Anda di halaman 1dari 15

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu wilayah tropika dibagian benua asia.
Indonesia memiliki kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alam seperti
keanekaragaman hayati, kekayaan mineral, keanekaragaman budaya, dan
kekayaan sumberdaya lautan. Hal ini disebabkan Indonesia terletak diantara
apitan dua samudera dan dua benua yaitu samudera pasifik dan samudera hindia,
benua asia dan benua australia. Letak astronomis Indonesia berada diantara 6o LU
– 11o LS dan antara 95o BT- 141o BT, karena posisi Indonesia yang bertepatan di
garis lintang khatulistiwa yang menyebabkan Indonesia beriklim tropis yang
hanya memiliki dua pergantian musim dalam setahunnya yaitu musim kemarau
dan musim hujan.
Menurut Siswanto (2006), sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam
yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam
setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah
pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang
dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Selain itu, sumberdaya lahan
(land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air
dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya
terhadap penggunaan lahan. Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat
dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara
organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya.
Dewasa ini, dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan
manusia yang terus berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi
yang semakin tinggi, pengelolaan sumberdaya lahan seringkali kurang
bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya (untuk jangka
pendek) sehingga kelestariannya semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya
lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan manusia semakin
bergantung pada sumberdaya lahan yang bersifat marginal.
Salah satu faktor yang menyebabkan penggunaan lahan yang kurang tepat
adalah alih fungsi lahan. Persaingan dan pemanfaatan lahan muncul akibat adanya
fenomena sosial dan ekonomi, yaitu keterbatasan sumberdaya lahan, pertumbuhan
penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Fenomena tersebut mengakibatkan
berubahnya fungsi lahan pertanian, sedangkan salah satu fungsi utama kegiatan
pertanian adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan suatu negara sehingga
berkurangnya lahan pertanian akan menjadi masalah nasional yang memerlukan
perhatian lebih.
Oleh sebab itu, agar didapatkan penggunaan lahan yang sesuai dengan
potensi lahan, maka diperlukan evaluasi sumberdaya lahan. Siswanto (2006)
menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan perlu
diperhatikan, salah satunya sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Data sifat-sifat
tanah dirangkum menjadi profil tanah. Menurut Syamsuddin (2012), profil tanah
merupakan penampang vertikal dari tanah yang menunjukan susunan horison
tanah. Horison tanah adalah lapisan- lapisan tanah yang terbentuk karena hasil
dari proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horison-horison tersebut
akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Terdapat 6 horison
utama yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah yaitu horizon
(O), A, E, B, C, dan R. Sedang horizon penyusun solum tanah adalah horizon A,
E, dan B.

