Anda di halaman 1dari 17

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) PADA

TANAMAN KOPI

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan Guna Memenuhi Laporan Praktikum Mata Praktikum


Budidaya Tanaman Perkebunan

Oleh :
NAMA : DINI FIDYANDINI
NIM : 131510501082
GOLONGAN :B
KELOMPOK : 5 (LIMA

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang permasalahan


Indonesia merupakan negara yang dianegrahi tingkat keanekaragaman yang
tinggi baik keanekaragaman flora maupun fauna. Keseragaman tersebut juga
diwujudkan dalam keseragaman fungsi dan peran organisme tersebut (flora dan
fauna) terhadap ekosistem. Perbedaan peran dan fungsi suatu oraganisme akan
mengakibatkan interaksi antar organisme sati dengan organisme lainnya. Bentuk-
bentuk interaksi akan bermacam-macam baik posistif amaupun negatif.
Terjadinya interaksi tersebut disebabkan kebutuhan oranisme satu terhadap
organisme lainnya sehingga akan terdapat satu pihakyang diuntungkan, satu pihak
yang dirugikan, atau kedua belah pihak saling diuntungkan. Interaksi antara
organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan tanaman merupakan salah satu
bentuk interaksi yang dimana OPT diuntungkan dan tanaman dirugikan baik
secara agronomis maupun secara ekonomis.
Kegiatan budidaya tanaman tidak akan pernah terlepas dari dua faktor yang
sangat mempengaruhi kualitas ataupun kuantitas produksi. Menurut Berg (2008),
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dlam suatu budidaya adalah : 1) sifat
genetis tanaman, misalnya : varietas, daya tahan, dan sebagainya; dan 2) faktor
lingkungan, misalnya : temperatur, tata air, udara, perkembangan hama dan
penyakit tanaman, dan sebagainya. Oleh sebab itu, diperlukan teknik budidaya
yang baik, khususnya untuk melakukan pencegahan preventif terhasdap
berkembangnya OPT pada tanaman.
Tanaman kopi merupakan tanaman perkebunan yang turuk menyumbngkan
devisa dan merupakan sumber lapangan kerja bagi rakyat Indonesia sehingga
produktivitas kopi harus dipertahankan. Progam intensifikasi dan ekstensifikasi
pun ditingkatakan dalam meningkatkan kuantiatas dan kualitas kedelai.
Keberhasilan pencapaian progam diperlukan pengenalan mengenai tanaman
kedelai yang lebih mendalam.

Keberadaan OPT secara signifikan dapat menurunkan kualitan maupun


kuantitas produksi tanaman kopi. Berbagai jenis hama seperti hama penggerek
buah kopi (PBKo), kutu putih, kutu hijau, penggerek batang kopi dan penyakit
seperti penyakit karat daun, bercak daun,jamur upas, dan nematoda harus
diketahui identitas morfologi, biologi, dan gejala yang disebabkan hama atau
patogen tersebut terhadap tanaman sebagai identitas hama ataupatogen tersebut
karena setiap jenis OPT memeiliki teknik pengendaliannya tersendiri.
1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengenali dan mengamabarakan karakteristik dan gejal
yang ditimbulkan hama dan patogen penyakit tanaman kopi berserta cara
pengendaliannya,
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kopi memiliki genus Coffea dan berfamili dengan Rubiaceae.


