Anda di halaman 1dari 97

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PGPR (PLANT GROWTH

PROMOTING RHIZOBACTERIA) DAN APLIKASI


PUPUK P TERHADAP PRODUKSI DAN
MUTU BENIH KACANG TANAH
(Arachis hypogaea L.)

SKRIPSI

Oleh :
Indah Putri Lestari
NIM A4111937

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2015

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PGPR (PLANT GROWTH


PROMOTING RHIZOBACTERIA) DAN APLIKASI PUPUK P
TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU BENIH KACANG TANAH
(Arachis hypogaea L.)
Telah Diuji pada Tanggal 06 Februari 2015
Telah Dinyatakan Lulus Memenuhi Syarat
Tim Penguji:
Ketua,

Dr. Ir. Rahmat Ali Syaban M.Si


NIP. 19620129 1989031 002
Sekretaris,

Anggota,

Ir. Hari Prasetyo. MP


NIP 19620424 1989031 006

Dr. Rizal, SP.MP


NIP. 19690605 1996031 001

Mengesahkan,
Direktur Politeknik Negeri Jember.

Menyetujui,
Ketua Jurusan Produksi Pertanian.

Ir. Nanang Dwi Wahyono, MM


NIP 19590822 198803 1 001

Ir. Suwardi, MP
NIP 19620606 199003 1 003
PERSEMBAHAN

Sebelumnya terima kasih kepada Allah SWT yang telah mendampingi saya
sebagai dzat yang telah memberikan kesabaran sehingga dapat menyelesaikan Karya
Tulis ini.

Karya Tulis ini dipersembahkan untuk orang-orang yang berdedikasi dalam


hidup saya :
1. Orang tua (Bapak Nur Hariri dan Ibu Siti Sulastri), Bapak Sugiono Arisman dan
Ibu Siti Asih, kakak serta adik - adikku. Terima kasih atas dukungan serta doa
selama ini.
2. Bapak Dr. Ir. Rahmat Ali Syaban, M.Si dan Bapak Ir. Hari Prasetyo, MP terima
kasih atas ilmu dan bimbingan serta nasehat yang telah diberikan sehingga Karya
Tulis ini dapat terselesaikan.
3. Seluruh Dosen dan Teknisi Program Studi Teknik Produksi Benih terima kasih
atas ilmu yang diberikan.
4. Seluruh teman-teman TPB Angkatan 2011 terima kasih dukungan, doa, dan
persahabatannya.
5. Almamaterku Politeknik Negeri Jember.

MOTTO

Selalu lakukan segala hal menjadi yang terbaik, Tuhan pasti memperhitungkan apa
yang telah kita usahakan (Indah Putri Lestari)

SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama

: Indah Putri Lestari

NIM

: A4111937

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Skripsi saya


yang

berjudul

Efektivitas

Pemberian

PGPR

(Plant

Growth

Promoting

Rhizobacteria) dan Aplikasi Pupuk P Terhadap Produksi dan Mutu Benih Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan hasil karya saya sendiri dengan arahan
komisi pembimbing, dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan
tinggi manapun.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Jember, 06 Februari 2015

Indah Putri Lestari


NIM. A4111937

PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN
AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Nama
NIM
Program Studi
Jurusan

: Indah Putri Lestari


: A4111937
: Teknik Produksi Benih
: Produksi Pertanian

Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada


UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif
(Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Karya Ilmiah berupa Laporan Skripsi saya
yang berjudul :
Efektivitas Pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan
Aplikasi Pupuk P Terhadap Produksi Dan Mutu Benih Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.)
Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri
Jember berhak menyimpan, mengalih media atau format, mengelola dalam bentuk
Pangkalan Data (Database), mendistribusikan karya dan menampilkan atau
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis
atau pencipta.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Politeknik
Negeri Jember, Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas Pelanggaran Hak
Cipta dalam Karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Jember
Pada Tanggal : 06 Februari 2015
Yang menyatakan,

Nama : Indah Putri Lestari


NIM. : A4111937

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulisan Laporan Skripsi yang berjudul Efektivitas
Pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan Aplikasi Pupuk P
6

Terhadap Produksi dan Mutu Benih Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dapat
diselesaikan dengan baik.
Laporan Skripsi adalah laporan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai bulan
Agustus sampai November 2014 bertempat di Lahan Politeknik Negeri Jember,
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST) di
Program Studi Teknik Produksi Benih Jurusan Produksi Pertanian.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan dukungan
pembiayaan melalui Progran Beasiswa Unggulan hingga penyelesaian Tugas Akhir
berdasarkan DIPA Sekertariat Jendral Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun Anggaran 2011 sampai dengan tahun 2015
2. Ir. Nanang Dwi Wahyono, MM., selaku Direktur Politeknik Negeri Jember
3. Ir. Suwardi, MP., selaku Ketua Jurusan Produksi Pertanian

4. Dr. Ir. Rahmat Ali Syaban, M.Si., selaku Ketua Program Studi Teknik Produksi
Benih sekaligus Dosen Pembimbing Utama (DPU)
5. Ir. Hari Prasetyo, MP., selaku Dosen Pembimbing Anggota (DPA)
6. Orang tua serta semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian
dan penulisan laporan ini.
Laporan Skripsi ini masih kurang sempurna, mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga tulisan
ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

Jember, 06 Februari 2015


Penulis
Efektivitas Pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan
Aplikasi Pupuk P Terhadap Produksi dan Mutu Benih Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.) (The effectivity of PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) and P
fertilizer application on the production seed and quality of peanut seeds (Arachis
hypogaea L.)

Indah Putri Lestari


7

Seed Production Engineering Program


Department of Agricultural Production
ABSTRACT
This reseach to determine the effect of PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria) and application of P fertilizer on the production seed and quality of
peanut seeds (Arachis hypogaea L.). Research has been carried out in field of State
Polytechnic of Jember in August and November 2014. This research is a factorial
randomized block design with two factor. The first factor is the concentration of PGPR
with 2 levels is R1 (12.5 ml / L) and R2 (15 ml / L). The second factor is the dose of
phosphate fertilizer with 3 levels is P1 (100 kg / ha), P2 (125 kg / ha), and P3 (150 Kg
/ ha). Parameters measured were plant height, pod fresh weight, dry weight of pods,
number of pods for every plant, number of full pods for every plant, pod yield for
hectare, production of dry beans, weighing 100 grains of seed, seed germination, seed
growing simultaneity, and velocity grow seeds. The results showed that administration
of PGPR significantly affect for pod fresh weight, dry weight of pods for every plant,
and production of pods per hectare. While the phosphate fertilizer significantly
affected plant height at 60 days after planting. There is no interaction between the
administration of PGPR and fertilizer application on plant height age 30 after
planting and 45 after planting, number of pods for plant, number of full pods for every
plant, production of dry beans, weighing 100 grains of seed, seed germination, seed
simultaneity, and speed of growth seed.
Keywords: Peanuts, PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria), Fertilizer P

RINGKASAN
Efektivitas Pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan
Aplikasi Pupuk P terhadap Produksi Dan Mutu Benih Kacang Tanah (Arachis
Hypogaea L.), Indah Putri Lestari, NIM A4111937, Tahun 2011, 81 hlm, Program
Studi Teknik Produksi Benih, Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember,
Dr. Ir. Rahmat Ali Syaban, M.Si (Dosen Pembimbing Utama), Ir. Hari Prasetyo, MP
(Dosen Pembimbing Anggota).
8

Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Dilihat dari perdagangan kacang tanah, semakin
meningkatnya permintaan dan rendahnya produksi sehingga pemerintah mengimpor
kacang tanah (Arachis hypogaea L.) (Pitojo, 2005 dalam Wijaya, 2011). Unsur
strategis tersebut merupakan kesempatan yang sangat luas bagi Indonesia untuk
meningkatkan produksi kacang tanah dalam negeri sekaligus sebagai upaya untuk
memperkecil pembelanjaan devisa. Untuk meningkatkan hasil produksi kacang tanah
di Indonesia, maka perlu suatu metode dalam budidaya. Melihat dari faktor pendukung
budidaya salah satunya yaitu pemupukan. Salah satu unsur hara yang ada didalam
tanah yaitu fosfor (P). Fosfor dalam produksi kacang tanah sangat diperlukan karena
fosfor merupakan penyusun utama inti sel yang berperan dalam pembelahan sel.
Sehingga dapat mempercepat pertumbuhan jaringan meristem, pertumbuhan akar,
tanaman muda, mempercepat pembungaan, pemasakan buah dan biji. Untuk
mendukung melarutkan hara P yang terikat dalam tanah maka dibutuhkan PGPR
(Plant Growth Promoting Rhizobacteria) yang merupakan spesies bakteri rizosfer
salah satunya adalah Bacillus, Rhizobium dan Pseudomonas yang terdapat pada
perakaran yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian PGPR (Plant
Growth Promoting Rhizobacteria) dan aplikasi pupuk P terhadap kualitas dan
kuantitas benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Penelitian telah dilakukan di
lahan terbuka milik Politeknik Negeri Jember pada bulan Agustus sampai November
2014. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan
2 perlakuan. Faktor pertama adalah Konsentrasi PGPR dengan 2 taraf yaitu R1 (12.5
ml/L) dan R2 (15 ml/L). Faktor kedua adalah dosis pupuk fosfat dengan 3 taraf yaitu
P1 (100 Kg/Ha), P2 (125 Kg/Ha), dan P3 (150 Kg/Ha). Parameter yang diamati adalah
tingi tanaman, berat basah polong, berat kering polong, jumlah polong per tanaman,
jumlah polong berisi per tanaman, hasil produksi polong per hektar, hasil produksi biji
kering, berat 100 butir benih, daya kecambah benih, keserempakan tumbuh benih, dan
kecepatan tumbuh benih.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan R2 atau pemberian PGPR
dengan konsentrasi sebanyak 15 ml/L berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah
polong. Selain itu perlakuan R2 atau pemberian PGPR dengan konsentrasi sebanyak
9

10

15 ml/L berpengaruh berbeda nyata pada berat kering polong per tanaman, dan hasil
produksi polong per hektar. Sedangkan perlakuan P2 atau pemberian pupuk fosfat
dengan dosis 125 Kg/Ha berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 60
HST. Tidak ada interaksi antara faktor pemberian PGPR dan aplikasi pupuk P terhadap
tinggi tanaman umur 30 HST dan 45 HST, jumlah polong per tanaman, jumlah polong
berisi per tanaman, hasil produksi biji kering, berat 100 butir benih, daya kecambah
benih, keserempakan benih, dan kecepatan tumbuh benih.

DAFTAR ISI

MOTTO.........................................................................................................................iv
PRAKATA....................................................................................................................vii

10

11

RINGKASAN................................................................................................................ix
BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1

Tabel 1.1 Data Produksi Kacang Tanah di Indonesia......................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 3
1.2

Tujuan............................................................................................. 3

1.3

Manfaat.......................................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................4


2.1.1 Deskripsi Varietas Bison........................................................................................4
2.2

Morfologi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).....5

2.3
L.)

Syarat tumbuh Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea


8

2.4

Unsur Fosfor.................................................................................. 8

Tabel 2.1 Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah dan jumlah cabang per tanaman umur
15, 30, 45 HST, jumlah polong bernas dan hampa per tanaman, jumlah polong total
per tanaman, berat polong bernas per tanaman, berat 100 biji kering, berat biji kering
per plot netto, dan berat biji per ha akibat perlakuan dosis pupuk SP-36.....................10
2.5 (PGPR) Plant Growth Promoting Rhizobacteria..................................10
Uji Mutu Benih......................................................................................... 19

BAB 3. METODOLOGI.............................................................................................23
3.4

Prosedur Penelitian...................................................................24

3.5

Parameter Pengamatan............................................................26

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................30


4.1 Tinggi Tanaman.................................................................................30

Tabel 4.2 Sidik Ragam Efektifitas Pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P Terhadap
Tinggi Tanaman Berdasarkan Umur Tanaman (cm).....................................................31
Tabel 4.4 Sidik Ragam Efekivitas Pemberian PGPR Dan Aplikasi Pupuk P Terhadap
Berat Basah Polong (gram)...........................................................................................33
Tabel 4.5 Hasil Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) 1% Efekivitas Pemberian
PGPR Dan Aplikasi Pupuk P Terhadap Berat Basah Polong (gram)............................34
4.3 Berat Kering Polong...........................................................................35

11

12

Tabel 4.6 Sidik Ragam efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P Terhadap
Berat Kering Polong (gram)..........................................................................................35
4.4 Jumlah Polong per Tanaman..............................................................36
4.6 Hasil Produksi Polong per Hektar......................................................40

Tabel 4.11 Hasil Uji Lanjut BNT Taraf 5% Efektivitas Pemberian PGPR dan Pupuk P
Terhadap Jumlah Polong per Hektar (ton)....................................................................40
Tabel 4.13 Sidik Ragam Efektivitas Pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P Terhadap
Bobot 100 butir benih (gram)........................................................................................43
4.9 Daya Kecambah Benih......................................................................45
4.10 Keserempakan Tumbuh Benih.........................................................47
4.11 Kecepatan Tumbuh Benih................................................................49

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................52


5.2 Saran................................................................................................. 52

Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi. 2012. http://balitkabi.litbang.deptan.


go.id/varietas-unggul/vu-kacang-tanah/106-bison.html. [15 Juni 2014].....................53
Elfianti, D. 2005. Peran Mikroba Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan Tanaman.
Sumatera: Universitas Sumatera Utara.........................................................................53
Fachrudin, L. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Yogyakarta: Kanisius....................53
Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian.................................................................55
Lampiran 3. Data Pengamatan......................................................................................57
Lampiran 4. Perhitungan Manual................................................................66

First count......................................................................................................................79
Final count.....................................................................................................................79
Lampiran 7. Hasil Analisis Tanah.................................................................................80

DAFTAR TABEL

12

13

Halaman
1.1 Data Produksi Kacang Tanah di Indonesia ...........................................
2.1

Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah dan Jumlah Cabang per


Tanaman umur 15 HST, 30 HST dan 45 HST, Jumlah Polong Bernas
dan Hampa per Tanaman, Jumlah Polong total per Tanaman, Berat
Polong Bernas, Berat 100 Biji Kering per Hektar Akibat Perlakuan
Dosis SP-36 .......................................................................................
............................................................................................................

4.1

Hasil Analisis Sidik ragam pada fase Pertumbuan, Hasil dan Uji Mutu
Benih ..................................................................................................

4.2

Sidik ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P


Terhadap Tinggi Tanaman Berdasarkan Umur Tanaman ...................

4.3

Hasil Uji Lanjut BNT Taraf 5% Efektivitas pemberian PGPR dan


Aplikasi Pupuk P Terhadap Tinggi Tanaman .....................................

4.4

Sidik ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P


Terhadap Berat Basah Polong ............................................................

4.5

Hasil Uji Lanjut BNT Taraf 1% Efektivitas pemberian PGPR dan


Aplikasi Pupuk P Terhadap Berat Basah Polong ...............................

4.6

Sidik ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P


Terhadap Berat Kering Polong ..........................................................

4.7

Hasil Uji Lanjut BNT Taraf 5% Efektivitas pemberian PGPR dan


Aplikasi Pupuk P Terhadap Berat Kering Polong .............................

4.8

Sidik Ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P


Terhadap Jumlah Polong per Tanaman ..............................................

4.9

Sidik Ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P


Terhadap Jumlah Polong Berisi per Tanaman ...................................

4.10 Sidik Ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P


Terhadap Jumlah Polong per Hektar .................................................
13

14

4.11 Hasil Uji Lanjut BNT Taraf 5% Efektivitas pemberian PGPR dan
Aplikasi Pupuk P Terhadap Jumlah Polong per Hektar......................
4.12 Sidik Ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Berat Biji Kering Per Tanaman ..........................................
4.13 Sidik Ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Bobot 100 Butir Benih .......................................................
4.14 Sidik Ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Daya Kecambah Benih......................................................
4.15 Nilai Persentase Perlakuan ..................................................................
4.16 Sidik Ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Keserempakam Tumbuh Benih ..........................................
4.17 Sidik Ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Kecepatan Tumbuh Benih ..................................................

DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Spektrum Mekanisme Peningkatan pertumbuhan Tanaman Oleh
Rhizobakter Pemacu Tumbuh Tanaman .........................................
14

15

2.2 Mekanisme Penurunan Konsentrasi Etilen .....................................


4.1 Grafik Tinggi Tanaman Berdasarkan Umur ..........................
4.2 Grafik Jumlah Polong per Tanaman ......................................
4.3 Grafik Jumlah Polong Berisi per Tanaman ............................
4.4 Grafik Hasil Produksi Biji Kering per Tanaman ..................
4.5 Grafik Bobot 100 Butir Benih ..............................................
4.6 Grafik daya Kecambah Benih ................................................
4.7 Grafik Keserempakan Tumbuh Benih ...................................
4.8 Grafik Kecepatan Tumbuh Benih ..........................................

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...............................................................


Denah Percobaan ....................................................................................
Data Pengamatan.....................................................................................
Perhitungan Manual ...............................................................................
Perhitungan per Hektar ...........................................................................
Dokumentasi Kegiatan ...........................................................................
Hasil Analisis Tanah ...............................................................................