1.2 Tujuan
Untuk mengamati langsung di lapangan mengenai Profil Tanah dan untuk
mengamatilapisan- lapisan tanah.

1.3 Manfaat
Praktikan dapat mengamati langsung di lapangan mengenai Profil Tanah dan
untuk mengamatilapisan- lapisan tanah.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Ritung, dkk (2007), evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian
sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan
atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi
dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan
adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan ertentu. Kesesuaian
lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau
setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual
adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya
lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk
mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim
yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi.
Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai
apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan.
Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk campur tangan
(intervensi) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke
dalam dua kelompok besar yaitu (1) pengunaan lahan pertanian dan (2)
penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan secara umum tergantung
pada kemampuan lahan dan pada lokasi lahan, khususnya aktivitas pertanian,
penggunaan lahan tergantung pada sifat-sifat tanah (kimia, fisika, dan biologi)
yang menjadi penghambat bagi penggunaannya (Siswanto, 2006).
Oleh sebab itu, untuk didapatkan penggunaan lahan yang sesuai dengan
potensi lahan tersebut, maka pengetahuan tentang ketiga sifat tanah sangat
diperlukan. Data tentang ketiga sifat suatu tanah terangkum dalam profil tanah
tersebut. Menurut Mega, dkk (2010), profil tanah adalah urutan susunan
horison yang tampak dalam anatomi tubuh tanah. Profil tanah terdiri dari
lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Solum tanah adalah bagaian
dari profil tanah yang terbentuk ekibat proses pembentukan tanah (horison A dan
B). Profil tanah tebalnya berlainan mulai dari yang setipis selaput sampai setebal
10 meter. Umumnya tanah makin tipis mendekati kutub dan makin tebal
mendekati khatulistiwa. Uraian profil tanah dimulai dengan menentukan batas
horison (lapisan), mengukur dalamnya dan mengamati profil tanah secara
keseluruhan. Horison adalah lapisan dalam tanah yang kurang lebih sejajar
dengan permukaan tanah dan terbentuk karena proses pembentukan tanah.
Selain itu, masing-masing horison memiliki ketiga sifat tanah yang berbeda-
beda, meliputi : warna, tekstur, konsistensi, struktur, kutan, aktivitas biota tanah,
pori-pori tanah, pH lapang, batas-batas horizon.
Menurut Syamsuddin (2012), warna tanah merupakan salah satu sifat yang
mudah dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah
merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi
berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah
hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih. Warna tanah dengan akurat dapat
diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya. Warna tanah penting untuk
diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di
dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah. Mineral-
mineral yang terdapat dalam jumlah tertentu dalam tanah kebanyakan
berwarna agak terang (light). Sebagai akibatnya, tanah-tanah itu berwarna agak
kelabu terang, jika terdiri dari mineral-mineral serupa itu yang sedikit mengalami
perubahan kimiawi.
Menurut Nugroho (2009), tekstur tanah adalah sifat tanah yang sangat
penting sehingga mempengaruhi sifat fisika,kimia,dan biologi yang berguna bagi
penetrasi akar dan kemampuan peningkatan air tanah.Tekstur tanah menunjukkan
perbandingan partikel-partikel pasir (diameter 2,00-0,05 mm), debu (diameter
0,05-0,002 mm), dan lempug ( diameter < 0,002 mm). Tekstur memiliki
pembagian kelas, yaitu sebuah pengelompokan tekstur berdasarkan proporsi
fraksi( distribusi ukuran partikel) yang ditetapkan berdasarkan proporsi lampung,
debu, dan pasir. Kelas tekstur ditetapkan dengan penyaringan dan analisis
sedimentasi (menggunakan pemusing untuk membedakan fraksi lempung).
Tekstur tanah mempunyai hubungan yang dekat dengan kemampuan tanah
mengikat lengas, udara tanah, dan hara tanah.
Informasi pH tanah juga sangat penting, karena pada pH optimum
ketersediaan unsur hara makro tersedia secara maksimum. Sedangkan unsur hara
mikro tidak tersedia secara maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan
terjadinya toksinitas unsur mikro tertekan. Ketika pH tanah dibawah 6,5 maka
dapat terjadi defisiensi unsur hara seperti P, Cu, dan Mg serta toksinitas B, Mn,
Cu, Zn, dan Fe. Sedangkan pada pH di atas 7,5 maka dapat terjadi defisiensi P, B,
Fe, Mn, Zn, Cu, Ca, dan Mg serta keracunan B dan Mo. Setiap tanaman
membutuhkan jumlah hara dalam komposisi yang berbeda-beda. Pengetahuan
tentang pengaruh pH terhadap pola ketersediaan hara tanaman dapat digunakan
sebagai aman pemilihan tanaman yang sesuai (Palembang, 2010).
Sifat biologi tanah tidak terlepas dari aktivitas biota tanah. Memang ada
sedikit kesulitan dalam menentukan status biologis tanah, karena substansinya
bersifat hidup, dinamis dan dapat mengalami perubahan pada ruang dan waktu.
Sifat dinamis pada status biologis tanah ini memberikan peluang besar dalam
pengelolaannya. Status biologis tanah dapat memberikan peringatan dini adanya
degradasi tanah, sehingga memungkinkan untuk menerapkan praktek-praktek
pengelolaan lahan yang lebih berkelanjutan. Aspek biologis ditunjukkan dengan
jumlah dan keanekaragaman mikroba tanah, serta bagaimana tingkat aktivitasnya
dalam mempertahankan tanah yang subur dan produktif (Prihastuti, 2011).
Keadaan biologis tanah yang baik dicirikan oleh adanya aktivitas organisme
tanah. Pengaruh sifat biologis tanah terhadap tingkat pertumbuhan tanaman yaitu
dapat membantu tersedianya zat-zat hara yang diperlukan tanaman, membantu
melarutkan zat-zat hara yang masih tidak larut, menyimpan kelebihan zat hara,
membantu proses nitrifikasi, menekan pertumbuhan organisme tanah yang
merugikan (patogen), menyuburkan tanah, dan membantu melancarkan aerasi atau
peredaran udarah dalam tanah (Syamsuddin, 2012). Sifat biologi tanah terutama
populasi mikroorganisme merupakan parameter penting guna menduga
produktivitas suatu lahan karena mikroorganisme tanah merupakan pemecah
primer, sehingga perlu untuk mengetahui perbedaan sifat biologi tanah yang
didekati dengan pengukuran respirasi tanah, populasi total bakteri, dan populasi
total jamur pada beberapa tipe penggunaan lahan (Saridevi, dkk., 2013).
Mega, dkk (2010) menambahkan parameter batas-batas horison yang
digunakan meliputi : 1) Ketajaman batas-batas ke horison lain : a = nyata
(abrupt), jika tebal batas kurang dari 2,5 cm; c = jelas (clear), jika tebal batas 2,5-
6,0 cm; g = berangsur (gradual), jika tebal batas 6-15 cm; dan d = (diffuse),
jika tebal baats lebih dari 15 cm. 2) Bentuk topografi dari batas horison : s = rata
(smooth); w = berombak (wavy); I = tidak teratur (irregular); dan b-terputus
(broken).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan Praktikum Profil Tanah akan dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 11 Mei 2015 sekitar pukul 14.00 – selesai dan bertempat di Laboratorium
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan
1. Kantong plastik gula
2. Karung;
3. Papan spidol; dan
4. Kertas label.

