27.20 22.93 25.65 26.15 26.08 24.45 25.88 26.15 26.58 25.60 26.25 25.98
10 26.73 24.53 25.78 26.80 26.83 25.15 26.55 26.80 25.68 26.45 26.48 26.45
11 26.70 23.70 24.03 27.35 26.13 25.95 26.25 26.95 26.25 26.55 26.28 26.10
12 23.95 24.40 24.73 26.48 26.80 26.40 26.35 26.38 27.13 26.98 26.43 25.30
13 25.53 23.70 25.85 25.53 26.58 26.43 26.70 26.43 26.90 25.23 26.08 26.35
14 26.05 25.95 25.20 25.53 25.55 26.28 27.30 27.40 26.70 25.90 27.93 25.90
15 25.85 24.83 24.65 26.18 25.70 26.28 26.50 26.35 25.58 26.20 26.65 25.30
16 25.23 25.15 25.38 26.43 26.13 25.58 26.03 26.65 26.00 27.95 26.50 24.83
17 25.45 25.10 25.95 24.93 27.30 25.45 27.05 27.48 26.45 27.58 26.88 23.85
18 25.25 24.60 25.88 25.80 26.80 26.00 25.90 27.08 27.93 27.05 27.58 25.68
19 24.08 23.68 26.43 25.60 27.65 26.68 25.95 26.63 26.13 26.80 26.78 25.35
20 24.25 25.13 26.03 25.65 26.55 26.80 26.45 26.05 26.50 26.90 26.85 25.35
21 24.85 26.35 25.23 26.23 26.60 27.03 26.83 25.70 25.20 27.50 26.15 24.88
22 24.68 25.50 24.85 26.25 26.05 26.78 25.40 25.88 26.90 27.65 26.78 26.35
23 24.48 24.65 24.95 26.95 26.15 26.15 26.90 25.98 26.45 26.15 26.90 25.83
24 25.20 26.40 25.88 23.90 25.68 25.75 26.55 26.23 26.03 27.20 26.20 25.90
25 24.45 26.68 24.25 23.98 25.65 25.58 25.18 26.50 26.23 27.63 26.55 26.45
26 25.05 26.48 25.00 26.00 25.60 25.05 26.35 27.00 26.50 27.95 26.45 27.93
27 25.03 26.25 26.40 25.00 25.73 26.18 26.50 27.25 25.55 26.88 26.98 27.55
28 25.20 25.58 25.68 26.15 26.15 26.20 25.98 26.83 25.33 28.10 26.05 26.10
29 25.55 27.23 25.55 26.20 26.98 26.35 26.75 26.03 27.90 25.93 27.18
30 25.30 27.18 26.85 27.08 27.15 26.15 27.18 26.85 26.00 26.13 26.10
31 24.45 25.90 26.85 24.38 26.95 25.95 26.83
44

Kelembaban Udara (%)


Tanggal Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
1 93.91 95.90 88.13 89.37 84.60 80.40 76.10 87.64 64.86 68.90 82.55 80.69
2 87.67 86.49 82.20 89.72 81.07 84.35 71.65 80.64 64.55 74.85 81.62 78.00
3 90.16 89.45 82.61 86.82 87.58 86.61 68.00 70.70 66.03 65.46 85.39 81.92
4 87.85 88.09 81.30 88.81 86.30 85.55 70.36 73.24 71.34 66.64 85.65 84.00
5 84.87 87.34 79.12 85.71 85.38 79.61 74.75 71.96 71.37 69.10 79.34 84.07
6 84.46 91.93 74.32 84.66 81.65 77.34 72.13 75.39 68.05 70.84 78.38 85.02
7 78.63 88.45 83.18 89.06 85.15 81.87 70.74 77.35 66.63 81.48 88.10 86.97
8 81.31 92.54 82.16 87.10 77.33 78.56 72.48 77.02 75.50 83.73 85.35 87.02
9 74.65 98.46 81.72 85.50 81.79 91.70 74.80 75.84 72.83 82.47 84.35 84.01
10 77.39 91.16 80.62 82.33 81.17 87.46 69.21 75.32 74.08 73.86 83.54 82.67
11 70.90 90.27 94.25 80.90 79.27 86.21 75.32 76.99 68.79 73.80 81.38 87.12
12 92.79 89.91 91.17 81.95 74.78 82.37 78.07 79.27 68.14 74.06 83.56 88.24
13 87.21 94.20 87.25 85.82 81.53 77.61 74.08 78.70 72.37 80.96 82.69 85.70
14 85.26 83.92 87.05 85.82 88.53 78.32 69.72 77.77 72.23 82.59 76.57 84.56
15 81.96 89.41 91.17 81.13 91.01 78.47 73.65 80.42 68.45 72.34 80.32 88.89
16 86.62 90.00 87.27 85.18 86.60 76.51 75.21 77.68 68.79 72.06 83.36 88.97
17 86.76 91.86 83.12 92.40 80.81 76.00 70.24 72.16 72.06 60.66 80.97 88.06
18 87.21 90.08 83.20 90.06 80.29 76.45 74.12 72.60 65.02 69.17 74.08 85.18
19 92.55 93.25 82.83 84.06 81.73 77.27 69.59 79.79 69.92 72.38 80.13 88.80
20 89.99 87.69 85.11 86.94 79.66 75.59 72.93 77.61 68.85 68.33 78.19 88.99
21 90.25 74.19 90.22 82.42 76.74 75.81 74.96 65.74 76.91 66.33 86.61 87.05
22 92.39 74.21 86.87 83.67 78.59 74.23 79.63 71.36 70.89 62.83 81.71 80.57
23 90.55 83.48 84.28 77.83 73.76 79.42 75.64 68.20 62.87 73.94 79.19 83.18
24 86.74 79.94 88.32 91.95 77.20 76.00 74.25 70.13 67.68 69.16 82.50 77.10
25 92.88 80.65 92.74 91.63 79.81 73.31 79.45 73.43 73.18 71.57 81.44 79.02
26 86.03 79.31 90.48 83.44 86.19 74.44 76.79 72.29 68.20 74.69 81.43 80.46
27 91.49 85.35 84.76 87.70 84.14 75.04 76.02 67.91 78.31 74.13 80.30 82.99
28 87.62 87.63 84.63 83.35 81.53 79.64 78.71 73.64 80.15 66.36 84.25 87.77
29 86.72 78.94 84.09 82.52 73.51 74.47 74.40 74.16 72.46 86.26 82.96
30 88.88 83.47 80.15 78.12 78.16 75.33 70.11 69.17 80.62 86.09 86.87
31 92.42 87.73 81.50 85.92 69.97 81.67 85.80
45

Kecepatan angin rata-rata (m s-1)