Tanaman kopi merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di daerah tropis
maupun subtropis. Secara ekonomi, kopi merupakan komositas yang penting
nomer dua diperdaangan dunia setelah minyak. Beberapa negara pemproduksi
kopi, kopi berkontribusi besar meningkatkan nilai tukar mata asing negara
tersebut sehingga budidaya kopi menjadi mata pencarian jutaan orang diduni.
Selain itu kopi merupakan nilai vital dalam menentukan tingkat ekonomi
seseorang. (Teressa, et al, 2010). Indonesia merupakan negara keempat peng-
ekspor kopi setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam, serta provinsi Aceh sebelah
ujungutara pulai sumatra merupakan daerah yang berkontribusi besar dalam
mensupli kopi arabika di Indonesia. (Hanisch, et al, 2011).
Menurut Winarni, dkk (2013), kopi sebagai komoditas penting
perkebunan di Indonesi dan sebagai salah satu aset produk Indonesia yang
terkenal di dunia diperlukan pratik budidaya yang baik dalam pengolahan tanah,
pemilihan bahan tanam, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca
panen. Berbagai hal yang berpengaruh terhadap penurunan produksi kopi di
Indonesia. Samosir, dkk (2013) masalah yang penting dalam upaya meningkatkan
produktivitas dan mutu kopi adalah serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT) dan belum berkembangnya kelembagaan petani. Menurut Mahfud
(2012) rendahnya produktivitas kopi antara lain disebabkan oleh gangguan
penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), yang merupakan penyakit paling
merugikan usaha tani kopi di Indonesia. Bahkan salah satu pendorong
dibentuknya Karantina Pertanian pada 19 Desember 1877 terkait dengan
perkembangan penyakit karat daun pada tanaman kopi di Indonesia.
Meskipun perkembangan penyakit ini sudah berlangsung lebih dari satu abad
dan menimbulkan kerugian yang cukup besar, sampai saat ini belum ditetapkan
cara yang efektif untuk menanggulanginya.

Menurut Semangun (2000), kopi var. Arabika sangat rentan terhadap


penyakit ini dibandingkan kopi var. Robusta sehingga penanaman kopi var.
Arabika di Indonesia masih bertahan di daerahpegunungan, seperti dataran tinggi
Ijen (Jawa Timur), Tana Toraja (Sulawesi Selatan), dan Tanah Gato (Aceh). Areal
kopi var. Arabika hanya 5% dari seluruhareal perkebunan kopi di Indonesia.
Lakmono, dkk (2014) menambahkan bahwa kopi yang biasa dibudidayakan
oleh masyarakat Indonesia cenderung pada kopi jenis robusta dari pada kopi jenis
arabika. Kopi jenis robusta lebih sering dipilih oleh para pekebun karena kopi
jenis ini lebih tahan tumbuh di berbagai jenis lahan, terutama didataran rendah.
Kopi robusta ini selain lebih tahan terhadap serangan hama,kushusnya penyakit
karat daun, dalam negeri sendiri untuk permintaan kopi robusta tergolong besar.
Peluang dan keunggulan yang menjadi alasan kopi robusta banyak diusahakan
oleh para pengusaha perkebunan kopi dan khususnya para pengusaha perkebunan
rakyat yang berada di dataran rendah.
Selain penyakit karat daun, rendahnya produksi kopi disebabkan kerusakan
yang disebabkan hama penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei
(Coleoptera: Scolytidae), yang menurunkan produksi hingga 40-50% dan
penyusutan 30-40% dari biji kopi. Menurut Gulillen, et al (2011), penngerek buah
kopi (PBKo) Hypothenemus hampei (Ferrari) (Coleoptera: Curculionidae:
Scolytinae) meruapan hama penting tanaman kopidi dunia. Imago betina akan
mengembangkan koloninya dan meletakkan telur di buah calon inang
(baru).Ukuran tubuh imago jantan lebih kecil daripada imago betina dan imago
jantan tidak dapat terbang karena sayapnya mengalami atrophia. Oleh sebab itu,
umumnya serangga jantan selama hidupnya akan hidup di buah kopi. Railsback
dan Jonhson (2013) berpendapat hama PBKo meruapak hama yang dapat
mengakibatkan kerusakan perkebunan kopi di seluruh dunia. Alat pencucuk pada
imago betina yang digunakan untuk menngerek buah kopi sangat kecil sekali,
yaitu <3 mm dan imago betina dapat bertelur hingga 30-120 telur. Telur yang
menetas akan menjadi laarva yang juga ikut serta menggerek buah kopi

