SKRIPSI
Oleh :
Indah Putri Lestari
NIM A4111937
Anggota,
Mengesahkan,
Direktur Politeknik Negeri Jember.
Menyetujui,
Ketua Jurusan Produksi Pertanian.
Ir. Suwardi, MP
NIP 19620606 199003 1 003
PERSEMBAHAN
Sebelumnya terima kasih kepada Allah SWT yang telah mendampingi saya
sebagai dzat yang telah memberikan kesabaran sehingga dapat menyelesaikan Karya
Tulis ini.
MOTTO
Selalu lakukan segala hal menjadi yang terbaik, Tuhan pasti memperhitungkan apa
yang telah kita usahakan (Indah Putri Lestari)
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
NIM
: A4111937
berjudul
Efektivitas
Pemberian
PGPR
(Plant
Growth
Promoting
Rhizobacteria) dan Aplikasi Pupuk P Terhadap Produksi dan Mutu Benih Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan hasil karya saya sendiri dengan arahan
komisi pembimbing, dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan
tinggi manapun.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Jember, 06 Februari 2015
PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN
AKADEMIS
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulisan Laporan Skripsi yang berjudul Efektivitas
Pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan Aplikasi Pupuk P
6
Terhadap Produksi dan Mutu Benih Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dapat
diselesaikan dengan baik.
Laporan Skripsi adalah laporan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai bulan
Agustus sampai November 2014 bertempat di Lahan Politeknik Negeri Jember,
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST) di
Program Studi Teknik Produksi Benih Jurusan Produksi Pertanian.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan dukungan
pembiayaan melalui Progran Beasiswa Unggulan hingga penyelesaian Tugas Akhir
berdasarkan DIPA Sekertariat Jendral Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun Anggaran 2011 sampai dengan tahun 2015
2. Ir. Nanang Dwi Wahyono, MM., selaku Direktur Politeknik Negeri Jember
3. Ir. Suwardi, MP., selaku Ketua Jurusan Produksi Pertanian
4. Dr. Ir. Rahmat Ali Syaban, M.Si., selaku Ketua Program Studi Teknik Produksi
Benih sekaligus Dosen Pembimbing Utama (DPU)
5. Ir. Hari Prasetyo, MP., selaku Dosen Pembimbing Anggota (DPA)
6. Orang tua serta semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian
dan penulisan laporan ini.
Laporan Skripsi ini masih kurang sempurna, mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga tulisan
ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
RINGKASAN
Efektivitas Pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan
Aplikasi Pupuk P terhadap Produksi Dan Mutu Benih Kacang Tanah (Arachis
Hypogaea L.), Indah Putri Lestari, NIM A4111937, Tahun 2011, 81 hlm, Program
Studi Teknik Produksi Benih, Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember,
Dr. Ir. Rahmat Ali Syaban, M.Si (Dosen Pembimbing Utama), Ir. Hari Prasetyo, MP
(Dosen Pembimbing Anggota).
8
Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Dilihat dari perdagangan kacang tanah, semakin
meningkatnya permintaan dan rendahnya produksi sehingga pemerintah mengimpor
kacang tanah (Arachis hypogaea L.) (Pitojo, 2005 dalam Wijaya, 2011). Unsur
strategis tersebut merupakan kesempatan yang sangat luas bagi Indonesia untuk
meningkatkan produksi kacang tanah dalam negeri sekaligus sebagai upaya untuk
memperkecil pembelanjaan devisa. Untuk meningkatkan hasil produksi kacang tanah
di Indonesia, maka perlu suatu metode dalam budidaya. Melihat dari faktor pendukung
budidaya salah satunya yaitu pemupukan. Salah satu unsur hara yang ada didalam
tanah yaitu fosfor (P). Fosfor dalam produksi kacang tanah sangat diperlukan karena
fosfor merupakan penyusun utama inti sel yang berperan dalam pembelahan sel.
Sehingga dapat mempercepat pertumbuhan jaringan meristem, pertumbuhan akar,
tanaman muda, mempercepat pembungaan, pemasakan buah dan biji. Untuk
mendukung melarutkan hara P yang terikat dalam tanah maka dibutuhkan PGPR
(Plant Growth Promoting Rhizobacteria) yang merupakan spesies bakteri rizosfer
salah satunya adalah Bacillus, Rhizobium dan Pseudomonas yang terdapat pada
perakaran yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian PGPR (Plant
Growth Promoting Rhizobacteria) dan aplikasi pupuk P terhadap kualitas dan
kuantitas benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Penelitian telah dilakukan di
lahan terbuka milik Politeknik Negeri Jember pada bulan Agustus sampai November
2014. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan
2 perlakuan. Faktor pertama adalah Konsentrasi PGPR dengan 2 taraf yaitu R1 (12.5
ml/L) dan R2 (15 ml/L). Faktor kedua adalah dosis pupuk fosfat dengan 3 taraf yaitu
P1 (100 Kg/Ha), P2 (125 Kg/Ha), dan P3 (150 Kg/Ha). Parameter yang diamati adalah
tingi tanaman, berat basah polong, berat kering polong, jumlah polong per tanaman,
jumlah polong berisi per tanaman, hasil produksi polong per hektar, hasil produksi biji
kering, berat 100 butir benih, daya kecambah benih, keserempakan tumbuh benih, dan
kecepatan tumbuh benih.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan R2 atau pemberian PGPR
dengan konsentrasi sebanyak 15 ml/L berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah
polong. Selain itu perlakuan R2 atau pemberian PGPR dengan konsentrasi sebanyak
9
10
15 ml/L berpengaruh berbeda nyata pada berat kering polong per tanaman, dan hasil
produksi polong per hektar. Sedangkan perlakuan P2 atau pemberian pupuk fosfat
dengan dosis 125 Kg/Ha berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 60
HST. Tidak ada interaksi antara faktor pemberian PGPR dan aplikasi pupuk P terhadap
tinggi tanaman umur 30 HST dan 45 HST, jumlah polong per tanaman, jumlah polong
berisi per tanaman, hasil produksi biji kering, berat 100 butir benih, daya kecambah
benih, keserempakan benih, dan kecepatan tumbuh benih.
DAFTAR ISI
MOTTO.........................................................................................................................iv
PRAKATA....................................................................................................................vii
10
11
RINGKASAN................................................................................................................ix
BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
Tujuan............................................................................................. 3
1.3
Manfaat.......................................................................................... 3
2.3
L.)
2.4
Unsur Fosfor.................................................................................. 8
Tabel 2.1 Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah dan jumlah cabang per tanaman umur
15, 30, 45 HST, jumlah polong bernas dan hampa per tanaman, jumlah polong total
per tanaman, berat polong bernas per tanaman, berat 100 biji kering, berat biji kering
per plot netto, dan berat biji per ha akibat perlakuan dosis pupuk SP-36.....................10
2.5 (PGPR) Plant Growth Promoting Rhizobacteria..................................10
Uji Mutu Benih......................................................................................... 19
BAB 3. METODOLOGI.............................................................................................23
3.4
Prosedur Penelitian...................................................................24
3.5
Parameter Pengamatan............................................................26
Tabel 4.2 Sidik Ragam Efektifitas Pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P Terhadap
Tinggi Tanaman Berdasarkan Umur Tanaman (cm).....................................................31
Tabel 4.4 Sidik Ragam Efekivitas Pemberian PGPR Dan Aplikasi Pupuk P Terhadap
Berat Basah Polong (gram)...........................................................................................33
Tabel 4.5 Hasil Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) 1% Efekivitas Pemberian
PGPR Dan Aplikasi Pupuk P Terhadap Berat Basah Polong (gram)............................34
4.3 Berat Kering Polong...........................................................................35
11
12
Tabel 4.6 Sidik Ragam efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P Terhadap
Berat Kering Polong (gram)..........................................................................................35
4.4 Jumlah Polong per Tanaman..............................................................36
4.6 Hasil Produksi Polong per Hektar......................................................40
Tabel 4.11 Hasil Uji Lanjut BNT Taraf 5% Efektivitas Pemberian PGPR dan Pupuk P
Terhadap Jumlah Polong per Hektar (ton)....................................................................40
Tabel 4.13 Sidik Ragam Efektivitas Pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P Terhadap
Bobot 100 butir benih (gram)........................................................................................43
4.9 Daya Kecambah Benih......................................................................45
4.10 Keserempakan Tumbuh Benih.........................................................47
4.11 Kecepatan Tumbuh Benih................................................................49
First count......................................................................................................................79
Final count.....................................................................................................................79
Lampiran 7. Hasil Analisis Tanah.................................................................................80
DAFTAR TABEL
12
13
Halaman
1.1 Data Produksi Kacang Tanah di Indonesia ...........................................
2.1
4.1
Hasil Analisis Sidik ragam pada fase Pertumbuan, Hasil dan Uji Mutu
Benih ..................................................................................................