55
56
57
66
75
76
79

15

16

16

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman salah satu sumber
protein dalam pola pangan penduduk Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke
tahun terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi
masyarakat, diversifikasi pangan, serta meningkatnya kapasitas industri makanan di
Indonesia.
Kebutuhan akan kacang tanah (Arachis hypogaea L.) sebagai salah satu produk
pertanian tanaman pangan, diduga masih perlu ditingkatkan sejalan dengan kenaikan
jumlah penduduk. Kemungkinan terjadinya peningkatan permintaan dicerminkan dari
adanya kecendrungan meningkatnya kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
langsung dan kebutuhan pasokan bahan baku industri hilirnya, antara lain untuk
industri kacang kering, industri produk olahan lain yang siap dikonsumsi baik dalam
bentuk asal olahan kacang, maupun dalam campuran makanan. Permasalahan utama
yang dihadapi oleh pemerintah saat ini adalah untuk mengupayakan peningkatan
produksi pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang terus
meningkat dan mengurangi impor hasil pertanian.
Upaya peningkatan produksi kacang tanah melalui peningkatan produktivitas
selama beberapa tahun terakhir hasilnya belum menggembirakan. Berikut data dari
BPS (Badan Pusat Statistik) produksi kacang tanah di Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Produksi Kacang Tanah di Indonesia

Tahun

Luas Panen (Ha)

Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (Ton)

2011
2012
2013
2014

539.459
559.538
518.982
506.302

12.81
12.74
13.52
12.94

691.289
712.857
701.585
655.172

Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

Produktivitas kacang tanah dari tahun 2013 2014 mengalami penurunan, pada
tahun 2013 produktivitas kacang tanah mencapai 13.52 Kw/Ha, dan pada tahun 2014
produktivitas kacang tanah mengalami penurunan dengan hasil produktivitas
sebesar 12.94 Kw/Ha atau menurun sebesar 0.58 Kw/Ha (Badan Pusat Statistik, 2014).
Untuk meningkatkan hasil produksi kacang tanah di Indonesia, maka perlu suatu
metode dalam budidaya. Melihat dari faktor pendukung budidaya salah satunya yaitu
pemupukan. Tujuan dari pemupukan adalah mencukupi unsur hara yang ada di dalam
tanah. Salah satu unsur hara yang ada di dalam tanah yaitu fosfor (P). Fosfor dalam
produksi kacang tanah sangat diperlukan karena merupakan penyusun utama inti sel
yang berperan dalam pembelahan sel, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan
jaringan meristem, pertumbuhan akar, tanaman muda, mempercepat pembungaan,
pemasakan buah dan biji. Karena sifat fosfor yang tidak mudah terbawa air, unsur
fosfor hanya sebagian yang terserap tanaman, sedangkan sisa dari fosfor yang tidak
diserap tanaman terikat dalam tanah. Jika tanaman kekurangan unsur P maka
pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun akan terhambat, pembentukan buah
dan biji berkurang sehingga produksi akan rendah (Hayati, dkk. 2009).
Untuk mendukung melarutkan hara P yang terikat dalam tanah maka dibutuhkan
PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) atau zat pemacu pertumbuhan
tanaman yang merupakan spesies bakteri rizosfer (Kelompok PGPR ini adalah
Bacillus, Rhizobium dan Pseudomonas yang terdapat pada perakaran) yang mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman (Chusnia, dkk.2012). Sehingga dilihat dari
pentingnya unsur fosfor ini maka dalam penelitian ini dilakukan pemberian PGPR
(Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan aplikasi pupuk P sebagai pembanding
apakah nantinya dapat berpengaruh nyata dan menunjukan peningkatan hasil produksi
benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penelitian ini dengan judul efektivitas pemberian PGPR (Plant
Growth Promoting Rhizobacteria) dan aplikasi pupuk P terhadap produksi dan
mutu benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dapat memecahkan masalah :
a. Apakah dengan pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)
dapat berpengaruh terhadap produksi dan mutu benih kacang tanah (Arachis
hypogaea L..)?
b. Apakah dengan Aplikasi Pupuk P dapat berpengaruh terhadap produksi dan
mutu benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.)?
c. Adakah interaksi pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)
dan aplikasi pupuk P dapat berpengaruh terhadap produksi dan mutu benih
kacang tanah (Arachis hypogaea L.)?
1.2 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas maka tujuan
pelaksanaan penelitian ini adalah :
a. Mengetahui

pengaruh

pemberian

PGPR

(Plant

Growth

Promoting

Rhizobacteria) terhadap produksi dan mutu benih kacang tanah (Arachis


hypogaea L.).
b. Mengetahui pengaruh aplikasi pupuk P terhadap produksi dan mutu benih
kacang tanah (Arachis hypogaea L.).
c. Mengetahui interaksi pemberian

PGPR

(Plant

Growth

Promoting

Rhizobacteria) dan aplikasi Pupuk P terhadap produksi dan mutu benih kacang
tanah (Arachis hypogaea L.).
1.3 Manfaat
Berdasarkan tujuan yang telah dijelaskan diatas maka manfaat dari
pelaksanaan penelitian ini diharapkan akan digunakan untuk :
a. Landasan teori untuk dilaksanakan penelitian selanjutnya.
b. Menjadi acuan bagi petani dalam budidaya benih kacang tanah (Arachis
hypogaea L.)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3

2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)


Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari
Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali
dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika
penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang
Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh
pedagang Cina dan Portugis. Sumarno (1986) dalam Hayati dkk (2009)
menyatakan ditinjau dari aspek agro klimat, teknis, ekonomi, dan social,
Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan budidaya kacang tanah.
Sistematika kacang tanah adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae atau tumbuh-tumbuhan

Divisi

: Spermatophyta atau tumbuhan berbiji

Sub Divisi

: Angiospermae atau berbiji tertutup

Klas

: Dicotyledoneae atau biji berkeping dua

Ordo

: Leguminales

Famili

: Papilionaceae

Genus

: Arachis

Spesies

: Arachis hypogaea L.

Kacang tanah memiliki beberapa varietas salah satunya varietas Bison,


berikut deskripsi kacang tanah varietas Bison menurut Balai Penelitian Aneka
Kacang dan Umbi (Balitkabi, 2012).
2.1.1 Deskripsi Varietas Bison
Dilepas tahun
SK Mentan
Nomor induk
Kode galur

:
:
:
:

Asal

Hasil rata-rata
Potensi hasil
Tipe pertumbuhan

:
:
:

17 Maret 2004
170/Kpts/LB. 240/3/2004
MLG 7925
K/SHM2-88-B-7
Silang tunggal varietas Kelinci (K)
dengan mutan varietas Gajah (SHM2)
2,0 t/ha polong kering
3,6 t/ha polong kering
Tegak

Percabangan
Warna batang
Warna daun
Warna bunga
Warna matahari
Warna ginofor
Warna kulit biji
Bentuk biji
Bentuk polong
Jaring kulit polong
Tinggi tanaman
Jumlah polong/tanaman
Jumlah biji/polong
Umur berbunga
Umur panen
Bobot 100 biji
Bobot 100 polong
Kadar protein
Kadar lemak
Ketahanan terhadap
penyakit

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Toleransi abiotic

Pemulia

Ekofisiologis
Fitopatologis

:
:

Tegak
Keunguan
Hijau
Pusat bendera: kuning muda
Ungu kemerahan
Ungu
Rose (merah muda)
Lonjong (oval)
Agak berpinggang
Jelas (nyata)
29,472,4 cm
947 buah
2/1/3
2832 hari
9095 hari
3538 g
9799 g
24,0%
44,8%
Agak tahan karat, bercak daun
dan A. flavus
Toleran naungan intensitas 25%,
toleran kahat Fe
dan adaptif di Alfisol alkalis
Astanto Kasno, Joko Purnomo,
Novita Nugrahaeni, Trustinah,
Mujiono, dan Paidi
Abdullah Taufik
Nasir Saleh, Sumartini

2.2 Morfologi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)


a. Daun
Daun pertama yang tumbuh adalah kotiledon. Daun pertama tersebut
terangkat ke atas permukaaan tanah selagi biji kacang berkecambah. Daun
berikutnya berupa daun tunggal dan berbentuk bundar. Pada pertumbuhan
selanjutnya tanaman kacang tanah membentuk daun majemuk bersirip genap,
terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak
daun ini beragam ada yang berbentuk bulat, elips dan agak lancip, tergantung
varietasnya. Permukaan daun ada yang tidak berbulu dan ada yang berbulu.
b. Batang
5

Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus, ada yang
tumbuh menjalar dan ada yang tegak. Tinggi batang rata-rata sekitar 50 cm,
namun ada yang mencapai 80 cm. Tanaman yang bertipe menjalar tumbuh ke
segala arah dan dapat mencapai garis tengah 150 cm. Bagian bawah batang
merupakan tempat menempelnya perakaran tanaman. Batang di atas permukaan
tanah berfungsi sebagai tempat pijakan cabang primer, yang masing-masing dapat
membentuk cabang sekunder. Tanaman tipe tegak membentuk percabangan antara
3-6 cabang primer, sedangkan tipe menjalar dapat membentuk 10 cabang primer.
Pada cabang primer terbentuk cabang sekunder dan kemudian tumbuh cabang
tersier. Batang dan cabang kacang tanah berbentuk bulat, bagian atas batang ada
yang berbentuk agak persegi, sedikit berbulu dan berwarna hijau.
c. Akar
Kacang tanah berakar tunggang yang tumbuh lurus ke dalam tanah hingga
ke dalaman 40 cm. Pada akar tunggang tersebut tumbuh akar cabang dan diikuti
oleh akar serabut. Akar kacang berfungsi sebagai penopang berdirinya tanaman
serta alat penyerap air dan zat-zat hara serta mineral dari dalam tanah. Cabang dan
akar rambut berperan untuk memperluas permukaan akar guna meningkatkan
daya serap akar tanaman tersebut. Pada pangkal dan cabang akar tunggang kacang
tanah biasanya terdapat bintil-bintil bakteri Rhizobium yang berperan dalam
penyerapan nitrogen dari udara bebas. Pada varietas bertipe menjalar, terdapat
akar adventif yang tumbuh pada tanaman buku cabang dan menjalar menyentuh
tanah. Dengan adanya akar adventif ini, daerah penyerapan unsur hara akan lebih
luas karena akar adventif ini juga berfungsi sebagai alat pengisap atau penyerap
air dan hara dari dalam tanah.
d. Bunga
Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah
tanaman yang berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga umur sekitar
80 hari setelah tanam. Bunga berbentuk kupu-kupu (Papilionaceus), berukuran
kecil, dan terdiri atas lima daun tajuk. Dua diantara daun tajuk tersebut bersatu
seperti perahu. Di sebelah atas terdapat sehelai daun tajuk yang paling lebar yang
dinamakan bendera (Vexillum), sementara di kanan dan kiri terdapat dua tajuk

daun yang disebut sayap (ala). Setiap bunga bertangkai berwarna putih. Tangkai
bunga sebenarnya adalah tabung kelopak. Mahkota bunga (Corolla) berwarna
kuning atau kuning kemerah-merahan. Bendera dari makhota bunga bergaris-garis
merah pada pangkalnya. Bunga kacang tanah pada umumnya melakukan
penyerbukan sendiri. Penyerbukan terjadi menjelang pagi, sewaktu bunga masih
kuncup atau kleistogami (Fachrudin, 2000). Umur bunga tidak lama setelah terjadi
penyerbukan, daun mahkota mekar penuh dan pada hari berikutnya akan layu dan
gugur.
e. Buah
Buah kacang tanah berada di dalam tanah. Setelah terjadi pembuahan, bakal
buah (ginofora) tumbuh memanjang dan nantinya akan menjadi tangkai polong.
Mula-mula, ujung ginofora yang runcing mengarah ke atas, kemudian tumbuh
mengarah ke bawah dan selanjutnya masuk ke dalam tanah sedalam 1-5 cm. Pada
waktu menembus tanah, pertumbuhan memanjang ginofora akan terhenti setelah
terbentuk polong (Fachrudin, 2000). Ginofora yang terbentuk di cabang bagian
atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal membentuk polong. Setiap
polong kacang tanah berisi 1-4 biji, namun kebanyakan 2-3 biji. Setiap pohon
memiliki jumlah dan isi polong beragam, tergantung pada varietas dan tanaman
yang dibudidayakan.
f. Biji
Biji kacang tanah terdapat di dalam polong. Kulit luar (testa) bertekstur
keras, berfungsi untuk melindungi biji yang berada di dalamnya. Biji terdiri atas
lembaga dan keping biji, diliputi oleh kulit ari tipis (tegmen). Biji berbentuk bulat
agak lonjong atau bulat dengan ujung agak datar karena berhimpitan dengan butir
biji yang lain selagi di dalam polong. Warna kulit biji memiliki berbagai macam
warna yakni merah jambu, merah, cokelat, merah tua, dan ungu.

2.3 Syarat tumbuh Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)


a. Iklim

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300
mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak
terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan
kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah. Suhu udara bagi tanaman kacang
tanah tidak terlalu sulit, karena suhu udara minimal bagi tumbuhnya kacang tanah
sekitar 2832C. Bila suhunya di bawah 10C menyebabkan pertumbuhan
tanaman sedikit terhambat, bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga
yang kurang sempurna. Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar
antara 65-75%. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban
terlalu tinggi di sekitar pertanaman. Penyinaran sinar matahari secara penuh amat
dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan
perkembangan besarnya kacang.
b. Media tanam
Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah yang
gembur/bertekstur ringan dan subur. Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk
budidaya kacang tanah adalah pH antara 6,0-7,0. Kekurangan air akan
menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang diperlukan
tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang ada disekitar lokasi
penanaman. Tanah yang memiliki drainase yang baik atau lahan yang tidak terlalu
becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah.
c. Ketinggian tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah adalah
pada ketinggian antara 500 mdpl. Jenis kacang tanah tertentu dapat ditanam pada
ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.
2.4 Unsur Fosfor
a. Sifat dan Fungsi Fosfor
Selain penggunaan varietas yang bermutu yang dapat meningkatkan
produktivitas, faktor lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan
dan produksi kacang tanah adalah pemupukan. Pemupukan memegang peranan
penting dalam meningkatkan produksi kacang tanah karena pupuk mengandung

hara dalam jumlah tertentu. Pemupukan berfungsi untuk menyuburkan tanah dan
meningkatkan hasil tanaman. Pemberian pupuk harus disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman (Anonymous, 1990 dalam Hayati, dkk 2009).
Salah satu unsur hara yang penting yaitu fosfor. Fosfor (P) merupakan unsur
hara yang diperlukan dalam jumlah besar (hara makro). Unsur ini merupakan
komponen tiap sel hidup dan cenderung terkonsentrasi dalam biji dan titik tumbuh
tanaman. Menurut Marsono dan Sigit (2005) dalam Hayati dkk (2009) Pemberian
pupuk pada dasarnya bertujuan untuk menambah sejumlah unsur hara terutama
unsur hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh. Menurut Rinsema
(1993) dalam Hayati dkk (2009) menambahkan bahwa peranan unsur hara adalah
membantu merangsang perkembangan seluruh bagian tanaman sehingga tanaman
akan lebih cepat tumbuh, penyerapan unsur hara relatif banyak. Menurut Sutedjo
dan Sapoetra (2005) dalam Hayati dkk (2009) adapun fungsi pupuk SP-36 bagi
tanaman yaitu :
1.
2.
3.
b.

Mempercepat pertumbuhan akar di persemaian


Memicu dan memperkuat pertumbuhan tanaman dewasa pada umumnya
Meningkatkan produksi buah
Dosis Fosfor
Pemberian dosis yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Berikut hasil dari penelitian Hayati dkk (2009) dapat dilihat hasil pemberian
pupuk SP-36 yang terbaik.

Tabel 2.1 Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah dan jumlah cabang per tanaman
umur 15, 30, 45 HST, jumlah polong bernas dan hampa per tanaman, jumlah
polong total per tanaman, berat polong bernas per tanaman, berat 100 biji kering,

berat biji kering per plot netto, dan berat biji per ha akibat perlakuan dosis pupuk
SP-36.

Peubah
Tinggi tanaman
Jumlah cabang per tanaman
Jumlah polong bernas
Jumlah polong hampa
Jumlah polong total
Berat polong bernas
Berat 100 biji kering
Berat biji kering per plot
netto
Berat biji kering per ha
Sumber: Hayati, dkk (2009)

15
30
45
15
30
45
98
98
98
98
104

100
7,18 a
22,39
40,71
5,11
8,80
12,18
32,27
7,67
39,76
53,97
66,07

Pupuk SP-36
150
7,51 b
22,36
41,27
5,44
8,89
12,11
38,20
7,47
45,67
61,49
64,41

200
7,78 c
23,78
41,44
5,42
8,60
12,18
35,04
7,09
42,13
56,19
66,75

104

372,37

425,51

417,70

104

1,38

1,58

1,59

Umur (HST)

Dari penelitian tersebut pemberian dosis SP-36 terbaik adalah 150 kg/ha.
Hal ini disebabkan dosis tersebut lebih efisien dan ekonomis daripada dosis SP-36
200 kg/ha. Sesuai rekomendasi secara umum oleh PT.Petrokimia Gresik
pemberian dosis SP-36 untuk komoditi Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) yaitu
100 kg/ha.

