Oleh:
Desi Agustini
NIM. A1D016058
i
USULAN PENELITIAN
Oleh:
Desi Agustini
NIM. A1D016058
i
USULAN PENELITIAN
Oleh:
Desi Agustini
NIM.A1D016058
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Dekan,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul
“PENGARUH KONSETRASI PUPUK ORGANIK CAIR Azolla Microphylla
TERHADAP FISIOLOGIS TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq ) VARIETAS Tenera (DxP) DI PEMBIBITAN AWAL PRE NURSERY”.
Usulan penelitian ini disusun sebagai dasar pelaksanaan penelitian untuk
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Strata (S1) pada Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Hidayah Dwiyanti, M.Si sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan
izin untuk pelaksanaan penelitian.
2. Dr. Rosi Widarawati, S.P.,M.P sebagai Dosen pembimbing pertama, yang
telah memberikan saran dan bimbingan dalam penulisan usulan penelitian.
3. Dr. Ir. Tamad, M.Si sebagai Dosen pembimbing kedua, yang telah
memberikan saran dan bimbingan dalam penulisan usulan penelitian.
4. Kedua orang tua dan keluarga atas dukungannya, baik moril maupun materil.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan usulan penelitian.
Penulis berharap agar usulan penelitian ini dapat bermanfaat dalam
pelaksanaan penelitian.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN............................................................................................1
II. KERANGKA PEMIKIRAN.............................................................................5
A. Kerangka Pemikiran....................................................................................5
B. Hipotesis......................................................................................................9
III. METODE PENELITIAN..............................................................................10
A. Tempat dan Waktu...................................................................................10
B. Bahan dan Alat.........................................................................................10
C. Rancangan Percobaan..............................................................................10
D. Variabel dan Pengukuran.........................................................................12
E. Analisis Data............................................................................................14
F. Garis Besar Pelaksanaan..........................................................................14
G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian.................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18
LAMPIRAN.........................................................................................................20
iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
USD, sedangkan pada tahun 2018 jumlah ekspor dalam bentuk CPO adalah
sebanyak 42,88 juta ton, dengan nilai ekspor sebesar 16,61 miliar USD.
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa lebih dari 80% total ekspor kelapa
sawit diekspor dalam bentuk minyak kelapa sawit. Pada tahun 2020, ekspor
kelapa sawit Indonesia sedikit mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah ekspor kelapa sawit Indonesia pada periode Januari–Juli 2020
yang meningkat sebesar 8,5% dibandingkan dengan tahun 2019, dari 49,11
juta ton pada periode Januari–Juli 2019 menjadi 45,86 juta ton pada periode
sama tahun 2020 (Ditjenbun, 2020).
Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan
tanaman (benih) yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas pada
tahap selanjutnya. Bibit kelapa sawit yang baik memiliki pertumbuhan yang
optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat
pelaksanaan penanaman di lapangan. Pembibitan terdiri dari dua tahap, yaitu
pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery) (Dhya
Suryati, 2014).
Pembibitan adalah kegiatan di lapangan yang bertujuan untuk
mempersiapkan bibit yang sudah siap untuk ditanam. Jenis pembibitan kelapa
sawit dibedakan menjadi dua, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua
tahap. Pada pembibitan satu tahap kecambah ditanam langsung di dalam polybag.
Pembibitan dua tahap yaitu kecambah ditanam di baby bag dengan ukuran 0,075
mm × 15 cm × 23 cm dalam keadaan lay flat, setelah diisi tanah diameter 10 cm
dan tinggi 17,5 cm. Penanaman benih pada babybag biasanya disebut dengan
tahap pre nursery (pembibitan awal). Setelah bibit berumur 3 bulan atau bibit
telah memiliki 4-5 helai daun bibit kemudian dipindahkan ke dalam poly bag di
main nursery (pembibitan utama) (Madusari, 2014).
Seleksi sangat penting dilakukan pada tahap pembibitan awal untuk
mendapatkan bibit yang sehat dengan pertumbuhan normal. Unsur hara makro
dan mikro yang tidak lengkap dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Hal ini dapat diperbaiki dengan memberikan pupuk
2
tertentu pada tanah. Pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk anorganik dan
organik (Nazari, 2008).
