JUDUL RISET
KELOMPOK PERISET:
PERGURUAN TINGGI:
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
JUDUL RISET
RISET
ABSTRAK
Indonesia masih mengimpor tanaman pangan (padi, kedelai, jagung) baik
yang Non Organik maupun Organik dari luar negeri, produktivitas, dan kualitas
tanaman pangan Indonesia saat ini masih rendah. Hama yang sering di jumpai,
Penggerek batang padi putih (Tryporhyza
( Tryporhyza innotata ),
), kuning (T.
(T. incertulas ),
),
bergaris (Chilo
(Chilo supressalis ) dan merah jambu (Sesamia
(Sesamia inferens ).
).
Wereng Coklat,
Coklat, Nilapharvata lugens , Wereng hijau, Nephotettix apicalis dan N.
impicticep .,Agrotis
.,Agrotis ipsylon dan
dan S, litura menyebabkan kerusakan 100% serta
residu pesitisida yang tinggi. Pemakaian insektisida biaya tinggi, tidak ramah
lingkungan dan resistensi hama. Sehingga sampai sekarang hama tanaman
pangan sangat sulit dikendalikan dan resisten terhadap insektisida kimiawi dan
hayati, sehingga sulit dan mahal didapatkan tanaman pangan Organik.
Tahun Pertama (i) koleksi, seleksi agens hayati Nematoda entomopathogen
dari sentra tanaman pangan di Jember, Jatim, (ii) produksi massal biopestisida
Nematoda entomopathogen (NEP) isolat lokal secara in vivo . Biopestisida yang
terbaik diproduksi secara massal dalam media cair dan padat, (iii)
pengembangan
pengembangan teknik produksi massal in vitro dalam dalam media cair dan padat, (iv)
pengembangan
pengembangan teknik bentuk formulasi dan penyimpanan dalam media tepung,
granuler, dan cair, (v) produksi massal pupuk organik dalam bentuk formulai
Granuler, Cair dan Tepung, (vi) Produksi massal Pupuk Organik Plus
Biopestisida Nematoda entomopatogen dalam formulasi Granuler, Tepung dan
Cair.
Tahun Kedua meliputi
Kedua meliputi (i) teknik
teknik aplikasi pengendali
pengendali hayati
hayati hama di sentra
tanaman pangan di Jatim, (ii) menyiapkan pendirian sentra produksi tanaman
pangan Organik dan bioinsektisida organik
organik di Jember, Jatim uji multi lokasi dan
efikasi agens hayati hama tanaman pangan di Jember, Jatim (iii) mendirikan
Sentra Produksi Tanaman Pangan Organik, (iv) Mendirikan Pabrik bioinsektisida
dan Pupuk organik di Jember, Jatim, (v) melatih petani di Jember sebagai
Sentra Tanaman Pangan Organik di Jember,Jatim untuk bisa memproduksi
massal dan formulasi Nematoda dan pupuk organik, (vi) meningkatkan
kesejahteraan dan perekonomian petani tanaman pangan, (vii) mempublikasikan
hasil penelitian di Jurnal Nasional dan Internasional, serta (viii) mendaftarkan
HaKI berupa Paten hasil penelitian.
Tahun Ketiga
Ketiga meliputi (i) melatih petani dan masyarakat Organik untuk
bisa memproduksi Bioinsektisida, Biofertilizer untuk tanaman pangan di Jember
sebagai sentra produksi tanaman pangan Organik di Jatim, serta (iii)
mendirikan Toko Koperasi One Stop Organik Product (OSOP) yang dikelola
masyarakat organik di Jember sebagai sentra tanaman pangan Organik, (iv)
mendaftarkan HaKI hasil penelitian tanaman pangan Organik . Hasil penelitian
menghasilkan pabrik biopestisida dan biofertilizer yang handal, mendirikan
sentra tanaman pangan organik, bisa mengatasi masalah hama secara hayati
sehingga produksivitas dan kualitas tanaman pangan Organik yang bernilai
tawar tinggi di pasaran Nasional dan Internasional dan siap menopang Produksi
Pangan Organik Nasional yang memiliki dampak dan impact dalam
meningkatkan kesejahteraan, ekonomi petani dan perluasan penyerapan tenaga
kerja bagi masyarakat serta meningkatkan perekonomian wilayah.
BAB I. PENDAHULUAN
Data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, angka
sementara produksi padi Jawa Timur pada 2012 adalah sebesar 12,20 juta ton
gabah kering giling. Jumlah ini meningkat 15,34 persen atau sekitar 1,62 juta
ton dibanding produksi padi pada 2012 yang mencapai 10,58 juta ton.
Sedangkan untuk produksi Jagung, angka sementara pada tahun 2012 adalah
sebesar 6,30 juta ton pipilan kering, atau meningkat 15,64 persen dibanding
produksi tahun 2011 yang sebesar 5,44 juta ton pipilan kering.