Oleh sebab itu, teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi harus
diperhatiakan. Arief, dkk (2011) menambahkan bahawa pengenalan hama dan
penyakit pada tanaman kopi serta bagaimana penanggulangannya menjadi hal
yang sangat penting dan membantu petani untuk menghasilkan produksi
secara optimal. Hama dan penyakit dapat mengakibatkan terganggunya proses
pertumbuhan, perkembangan hingga proses produksi buah yang pada akhirnya
dapat pula menyebabkan kematian pada tanaman kopi.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan dengan acara “Organisme
Pengganggu Tanaman pada Tanaman Kopi” bertempat di kebun kopi fakultas
pertanian, universitas jember. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 26
September 2015 mulai dari pukul 07.00 wib sampai dengan selesai.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Alat
1. Kamera;
2. Pensil; dan
3. Alat tulis.

3.2.2 Bahan
1. Tanaman kopi robusta dan nangka

3.3 Cara Kerja


1. Mengamati OPT pada tanaman kopi.
2. Mengambil gambar dengan kamera OPT pada tanaman kopi.
3. Mendeskripsikan secara singkat gmbar yang diperoleh dan dibandingkan
dengan literatur.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Lampiran.

4.2 Pembahasan
Oraganisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan oraganisme yang
aktivitasnya dapat mengganggu, merusak tanaman sehingga dapat merugikan
tanaman. Berdasarkan definisi tersebut, terdapat 3 komponen penting didalam
ruang lingkup OPT, yaitu 1) gangguan, 2) kerusakan, dan 3) kerugian. Menurut
Triharso (2010), gangguan adalah perubahan pertanaman yangmengarah kepada
penguarangan kualitas atau kuantitas hasil yang diharapkan, kerusakan
adalahsetiap penguarangn kualitas atau kuantitas hasil yang diharapkan sebagai
akaibat gangguan, dan kerugian mengarah kebada pengurangan nilai ekonomi.
Berdasarkan konsep segitiga gangguan, gangguan akan muncul jika faktor
lingkungan (sesuai dengan habitat OPT), organisme pengganggu (virulen dan
agresif), dan inang (rentan) mendukung.
Keberadaan OPT akan mengakibatkan 3 komponen tersebut (gangguan,
kerusakan, dan kerugian) terhadap tanaman, tak terkecuali tanaman kopi. Triharso
(2010) menambahakan pada tahun 1896 di Sri Lanka pertanaman kopi rusak
karena penyakit karat dauan kopi karenan gangguan dari patogen Hemileia
vastatrix. Kerugian ditunjukkan dengan banyakanya perkebunan yang tutup
karena gagal panen sehingga berdampak pada tingginya nilai penganguran. Arief,
dkk (2011) menamabahakan bahawa hama dan penyakit dapat mengakibatkan
terganggunya proses pertumbuhan, perkembangan hingga proses produksi buah
yang pada akhirnya dapat pula menyebabkan kematian pada tanaman kopi.
Menurut Prastowo, dkk (2010), rendahnya produksi nasional kopi
Arabika tidak terlepas dari terbatasnya lahan yang sesuai untuk penanamannya,
yaitu berupa persyaratan ketinggian tempat penanaman di atas 1000 m di atas
permukaan laut karena pada lahan tinggi tersebut selain aroma kopi Arabika lebih
baik, serangan jamur penyebab penyakit karat daun, Hemileia vastatrix juga
akan terhambat. Sementara itu lahan yang masih tersedia sebagian besar
terletak pada lahan ketinggian menengah (700 – 900 m dpl.), yaitu suatu area
yang selama ini telah banyak ditanami kopi Robusta. Jadi salah satu cara
menghindari penyakit karat daun pada kopi arabika adalah dengan menanam
pada lahan dengan ketinggian yang cukup, yaitu di atas 1000 m dpl.
Oleh sebab itu, diperlukan teknik pengendalian preventif untuk
menyeimbangkan populasi OPT. Katasapoetra (1993) menambahkan cara yang
digunakan petani untuk memperkecil daya perkembangan dan serangan OPT,
antara lain : 1) melakukan sistembudidaya yang baik; 2) menghijaukan kembali
tanah yang kosong; 3) menghindari pengundulan hutan; 4 )menjaga kelaestarian
tanah dan air; 5) mencegah kegiatan yang mengancam matinya predator
(penggunaan pestisida); dan 6) pemberdayaan sistem pola tanam (tumpang sari,
agroforestri,dan sebagainya).
Setiap teknik pengendalian satu oraganisme pengganggu akan berbeda
dengan dengan oraganisme pengganggu lainnya sehingga informasi tentang ciri-
ciri morfologi dan biologi oranisme pengganggu, serta gejala yang ditunjukkan
pada tanaman harus diketahui untuk mengetahui identitas organisme pengganggu
tersebut. Berbagai hama penting (kutu hijau, kutu dompatan, kutu putih, PBKo,
dan penggerek batang dan cabang kopi-Triharso, 2010) dan penyakit penting
(karat daun, bercak dau, jamur upas, akar cokalat/hitam/putih, dan nematoda-
Semangun, 2000) pada tanaman kopi, akan tetapi, pada praktikum Identifikasi
OPT pada tanaman kopi yang dilakukan di Fak. Pertanian Univ. Jember, hanya
ditemukan berbagai 2 hama kopi dan 2 penyakit pada tanaman kopi, antara lain :
1. Hama penggerek buah kopi (PBKo)
Gambar 4.1 Hama Penmggerek Buah Kopi (PBKo)