Tanggal Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
1 1.10 2.17 2.63 2.03 2.06 2.03 1.74 3.09 3.38 3.19 1.83 2.57
2 1.33 1.96 2.13 2.20 1.85 2.58 2.03 1.78 2.92 2.87 1.89 2.84
3 1.43 1.67 2.51 2.20 1.39 2.42 3.12 2.80 3.62 1.88 2.85 3.24
4 1.43 1.46 2.15 2.43 1.44 2.08 2.78 1.59 3.96 4.35 2.25 2.94
5 1.41 2.20 2.33 2.06 1.86 3.49 1.65 2.22 3.56 3.80 2.51 2.65
6 1.19 1.98 2.08 1.84 2.04 2.35 2.21 2.79 2.27 2.46 3.10 2.31
7 1.82 2.25 2.62 3.08 3.16 2.03 2.86 2.19 3.27 2.06 2.16 2.27
8 1.87 1.68 2.90 2.46 1.33 2.88 1.96 2.71 3.36 2.89 1.81 3.07
9 2.00 1.85 1.87 1.83 2.43 2.24 2.43 1.50 2.77 2.21 2.57 4.53
10 1.83 1.32 1.97 1.81 2.46 1.67 3.15 3.86 2.18 2.00 2.63 1.21
11 1.85 1.34 2.49 1.98 3.07 1.64 2.90 3.54 2.78 2.19 2.42 2.82
12 2.28 1.31 2.10 2.58 3.60 1.69 2.58 4.14 3.14 3.62 2.57 2.58
13 1.87 1.73 1.42 2.30 3.37 2.00 3.47 2.63 3.54 3.03 3.02 2.01
14 1.86 2.05 1.56 1.36 2.76 1.93 3.95 3.62 3.30 2.41 2.71 2.21
15 1.70 1.70 2.49 2.71 1.93 1.82 3.64 3.11 2.93 2.75 3.49 2.34
16 2.13 2.07 2.15 2.55 2.21 1.22 4.54 3.24 3.05 2.33 3.02 2.29
17 1.95 1.54 1.60 2.55 1.74 1.65 4.57 4.31 3.41 1.91 2.18 2.31
18 1.59 1.77 1.77 1.34 2.52 1.71 3.80 2.85 3.15 3.60 2.09 1.82
19 1.26 2.58 2.10 1.67 2.22 2.08 3.80 3.66 4.18 1.92 3.45 2.29
20 1.14 1.30 3.95 2.33 1.91 2.05 3.82 2.48 4.10 1.71 2.55 1.79
21 1.38 1.17 2.26 1.98 1.41 2.70 3.13 3.38 2.63 2.35 3.43 1.99
22 1.68 1.69 2.30 2.44 2.52 1.99 3.01 3.60 2.94 2.87 2.21 2.63
23 2.04 1.79 3.39 2.32 1.88 1.98 1.66 2.61 2.13 3.12 2.58 1.97
24 0.97 2.18 2.69 2.69 1.70 1.89 4.24 4.33 2.62 1.61 2.55 2.40
25 2.35 1.99 2.02 1.92 2.20 1.64 3.57 2.71 3.84 2.39 2.74 1.68
26 1.97 2.34 1.55 1.90 1.42 1.90 2.49 2.29 2.94 3.09 2.90 2.27
27 2.61 1.92 1.92 2.53 2.53 2.87 2.51 2.54 2.78 2.62 2.37 2.71
28 0.98 2.07 2.76 2.45 2.29 3.17 3.28 2.80 2.60 2.66 1.80 2.39
29 2.49 2.29 1.85 2.82 1.98 2.31 3.58 1.96 3.36 2.90 2.21
30 2.40 2.00 1.83 1.96 1.56 4.75 3.57 2.25 2.77 1.33 3.02
31 2.10 2.35 1.95 3.72 2.71 2.69 2.63
46

Lampiran 4 Equation Layer Stella

Sub Model Perkembangan


S(t) = S(t - dt) + (ToTU) * dtINIT S = 0
INFLOWS:
ToTU = IF TU<TUem THEN ((T-To)/TUem)*0.25 ELSE IF (TU<TUvm) THEN
((T-To)/(TUvm-TUem))*0.25 ELSE IF (TU<TUbm) THEN ((T-To)/(TUbm-
TUvm))*0.25 ELSE IF (TU<TUp) THEN ((T-To)/(TUp-TUbm))*0.25 ELSE 0
TU(t) = TU(t - dt) + (ToT) * dtINIT TU = 0
INFLOWS:
ToT = IF T>To THEN (T-To) ELSE 0
To = 15
TUbm = 974
TUem = 53
TUp = 1219
TUvm = 764.5

Sub Model Pertumbuhan


BKakar(t) = BKakar(t - dt) + (PNakar - RMakar) * dtINIT BKakar = 2.2
INFLOWS:
Piakar = IF S<=0.25 THEN ((0.81*(S/0.25))*Pn) ELSE IF S<=0.50 THEN ((0.81-
(0.59*(S/0.5)))*Pn) ELSE IF S<=0.75 THEN ((0.22-(0.09*(S/0.75)))*Pn) ELSE IF
S<=1 THEN ((0.13-(0.13*S))*Pn) ELSE(0*Pn)
OUTFLOWS:
RMakar = BKakar*KMakar*(2^((T-20)/10))
BKbatang(t) = BKbatang(t - dt) + (Pibatang - RMbatang) * dtINIT BKbatang = 3.3
INFLOWS:
Pibatang = IF S<=0.25 THEN (0*Pn) ELSE IF S<=0.50 THEN
(((0.14*(S/0.50)))*Pn) ELSE IF S<=0.75 THEN ((0.14+(0.39*(S/0.75)))*Pn)
ELSE IF S<=1 THEN ((0.53-(0.53*S))*Pn) ELSE(0*Pn)
OUTFLOWS:
RMbatang = BKbatang*KMbatang*(2^((T-20)/10))
BKbuah(t) = BKbuah(t - dt) + (PNbuah - RMbuah) * dtINIT BKbuah = 0
INFLOWS:
Pibuah = IF S<=0.25 THEN (0*Pn) ELSE IF S<=0.50 THEN (0*Pn) ELSE IF
S<=0.75 THEN ((0.16*(S/0.75))*Pn) ELSE IF S<=1 THEN ((0.16+(0.84))*Pn)
ELSE(Pn)
OUTFLOWS:
RMbuah = BKbuah*KMbuah*(2^((T-20)/10))
BKdaun(t) = BKdaun(t - dt) + (PNdaun - RMdaun) * dtINIT BKdaun = 5.6
INFLOWS:
Pidaun = IF S<0.25 THEN ((0.19*(S/0.25))*Pn) ELSE IF S<0.50 THEN
((0.19+(0.45*(S/0.5)))*Pn) ELSE IF S<0.75 THEN ((0.64-(0.46*(S/0.75)))*Pn)
ELSE IF S<1 THEN ((0.18-(0.18*S))*Pn) ELSE (0*Pn)
OUTFLOWS:
RMdaun = BKdaun*KMdaun*(2^((T-20)/10))
biji = 0.82*BKbuah
47

BKtotal = BKakar+BKbatang+BKdaun+BKbuah
Fs = Fair*(LUE*(1-EXP(-K*ILD))*QS)*10^4
ILD = SLA*BKdaun
K = 0.44
KMakar = 0.01
KMbatang = 0.010
KMbuah = 0.015
KMdaun = 0.01
LUE = 0.00141
SLA = 0.003

Sub Model Neraca Air


KAT(t) = KAT(t - dt) + (TbAT - KrAT) * dtINIT KAT = 214.94
INFLOWS:
TbAT = IF((Hujan+penyiraman)-IC)>(KL-KAT) THEN (KL-KAT) ELSE
((Hujan+penyiraman)-IC)
OUTFLOWS:
KrAT = Esa+Pk+Ta
alb = 0.09+0.25*0.14*ILD
delta = 4098*esat/(T+237.3)
ea = esat*RH/100
Esa = IF KAT>TLP THEN Esm ELSE 0
esat = 0.61078*EXP(17.27*T/(T+237.3))
Esm = ETm-Tm
ETm = (delta*Rn*F1*vpd)/((delta+gamma)*lamda)
F1 = 0.64*(1+0.54*angin*1000/3600)
Fair = Ta/Tm
gamma = 0.067
IC = IF ILD>3 THEN 1.27 ELSE 1.27/3*ILD
KAkritis = TLP+0.4*(KL-TLP)
KL = 214.94
lamda = 2.454
LD = 7
nN = (QS/Sangot-0.29)/0.52
Pk = IF KAT>KL THEN (KAT-KL) ELSE 0
Rew = IF (KAT-TLP)/(KAkritis-TLP)> 1 then (KAT-KAkritis)/(KL-KAkritis)
ELSE 0
Rlw = 4.9*(10^-9)*((T+273)^4)*(0.56-0.08*SQRT(ea))*(0.1+0.9*nN)
Rn = (1-alb)*QS-Rlw
RWU = Rew*Tm
Sangot = 58.75*(COS(LD)+SIN(LD))
TLP = 157.80
Ta = RWU
Tm = ETm*EXP(-K*ILD)
vpd = esat-ea
angin = GRAPH(TIME)
(1.00, 1.10), (2.00, 1.33), (3.00, 1.43), (4.00, 1.43), (5.00, 1.41), (6.00, 1.19), (7.00,
1.82), (8.00, 1.87), (9.00, 2.00), (10.0, 1.83), (11.0, 1.85), (12.0, 2.28), (13.0, 1.87),
48