2.5 (PGPR) Plant Growth Promoting Rhizobacteria


a. Fungsi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan kelompok
bakteri menguntungkan yang hidup pada rizosfir (lapisan tanah tipis antara 1 - 2
mm di sekitar zona perakaran). Pemanfaatan PGPR untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan hasil panen diperkirakan akan menjadi trend baru
dalam pertanian di masa depan. Hal ini karena semakin langkanya pupuk
anorganik akibat terbatasnya sumber energi dan semakin pekanya masyarakat
akan bahaya penggunaan senyawa agrokimia sintetis yang berlebihan yang terkait
10

dengan keamanan pangan dan lingkungan. Dengan demikian, pemanfaatan PGPR


dalam sistem budidaya pertanian akan menjadi salah satu pilihan, terutama untuk
komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi dan input tinggi seperti sayuran dan
buah-buahan. Saat ini, beberapa produk PGPR sudah dikomersialkan. Di
Indonesia, berbagai jenis bakteri yang termasuk dalam kategori PGPR banyak
dijumpai dalam kandungan berbagai jenis/merek pupuk hayati majemuk
komersial (pupuk hayati majemuk yang mengandung lebih dari satu jenis
mikroba) (Husen, dkk. 2002).
Diantaranya adalah bakteri pelarut P yang juga mampu menghasilkan
hormon pertumbuhan. Keterbatasan penggunaan beberapa produk PGPR secara
umum masih terkait dengan belum konsistennya keefektifan PGPR di lapangan
(Nelson, 2004 dalam Husen, dkk. 2002). Beragamnya kondisi lingkungan (jenis
tanah, tingkat pengelolaan tanah, iklim, dan tanaman yang diusahakan) dengan
masa pengujian di lapangan yang pendek dan teknik aplikasi yang belum tepat
merupakan kendala yang masih perlu terus diteliti untuk keberhasilan
pemanfaatannya ke depan (Husen, dkk. 2002). Di Indonesia, penelitian PGPR
sebagai penyedia hara, pemacu tumbuh, dan pengendali patogen juga sudah lama
berkembang. Namun penelitian PGPR secara khusus dan terpadu masih sangat
diperlukan untuk meningkatkan efektivitas pemanfaatannya di lapangan. Tidak
seperti senyawa agrokimia sintetis yang fungsi dan pengaruhnya relatif sama di
berbagai kondisi tanah dan lingkungan, mikroba memiliki tanggap (respon) yang
relatif berbeda untuk tiap rentang kondisi lingkungan yang berbeda (Glass, 1993
dalam Husen, dkk. 2002).
Kloepper dkk (1991) dalam Husen dkk (2002) menyatakan aktivitas PGPR
memberi keuntungan bagi pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Pengaruh langsung PGPR didasarkan atas kemampuannya
menyediakan dan memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur
hara dalam tanah serta mensintesis dan mengubah konsentrasi berbagai
fitohormon. Sedangkan pengaruh tidak langsung berkaitan dengan kemampuan
PGPR menekan aktivitas patogen dengan cara menghasilkan berbagai senyawa
seperti siderophore.

11

Peran utama dari PGPR diantara lain :


a.

PGPR meningkatkan ketersediaan unsur P sebagai penyedia hara


(biofertilizer)

b.

PGPR dapat merangsang pembentukan hormon atau ZPT (biostimulant)

c.

PGPR dapat memproduksi antibiotik untuk melindungi tanaman


(bioprotectant)
Menurut Kloepper (1993) dalam Hayati dkk (2009)

menyebut fungsi

langsung dan tidak langsung ini bagaikan dua muka dari satu mata uang logam
yang sama. Tanaman yang perakarannya berkembang dengan baik akan efisien
menyerap unsur hara sehingga tanaman tidak mudah terserang patogen (penyakit),
dan sebaliknya tanaman yang terserang patogen tidak akan tumbuh dengan baik
walaupun unsur hara yang tersedia cukup. Secara skematis hubungan ketiga
fungsi PGPR tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman disajikan pada
Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Spektrum mekanisme peningkatan pertumbuhan tanaman oleh PGPR


(Sumber: Tenuta, 2006)
b. Mekanisme mikroba Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
Mekanisme peran mikroba PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)
dalam fungsinya yaitu :
1. Sebagai penyedia unsur hara (biofertilizer)
Di dalam tanah, fosfat dapat berbentuk organik dan anorganik yang
merupakan sumber fosfat penting bagi tanaman. Fosfat organik berasal dari bahan
organik, sedangkan fosfat anorganik berasal dari mineral-mineral yang

12

mengandung fosfat. Pelarutan senyawa fosfat oleh mikroorganisme pelarut fosfat


berlangsung secara kimia dan biologis baik untuk bentuk fosfat organik maupun
anorganik. Mikroorganisme tersebut mengekskresikan sejumlah asam organik,
selanjutnya asam-asam organik ini akan bereaksi dengan bahan pengikat fosfat
seperti Al3+, Fe3+, Ca2+, atau Mg2+ membentuk khelat organik yang stabil sehingga
mampu membebaskan ion fosfat terikat dan oleh karena itu dapat diserap oleh
tanaman (Husen dkk, 2002). Berikut reaksi kimia yang terjadi pada pelarutan
fosfat.
PGP

3++ H 2 PO 4 + 2 H 2 O
++ Al(OH )2 H 2 PO 4 Al
2 H

Aktivitas mikroorganisme pelarut fosfat sangat tergantung pada pH tanah


(Soepardi, 1983 dalam Husen dkk, 2002). Kecepatan mineralisasi juga meningkat
dengan nilai pH yang sesuai bagi metabolisme mikroorganisme dan pelepasan
fosfat akan meningkat dengan meningkatnya nilai pH dari asam ke netral. Selain
itu, kecepatan mineralisasi ternyata berkorelasi langsung dengan jumlah substrat.
Tanah-tanah yang kaya fosfat organik merupakan tanah yang paling aktif bagi
berlangsungnya proses mineralisasi (Alexander, 1977 dalam Husen dkk, 2002).
2. Memproduksi fitohormon (biostimulant)
Asam indol asetat (AIA) merupakan bentuk aktif dari hormon auksin yang
dijumpai pada tanaman dan berperan meningkatkan kualitas dan hasil panen.
Fungsi hormon AIA bagi tanaman antara lain meningkatkan perkembangan sel,
merangsang pembentukan akar baru, memacu pertumbuhan, merangsang
pembungaan, meningkatkan aktivitas enzim (Arshad dkk, 1993 dalam Husen dkk,
2002). Umumnya tanaman tidak mampu menghasilkan AIA dalam jumlah cukup
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Beberapa jenis PGPR mampu
mensintesis AIA dari prekursor (bahan dasar) yang terdapat dalam eksudat akar
maupun dari bahan organik (sisa tanaman dan hewan). Tergantung konsentrasinya,

13

senyawa aktif ini dapat meningkatkan maupun menghambat pertumbuhan


tanaman. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa AIA yang dihasilkan
PGPR seperti Azospirillum brasilense dan Azotobacter paspali meningkatkan
jumlah bulu akar dan akar lateral sehingga meningkatkan penyerapan air dan
unsur hara dari tanah (Okon dkk, 1986 dalam Husen dkk, 2002). Kemampuan
PGPR menghasilkan fitohormon AIA membuat tanaman dapat menambah luas
permukaan akar - akar halus dan meningkatkan ketersediaan nutrisi dalam tanah.
Hal ini dapat menyebabkan penyerapan unsur hara dan air dapat dilakukan dengan
baik.
3. Pengendali patogen (bioprotectant)
Pengendalian patogen (bioprotectant) merupakan pengaruh tidak langsung
yang berkaitan dengan PGPR menekan aktivitas patogen dengan cara
menghasilkan senyawa seperti siderphore (Kloepper dkk, 1991 dalam Husen dkk,
2002).
Siderophore merupakan senyawa pengompleks Fe3+ yang dihasilkan
mikroba untuk menyembunyikan unsur mikro besi dalam siderophore, sehingga
unsur ini tidak tersedia bagi perkembangan mikroba patogen, akan tetapi Fe yang
disembunyikan dalam siderophore dapat dilepaskan kembali dengan jumlah
terbatas. Produksi siderophore oleh PGPR umumnya terjadi pada pH tanah netral
sampai basa dimana kelarutan Fe3+ rendah sehingga terjadi kondisi kekurangan
unsur besi bagi mikroba. Namun dalam beberapa kasus, pengkhelatan Fe 3+ dari
mineral Fe-P dapat pula terjadi sehingga dapat meningkatkan ketersediaan P bagi
tanaman (Mullen, 1998 dalam Husen dkk, 2002). Kemampuan pengkhelatan Fe
pada tanah - tanah dengan kandungan Fe-fosfat yang tinggi berimplikasi pada
penyediaan hara P bagi tanaman yang sekaligus dapat meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap patogen (Husen dkk, 2002).
4. Meningkatkan penyerapan unsur N
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L) memiliki bintil akar, dimana
bintil akar tersebut hidup secara bebas bakteri pengikat N 2 pada daerah perakaran.
Bakteri tersebut mampu mengikat nitrogen dari udara, baik secara simbiosis
maupun nonsimbiosis. Pemanfaatan bakteri pengikat N2 baik yang diaplikasikan

14

melalui tanah maupun disemprotkan ada tanaman, mampu meningkatkan efisiensi


pemupukan N. Dalam upaya mencapai tujuan pertanian ramah lingkungan dan
berkelanjutan, penggunaan bakteri pengikat N2 berpotensi mengurangi kebutuhan
pupuk N sintetis, meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani dengan
masukan yang lebih murah (Saraswati dan Sumarno, 2008).
5. Meningkatkan penyerapan unsur S
Degradasi bahan organik di lingkungan anerob dapat terjadi melalui proses
reduksi sulfat (Sherman dkk, 1998 dalam Saraswati dan Sumarno, 2008). Bakteri
pereduksi sulfat mempunyai kemampuan memetabolisme senyawa sederhana,
seperti laktat, asetat, propionat, butirat, dan benzoat. Pada saat sulfat direduksi
oleh bakteri pereduksi sulfat maka senyawa sulfur H 2S dan HS akan diproduksi
dan bereaksi dengan Fe. Fe direduksi dari Fe(III) menjadi Fe(II), yang akan
menghasilkan pirit (FeS2) dan melepas P terlarut. Bakteri pereduksi sulfat
merupakan perombak bahan organik utama dalam sedimen anaerob, dan berperan
penting dalam mineralisasi sulfur organik dan produksi Fe dan P mudah larut
(Saraswati dan Sumarno, 2008).
6. Menghambat produksi etilen
Enzim aminocyclopropane carboxylic acid (ACC) deaminase berperan
mengurangi pembentukan ACC yang merupakan bahan dasar pembentukan
hormon etilen. Hormon etilen selain berfungsi sebagai pemacu tumbuh
(mempercepat perkecambahan, perkembangan akar, pembungaan dan pematangan
buah) juga berperan sebagai modulator bagi berbagai fitohormon untuk
mencegah pertumbuhan tanaman yang berlebihan (gigatisme) (Imaseki, 1986;
Lieberman dan Kunishi, 1927 dalam Husen dkk, 2002). Pembentukan (sintesis)
ACC dipacu oleh hormon AIA, dan ACC yang terbentuk akan diubah menjadi
hormon

etilen

yang

dalam

jumlah

besar

menghambat

pemanjangan

(perkembangan) akar baru (Mullins, 1972 dalam Husen dkk, 2002).


Berikut gambar 2.2 mekanisme PGPR menghambat produksi etilen.

15

Gambar 2.2 Mekanisme penurunan konsentrasi etilen (Sumber : Shah dkk, 1997
dalam husen dkk, 2002)
Beberapa PGPR seperti Pseudomonas mampu menghasilkan enzim ACC
deaminase yang berfungsi menghidrolisis ACC untuk mengurangi efek negatif
hormon etilen (Glick, 1995; Shah dkk, 1997 dalam Husen dkk, 2002). Hormon
AIA yang diproduksi oleh mikroba di lingkungan rizosfir sebagian masuk ke
dalam jaringan akar (proses kesetimbangan). Selain memacu perkembangan sel
dan akar baru, hormon AIA di dalam jaringan akar juga merangsang pembentukan
enzim ACC sintase yang berperan dalam sintesis ACC. Dalam proses
kesetimbangan, sejumlah ACC yang terbentuk akan keluar dari akar yang
selanjutnya dirombak oleh PGPR penghasil enzim ACC deaminase di lingkungan
rizosfir menjadi amonia dan -ketobutirat. Hidrolisis ACC (salah satu sumber N
bagi PGPR) secara terus-menerus akan mengurangi jumlah ACC dan etilen di
dalam

akar,

sehingga

mengurangi

pengaruh

negatif

etilen

bagi

perkembangan/pemanjangan akar tanaman.


Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi tanaman oleh
PGPR ACC deaminase seperti Pseudomonas fluorescens mampu meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Selain dapat mengurangi pengaruh negatif hormon etilen
yang berlebihan, PGPR ini dalam beberapa kasus juga mampu menekan penyakit
busuk akar pada tomat dan kentang (Wang dkk, 2000 dalam Husen dkk, 2002).

16

Saat ini penelitian PGPR penghasil enzim ACC deaminase menjadi populer di
kalangan peneliti karena selain terbukti mampu mengurangi pengaruh negatif
etilen bagi pertumbuhan tanaman (Husen dkk, 2002).
c. Interaksi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dengan Fosfat
Alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan P dan untuk mengatasi
rendahnya P tersedia atau kejenuhan P dalam tanah adalah dengan memanfaatkan
kelompok mikroorganisme pelarut P sebagai pupuk hayati. Mikroorganisme
pelarut P adalah mikroorganisme yang dapat melarutkan P sukar larut menjadi
larut, baik yang berasal dari dalam tanah maupun dari pupuk, sehingga dapat
diserap oleh tanaman (Saraswati, dkk. 2008). Bacillus dan Pseudomonas
merupakan golongan bakteri yang penting dalam pelarutan fosfat.
Spesies dari Pseudomonas, dan Bacillus mampu menggunakan Ca3(PO4)2
(apatit) atau material fosfat tidak terlarut lainnya sebagai sumber fosfat. Asam
organik mampu mengubah Ca3(PO4)2 (apatit) menjadi menjadi fosfat bervalensi
satu (H2PO4-) dan bervalensi dua (HPO4-2) (Lynch & Poole, 1979). Fosfor juga
mengalami mineralisasi dan immobilisasi. Proses tersebut dipengaruhi oleh
persentase fosfor dari sisa tanaman yang terurai dan nutrien yang dibutuhkan oleh
populasi mikroba. Bila terjadi kelebihan fosfor dibanding kebutuhan nutrisi
mikroba akan terjadi akumulasi fosfat anorganik. Sebaliknya jika terjadi
kekurangan fosfat dalam lingkungan akan terjadi immobilisasi fosfat anorganik.
Pertumbuhan mikroba membutuhkan fosfor yang penting untuk pembentukan sel.
Pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh ketersediaan senyawa fosfor siap pakai
dalam habitatnya (Chapelle, 2001 dalam Raharjo dkk, 2007).
Pertumbuhan mikroba pelarut fosfat dicirikan dengan adanya zona bening di
sekitar koloni mikroba yang tumbuh, sedangkan mikroba yang lain tidak
menunjukkan ciri tersebut. Penggunaan mikroba pelarut fosfat sudah mulai
dikembangkan. Mikroba pelarut fosfat dapat meningkatkan efektivitas pelarutan
fosfat anorganik dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Interaksi antara Rhizobium leguminosarum dengan jamur pelarut fosfat mampu
meningkatkan efektivitas pelarutan fosfat anorganik (Mehana dan Wahid, 2002
dalam Raharjo dkk, 2007).