(Sumber : Prastowo,dkk, 2010)


Kondisi saat ini menunjukan bahwa hama penggerek buah kopi merupakan
hama yang sangat merugikan petani kopi, serangan PBKo dapat menurunkan
mutu kopi dan penurunan produksi hingga 20 – 30% bahkan tidak jarang petani
yang gagal panen (Arief, dkk,2011).
Spesies Hypothenemus hampei Ferr
Hama ini dikenal sebagai hama Bubuk Buah Kopi (BBK)
termasuk kedalam famili Scolytdae, ordo Coleoptera.
Menyerang Larva
Morfologi Serangga dewasa berwarna hitam kecoklatan. Panjang
tubuh serangga betina 2 mm, sedang jantan lebih kecil 1.2
mm, perbandingan antara betina dan jantan rata-rata 10 ; 1.
Biologi  Serangga jantan tidak bisa terbang, sedang betina terbang
sore hari dari pukul 16.00 sampai 18.00 dengan umur
rata-rata 103 hari dan 150 hari.
 Serangga masuk dari ujung buah baik biji yang masih di
pohon maupun yang telah jatuh ke tanah.
 Searangga umumnya menyerang buah yang mulai masak dan
meninggalkan telur di dalamnya hingga telur tersebut menjadi
ulat yang akan menyerang buah kopi.
Gejala a. Serangan pada buah muda menyebabkan buah bewarna
kuning, mengalami pembususkan dan akhirnya keguguran.
b. Serangan pada buah tua, tamapak dari luar pertumbuhan dan
visualisasu fisk buah baik, tatpi didalamnya biji kropos dan
kering.
Pengendalian a. Pengendalian preventif
Persiapan budiadaya yang baiak sejak pembibitan,
pengolahan tanah, pembibitan, pemilihan bahan tanam,
pengaturan tanaman naungan,dan pemangkasan. Arief, dkk
(2011) menambahakan pemangkasan kopi dan naungan untuk
memberikan cahaya yang cukup bagi tanaman kopi,
kemudian lakukan panen secara teratur untuk memotong
siklus dari pertumbuhan kumbang, panen habis tanaman kopi
yang terserang PBKo dan rebus dengan air panas, selain itu
dapat juga dilakukan penyemprotan dengan menggunakan
pestisida nabati.
b. Pengendalian kuartif
Pengendalian dapat dilakukan melalui sanitasi kebun,
pembiakan dan pelepasan parasitoid Cephalonomia stepiana
serta penggunaan jamur Beauveria basiana. Sanitasi
dilakukan dengan petik buah, petik buah adalah mengambil
semua buah yang rusak awal karena serangan, rampasan
adalah mengambil semua buah yang ada di panen dan
lelesan adalah mengambil buah yang ada di tanah.