(14.0, 1.86), (15.0, 1.70), (16.0, 2.13), (17.0, 1.95), (18.0, 1.59), (19.0, 1.26), (20.0,
1.14), (21.0, 1.38), (22.0, 1.68), (23.0, 2.04), (24.0, 0.97), (25.0, 2.35), (26.0, 1.97),
(27.0, 2.61), (28.0, 0.98), (29.0, 2.49), (30.0, 2.40), (31.0, 2.10), (32.0, 2.17), (33.0,
1.96), (34.0, 1.67), (35.0, 1.46), (36.0, 2.20), (37.0, 1.98), (38.0, 2.25), (39.0, 1.68),
(40.0, 1.85), (41.0, 1.32), (42.0, 1.34), (43.0, 1.31), (44.0, 1.73), (45.0, 2.05), (46.0,
1.70), (47.0, 2.07), (48.0, 1.54), (49.0, 1.77), (50.0, 2.58), (51.0, 1.30), (52.0, 1.17),
(53.0, 1.69), (54.0, 1.79), (55.0, 2.18), (56.0, 1.99), (57.0, 2.34), (58.0, 1.92), (59.0,
2.07), (60.0, 2.63), (61.0, 2.13), (62.0, 2.51), (63.0, 2.15), (64.0, 2.33), (65.0, 2.08),
(66.0, 2.62), (67.0, 2.90), (68.0, 1.87), (69.0, 1.97), (70.0, 2.49), (71.0, 2.10), (72.0,
1.42), (73.0, 1.56), (74.0, 2.49), (75.0, 2.15), (76.0, 1.60), (77.0, 1.77), (78.0, 2.10),
(79.0, 3.95), (80.0, 2.26), (81.0, 2.30), (82.0, 3.39), (83.0, 2.69), (84.0, 2.02), (85.0,
1.55), (86.0, 1.92), (87.0, 2.76), (88.0, 2.29), (89.0, 2.00), (90.0, 2.35), (91.0, 2.03),
(92.0, 2.20), (93.0, 2.20), (94.0, 2.43), (95.0, 2.06), (96.0, 1.84), (97.0, 3.08), (98.0,
2.46), (99.0, 1.83), (100, 1.81), (101, 1.98), (102, 2.58), (103, 2.30), (104, 1.36),
(105, 2.71), (106, 2.55), (107, 2.55), (108, 1.34), (109, 1.67), (110, 2.33), (111,
1.98), (112, 2.44), (113, 2.32), (114, 2.69), (115, 1.92), (116, 1.90), (117, 2.53),
(118, 2.45), (119, 1.85), (120, 1.83), (121, 2.06), (122, 1.85), (123, 1.39), (124,
1.44), (125, 1.86), (126, 2.04), (127, 3.16), (128, 1.33), (129, 2.43), (130, 2.46),
(131, 3.07), (132, 3.60), (133, 3.37), (134, 2.76), (135, 1.93), (136, 2.21), (137,
1.74), (138, 2.52), (139, 2.22), (140, 1.91), (141, 1.41), (142, 2.52), (143, 1.88),
(144, 1.70), (145, 2.20), (146, 1.42), (147, 2.53), (148, 2.29), (149, 2.82), (150,
1.96), (151, 1.95), (152, 2.03), (153, 2.58), (154, 2.42), (155, 2.08), (156, 3.49),
(157, 2.35), (158, 2.03), (159, 2.88), (160, 2.24), (161, 1.67), (162, 1.64), (163,
1.69), (164, 2.00), (165, 1.93), (166, 1.82), (167, 1.22), (168, 1.65), (169, 1.71),
(170, 2.08), (171, 2.05), (172, 2.70), (173, 1.99), (174, 1.98), (175, 1.89), (176,
1.64), (177, 1.90), (178, 2.87), (179, 3.17), (180, 1.98), (181, 1.56), (182, 1.74),
(183, 2.03), (184, 3.12), (185, 2.78), (186, 1.65), (187, 2.21), (188, 2.86), (189,
1.96), (190, 2.43), (191, 3.15), (192, 2.90), (193, 2.58), (194, 3.47), (195, 3.95),
(196, 3.64), (197, 4.54), (198, 4.57), (199, 3.80), (200, 3.80), (201, 3.82), (202,
3.13), (203, 3.01), (204, 1.66), (205, 4.24), (206, 3.57), (207, 2.49), (208, 2.51),
(209, 3.28), (210, 2.31), (211, 4.75), (212, 3.72), (213, 3.09), (214, 1.78), (215,
2.80), (216, 1.59), (217, 2.22), (218, 2.79), (219, 2.19), (220, 2.71), (221, 1.50),
(222, 3.86), (223, 3.54), (224, 4.14), (225, 2.63), (226, 3.62), (227, 3.11), (228,
3.24), (229, 4.31), (230, 2.85), (231, 3.66), (232, 2.48), (233, 3.38), (234, 3.60),
(235, 2.61), (236, 4.33), (237, 2.71), (238, 2.29), (239, 2.54), (240, 2.80), (241,
3.58), (242, 3.57), (243, 2.71), (244, 3.38), (245, 2.92), (246, 3.62), (247, 3.96),
(248, 3.56), (249, 2.27), (250, 3.27), (251, 3.36), (252, 2.77), (253, 2.18), (254,
2.78), (255, 3.14), (256, 3.54), (257, 3.30), (258, 2.93), (259, 3.05), (260, 3.41),
(261, 3.15), (262, 4.18), (263, 4.10), (264, 2.63), (265, 2.94), (266, 2.13), (267,
2.62), (268, 3.84), (269, 2.94), (270, 2.78), (271, 2.60), (272, 1.96), (273, 2.25),
(274, 3.19), (275, 2.87), (276, 1.88), (277, 4.35), (278, 3.80), (279, 2.46), (280,
2.06), (281, 2.89), (282, 2.21), (283, 2.00), (284, 2.19), (285, 3.62), (286, 3.03),
(287, 2.41), (288, 2.75), (289, 2.33), (290, 1.91), (291, 3.60), (292, 1.92), (293,
1.71), (294, 2.35), (295, 2.87), (296, 3.12), (297, 1.61), (298, 2.39), (299, 3.09),
(300, 2.62), (301, 2.66), (302, 3.36), (303, 2.77), (304, 2.69), (305, 1.83), (306,
1.89), (307, 2.85), (308, 2.25), (309, 2.51), (310, 3.10), (311, 2.16), (312, 1.81),
(313, 2.57), (314, 2.63), (315, 2.42), (316, 2.57), (317, 3.02), (318, 2.71), (319,
3.49), (320, 3.02), (321, 2.18), (322, 2.09), (323, 3.45), (324, 2.55), (325, 3.43),
49