Peningkatan produksi padi disebabkan karena kenaikan luas panen sebesar
48.920 hektar serta kenaikan produktifitas sebesar 6,85 kuintal per hektar.
Sementara untuk darerah penghasil padi dengan luas panen yang dominan,
tercatat ada di Kabupaten Jember, Jatim. Hama utama tanaman pangan,
Penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata ), kuning (T.
incertulas ),bergaris(Chilosupressalis ) dan merah jambu(Sesamiainferens ).Wereng
Coklat, Nilapharvata lugens , Wereng hijau, Nephotettix apicalis dan N.
impicticep .,Agrotis ipsylon dan S, litura merupakan masalah serius yang
menurunkan produksi 80 - 100% serta sangat sulit dikendalikan dengan
insektisida dan telah resisten. Kerusakan yang ditimbulkan dapat mencapai
100%, apabila tidak dilakukan pengendalian terutama di musim penghujan dan
kemarau. Pengendalian kimiawi lebih sering dilakukan oleh petani tanaman
pangan dibanding pengendalian hayati, karena insektisida kimia mempunyai
daya bunuh cepat, berspektrum luas sehingga segera dapat dilihat hasilnya.
Pengendalian kimiawi dengan insektisida konsentrasi 0,5 - 0,1 % dengan
frekuensi tinggi bahkan dilakukan sampai menjelang panen menyebabkan
residu yang tinggi pada tanaman pangan dan resistensi hama ( Sulistyanto D.,
2003, 2010, 2011). Menurut Untung (1993), pengendalian hama tanaman
menimbulkan dampak negatif seperti resistensi, resurgensi, dan letusan hama
tanaman pangan kedua. Disamping itu juga merusak kesehatan manusia dan
lingkungan, yang disebabkan oleh residu yang tinggi. Kasus resistensi yang
serupa juga terjadi terhadap heksakhlorosiklobenzen, toksafen, aldrin, dieldrin
dan endrin. Hasil penelitian Soekarno dkk., (1982) menunjukkan bahwa S.
litura , Agrotis sp. dan Chilo sp. telah resisten terhadap fenvalerat, permetrin dan
sipermetrin (golongan piretroid sintetis) dengan tingkat resistensi yang berbeda-
beda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilapharvata lugens, Wereng Hijau,
Penggerek Batang Padi, S. litura hama utama tanaman pangan telah resisten
terhadap beberapa jenis bioinsektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis
(BT), dan insektisida dari golongan fosfor organik dan piretroid sintetis
(Sastrosiswojo dan Setiawati, 1992; Sulistyanto D., 2003, 2010, 2011).
Pemanfaatan nematoda entomopatogen merupakan salah satu alternatif
pemecahannya. Nematoda entomopatogen (NEP) dapat digunakan sebagai
agensia hayati yang efektif untuk mengendalikan serangga hama. Beberapa
keandalan nematoda entomopatogen adalah mempunyai kisaran inang yang
luas, kemampuan untuk aktif mencari inang, tidak berbahaya bagi mamalia dan
manusia. (Ehlers et al , 1993). Nematoda entomopatogen (NEP), Steinernema spp.
dan Heterorhabditis spp. berasosiasi dengan bakteri simbiose Xenorhabdus spp.
dan Photorhabdus spp., famili Enterobacteriaceae (Boemare et al ., 1996,
Sulistyanto D., 2010, 2011). Penelitian bio-produksi dan bio-proses untuk
meningkatkan patogenisitas dan virulensi, produksi massal dan formulasi
nematoda entomopatogen, Steinernema spp. dan Heterorhabditis spp. isolat lokal
sebagai pengendali hayati hama tanaman pangan merupakan hal baru
dilakukan di Indonesia. Penelitian nematoda entomopatogen telah banyak
dilaporkan, seperti efektif mengendalikan hama akar tanaman jeruk
(Curculionidae) mencapai 50-60% (Downing et al ., 1991), hama jamur
mushroom (Sciaridae) dengan S. feltiae berhasil mengendalikan 51-94% (Grewal
and Richardson, 1993). Hama utama tanaman pangan, Penggerek batang padi
putih (Tryporhyza innotata ), kuning (T. incertulas ), bergaris (Chilo supressalis )
dan merahjambu(Sesamiainferens ). Wereng Coklat, Nilapharvata lugens , Wereng
hijau, Nephotettix apicalis dan N. impicticep .,Agrotis ipsylon dan S, litura dapat
dikendalikan 80% dan 90% dengan S. carpocapsae, dan H. indicus (Sulistyanto
et al ., 1999, Sulistyanto D., 2010, 2011), larva penggerek buah apel,
Holocercus insularis dan Carposia nipponensis (Bedding, 1990), dan hasil
pembiakan massal (bioreaktor) H. bacteriophora berhasil mengendalikan
serangga hama Phyllopertha horticola dan Aphodius contaminatus (Coleoptera,
Scarabaeidae) sebesar 65%, 83% dan H. megidis berhasil mencapai 52 dan 70%.