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
14
4.11 Hasil Uji Lanjut BNT Taraf 5% Efektivitas pemberian PGPR dan
Aplikasi Pupuk P Terhadap Jumlah Polong per Hektar......................
4.12 Sidik Ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Berat Biji Kering Per Tanaman ..........................................
4.13 Sidik Ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Bobot 100 Butir Benih .......................................................
4.14 Sidik Ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Daya Kecambah Benih......................................................
4.15 Nilai Persentase Perlakuan ..................................................................
4.16 Sidik Ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Keserempakam Tumbuh Benih ..........................................
4.17 Sidik Ragam Efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Kecepatan Tumbuh Benih ..................................................
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Spektrum Mekanisme Peningkatan pertumbuhan Tanaman Oleh
Rhizobakter Pemacu Tumbuh Tanaman .........................................
14
15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
55
56
57
66
75
76
79
15
16
16
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman salah satu sumber
protein dalam pola pangan penduduk Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke
tahun terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi
masyarakat, diversifikasi pangan, serta meningkatnya kapasitas industri makanan di
Indonesia.
Kebutuhan akan kacang tanah (Arachis hypogaea L.) sebagai salah satu produk
pertanian tanaman pangan, diduga masih perlu ditingkatkan sejalan dengan kenaikan
jumlah penduduk. Kemungkinan terjadinya peningkatan permintaan dicerminkan dari
adanya kecendrungan meningkatnya kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
langsung dan kebutuhan pasokan bahan baku industri hilirnya, antara lain untuk
industri kacang kering, industri produk olahan lain yang siap dikonsumsi baik dalam
bentuk asal olahan kacang, maupun dalam campuran makanan. Permasalahan utama
yang dihadapi oleh pemerintah saat ini adalah untuk mengupayakan peningkatan
produksi pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang terus
meningkat dan mengurangi impor hasil pertanian.
Upaya peningkatan produksi kacang tanah melalui peningkatan produktivitas
selama beberapa tahun terakhir hasilnya belum menggembirakan. Berikut data dari
BPS (Badan Pusat Statistik) produksi kacang tanah di Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 1.1.
Tahun
Produktivitas (Kw/Ha)
Produksi (Ton)
2011
2012
2013
2014
539.459
559.538
518.982
506.302
12.81
12.74
13.52
12.94
691.289
712.857
701.585
655.172
Produktivitas kacang tanah dari tahun 2013 2014 mengalami penurunan, pada
tahun 2013 produktivitas kacang tanah mencapai 13.52 Kw/Ha, dan pada tahun 2014
produktivitas kacang tanah mengalami penurunan dengan hasil produktivitas
sebesar 12.94 Kw/Ha atau menurun sebesar 0.58 Kw/Ha (Badan Pusat Statistik, 2014).
Untuk meningkatkan hasil produksi kacang tanah di Indonesia, maka perlu suatu
metode dalam budidaya. Melihat dari faktor pendukung budidaya salah satunya yaitu
pemupukan. Tujuan dari pemupukan adalah mencukupi unsur hara yang ada di dalam
tanah. Salah satu unsur hara yang ada di dalam tanah yaitu fosfor (P). Fosfor dalam
produksi kacang tanah sangat diperlukan karena merupakan penyusun utama inti sel
yang berperan dalam pembelahan sel, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan
jaringan meristem, pertumbuhan akar, tanaman muda, mempercepat pembungaan,
pemasakan buah dan biji. Karena sifat fosfor yang tidak mudah terbawa air, unsur
fosfor hanya sebagian yang terserap tanaman, sedangkan sisa dari fosfor yang tidak
diserap tanaman terikat dalam tanah. Jika tanaman kekurangan unsur P maka
pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun akan terhambat, pembentukan buah
dan biji berkurang sehingga produksi akan rendah (Hayati, dkk. 2009).
Untuk mendukung melarutkan hara P yang terikat dalam tanah maka dibutuhkan
PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) atau zat pemacu pertumbuhan
tanaman yang merupakan spesies bakteri rizosfer (Kelompok PGPR ini adalah
Bacillus, Rhizobium dan Pseudomonas yang terdapat pada perakaran) yang mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman (Chusnia, dkk.2012). Sehingga dilihat dari
pentingnya unsur fosfor ini maka dalam penelitian ini dilakukan pemberian PGPR
(Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan aplikasi pupuk P sebagai pembanding
apakah nantinya dapat berpengaruh nyata dan menunjukan peningkatan hasil produksi
benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.
pengaruh
pemberian
PGPR
(Plant
Growth
Promoting
PGPR
(Plant
Growth
Promoting
Rhizobacteria) dan aplikasi Pupuk P terhadap produksi dan mutu benih kacang
tanah (Arachis hypogaea L.).
1.3 Manfaat
Berdasarkan tujuan yang telah dijelaskan diatas maka manfaat dari
pelaksanaan penelitian ini diharapkan akan digunakan untuk :
a. Landasan teori untuk dilaksanakan penelitian selanjutnya.
b. Menjadi acuan bagi petani dalam budidaya benih kacang tanah (Arachis
hypogaea L.)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3
Divisi
Sub Divisi
Klas
Ordo
: Leguminales
Famili
: Papilionaceae
Genus
: Arachis
Spesies
: Arachis hypogaea L.
:
:
:
:
Asal
Hasil rata-rata
Potensi hasil
Tipe pertumbuhan
:
:
:
17 Maret 2004
170/Kpts/LB. 240/3/2004
MLG 7925
K/SHM2-88-B-7
Silang tunggal varietas Kelinci (K)
dengan mutan varietas Gajah (SHM2)
2,0 t/ha polong kering
3,6 t/ha polong kering
Tegak
Percabangan
Warna batang
Warna daun
Warna bunga
Warna matahari
Warna ginofor
Warna kulit biji
Bentuk biji
Bentuk polong
Jaring kulit polong
Tinggi tanaman
Jumlah polong/tanaman
Jumlah biji/polong
Umur berbunga
Umur panen
Bobot 100 biji
Bobot 100 polong
Kadar protein
Kadar lemak
Ketahanan terhadap
penyakit
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Toleransi abiotic
Pemulia
Ekofisiologis
Fitopatologis
:
:
Tegak
Keunguan
Hijau
Pusat bendera: kuning muda
Ungu kemerahan
Ungu
Rose (merah muda)
Lonjong (oval)
Agak berpinggang
Jelas (nyata)
29,472,4 cm
947 buah
2/1/3
2832 hari
9095 hari
3538 g
9799 g
24,0%
44,8%
Agak tahan karat, bercak daun
dan A. flavus
Toleran naungan intensitas 25%,
toleran kahat Fe
dan adaptif di Alfisol alkalis
Astanto Kasno, Joko Purnomo,
Novita Nugrahaeni, Trustinah,
Mujiono, dan Paidi
Abdullah Taufik
Nasir Saleh, Sumartini
Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus, ada yang
tumbuh menjalar dan ada yang tegak. Tinggi batang rata-rata sekitar 50 cm,
namun ada yang mencapai 80 cm. Tanaman yang bertipe menjalar tumbuh ke
segala arah dan dapat mencapai garis tengah 150 cm. Bagian bawah batang
merupakan tempat menempelnya perakaran tanaman. Batang di atas permukaan
tanah berfungsi sebagai tempat pijakan cabang primer, yang masing-masing dapat
membentuk cabang sekunder. Tanaman tipe tegak membentuk percabangan antara
3-6 cabang primer, sedangkan tipe menjalar dapat membentuk 10 cabang primer.