(326, 2.21), (327, 2.58), (328, 2.55), (329, 2.74), (330, 2.90), (331, 2.37), (332,
1.80), (333, 2.90), (334, 1.33), (335, 2.57), (336, 2.84), (337, 3.24), (338, 2.94),
(339, 2.65), (340, 2.31), (341, 2.27), (342, 3.07), (343, 4.53), (344, 1.21), (345,
2.82), (346, 2.58), (347, 2.01), (348, 2.21), (349, 2.34), (350, 2.29), (351, 2.31),
(352, 1.82), (353, 2.29), (354, 1.79), (355, 1.99), (356, 2.63), (357, 1.97), (358,
2.40), (359, 1.68), (360, 2.27), (361, 2.71), (362, 2.39), (363, 2.21), (364, 3.02),
(365, 2.63)
Hujan = GRAPH(TIME)
(1.00, 20.8), (2.00, 5.10), (3.00, 1.80), (4.00, 23.7), (5.00, 21.1), (6.00, 0.4), (7.00,
0.9), (8.00, 0.00), (9.00, 0.00), (10.0, 0.00), (11.0, 0.00), (12.0, 0.00), (13.0, 10.1),
(14.0, 10.3), (15.0, 0.4), (16.0, 7.50), (17.0, 7.80), (18.0, 3.80), (19.0, 0.4), (20.0,
23.6), (21.0, 6.70), (22.0, 13.8), (23.0, 15.3), (24.0, 1.10), (25.0, 4.00), (26.0, 28.6),
(27.0, 1.00), (28.0, 0.3), (29.0, 9.60), (30.0, 24.5), (31.0, 8.00), (32.0, 17.8), (33.0,
47.7), (34.0, 3.80), (35.0, 0.00), (36.0, 43.2), (37.0, 21.0), (38.0, 27.8), (39.0, 1.70),
(40.0, 16.9), (41.0, 88.8), (42.0, 0.00), (43.0, 0.00), (44.0, 0.00), (45.0, 14.1), (46.0,
0.00), (47.0, 1.10), (48.0, 1.40), (49.0, 1.00), (50.0, 39.5), (51.0, 1.10), (52.0, 0.00),
(53.0, 0.00), (54.0, 0.00), (55.0, 0.00), (56.0, 0.00), (57.0, 0.00), (58.0, 0.00), (59.0,
18.7), (60.0, 3.20), (61.0, 0.00), (62.0, 0.4), (63.0, 2.60), (64.0, 0.00), (65.0, 0.00),
(66.0, 2.40), (67.0, 0.00), (68.0, 2.60), (69.0, 6.70), (70.0, 0.00), (71.0, 23.4), (72.0,
5.80), (73.0, 0.00), (74.0, 32.7), (75.0, 14.6), (76.0, 8.40), (77.0, 0.00), (78.0, 0.00),
(79.0, 23.2), (80.0, 68.0), (81.0, 62.6), (82.0, 21.4), (83.0, 26.5), (84.0, 19.0), (85.0,
0.2), (86.0, 1.60), (87.0, 42.0), (88.0, 0.00), (89.0, 0.00), (90.0, 7.00), (91.0, 48.0),
(92.0, 0.2), (93.0, 19.5), (94.0, 0.2), (95.0, 1.40), (96.0, 9.20), (97.0, 10.6), (98.0,
23.6), (99.0, 3.40), (100, 13.7), (101, 0.00), (102, 0.00), (103, 0.00), (104, 0.00),
(105, 1.50), (106, 2.80), (107, 16.3), (108, 0.00), (109, 0.4), (110, 5.30), (111, 0.00),
(112, 0.4), (113, 0.00), (114, 3.70), (115, 36.6), (116, 4.80), (117, 0.00), (118, 4.50),
(119, 0.00), (120, 0.00), (121, 0.00), (122, 0.00), (123, 0.3), (124, 26.4), (125, 0.3),
(126, 1.00), (127, 11.0), (128, 0.3), (129, 0.00), (130, 5.60), (131, 0.00), (132, 0.00),
(133, 0.00), (134, 51.4), (135, 14.2), (136, 1.80), (137, 49.4), (138, 0.2), (139, 0.00),
(140, 4.60), (141, 0.00), (142, 0.00), (143, 0.00), (144, 0.00), (145, 0.00), (146,
0.00), (147, 35.4), (148, 0.00), (149, 0.00), (150, 0.00), (151, 0.00), (152, 0.00),
(153, 0.2), (154, 63.1), (155, 8.20), (156, 0.00), (157, 0.00), (158, 0.00), (159, 0.00),
(160, 0.00), (161, 8.40), (162, 4.80), (163, 0.00), (164, 2.10), (165, 0.00), (166,
3.00), (167, 0.00), (168, 0.00), (169, 0.00), (170, 0.00), (171, 0.00), (172, 0.00),
(173, 0.00), (174, 0.00), (175, 0.4), (176, 0.00), (177, 0.00), (178, 0.00), (179, 0.00),
(180, 0.00), (181, 0.00), (182, 0.00), (183, 0.00), (184, 0.00), (185, 0.00), (186,
0.00), (187, 0.00), (188, 0.00), (189, 0.00), (190, 0.2), (191, 0.00), (192, 0.00), (193,
0.00), (194, 0.00), (195, 0.00), (196, 0.00), (197, 0.00), (198, 0.00), (199, 0.00),
(200, 0.00), (201, 0.00), (202, 0.00), (203, 0.00), (204, 0.00), (205, 0.00), (206,
0.00), (207, 0.00), (208, 0.8), (209, 0.00), (210, 0.6), (211, 0.00), (212, 0.00), (213,
94.6), (214, 16.7), (215, 0.00), (216, 0.00), (217, 0.00), (218, 0.00), (219, 0.00),
(220, 0.00), (221, 0.00), (222, 0.00), (223, 0.00), (224, 0.00), (225, 0.1), (226, 0.00),
(227, 0.00), (228, 0.00), (229, 0.00), (230, 0.00), (231, 0.00), (232, 1.00), (233,
0.00), (234, 0.00), (235, 0.00), (236, 0.00), (237, 0.00), (238, 0.00), (239, 0.00),
(240, 0.00), (241, 0.00), (242, 0.00), (243, 0.00), (244, 0.00), (245, 0.00), (246,
0.00), (247, 0.00), (248, 0.00), (249, 0.00), (250, 0.00), (251, 0.00), (252, 3.20),
(253, 0.00), (254, 0.00), (255, 0.00), (256, 0.00), (257, 0.00), (258, 0.00), (259,
0.00), (260, 0.00), (261, 0.00), (262, 0.00), (263, 0.00), (264, 0.00), (265, 16.0),
50