2. Hama kutu putih


Gambar 4.2 Kutu Putih
(Sumber : Fakultas Pertanian Universitas Jember)
Kutu ini sering membahayakan tanaman kopikareanakutu-kutu ini selain
menyerang dan merusak pucuk juga merusak daun yang masih muda sehingga
pertumbuhan daun menjadi terhambat atau layu selanjutnya kering serta mati dan
kadang-kadang juga menyerang bagian pusat hidup tanaman kopi sehingga
tanaman kopi mati (Kartasapoetra, 1993).
Spesies Coccus viridis
Alternatif tanaman inang : teh, kina, randu, jeruk, dsb.
Menyerang Imago
Morfologi Kutu ini berukuran kecil,berbentuk lonjong simetri, jika
dewasa mencapai 4-5 mm, dan bewarna coklat kehitaman.
Biologi  Seranggga betina meletakkan telur pada daun muda, jika telur
menetas serangga betina akan mati.
 Bersimbiosis dengan semut Plagiolopis longipes.
Gejala Kutu ini mengeluarkan kotoran yang mengandung gula, jika
jatuh pada daun akan ditumbuhi jamur sehingga permukaan daun
tertupi jamur dan proses fotosintesis terganggu.
Pengendalian a. Pengendalian preventif
Persiapan budiadaya yang baiak sejak pembibitan,
pengolahan tanah, pembibitan, pemilihan bahan tanam,
pengaturan tanaman naungan,dan pemangkasan.
b. Pengendalian kuartif
 Menghilangkan sarang semut Plagiolopis longipes
 Penyemprotan pestisisda.

3. Penyakit karat daun


Gambar 4.3 Kanan : Jamur Hemileia vastratix dan Kiri Gejala Karat
Daun Kopi
(Sumber : Prastowo, dkk, 2010)
 Tahun 1970-an, penyakit karat daun merusak pertanaman kopi arabika di
Amerika dan menurunkan produksi 80%.
 Tahun 1980, penyakit ini merusak perkebunan kopi di Sri Lanka dengan
kehilangan hasil lebi dari 50%
 Penelitian di Uganda, diperkirakan penyakit ini menyebabkan kehilangan
hasil 30%, sedangkan di Brasil menurunkan hasil 30% bila tindakan
pengendalian tidak dilakukan.
 Kehilangan hasil akibat penyakit ini juga terjadi di India sebesar 70%,
Kolumbia 15-25%, dan di Papua New Guinea sampai 70% .
 Tahun 1880-an, di Indonesia, penyakit ini mulai mengganas dan merusak
sebagian besar perkebunan kopi arabika. Meskipun telah dilakukan
rehabilitasi kopi arabika dengan robusta, penyakit ini masih menjadi masalah
di seluruh wilayah penghasil kopi di Indonesia dan menurunkan produksi
20-70%. Berdasarkan data tersebut, kehilangan hasil kopi dunia oleh
penyakit ini diperkirakan US$1-2 miliar/tahun (Mahfud,2012).
Patogen Hemileia vastatrix
Morfologi  H. vastatrix bertahan sebagai uredospora (spora jamur
karat), uredium (badan buah penghasil uredospora), dan
miselium (kumpulan hifa jamur karat) pada daun sakit untuk
melanjutkan infeksi pada tanaman.
 Uredospora jamur H. vastatrix berwarna oranye, panjang 25-
35 µm dan lebar 12-28 µm, berbentuk seperti ginjal dan
berduri pada bagian yang cembung.
Biologi  Jika uredospora sampai pada daun yang peka, misalnya
daun muda, uredospora berkecambah dan secara cepat
menginfeksi daun melalui stomata pada permukaan daun
bagian bawah.
 Selama 10-20 hari, pada permukaan daun bagian bawah
terbentuk uredospora baru oleh uredium yang keluar lewat
stomata.
 Tiap uredium menghasilkan 70.000 uredospora dalam 3-5
bulan sebagai sumber penular penyakit yang sangat
potensial.