3.2.2 Alat
1. Cangkul;
2. Linggis;
3. Penggaris;
4. Cutter/pisau;
5. Meteran;
6. Ring sampel;
7. Papan;
8. Daftar isian profil (DIP); dan
9. GPS (Global position Sistem).

3.3 Cara Kerja


1. Penggalian Profil Tanah
a. Membuat lubang penampang harus besar, agar orang dapat mudah duduk
atau berdiri di dalamnya agar pemeriksaan berjalan lancar.
b. Mengukur penampang 1,5 m x 1 m sampai bahan induk dan pemeriksaan di
sisi lubang penampang ruang mendapat sinar matahari.
c. Tanah bekas galian jangan ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
d. Penampang pewakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan, misalnya
timbunan serta jauh dari pemukiman.
e. Jika berair, maka air yang berada dalam penampang harus dikeluarkan
sebelum pengamatan.
f. Melakukan pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi atau
sore ).

2. Cara Pengambilan Sampel Tanah Utuh


a. Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian
meletakan ring sampel tegak lurus (bagian runcing menghadap ke bawah)
pada lapisan tanah tersebut.
b. Menekan ring sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalam tanah.
c. Meletakkan ring sampel lain tpepat di atas ring sampel pertama, kemudian
tekan lagi sampai bagian bawah dari ring sampel kedua masuk ke dalam
tanah (10 cm).
d. Menggali ring sampel beserta tanah di dalamnya dengan skop atau linggis.
e. Memisahkan ring sampel kedua dari ring sampel pertama dengan hati-
hati, kemudian potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan
bawah ring sampel sampai permukaan rata dengan permukaan ring sampel.
f. Menutup ring sampel dengan plastik, lalu simpan dalam kotak khusus yang
sudah disediakan.