Dimana budidaya dilakukan dengan cara pemakaian pupuk organik dan
pestisida organik pupuk organik merupakan hasil akhir dari penguraian sisa-sisa
tanaman dan binatang misalnya pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, tepung
tulang dan lain sebagainya. Pemberian pupuk organik dapat dilakukan melalui
akar dan melalui daun yaitu dengan cara penyemprotan. Hal terpenting dalam
pemupukan adalah takaran pupuk dan waktu pemberian pupuk yang tepat agar
hasil yang didapatkan maksimal, baik kualitas maupun kuantitasnya (Suryati,
2014).
Pupuk organik merupakan solusi yang tepat untuk mensubtitusi pupuk
anorganik. Pupuk organik dapat menggemburkan lapisan permukaan tanah,
meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air
pada tanah. Pupuk organik dapat dibedakan atas pupuk organik padat dan cair.
Pupuk organik cair dapat secara cepat mengatasi kekurangan unsur hara. Pupuk
organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan
sesering mungkin ( Suryati, 2014).
Pupuk organik cair dapat berasal dari bahan - bahan organik seperti kotoran
ternak, limbah padat pertanian, tumbuhan air dan lain sebagainya. Salah satu
tumbuhan air yang dapat digunakan sebagai pupuk organik adalah Azolla. Azolla
merupakan jenis tumbuhan pakuan air yang hidup mengapung di lingkungan
perairan dan mempunyai sebaran yang cukup luas serta mampu menambat N2 dari
udara. Sebagai sumber hara nitrogen, Azolla dapat diberikan sebagai pupuk
organik, dikomposkan ataupun sebagai pupuk hijau (Suryati, 2014).
Azolla telah banyak digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung
nitrogen yang cukup tinggi. Azolla banyak terdapat pada persawahan di Indonesia
sehingga cukup menjanjikan untuk menjadikannya sebagai sumber nitrogen
biologis yang berasal dari jasad hayati alami yang bersifat dapat diperbaharui.
Pemberian Azolla yang berupa pupuk cair di pembibitan utama kelapa sawit
diharapkan mampu menyediakan unsur hara yang mendukung pertumbuhan bibit
(Suryati, 2014).
3
Azolla microphylla memiliki potensi sebagai Pupuk organik karena selain
memiliki kandungan Nitrogen, Azolla microphylla memiliki pertumbuhan yang
cepat dengan waktu penggandaan hanya 3,7 - 6 hari tergantung kesuburan kolam.
sehingga layak dikembangkan sebagai stock bahan hijauan (Supartoto dkk. 2012).
Produksi biomassa Azolla microphylla sangat tinggi, yaitu per m2 bobotnya
mencapai 1-2 kg tergantung kesuburan kolam (Supartoto dkk. 2012).
B. Tujuan
C. Manfaat
4
II. KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kerangka Pemikiran
5
Jenis (Spesies) : Elaeis guieneensis Jacq
Kelapa sawit umumnya di budidayakan pada tanah - tanah tropik yang
memiliki tingkat kesuburan kimia rendah dan kesuburan fisik yang beragam.
Secara umum produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
genetik dan teknik budidaya. Pemupukan merupakan faktor utama untuk
mengatasi kondisi tanah yang marjinal khususnya dalam hal kesuburan tanah,
sehingga dibutuhkan keseimbangan dosis dan jenis pupuk yang digunakan bukan
pada tingkat dosis yang tinggi (Jannah, 2012).
Kelapa sawit merupakan sumber terbesar minyak nabati yang digunakan
oleh banyak negara di dunia. Permintaan dunia untuk minyak sawit terus
mengalami pertumbuhan sekitar 5% pertahun. Indonesia memproduksi sekitar 43
% dari total produksi minyak sawit mentah (CPO) di dunia. Fakta ini memang
membuat kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan
pembangunan di Indonesia. Komoditas ini ternyata cocok untuk dikembangkan
baik berbentuk pola usaha perkebunan besar maupun skala kecil untuk petani.