(266, 0.00), (267, 0.00), (268, 0.00), (269, 2.40), (270, 0.00), (271, 4.20), (272,
53.5), (273, 0.00), (274, 0.00), (275, 0.00), (276, 0.00), (277, 0.00), (278, 0.00),
(279, 0.00), (280, 0.00), (281, 30.5), (282, 1.40), (283, 4.00), (284, 0.00), (285,
0.00), (286, 0.00), (287, 5.90), (288, 5.20), (289, 0.00), (290, 0.00), (291, 0.00),
(292, 0.00), (293, 0.00), (294, 0.00), (295, 0.00), (296, 0.00), (297, 0.00), (298,
0.00), (299, 0.00), (300, 0.00), (301, 0.00), (302, 0.00), (303, 0.1), (304, 63.5), (305,
11.8), (306, 24.6), (307, 24.2), (308, 5.50), (309, 16.8), (310, 1.30), (311, 0.00),
(312, 40.0), (313, 156), (314, 21.2), (315, 0.00), (316, 47.2), (317, 47.4), (318,
51.2), (319, 0.00), (320, 50.5), (321, 62.4), (322, 0.00), (323, 3.90), (324, 0.00),
(325, 3.40), (326, 37.6), (327, 36.7), (328, 0.00), (329, 72.6), (330, 89.4), (331,
9.60), (332, 0.00), (333, 26.4), (334, 15.4), (335, 67.8), (336, 4.50), (337, 0.00),
(338, 14.5), (339, 22.6), (340, 20.3), (341, 81.5), (342, 9.50), (343, 3.20), (344,
70.8), (345, 15.9), (346, 69.7), (347, 7.80), (348, 0.8), (349, 0.1), (350, 4.70), (351,
12.4), (352, 4.90), (353, 5.70), (354, 12.2), (355, 28.1), (356, 6.10), (357, 0.00),
(358, 6.30), (359, 0.00), (360, 0.00), (361, 7.00), (362, 48.0), (363, 21.6), (364,
33.0), (365, 0.7)
penyiraman = GRAPH(TIME)
(1.00, 0.00), (2.00, 0.00), (3.00, 0.00), (4.00, 0.00), (5.00, 0.00), (6.00, 0.00), (7.00,
0.00), (8.00, 0.00), (9.00, 0.00), (10.0, 0.00), (11.0, 0.00), (12.0, 0.00), (13.0, 0.00),
(14.0, 0.00), (15.0, 0.00), (16.0, 0.00), (17.0, 0.00), (18.0, 0.00), (19.0, 0.00), (20.0,
0.00), (21.0, 0.00), (22.0, 0.00), (23.0, 0.00), (24.0, 0.00), (25.0, 0.00), (26.0, 0.00),
(27.0, 0.00), (28.0, 0.00), (29.0, 0.00), (30.0, 0.00), (31.0, 0.00), (32.0, 0.00), (33.0,
0.00), (34.0, 0.00), (35.0, 0.00), (36.0, 0.00), (37.0, 0.00), (38.0, 0.00), (39.0, 0.00),
(40.0, 0.00), (41.0, 0.00), (42.0, 0.00), (43.0, 0.00), (44.0, 0.00), (45.0, 0.00), (46.0,
0.00), (47.0, 0.00), (48.0, 0.00), (49.0, 0.00), (50.0, 0.00), (51.0, 0.00), (52.0, 0.00),
(53.0, 0.00), (54.0, 0.00), (55.0, 0.00), (56.0, 0.00), (57.0, 0.00), (58.0, 0.00), (59.0,
0.00), (60.0, 0.00), (61.0, 0.00), (62.0, 0.00), (63.0, 0.00), (64.0, 0.00), (65.0, 0.00),
(66.0, 0.00), (67.0, 0.00), (68.0, 0.00), (69.0, 0.00), (70.0, 0.00), (71.0, 0.00), (72.0,
0.00), (73.0, 0.00), (74.0, 0.00), (75.0, 0.00), (76.0, 0.00), (77.0, 0.00), (78.0, 0.00),
(79.0, 0.00), (80.0, 0.00), (81.0, 0.00), (82.0, 0.00), (83.0, 0.00), (84.0, 0.00), (85.0,
0.00), (86.0, 0.00), (87.0, 0.00), (88.0, 0.00), (89.0, 0.00), (90.0, 0.00), (91.0, 0.00),
(92.0, 0.00), (93.0, 0.00), (94.0, 0.00), (95.0, 0.00), (96.0, 0.00), (97.0, 0.00), (98.0,
0.00), (99.0, 0.00), (100, 0.00), (101, 0.00), (102, 0.00), (103, 0.00), (104, 0.00),
(105, 0.00), (106, 0.00), (107, 0.00), (108, 0.00), (109, 0.00), (110, 0.00), (111,
0.00), (112, 0.00), (113, 0.00), (114, 0.00), (115, 0.00), (116, 0.00), (117, 0.00),
(118, 0.00), (119, 0.00), (120, 0.00), (121, 0.00), (122, 0.00), (123, 0.00), (124,
0.00), (125, 0.00), (126, 0.00), (127, 0.00), (128, 0.00), (129, 0.00), (130, 0.00),
(131, 0.00), (132, 0.00), (133, 0.00), (134, 0.00), (135, 0.00), (136, 0.00), (137,
0.00), (138, 0.00), (139, 0.00), (140, 0.00), (141, 0.00), (142, 0.00), (143, 0.00),
(144, 0.00), (145, 0.00), (146, 0.00), (147, 0.00), (148, 0.00), (149, 0.00), (150,
0.00), (151, 0.00), (152, 0.00), (153, 0.00), (154, 0.00), (155, 0.00), (156, 0.00),
(157, 0.00), (158, 0.00), (159, 0.00), (160, 0.00), (161, 0.00), (162, 0.00), (163,
0.00), (164, 0.00), (165, 0.00), (166, 0.00), (167, 0.00), (168, 0.00), (169, 0.00),
(170, 0.00), (171, 0.00), (172, 0.00), (173, 0.00), (174, 0.00), (175, 0.00), (176,
0.00), (177, 0.00), (178, 0.00), (179, 0.00), (180, 0.00), (181, 0.00), (182, 0.00),
(183, 0.00), (184, 0.00), (185, 0.00), (186, 0.00), (187, 0.00), (188, 0.00), (189,
0.00), (190, 0.00), (191, 0.00), (192, 0.00), (193, 0.00), (194, 0.00), (195, 0.00),
(196, 0.00), (197, 0.00), (198, 0.00), (199, 0.00), (200, 0.00), (201, 0.00), (202,
51

0.00), (203, 0.00), (204, 0.00), (205, 0.00), (206, 0.00), (207, 0.00), (208, 0.00),
(209, 0.00), (210, 0.625), (211, 0.625), (212, 0.625), (213, 0.625), (214, 0.625),
(215, 5.63), (216, 5.63), (217, 5.63), (218, 5.63), (219, 5.63), (220, 0.00), (221,
5.63), (222, 5.63), (223, 5.63), (224, 5.63), (225, 5.63), (226, 5.63), (227, 5.63),
(228, 5.63), (229, 0.00), (230, 0.00), (231, 5.63), (232, 5.63), (233, 5.63), (234,
5.63), (235, 5.63), (236, 5.63), (237, 5.63), (238, 0.00), (239, 5.63), (240, 5.63),
(241, 5.63), (242, 5.63), (243, 5.63), (244, 0.00), (245, 5.63), (246, 5.63), (247,
5.63), (248, 5.63), (249, 5.63), (250, 5.63), (251, 5.63), (252, 5.63), (253, 5.63),
(254, 5.63), (255, 0.00), (256, 5.63), (257, 0.00), (258, 0.00), (259, 0.00), (260,
5.63), (261, 5.63), (262, 5.63), (263, 5.63), (264, 5.63), (265, 5.63), (266, 5.63),
(267, 5.63), (268, 5.63), (269, 5.63), (270, 5.63), (271, 5.63), (272, 5.63), (273,
0.00), (274, 5.63), (275, 5.63), (276, 5.63), (277, 5.63), (278, 5.63), (279, 5.63),
(280, 5.63), (281, 5.63), (282, 0.00), (283, 5.63), (284, 5.63), (285, 5.63), (286,
5.63), (287, 0.00), (288, 0.00), (289, 5.63), (290, 5.63), (291, 5.63), (292, 5.63),
(293, 5.63), (294, 5.63), (295, 5.63), (296, 5.63), (297, 5.63), (298, 5.63), (299,
5.63), (300, 5.63), (301, 5.63), (302, 5.63), (303, 5.63), (304, 5.63), (305, 0.00),
(306, 0.00), (307, 0.00), (308, 0.00), (309, 0.00), (310, 0.00), (311, 0.00), (312,
0.00), (313, 0.00), (314, 0.00), (315, 0.00), (316, 0.00), (317, 0.00), (318, 0.00),
(319, 0.00), (320, 0.00), (321, 0.00), (322, 0.00), (323, 0.00), (324, 0.00), (325,
0.00), (326, 0.00), (327, 0.00), (328, 0.00), (329, 0.00), (330, 0.00), (331, 0.00),
(332, 0.00), (333, 0.00), (334, 0.00), (335, 0.00), (336, 0.00), (337, 0.00), (338,
0.00), (339, 0.00), (340, 0.00), (341, 0.00), (342, 0.00), (343, 0.00), (344, 0.00),
(345, 0.00), (346, 0.00), (347, 0.00), (348, 0.00), (349, 0.00), (350, 0.00), (351,
0.00), (352, 0.00), (353, 0.00), (354, 0.00), (355, 0.00), (356, 0.00), (357, 0.00),
(358, 0.00), (359, 0.00), (360, 0.00), (361, 0.00), (362, 0.00), (363, 0.00), (364,
0.00), (365, 0.00)
QS = GRAPH(TIME)
(1.00, 9.00), (2.00, 11.7), (3.00, 7.49), (4.00, 7.28), (5.00, 12.0), (6.00, 11.2), (7.00,
14.8), (8.00, 13.8), (9.00, 15.0), (10.0, 15.3), (11.0, 18.4), (12.0, 6.23), (13.0, 9.67),
(14.0, 9.79), (15.0, 12.8), (16.0, 12.0), (17.0, 8.33), (18.0, 8.33), (19.0, 6.86), (20.0,
9.83), (21.0, 10.7), (22.0, 7.61), (23.0, 6.40), (24.0, 12.2), (25.0, 12.3), (26.0, 13.2),
(27.0, 6.99), (28.0, 12.2), (29.0, 16.5), (30.0, 12.2), (31.0, 9.00), (32.0, 6.19), (33.0,
12.8), (34.0, 7.61), (35.0, 8.95), (36.0, 11.1), (37.0, 13.3), (38.0, 13.3), (39.0, 8.03),
(40.0, 7.07), (41.0, 7.70), (42.0, 5.94), (43.0, 10.7), (44.0, 9.96), (45.0, 13.1), (46.0,
8.62), (47.0, 11.0), (48.0, 6.49), (49.0, 12.8), (50.0, 6.19), (51.0, 6.40), (52.0, 14.9),
(53.0, 17.0), (54.0, 11.9), (55.0, 18.5), (56.0, 14.5), (57.0, 15.6), (58.0, 11.4), (59.0,
13.0), (60.0, 9.71), (61.0, 13.6), (62.0, 14.8), (63.0, 8.70), (64.0, 15.1), (65.0, 17.8),
(66.0, 11.3), (67.0, 6.53), (68.0, 10.1), (69.0, 13.5), (70.0, 10.1), (71.0, 10.8), (72.0,
32.0), (73.0, 8.62), (74.0, 13.4), (75.0, 15.1), (76.0, 17.7), (77.0, 17.7), (78.0, 12.8),
(79.0, 16.9), (80.0, 13.8), (81.0, 16.6), (82.0, 18.7), (83.0, 9.54), (84.0, 11.8), (85.0,
10.0), (86.0, 12.3), (87.0, 14.9), (88.0, 12.6), (89.0, 13.3), (90.0, 12.2), (91.0, 12.8),
(92.0, 12.5), (93.0, 11.9), (94.0, 12.5), (95.0, 12.9), (96.0, 16.1), (97.0, 10.4), (98.0,
14.3), (99.0, 12.9), (100, 16.5), (101, 14.1), (102, 14.7), (103, 6.69), (104, 12.7),
(105, 14.6), (106, 13.8), (107, 7.32), (108, 10.9), (109, 16.0), (110, 13.3), (111,
16.0), (112, 13.4), (113, 15.3), (114, 5.90), (115, 7.78), (116, 14.2), (117, 14.5),
(118, 17.6), (119, 12.7), (120, 18.1), (121, 11.8), (122, 14.1), (123, 10.6), (124,
13.8), (125, 14.0), (126, 17.0), (127, 14.9), (128, 14.4), (129, 14.1), (130, 14.4),
(131, 12.0), (132, 16.7), (133, 15.7), (134, 11.4), (135, 11.3), (136, 14.2), (137,
52