3. Cara Pengambilan Sampel Tanah Terganggu


a. Ambillah tanah dengan sendok tanah atau pisau sesuai dengan lapisan yang
akan diambil, mulailah dengan lapisan paling bawah.
b. Masukkan dalam kantong plastk yang telah di beri label.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Profil Tanah yang berlokasi di Fakultas
Pertanian (Halaman depan akademik) Desa Tegal Boto
Kecamatan Tegal Boto Kabupaten Jember

Horizon Keterangan
0 cm
Warna : 5 YR 2,5/2 Dark Reddish Brown
Tekstur: Loamy Sand
A Keletakkan : SS (slight sticky)
Plastitas : Tidak Lekat
Kedalaman : 35 cm (tebal 35 cm)
35 cm
Warna : 10YR 3/6 Dark Yellowish Brown
Tekstur: Sand
A1 Keletakkan : Tidak Lekat
Plastitas : Tidak Plastis
Kedalaman : 60 cm (tebal 25 cm)
60 cm 60 cm Warna : 10 YR 2/2 Very Dark Brown
Tekstur: Sandy Loam
A2 Keletakkan : Tidak Lekat
Plastitas : Tidak Plastis
Kedalaman : 95 cm (tebal 35 cm)
95 cm Warna : 10 YR 3/2 Very Dark Grayish
Brown
Tekstur: Sandy Clay Loam
B
Keletakkan : SS (Slight Sticky)
Plastitas : Agak Plastis

120 cm Kedalaman : 120 cm (tebal 25 cm)

120 cm

4.2 Pembahasan
Profil tanah adalah urutan susunan horizon yang tampak dalam anatomi
ataupun morfologi tubuh tanah. Akan tetapi, pengamatan profil tanah dilakukan
secara penampang vertikal. Mega, dkk (2010) menambahkan bahwa profil tanah
terdiri dari lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Solum tanah
adalah bagaian dari profil tanah yang terbentuk akibat proses pembentukan tanah
(horison A dan B).
Profil tanah tebalnya berlainan mulai dari yang setipis selaput sampai
setebal 10 meter. Umumnya tanah makin tipis mendekati kutub dan makin
tebal mendekati khatulistiwa. Uraian profil tanah dimulai dengan menentukan
batas horison (lapisan), mengukur dalamnya dan mengamati profil tanah
secara keseluruhan. Horison (Gambar 4.1) adalah lapisan dalam tanah yang
kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan terbentuk karena proses
pembentukan tanah. Selain itu, masing-masing horison diamati sifat-sifatnya
meliputi : warna, tekstur, konsistensi, struktur, kutan, konkresi dan nodul, pori-
pori tanah, pH lapang, batas-batas horison.
Gambar 4.1 Horison Tanah

(Sumber : Syamsuddin, 2012)


Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan penampang vertikal tanah sehingga
terlihat horiso-horison tanah. Secara garis besar, horizon tanah digolongkan
menjadi 5 horison, yaitu horizon O, A, B, C, dan R. Akan tetapi, tidak semua
horizon O terdapat pada tanah,karena horison O dicirikan oleh bagian tanah yang
ditumbuhi oleh vegetasi seperti hutan, padang rumput, dan sebagainya. Horison A
juga disebut horison eluvial, yaitu horison pencucian. Hasilpencucian tersebut
akan ditampung pada horison B, yaitu horison illuvial.
Pengamatan profil tanah sangat diperlukan dalam evaluasi sumber daya
lahan,khususnya untuk mengklasifikasikan tanah tersebut. Menurut Rayes (2006)
untuk dapat mengklasifikasikan tanah perlu data dan pengamatan tentang
morfologi tanah. Pengamatan morfologi tanah dilakukan pada penampang vertikal
tanah (profil tanah). Penampang vertikal tanah akan menunjukkan lapisan-lapisan
tanah yang menyusun tanah tersebut. Lapisan tanah tersebut disebut horison.
Selain penampang vertikal tanah (profil tanah),penampang horizontal tanah
juga sangat penting, khususnya untuk mengidentifikasi horison tanah. Rayes
(2006) menambahakan bahwa kenampakan horizontal masing-masing horison
sangat penting karena dapat menyingkapkan satuan struktur yang mungkin
terabaikan seperti pola warna dalam satuan struktur tanah, tektur tanah (variasi
partikel tanah), dan porositas tanah seringkali lebihjelas dalam penampang
horizontal.
Tabel 4.1 menunjukkan profil tanah yang berlokasi di Fakultas Pertanian
(Halaman depan akademik) Desa Tegal Boto Kecamatan Tegal Boto Kabupaten
Jember. Pengamatan profil tanah pada tanah tersebut menunjukkan 4 hasil horison
yang teridentifikasi, yaitu horison A, A1, A2, dan B. Horison O tidak ditemukaqn
pada profil tanah ini dikarenakan permukaantanah ini tidak tertupi oleh vegetasi
yang lebat. Menurut Sunarko (2014), horison A1: lapisan campuran tanah mineral
dengan humus, A2: lapisan pembilas (eluvasi), dan horison B : lapisan akumulasi
(iiluvial). Secara penampang horizontal, setiap horison memiliki sifat fisik yang
berbeda-beda, seperti pada tabel 4.1 sifat fisik yang diamati antara lain warna
tanah, plastisitas tanah, dan tekstur tanah. Pengamatan ketiga tekstur tanah
tersebut dilakukan secaralangsung (lapang).
Jenis tanah yang menjadi objek praktikum (lokasi di Fakultas Pertanian
(Halaman depan akademik) Desa Tegal Boto Kecamatan Tegal Boto Kabupaten
Jember ) adalah jenis tanah inseptisol. Menurut Nurdin (2012), inceptisol adalah
tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan profil yang lebih
lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat
bahan induknya tanah. Tanah ini terbentuk dari tanah alluvial sehingga terdapat
banyak terdapat di lembah-lembah atau jalur aliran sungai atau daerah pantai,
dengan vegetasi daerah sungai dan pantai. Tanah ini usianya masih muda dan
tarmasuk tanah mineral dan tersebar mulai di lingkungan iklim semiarid (agak
kering) sampai iklim lembap. Memiliki tingkat pelapukan dan perkembangan
tanah yang tergolong sedang Umumnya tanah ini bekembang dari formasi
geologi tuff volkan, namun ada juga sebagian yang terbentuk dari batuan sedimen
seperti batu pasir (sandstone).
Umumnya, tanah memiliki tiga sifat tanah yang membedakan dengan jenis
tanah lainnya, begitu pula tanah jenis inceptisol. Sifat fisik tanah inceptisol
dicirikan : tekstur kasar dengan kadar pasir 60 % untuk inceptisol kasar,
sedangakan tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral
lapuk pada inceptisol secara umum. Tanah inceptisol hanya mempunyai horizon
yang banyak mengandung sultat masam (catday) terdapat karatan. Tanah
Inceptisol umumnya memiliki horizon kambik. Horizon kambik merupakan
indikasi lemah atau spodik (Suhardiman, 2012).
Sifat kimia tanah inceptisol dicirikan : kadar C organik dan KPK sangat
besar dan demikian juga kejenuhan basa, memiliki kadar alumunium dan kadar
zat besinya tinggi, dan keasaman yang terkandung pada tanah ini adalah 5-7
oleh karena itu tanah ini memiliki tingkat keasaman sedang (Suhardiman,
2012). Secara garis besar, karakteristik tanah inceptisol dapat teridentifikasi
sebagai berikut :
o Memiliki solum tanah agak tebal yaitu 1-2 meter
o Warnanya hitam atau kelabu sampai coklta tua
o Teksturnya debu, lempung debu, bahkan lempung
o Tekstur tanahnya gempur, memiliki ph 5-7
o Memiliki bahan organik yang tinggi yaitu 10%-30%
o Memiliki unsur hara yang sedang sampai tinggi
o Produktivitas tanah sedang sampai tinggi (Nurdin, 2012).
Pengelolaan tanah yang rasional salah satunya harus didasarkan pada sifat-
sifat yang dimiliki tanah tersebut sehingga dengan demikian maka sifat morfologi
dan kimia tanah dapat dijadikan acuan dalam pengeloaan tanahnya. Nurdin (2012)
menambahkan bahwa tanah inceptisol merupakan tanah yang masih berupa
bahan induk yang belum matang, terdapat di lereng yang curam dan hutan
dengan sedikit menggunakan sistem drainase agar tanah dapat diolah untuk
pertanian.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasul dan pembahasan “Sistem Budidaya Vertikultur” dapat
disimpulkan bahwa :
1. Profil tanah adalah urutan susunan horizon yang tampak dalam anatomi
ataupun morfologi tubuh tanah.
2. Pengamatan profil tanah sangat diperlukan dalam evaluasi sumber daya
lahan,khususnya untuk mengklasifikasikan tanah tersebut.
3. Tanah inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang
perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang
dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya tanah.
4. Rekomendasi teknik pengolahan pada tanah inceptisoal adalah perbaikan
dan penggunaan sisten drainase yang baik agar tanah dapat diolah untuk
pertanian.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum dibutuhkan tingkat ketelitian lebih
tinggi dalam melakukan pengukuran sehingga data yang didapat valid dan
objektif.
DAFTAR PUSTAKA