Seperti tanaman budidaya lainnya, kelapa sawit juga membutuhkan kondisi
tumbuh yang baik agar potensi produksinya maksimal. Faktor utama lingkungan
tumbuh yang perlu diperhatikan adalah iklim serta keadaan fisik dan kesuburan
tanah, disamping faktor lain seperti genetis tanaman, perlakuan yang diberikan
dan pemeliharaan tanaman itu sendiri (Revyansyah et al., 2019).
Sistem yang banyak digunakan dalam pembibitan kelapa sawit saat ini
adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan dua tahap
terdiri dari pembibitan awal (pre-nursery) dan pembibitan utama (main-nurser).
Pembibitan awal (pre-nursery) pada tahap ini bertujuan untuk memperoleh
pertumbuhan bibit yang merata sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. Media
persemaian biasanya dipilih pasir atau tanah berpasir. Pembibitan awal dapat
dilakukan dengan menggunakan polybag kecil atau bedengan yang telah diberi
naungan. Naungan sedikit demi sedikit dalam persemaian dikurangi dan akhirnya
dihilangkan sama sekali. Didaerah yang sangat terik, naungan tetap dipertahankan
sesuia kebutuhannya (Pandiangan, 2020).
6
Pemberian pupuk dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan hara yang tidak
dapat disediakan oleh tanah. Nitrogen, fosfor dan kalium merupakan unsur-unsur
hara makro yang berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Nitrogen dan
fosfor termasuk unsur-unsur hara makro yang berperan penting dalam
pertumbuhan tanaman. Nitrogen memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan
suatu tanaman, kahat N dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan
mempengaruhi perkembangan dan fungsi kloroplas sehingga protein akan
terhidrolisis untuk menghasilkan asam amino yang akan ditranslokasikan ke daun-
daun muda. Gejala defisiensi N terlihat pertama kali pada daun-daun tua, daun
berwarna hijau pucat kemudian akan menjadi kuning pucat atau kuning cerah
(klorosis) dan mengalami nekrosis (Darmawan, 2006).
Fosfor merupakan salah satu hara esensial yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan yang pertumbuhan dan produksi yang baik bagi tanaman kelapa
sawit. P dalam tanaman akan memperlambat proses pertumbuhan akar, daun
warna gelap dan tegak kemudian menjadi keungu-unguan serta umur panen
lambat, hal ini karena proporsi asimilat yang dialokasikan untuk pertumbuhan
akar lebih besar dibandingkan untuk pucuk (Nazari, 2008).
Menurut Saparso et.al (2019), Konsentrasi pupuk nitrogen berpengaruh
nyata terhadap karakter fisiologi pada variabel warna daun. Pada umumnya
nitrogen membantu perkembangan perakaran, kecuali dalam konsentrasi yang
tinggi nitrogen menghambat perakaran. Hal ini disebabkan karena kandungan
karbohidrat yang cukup dan konsentrasi nitrogen yang tinggi sehingga akan
memproduksi akar lebih sedikit dan menghasilkan tunas yang kuat
(Koesriningroem dan Setyati , 1979). Menurut Rosihan et.al (2015) Pengaruh
konsentrasi dan waktu pemberian pupuk daun terhadap panjang tunas dan jumlah
daun memperlihatkan perbedaan yang nyata. Hal ini ditunjukkan dengan pupuk
daun yang diberikan dengan konsentrasi rendah dan berulang-ulang dapat
merangsang pertumbuhan panjang tunas.
Alternatif yang dapat diusulkan pada permasalahan dampak penggunaan
pupuk kimawi adalah penyediaan pupuk untuk tanaman yaitu mengkombinasikan
pupuk N dengan sumber daya alam yang sudah tersedia berupa bahan organik.
7
ketika bahan organik yang diaplikasikan mengandung banyak nitrogen maka
mikroorganisme tersebut menggunakan nitrogen untuk hidup. Terkadang
mikroorganisme melepaskan nitrogen yang berlebih kedalam tanah dalam bentuk
ammonia (Darmawan 2006).
Pada lahan pertanian yang mengandung rendah bahan organik maka
mikroorganisme dalam tanah menggunakan atau mengkonsumsi nitrogen untuk
memenuhi kehidupannya tanpa melepaskan nirogen ke dalam tanah yang sangat
berfungsi bagi tanaman. Azolla dapat menjadi kombinasi alternatif dengan pupuk
N anorganik dalam penyediaan unsur hara N pada tanaman. N merupakan unsur
yang berpengaruh cepat terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman, dan bila
kecukupan N maka daun tanaman akan tumbuh besar dan memperluas
permukaannya (Suryati, 2014).