17

d. Cara aplikasi dan dosis Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)


Menurut Mugiastuti, dkk. (2010) penyiraman merupakan cara aplikasi
formula cair yang terbaik, karena dapat meningkatkan tinggi tanaman, panjang
akar, bobot kering tanaman, serta cenderung lebih baik dalam menekan kejadian
penyakit dan kepadatan populasi akhir pathogen. Aplikasi siram memiliki selisih
tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar dan bobot kering tanaman yang lebih
tinggi dibandingkan dengan aplikasi celup. Hal ini diduga pada aplikasi siram
jumlah populasi bakteri Pseudomonas lebih banyak dari pada aplikasi celup,
sehingga kemampuan sebagai PGPR lebih terlihat pada tanaman yang diberikan
formula dengan perlakuan aplikasi siram.
Menurut Husen, dkk. (2002) adapun cara aplikasi PGPR yaitu benih
direndam dalam larutan PGPR dengan konsentrasi 10 ml per liter air selama 15
menit hingga 8 jam tergantung jenis benihnya kemudian keringanginkan di
tempat yang teduh sebelum dilakukan penanaman. Menurut Chusnia, dkk. (2012)
Pemberian pupuk hayati dengan konsentrasi dan waktu pemupukan berbeda
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman dengan konsentrasi
pupuk hayati 15 ml dengan 3 kali pemupukan, memberikan nilai tertinggi untuk
tinggi tanaman, jumlah bintil akar, biomassa akar, berat polong, dan berat biji
total.
Aplikasi PGPR dalam konsentrasi yang berbeda memperlihatkan pengaruh
yang berbeda nyata untuk setiap parameter yang diamati Meskipun perbedaan
tidak terlalu signifikan, tetapi perlakuan tanpa PGPR selalu menunjukkan angka
yang paling rendah. Hal ini berarti bahwa PGPR berperan dalam mempengaruhi
pertumbuhaan tanaman tomat terutama dalam memacu pertumbuhan batang, daun
maupun akar. Tampaknya dosis berbanding lurus dengan pertumbuhan tanaman
tomat, semakin tinggi dosis semakin besar pengaruhnya terhadap tinggi tanaman
dan panjang akar. Nilai tertinggi ditunjukkan pada dosis tertinggi yaitu 12,5 ml.
Berbeda halnya dengan pengaruh dosis PGPR terhadap jumlah daun dan jumlah
akar, pengaruhnya tampak meningkat secara linier sampai batas tertentu kemudian
pengaruh tersebut menurun dengan adanya penambahan dosis (Iswati, 2012).

18

Menurut Saraswati (2007) dalam Chusnia, dkk. (2012) menyatakan


efektivitas pupuk hayati merupakan salah satu upaya untuk mencapai renewable
input dalam sistem pertanian berkelanjutan dengan memelihara kesehatan dan
kualitas tanah dan mengurangi ketergantungan pupuk kimia melalui proses
biologi.

Uji Mutu Benih


a. Mutu Genetik
Mutu benih secara genetik ini berkaitan dengan susunan kromosom dan
DNA benih serta jenis protein yang ada dalam benih, dengan tolak ukur
kemurnian genetis benih. Selain itu tolak ukur lain adalah kemurnian mekanis
benih yaitu presentase kontaminasi jenis atau varietas lain
b. Mutu Fisik
Mutu fisik Benih ini berkaitan dengan kondisi fisik benih secara visual,
seperti warna, ukuran, bentuk, bobot, dan tekstur permukaan kulit benih. Tolak
ukur yang dijadikan kriteria adalah keseragaman. Sifat-sifat lain yang diamati
adalah tingkat keutuhan benih (tolak ukur tingkat kerusakan benih), tingkat
kelembaban benih (tolak ukur kadar air benih), dan tingkat kontaminasi benda lain
(tolak ukur kemurnian mekanis benih).
c. Mutu Fisiologis
Mutu fisiologis benih berkaitan dengan aktivitas perkecambahan benih,
yang didalamnya terdapat aktivitas enzim, reaksi-reaksi biokimia serta respirasi
benih. Parameter yang biasa difunakan untuk mengetahui mutu fisiologis benih ini
adalah viabilitas benih serta vigor benih. Tolak ukur viabilitas benih yaitu daya
kecambah (DB) dan potensi tumbuh maksimum, sedangkan tolak ukur vigor
benih yaitu daya simpan benih dan kekuatan tumbuh benih (kecepatan tumbuh
benih).
1. Daya Kecambah
Daya kecambah benih yaitu kemampuan benih untuk dapat berkecambah
normal pada kondisi lingkungan yang serba optimum dalam waktu tertentu yang
dinyatakan dalam persen. Sedangkan perkecambahan adalah pemunculan dan
perkembangan dari embrio menjadi plumula dan radikula yang menunjukkan akan

19

berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi yang memungkinkan.


Pengamatan daya kecambah benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dilakukan
perhitungan pada pertumbuhan kecambah normal pada first count yaitu pada hari
ke 5 setelah tanam dan final count pada hari ke 10 setelah tanam, sehingga nilai
dari daya kecambah terjadi pada hari ke 8. Persentase perkecambahan
menunjukkan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih pada
kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang ditetapkan (Sadjad, 1993).
Daya kecambah dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Daya kecambah=

Jumlah kecambah normal yang dihasilkan


x 100
Jumlah contohbenih yang diuji

Menurut Nugraha (2003) pedoman pengujian mutu benih yang diterbitkan


oleh Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan (1986) sesungguhnya telah
mengadopsi metode baku dari ISTA yang telah terbukti memiliki reproduksibilitas
tinggi. Benih yang menghasilkan kecambah normal > 85% dikelompokkan
sebagai benih vigor tinggi, 80 - 85% vigor sedang, dan < 80% vigor rendah.
Normalitas kecambah ditentukan berdasarkan kriteria ISTA (1985) dan AOSA
(1989) dalam Nugraha (2003).
2. Keserempakan Tumbuh Benih
Keserempakan tumbuh benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.) diamati
pertumbuhan kecambah normal kuat pada hari ke 8. Menurut Sadjad (1993)
keserempakan yang tinggi mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh yang tinggi
karena suatu lot benih yang menunjukkan pertumbuhan serempak dan kuat akan
memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi. Keserempakan tumbuh lebih kecil dari
40% mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh yang kurang kuat dan
keserempakan tumbuh lebih besar dari 70% mengindikasikan vigor kekuatan
tumbuh yang tinggi. Keserempakan tumbuh benih dihitung menggunakan rumus
menurut Sadjad (1993) sebagai berikut :
Keserempakan tumbuh=

Jumlah kecambahkuat
x 100
Jumlah benih yang diuji

3. Kecepatan Tumbuh Benih

20

Menurut Sadjad (1993) kecepatan tumbuh benih mengindikasikan vigor


kekuatan tumbuh karena benih yang cepat tumbuh lenih mampu menhadapi
kondisi lapang yang sub optimum. Benih yang mempunyai kecepatan tumbuh
lebih besar dari 30% per etmal memiliki vigor kekuatan tumbuh yang kuat, jika
kecepatan tumbuh antara 25 30% per etmal memiliki kekuatan tumbuh kurang
kuat. Kecepatan tumbuh dihitung dengan menggunakan rumus menurut Sadjad
sebagai berikut :
t

Kecepatan tumbuh= d
0

Keterangan : d = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan


t = waktu perkecambahan
2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang masih
bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis
dari penelitian ini adalah :
H0 = Pemberian PGPR tidak berpengaruh terhadap produksi dan mutu benih
kacang tanah
H1 = Pemberian PGPR berpengaruh terhadap produksi dan mutu benih kacang
tanah
H0 = Penggunaan Pupuk P tidak berpengaruh terhadap produksi dan mutu benih
kacang tanah
H1 = Penggunaan Pupuk berpengaruh terhadap produksi dan mutu benih kacang
tanah
H0 = Tidak terjadi interaksi pemberian PGPR dan pupuk P terhadap produksi
dan mutu benih kacang tanah

21

H1 = Terjadi interaksi pemberian PGPR dan pupuk P terhadap produksi dan


mutu benih kacang tanah

BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian efektivitas pemberian PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria) dan aplikasi pupuk P (Pospor) terhadap produksi dan mutu
benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.) telah dilaksanakan dari bulan

22

Agustus 2014 November 2014. Bertempat di Lahan Politeknik Negeri


Jember.
3.2 Alat dan Bahan
a. Alat
1.
2.
3.
4.

Cangkul
Tugal
Knapsack Sprayer
Timba

5.
6.
7.
8.

Roll meter
Timbangan Ohaus
Oven
Gelas ukur

b. Bahan
a.
b.
c.
d.
e.

Benih Kacang tanah kelas Stock Seed varietas Bison f. KCl


PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)
g. Pestisida
SP-36
h. Fungisida
Air
Urea

3.3 Metode Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor.
a. Faktor Pertama (R) terdiri dari dua level yaitu :
R1 = Aplikasi PGPR dengan konsentrasi 12,5 ml/L
R2 = Aplikasi PGPR dengan konsentrasi 15 ml/L
b. Faktor Kedua (P) terdiri dari tiga level yaitu :
P1 = Aplikasi Dosis SP-36 dengan dosis 100 Kg/Ha
P2 = Aplikasi Dosis SP-36 dengan dosis 125 Kg/Ha
P3 = Aplikasi Dosis SP-36 dengan dosis 150 Kg/Ha
Kombinasi perlakuannya adalah :
R1P1

R1P2

R1P3

R2P1

R2P2

R2P3

Terdapat 6 kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga


diperoleh 24 unit percobaan, dan pada masing masing unit percobaan

23

terdapat 5 sampel pengamatan yang di ambil secara acak dari populasi


dalam 1 unit percobaan.
Hasil penelitian di analisis menggunakan analisis Anova RAK
Faktorial dan jika hasil analisis menunjukkan hasil berbeda nyata akan di
lanjutkan dengan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil).

a.

3.4 Prosedur Penelitian


Persiapan Benih
Perendaman benih kacang tanah dengan PGPR (Plant Growth
Promoting Rhizobacteria) dengan konsentrasi 10 ml/liter selama 15 menit
(Soenandar dkk., 2010). Perendaman dilakukan 15 menit sebelum tanam.
b. Persiapan lahan
Pengolahan tanah dengan cara dicangkul sedalam 30 cm hingga gembur,
kemudian dibagi menjadi empat blok dan masing-masing blok dibagi lagi menjadi
6 petak percobaan dengan ukuran 110 cm x 100 cm. Jarak antar petak 40 cm dan
jarak antar blok (ulangan) 50 cm. Dalam satu petak terdapat 20 tanaman kacang
tanah yang terdiri dari 4 baris tanaman dengan jarak dalam baris 20 cm dan jarak
antar baris 30 cm. Sedangkan jarak dari bedengan ke pematang adalah 50 cm.
c. Penanaman
Penanaman pada jarak tanam 20 cm x 30 cm dengan ukuran
bedengan 110 cm x 100 cm sehingga terdapat 20 tanaman per petak.
Populasi tanaman dalam percobaan seluruhnya adalah 480 tanaman. Benih
dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 1 biji per lubang. Untuk
meminimalisir benih dimakan oleh serangga maka benih ditanam dengan
diberi Furadan.
d. Pemeliharaan tanaman
1. Pengairan
Pengairan dilakukan dengan sistem pembasahan tanah/leb. Setelah lahan
cukup basah secara merata, sisa air dikeluarkan dari petakan melalui saluran
drainase.
2. Penyiangan dan pembumbunan

24

Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu secara


mekanis bersamaan dengan pembumbunan untuk mempertinggi tanah sehingga
mempermudah masuknya ginofora kedalam tanah.
3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada awal tanam saat pembentukan bedengan akhir
menggunakan pupuk SP-36 sebagai pupuk dasar sesuai faktor perlakuan dengan
dosis P1=100 Kg/Ha, P2=125 Kg/Ha dan P3=150 Kg/Ha. Untuk pemupukan
susulan umur 7 HST menggunakan pupuk Urea 25 Kg/Ha, Kcl 50 Kg/Ha dan
ditambahkan larutan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dengan
konsentrasi yang digunakan sesuai perlakuan adalah R1=12,5 ml/L dan R2=15
ml/L. Dan pada umur 30 HST dipupuk dengan Urea dengan dosis 50 Kg/Ha dan
ditambahkan larutan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dengan
konsentrasi yang digunakan sesuai perlakuan adalah R1=12,5 ml/L dan 15 ml/L.
Pada masing masing tanaman diberikan 200 ml larutan PGPR sesuai dengan
konsentrasi pada setiap perlakuan. Pemberian dosis sebanyak 200 ml sesuai
dengan anjuran pada produk PGPR yang dipakai.
4. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanis. Dan jika hama
muncul sampai diluar ambang batas ekonomi maka dilakukan penyemprotan
menggunakan pestisida.
5. Roguing
Roguing bertujuan untuk membuang tanaman tipe simpang, tanaman yang
sakit dan menular serta tanaman yang diragukan kemurniannya. Roguing pada
fase vegetatif dilaksanakan sekitar 15 hari setelah tanam, dengan berpedoman
pada warna hipokotil tanaman. Pada fase generatif, roguing dilakukan pada saat
tanaman berbunga, dengan berpedoman pada tipe pertumbuhan tanaman.Tanaman
yang termasuk tipe simpang dapat diketahui dari ukuran tanaman, warna helaian
daun dan warna bunga.
d. Pemanenan
Panen dilakukan ketika kacang tanah yang telah memasuki fase masak
fisiologis yaitu pada umur 90 HST dengan menampakkan tanda-tanda visual,
yakni daun tanaman menguning bahkan mengering dan lebih dari 80% polong
telah tua yang ditandai dengan warna lebih gelap, tampak bertekstur jelas, berkulit
keras, biji bernas dan kulit biji mengkilap (Fachrudin, 2000).
25

e. Penanganan pasca panen


Penanganan pasca panen diawali dengan melakukan pengeringan. Polong
dioven dengan suhu 400C selama 60 jam hingga kadar air turun menjadi sekitar 910%. Selanjutnya dilakukan sortasi dengan memisahkan polong yang bernas dari
polong hampa, keriput dan tidak bernas. Selain itu pengelompokkan didasarkan
pada ukuran polong yang seragam.
3.5 Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini mencakup beberapa
aspek yang dimulai pada fase vegetatif tanaman, generatif hingga pasca
panen, sehingga parameter yang diamati adalah :
a. Tinggi tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada tanaman sampel sebanyak tiga
kali yakni pada umur 30 hst (fase vegetatif), umur 45 hst (stadium pembentukan
polong), dan umur 60 hst (stadium pengisian polong). Tinggi tanaman diukur dari
pangkal sampai bagian titik tumbuh tanaman menggunakan roll meter.
b. Berat Basah Polong
Berat basah dilakukan setelah panen saat polong segar baru dipanen
kemudian dicuci bersih dari tanah-tanah yang menempel lalu dikering anginkan
dan ditimbang.
c. Berat Kering Polong
Berat kering polong dihitung dengan cara polong yang telah dicuci bersih
dikeringkan dengan cara dioven dengan suhu 42oC selama 60 jam, kemudian
ditimbang.
d. Jumlah Polong per tanaman
Jumlah polong per tanaman dihitung setelah panen. Semua polong yang
dihasilkan dari seluruh tanaman sampel dihitung baik polong berisi maupun
polong hampa. Jumlah polong yang diperoleh selanjutnya dibagi dengan jumlah
tanaman sampel.
e. Jumlah polong berisi per tanaman
Jumlah polong berisi per tanaman dilakukan dengan menghitung jumlah
polong berisi dalam sampel dibagi dengan jumlah tanaman dalam sampel. Kriteria
polong berisi bila biji dalam polong terbentuk sempurna, minimal berisi satu biji.