Pada cabang primer terbentuk cabang sekunder dan kemudian tumbuh cabang
tersier. Batang dan cabang kacang tanah berbentuk bulat, bagian atas batang ada
yang berbentuk agak persegi, sedikit berbulu dan berwarna hijau.
c. Akar
Kacang tanah berakar tunggang yang tumbuh lurus ke dalam tanah hingga
ke dalaman 40 cm. Pada akar tunggang tersebut tumbuh akar cabang dan diikuti
oleh akar serabut. Akar kacang berfungsi sebagai penopang berdirinya tanaman
serta alat penyerap air dan zat-zat hara serta mineral dari dalam tanah. Cabang dan
akar rambut berperan untuk memperluas permukaan akar guna meningkatkan
daya serap akar tanaman tersebut. Pada pangkal dan cabang akar tunggang kacang
tanah biasanya terdapat bintil-bintil bakteri Rhizobium yang berperan dalam
penyerapan nitrogen dari udara bebas. Pada varietas bertipe menjalar, terdapat
akar adventif yang tumbuh pada tanaman buku cabang dan menjalar menyentuh
tanah. Dengan adanya akar adventif ini, daerah penyerapan unsur hara akan lebih
luas karena akar adventif ini juga berfungsi sebagai alat pengisap atau penyerap
air dan hara dari dalam tanah.
d. Bunga
Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah
tanaman yang berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga umur sekitar
80 hari setelah tanam. Bunga berbentuk kupu-kupu (Papilionaceus), berukuran
kecil, dan terdiri atas lima daun tajuk. Dua diantara daun tajuk tersebut bersatu
seperti perahu. Di sebelah atas terdapat sehelai daun tajuk yang paling lebar yang
dinamakan bendera (Vexillum), sementara di kanan dan kiri terdapat dua tajuk
daun yang disebut sayap (ala). Setiap bunga bertangkai berwarna putih. Tangkai
bunga sebenarnya adalah tabung kelopak. Mahkota bunga (Corolla) berwarna
kuning atau kuning kemerah-merahan. Bendera dari makhota bunga bergaris-garis
merah pada pangkalnya. Bunga kacang tanah pada umumnya melakukan
penyerbukan sendiri. Penyerbukan terjadi menjelang pagi, sewaktu bunga masih
kuncup atau kleistogami (Fachrudin, 2000). Umur bunga tidak lama setelah terjadi
penyerbukan, daun mahkota mekar penuh dan pada hari berikutnya akan layu dan
gugur.
e. Buah
Buah kacang tanah berada di dalam tanah. Setelah terjadi pembuahan, bakal
buah (ginofora) tumbuh memanjang dan nantinya akan menjadi tangkai polong.
Mula-mula, ujung ginofora yang runcing mengarah ke atas, kemudian tumbuh
mengarah ke bawah dan selanjutnya masuk ke dalam tanah sedalam 1-5 cm. Pada
waktu menembus tanah, pertumbuhan memanjang ginofora akan terhenti setelah
terbentuk polong (Fachrudin, 2000). Ginofora yang terbentuk di cabang bagian
atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal membentuk polong. Setiap
polong kacang tanah berisi 1-4 biji, namun kebanyakan 2-3 biji. Setiap pohon
memiliki jumlah dan isi polong beragam, tergantung pada varietas dan tanaman
yang dibudidayakan.
f. Biji
Biji kacang tanah terdapat di dalam polong. Kulit luar (testa) bertekstur
keras, berfungsi untuk melindungi biji yang berada di dalamnya. Biji terdiri atas
lembaga dan keping biji, diliputi oleh kulit ari tipis (tegmen). Biji berbentuk bulat
agak lonjong atau bulat dengan ujung agak datar karena berhimpitan dengan butir
biji yang lain selagi di dalam polong. Warna kulit biji memiliki berbagai macam
warna yakni merah jambu, merah, cokelat, merah tua, dan ungu.
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300
mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak
terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan
kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah. Suhu udara bagi tanaman kacang
tanah tidak terlalu sulit, karena suhu udara minimal bagi tumbuhnya kacang tanah
sekitar 2832C. Bila suhunya di bawah 10C menyebabkan pertumbuhan
tanaman sedikit terhambat, bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga
yang kurang sempurna. Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar
antara 65-75%. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban
terlalu tinggi di sekitar pertanaman. Penyinaran sinar matahari secara penuh amat
dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan
perkembangan besarnya kacang.
b. Media tanam
Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah yang
gembur/bertekstur ringan dan subur. Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk
budidaya kacang tanah adalah pH antara 6,0-7,0. Kekurangan air akan
menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang diperlukan
tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang ada disekitar lokasi
penanaman. Tanah yang memiliki drainase yang baik atau lahan yang tidak terlalu
becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah.
c. Ketinggian tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah adalah
pada ketinggian antara 500 mdpl. Jenis kacang tanah tertentu dapat ditanam pada
ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.
2.4 Unsur Fosfor
a. Sifat dan Fungsi Fosfor
Selain penggunaan varietas yang bermutu yang dapat meningkatkan
produktivitas, faktor lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan
dan produksi kacang tanah adalah pemupukan. Pemupukan memegang peranan
penting dalam meningkatkan produksi kacang tanah karena pupuk mengandung
hara dalam jumlah tertentu. Pemupukan berfungsi untuk menyuburkan tanah dan
meningkatkan hasil tanaman. Pemberian pupuk harus disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman (Anonymous, 1990 dalam Hayati, dkk 2009).
Salah satu unsur hara yang penting yaitu fosfor. Fosfor (P) merupakan unsur
hara yang diperlukan dalam jumlah besar (hara makro). Unsur ini merupakan
komponen tiap sel hidup dan cenderung terkonsentrasi dalam biji dan titik tumbuh
tanaman. Menurut Marsono dan Sigit (2005) dalam Hayati dkk (2009) Pemberian
pupuk pada dasarnya bertujuan untuk menambah sejumlah unsur hara terutama
unsur hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh. Menurut Rinsema
(1993) dalam Hayati dkk (2009) menambahkan bahwa peranan unsur hara adalah
membantu merangsang perkembangan seluruh bagian tanaman sehingga tanaman
akan lebih cepat tumbuh, penyerapan unsur hara relatif banyak. Menurut Sutedjo
dan Sapoetra (2005) dalam Hayati dkk (2009) adapun fungsi pupuk SP-36 bagi
tanaman yaitu :
1.
2.
3.
b.
Berikut hasil dari penelitian Hayati dkk (2009) dapat dilihat hasil pemberian
pupuk SP-36 yang terbaik.
Tabel 2.1 Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah dan jumlah cabang per tanaman
umur 15, 30, 45 HST, jumlah polong bernas dan hampa per tanaman, jumlah
polong total per tanaman, berat polong bernas per tanaman, berat 100 biji kering,
berat biji kering per plot netto, dan berat biji per ha akibat perlakuan dosis pupuk
SP-36.
Peubah
Tinggi tanaman
Jumlah cabang per tanaman
Jumlah polong bernas
Jumlah polong hampa
Jumlah polong total
Berat polong bernas
Berat 100 biji kering
Berat biji kering per plot
netto
Berat biji kering per ha
Sumber: Hayati, dkk (2009)
15
30
45
15
30
45
98
98
98
98
104
100
7,18 a
22,39
40,71
5,11
8,80
12,18
32,27
7,67
39,76
53,97
66,07
Pupuk SP-36
150
7,51 b
22,36
41,27
5,44
8,89
12,11
38,20
7,47
45,67
61,49
64,41
200
7,78 c
23,78
41,44
5,42
8,60
12,18
35,04
7,09
42,13
56,19
66,75
104
372,37
425,51
417,70
104
1,38
1,58
1,59
Umur (HST)
Dari penelitian tersebut pemberian dosis SP-36 terbaik adalah 150 kg/ha.
Hal ini disebabkan dosis tersebut lebih efisien dan ekonomis daripada dosis SP-36
200 kg/ha. Sesuai rekomendasi secara umum oleh PT.Petrokimia Gresik
pemberian dosis SP-36 untuk komoditi Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) yaitu
100 kg/ha.
11
b.
c.
menyebut fungsi
langsung dan tidak langsung ini bagaikan dua muka dari satu mata uang logam
yang sama. Tanaman yang perakarannya berkembang dengan baik akan efisien
menyerap unsur hara sehingga tanaman tidak mudah terserang patogen (penyakit),
dan sebaliknya tanaman yang terserang patogen tidak akan tumbuh dengan baik
walaupun unsur hara yang tersedia cukup. Secara skematis hubungan ketiga
fungsi PGPR tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman disajikan pada
Gambar 2.1.