Gejala Meluasnya bercak berwarna kunis muda pada daun sebagai


tanda berkembangnya penyakit, menyebabkan area fotosintesis
berkurang secara signifikan yang berdampak pada menurunnya
pertumbuhan tanaman. Banyaknya daun yang gugur sebagai
gejala lanjut dari penyakit ini menyebabkan jumlah bunga yang
terbentuk berkurang, yang berdampak pada turunnya jumlah
biji kopi yang dihasilkan tanaman.
Bercak tersebut merupakan tepung berwarna jingga cerah,
yang terdiri atas uredospora jamur.
Pengendalian a. Pengendalian preventif
 Penanaman jenis kopi arabika yang tahan (penyilangan
dengan kopi robusta yang tahan penyakit karat daun).
b. Pengendalian kuartif
 Pemakaian fungisida. Fungisida yang digunakan harus
mengandung tembaga, karena tembaga memberikan
“tonic effect” yang menyebabkan daun kopi lebih lama
melekat pada pohon (retensi daun).
 Biopestisida. Ekstrak daun teh hitam dan ekstrak daun
cengkeh terbukti menurunkan intensitas penyakit ini.
Kemampuan ini dikarenakan bahan tersebut mengandung
fenol.
 Karantina. Kegiatan ini diperlukan untuk mencegah
penyebaran ras laian dari Hemileia vastatrix.

4. Penyakit Jamur Upas


Gambar 4.4 Gejala Tanaman Kopi yang Terserang Jamur Upas

(Sumber : Arief, dkk, 2011)


Menurut Semangun (2000) di Jawa Timur di temukan jamur ini dengan
gejala busuk buah dan busuk cabang kopi arabika yang menyebabkan membusuk
dan mengeringnya tanaman yang terserang.
Patogen Upasia salmonicolor
Morfologi  Badispora tidakberwarana, berbebtuk jambu dengan ujung
rincing, dan berukuran 9-12 µm.
 Basidium berbentuk gada, panjang sterigma 4-5 9-12 µm.
Biologi 5. Jamur polifag (karet, teh, kakao, dsb).
6. Menyukai daerah yang lembab dan curah hujan
tinggi.
Gejala Penyakit ini menyerang batang dan percabangan pada
tanaman kopi, yang awalnya ditandai dengan tumbuhnya seperti
sarang labalaba berwarna putih yang menempel pada bagian
serangan, lama kelamaan jamur tersebut akan menutupi seluruh
bagian serangannya, dan berubah warna menjadi putih
kemerahan, apabila gejala awal tidak di lakukan pencegahan,
maka batang dan cabang yang di serang akan menjadi busuk,
kemudian kering dan mati.
Pengendalian a. Pengendalian preventif
 Melakukan pemangkasan pada tanaman kopi dan pohon
pelindunn.
 Melakuakan penjagaan sanitasi kebun dan lakukan
pemupukan.
b. Pengendalian kuartif
 Pencegahan pada serangan dengan mengoleskan sabun
colek yang sudah dilarutkan dengan air pada bagian
tanaman yang terserang (Arief, dkk, 2011).
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Hama dan penyakit dapat mengakibatkan terganggunya proses
pertumbuhan, perkembangan hingga proses produksi buah yang pada
akhirnya dapat pula menyebabkan kematian pada tanaman kopi.
2. Hama penting tanaman kopi antara lain : kutu hijau, kutu dompatan, kutu
putih, PBKo, dan penggerek batang dan cabang kopi. Sedangakan penyakit
penting tanaman kopi antara lain : karat daun, bercak dau, jamur upas, akar
cokalat/hitam/putih, dan nematoda.
3. Cara yang digunakan petani untuk pengendalian preventif terhadap serangan
OPT, antara lain : 1) melakukan sistembudidaya yang baik; 2) menghijaukan
kembali tanah yang kosong; 3) menghindari pengundulan hutan; 4 )menjaga
kelaestarian tanah dan air; 5) mencegah kegiatan yang mengancam matinya
predator (penggunaan pestisida); dan 6) pemberdayaan sistem pola tanam
(tumpang sari, agroforestri,dan sebagainya).