13.9), (138, 13.8), (139, 15.1), (140, 18.1), (141, 12.3), (142, 14.1), (143, 14.2),
(144, 12.0), (145, 15.4), (146, 13.7), (147, 13.6), (148, 15.7), (149, 16.0), (150,
16.0), (151, 13.5), (152, 11.0), (153, 13.9), (154, 11.9), (155, 14.4), (156, 11.9),
(157, 15.4), (158, 13.0), (159, 13.7), (160, 9.29), (161, 8.58), (162, 13.7), (163,
14.7), (164, 14.4), (165, 14.1), (166, 12.7), (167, 15.1), (168, 13.9), (169, 15.0),
(170, 15.2), (171, 13.2), (172, 16.2), (173, 15.5), (174, 14.6), (175, 14.6), (176,
14.6), (177, 15.6), (178, 14.5), (179, 13.6), (180, 14.7), (181, 12.7), (182, 14.0),
(183, 16.7), (184, 16.7), (185, 15.5), (186, 15.3), (187, 15.7), (188, 15.1), (189,
16.2), (190, 17.3), (191, 13.1), (192, 14.0), (193, 8.83), (194, 16.2), (195, 12.7),
(196, 14.0), (197, 12.9), (198, 16.6), (199, 17.1), (200, 16.4), (201, 16.9), (202,
15.8), (203, 12.1), (204, 14.5), (205, 13.6), (206, 16.2), (207, 14.4), (208, 11.9),
(209, 13.8), (210, 16.0), (211, 15.4), (212, 15.5), (213, 15.7), (214, 16.4), (215,
16.7), (216, 16.3), (217, 17.2), (218, 15.9), (219, 16.7), (220, 16.2), (221, 14.4),
(222, 16.3), (223, 17.1), (224, 17.4), (225, 13.3), (226, 13.4), (227, 16.5), (228,
17.1), (229, 16.7), (230, 14.1), (231, 16.6), (232, 16.7), (233, 16.8), (234, 16.0),
(235, 16.0), (236, 15.9), (237, 16.2), (238, 15.1), (239, 12.5), (240, 16.2), (241,
14.8), (242, 17.9), (243, 17.4), (244, 15.6), (245, 18.0), (246, 17.4), (247, 16.9),
(248, 14.3), (249, 16.4), (250, 16.8), (251, 16.2), (252, 15.6), (253, 16.0), (254,
16.2), (255, 16.2), (256, 16.2), (257, 16.1), (258, 15.5), (259, 15.5), (260, 16.2),
(261, 17.2), (262, 16.7), (263, 16.2), (264, 16.2), (265, 16.7), (266, 17.2), (267,
18.7), (268, 15.5), (269, 15.6), (270, 16.4), (271, 13.9), (272, 14.4), (273, 13.9),
(274, 14.4), (275, 13.1), (276, 15.4), (277, 16.9), (278, 15.2), (279, 15.4), (280,
15.7), (281, 16.9), (282, 15.3), (283, 16.7), (284, 15.5), (285, 16.1), (286, 16.2),
(287, 15.4), (288, 16.6), (289, 16.7), (290, 18.2), (291, 16.7), (292, 16.8), (293,
13.9), (294, 16.7), (295, 17.6), (296, 15.4), (297, 16.2), (298, 16.7), (299, 15.2),
(300, 15.4), (301, 15.9), (302, 16.0), (303, 15.8), (304, 16.8), (305, 16.6), (306,
16.4), (307, 15.6), (308, 16.1), (309, 16.5), (310, 14.6), (311, 17.4), (312, 16.1),
(313, 16.1), (314, 16.6), (315, 16.6), (316, 16.7), (317, 14.5), (318, 15.5), (319,
16.6), (320, 10.8), (321, 17.4), (322, 16.1), (323, 14.1), (324, 15.8), (325, 12.1),
(326, 16.6), (327, 17.1), (328, 17.4), (329, 14.3), (330, 14.7), (331, 11.3), (332,
17.1), (333, 0.64), (334, 16.2), (335, 16.6), (336, 16.9), (337, 14.1), (338, 12.5),
(339, 13.8), (340, 15.2), (341, 16.1), (342, 10.1), (343, 17.4), (344, 14.2), (345,
11.9), (346, 9.25), (347, 14.6), (348, 9.92), (349, 8.28), (350, 6.36), (351, 6.36),
(352, 9.12), (353, 10.2), (354, 9.00), (355, 8.79), (356, 13.7), (357, 14.1), (358,
18.8), (359, 18.5), (360, 16.0), (361, 16.2), (362, 12.9), (363, 14.9), (364, 14.9),
(365, 10.3)
RH = GRAPH(TIME)
(1.00, 94.0), (2.00, 88.0), (3.00, 90.0), (4.00, 88.0), (5.00, 85.0), (6.00, 84.0), (7.00,
79.0), (8.00, 81.0), (9.00, 75.0), (10.0, 77.0), (11.0, 71.0), (12.0, 93.0), (13.0, 87.0),
(14.0, 85.0), (15.0, 82.0), (16.0, 87.0), (17.0, 87.0), (18.0, 87.0), (19.0, 93.0), (20.0,
90.0), (21.0, 90.0), (22.0, 92.0), (23.0, 91.0), (24.0, 87.0), (25.0, 93.0), (26.0, 86.0),
(27.0, 91.0), (28.0, 88.0), (29.0, 87.0), (30.0, 89.0), (31.0, 92.0), (32.0, 96.0), (33.0,
86.0), (34.0, 89.0), (35.0, 88.0), (36.0, 87.0), (37.0, 92.0), (38.0, 88.0), (39.0, 93.0),
(40.0, 98.0), (41.0, 91.0), (42.0, 90.0), (43.0, 90.0), (44.0, 94.0), (45.0, 84.0), (46.0,
89.0), (47.0, 90.0), (48.0, 92.0), (49.0, 90.0), (50.0, 93.0), (51.0, 88.0), (52.0, 74.0),
(53.0, 74.0), (54.0, 83.0), (55.0, 80.0), (56.0, 81.0), (57.0, 79.0), (58.0, 85.0), (59.0,
88.0), (60.0, 88.0), (61.0, 82.0), (62.0, 83.0), (63.0, 81.0), (64.0, 79.0), (65.0, 74.0),
(66.0, 83.0), (67.0, 82.0), (68.0, 82.0), (69.0, 81.0), (70.0, 94.0), (71.0, 91.0), (72.0,
53