(Sulistyanto and Ehlers, 1996, Sulistyanto, 2010, 2011). Nematoda
entomopatogen isolat lokal dari jenis Steinernema spp. dapat mengendalikan
hama kobis, Plutella xylostella dan Crocidolomia sp. sebesar 80-90% setelah 48
jam aplikasi dengan 100 infektive juvenile/hama di laboratorium (Sulistyanto
et al ., 1999, Sulistyanto D., 2010, 2011). Hasil pembiakan massal nematoda
entomopatogen dalam bioreaktor seperti S. feltiae, Heterorhabditis bacteriophora,
H. megidis berhasil untuk mengendalikan hama tanaman strawberry,
Otiorhynchus sulcatus dan hama jamur campignon (Ehlers, 1996).
Perkembangan produksi massal di masa depan akan dititik beratkan pada
teknologi bio-produksi dan bio-proses dalam media cair, yang diharapkan
murah, ekonomis, dan efektif dipergunakan oleh petani. (Ehlers, 1996;
Sulistyanto D., 1997, 2010, 2011).
Hasil yang dicapai dari keutamaan RISPRO LPDP meliputi: (1) Mendirikan
Pabrik Biopestisida berbahan aktif Nematoda entomopatogen, (2) mendirikan
Biofertilizer dalam bentuk pupuk organik granuler, tepung dan cair, (3)
Diproduksi secara massal agens hayati Nematoda entomopatogen isolat lokal
yang andal dan efektif di lapang, (4) Paket Teknologi Tepat Guna (TTG) produksi
massal agens hayati nematoda entomopatogen yang efektif, murah dan efisien
baik dari media cair dan padat, formulasi dan media penyimpanannya, (5)
Petani bisa memproduksi sendiri agens hayati bioinsektisida berbahan aktif
Nematoda dan jamur entomopatogen, (6) Diperoleh kualitas dan produksivitas
tanaman pangan Organik yang tinggi dan ramah lingkungan serta aman untuk
petani dan konsumen, (7) Paket Teknologi Tepat Guna (TTG) memproduksi
Tanaman pangan Organik Nasional untuk menopang Pangan Organik Nasional,
(8) Mendirikan Toko Koperasi One Stop Product Organik di Jember sebagai
Biaya perunit ini kemudian dikalikan dengan satuan 106 sehingga diperoleh
besar biaya bahan baku untuk memproduksi satu juta nematoda.
TAHUN II:
P1 P5 P2 P4 P3
P3 P1 P4 P2 P5
P2 P3 P5 P1 P4
P4 P2 P3 P5 P1
P5 P4 P1 P3 P2
P6 P7 P6 P7 P6
P7 P6 P7 P6 P7
4. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati terdiri dari (1) Populasi hama, (2) Populasi musuh
alami, (3) Prosentase Mortalitas larva, hama utama tanaman pangan (4) Prosentase
tanaman mati, (5) Jumlah rumpun, dan (6) Hasil panen tanaman pangan.
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah: (1) Mortalitas larva hama
utama tanaman pangan pada beberapa konsentrasi pengujian, dan (2) Analisis
residu pestisida pada tanaman pangan yang dikendalikan dengan agens hayati.
TAHUN III:
b Analisis Biaya,
Akuntan Keuangan,
Analisa Produksi S3 ANGGOTA
Pabrik Biopestisida TIM RISET
dan Biofertilizer 20
Perbanyakan
Galleria mellonela
b dan serangga uji, S1 Teknisi
Produksi Massal
15
dan Formulasi
Biopestisida
Nematoda dan
Jamur
entomopatogen, Uji
Screening Lab, dan
Semi laboratorium
9a 9 Lab. Ilmu
Hama, Unit
NANANG BSc. Teknisi Produksi,
SUMANTRI Faperta, UNEJ
15
Rearing Serangga
Uji, Bakteri Simbion
b NEP, Uji Lapang D3
dan Uji Pupuk
Organik dan
Biopestisida pada
Tanaman Pangan di
Jember, Jatim
DAFTAR PUSTAKA
Bedding, R. A. 1984. Large scale production, storage and transport of the insect
parasitic nematoda Neoaplectana spp. And Heterorhabditis spp. Ann. Appr.
Biol. 104: 117-120.
Ehler R. U. 1996. Current and future of use nematodes in biocontrol: Practice and
commercial aspects in regard to regulatory policies. Bio. Sci. Technol. 6,
303-316.
Gaugler, R., Y. Wang, and J. F. Campbell, 1993, Aggressive and evasive behaviors
in Popillia japonica (Coleoptera: Scarabaeidae) larvae: defenses against
entomopathogenic nematode attack, J. Invertebr. Pathol. 64, 193-199.
Poinar, G. Jr. 1971. Nematodes for Biological Control of Insect. CRC Pre. Boca
Raton. FL.