12
3++ H 2 PO 4 + 2 H 2 O
++ Al(OH )2 H 2 PO 4 Al
2 H
13
14
etilen
yang
dalam
jumlah
besar
menghambat
pemanjangan
15
Gambar 2.2 Mekanisme penurunan konsentrasi etilen (Sumber : Shah dkk, 1997
dalam husen dkk, 2002)
Beberapa PGPR seperti Pseudomonas mampu menghasilkan enzim ACC
deaminase yang berfungsi menghidrolisis ACC untuk mengurangi efek negatif
hormon etilen (Glick, 1995; Shah dkk, 1997 dalam Husen dkk, 2002). Hormon
AIA yang diproduksi oleh mikroba di lingkungan rizosfir sebagian masuk ke
dalam jaringan akar (proses kesetimbangan). Selain memacu perkembangan sel
dan akar baru, hormon AIA di dalam jaringan akar juga merangsang pembentukan
enzim ACC sintase yang berperan dalam sintesis ACC. Dalam proses
kesetimbangan, sejumlah ACC yang terbentuk akan keluar dari akar yang
selanjutnya dirombak oleh PGPR penghasil enzim ACC deaminase di lingkungan
rizosfir menjadi amonia dan -ketobutirat. Hidrolisis ACC (salah satu sumber N
bagi PGPR) secara terus-menerus akan mengurangi jumlah ACC dan etilen di
dalam
akar,
sehingga
mengurangi
pengaruh
negatif
etilen
bagi
16
Saat ini penelitian PGPR penghasil enzim ACC deaminase menjadi populer di
kalangan peneliti karena selain terbukti mampu mengurangi pengaruh negatif
etilen bagi pertumbuhan tanaman (Husen dkk, 2002).
c. Interaksi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dengan Fosfat
Alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan P dan untuk mengatasi
rendahnya P tersedia atau kejenuhan P dalam tanah adalah dengan memanfaatkan
kelompok mikroorganisme pelarut P sebagai pupuk hayati. Mikroorganisme
pelarut P adalah mikroorganisme yang dapat melarutkan P sukar larut menjadi
larut, baik yang berasal dari dalam tanah maupun dari pupuk, sehingga dapat
diserap oleh tanaman (Saraswati, dkk. 2008). Bacillus dan Pseudomonas
merupakan golongan bakteri yang penting dalam pelarutan fosfat.
Spesies dari Pseudomonas, dan Bacillus mampu menggunakan Ca3(PO4)2
(apatit) atau material fosfat tidak terlarut lainnya sebagai sumber fosfat. Asam
organik mampu mengubah Ca3(PO4)2 (apatit) menjadi menjadi fosfat bervalensi
satu (H2PO4-) dan bervalensi dua (HPO4-2) (Lynch & Poole, 1979). Fosfor juga
mengalami mineralisasi dan immobilisasi. Proses tersebut dipengaruhi oleh
persentase fosfor dari sisa tanaman yang terurai dan nutrien yang dibutuhkan oleh
populasi mikroba. Bila terjadi kelebihan fosfor dibanding kebutuhan nutrisi
mikroba akan terjadi akumulasi fosfat anorganik. Sebaliknya jika terjadi
kekurangan fosfat dalam lingkungan akan terjadi immobilisasi fosfat anorganik.
Pertumbuhan mikroba membutuhkan fosfor yang penting untuk pembentukan sel.
Pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh ketersediaan senyawa fosfor siap pakai
dalam habitatnya (Chapelle, 2001 dalam Raharjo dkk, 2007).
Pertumbuhan mikroba pelarut fosfat dicirikan dengan adanya zona bening di
sekitar koloni mikroba yang tumbuh, sedangkan mikroba yang lain tidak
menunjukkan ciri tersebut. Penggunaan mikroba pelarut fosfat sudah mulai
dikembangkan. Mikroba pelarut fosfat dapat meningkatkan efektivitas pelarutan
fosfat anorganik dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Interaksi antara Rhizobium leguminosarum dengan jamur pelarut fosfat mampu
meningkatkan efektivitas pelarutan fosfat anorganik (Mehana dan Wahid, 2002
dalam Raharjo dkk, 2007).
17
18
19
Jumlah kecambahkuat
x 100
Jumlah benih yang diuji
20
Kecepatan tumbuh= d
0
21
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian efektivitas pemberian PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria) dan aplikasi pupuk P (Pospor) terhadap produksi dan mutu
benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.) telah dilaksanakan dari bulan
22
Cangkul
Tugal
Knapsack Sprayer
Timba
5.
6.
7.
8.
Roll meter
Timbangan Ohaus
Oven
Gelas ukur
b. Bahan
a.
b.
c.
d.
e.
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
23
a.
24
26
27
kecambah yang tumbuh setiap hari. Semakin tinggi nilai KCT semakin tinggi pula
vigor lot benih. Kecepatan tumbuh dihitung dengan rumus :
t
Kecepatan tumbuh= d
0
= Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
()ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor 1 dan taraf ke-j dari faktor 2
ij
= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan taraf ke-i dari faktor 1 dan taraf
ke-j dari faktor 2 pada ulangan ke-k
Apabila terdapat data yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut
2 x KTG
r xc
28
Faktor R
ns
ns
ns
Notasi
Faktor P Interaksi R*P
ns
ns
ns
ns
*
ns
29
**
*
ns
ns
*
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
ns
T Tabel
F 5%
F 1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36
30
Tabel 4.3 Hasil Uji Lanjut BNT Taraf 5% Efekivitas Pemberian PGPR Dan
Aplikasi Pupuk P Terhadap Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
P2 (Pupuk 125 kg/Ha)
P1 (Pupuk 100 kg/Ha)
P3 (Pupuk (150 kg/Ha)
BNT 5%
2.19
Notasi
b
ab
a
Pada Tabel 4.3 perlakuan pemberian pupuk SP-36 sebanyak 125 kg/Ha (P2)
merupakan perlakuan terbaik pada pengamatan tinggi tanaman dengan rata-rata
44.19 cm. Hal ini sesuai dengan deskripsi benih kacang tanah varietas Bison
bahwa tinggi tanaman rata-rata 29.4 cm 72.4 cm. Diduga perlakuan pemberian
pupuk SP-36 sebanyak 125 kg/Ha (P2) dikarenakan dosis tersebut lebih efisien
dan ekonomis dari pada pemberian pupuk SP-36 sebanyak 150 kg/Ha (P1). Hasil
ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Hayati, dkk (2012) dengan
penelitian terbaik dijumpai pada pemberian pupuk SP-36 sebanyak 150 Kg/Ha
daripada 200 Kg/Ha, hal ini sesuai dengan pendapat Dartius (1990) dalam Hayati,
dkk (2012) bahwa ketersediaan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman yang
berada dalam keadaan cukup, maka hasil metabolismenya akan membentuk
protein, enzim, hormone, dan karbohidrat sehingga pembesaran, perpanjangan,
dan pembelahan sel akan berlangsung dengan cepat. Selain itu pada umur 45 HST
tinggi tanaman mulai terserang penyakit sehingga pada umur 60 HST beberapa
sampel mati dikarenakan penyakit layu fusarium. Dengan semakin baiknya
kesehatan tanaman, ketahanan tanaman terhadap tekanan juga akan semakin
meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soenandar, dkk (2010) baik tekanan
karena faktor lingkungan seperti organisme pengganggu tanaman (OPT) maupun
tekanan karena faktor nonbiologis seperti suhu dan kelembaban. Tidak adanya
interaksi antara pemberian PGPR dan aplikasi pupuk P terhadap tinggi tanaman
sesuai dengan penelitian Purnawanto dan Bambang N (Tanpa tahun) dengan
penelitian yang telah dilakukan dengan hasil pemberian pospor dan pupuk organik
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap variabel tinggi tanaman dan
bobot kering tajuk tanaman kacang tanah. Hal ini disadari bahwa kedua variabel
31
32.65
30.70
30.00
30.30
30.15
26.00
22.00
21.40
22.70
22.25
30.80
30.60
22.60
23.75
22.80
Umur 30 HST
Umur 45 HST
18.00
14.00
10.00
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
32
ragam efektivitas pemberian PGPR dan aplikasi pupuk P terhadap berat basah
polong.
Tabel 4.4 Sidik Ragam Efekivitas Pemberian PGPR Dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Berat Basah Polong (gram)
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %
4.72 **
3.20 ns
13.00 **
1.82 ns
3.48 ns
17.85
T Tabel
F 5%
2.90
3.29
4.54
3.68
3.68
F 1%
4.56
5.42
8.68
6.36
6.36
BNT 1%
13.69
Notasi
b
a
pembentukan bintil akar, dan berat basah tanaman dibandingkan dengan kontrol
yang tidak diberi inokulan. Hal ini dikuatkan dengan penelitian Setiawati (1998)
dalam Elfianti (2005) dengan hasil penelitian bakteri Psedomonas flourescens
yang digunakan dapat meningkatkan kelarutan P dari fosfat alam dari 16.4 ppm
menjadi 59.9 ppm dan meningkatkan kelarutan P dari AlPO 4 dari 28.5 ppm
menjadi 30.6 ppm. Penggunaan mikroba pelarut P memiliki keunggulan antara
lain hemat energi, tidak mencemari lingkungan, mampu membantu meningkatkan
kelarutan P yang terserap, dapat memacu pertumbuhan karena menghasilkan zat
pengatur tumbuh, serta menahan penetrasi patogen akar karena sifat mikroba yang
cepat mengkolonisasi akar dan menghasilkan senyawa antibiotik (Elfianti, 2005).