87.0), (73.0, 87.0), (74.0, 91.0), (75.0, 87.0), (76.0, 83.0), (77.0, 83.0), (78.0, 83.0),
(79.0, 85.0), (80.0, 90.0), (81.0, 87.0), (82.0, 84.0), (83.0, 88.0), (84.0, 93.0), (85.0,
90.0), (86.0, 85.0), (87.0, 85.0), (88.0, 79.0), (89.0, 83.0), (90.0, 88.0), (91.0, 89.0),
(92.0, 90.0), (93.0, 87.0), (94.0, 89.0), (95.0, 86.0), (96.0, 85.0), (97.0, 89.0), (98.0,
87.0), (99.0, 85.0), (100, 82.0), (101, 81.0), (102, 82.0), (103, 86.0), (104, 86.0),
(105, 81.0), (106, 85.0), (107, 92.0), (108, 90.0), (109, 84.0), (110, 87.0), (111,
82.0), (112, 84.0), (113, 78.0), (114, 92.0), (115, 92.0), (116, 83.0), (117, 88.0),
(118, 83.0), (119, 84.0), (120, 80.0), (121, 85.0), (122, 81.0), (123, 88.0), (124,
86.0), (125, 85.0), (126, 82.0), (127, 85.0), (128, 77.0), (129, 82.0), (130, 81.0),
(131, 79.0), (132, 75.0), (133, 82.0), (134, 89.0), (135, 91.0), (136, 87.0), (137,
81.0), (138, 80.0), (139, 82.0), (140, 80.0), (141, 77.0), (142, 79.0), (143, 74.0),
(144, 77.0), (145, 80.0), (146, 86.0), (147, 84.0), (148, 82.0), (149, 83.0), (150,
78.0), (151, 82.0), (152, 80.0), (153, 84.0), (154, 87.0), (155, 86.0), (156, 80.0),
(157, 77.0), (158, 82.0), (159, 79.0), (160, 92.0), (161, 87.0), (162, 86.0), (163,
82.0), (164, 78.0), (165, 78.0), (166, 78.0), (167, 77.0), (168, 76.0), (169, 76.0),
(170, 77.0), (171, 76.0), (172, 76.0), (173, 74.0), (174, 79.0), (175, 76.0), (176,
73.0), (177, 74.0), (178, 75.0), (179, 80.0), (180, 74.0), (181, 78.0), (182, 76.0),
(183, 72.0), (184, 68.0), (185, 70.0), (186, 75.0), (187, 72.0), (188, 71.0), (189,
72.0), (190, 75.0), (191, 69.0), (192, 75.0), (193, 78.0), (194, 74.0), (195, 70.0),
(196, 74.0), (197, 75.0), (198, 70.0), (199, 74.0), (200, 70.0), (201, 73.0), (202,
75.0), (203, 80.0), (204, 76.0), (205, 74.0), (206, 79.0), (207, 77.0), (208, 76.0),
(209, 79.0), (210, 74.0), (211, 75.0), (212, 86.0), (213, 88.0), (214, 81.0), (215,
71.0), (216, 73.0), (217, 72.0), (218, 75.0), (219, 77.0), (220, 77.0), (221, 76.0),
(222, 75.0), (223, 77.0), (224, 79.0), (225, 79.0), (226, 78.0), (227, 80.0), (228,
78.0), (229, 72.0), (230, 73.0), (231, 80.0), (232, 78.0), (233, 66.0), (234, 71.0),
(235, 68.0), (236, 70.0), (237, 73.0), (238, 72.0), (239, 68.0), (240, 74.0), (241,
74.0), (242, 70.0), (243, 70.0), (244, 65.0), (245, 65.0), (246, 66.0), (247, 71.0),
(248, 71.0), (249, 68.0), (250, 67.0), (251, 76.0), (252, 73.0), (253, 74.0), (254,
69.0), (255, 68.0), (256, 72.0), (257, 72.0), (258, 68.0), (259, 69.0), (260, 72.0),
(261, 65.0), (262, 70.0), (263, 69.0), (264, 77.0), (265, 71.0), (266, 63.0), (267,
68.0), (268, 73.0), (269, 68.0), (270, 78.0), (271, 80.0), (272, 74.0), (273, 69.0),
(274, 69.0), (275, 75.0), (276, 65.0), (277, 67.0), (278, 69.0), (279, 71.0), (280,
81.0), (281, 84.0), (282, 82.0), (283, 74.0), (284, 74.0), (285, 74.0), (286, 81.0),
(287, 83.0), (288, 72.0), (289, 72.0), (290, 61.0), (291, 69.0), (292, 72.0), (293,
68.0), (294, 66.0), (295, 63.0), (296, 74.0), (297, 69.0), (298, 72.0), (299, 75.0),
(300, 74.0), (301, 66.0), (302, 72.0), (303, 81.0), (304, 82.0), (305, 83.0), (306,
82.0), (307, 85.0), (308, 86.0), (309, 79.0), (310, 78.0), (311, 88.0), (312, 85.0),
(313, 84.0), (314, 84.0), (315, 81.0), (316, 84.0), (317, 83.0), (318, 77.0), (319,
80.0), (320, 83.0), (321, 81.0), (322, 74.0), (323, 80.0), (324, 78.0), (325, 87.0),
(326, 82.0), (327, 79.0), (328, 83.0), (329, 81.0), (330, 81.0), (331, 80.0), (332,
84.0), (333, 86.0), (334, 86.0), (335, 81.0), (336, 78.0), (337, 82.0), (338, 84.0),
(339, 84.0), (340, 85.0), (341, 87.0), (342, 87.0), (343, 84.0), (344, 83.0), (345,
87.0), (346, 88.0), (347, 86.0), (348, 85.0), (349, 89.0), (350, 89.0), (351, 88.0),
(352, 85.0), (353, 89.0), (354, 89.0), (355, 87.0), (356, 81.0), (357, 83.0), (358,
77.0), (359, 79.0), (360, 80.0), (361, 83.0), (362, 88.0), (363, 83.0), (364, 87.0),
(365, 86.0)
T = GRAPH(TIME)
54