26

f. Hasil produksi polong per hektar


Hasil panen produksi polong diamati dari hasil penimbangan semua polong
dari tanaman sampel. Hasil panen produksi polong per hektar diperoleh dengan
cara mengkonversi dalam tanaman sampel ke hektar.
g. Hasil produksi biji kering
Pengamatan berat biji kering dengan cara menjemur polong kacang tanah
setelah panen. Polong kacang tanah kering dengan kadar air sekitar 9 10 %
ditandai dengan berbunyi setelah dikocok. Polong kering kemudian dikuliti.
Semua hasil biji tanaman sampel ditimbang dalam masing masing perlakuan
kemudian dibagi jumlah tanaman sampel. Hasil biji kering per hektar diperoleh
dengan cara mengkonversi berat biji kering dalam tanaman sampel ke hektar.
h. Bobot 100 butir benih
Bobot 100 butir benih dilakukan setelah biji dikeringkan hingga kadar air 912%. Benih diambil dari sampel dengan cara pengambilan secara acak dengan
sebanyak 100 butir kemudian ditimbang, hal ini dilakukan sebanyak 3 kali
ulangan lalu dijumlah dan diambil rata-rata.
i. Daya kecambah
Daya kecambah dihitung dengan cara membandingkan jumlah kecambah
normal dengan jumlah benih yang dikecambahkan. Diamati first count pada hari
ke 5 dan final count pada hari ke 10. Daya Kecambah dihitung dengan rumus :
Jumlah kecambah normal
DB=
Jumlah benih yang dikecambahkan x100%
j. Keserempakan tumbuh benih
Keserempakan benih dilakukan dengan cara menghitung kecambah normal
kuat pada hari ke 8. Ciri-ciri kecambah normal kuat yaitu daun lembaga yang
tumbuh telah terbuka dengan sempurna. Keserempakan dihitung dengan rumus :
Jumlah kecambahkuat
Keserempakan tumbuh=
x 100
Jumlah benih yang diuji
k. Kecepatan tumbuh
Pengujian kecepatan tumbuh (KCT) dilakukan dengan mengambil dan
menghitung kecambah normal setiap etmal (24 jam) mulai dari hari pertama
perkecambahan hingga hari ke-7. Nilai KCT menunjukkan persentase rata-rata

27

kecambah yang tumbuh setiap hari. Semakin tinggi nilai KCT semakin tinggi pula
vigor lot benih. Kecepatan tumbuh dihitung dengan rumus :
t

Kecepatan tumbuh= d
0

Keterangan : d = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan


t = waktu pengamatan
3.6 Analisis Data
Hasil pengumpulan data selanjutnya dianalisis secara statistika untuk
menguji hipotesis menggunakan analisis anova sesuai rancangan percobaan yang
digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAK) faktorial sebagai berikut :
ij = + i + j + ()ij + ij
Dimana :
ij

= Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-I dan ulangan ke-j

= Nilai tengah umum

= Pengaruh perlakuan ke-i (Faktor 1)

= Pengaruh perlakuan ke-j (Faktor 2)

()ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor 1 dan taraf ke-j dari faktor 2
ij

= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan taraf ke-i dari faktor 1 dan taraf
ke-j dari faktor 2 pada ulangan ke-k
Apabila terdapat data yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut

menggunakan Beda Nyata Terkecil (BNT). Adapun rumus statistikanya adalah :


BNT = T tabel x

2 x KTG
r xc

28

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil penelitian efektivitas pemberian PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria) dan aplikasi pupuk P terhadap kualitas dan kuantitas benih kacang
tanah (Arachis hypogaea L.) varietas bison dengan parameter pengamatan yang
mencakup tinggi tanaman, berat basah polong, berat kering polong, jumlah polong
per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, hasil produksi polong per hektar,
berat 100 butir benih, daya berkecambah benih, keserempakan tumbuh benih, dan
kecepatan tumbuh benih diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Hasil Analisis Sidik ragam pada Fase Pertumbuhan, Hasil, dan Uji Mutu
Benih
Parameter Pengamatan
1. Tinggi Tanaman 30 HST
2. Tinggi Tanaman 45 HST
3. Tinggi Tanaman 60 HST

Faktor R
ns
ns
ns

Notasi
Faktor P Interaksi R*P
ns
ns
ns
ns
*
ns
29

4. Berat Basah Polong


5. Berat Kering Polong
6. Jumlah Polong per Tanaman
7. Jumlah Polong Berisi per Tanaman
8. Hasil Produksi Polong per Hektar
9. Hasil Produksi Biji Kering
10. Berat 100 Butir Benih
11. Daya Berkecambah Benih
12. Keserempakan Tumbuh Benih
13. Kecepatan Tumbuh Benih

**
*
ns
ns
*
ns
ns
ns
ns
ns

ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns

ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns

Keterangan : R = PGPR; P = Pupuk SP-36; * = berbeda nyata; ** = berbeda sangat

nyata; ns = berbeda tidak nyata.


4.1 Tinggi Tanaman
Untuk parameter tinggi tanaman (cm) dihitung pada saat umur 30 hari
setelah tanam, 45 Hari Setelah Tanam, dan 60 Hari Setelah Tanam. Hasil sidik
ragam terhadap tinggi tanaman pada umur 30 HST ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Sidik Ragam Efektifitas Pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Tinggi Tanaman Berdasarkan Umur Tanaman (cm)
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %

F Hitung Tinggi Tanaman


30 HST
45 HST
60 HST
0.36 ns
0.60 ns
2.68 ns
0.63 ns
0.12 ns
2.19 ns
0.81 ns
1.02 ns
0.23 ns
0.47 ns
0.41 ns
4.41 *
0.04 ns
0.57 ns
2.18 ns
4.82

T Tabel
F 5%
F 1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36

Keterangan : ns = berbeda tidak nyata


* = berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa faktor R dan faktor P pada


umur 30 HST dan 45 HST memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata. Tetapi
pada faktor P umur 60 HST memberikan pengaruh yang berbeda nyata sehingga
dilakukan uji lanjut BNT (Beda yata Terkecil) taraf 5%. Berikut hasil uji lanjut
BNT 5% (Tabel 4.3).

30

Tabel 4.3 Hasil Uji Lanjut BNT Taraf 5% Efekivitas Pemberian PGPR Dan
Aplikasi Pupuk P Terhadap Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
P2 (Pupuk 125 kg/Ha)
P1 (Pupuk 100 kg/Ha)
P3 (Pupuk (150 kg/Ha)

Rata-rata Tinggi Tanaman


44.19
42.73
41.13

BNT 5%
2.19

Notasi
b
ab
a

Pada Tabel 4.3 perlakuan pemberian pupuk SP-36 sebanyak 125 kg/Ha (P2)
merupakan perlakuan terbaik pada pengamatan tinggi tanaman dengan rata-rata
44.19 cm. Hal ini sesuai dengan deskripsi benih kacang tanah varietas Bison
bahwa tinggi tanaman rata-rata 29.4 cm 72.4 cm. Diduga perlakuan pemberian
pupuk SP-36 sebanyak 125 kg/Ha (P2) dikarenakan dosis tersebut lebih efisien
dan ekonomis dari pada pemberian pupuk SP-36 sebanyak 150 kg/Ha (P1). Hasil
ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Hayati, dkk (2012) dengan
penelitian terbaik dijumpai pada pemberian pupuk SP-36 sebanyak 150 Kg/Ha
daripada 200 Kg/Ha, hal ini sesuai dengan pendapat Dartius (1990) dalam Hayati,
dkk (2012) bahwa ketersediaan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman yang
berada dalam keadaan cukup, maka hasil metabolismenya akan membentuk
protein, enzim, hormone, dan karbohidrat sehingga pembesaran, perpanjangan,
dan pembelahan sel akan berlangsung dengan cepat. Selain itu pada umur 45 HST
tinggi tanaman mulai terserang penyakit sehingga pada umur 60 HST beberapa
sampel mati dikarenakan penyakit layu fusarium. Dengan semakin baiknya
kesehatan tanaman, ketahanan tanaman terhadap tekanan juga akan semakin
meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soenandar, dkk (2010) baik tekanan
karena faktor lingkungan seperti organisme pengganggu tanaman (OPT) maupun
tekanan karena faktor nonbiologis seperti suhu dan kelembaban. Tidak adanya
interaksi antara pemberian PGPR dan aplikasi pupuk P terhadap tinggi tanaman
sesuai dengan penelitian Purnawanto dan Bambang N (Tanpa tahun) dengan
penelitian yang telah dilakukan dengan hasil pemberian pospor dan pupuk organik
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap variabel tinggi tanaman dan
bobot kering tajuk tanaman kacang tanah. Hal ini disadari bahwa kedua variabel

31

tersebut merupakan indikator dari komponen pertumbuhan vegetatif tanaman


yang ada di atas permukaan tanah.
Suyamto (1993) dalam Purnawanto dan Bambang N (Tanpa Tahun)
menyatakan unsur P sangat bermanfaat bagi tumbuhan terutama dalam hal transfer
energi, penyusunan protein, koenzim, asam nukleat dan senyawa metabolik.
Sehingga kebutuhan unsur P sangat penting bagi tanaman. Akan tetapi, mengingat
kebutuhan kandungan unsur P pada tanah pertanian di Indonesia hampir semuanya
tinggi, hanya ketersediaannya yang rendah (Friesen, dkk. 1990 dalam Purnawanto
dan Bambang N, Tanpa Tahun) maka penggunaan sumber pupuk P tersebut
tentunya harus dicari yang paling efektif.
Sedangkan pada umur 30 HST dan 45 HST pertumbuhan tinggi tanaman
menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata, hal ini disebabkan unsur P masih
tersedia bagi kacang tanah. Berikut hasil rata-rata tinggi tanaman (Gambar 4.1).

Rata-rata Tinggi Tanaman


34.00

32.65
30.70

30.00

30.30

30.15

26.00
22.00

21.40

22.70

22.25

30.80

30.60

22.60

23.75

22.80

Umur 30 HST
Umur 45 HST

18.00
14.00
10.00
R1P1

R1P2

R1P3

R2P1

R2P2

R2P3

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Berdasarkan Umur (cm)


4.2 Berat Basah Polong
Berat basah polong dihitung setelah panen. Setelah panen, kacang dicuci
sampai bersih lalu dikeringanginkan setelah itu ditimbang. Hasil dari
penimbangan masing-masing sampel diambil rata-rata. Berikut Tabel 4.4 sidik

32

ragam efektivitas pemberian PGPR dan aplikasi pupuk P terhadap berat basah
polong.
Tabel 4.4 Sidik Ragam Efekivitas Pemberian PGPR Dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Berat Basah Polong (gram)
SK

F Hitung Berat Basah Polong

Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %

4.72 **
3.20 ns
13.00 **
1.82 ns
3.48 ns
17.85

T Tabel
F 5%
2.90
3.29
4.54
3.68
3.68

F 1%
4.56
5.42
8.68
6.36
6.36

Keterangan : ns = berbeda tidak nyata


** = berbeda sangat nyata

Berdasarkan Tabel 4.4 pada faktor pemberian PGPR (Plant Growth


Promoting Rhizobacteria) memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata maka
dari itu dilakukan uji lanjut BNT taraf 1%. Berikut hasil uji lanjut BNT taraf 1%
(Tabel 4.5).
Tabel 4.5 Hasil Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) 1% Efekivitas Pemberian
PGPR Dan Aplikasi Pupuk P Terhadap Berat Basah Polong (gram)
Perlakuan
R2 (15 ml/L)
R1 (12.5 ml/L)

Rata-rata Berat Polong Basah


72.16
55.41

BNT 1%
13.69

Notasi
b
a

Berdasarkan Tabel 4.5 perlakuan pemberian PGPR (Plant Growth


Promoting Rhizobacteria) dengan konsentrasi 15 ml/L merupakan perlakuan
terbaik dengan rata-rata 72.16 gram. Hal ini diduga karena bakteri pada PGPR
(Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dapat melarutkan pupuk P sehingga
penyerapan unsur P menjadi maksimal. Hal ini sesuai dengan penelitian
Dellapierre and Anandaraj (2010) dalam Chusnia, dkk (2012) dengan hasil
penelitian efek kombinasi antara inokulan Rhizobium sp., Pseudomonas
fluorescens dan Bacillus megaterium dapat meningkatkan pertumbuhan,
33

pembentukan bintil akar, dan berat basah tanaman dibandingkan dengan kontrol
yang tidak diberi inokulan. Hal ini dikuatkan dengan penelitian Setiawati (1998)
dalam Elfianti (2005) dengan hasil penelitian bakteri Psedomonas flourescens
yang digunakan dapat meningkatkan kelarutan P dari fosfat alam dari 16.4 ppm
menjadi 59.9 ppm dan meningkatkan kelarutan P dari AlPO 4 dari 28.5 ppm
menjadi 30.6 ppm. Penggunaan mikroba pelarut P memiliki keunggulan antara
lain hemat energi, tidak mencemari lingkungan, mampu membantu meningkatkan
kelarutan P yang terserap, dapat memacu pertumbuhan karena menghasilkan zat
pengatur tumbuh, serta menahan penetrasi patogen akar karena sifat mikroba yang
cepat mengkolonisasi akar dan menghasilkan senyawa antibiotik (Elfianti, 2005).
Aplikasi pupuk kimia secara terus-menerus dengan dosis yang meningkat
setiap tahunnya dapat menyebabkan tanah menjadi keras dan keseimbangan unsur
hara terganggu (Pranata, 2010 dalam Chusnia, 2012). Sifat biologis tanah
menurun sehingga aktivitas jasad renik dalam tanah terganggu. Dengan demikian,
proses penguraian bahan organik tanah terhambat dan tingkat kesuburan tanah
menurun (Cahyono, 2003 dalam Chusnia, 2012) akibatnya produksi pertanian
menurun, kondisi seperti ini dapat merugikan petani sehingga tanah juga
membutuhkan penambahan unsur hara yang alami seperti mikroba atau bakteri
agar keseimbangannya terjaga dengan baik. Hal ini diperkuat dengan penelitian
Albrecht (1998) dalam Saraswati (2008) yang menyatakan bahwa kelompok
prokariotik fotosintetik, seperti sianobakter mampu mempertahankan kesuburan
ekosistem pada kondisi alami lahan pertanian melaluikemampuannya mengikat
N2.
4.3 Berat Kering Polong
Berat kering polong dihitung setelah panen. Kacang tanah yang telah
dihitung berat basah kemudian dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 40 o C
selama 60 jam sampai kadar air kacang tanah mencapai 9-10%.

Hasil dari

penimbangan masing-masing sampel diambil rerata. Berikut pada Tabel 4.6 Sidik
ragam efektivitas pemberian PGPR dan aplikasi pupuk P terhadap berat kering
polong.
34

Tabel 4.6 Sidik Ragam efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Berat Kering Polong (gram)
SK

F Hitung Berat Kering Polong

Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %

1.88 ns
0.78 ns
5.16 *
0.02 ns
2.11 ns
16.45

T Tabel
F 5%
F 1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36

Keterangan : ns = berbeda tidak nyata


* = berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 4.6 pemberian PGPR (Plant Growth Promoting


Rhizobacteria) dengan konsentrasi 15 ml/L memberikan pengaruh berbeda nyata,
sehingga dilakukan uji lanjut BNT 5%. Berikut hasil uji lanjut BNT 5% terhadap
berat kering polong (Tabel 4.7).
Tabel 4.7 Hasil Uji Lanjut BNT 5% Efekifitas Pemberian PGPR Dan Aplikasi
Pupuk P Terhadap Berat Kering Polong (gram)
Perlakuan
R2 (15 ml/L)
R1 (12.5 ml/L)

Rata-rata Berat Polong Kering


28.21
24.21

BNT 5%
3.75

Notasi
b
a

Berdasarkan Tabel 4.7 pemberian PGPR (Plant Growth Promoting


Rhizobacteria) dengan konsentrasi 15 ml/L merupakan perlakuan terbaik dalam
meningkatkan berat kering polong, hal ini diduga karena pengaruh jumlah polong
per tanaman yang lebih banyak R2 atau perlakuan pemberian konsentrasi
sebanyak 15 ml/L. Menurut Pal (1998) dalam Elfianti (2005) menyatakan bahwa
bakteri pelarut P (Bacillus sp) pada tanah yang dipupuk dengan batuan fosfat
dapat meningkatkan jumlah dan bobot kering bintil akar serta hasil biji tanaman
pada beberapa tanaman yang toleran masam (jagung, bayam, dan kacang
panjang). Hal ini didukung oleh penelitian Chusnia (2012) bahwa perlakuan
terbaik dicapai oleh pupuk hayati dengan konsentrasi 15 ml/L dan jumlah

35

pemupukan tiga kali. Pemberian pupuk hayati dengan konsentrasi 15 ml sebanyak


tiga kali tidak hanya berpengaruh terhadap tinggi tanaman saja, namun juga
mempengaruhi biomassa akar, jumlah bintil akar dan berat polong.
Adanya penambahan unsur hara dari penambahan inokulan mikroba juga
meningkatkan unsur hara di dalam tanah. Terutama unsur N, P, dan K yang
dihasilkan mikroba tersebut yang kemudian diserap oleh tanaman dan digunakan
untuk proses metabolisme di dalam tanaman tersebut. Suplai hara yang cukup
membantu terjadinya proses fotosintesis dalam tanaman menhasilkan senyawa
organik yang akan diubah dalam benuk ATP saat berlangsungnya respirasi,
selanjutnya ATP ini digunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman (Meirina,
2011 dalam Chusnia, 2012).
4.4 Jumlah Polong per Tanaman
Jumlah polong (buah) diamati setelah panen dengan cara semua polong
yang dihasilkan tanaman sampel baik polong berisi maupun polong hampa.
Kemudian dari hasil tersebut diambil rerata. Berikut hasil sidik ragam jumlah
polong per tanaman (Tabel 4.8).
Tabel 4.8 Sidik Ragam Efektifitas Pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Jumlah Polong Per Tanaman (biji)
SK

F Hitung Jumlah Polong per Tanaman

Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %

1.25 ns
1.78 ns
1.90 ns
1.30 ns
0.88 ns
16.25

T Tabel
F 5%
F 1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36

Keterangan : ns = berbeda tidak nyata

Pada Tabel 4.8 pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria),


aplikasi pupuk SP-36 maupun interaksi antara pemberian PGPR dan aplikasi
pupuk SP-36 berpengaruh berbeda tidak nyata. Sehingga tidak dilakukan uji
lanjut. Hal ini diduga karena pengolahan tanah dilakukan dua kali sebelum tanam

36

maka dari itu polong dapat terbentuk dengan mudah dan optimal. Selain itu
kebutuhan air tercukupi dengan optimal, intensitas cahaya juga tercukupi karena
posisi lahan yang berada di tengah tanpa terhalangi tembok atau pohon, sehingga
perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh. Ginofor yang terbentuk setelah
mencapai tanah akan dengan mudah tumbuh dan berkembang membentuk polong,
karena tanah yang gembur akan memberikan keleluasaan bagi ginofor untuk
berkembang secara optimal (Bambang N dan Purnawanto, 2003). Untuk jumlah
polong per tanaman sesuai dengan deskripsi benih kacang tanah varietas Bison
yaitu 9-47 buah. Untuk mengetahui rata-rata jumlah polong per tanaman
ditunjukkan pada Gambar 4.2