Aplikasi pupuk kimia secara terus-menerus dengan dosis yang meningkat
setiap tahunnya dapat menyebabkan tanah menjadi keras dan keseimbangan unsur
hara terganggu (Pranata, 2010 dalam Chusnia, 2012). Sifat biologis tanah
menurun sehingga aktivitas jasad renik dalam tanah terganggu. Dengan demikian,
proses penguraian bahan organik tanah terhambat dan tingkat kesuburan tanah
menurun (Cahyono, 2003 dalam Chusnia, 2012) akibatnya produksi pertanian
menurun, kondisi seperti ini dapat merugikan petani sehingga tanah juga
membutuhkan penambahan unsur hara yang alami seperti mikroba atau bakteri
agar keseimbangannya terjaga dengan baik. Hal ini diperkuat dengan penelitian
Albrecht (1998) dalam Saraswati (2008) yang menyatakan bahwa kelompok
prokariotik fotosintetik, seperti sianobakter mampu mempertahankan kesuburan
ekosistem pada kondisi alami lahan pertanian melaluikemampuannya mengikat
N2.
4.3 Berat Kering Polong
Berat kering polong dihitung setelah panen. Kacang tanah yang telah
dihitung berat basah kemudian dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 40 o C
selama 60 jam sampai kadar air kacang tanah mencapai 9-10%.
Hasil dari
penimbangan masing-masing sampel diambil rerata. Berikut pada Tabel 4.6 Sidik
ragam efektivitas pemberian PGPR dan aplikasi pupuk P terhadap berat kering
polong.
34
Tabel 4.6 Sidik Ragam efektivitas pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Berat Kering Polong (gram)
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %
1.88 ns
0.78 ns
5.16 *
0.02 ns
2.11 ns
16.45
T Tabel
F 5%
F 1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36
BNT 5%
3.75
Notasi
b
a
35
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %
1.25 ns
1.78 ns
1.90 ns
1.30 ns
0.88 ns
16.25
T Tabel
F 5%
F 1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36
36
maka dari itu polong dapat terbentuk dengan mudah dan optimal. Selain itu
kebutuhan air tercukupi dengan optimal, intensitas cahaya juga tercukupi karena
posisi lahan yang berada di tengah tanpa terhalangi tembok atau pohon, sehingga
perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh. Ginofor yang terbentuk setelah
mencapai tanah akan dengan mudah tumbuh dan berkembang membentuk polong,
karena tanah yang gembur akan memberikan keleluasaan bagi ginofor untuk
berkembang secara optimal (Bambang N dan Purnawanto, 2003). Untuk jumlah
polong per tanaman sesuai dengan deskripsi benih kacang tanah varietas Bison
yaitu 9-47 buah. Untuk mengetahui rata-rata jumlah polong per tanaman
ditunjukkan pada Gambar 4.2
36.00
35.05
32.75
34.00
36.89
34.43
28.31
30.00
26.00
22.00
18.00
14.00
10.00
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
37
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %
T Tabel
F 5%
2.90
3.29
4.54
3.68
3.68
F 1%
4.56
5.42
8.68
6.36
6.36
38
27.83
26.25
24.73
25.00
25.65
25.75
22.74
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Jumlah Polong Berisi per Tanaman (biji)
T Tabel
5%
1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36
39
BNT 5%
0.62
Notasi
b
a
40
T Tabel
F 5%
F 1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
41
Interaksi R x P
KK %
0.45 ns
24.27
3.68
6.36
15.40
14.91
13.00
13.13
13.50
13.99
R1P2
R1P3
R2P1
14.83
11.00
9.00
7.00
5.00
R1P1
R2P2
R2P3
42
Gambar 4.4 Grafik Rata-rata Hasil Produksi Biji Kering per Tanaman (gram)
4.8 Berat 100 Butir Benih
Penentuan berat untuk 100 butir benih dilakukan karena karakter ini
merupakan salah satu ciri dari suatu jenis benih yang tercantum dalam deskripsi
varietas. Parameter bobot 100 butir benih dihitung dengan cara biji dari tanaman
sampel diambil 100 biji kemudian ditimbang dan diulang sebanyak 3 kali,
kemudian hasil penimbangan diambil rata-rata. Berikut hasil sidik ragam
efektivitas pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacter) dan aplikasi
pupuk P terhadap 100 butir benih (Tabel 4.13).
Tabel 4.13 Sidik Ragam Efektivitas Pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Bobot 100 butir benih (gram)
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %
1.50 ns
0.54 ns
0.99 ns
3.12 ns
0.13 ns
11.05
T Tabel
F 5%
F 1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36
43
40.25
40.21
36.50
38.58
39.54
R2P2
R2P3
33.71
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
44
Tabel 4.14 Sidik Ragam Efektivitas Pemberian PGPR dan Aplikasi Pupuk P
Terhadap Daya Kecambah Benih (%)
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %
T Tabel
F 5%
2.90
3.29
4.54
3.68
3.68
F 1%
4.56
5.42
8.68
6.36
6.36
Dari hasil Tabel 4.14 faktor R, faktor P, maupuk interaksi antara kedua
perlakuan tersebut menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata. Besarnya
daya kecambah benih dipengaruhi oleh ukuran benih. Hal ini sependapat dengan
pernyataan Kuroiwa (1960) dalam Soetono (1975) dalam Sutopo (2010) yang
menyatakan bahwa dari benih yang lebih besar atau berat biasanya dihasilkan
daya kecambah yang lebih tinggi.
Ukuran benih yang dihasil dihasilkan ditentukan oleh ketersediaan unsur
hara P selama fase pembentukan biji. Lingga (2003) dalam Puspita (2013)
menyatakan bahwa pospor dapat mempercepat penuaan buah atau pemasakan biji
serta meningkatkan hasil biji-bijian. Sedangkan kandungan P yang tersedia
didalam tanah berdasarkan hasil analisa Laboratorium Tanah Politeknik Negeri
Jember (2014) menunjukkan bahwa unsur hara P tersedia dalam kategori yang
tinggi. Sehingga kebutuhan kacang tanah akan unsur P telah terpenuhi. Dengan
demikian perlakuan P yang diberikan pada dosis rendah maupun tinggi
memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata.
Sedangkan konsentrasi PGPR antara perlakuan R1 dan R2 memiliki selisih
yang rendah yakni 2.5 ml. Oleh karena itu pengaruh pada pembentukan biji juga
memperlihatkan hasil yang berbeda tidak nyata.
Berikut grafik untuk mengetahui rata-rata daya berkecambah benih (Gambar
4.6).
45
87.33
R1P1
86.00
R1P2
86.00
R1P3
82.00
75.00
72.00
R2P1
R2P2
R2P3
Kriteria Vigor
Tinggi
46
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
86
86
75
72
82
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Sedang
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R*P
KK %
0.25 ns
0.91 ns
0.09 ns
0.15 ns
0.43 ns
27.96
T Tabel
5%
1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36
47
ukuran yang relatif seragam sehingga hal ini menyebabkan kerempakan benih
yang dihasilkan juga tidak berbeda jauh. Menurut Sadjad dkk (1999)
keserempakan tumbuh sejumlah benih yang ditanam baik pada media pengujian
maupun dilahan produksi terkait pada kemampuan benih sebagai kelompok
individu dalam suatu lot memanfaatkan cadangan energi dalam masing-masing
benih untuk tumbuh menjadi kecambah kuat secara serempak.
Berikut hasil rata-rata keserempakan tumbuh benih.
45.33
47.00
R1P1
R1P2
49.83
43.67
42.00
40.17
40.33
R2P1
R2P2
32.00
22.00
12.00
2.00
-8.00
R1P3
R2P3
kurang dari 40% mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh yang kurang kuat dan
keserempakan tumbuh lebih besar dari 70% mengindikasikan vigor kekuatan
tumbuh yang tinggi. Keserempakan tumbuh yang dihasilkan telah memenuhi
kriteria minimal dari Sadjad dengan hasil antara 40.17 49.83%. Hal ini
menunjukkan bahwa keserempakan benih yang tumbuh kecambah normal kuat
pada hari ke 8 sebanyak 40.17 49.83% dari keseluruhan benih yang
dikecambahkan. Keserempakan tumbuh benih yang tinggi mengindikasikan vigor
kekuatan tumbuh absolut yang tinggi karena suatu kelompok benih yang
menunjukkan pertumbuhan serempak dan kuat akan memiliki kekuatan tumbuh
yang tinggi (Sadjad, 1993).
