PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengamati langsung di lapangan mengenai Profil Tanah dan untuk
mengamatilapisan- lapisan tanah.
1.3 Manfaat
Praktikan dapat mengamati langsung di lapangan mengenai Profil Tanah dan
untuk mengamatilapisan- lapisan tanah.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Ritung, dkk (2007), evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian
sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan
atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi
dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan
adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan ertentu. Kesesuaian
lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau
setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual
adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya
lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk
mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim
yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi.
Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai
apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan.
Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk campur tangan
(intervensi) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke
dalam dua kelompok besar yaitu (1) pengunaan lahan pertanian dan (2)
penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan secara umum tergantung
pada kemampuan lahan dan pada lokasi lahan, khususnya aktivitas pertanian,
penggunaan lahan tergantung pada sifat-sifat tanah (kimia, fisika, dan biologi)
yang menjadi penghambat bagi penggunaannya (Siswanto, 2006).
Oleh sebab itu, untuk didapatkan penggunaan lahan yang sesuai dengan
potensi lahan tersebut, maka pengetahuan tentang ketiga sifat tanah sangat
diperlukan. Data tentang ketiga sifat suatu tanah terangkum dalam profil tanah
tersebut. Menurut Mega, dkk (2010), profil tanah adalah urutan susunan
horison yang tampak dalam anatomi tubuh tanah. Profil tanah terdiri dari
lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Solum tanah adalah bagaian
dari profil tanah yang terbentuk ekibat proses pembentukan tanah (horison A dan
B). Profil tanah tebalnya berlainan mulai dari yang setipis selaput sampai setebal
10 meter. Umumnya tanah makin tipis mendekati kutub dan makin tebal
mendekati khatulistiwa. Uraian profil tanah dimulai dengan menentukan batas
horison (lapisan), mengukur dalamnya dan mengamati profil tanah secara
keseluruhan. Horison adalah lapisan dalam tanah yang kurang lebih sejajar
dengan permukaan tanah dan terbentuk karena proses pembentukan tanah.
Selain itu, masing-masing horison memiliki ketiga sifat tanah yang berbeda-
beda, meliputi : warna, tekstur, konsistensi, struktur, kutan, aktivitas biota tanah,
pori-pori tanah, pH lapang, batas-batas horizon.
Menurut Syamsuddin (2012), warna tanah merupakan salah satu sifat yang
mudah dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah
merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi
berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah
hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih. Warna tanah dengan akurat dapat
diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya. Warna tanah penting untuk
diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di
dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah. Mineral-
mineral yang terdapat dalam jumlah tertentu dalam tanah kebanyakan
berwarna agak terang (light). Sebagai akibatnya, tanah-tanah itu berwarna agak
kelabu terang, jika terdiri dari mineral-mineral serupa itu yang sedikit mengalami
perubahan kimiawi.
Menurut Nugroho (2009), tekstur tanah adalah sifat tanah yang sangat
penting sehingga mempengaruhi sifat fisika,kimia,dan biologi yang berguna bagi
penetrasi akar dan kemampuan peningkatan air tanah.Tekstur tanah menunjukkan
perbandingan partikel-partikel pasir (diameter 2,00-0,05 mm), debu (diameter
0,05-0,002 mm), dan lempug ( diameter < 0,002 mm). Tekstur memiliki
pembagian kelas, yaitu sebuah pengelompokan tekstur berdasarkan proporsi
fraksi( distribusi ukuran partikel) yang ditetapkan berdasarkan proporsi lampung,
debu, dan pasir. Kelas tekstur ditetapkan dengan penyaringan dan analisis
sedimentasi (menggunakan pemusing untuk membedakan fraksi lempung).
Tekstur tanah mempunyai hubungan yang dekat dengan kemampuan tanah
mengikat lengas, udara tanah, dan hara tanah.
Informasi pH tanah juga sangat penting, karena pada pH optimum
ketersediaan unsur hara makro tersedia secara maksimum. Sedangkan unsur hara
mikro tidak tersedia secara maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan
terjadinya toksinitas unsur mikro tertekan. Ketika pH tanah dibawah 6,5 maka
dapat terjadi defisiensi unsur hara seperti P, Cu, dan Mg serta toksinitas B, Mn,
Cu, Zn, dan Fe. Sedangkan pada pH di atas 7,5 maka dapat terjadi defisiensi P, B,
Fe, Mn, Zn, Cu, Ca, dan Mg serta keracunan B dan Mo. Setiap tanaman
membutuhkan jumlah hara dalam komposisi yang berbeda-beda. Pengetahuan
tentang pengaruh pH terhadap pola ketersediaan hara tanaman dapat digunakan
sebagai aman pemilihan tanaman yang sesuai (Palembang, 2010).
Sifat biologi tanah tidak terlepas dari aktivitas biota tanah. Memang ada
sedikit kesulitan dalam menentukan status biologis tanah, karena substansinya
bersifat hidup, dinamis dan dapat mengalami perubahan pada ruang dan waktu.
Sifat dinamis pada status biologis tanah ini memberikan peluang besar dalam
pengelolaannya. Status biologis tanah dapat memberikan peringatan dini adanya
degradasi tanah, sehingga memungkinkan untuk menerapkan praktek-praktek
pengelolaan lahan yang lebih berkelanjutan. Aspek biologis ditunjukkan dengan
jumlah dan keanekaragaman mikroba tanah, serta bagaimana tingkat aktivitasnya
dalam mempertahankan tanah yang subur dan produktif (Prihastuti, 2011).