Mega, I. M., I. N. Dibia., I. G. P. R. Adi., dan T. B. Kusmiyarti. 2010. Klasifikasi


Tanah dan Kesesuaian lahan. Denpasar : Universitas Udayana

Nugroho, Y. 2009. Analisis Sifat Fisik, Kimia Dan Kesuburan Tanah Pada Lokasi
Rencana Hutan Industri Pt Prima Multibuwana. Hutan Tropika Bornia.,
10(27): 222-229
Nurdin. 2012. Morfologi, Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisols dari Bahan
Laku. JATT, 1(1) : 13-22

Palembang, J.N., Jamilah., dan Sarifuddin. 2013. Kajian Sifat Kimia Tanah Sawah
dengan Pola Pertanaman Padi Semangka di Desa Air Hitam Kecamatan
Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Agroekoteknologi, 1(4) : 1154-1162.

Prihastuti. 2011. Struktur Komunitas Mikroba Tanah dan Implikasinya dalam


Mewujudkan Sistem Pertanian Berkelanjutan. Struktur Komunitas
Mikroba, 1(4): 174-181.

Ritung, S., Wahyunto., F. Agus., dan H. Hidayat. 2007. Paduan evaluasi


Kesesuaian lahan. Aceh : Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry
Centre

Saridevi G., I. Atmaja, I. Mega. 2013. Perbedaan Sifat Biologi Tanah pada
Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah Andisol, Inceptisol, dan
Vertisol. Agroekoteknologi Tropika, 2(4): 214-223

Siswanto. 2006. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Surabaya : UPN Press.

Suhardiman. 2012. Zonasi Tingkat Kerawanan Banjir dengan Sistem Informasi


Geografis (SIG) pada Sub Das Walanae Hilir. Keteknikan Pertanian,
1(1) : 1-12

Sunarko. 2014. Budidaya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Tanah. Jakarta: PT


AgroMedia Pustaka.

Syamsuddin. 2012. Fisika Tanah. Makasar : Universitas Haranuddin

Anda mungkin juga menyukai