48
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R x P
KK %
0.43 ns
0.53 ns
1.18 ns
0.11 ns
0.39 ns
9,97
T Tabel
F 5%
F 1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36
Dari Tabel 4.17 menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata hal ini
dikarenakan unsur hara P yang tersedia didalam tanah sudah terpenuhi dengan
kriteria tinggi sehingga penambahan unsur Pospor dalam perlakuan menunjukan
pengaruh yang berbeda tidak nyata.
Peran PGPR salah satunya adalah mampu melarutkan unsur hara P
sehingga lebih mudah diserap oleh tanaman yang digunakan untuk pembentukan
organ generative salah satunya pembentukan biji. Sedangkan besarnya unsur hara
P yang tersedia didalam tanah relative tinggi. Dengan demikian unsur hara P yang
dilarutkan oleh PGPR dalam setiap perlakuan berada pada taraf yang sama. Oleh
karena itu pemberian PGPR memberikan pengaruh yang tidak nyata.
Menurut Sutopo (2010 ) apabila menurut penilaian atau perhitungan
pertama ternyata benih yang berkecambah normal adalah lebih dari 75% dari
keseluruhan benih yang disemaikan dalam pengujian, keadaan kecepatan
berkecambahnya benih tersebut adalah tinggi.
49
Menurut Suena (2005) maksimum vigor, ukuran, dan berat kering tercapai
pada waktu yang sama yaitu pada saat tercapainya masak fisiologis. Setelah
masak fisiologis tercapai, ukuran biji dan vigor ini menurun sesuai dengan
keadaan lingkungan.
Berikut hasil rata-rata kecepatan tumbuh benih (Gambar 4.8).
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perlakuan pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)
memberikan berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah polong, dan
berpengaruh nyata terhadap berat kering polong dan hasil produksi polong per
hektar. Konsentrasi yang terbaik yaitu R2 atau konsentrasi 15 ml/Liter.
2. Aplikasi pupuk P (SP-36) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Dosis
terbaik yaitu P2 atau sebanyak 125 kg/Hektar. Akan tetapi berpengaruh tidak
nyata terhadap mutu benih kacang tanah (Daya kecambah, Keserempakan
tumbuh benih, dan Kecepatan tumbuh benih)
3. Tidak ada interaksi antara pemberian PGPR dan aplikasi pupuk P terhadap
tinggi tanaman umur 30 HST dan 45 HST, jumlah polong per tanaman, jumlah
polong brisi per tanaman, hasil produksi biji kering, berat 100 butir benih, daya
kecambah benih, keserempakan benih, dan kecepatan tumbuh benih.
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk:
1. Memberikan konsentrasi dan dosis PGPR yang selisih lebih banyak agar hasil
yang didapatkan berpengaruh lebih nyata.
2. Pengendalian penyakit yang lebih insentif
3. Memberikan PGPR pada tanah yang memiliki unsur hara P yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
51
Badan Pusat Statistik. 2014. Tabel Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman
Kacang Tanah Provinsi Indonesia. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php. [13
Mei 2014].
Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi. 2012. http://balitkabi.litbang.deptan.
go.id/varietas-unggul/vu-kacang-tanah/106-bison.html. [15 Juni 2014]
Chusnia, W., Tini, S., dan Salamun. 2012. Kajian Aplikasi Pupuk Hayati Dalam
Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Vigna
radiate L.) Pada Polybag. Surabaya: Universitas Airlangga.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2001. Artikel Interaktif Teknologi Produksi
Kacang tanah. http://www.diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/
1264. [13 Mei 2014].
Elfianti, D. 2005. Peran Mikroba Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan
Tanaman. Sumatera: Universitas Sumatera Utara.
Fachrudin, L. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Yogyakarta: Kanisius.
Hayati, M., Ainun, M., dan Hidayatul, F. 2009. Pengaruh varietas dan dosis SP36 terhadap pertumbuhan dan hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.). Aceh: Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.
Husen, E., Rasti, S., dan Ratih, H. 2002. Rizobakteri Pemacu Tumbuh Tanaman
Dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. http://balittanah.litbang.
deptan.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/09rizobakteri%20pemacu.pdf.
[14
Mei 2014].
Iswati, R. 2012. Pengaruh Dosis Formula PGPR Asal Perakaran Bambu terhadap
Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum syn). Gorontalo:
Fakultas Pertanian Universitas Gorontalo.
Kartasapoetra, A, G. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Lesilolo, M.K., Riry, J., dan Matatula, E.A. 2012. Pengujian Viabilitas dan Vigor
Benih Beberapa Jenis Tanaman Yang Beredar di Pasaran Kota Ambon.
Ambon. Fakultas Pertanian Unpatti.
Mugiastuti, E., Loekas, S., dan Ruth, F.R. 2010. Pemanfaatan Pseudomonas
fluorescencens P60 Dalam Formula Cair Organik Untuk Mengendalikan
Penyakit Layu Bakteri. Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman.
Nugraha, U.S. Rasam, dan Sri, W. 2003. Evaluasi Validitas Metode Pengujian
Daya Berkecambah Benih Padi. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Padi
Sukamandi.
52
Purnawanto, A.,M dan Bambang, N. Tanpa tahun. Uji Efektivitas Fosfor dan
Pupuk Organik pada Budidaya Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).
Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Raharjo, B., Agung, s., dan Agustina, D.K. 2007. Pelarutan Fosfat Anorganik
oleh Kultur Campur Jamur Pelarut Fosfat Secara In Vitro. Universitas
Diponegoro
Rukmi. 2009. Pengaruh Pemupukan Kalium dan Fosfat Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Kedelai. Kudus: Universitas Muria Kudus.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta: Gramedia.
Saraswati, R,.dan Sumarno. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah
sebagai Komponen Teknologi Pertanian Dalam Iptek Tanaman Pangan.
Vol 3 No.1.Hlm 47.
Soenandar, M., Muanis, N., dan Ari, R. 2010. Petunjuk Praktis Membuat
Pestisida Organik. Jakarta: Argomedia Pustaka.
Suena, W. 2005. Teknologi Benih. http://www.fp.unud.ac.id/ind/wpcontent/uploads/mk_ps_agroekoteknologi/teknologi_benih/MODUL_I_TEK
NOLOGI_BENIH_2005.pdf. [09 Februari 2015].
Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Jakarta: Rajawali Pers.