5.2 Saran
Sebaiknya jawaban dari soal pembahasan didiskusikan sehingga tidak
memberikan makna yang banyakdan ambigu terhadap para praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M. C. W., M. Tarigan., R. Saragih., dan F. Rahmadani. 2011. Paduan


Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Kopi Konservasi. Jakarta :
Conservation International

Gullen, G. L., J. V. Carrasco., L. C. Pez., J. F. Barrera., E. A. Malo., and J.


C.Rojas. 2011. Morphology and Structural Changes in Flight Muscles of
Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae) Females.
Environmental Entomology, 40(2) : 441-449

Hanisch, S., Z. Dara, K. Brinkmann and A. Buerkert. 2011. Soil Fertility and
Nutrient Status of Traditional Gao Coffe Agroforestry System in the
Takengon Region, Aceh Province, Indonesia. JARTS, 112(2) : 87 – 100

Kartasapoutra, A. G. 1993. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Jakarta :


Radar Jaya Offet

Laksono, A. D., J. M.M. Aji, dan J. A. Ridjal. 2014. Analisis Kelayakan pada
Usahatani Kopi Rakyat di Kabupaten Jember. Sosial Ekonomi
Pertanian, 90 : 1-7

Mahfud, Cholil. 2012. Teknologi dan Strategi Pengendalian Penyakit Karat Daun
untuk Meningkatkan Produksi Kopi Nasional. Pengembangan Inovasi
Pertanian, 5(1) : 44-57

Prastowo, B., E. Karmaati., Rubijo., Siswanto., C. Indrawanto., dan S. J. Munarso.


2010. Budidaya dan pasca Panen Kopi. Bogor : Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan

Railsback, S. F and M. D. Jonhson. 2014. Effects of Land Use On Bird


Populations and Pest Control Services on Coffee Farms. PNAS, 11(6) :
6109–6114

Samosir, F. A., M.U. Tarigan., dan S. Oemry. 2013. Survei Faktor Kultur Teknis
terhadap Perkembangan Populasi Hama Penggerek Buah Kopi
Hyphotenemus hampei Ferr (Coleoptera:Scolytidae) di Kabupaten
Simalungun. Agroteknologi, 1(4) : 1067-1081

Semangun, Haryono. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan. Yogyakarta :


Gadjah Mada University Press

Teressa, A., D. Crouzillat., V. Petiard., and P. Brouhan. 2010. Genetic Diversity of


Arabica Coffee (Coffea arabica L.) Collections. EJAST 1(1): 63-79
Triharso. 2010 .Dasar-dasar perlindungan Tanaman. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Winarni, E., R. D. Ratnani., dan I.Riwayati. 2013. Pengaruh Jenis Pupuk Organik
terhadap Pertumbuhan Tanaman Kopi. Momentum, 9(1) : 35-39

Anda mungkin juga menyukai