(1.00, 24.1), (2.00, 25.3), (3.00, 24.7), (4.00, 24.7), (5.00, 26.0), (6.00, 25.1), (7.00,
26.1), (8.00, 26.3), (9.00, 27.2), (10.0, 26.7), (11.0, 26.7), (12.0, 24.0), (13.0, 25.5),
(14.0, 26.1), (15.0, 25.9), (16.0, 25.2), (17.0, 25.5), (18.0, 25.3), (19.0, 24.1), (20.0,
24.3), (21.0, 24.9), (22.0, 24.7), (23.0, 24.5), (24.0, 25.2), (25.0, 24.5), (26.0, 25.1),
(27.0, 25.0), (28.0, 25.2), (29.0, 25.6), (30.0, 25.3), (31.0, 24.5), (32.0, 23.3), (33.0,
25.4), (34.0, 25.3), (35.0, 25.3), (36.0, 25.4), (37.0, 24.3), (38.0, 25.4), (39.0, 24.0),
(40.0, 22.9), (41.0, 24.5), (42.0, 23.7), (43.0, 24.4), (44.0, 23.7), (45.0, 26.0), (46.0,
24.8), (47.0, 25.2), (48.0, 25.1), (49.0, 24.6), (50.0, 23.7), (51.0, 25.1), (52.0, 26.4),
(53.0, 25.5), (54.0, 24.7), (55.0, 26.4), (56.0, 26.7), (57.0, 26.5), (58.0, 26.3), (59.0,
25.6), (60.0, 25.2), (61.0, 25.6), (62.0, 26.1), (63.0, 25.0), (64.0, 26.3), (65.0, 26.6),
(66.0, 25.7), (67.0, 25.6), (68.0, 25.7), (69.0, 25.8), (70.0, 24.0), (71.0, 24.7), (72.0,
25.9), (73.0, 25.2), (74.0, 24.7), (75.0, 25.4), (76.0, 26.0), (77.0, 25.9), (78.0, 26.4),
(79.0, 26.0), (80.0, 25.2), (81.0, 24.9), (82.0, 25.0), (83.0, 25.9), (84.0, 24.3), (85.0,
25.0), (86.0, 26.4), (87.0, 25.7), (88.0, 27.2), (89.0, 27.2), (90.0, 25.9), (91.0, 26.6),
(92.0, 25.7), (93.0, 25.7), (94.0, 25.5), (95.0, 25.7), (96.0, 26.1), (97.0, 25.3), (98.0,
25.7), (99.0, 26.2), (100, 26.8), (101, 27.4), (102, 26.5), (103, 25.5), (104, 25.5),
(105, 26.2), (106, 26.4), (107, 24.9), (108, 25.8), (109, 25.6), (110, 25.7), (111,
26.2), (112, 26.3), (113, 27.0), (114, 23.9), (115, 24.0), (116, 26.0), (117, 25.0),
(118, 26.2), (119, 25.6), (120, 26.9), (121, 25.8), (122, 26.7), (123, 25.5), (124,
25.3), (125, 25.3), (126, 26.3), (127, 26.9), (128, 27.3), (129, 26.1), (130, 26.8),
(131, 26.1), (132, 26.8), (133, 26.6), (134, 25.6), (135, 25.7), (136, 26.1), (137,
27.3), (138, 26.8), (139, 27.7), (140, 26.6), (141, 26.6), (142, 26.1), (143, 26.2),
(144, 25.7), (145, 25.7), (146, 25.6), (147, 25.7), (148, 26.2), (149, 26.2), (150,
27.1), (151, 26.9), (152, 26.4), (153, 26.1), (154, 25.8), (155, 26.3), (156, 26.7),
(157, 27.0), (158, 26.8), (159, 27.5), (160, 24.5), (161, 25.2), (162, 26.0), (163,
26.4), (164, 26.4), (165, 26.3), (166, 26.3), (167, 25.6), (168, 25.5), (169, 26.0),
(170, 26.7), (171, 26.8), (172, 27.0), (173, 26.8), (174, 26.2), (175, 25.8), (176,
25.6), (177, 25.1), (178, 26.2), (179, 26.2), (180, 27.0), (181, 27.2), (182, 26.2),
(183, 25.0), (184, 25.5), (185, 25.3), (186, 25.5), (187, 25.5), (188, 27.0), (189,
26.3), (190, 25.9), (191, 26.6), (192, 26.3), (193, 26.4), (194, 26.7), (195, 27.3),
(196, 26.5), (197, 26.0), (198, 27.1), (199, 25.9), (200, 26.0), (201, 26.5), (202,
26.8), (203, 25.4), (204, 26.9), (205, 26.6), (206, 25.2), (207, 26.4), (208, 26.5),
(209, 26.0), (210, 26.4), (211, 26.2), (212, 24.4), (213, 25.3), (214, 25.7), (215,
24.6), (216, 23.6), (217, 24.8), (218, 25.0), (219, 25.7), (220, 25.7), (221, 26.2),
(222, 26.8), (223, 27.0), (224, 26.4), (225, 26.4), (226, 27.4), (227, 26.4), (228,
26.7), (229, 27.5), (230, 27.1), (231, 26.6), (232, 26.1), (233, 25.7), (234, 25.9),
(235, 26.0), (236, 26.2), (237, 26.5), (238, 27.0), (239, 27.3), (240, 26.8), (241,
26.8), (242, 27.2), (243, 27.0), (244, 26.8), (245, 26.0), (246, 25.2), (247, 25.8),
(248, 26.3), (249, 25.7), (250, 26.3), (251, 25.5), (252, 26.6), (253, 25.7), (254,
26.3), (255, 27.1), (256, 26.9), (257, 26.7), (258, 25.6), (259, 26.0), (260, 26.5),
(261, 27.9), (262, 26.1), (263, 26.5), (264, 25.2), (265, 26.9), (266, 26.5), (267,
26.0), (268, 26.2), (269, 26.5), (270, 25.6), (271, 25.3), (272, 26.0), (273, 26.9),
(274, 26.8), (275, 26.1), (276, 27.6), (277, 27.0), (278, 27.1), (279, 26.6), (280,
25.7), (281, 25.5), (282, 25.6), (283, 26.5), (284, 26.6), (285, 27.0), (286, 25.2),
(287, 25.9), (288, 26.2), (289, 28.0), (290, 27.6), (291, 27.1), (292, 26.8), (293,
26.9), (294, 27.5), (295, 27.7), (296, 26.2), (297, 27.2), (298, 27.6), (299, 28.0),
(300, 26.9), (301, 28.1), (302, 27.9), (303, 26.0), (304, 26.0), (305, 26.3), (306,
26.7), (307, 26.2), (308, 26.0), (309, 27.4), (310, 27.0), (311, 25.2), (312, 25.8),
55

(313, 26.3), (314, 26.5), (315, 26.3), (316, 26.4), (317, 26.1), (318, 27.9), (319,
26.7), (320, 26.5), (321, 26.9), (322, 27.6), (323, 26.8), (324, 26.9), (325, 26.2),
(326, 26.8), (327, 26.9), (328, 26.2), (329, 26.6), (330, 26.5), (331, 27.0), (332,
26.1), (333, 25.9), (334, 26.1), (335, 26.8), (336, 27.5), (337, 26.6), (338, 26.1),
(339, 26.2), (340, 26.1), (341, 26.5), (342, 26.1), (343, 26.0), (344, 26.5), (345,
26.1), (346, 25.3), (347, 26.4), (348, 25.9), (349, 25.3), (350, 24.8), (351, 23.9),
(352, 25.7), (353, 25.4), (354, 25.4), (355, 24.9), (356, 26.4), (357, 25.8), (358,
25.9), (359, 26.5), (360, 27.9), (361, 27.6), (362, 26.1), (363, 27.2), (364, 26.1),
(365, 26.8)
56

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekanbaru, Riau pada 18 Juni 1991. Penulis merupakan


anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Azwar Tazar, SE, MSi dan Nur
Asnah, BA, SPdI. Pendidikan sarjana ditempuh di program studi Agroteknologi
UIN SUSKA Riau, lulus tahun 2012. Pada saat menempuh pendidikan sarjana
penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan HMJ Pertanian dan sempat menjabat
sebagai Ketua Himagrotek UIN SUSKA Riau. Penulis juga pernah menjadi asisten
dosen pada matakuliah Statistika dan Rancangan Percobaan.
Penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan magister pada program
studi Agronomi dan Hortikultura IPB pada tahun 2013. Selama menempuh program
magister, penulis memperoleh beasiswa Fresh Graduate DIKTI.

Anda mungkin juga menyukai