Wijaya, A. 2011. Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Kapur Terhadap
Pertumbuhan dan Daya Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
53
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Uraian Kegiatan
Pengajuan Judul
Penyusunan
Proposal
Seminar Proposal
Persiapan Alat dan
Bahan
Pelaksanaan
Penelitian
Pengamatan
Pengolahan Data
Pembuatan Laporan
Ujian
Blok 2
Blok 3
Blok 4
R2P3
R2P3
R1P3
R2P1
R1P2
R1P1
R2P2
R2P2
R2P1
R2P1
R1P1
R1P2
R2P2
R1P2
R2P3
R1P1
R1P3
R2P2
R1P2
R1P3
R1P3
R2P1
R2P3
R1P1
Keterangan:
54
Jarak Tanam
: 30 cm x 20 cm
: 110 cm x 100 cm
: 20 Tanaman
: 40 cm
: 50 cm
L. Lahan Penelitian
: 6.9 m x 10 m
Ulangan
1
20.8
25.8
22.4
22.4
24
26.6
142
2
23.2
22.2
18.6
23.8
21.6
25.6
135
3
19.2
21.4
24.8
19.6
24.8
20.2
130
4
22.4
21.4
23.2
24.6
24.6
18.8
135
Jumlah
Rerata
85.6
90.8
89
90.4
95
91.2
542
21.40
22.70
22.25
22.60
23.75
22.80
22.58
Tabel Anova
SK
DB
JK
KT
F Hit
Notasi
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %
5
3
1
2
2
15
23
11.28
11.73
12.17
5.23
6.04
0.46
97.29
121.19
2.35
4.06
5.23
3.02
0.23
6.49
0.36
0.63
0.81
0.47
0.04
ns
ns
ns
ns
ns
T Tabel
5%
1%
2.9
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36
1
29.6
31.6
Ulangan
2
3
33.8
27.6
31
29
4
31.8
29.6
Jumlah
Rerata
122.8
121.2
30.70
30.30
55
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah
29.6
30.4
32.6
32.8
186.6
28
32.2
30.4
31.6
187
34.4
27.4
34.2
30
182.6
28.6
32.4
33.4
28.8
184.6
120.6
122.4
130.6
123.2
740.8
30.15
30.60
32.65
30.80
30.87
Tabel Anova
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %
DB
5
3
1
2
2
15
23
JK
KT
16.47
2.05
5.61
4.56
6.30
82.73
101.25
3.29
0.68
5.61
2.28
3.15
5.52
F Hit
0.60
0.12
1.02
0.41
0.57
Notasi
ns
ns
ns
ns
ns
T tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
3.68 6.36
7.61
1
40.4
42.2
40.4
43.2
46
41.33
253.53
Ulangan
2
3
43.8
41.6
45.25
45.8
36.5
39.4
44.2
39.4
41.2
41.25
40.4
44.8
251.35 252.25
4
45
46.6
42.8
44.2
45.2
43.4
267.2
Jumlah
Rerata
170.80
179.85
159.10
171.00
173.65
169.93
1024.33
42.70
44.96
39.78
42.75
43.41
42.48
42.68
Tabel Anova
SK
Perlakuan
DB
5
JK
KT
56.92
11.38
F Hit
2.68
Notasi
ns
T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
56
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %
3
1
2
2
15
23
27.86
0.97
37.44
18.51
63.60
148.38
9.29
0.97
18.72
9.25
4.24
ns
ns
*
ns
2.19
0.23
4.41
2.18
3.29
4.54
3.68
3.68
5.42
8.68
6.36
6.36
4.82
BNT 5%
2.19
Notasi
b
ab
a
1
78
67
54
81
92
81.67
453.67
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah
Ulangan
2
3
81
60
45
62.4
37.5
28
68
66
60
62.5
86
82
377.5 360.9
4
44
62
46
76
58.8
52
338.8
Jumlah
Rerata
263.00
236.40
165.50
291.00
273.30
301.67
1530.87
65.75
59.10
41.38
72.75
68.33
75.42
63.79
Tabel Anova
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi
R*P
Galat
Total
DB
JK
KT
F Hit
5
3
1
2
3057.19
1244.29
1684.49
471.32
611.44
414.76
1684.49
235.66
4.72
3.20
13.00
1.82
2
15
23
901.38
1943.63
6245.11
450.69
129.58
3.48
Notasi
**
ns
**
ns
ns
T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
3.68
6.36
57
KK %
17.85
BNT 5%
9.9
Notasi
b
a
Ulangan
1
26.80
21.40
22.90
25.20
30.40
15.60
142.30
2
32.70
15.30
13.20
24.70
27.80
36.60
150.30
3
22.80
28.00
20.40
26.60
17.20
29.40
144.40
4
24.50
27.80
27.60
30.63
32.80
29.00
172.33
Jumlah
Rerata
106.80
92.50
84.10
107.13
108.20
110.60
609.33
26.70
23.13
21.03
26.78
27.05
27.65
25.39
Tabel Anova
SK
DB
JK
KT
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %
5
3
1
2
2
15
23
16.45
175.09
43.59
95.90
0.86
78.33
278.69
497.36
35.02
14.53
95.90
0.43
39.16
18.58
F Hit
1.88
0.78
5.16
0.02
2.11
Notasi
ns
ns
*
ns
ns
T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
3.68 6.36
BNT 5%
3.75
Notasi
b
a
58
Ulangan
1
40.00
34.00
28.60
30.80
40.00
35.33
208.73
2
41.00
22.00
30.25
32.40
40.80
37.20
203.65
3
31.00
32.60
22.20
34.20
25.75
33.40
179.15
4
32.00
42.40
32.20
42.80
41.00
31.80
222.20
F Hit
SK
DB
JK
KT
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %
5
3
1
2
2
15
23
16.25
189.94
161.67
57.76
78.97
53.21
455.20
806.81
37.99
53.89
57.76
39.48
26.60
30.35
1.25
1.78
1.90
1.30
0.88
Jumlah
Rerata
144.00
131.00
113.25
140.20
147.55
137.73
813.73
36.00
32.75
28.31
35.05
36.89
34.43
33.91
Notasi
ns
ns
ns
ns
ns
T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
3.68 6.36
Ulangan
1
30.40
24.60
24.00
24.20
31.80
22.00
157.00
2
33.40
14.50
22.75
26.60
30.40
30.00
157.65
3
20.60
26.40
17.20
24.40
19.50
28.20
136.30
4
20.60
33.40
27.00
27.40
29.60
22.80
160.80
Jumlah
Rerata
105.00
98.90
90.95
102.60
111.30
103.00
611.75
26.25
24.73
22.74
25.65
27.83
25.75
25.49
Tabel Anova
SK
Perlakuan
Blok
DB
5
3
JK
KT
57.14
62.89
11.43
20.96
F Hit
0.38
0.70
Notasi
ns
ns
T Tabel
5%
1%
2.90
4.56
3.29
5.42
59
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %
1
2
2
15
23
21.53
20.26
19.05
17.83
451.70
571.73
20.26
9.52
8.92
30.11
ns
ns
ns
0.67
0.32
0.30
4.54
3.68
3.68
8.68
6.36
6.36
1
2.23
1.78
1.91
2.10
2.53
2.17
12.72
Ulangan
2
3
2.72
1.90
1.59
2.33
1.37
1.70
2.06
2.22
2.32
1.79
3.05
2.45
13.12 12.39
4
2.04
2.32
2.30
2.37
2.73
2.42
14.18
Jumlah
Rerata
8.90
8.03
7.28
8.75
9.37
10.08
52.42
2.22
2.01
1.82
2.19
2.34
2.52
2.18
Tabel Anova
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R*P
Galat
Total
KK %
DB
JK
KT
5
3
1
2
2
15
23
16.44
1.22
0.30
0.67
0.01
0.54
1.93
3.45
0.24
0.10
0.67
0.00
0.27
0.13
F HIT
Notasi
1.88
0.78
5.16
0.02
2.11
ns
ns
*
ns
ns
T Tabel
5%
1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36
BNT 5%
0.62
Notasi
b
a
Perlakuan
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
JUMLAH
Tabel Anova
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %
1
18.40
12.86
15.72
13.78
19.00
10.57
90.33
Ulangan
2
3
16.48 11.52
9.45
13.82
10.50 10.84
14.86 13.52
13.52
9.95
20.86 15.52
85.67 75.17
DB
JK
KT
5
3
1
2
2
15
23
24.27
15.83
28.25
4.78
0.33
10.72
180.44
224.52
3.17
9.42
4.78
0.17
5.36
12.03
Jumlah
Rerata
4
13.22
16.40
16.92
13.78
19.12
12.36
91.80
59.62
52.53
53.98
55.94
61.59
59.31
342.97
14.91
13.13
13.50
13.99
15.40
14.83
14.29
F Hit
Notasi
0.26
0.78
0.40
0.01
0.45
ns
ns
ns
ns
ns
T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
3.68 6.36
Ulangan
1
29.33
39.33
41.17
39.67
42.33
38.83
230.67
2
39.50
42.50
38.17
25.00
32.83
40.67
218.67
3
36.83
41.00
37.83