Keadaan biologis tanah yang baik dicirikan oleh adanya aktivitas organisme
tanah. Pengaruh sifat biologis tanah terhadap tingkat pertumbuhan tanaman yaitu
dapat membantu tersedianya zat-zat hara yang diperlukan tanaman, membantu
melarutkan zat-zat hara yang masih tidak larut, menyimpan kelebihan zat hara,
membantu proses nitrifikasi, menekan pertumbuhan organisme tanah yang
merugikan (patogen), menyuburkan tanah, dan membantu melancarkan aerasi atau
peredaran udarah dalam tanah (Syamsuddin, 2012). Sifat biologi tanah terutama
populasi mikroorganisme merupakan parameter penting guna menduga
produktivitas suatu lahan karena mikroorganisme tanah merupakan pemecah
primer, sehingga perlu untuk mengetahui perbedaan sifat biologi tanah yang
didekati dengan pengukuran respirasi tanah, populasi total bakteri, dan populasi
total jamur pada beberapa tipe penggunaan lahan (Saridevi, dkk., 2013).
Mega, dkk (2010) menambahkan parameter batas-batas horison yang
digunakan meliputi : 1) Ketajaman batas-batas ke horison lain : a = nyata
(abrupt), jika tebal batas kurang dari 2,5 cm; c = jelas (clear), jika tebal batas 2,5-
6,0 cm; g = berangsur (gradual), jika tebal batas 6-15 cm; dan d = (diffuse),
jika tebal baats lebih dari 15 cm. 2) Bentuk topografi dari batas horison : s = rata
(smooth); w = berombak (wavy); I = tidak teratur (irregular); dan b-terputus
(broken).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan Praktikum Profil Tanah akan dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 11 Mei 2015 sekitar pukul 14.00 – selesai dan bertempat di Laboratorium
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2.2 Alat
1. Cangkul;
2. Linggis;
3. Penggaris;
4. Cutter/pisau;
5. Meteran;
6. Ring sampel;
7. Papan;
8. Daftar isian profil (DIP); dan
9. GPS (Global position Sistem).
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Profil Tanah yang berlokasi di Fakultas
Pertanian (Halaman depan akademik) Desa Tegal Boto
Kecamatan Tegal Boto Kabupaten Jember
Horizon Keterangan
0 cm
Warna : 5 YR 2,5/2 Dark Reddish Brown
Tekstur: Loamy Sand
A Keletakkan : SS (slight sticky)
Plastitas : Tidak Lekat
Kedalaman : 35 cm (tebal 35 cm)
35 cm
Warna : 10YR 3/6 Dark Yellowish Brown
Tekstur: Sand
A1 Keletakkan : Tidak Lekat
Plastitas : Tidak Plastis
Kedalaman : 60 cm (tebal 25 cm)
60 cm 60 cm Warna : 10 YR 2/2 Very Dark Brown
Tekstur: Sandy Loam
A2 Keletakkan : Tidak Lekat
Plastitas : Tidak Plastis
Kedalaman : 95 cm (tebal 35 cm)
95 cm Warna : 10 YR 3/2 Very Dark Grayish
Brown
Tekstur: Sandy Clay Loam
B
Keletakkan : SS (Slight Sticky)
Plastitas : Agak Plastis
120 cm
4.2 Pembahasan
Profil tanah adalah urutan susunan horizon yang tampak dalam anatomi
ataupun morfologi tubuh tanah. Akan tetapi, pengamatan profil tanah dilakukan
secara penampang vertikal. Mega, dkk (2010) menambahkan bahwa profil tanah
terdiri dari lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Solum tanah
adalah bagaian dari profil tanah yang terbentuk akibat proses pembentukan tanah
(horison A dan B).
Profil tanah tebalnya berlainan mulai dari yang setipis selaput sampai
setebal 10 meter. Umumnya tanah makin tipis mendekati kutub dan makin
tebal mendekati khatulistiwa. Uraian profil tanah dimulai dengan menentukan
batas horison (lapisan), mengukur dalamnya dan mengamati profil tanah
secara keseluruhan. Horison (Gambar 4.1) adalah lapisan dalam tanah yang
kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan terbentuk karena proses
pembentukan tanah. Selain itu, masing-masing horison diamati sifat-sifatnya
meliputi : warna, tekstur, konsistensi, struktur, kutan, konkresi dan nodul, pori-
pori tanah, pH lapang, batas-batas horison.
Gambar 4.1 Horison Tanah
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum dibutuhkan tingkat ketelitian lebih
tinggi dalam melakukan pengukuran sehingga data yang didapat valid dan
objektif.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Y. 2009. Analisis Sifat Fisik, Kimia Dan Kesuburan Tanah Pada Lokasi
Rencana Hutan Industri Pt Prima Multibuwana. Hutan Tropika Bornia.,
10(27): 222-229
Nurdin. 2012. Morfologi, Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisols dari Bahan
Laku. JATT, 1(1) : 13-22
Palembang, J.N., Jamilah., dan Sarifuddin. 2013. Kajian Sifat Kimia Tanah Sawah
dengan Pola Pertanaman Padi Semangka di Desa Air Hitam Kecamatan
Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Agroekoteknologi, 1(4) : 1154-1162.
Saridevi G., I. Atmaja, I. Mega. 2013. Perbedaan Sifat Biologi Tanah pada
Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah Andisol, Inceptisol, dan
Vertisol. Agroekoteknologi Tropika, 2(4): 214-223