Rata-rata Jumlah Polong per Tanaman


38.00

36.00

35.05

32.75

34.00

36.89
34.43

28.31

30.00
26.00
22.00
18.00
14.00
10.00
R1P1

R1P2

R1P3

R2P1

R2P2

R2P3

Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Jumlah Polong per Tanaman (biji)


4.5 Jumlah Polong Berisi per Tanaman
Jumlah polong berisi per tanaman dihitung setelah panen dengan cara
menghitung polong berisi pada tanaman sampel dibagi jumlah tanaman sampel.
Berikut hasil sidik ragam efektivitas pemberian PGPR dan aplikasi pupuk P
terhadap jumlah polong berisi per tanaman pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Sidik Ragam Efektifitas Pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Jumlah Polong Berisi Per Tanaman (biji)

37

SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %

F Hitung Jumlah polong Berisi


per Tanaman
0.38 ns
0.70 ns
0.67 ns
0.32 ns
0.30 ns
21.53

T Tabel
F 5%
2.90
3.29
4.54
3.68
3.68

F 1%
4.56
5.42
8.68
6.36
6.36

Keterangan : ns = berbeda tidak nyata

Berdasarkan pada Tabel 4.9 efektivitas pemberian PGPR (Plant Growth


Promoting Rhizobacteria) dan aplikasi pupuk P terhadap jumlah polong berisi per
tanaman memberikan pengaruh tidak nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut.
Sama halnya dengan parameter jumlah polong per tanaman, hanya saja parameter
ini dihitung polong yang berisi atau bernas saja. Hal ini diduga karena unsur hara
yang terdapat di dalam tanah sudah mencukupi terhadap pembentukan polong
dengan hasil uji laboratorium menunjukan unsur hara N terkandung di dalam
tanah sebesar 0,22% (kriteria sedang), unsur hara P sebesar 19,89 ppm (kriteria
tinggi) dan unsur hara K sebesar 68,72 ppm (kriteria rendah) (Laboratorium Tanah
Politeknik Negeri Jember, 2014). Unsur hara yang mempengaruhi pembentukan
polong berisi yaitu unsur hara P. Pupuk SP-36 mengandung P 2O5 sebanyak 36 %.
Kegunaan pupuk fosfat ini adalah mendorong awal pertumbuhan akar,
pertumbuhan bunga dan biji, memperbesar persentase terbentuknya bunga
menjadi biji, menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit serta memperbaiki struktur hara tanah. Tanaman kacang tanah
membutuhkan fosfat lebih banyak dibanding pupuk Nitrogen (Marjuki, 2007
dalam

Hayati, 2009). Untuk mengetahui rata-rata jumlah polong berisi per

tanaman ditunjukkan pada Gambar 4.3

38

Rata-rata Jumlah Polong Berisi per Tanaman


30.00

27.83

26.25

24.73

25.00

25.65

25.75

22.74

20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
R1P1

R1P2

R1P3

R2P1

R2P2

R2P3

Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Jumlah Polong Berisi per Tanaman (biji)

4.6 Hasil Produksi Polong per Hektar


Hasil polong per hektar diamati dari hasil jumlah polong per tanaman
kemudian dikonversikan ke hektar. Berikut hasil sidik ragam hasil jumlah polong
per hektar (Tabel 4.10).
Tabel. 4.10 Sidik Ragam Efektivitas Pemberian PGPR dan Pupuk P Terhadap
Hasil Jumlah Polong per Hektar (ton)
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R*P
KK %

F Hitung Rata-rata Hasil Produksi Polong


per Hektar
1.88 ns
0.97 ns
5.58 *
0.07 ns
1.83 ns
16.28

T Tabel
5%
1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36

Keteranan : ns = berbeda nyata


* = berbeda tidak nyata

39

Berdasarkan Tabel 4.10 faktor pemberian PGPR (Plant Growth Promoting


Rhizobacter) memberikan pengaruh yang berbeda nyata sehingga dilakukan uji
lanjut BNT taraf 5%. Berikut hasil uji lanjut BNT taraf 5% (Tabel 4.11).
Tabel 4.11 Hasil Uji Lanjut BNT Taraf 5% Efektivitas Pemberian PGPR dan
Pupuk P Terhadap Jumlah Polong per Hektar (ton)
Perlakuan
R2 (15 ml/L)
R1(12.5 ml/L)

Rerata Hasil Produksi Polong per Hektar


2.36
2.02

BNT 5%
0.62

Notasi

b
a

Berdasarkan Tabel 4.11 perlakuan pemberian PGPR (Plant Growth


Promoting Rhizobacter) sebanyak 15 ml/L merupakan perlakuan terbaik dalam
menghasilkan polong per hektar yaitu sebanyak 2.36 ton/hektar. Hal ini didukung
pada deskripsi benih kacang tanah varietas Bison bahwa rata-rata hasil polong
kering per hektar sebanyak 2.0 ton/hektar. Hal ini diduga karena pengaruh jumlah
polong per tanaman juga yang banyak pada perlakuan yang sama yaitu R2 atau
pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacter) sebanyak 15 ml/L yang
menghasilkan jumlah polong per tanaman rata-rata 35.46 buah. Hal ini sesuai
dengan pernyataan (Widodo 2006 dan Nelson 2004 dalam Iswati, 2011) bahwa
bakteri PGPR dapat memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan
pertumbuhannya, seperti memproduksi dan mengubah konsentrasi fitohormon
pemacu tumbuh tanaman, meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman dengan
menyediakan dan memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur
hara dalam tanah dan menekan perkembangan penyakit. Pernyataan tersebut
diperkuat pada penelitian Mugiastuti (2010) dengan hasil beberapa komponen
pertumbuhan seperti jumlah daun dan panjang akar tanaman dengan perlakuan
Pseudomonas fluorescens mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi dibanding
kontrol, selain itu mampu menunda masa inkubasi penyakit, menekan kejadian
penyakit, dan menekan jumlah patogen akhir. Jumlah kebutuhan akan pupuk
untuk setiap daerah tidaklah sama tergantung pada varietas tanaman, tipe lahan,
agroklimat, dan teknologi usahataninya. Oleh karena itu harus benar-benar

40

memperhatikan anjuran pemupukan harus seimbang agar jaminan peningkatan


produksi per hektar dapat tercapai (Lamina,1989 dalam Rukmi, 2009).
Secara umum fungsi PGPR dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
dibagi menjaadi tiga kategori yaitu pertama sebagai pemacu atau perangsang
pertumbuhan dengan mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai zat pengatur
tumbuh (fitohormon) seperti asam indol asetat (AIA), gibberellin, sitokinin, dan
etilen dalam lingkungan akar, kedua sebagai penyedia hara dengan menambat N 2
dari udara secara asimbiosis dan melarutkan hara P yang terikat di dalam tanah,
dan yang ketiga sebagai pengendali pathogen berasal dari tanah dengan cara
menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit anti patogen seperti siderophore
(Tenuta, 2006; Cattelan, dkk, 1999; Klopper, 1993 dalam Husen,dkk. 2002).
Fungsi hormon AIA bagi tanaman antara lain meningkatkan perkembangan sel,
merangsang pembentukan akar baru, memacu pertumbuhan, merangsang
pembungaan, meningkatkan aktivitas enzim (Arshad, dkk. 1993 dalam Husen,
dkk. 2002), pernyataan tersebut didukung penelitian dari Lifshitz, dkk (1987)
dalam Husen, dkk (2002) dengan hasil penelitian tanaman kanola (Brassica
compestris) (sejenis kol atau sawi) yang diinokulasi oleh Pseudomonas putida
meningkatkan panjang akar, tinggi tanaman, dan penyerapan hara P.
4.7 Hasil Produksi Biji Kering
Parameter berat produksi biji kering dilakukan dengan cara polong yang
telah dikeringkan dengan ofen dikuliti kemudian hasil biji dari masing-masing
tanaman sampel ditimbang diambil rerata. Berikut Tabel 4.12 efektivitas
pemberian PGPR dan aplikasi pupuk P terhadap berat biji kering.
Tabel 4.12 Sidik Ragam Efektivitas Pemberian PGPR Dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Berat Biji Kering Per Tanaman (gram)
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P

F Hitung Rata-rata Produksi Biji Kering


0.26 ns
0.78 ns
0.40 ns
0.01 ns

T Tabel
F 5%
F 1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
41

Interaksi R x P
KK %

0.45 ns
24.27

3.68

6.36

Keterangan : ns = berbeda tidak nyata

Berdasarkan pada Tabel 4.12 efektivitas pemberian PGPR dan aplikasi


pupuk p terhadap berat biji kering memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
sehingga tidak dilakukan uji lanjut. Hal ini diduga karena perlakuan pemberian
PGPR maupun aplikasi pupuk SP-36 tidak memberikan pengaruh karena unsur
hara P pada tanah telah tercukupi yang mana fungsi dari unsur P sendiri salah
satunya yaitu mendorong pertumbuhan biji. Sehingga penambahan SP-36 tidak
berpengaruh. Sedangkan pemberian PGPR salah satu fungsinya adalah
meningkatkan ktersediaan unsur hara, hal ini didukung oleh pendapat Simarmata
(1995) yang mengemukakan bahwa penggunaan berbagai pupuk hayati pada lahan
marginal di Indonesia ternyata mampu meningkatkan ketersediaan hara dan hasil
berbagai tanaman serta dapat menekan pemakaian pupuk dan meningkatkan
efisiensi pemupukan. Untuk mengetahui rata-rata berat biji kering ditunjukkan
pada Gambar 4.4.

Rata-rata Berat Produksi Biji Kering per Tanaman


17.00
15.00

15.40

14.91

13.00

13.13

13.50

13.99

R1P2

R1P3

R2P1

14.83

11.00
9.00
7.00
5.00
R1P1

R2P2

R2P3

42

Gambar 4.4 Grafik Rata-rata Hasil Produksi Biji Kering per Tanaman (gram)
4.8 Berat 100 Butir Benih
Penentuan berat untuk 100 butir benih dilakukan karena karakter ini
merupakan salah satu ciri dari suatu jenis benih yang tercantum dalam deskripsi
varietas. Parameter bobot 100 butir benih dihitung dengan cara biji dari tanaman
sampel diambil 100 biji kemudian ditimbang dan diulang sebanyak 3 kali,
kemudian hasil penimbangan diambil rata-rata. Berikut hasil sidik ragam
efektivitas pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacter) dan aplikasi
pupuk P terhadap 100 butir benih (Tabel 4.13).

Tabel 4.13 Sidik Ragam Efektivitas Pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Bobot 100 butir benih (gram)
SK

F Hitung Bobot 100 Butir Benih

Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %

1.50 ns
0.54 ns
0.99 ns
3.12 ns
0.13 ns
11.05

T Tabel
F 5%
F 1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36

Keterangan : ns = berbeda tidak nyata

43

Berdasarkan Tabel 4.13 perlakuan pemberian PGPR dan aplikasi pupuk P


memberikan pengaruh berbeda tidak nyata. Hal ini disebabkan karena pengaruh
berat biji kering per tanaman yang menunjukkan berbeda tidak nyata maka dari itu
hasil dari berat 100 butir benih juga berpengaruh tidak nyata. Selain itu faktor dari
genetik juga mempengaruhi akan bobot 100 butir benih. Rata-rata bobot 100 butir
benih yang dihasilkan dari penelitian ini sesuai dengan deskripsi yang ada yaitu
36-38 gram. Untuk mengetahui hasil rata-rata 100 butir benih ditunjukkan pada
Gambar 4.5.

Rata-rata Bobot 100 Butir Benih


40.00

40.25

40.21

36.50

38.58

39.54

R2P2

R2P3

33.71

35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
R1P1

R1P2

R1P3

R2P1

Gambar 4.5 Grafik Rata-rata Bobot 100 Butir Benih (gram)

4.9 Daya Kecambah Benih


Parameter
daya berkecambah benih memberikan informasi akan
kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar
dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Daya kecambah dihitung
kecambah normal pada hari ke- 5 dan hari ke- 10 setelah tanam. Berikut hasil
sidik ragam daya kecambah benih (Tabel 4.14).

44

Tabel 4.14 Sidik Ragam Efektivitas Pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Daya Kecambah Benih (%)
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %

F Hitung Daya Berkecambah


1.46 ns
0.99 ns
4.93 ns
0.40 ns
0.79 ns
5.89

T Tabel
F 5%
2.90
3.29
4.54
3.68
3.68

F 1%
4.56
5.42
8.68
6.36
6.36

Keterangan : ns = berbeda tidak nyata

Dari hasil Tabel 4.14 faktor R, faktor P, maupuk interaksi antara kedua
perlakuan tersebut menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata. Besarnya
daya kecambah benih dipengaruhi oleh ukuran benih. Hal ini sependapat dengan
pernyataan Kuroiwa (1960) dalam Soetono (1975) dalam Sutopo (2010) yang
menyatakan bahwa dari benih yang lebih besar atau berat biasanya dihasilkan
daya kecambah yang lebih tinggi.
Ukuran benih yang dihasil dihasilkan ditentukan oleh ketersediaan unsur
hara P selama fase pembentukan biji. Lingga (2003) dalam Puspita (2013)
menyatakan bahwa pospor dapat mempercepat penuaan buah atau pemasakan biji
serta meningkatkan hasil biji-bijian. Sedangkan kandungan P yang tersedia
didalam tanah berdasarkan hasil analisa Laboratorium Tanah Politeknik Negeri
Jember (2014) menunjukkan bahwa unsur hara P tersedia dalam kategori yang
tinggi. Sehingga kebutuhan kacang tanah akan unsur P telah terpenuhi. Dengan
demikian perlakuan P yang diberikan pada dosis rendah maupun tinggi
memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata.
Sedangkan konsentrasi PGPR antara perlakuan R1 dan R2 memiliki selisih
yang rendah yakni 2.5 ml. Oleh karena itu pengaruh pada pembentukan biji juga
memperlihatkan hasil yang berbeda tidak nyata.
Berikut grafik untuk mengetahui rata-rata daya berkecambah benih (Gambar
4.6).

45

Rata-rata Daya Berkecambah Benih


100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00

87.33

R1P1

86.00

R1P2

86.00

R1P3

82.00

75.00

72.00

R2P1

R2P2

R2P3

Gambar 4.6 Rata-rata Daya Berkecambah Benih (%)


Daya berkecambah yang merupakan salah satu variabel mutu utama,
menggambarkan tentang kemampuan suatu lot benih untuk menghasilkan
kecambah normal pada kondisi perkecambahan optimum dalam periode waktu
tertentu. Dari Gambar 4.6 diketahui rata rata daya kecambah yang dihasilkan
dari semua perlakuan berkisar antara 72 87.33%. Hal ini menunjukkan bahwa
kecambah benih yang tumbuh normal sebanyak 72 87.33% dari seluruh benih
yang dikecambahkan. Menurut Nugraha (2003) pedoman pengujian mutu benih
yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan (1986)
sesungguhnya telah mengadopsi metode baku dari ISTA yang telah terbukti
memiliki reproduksibilitas tinggi. Benih yang menghasilkan kecambah normal
lebih besar dari 85% dikelompokkan sebagai benih vigor tinggi, 80 - 85% vigor
sedang, dan kurang dari 80% vigor rendah. Normalitas kecambah ditentukan
berdasarkan kriteria ISTA (1985) dan AOSA (1989). Nilai persentase dari masing
masing perlakuan memiliki nilai yang berbeda, dan nilai persentase termasuk
dalam kriteria rendah sampai tinggi.
Tabel 4.15 Nilai Persentase Perlakuan
Perlakua
n
R1P1

Daya Kecambah (%)


87.33

Kriteria Vigor
Tinggi
46

R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3

86
86
75
72
82

Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Sedang

4.10 Keserempakan Tumbuh Benih


Keserempakan tumbuh benih dihitung kecambah normal kuat pada hari ke
8. Ciri-ciri kecambah normal kuat yang diamati yaitu munculnya daun lembaga
yang telah terbuka dengan sempurna. Berikut hasil sidik ragam keserempakan
tumbuh benih (Tabel 4.16).
Tabel 4.16 Sidik Ragam Efektivitas Pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Keserempakan Tumbuh Benih (%)
SK

F Hitung Keserempakan Tumbuh Benih

Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R*P
KK %

0.25 ns
0.91 ns
0.09 ns
0.15 ns
0.43 ns
27.96

T Tabel
5%
1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36

Keterangan : ns = berbeda tidak nyata

Dari Tabel 4.15 faktor R maupun faktor P tidak menunjukkan pengaruh


yang berbeda nyata. Pupuk SP-36 merupakan pupuk yang mengandung unsur hara
P yang salah satunya berperan dalam pembentukan biji. Sedangkan kebutuhan
kacang tanah akan unsur P telah terpenuhi sehingga penambahan unsur hara P
memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap pembentukan biji.
Begitu pula pada pemberian PGPR menunjukkan pengaruh yang berbeda
tidak nyata yang disebabkan oleh peran PGPR yang berpengaruh pada
pembentukkan organ vegetatif tanaman.
Tinggi rendahnya nilai keserempakan benih dipengaruhi oleh keseragaman
ukuran suatu benih. Ukuran benih yang dihasilkan dari setiap perlakuan memiliki

47

ukuran yang relatif seragam sehingga hal ini menyebabkan kerempakan benih
yang dihasilkan juga tidak berbeda jauh. Menurut Sadjad dkk (1999)
keserempakan tumbuh sejumlah benih yang ditanam baik pada media pengujian
maupun dilahan produksi terkait pada kemampuan benih sebagai kelompok
individu dalam suatu lot memanfaatkan cadangan energi dalam masing-masing
benih untuk tumbuh menjadi kecambah kuat secara serempak.
Berikut hasil rata-rata keserempakan tumbuh benih.