36.67
36.83
39.67
228.83
DB
JK
KT
132.88
28.90
17.51
110.85
26.58
9.63
17.51
55.42
4
40.33
38.17
43.67
33.50
42.33
39.00
237.00
Jumlah
Rerata
146.00
161.00
160.83
134.83
154.33
158.17
915.17
36.50
40.25
40.21
33.71
38.58
39.54
38.13
Tabel Anova
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
5
3
1
2
F Hit
1.50
0.54
0.99
3.12
Notasi
ns
ns
ns
ns
T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
61
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %
2
15
23
4.52
266.22
428.00
2.26
17.75
ns
0.13
3.68
6.36
11.0
5
Ulangan
1
80.67
84.67
74.67
82.00
75.33
82.00
479.33
2
80.00
81.33
86.67
86.67
76.00
67.33
478.00
3
78.67
83.33
77.33
69.33
75.33
74.00
458.00
Jumlah
4
81.33 320.67
84.00 333.33
82.00 320.67
78.00 316.00
78.67 305.33
79.33 302.67
483.33 1898.67
Rerata
80.17
83.33
80.17
79.00
76.33
75.67
79.11
Tabel Anova
SK
DB
JK
KT
F Hit
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R*P
Galat
Total
KK %
5
3
1
2
2
15
23
26.54
158.59
64.30
106.96
17.37
34.26
325.26
548.15
31.72
21.43
106.96
8.69
17.13
21.68
Notasi
1.46
0.99
4.93
0.40
0.79
ns
ns
*
ns
ns
T Tabel
5%
1%
2.90
4.56
3.29
5.42
4.54
8.68
3.68
6.36
3.68
6.36
Ulangan
1
50.00
37.33
40.67
26.00
2
26.00
27.33
43.33
38.00
3
50.00
49.33
28.00
24.67
Jumlah
4
32.67
48.00
42.00
51.33
158.67
162.00
154.00
140.00
Rerata
39.67
40.50
38.50
35.00
62
R2P2
R2P3
Jumlah
39.33
43.33
236.67
38.67
32.67
206.00
45.33
46.67
244.00
22.67
31.33
228.00
146.00
154.00
914.67
36.50
38.50
38.11
Tabel Anova
SK
DB
JK
KT
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R*P
Galat
Total
KK %
5
3
1
2
2
15
23
27.96
82.81
135.56
50.07
7.26
25.48
1703.11
1921.48
16.56
45.19
50.07
3.63
12.74
113.54
F Hit
Notasi
ns
ns
ns
ns
ns
0.15
0.40
0.44
0.03
0.11
T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
3.68 6.36
Ulangan
1
15.65
14.43
12.59
15.13
14.29
15.77
87.85
2
14.21
14.56
16.98
16.62
14.80
10.98
88.15
3
14.37
17.87
12.88
11.37
13.45
13.38
83.33
4
15.33
15.74
15.88
15.27
12.88
16.47
91.58
Jumlah
Rerata
59.56
62.60
58.33
58.39
55.42
56.61
350.91
14.89
15.65
14.58
14.60
13.85
14.15
14.62
Tabel Anova
SK
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
DB
5
3
1
2
JK
7.78
5.74
4.24
0.77
KT
1.56
1.91
4.24
0.39
F Hit
0.43
0.53
1.18
0.11
Notasi
ns
ns
ns
ns
T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
63
Interaksi R*P
Galat
Total
KK %
2
15
23
9.97
2.76
53.73
67.25
1.38
3.58
0.39
ns
3.68
6.36
20 x 200 ml
x 12,5 ml
1000 ml
20 x 200 ml
x 15 ml
1000 ml
2. Kebutuhan Pupuk
a. SP 36
Dosis 100 Kg/ Ha=
100.000 g
2
x 1m
2
10.000 m
64
125.000 g
x 1m2
2
10.000 m
150.000 g
x 1m2
2
10.000 m
50.000 g
2
x1m
2
10.000 m
c. Urea
Dosis 25 Kg/ Ha=
25.000 g
x 1 m2
2
10.000 m
3. Tinggi Tanaman
Perlakuan
R1P1
R1P2
R1P3
R2P1
R2P2
R2P3
Jumlah
Ulangan
1
20.8
25.8
22.4
22.4
24
26.6
142
2
23.2
22.2
18.6
23.8
21.6
25.6
135
3
19.2
21.4
24.8
19.6
24.8
20.2
130
4
22.4
21.4
23.2
24.6
24.6
18.8
135
Jumlah
Rerata
85.6
90.8
89
90.4
95
91.2
542
21.40
22.70
22.25
22.60
23.75
22.80
22.58
65
Tabel 2 Arah
R/P
R1
R2
Jumlah
Rerata
P1
85.60
90.40
176.00
22.00
P2
90.80
95.00
185.80
23.23
Faktor R
=2
Faktor P
=3
P3
89.00
91.20
180.20
22.53
Jumlah
265.40
276.60
542.00
Rerata
22.12
23.05
db Blok=t1
db Blok=41
db Blok=3
db Faktor R=Faktor R1
db Fakto r R=21
db Faktor R=1
db Faktor P=Faktor P1
db Faktor P=31
db Faktor P=2
db Interaksi R x P=db Faktor R x db Faktor P
db Interaksi R x P=1 x 2
db Interaksi R x P=2
db Galat =( r1 ) x (t1)
66
db Galat =( 41 ) x (61)
db Galat =15
db Total=rt1
db Total=4 x 61
db Total=23
b. Faktor Koreksi (FK)
Grand Total2
FK =
rt
FK =
5422
4x6
FK=12.240,17
JK Total=12.361,3612.240,17
JK Total=121,19
2
49.007,6
12.240,17
4
JK Perlakuan=11,73
67
142
( 2+135 +1302 +1352)
FK
Jml Ulangan
JK Blok =
2
JK Blok=
73514
12.240,17
6
JK Blok=12,17
265,4
( 2+276.62 )
FK
r x Faktor P
JK Faktor R=
JK Faktor R=
146.945
12.240,17
4x3
JK Faktor R=12.245,412.240,17
JK Faktor R=5,23
68
176
( 2+185,82 +180,22)
FK
r x Faktor R
JK Faktor P=
JK Faktor R=
97969,7
12.240,17
4x2
JK Faktor R=12.246,212.240,17
JK Faktor R=6,04
JK Interaksi R x P=0,46
JK Galat =JK TotalJK PerlakuanJK Blok
JK Galat =121,1911,7312,17
JK Galat =97,19
JK Perlakuan
DB Perlakuan
KT Perlakuan=
11,73
5
KT Perlakuan=2,35
KT Blok =
JK Blok
DB Blok
69
KT Blok =
12,17
3
KT Blok =4,06
K T Faktor R=
KT Faktor R=
JK Faktor R
DB Faktor R
5,23
1
KT Faktor R=5,23
KT Faktor P=
JK Faktor P
DB Faktor P
KT Faktor R=
6,04
2
KT Faktor R=3,02
K T Interaksi=
KT Interaksi=
JK Interaksi R x P
DB Interaksi R x P
0,46
2
KT Interaksi=0,23
70
KT Galat=
JK Galat
DB Galat
KT Galat=
97,29
15
KT Galat=6,49
e. F Hitung
F Hitung Perlakuan=
KT Perlakuan
KT Galat
F Hitung Perlakuan=
2,35
6,49
F Hitung Perlakuan=0,36
F Hitung Blok=
KT Blok
KT Galat
F Hitung Blok=
4,06
6,49
F Hitung Blok=0,63
71
F Hitung Faktor R=
KT Faktor R
KT Galat
F Hitung Faktor R=
5,23
6,49
F Hitung Faktor P=
KT Faktor P
KT Galat
3,02
6,49
F Hitung Interaksi R x P=
KT Interaksi R x P
KT Galat
F Hitung Interaksi R x P=
0,23
6,49
KTG
x 100
x
72
6,49
Koefisien Keragaman=
x 100
22,58
Ko efisien Keragaman=
2,55
x 100
22,58
Koefisien Keragaman=11,28
g. Tabel Anova
SK
DB
JK
KT
Perlakuan
Blok
Faktor R
Faktor P
Interaksi R * P
Galat
Total
KK %
5
3
1
2
2
15
23
4.82
56.92
27.86
0.97
37.44
18.51
63.60
148.38
11.38
9.29
0.97
18.72
9.25
4.24
F Hitung
2.68
2.19
0.23
4.41
2.18
Notasi
ns
ns
ns
*
ns
T Tabel
5%
1%
2.90 4.56
3.29 5.42
4.54 8.68
3.68 6.36
3.68 6.36
= 2.1314
KT Galat
= 15
Replication
=4
Faktor R
=2
73
2 x 4.24
4 x2
selanjutnya jika nilai selisih lebih kecil dari nilai BNT maka diberikan garis
e. Selanjutnya dibuat notasi.
P3
P1
P2
T tabel
2.13145
BNT 5% 2.194507
P3
P1
P2
41.13
42.73
44.19 Notasi
41.13
0.00
a
42.73
1.60
0.00
ab
44.19
3.06
1.46
0.00 b
74
10.000
=4.444,45 bedeng
2.25
10.000
x 20 tanaman = 88.888,89 tanaman
2.25
Ditanya : Berapa produksi kacang tanah per Hektar ? (contoh perlakuan R1P1
dengan berat polong per tanaman 26.8 gram)
Jawab : Produksi per Hektar = Populasi per Hektar x Berat Polong per tanaman
= 88.888,89 tanaman x 26.8 gram
= 2.382.222,222 gram
= 2.382 kg
= 2.3 ton
75
1. Persiapan lahan
76
5. Pengeleban
6. Penyemprotan insektisida
9. Tanaman berbunga
77
13. Pemanenan
14. Pencucian
16. Pengovenan
17. Penjemuran
78
First count
Final count
79
80
81