Azolla memiliki kandungan unsur hara N yang tinggi karena bersimbiosis
dengan Anabaena dalam mengikat nitrogen bebas di udara. Azolla sering dijumpai
pada lahan sawah dan kolam ikan. Karena dianggap gulma, para petani lantas
menyingkirkannya, ditumpuk dan dibuang begitu saja. Setelah Azolla mengalami
proses dekomposisi maka humus akan terbentuk sehingga dapat meningkatkan
kapasitas cekaman air pada tanah pada memperbaiki draenase dan airasi dalam
tanah (Supartoto, 2018).
Disamping itu pula dengan mengaplikasikan Azolla dapat meningkatkan
kesuburan tanah dengan jalan meningkatkan ketersediaan nitrogen, karbon
organik, ketersediaan unsur P dan K, Nitrogen dari pupuk organik Azolla baru
akan tersedia untuk tanaman setelah mengalami mineralisasi dalam tanah.Wujud
Azolla yang dapat ditemukan di lapang berupa Azolla segar, Azolla kering dan
kompos Azolla. Dengan beberapa jenis bentuk azolla sehingga ketersediaan
pupuk organik berbahan Azolla menjadi melimpah, murah, dan dapat
meningkatkan kandungan bahan organik. Ketiga bentuk Azolla yang tersedia di
lapang bisa menjadi bahan kombinasi dengan pupuk N anorganik sebagai
penyedia unsur hara N yang seringkali diaplikasikan pada tanaman. Dengan
berbagai banyak keuntungan atau kelebihan dari pengaplikasian pupuk berbahan
dasar Azolla sebagai bahan organik tanah, maka pupuk tersebut dapat menjadi
8
pupuk N anorganik sehingga suplai nutrisi tanaman kelapa sawit dapat terpenuhi
dan membuahkan produksi yang optimal (Suryati, 2014 )
B. Hipotesis
9
III. METODE PENELITIAN
C. Rancangan Penelitian
10
K2 : 50%
K3 : 75%
Dosis pupuk NPK majemuk yang paling optimal untuk tanaman kelapa
sawit pada masa pembibitan awal pre nursery pertanaman adalah :
N : 2,33 gram/bibit
P : 2,33 gram/bibit
K : 2,33 gram/bibit (Rizki fauziah, 2014)
Pupuk Organik Cair (POC) azolla mycrophylla mengandung unsur hara N, P, dan
K. Dalam 1 liter Pupuk Organik Cair (POC) azolla mycrophylla mengandung
unsur N = 3,5 %, P = 0,5-0,9 %, K = 2-4,5% ( lestari et.al, 2019).
Perhitungan konsentrasi Pupuk Organik Cair (POC) Azolla mycrophylla
untuk 4 taraf adalah :
1. Kontrol
Perlakuan kontrol menggunakan pupuk NPK dengan konsentrasi 37,5
ml/liter. Perlakuan kontrol dilakukan berdasarkan penelitian ( Kardi yanto, 2016)
mengenai konsentrasi optimum penggunaan pupuk NPK pada tanaman kelapa
sawit di masa pembibitan awal pre nursery. Konsentrasi yang di pilih adalah
konsentrasi optimum yang memberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan
tanaman kelapa sawit di masa pembibitan awal pre nursery.
2. Konsentrasi 25 % POC Azolla mycrophylla
Volume zat terlarut
% Volume = ×100 %
Volume larutan
250 ml
Konsentrasi 25 % = × 100 %
1000 ml
Konsentrasi 25 % = 250 ml
Konsentrasi 25% menggunakan 250 m l POC Azolla mycrophylla dalam 1
liter air.
3. Konsentrasi 50 % POC Azolla mycrophylla
Volume zat terlarut
% Volume = ×100 %
Volume larutan
500 ml
Konsentrasi 50 % = × 100 %
1000 ml
11
Konsentrasi 25 % = 500 ml
Konsentrasi 50% menggunakan 500 ml POC Azolla mycrophylla dalam 1 liter
air.
