Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam
keragaman pisang dan menjadi pusat penyebaran pisang dunia.Diperkirakan
terdapat sekitar 1000 kultivar pisang yang tersebar di dunia. Saat inikurang
dari 200 kultivar pisang yang telah berhasil diidentifikasi di
Indonesia(Prihatman, 2000).Berdasarkan data dari pusat data dan sistem
informasi pertanian Kementrian Pertanian tahun 2016, produksi pisang
tersebar dari sabang sampai merauke, Jawa timur merupakan salah satu
provinsi penghasil pisang terbesar di Indonesia pada kurun waktu 2011-2015.
Sentra produksi pisang di Jawa Timur terdapat di 7 (tujuh) kabupaten.
Kabupaten dengan produksi pisang terbanyak adalah Kabupaten Malang
dengan kontribusi produksi sebesar 42,35% (690,136 ton) dari total produksi
pisang di Provinsi Jawa Timur.
Pisang merupakan jenis buah yang paling penting di kawasan Asia
Tenggara, buah ini termasuk peringkat pertama dalam produksi buah-buahan
di Filipina, Indonesia dan Thailand, baik mengenai luas lahan maupun
produksinya. Total produksi pisang Indonesia pada tahun 2017 adalah
7.162.678 ton (BPS dan Ditjen Hortikultura, 2018). Produksi pisang
Indonesia 90% diserap oleh pasar dalam negeri. Peluang pasar dalam negeri
masih cukup lebar terutama untuk konsumsi hotel-hotel berbintang dan pasar
swalayan yang membutuhkan pisang dengan kualitas yang tinggi (Suhartono
et al.,2012).
Hasil proyeksi produksi pisang di Indonesia tahun 2016-2020 yang
dilakukan oleh Ditjen Hortikultura Kementrian Pertanian menunjukkan
adanya penurunan laju pertumbuhan produksi terhadap pisang pada setiap
tahunnya. Penurunan laju perumbuhan produksi pisang tersebut disebabkan
adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang menyerang
tanaman pisang. Salah satunya adalah penyakit sigatoka yang disebabkan

1
oleh jamur Mycosphaerella musciola. Penyakit sigatoka atau bercak daun
terjadi di seluruh dunia dan merupakan salah satu penyakit yang paling
merusak tanaman pisang (Aliah et al.,2015). Sigatoka berasal dari nama
dataran Pasifik Selatan pulau Fiji dimana penyakit ini pertama kali diamati
(Aliah et al., 2015).
Bercak daun ini menyebabkan kerugian pengurangan fungsi
permukaan dari tanaman, kematian dini sejumlah besar daun pisang,
menyebabkan tandan buah mengecil dengan sedikit sisiran, dan individu buah
pisang yang kurang penuh (Aliah et al., 2015). Penyakit sigatoka atau bercak
daun ini tentunya menjadi salah satu penyebab kerugian bagi para petani
pisang. Sehingga dapat menyebabkan para petani mengalami gagal panen.
Penggunaan agensia hayati (bakteri) dapat mengatasi berbagai
penyakit tanaman. Menurut Lestari (2006), salah satu cara alternatif
pengendalian mikroba patogen adalah secara hayati dengan mikrob antagonis
yang berasal dari tanah,antara lain dengan Streptomyces sp. Streptomyces sp
dikenal memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan berbagai
senyawa bioaktif yang potensial untuk menghambat pertumbuhan mikron
patogen.
Selain itu Corynebacterium sp. merupakan salah satu jenis bakteri
yang bersifat antagonis yang dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa
jenis penyakit tanaman. Umumnya Corynebacterium sp. digunakan untuk
mengendalikan penyakit kresek (Xanthomonas campestris) pada tanaman
padi yang dimana hasil pengaplikasian oleh bakteri ini menunjukkan
keberhasilan hingga 80 persen.Namun ternyata, bakteri ini juga dapat
digunakan untuk mengendalikan penyakit lain seperti hawar daun jingga
(Pseudomonas sp.) pada tanaman padi, bercak daun (Helminthosporium sp
dan Cercospora sp.) pada tanaman jagung, penyakit akar gada
(Plasmodiophora brassicae) pada tanaman kubis, serta penyakit layu bakteri
(Ralstonia solanacearum) pada tanaman pisang (Ferniah et al.,2011).

2
Penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) pada pengendalian penyakit
sigtoka kuning ini, berperan dalam merangsang pertumbuhan tanaman pisang
mas yang terhambat oleh penyakit sigatoka yang disebabkan cendawan
Mycosphaerella musciola. Menurut Sitawati (1989), pemberian zat pengatur
tumbuh (ZPT) penting dalam pertumbuhan tanaman karena mampu
merangsang pembentukan akar maupun tunas. Selain itu menurut Charomaini
(2015), pemberian zat pengatur tumbuh berperan sebagai biokatalisator yang
mempercepat sintesis berbagai senyawa di dalam sel tanaman dan
meningkatkan kapasitas tanaman dalam mempergunakan cadangan yang
tersedia dalam pembentukan organ tanaman baru.
Penggunaan ZPT atonik berperan dalam resistensi tanaman terhadap
penyakit tanaman. Menurut Kusumo (1984), zat pengatur tumbuh atonik
mengandung bahan aktif triakontanol, yang umumnya befungsi mendorong
pertumbuhan, dimana dengan pemberian zat pengatur tumbuh terhadap
tanaman dapat merangsang penyerapan hara oleh tanaman. Selanjutnya
Lingga (1984) menyatakan, Atonik dapat juga untuk meningkatkan hasil atau
produksi, serta menciptakan daya tahan terhadap hama dan penyakit.
Penggunaan bawang merah menjadi ZPT karena pada bawang merah
mengandung vitamin B1 (Thiamin) dan Allicin yang berguna untuk
pertumbuhan tunas. Selain itu umbi bawang merah juga mengandung ZPT
auxin dan Rhizokalin yang dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman,
sehingga penyerapan unsur hara tanaman menjadi optimal. Sedangkan
penggunaan air kelapa menjadi ZPT karena kandungan sitokinin dalam air
kelapa dapat mendorong pembentukan organ. Menurut Trigiano dan Dennis
(2000), air kelapa merupakan bahan alami yang mempunyai aktivitas
sitokinin untuk pembelahan sel dan mendorong pembentukan organ.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Adakah pengaruh antara penggunaan agensia hayati dengan ZPT sebagai
penanganan penyakit sigatoka pada tanaman pisang Mas ?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan agensia hayati sebagai penanganan
penyakit sigatoka pada tanaman pisang Mas ?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan ZPT sebagai penanganan penyakit
sigatoka pada tanaman pisang Mas ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penggunaan agensia hayati dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sebagai
penanganan penyakit sigatoka kuning pada tanaman pisang Mas.

1.4 Sasaran
Sasaran pada penelitian ini adalah untuk menangani permasalahan
penyakit sigatoka kuning atau bercak daun pada tanaman Pisang Mas,
sehingga dapat mengoptimalkan produksi buah Pisang Mas di Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian Peternakan daerah Pendem.

1.5 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini meliputi :
1. Diduga ada pengaruh interaksi penggunaan agensia hayati dan Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT) terhadap penyakit sigatoka kuning pada tanaman
Pisang Mas.
2. Diduga ada pengaruh penggunaan Corynebacterium sp. dan Streptomyces
sp. sebagai agensia hayati penanganan penyakit sigatoka kuning pada
tanaman Pisang Mas.
3. Diduga ada pengaruh penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sebagai
penanganan penyakit sigatoka pada tanaman Pisang Mas.

Anda mungkin juga menyukai