Rata-rata Keserempakan Tumbuh Benih


52.00

45.33

47.00

R1P1

R1P2

49.83
43.67

42.00

40.17

40.33

R2P1

R2P2

32.00
22.00
12.00
2.00
-8.00

R1P3

R2P3

Gambar 4.7 Rata-rata Keserempakan Tumbuh Benih (%)


Menurut Sadjad (1993) menyatakan bahwa keserempakan tumbuh

kurang dari 40% mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh yang kurang kuat dan
keserempakan tumbuh lebih besar dari 70% mengindikasikan vigor kekuatan
tumbuh yang tinggi. Keserempakan tumbuh yang dihasilkan telah memenuhi
kriteria minimal dari Sadjad dengan hasil antara 40.17 49.83%. Hal ini
menunjukkan bahwa keserempakan benih yang tumbuh kecambah normal kuat
pada hari ke 8 sebanyak 40.17 49.83% dari keseluruhan benih yang
dikecambahkan. Keserempakan tumbuh benih yang tinggi mengindikasikan vigor
kekuatan tumbuh absolut yang tinggi karena suatu kelompok benih yang
menunjukkan pertumbuhan serempak dan kuat akan memiliki kekuatan tumbuh
yang tinggi (Sadjad, 1993).

48

4.11 Kecepatan Tumbuh Benih


Pengujian kecepatan tumbuh (KCT) dilakukan dengan mengambil dan
menghitung kecambah normal setiap etmal (24 jam) mulai dari hari pertama
perkecambahan hingga hari ke-7. Nilai KCT menunjukkan persentase rata-rata
kecambah yang tumbuh setiap hari. Semakin tinggi nilai KCT semakin tinggi pula
vigor lot benih. Berikut hasil sidik ragam kecepatan tumbuh benih (Tabel 4.16).
Tabel 4.17 Sidik Ragam Efektivitas Pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Kecepatan Tumbuh Benih (%)
SK

F Hitung Kecepatan Tumbuh Benih

Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %

0.43 ns
0.53 ns
1.18 ns
0.11 ns
0.39 ns
9,97

T Tabel
F 5%
F 1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36

Keterangan : ns = berbeda tidak nyata

Dari Tabel 4.17 menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata hal ini
dikarenakan unsur hara P yang tersedia didalam tanah sudah terpenuhi dengan
kriteria tinggi sehingga penambahan unsur Pospor dalam perlakuan menunjukan
pengaruh yang berbeda tidak nyata.
Peran PGPR salah satunya adalah mampu melarutkan unsur hara P
sehingga lebih mudah diserap oleh tanaman yang digunakan untuk pembentukan
organ generative salah satunya pembentukan biji. Sedangkan besarnya unsur hara
P yang tersedia didalam tanah relative tinggi. Dengan demikian unsur hara P yang
dilarutkan oleh PGPR dalam setiap perlakuan berada pada taraf yang sama. Oleh
karena itu pemberian PGPR memberikan pengaruh yang tidak nyata.
Menurut Sutopo (2010 ) apabila menurut penilaian atau perhitungan
pertama ternyata benih yang berkecambah normal adalah lebih dari 75% dari
keseluruhan benih yang disemaikan dalam pengujian, keadaan kecepatan
berkecambahnya benih tersebut adalah tinggi.

49

Menurut Suena (2005) maksimum vigor, ukuran, dan berat kering tercapai
pada waktu yang sama yaitu pada saat tercapainya masak fisiologis. Setelah
masak fisiologis tercapai, ukuran biji dan vigor ini menurun sesuai dengan
keadaan lingkungan.
Berikut hasil rata-rata kecepatan tumbuh benih (Gambar 4.8).

Rata-rata Kecepatan Tumbuh Benih


14.6615.7714.4714.6713.7513.72

Gambar 4.8 Rata-rata Kecepatan Tumbuh Benih (%)


Dari Gambar 4.8 menunjukkan bahwa hasil pengujian keserempakan
tumbuh benih dibawah mutu yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 13.75 15.77 %
atau dapat dikatakan persentase kecepatan tumbuhnya tidak kuat. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sadjad (1993) bahwa bila benih mempunyai
kecepatan tumbuh 25 - 30 % memiliki vigor kecepatan tumbuh
yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa setiap hari benih yang tumbuh secara
normal sebanyak 13.75 15.77 %.
Rendahnya persentase kecepatan tumbuh salah satunya dipengaruhi dari
faktor internal (dalam) yaitu kemasakan fisiologis yang disebabkan oleh ginofor
(calon polong) yang tumbuh tidak selalu bersamaan, sehingga kemasakan
fisiologis biji berpengaruh pada proses pembentukan cadangan makanan dan
vigor tanaman. Diduga biji tersebut belum memiliki cadang makanan yang cukup
dan juga pembentukan embrio sebelum sempurna (Sutopo, 2002). Selain itu
rendahnya persentase kecepatan tumbuh diduga karena proses pengeringan yang
cepat, hal ini didukung pendapat Suena (2005) pada metode Kidd dan West salah
satu hasilnya yaitu benih yang direndam kemudian mengalami proses pengeringan
yang cepat, hasilnya benih akan berkecambah lebih lam
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
50

5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perlakuan pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)
memberikan berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah polong, dan
berpengaruh nyata terhadap berat kering polong dan hasil produksi polong per
hektar. Konsentrasi yang terbaik yaitu R2 atau konsentrasi 15 ml/Liter.
2. Aplikasi pupuk P (SP-36) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Dosis
terbaik yaitu P2 atau sebanyak 125 kg/Hektar. Akan tetapi berpengaruh tidak
nyata terhadap mutu benih kacang tanah (Daya kecambah, Keserempakan
tumbuh benih, dan Kecepatan tumbuh benih)
3. Tidak ada interaksi antara pemberian PGPR dan aplikasi pupuk P terhadap
tinggi tanaman umur 30 HST dan 45 HST, jumlah polong per tanaman, jumlah
polong brisi per tanaman, hasil produksi biji kering, berat 100 butir benih, daya
kecambah benih, keserempakan benih, dan kecepatan tumbuh benih.
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk:
1. Memberikan konsentrasi dan dosis PGPR yang selisih lebih banyak agar hasil
yang didapatkan berpengaruh lebih nyata.
2. Pengendalian penyakit yang lebih insentif
3. Memberikan PGPR pada tanah yang memiliki unsur hara P yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA

51

Badan Pusat Statistik. 2014. Tabel Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman
Kacang Tanah Provinsi Indonesia. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php. [13
Mei 2014].
Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi. 2012. http://balitkabi.litbang.deptan.
go.id/varietas-unggul/vu-kacang-tanah/106-bison.html. [15 Juni 2014]
Chusnia, W., Tini, S., dan Salamun. 2012. Kajian Aplikasi Pupuk Hayati Dalam
Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Vigna
radiate L.) Pada Polybag. Surabaya: Universitas Airlangga.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2001. Artikel Interaktif Teknologi Produksi
Kacang tanah. http://www.diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/
1264. [13 Mei 2014].
Elfianti, D. 2005. Peran Mikroba Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan
Tanaman. Sumatera: Universitas Sumatera Utara.
Fachrudin, L. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Yogyakarta: Kanisius.
Hayati, M., Ainun, M., dan Hidayatul, F. 2009. Pengaruh varietas dan dosis SP36 terhadap pertumbuhan dan hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.). Aceh: Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.
Husen, E., Rasti, S., dan Ratih, H. 2002. Rizobakteri Pemacu Tumbuh Tanaman
Dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. http://balittanah.litbang.
deptan.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/09rizobakteri%20pemacu.pdf.
[14
Mei 2014].
Iswati, R. 2012. Pengaruh Dosis Formula PGPR Asal Perakaran Bambu terhadap
Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum syn). Gorontalo:
Fakultas Pertanian Universitas Gorontalo.
Kartasapoetra, A, G. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Lesilolo, M.K., Riry, J., dan Matatula, E.A. 2012. Pengujian Viabilitas dan Vigor
Benih Beberapa Jenis Tanaman Yang Beredar di Pasaran Kota Ambon.
Ambon. Fakultas Pertanian Unpatti.
Mugiastuti, E., Loekas, S., dan Ruth, F.R. 2010. Pemanfaatan Pseudomonas
fluorescencens P60 Dalam Formula Cair Organik Untuk Mengendalikan
Penyakit Layu Bakteri. Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman.
Nugraha, U.S. Rasam, dan Sri, W. 2003. Evaluasi Validitas Metode Pengujian
Daya Berkecambah Benih Padi. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Padi
Sukamandi.

52

Purnawanto, A.,M dan Bambang, N. Tanpa tahun. Uji Efektivitas Fosfor dan
Pupuk Organik pada Budidaya Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).
Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Raharjo, B., Agung, s., dan Agustina, D.K. 2007. Pelarutan Fosfat Anorganik
oleh Kultur Campur Jamur Pelarut Fosfat Secara In Vitro. Universitas
Diponegoro
Rukmi. 2009. Pengaruh Pemupukan Kalium dan Fosfat Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Kedelai. Kudus: Universitas Muria Kudus.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta: Gramedia.
Saraswati, R,.dan Sumarno. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah
sebagai Komponen Teknologi Pertanian Dalam Iptek Tanaman Pangan.
Vol 3 No.1.Hlm 47.
Soenandar, M., Muanis, N., dan Ari, R. 2010. Petunjuk Praktis Membuat
Pestisida Organik. Jakarta: Argomedia Pustaka.
Suena, W. 2005. Teknologi Benih. http://www.fp.unud.ac.id/ind/wpcontent/uploads/mk_ps_agroekoteknologi/teknologi_benih/MODUL_I_TEK
NOLOGI_BENIH_2005.pdf. [09 Februari 2015].
Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Jakarta: Rajawali Pers.
Wijaya, A. 2011. Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Kapur Terhadap
Pertumbuhan dan Daya Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Bogor:
Institut Pertanian Bogor.

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

53

No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Uraian Kegiatan

Waktu Pelaksanaan (2014)


Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan Judul
Penyusunan
Proposal
Seminar Proposal
Persiapan Alat dan
Bahan
Pelaksanaan
Penelitian
Pengamatan
Pengolahan Data
Pembuatan Laporan
Ujian

Lampiran 2. Denah Percobaan


Blok 1

Blok 2

Blok 3

Blok 4

R2P3

R2P3

R1P3

R2P1

R1P2

R1P1

R2P2

R2P2

R2P1

R2P1

R1P1

R1P2

R2P2

R1P2

R2P3

R1P1

R1P3

R2P2

R1P2

R1P3

R1P3

R2P1

R2P3

R1P1

Keterangan:
54

Jarak Tanam

: 30 cm x 20 cm

Luas per Petak

: 110 cm x 100 cm

Populasi per Petak

: 20 Tanaman

Jumlah Populasi Total : 480 Tanaman


Jarak Antar Plot

: 40 cm

Jarak Antar Blok

: 50 cm

L. Lahan Penelitian

: 6.9 m x 10 m

Lampiran 3. Data Pengamatan


1. Tinggi Tanaman 30 HST
Perlakuan
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah

Ulangan
1
20.8
25.8
22.4
22.4
24
26.6
142

2
23.2
22.2
18.6
23.8
21.6
25.6
135

3
19.2
21.4
24.8
19.6
24.8
20.2
130

4
22.4
21.4
23.2
24.6
24.6
18.8
135

Jumlah

Rerata

85.6
90.8
89
90.4
95
91.2
542

21.40
22.70
22.25
22.60
23.75
22.80
22.58

Tabel Anova
SK

DB

JK

KT

F Hit

Notasi

Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %

5
3
1
2
2
15
23
11.28

11.73
12.17
5.23
6.04
0.46
97.29
121.19

2.35
4.06
5.23
3.02
0.23
6.49

0.36
0.63
0.81
0.47
0.04

ns
ns
ns
ns
ns

T Tabel
5%
1%
2.9
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36

2. Tinggi Tanaman 45 HST


Perlakuan
R1P1
R1P2

1
29.6
31.6

Ulangan
2
3
33.8
27.6
31
29

4
31.8
29.6

Jumlah

Rerata

122.8
121.2

30.70
30.30
55

R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah

29.6
30.4
32.6
32.8
186.6

28
32.2
30.4
31.6
187

34.4
27.4
34.2
30
182.6

28.6
32.4
33.4
28.8
184.6

120.6
122.4
130.6
123.2
740.8

30.15
30.60
32.65
30.80
30.87

Tabel Anova
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %

DB
5
3
1
2
2
15
23

JK

KT

16.47
2.05
5.61
4.56
6.30
82.73
101.25

3.29
0.68
5.61
2.28
3.15
5.52

F Hit
0.60
0.12
1.02
0.41
0.57

Notasi
ns
ns
ns
ns
ns

T tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
3.68 6.36

7.61

3. Tinggi Tanaman 60 HST


Perlakuan
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah

1
40.4
42.2
40.4
43.2
46
41.33
253.53

Ulangan
2
3
43.8
41.6
45.25
45.8
36.5
39.4
44.2
39.4
41.2
41.25
40.4
44.8
251.35 252.25

4
45
46.6
42.8
44.2
45.2
43.4
267.2

Jumlah

Rerata

170.80
179.85
159.10
171.00
173.65
169.93
1024.33

42.70
44.96
39.78
42.75
43.41
42.48
42.68

Tabel Anova
SK
Perlakuan

DB
5

JK

KT

56.92

11.38

F Hit
2.68

Notasi
ns

T Tabel
5%
1%
2.90 4.56

56

Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %

3
1
2
2
15
23

27.86
0.97
37.44
18.51
63.60
148.38

9.29
0.97
18.72
9.25
4.24

ns
ns
*
ns

2.19
0.23
4.41
2.18

3.29
4.54
3.68
3.68

5.42
8.68
6.36
6.36

4.82

Hasil Uji Lanjut BNT Taraf 5% Terhadap Tinggi Tanaman


Perlakuan
P2
P1
P3

Rata-rata Tinggi Tanaman


44.19
42.73
41.13

BNT 5%
2.19

Notasi
b
ab
a

4. Berat Basah Polong


Perlakuan

1
78
67
54
81
92
81.67
453.67

R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah

Ulangan
2
3
81
60
45
62.4
37.5
28
68
66
60
62.5
86
82
377.5 360.9

4
44
62
46
76
58.8
52
338.8

Jumlah

Rerata

263.00
236.40
165.50
291.00
273.30
301.67
1530.87

65.75
59.10
41.38
72.75
68.33
75.42
63.79

Tabel Anova
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi
R*P
Galat
Total

DB

JK

KT

F Hit

5
3
1
2

3057.19
1244.29
1684.49
471.32

611.44
414.76
1684.49
235.66

4.72
3.20
13.00
1.82

2
15
23

901.38
1943.63
6245.11

450.69
129.58

3.48

Notasi
**
ns
**
ns
ns

T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
3.68

6.36

57

KK %

17.85

Hasil Uji Lanjut BNT Taraf 1% Terhadap Berat Basah Polong


Perlakuan
R2
R1

Rata-rata Berat Polong Basah


72.16
55.41

BNT 5%
9.9

Notasi
b
a

5. Berat Kering Polong


Perlakuan
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah

Ulangan
1
26.80
21.40
22.90
25.20
30.40
15.60
142.30

2
32.70
15.30
13.20
24.70
27.80
36.60
150.30

3
22.80
28.00
20.40
26.60
17.20
29.40
144.40

4
24.50
27.80
27.60
30.63
32.80
29.00
172.33

Jumlah

Rerata

106.80
92.50
84.10
107.13
108.20
110.60
609.33

26.70
23.13
21.03
26.78
27.05
27.65
25.39

Tabel Anova
SK

DB

JK

KT

Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %

5
3
1
2
2
15
23
16.45

175.09
43.59
95.90
0.86
78.33
278.69
497.36

35.02
14.53
95.90
0.43
39.16
18.58

F Hit
1.88
0.78
5.16
0.02
2.11

Notasi
ns
ns
*
ns
ns

T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
3.68 6.36

Hasil Uji Lanjut BNT Taraf 5% Terhadap Berat Kering Polong


Perlakuan
R2
R1

Rata-rata Berat Polong Kering


28.21
24.21

BNT 5%
3.75

Notasi
b
a

58

6. Jumlah Polong per Tanaman


Perlakuan
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah
Tabel Anova

Ulangan
1
40.00
34.00
28.60
30.80
40.00
35.33
208.73

2
41.00
22.00
30.25
32.40
40.80
37.20
203.65

3
31.00
32.60
22.20
34.20
25.75
33.40
179.15

4
32.00
42.40
32.20
42.80
41.00
31.80
222.20

F Hit

SK

DB

JK

KT

Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %

5
3
1
2
2
15
23
16.25

189.94
161.67
57.76
78.97
53.21
455.20
806.81

37.99
53.89
57.76
39.48
26.60
30.35

1.25
1.78
1.90
1.30
0.88

Jumlah

Rerata

144.00
131.00
113.25
140.20
147.55
137.73
813.73

36.00
32.75
28.31
35.05
36.89
34.43
33.91

Notasi
ns
ns
ns
ns
ns

T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
3.68 6.36

7. Jumlah Polong Berisi per Tanaman


Perlakuan
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah

Ulangan
1
30.40
24.60
24.00
24.20
31.80
22.00
157.00

2
33.40
14.50
22.75
26.60
30.40
30.00
157.65

3
20.60
26.40
17.20
24.40
19.50
28.20
136.30

4
20.60
33.40
27.00
27.40
29.60
22.80
160.80

Jumlah

Rerata

105.00
98.90
90.95
102.60
111.30
103.00
611.75

26.25
24.73
22.74
25.65
27.83
25.75
25.49

Tabel Anova
SK
Perlakuan
Blok

DB
5
3

JK

KT

57.14
62.89

11.43
20.96

F Hit
0.38
0.70

Notasi
ns
ns

T Tabel
5%
1%
2.90
4.56
3.29
5.42

59

Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %

1
2
2
15
23
21.53

20.26
19.05
17.83
451.70
571.73

20.26
9.52
8.92
30.11

ns
ns
ns

0.67
0.32
0.30

4.54
3.68
3.68

8.68
6.36
6.36

8. Hasil Polong per Hektar


Perlakuan
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah

1
2.23
1.78
1.91
2.10
2.53
2.17
12.72

Ulangan
2
3
2.72
1.90
1.59
2.33
1.37
1.70
2.06
2.22
2.32
1.79
3.05
2.45
13.12 12.39