12
a. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh tertinggi.
Pengukuran dimulai saat tanaman mulai tumbuh (plumula sudah
membentuk daun) dengan pengukuran dilakukan setiap 1 minggu sekali.
13
ditetesi larutan iodine sebagai pewarna. Jumlah stomata dihitung
menggunakan mikroskop pada perbesaran 400 kali.
h. KAN (Kandungan Air Nisbi)
KAN (Kandungan Air Nisbi) diukur dengan menimbang bobot segar daun
(bs), kemudian segera direndam dalam aquades selama 24 jam untuk
mendapatkan bobot turgid (bt). Daun ditimbang dan dikeringkan dengan
oven sehingga mendapatkan bobot kering tetap (bk). KAN dihitung
dengan rumus: KAN= (bs-bk) / (bt-bk) x 100%, dimana : bs = bobot segar,
bk = bobot kering, dan bt = bobot turgid.
i. Kandungan klorofil daun
Kandungan klorofil daun di hitung menggunakan alat Cholorophyl meter
karena dapat memberikan pengukuran yang instan dan non destruktif pada
klorofil tanaman.
E. Analisis Data
1. Bahan tanaman
Bahan tanaman kepala sawit berupa benih yang sudah dikecambahkan. Benih
yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dari perkawinan jenih Dura (sebagai
pohon ibu) dan serbuk sari Pisifera (sebagai pohon bapak). Buah hasil perkawinan
ini bila di tanam akan menjadi Tenera yang akan menghasilkan produksi tinggi.
2. Persiapan areal
14
Areal yang digunakan untuk penelitian dibersihkan dari sampah-sampah dan
gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Areal penelitian di ratakan
kemudian dibuat bedegan sesuai kebutuhan benih dengan ukuran bedegan 1 m2
untuk kebutuhan 70 bibit kelapa sawit. Bedengan dibuat untuk menghindari
terjadinya genangan air pada tempat pembibitan yang dapat mengakibatkan
jeleknya aerasi. Bedengan dibuat memanjang dengan arah utara selatan dengan
maksud agar bedengan tersebut dapat menerima cahaya matahari dengan cukup
dan merata. Bedengan yang telah di buat diberikan batas tepi dengan
menggunakan bambu atau papan kayu.
3. Pembuatan naungan
Setelah areal bersih maka dilakukan pembuatan naungan konstruksi naungan
dibuat dari bambu dengan atap Paranet. Naungan berfungsi untuk
mencegah/mengurangi sinar matahari dan terpaan air hujan langsung ke bibit.
Naungan ini dibuat dengan ketinggian 2 meter dengan jarak antar tiang 3 meter.
Mulai umur 1,5 bulan naungan dikurangi dan saat tanaman umur 2,5 bulan sudah
tidak diperlukan naungan.
4. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah regosol, arang sekam, dan pupuk
kandang ayam. Tanah regosol diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm untuk
memisahkan tanah regosol dari bahan-bahan yang tidak diinginkan seperti batu,
akar dan lain-lain. Keselurusan media tanam diaduk hingga merata dengan
menggunakan metode volumetric, kemudian di masukan ke dalam polybag.
Polybag yang digunakan dengan ukuran 15 cm (diameter), tinggi 22 cm dan tebal
0,07 mm. Media tanam yang sudah di masukan kedalam polybag di siram dan di
diamkan selama 7 hari sebelum penanaman. Tujuan di diamkan polybag yang
telah diisi yakni untuk menurukan suhu dalam polybag.
5. Penanaman Kecambah
Kecambah yang digunakan adalah Tenera (DxP). Sebelum penanaman
kecambah dilakukan, tanah dalam polybag disiram terlebih dahulu hingga cukup
lembab dan dilakukan seleksi kecambah. Penanaman kecambah dilakukan dengan
membuat lubang yang dengan kayu dengan cara di tugal ditengah polybag.
15
Kecambah ditanam dengan posisi tegak, calon batang (plumula) harus menghadap
ke atas dan calon akar (radikula) menghadap ke bawah dengan kedalaman 2-3 cm.
Plumula ditandai dengan bentuknya yang lancip dan berwarna putih kekuningan,
sedangkan radikula ditandai dengan ujungnya yang tumpul dan warna coklat.
6. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara manual dengan menggunakan gembor, bibit
disiram 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari, kecuali hari hujan dengan
curah hujan minimal 8 mm. Pemberian air juga memerlukan perhatian dan
ketelitian karena jika kelebihan maupun kekurangan air akan berdampak pada
tidak baik pada bibit kelapa sawit itu sendiri. Penyiraman dilakukan dengan
volume 200 ml/ bibit/hari. Setelah bibit berumur 1,5 bulan volume air siram
menjadi 200 ml/bibit pada pagi hari dan 200 ml/bibit pada sore hari.
b. Penyiangan gulma
Penyiangan gulma dalam polybag dilakukan 2 kali seminggu dan dapat
dicabut dengan menggunakan tangan. Pelaksanaan penyiangan diiringi dengan
penambahan tanah pada kantong polybag. Penyiangan gulma juga dapat
dimanfaatkan untuk mencegah pengerasan tanah.
c. Pengendalian hama dan penyakit
Secara umum ada 2 jenis gangguan terhadap tanaman yaitu serangan dari
hama dan penyakit yang disebabkan oleh patogen ataupun penyakit fisiologis.
Dan jika terjadi serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sudah dibawah
ambang ekonomi maka dilakukan penyemprotan fungisida dan insektisida.
d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan saat bibit berumur mulai 1 bulan, pada masa
pembibitan awal prenursery pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk Anorganik dan Organik. Aplikasi pupuk dilakukan
dengan menggunakan pupuk NPK sebagai pupuk anorganik dan pupuk organik
cair Azolla mycrophylla sebagai pupuk organik.
16
7. Analisis data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam
(ANOVA) pada taraf 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Bila hasil sidik
ragam berbeda nyata (F hitung > F tabel 5 %) maka untuk membandingkan dua
rata-rata perlakuan dilakukan uji lanjutan dengan uji DMRT (Duncan Multiple
Range Test) pada taraf 5%.
G. Jadwal Pelaksanaan
Penyusunan Laporan √
17
DAFTAR PUSTAKA
Jannah, N., A. Fatah & Marhannudin. 2012. Macam dan dosis pupuk NPK
majemuk terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq)”. Media Sains, 4:48-54.
Madusari, S., & Wiarno, P. Y. 2014. Analisis sistem penggunaan tray pada
pembibitan awal kelapa sawit (Pre Nursery)”. JURNAL CITRA WIDYA
EDUKASI, 6(1), 32-41
Nazari, Y.A. 2008. Respon pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) pada pembibitan awal (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap pupuk NPK
mutiara. Ziraa’ah. 23:170-184.
18
Rosman, Rosihan, Soemono, S. & Suhendra . 2015. Pengaruh konsentrasi dan
frekwensi pemberian pupuk daun terhadap pertumbuhan panili di
pembibitan. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : 22-31.
Saparso, Sudarmaji, A. & Ramadhani, Y., Wijonarko, B.R. & Utami, O.R. 2019.
Karakter fisiologi dan hasil tanaman kubis bunga (Brassica oleraceae L.)
pada berbagai konsentrasi pupuk nitrogen dalam sistem fertigasi tetes di
lahan pasir pantai. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal
Berkelanjutan IX” 19- 20 November 2019.
Suryati, D., Sampurno, S., & Anom, E. 2014. Uji beberapa konsentrasi pupuk cair
azolla (Azolla Pinnata) pada Pertumbuhan bibit kelapa sawit
(Elaeisguineensisjacq.) di pembibitan utama. Dissertation, Riau University.
Lestari,U. Martiani,E. & Susi N. 2020. Uji komposisi kimia kompos Azolla
Mycrophylla dan pupuk organik cair Azolla Mycrophylla . Jurnal Agronomi.
15 (2) : 121-122
Wijayani, S., Wirianata, H., & Burhanuddin, A. 2019. Inokulasi fungi mikoriza
arbuskula untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit di
prenursery pada dosis pupuk nitrogen yang berbeda. Vol. 1, No.1.
19
LAMPIRAN
20