4
2.04
2.32
2.30
2.37
2.73
2.42
14.18

Jumlah

Rerata

8.90
8.03
7.28
8.75
9.37
10.08
52.42

2.22
2.01
1.82
2.19
2.34
2.52
2.18

Tabel Anova
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R*P
Galat
Total
KK %

DB

JK

KT

5
3
1
2
2
15
23
16.44

1.22
0.30
0.67
0.01
0.54
1.93
3.45

0.24
0.10
0.67
0.00
0.27
0.13

F HIT

Notasi

1.88
0.78
5.16
0.02
2.11

ns
ns
*
ns
ns

T Tabel
5%
1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36

Hasil Uji Lanjut BNT Taraf 5%


Perlakuan
R2
R1

Rata-rata Hasil Polong per Hektar


2.36
2.02

BNT 5%
0.62

Notasi

b
a

9. Berat Produksi Biji Kering per Tanaman


60

Perlakuan
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
JUMLAH
Tabel Anova
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %

1
18.40
12.86
15.72
13.78
19.00
10.57
90.33

Ulangan
2
3
16.48 11.52
9.45
13.82
10.50 10.84
14.86 13.52
13.52
9.95
20.86 15.52
85.67 75.17

DB

JK

KT

5
3
1
2
2
15
23
24.27

15.83
28.25
4.78
0.33
10.72
180.44
224.52

3.17
9.42
4.78
0.17
5.36
12.03

Jumlah

Rerata

4
13.22
16.40
16.92
13.78
19.12
12.36
91.80

59.62
52.53
53.98
55.94
61.59
59.31
342.97

14.91
13.13
13.50
13.99
15.40
14.83
14.29

F Hit

Notasi

0.26
0.78
0.40
0.01
0.45

ns
ns
ns
ns
ns

T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
3.68 6.36

10. Bobot 100 Butir Benih


Perlakuan
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah

Ulangan
1
29.33
39.33
41.17
39.67
42.33
38.83
230.67

2
39.50
42.50
38.17
25.00
32.83
40.67
218.67

3
36.83
41.00
37.83
36.67
36.83
39.67
228.83

DB

JK

KT

132.88
28.90
17.51
110.85

26.58
9.63
17.51
55.42

4
40.33
38.17
43.67
33.50
42.33
39.00
237.00

Jumlah

Rerata

146.00
161.00
160.83
134.83
154.33
158.17
915.17

36.50
40.25
40.21
33.71
38.58
39.54
38.13

Tabel Anova
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P

5
3
1
2

F Hit
1.50
0.54
0.99
3.12

Notasi
ns
ns
ns
ns

T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
61

Interaksi R * P
Galat
Total
KK %

2
15
23

4.52
266.22
428.00

2.26
17.75

ns

0.13

3.68

6.36

11.0
5

11. Daya Kecambah Benih


PERLAKUAN
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah

Ulangan
1
80.67
84.67
74.67
82.00
75.33
82.00
479.33

2
80.00
81.33
86.67
86.67
76.00
67.33
478.00

3
78.67
83.33
77.33
69.33
75.33
74.00
458.00

Jumlah
4
81.33 320.67
84.00 333.33
82.00 320.67
78.00 316.00
78.67 305.33
79.33 302.67
483.33 1898.67

Rerata
80.17
83.33
80.17
79.00
76.33
75.67
79.11

Tabel Anova
SK

DB

JK

KT

F Hit

Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R*P
Galat
Total
KK %

5
3
1
2
2
15
23
26.54

158.59
64.30
106.96
17.37
34.26
325.26
548.15

31.72
21.43
106.96
8.69
17.13
21.68

Notasi

1.46
0.99
4.93
0.40
0.79

ns
ns
*
ns
ns

T Tabel
5%
1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36

12. Keserempakan Tumbuh Benih


Perlakuan
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1

Ulangan
1
50.00
37.33
40.67
26.00

2
26.00
27.33
43.33
38.00

3
50.00
49.33
28.00
24.67

Jumlah
4
32.67
48.00
42.00
51.33

158.67
162.00
154.00
140.00

Rerata
39.67
40.50
38.50
35.00

62

R2P2
R2P3
Jumlah

39.33
43.33
236.67

38.67
32.67
206.00

45.33
46.67
244.00

22.67
31.33
228.00

146.00
154.00
914.67

36.50
38.50
38.11

Tabel Anova
SK

DB

JK

KT

Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R*P
Galat
Total
KK %

5
3
1
2
2
15
23
27.96

82.81
135.56
50.07
7.26
25.48
1703.11
1921.48

16.56
45.19
50.07
3.63
12.74
113.54

F Hit

Notasi
ns
ns
ns
ns
ns

0.15
0.40
0.44
0.03
0.11

T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
3.68 6.36

13. Kecepatan Tumbuh Benih


PERLAKUAN
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah

Ulangan
1
15.65
14.43
12.59
15.13
14.29
15.77
87.85

2
14.21
14.56
16.98
16.62
14.80
10.98
88.15

3
14.37
17.87
12.88
11.37
13.45
13.38
83.33

4
15.33
15.74
15.88
15.27
12.88
16.47
91.58

Jumlah

Rerata

59.56
62.60
58.33
58.39
55.42
56.61
350.91

14.89
15.65
14.58
14.60
13.85
14.15
14.62

Tabel Anova
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P

DB
5
3
1
2

JK
7.78
5.74
4.24
0.77

KT
1.56
1.91
4.24
0.39

F Hit
0.43
0.53
1.18
0.11

Notasi
ns
ns
ns
ns

T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
63

Interaksi R*P
Galat
Total
KK %

2
15
23
9.97

2.76
53.73
67.25

1.38
3.58

0.39

ns

3.68

6.36

Lampiran 4. Perhitungan Manual


1. Kebutuhan PGPR
a. R1 = Konsentrasi PGPR 12,5 ml / L, dosis 200 ml larutan / Tanaman
Kebutuhan PGPR /Petak =

Kebutuhan PGPR /Petak =

Jml Tanaman x Dosis


x Konsentrasi
1000 ml

20 x 200 ml
x 12,5 ml
1000 ml

Kebutuhan PGPR /Petak =50 ml /Petak

b. R2 = Konsentrasi PGPR 15 ml / L, dosis 200 ml larutan / Tanaman

Kebutuhan PGPR /Petak =

Jml Tanaman x Dosis


x Konsentrasi
1000 ml

Kebutuhan PGPR /Petak =

20 x 200 ml
x 15 ml
1000 ml

Kebutuhan PGPR /Petak =60 ml / Petak

2. Kebutuhan Pupuk
a. SP 36
Dosis 100 Kg/ Ha=

100.000 g
2
x 1m
2
10.000 m

64

Dosis 100 Kg/ Ha=10 g /Petak


Dosis 125 Kg/ Ha=

125.000 g
x 1m2
2
10.000 m

Dosis 125 Kg/ Ha=12,5 g /Petak

Dosis 150 Kg/ Ha=

150.000 g
x 1m2
2
10.000 m

Dosis 100 Kg/ Ha=15 g /Petak


b. KCL
Dosis 50 Kg/ Ha=

50.000 g
2
x1m
2
10.000 m

Dosis 10 Kg/ Ha=5 g /Petak

c. Urea
Dosis 25 Kg/ Ha=

25.000 g
x 1 m2
2
10.000 m

Dosis 25 Kg/ Ha=2,5 g /Petak

3. Tinggi Tanaman
Perlakuan
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah

Ulangan
1
20.8
25.8
22.4
22.4
24
26.6
142

2
23.2
22.2
18.6
23.8
21.6
25.6
135

3
19.2
21.4
24.8
19.6
24.8
20.2
130

4
22.4
21.4
23.2
24.6
24.6
18.8
135

Jumlah

Rerata

85.6
90.8
89
90.4
95
91.2
542

21.40
22.70
22.25
22.60
23.75
22.80
22.58

65

Tabel 2 Arah
R/P
R1
R2
Jumlah
Rerata

P1
85.60
90.40
176.00
22.00

P2
90.80
95.00
185.80
23.23

Faktor R

=2

Faktor P

=3

P3
89.00
91.20
180.20
22.53

Jumlah
265.40
276.60
542.00

Rerata
22.12
23.05

Jumlah Perlakuan (treatment) = 6


Jumlah Ulangan (replication) = 4
a. Derajat Bebas (DB)
db Perlakuan=t1
db Perlakuan=61
db Perlakuan=5

db Blok=t1
db Blok=41

db Blok=3
db Faktor R=Faktor R1

db Fakto r R=21
db Faktor R=1

db Faktor P=Faktor P1
db Faktor P=31

db Faktor P=2
db Interaksi R x P=db Faktor R x db Faktor P

db Interaksi R x P=1 x 2
db Interaksi R x P=2

db Galat =( r1 ) x (t1)

66

db Galat =( 41 ) x (61)
db Galat =15

db Total=rt1
db Total=4 x 61

db Total=23
b. Faktor Koreksi (FK)
Grand Total2
FK =
rt

FK =

5422
4x6

FK=12.240,17

c. Jumlah Kuadrat (JK)


20,8
( 2+23,2 ++20,22 +18,82 )FK
JK Total=
2

JK Total=12.361,3612.240,17

JK Total=121,19
2

85,6 +90,8 +89 + 90,4 +95 +91,2


JK Perlakuan=
FK
Jml Ulangan
JK Perlakuan=

49.007,6
12.240,17
4

JK Perlakuan=11,73

67

142
( 2+135 +1302 +1352)
FK
Jml Ulangan
JK Blok =
2

JK Blok=

73514
12.240,17
6

JK Blok=12,17

265,4
( 2+276.62 )
FK
r x Faktor P
JK Faktor R=
JK Faktor R=

146.945
12.240,17
4x3

JK Faktor R=12.245,412.240,17

JK Faktor R=5,23

68

176
( 2+185,82 +180,22)
FK
r x Faktor R
JK Faktor P=
JK Faktor R=

97969,7
12.240,17
4x2

JK Faktor R=12.246,212.240,17
JK Faktor R=6,04

JK Interaksi R x P=JK PerlakuanJK Faktor RJK Faktor P


JK Interaksi R x P=11,735,236,04

JK Interaksi R x P=0,46
JK Galat =JK TotalJK PerlakuanJK Blok

JK Galat =121,1911,7312,17
JK Galat =97,19

d. Kuadrat Tengah (KT)


KT Perlakuan=

JK Perlakuan
DB Perlakuan

KT Perlakuan=

11,73
5

KT Perlakuan=2,35

KT Blok =

JK Blok
DB Blok

69

KT Blok =

12,17
3

KT Blok =4,06

K T Faktor R=

KT Faktor R=

JK Faktor R
DB Faktor R

5,23
1

KT Faktor R=5,23

KT Faktor P=

JK Faktor P
DB Faktor P

KT Faktor R=

6,04
2

KT Faktor R=3,02

K T Interaksi=

KT Interaksi=

JK Interaksi R x P
DB Interaksi R x P

0,46
2

KT Interaksi=0,23

70

KT Galat=

JK Galat
DB Galat

KT Galat=

97,29
15

KT Galat=6,49

e. F Hitung
F Hitung Perlakuan=

KT Perlakuan
KT Galat

F Hitung Perlakuan=

2,35
6,49

F Hitung Perlakuan=0,36

F Hitung Blok=

KT Blok
KT Galat

F Hitung Blok=

4,06
6,49

F Hitung Blok=0,63

71

F Hitung Faktor R=

KT Faktor R
KT Galat

F Hitung Faktor R=

5,23
6,49

F Hitung Faktor R=0,81

F Hitung Fak tor P=

F Hitung Faktor P=

KT Faktor P
KT Galat

3,02
6,49

F Hitung Faktor R=0,47

F Hitung Interaksi R x P=

KT Interaksi R x P
KT Galat

F Hitung Interaksi R x P=

0,23
6,49

F Hitung Interaksi R x P=0,04

f. Koefisien Keragaman (KK)


Koefisien Keragaman=

KTG
x 100
x

72

6,49
Koefisien Keragaman=
x 100
22,58
Ko efisien Keragaman=

2,55
x 100
22,58

Koefisien Keragaman=11,28

g. Tabel Anova
SK

DB

JK

KT

Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %

5
3
1
2
2
15
23
4.82

56.92
27.86
0.97
37.44
18.51
63.60
148.38

11.38
9.29
0.97
18.72
9.25
4.24

F Hitung
2.68
2.19
0.23
4.41
2.18

Notasi
ns
ns
ns
*
ns

T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
3.68 6.36

h. Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) Taraf 5%.


T tabel

= 2.1314

KT Galat

= 15

Replication

=4

Faktor R

=2

73

Untuk mencari nilai BNT menggunakan rumus berikut :


2 x KTG
BNT 5 Faktor P=T Tabel x
rv
BNT 5 Faktor P=2.1314 x

2 x 4.24
4 x2

BNT 5 Faktor P=2.1315 x 1.06


BNT 5 Faktor P=2.1945
Cara menentukan notasi uji lanjut BNT 5% :
a.
b.
c.
d.

Langkah pertama mengambil rata-rata faktor yang berbeda nyata (Faktor P)


Mengurutkan nilai dari terbesar hingga terkecil atau terkecil hingga terbesar
Menghitung selisih pada masing masing perlakuan
Membaandingkan selisih pada masing masing perlakuan dengan nilai BNT 5%,

selanjutnya jika nilai selisih lebih kecil dari nilai BNT maka diberikan garis
e. Selanjutnya dibuat notasi.

P3
P1
P2

T tabel
2.13145
BNT 5% 2.194507
P3
P1
P2
41.13
42.73
44.19 Notasi
41.13
0.00
a
42.73
1.60
0.00
ab
44.19
3.06
1.46
0.00 b

Lampiran 5. Perhitungan Per Hektar


Diketahui : Luas petak = 1.5 m x 1.5 m
= 2.25 m2
Populasi per Petak 20 tanaman

74

Jumlah bedeng per Hektar =

Populasi per Hektar =

10.000
=4.444,45 bedeng
2.25

10.000
x 20 tanaman = 88.888,89 tanaman
2.25

Ditanya : Berapa produksi kacang tanah per Hektar ? (contoh perlakuan R1P1
dengan berat polong per tanaman 26.8 gram)
Jawab : Produksi per Hektar = Populasi per Hektar x Berat Polong per tanaman
= 88.888,89 tanaman x 26.8 gram
= 2.382.222,222 gram
= 2.382 kg
= 2.3 ton

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan

75

1. Persiapan lahan

3. Penanaman dan pelakuan pupuk

2. Penimbangan pupuk SP-36

4. Tanaman umur 7 HST

76

5. Pengeleban

6. Penyemprotan insektisida

7. Tanaman umur 30 HST

8. Pengamatan tinggi tanaman

9. Tanaman berbunga

10. Persiapan perlakuan PGPR

11. Penyiraman PGPR

12. Tanaman umur 45 HST

77

13. Pemanenan

14. Pencucian

15. Penimbangan berat basah

16. Pengovenan

17. Penjemuran

18. Penimbangan berat kering

19. Pengupasan polong

20. Penimbangan berat biji

78

21. Penimbangan 100 butir

First count

22. Penanaman uji mutu

Final count

79

Lampiran 7. Hasil Analisis Tanah

80

Lampiran 8. Hasil Analisis PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)

81

Anda mungkin juga menyukai