Anda di halaman 1dari 31

ANALISA KADAR UNSUR HARA KARBON ORGANIK

DAN NITROGEN DI DALAM TANAH PERKEBUNAN


KELAPA SAWIT BENGKALIS RIAU

CONIETTA VYONELLA ZEYN


TONY HIDAYAT

PRODI PENDIDIKAN TENIK BANGUNAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2011
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh sifat- sifat kesuburan tanahnya
yakni kesuburan fisik, kesuburan kimia dan kesuburan biologis. Kalau
kesuburan fisik lebih mengutamakan tentang keadaan fisik tanah yang
banyak kaitannya dengan penyediaan air dan udara tanah, maka
kesuburan kimia yang menyangkut dalam masalah - masalah
ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.
Dalam pembicaraan tentang tanah sebagai ekosistem telah dijelaskan
bahwa tanah bukan massa mati. Ada kehidupan dalam tanah berupa akar
tumbuhan dan flora serta fauna tanah, sehubungan dengan produksi
enzim, CO2, dan beraneka zat organik, kehidupan dalam tanah
bertanggungjawab atas terjadinya banyak alihragam fisik dan kimia. Sifat
dan tampakan tanah yang mengimplikasikan kegiatan hayati ialah
perbandingan C/N, kadar bahan organik atau kandungan biomassa tiap
satuan luas/volum tanah, tingkat perombakan bahan organik,
pembentukan krotovina, dan permintaan oksigen. Perbandingan C/N
berguna sebagai penanda kemudahan perombakan bahan organik dan
kegiatan jasad renik tanah. Kebanyakan energi yang diperlukan untuk
mempertahankan populasi tanah berfungsi dan mendukung kelangsungan
proses tanah yang begitu banyak berasal dari konversi karbon organik
menjadi karbon dioksida.
Akan tetapi apabila perbandingan C/N terlalu lebar, berarti ketersediaan C
sebagai sumber energi berlebihan menurut perbandingannya dengan
ketersediaan N bagi pembentukan protein mikrobia, kegiatan jasad renik
akan terhambat (Tejoyuwono, 1998). Hubungan antara karbon dan
nitrogen di dalam tanah sangat penting. Hubungan ini dinyatakan dengan
istilah C/N. Di dalam lapisan olah tanah C/N berkisar antara 8:1 sampai
15:1 dan harga rata-ratanya sekitar 10 12. Ratio karbon dan nitrogen
(C/N) mempunyai arti penting misalnya apakah terjadi kompetisi antara
jasad renik renik dan tanaman terhadap kebutuhan unsur hara nitrogen.
Selanjutnya C/N berguna untuk mengetahui tingkat pelapukan dan
kecepatan penguraian bahan organik serta ketersedianya unsur hara
nitrogen didalam tanah (Bachtiar, 2006).
Rasio Karbon-Nitrogen (C/N) merupakan cara untuk menunjukkan
gambaran kandungan Nitrogen relatif. Rasio C/N dari bahan organik
merupakan petunjuk kemungkinan kekurangan nitrogen dan persaingan
diantara mikroba-mikroba dan tanaman tingkat tinggi dalam penggunaan
nitrogen yang tersedia dalam tanah (Foth,1991).

1.2.Permasalahan
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu faktor penting di dalam
perkembangan perekonomian di Indonesia Khususnya di Sumatera Utara.
Untuk mendapatkan kelapa sawit yang berkualitas tinggi maka diperlukan
suatu faktor pendukung, salah satunya adalah faktor kesuburan tanah.
Namun pada tanah yang dijadikan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit
ini belum diketahui tingkat kesuburannya, oleh karena itu perlu dilakukan
pengujian kimia tanah, sebahagian diantaranya adalah analisa terhadap
kadar Karbon (C) organik dan kadar Nitrogen (N) dari tanah, sehingga
dapat diketahui tingkat kesuburan tanah tersebut, selain itu dari analisa
tersebut diketahui perbandingan kadar Karbon-Nitrogen yang dituliskan
dengan C/N.
1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari analisa tersebut adalah untuk menentukan kadar
Karbon (C) Organik dan Nitrogen (N).
1.4.Manfaat
-Mengetahui tingkat kesuburan tanah yang dilihat dari kadar Karbon (C)
Organik dan Nitrogen (N).
-Mengetahui perbandingan nilai Karbon -Nitrogen (C/N).
- Memberikan informasi tentang kadar unsur hara Karbon Organik dan
Nitrogen di laboratorium pelayanan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
Medan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Tanah
Tanah terdapat dimana saja dan selalu berada disekeliling kita, tapi
pengertian tanah bagi setiap orang akan selalu berbeda tergantung dari
sudut mana orang itu melihat tanah. Kebanyakan orang tidak pernah
memikirkan asal kejadian tanah, darimana asalnya, dan bagaimana sifatsifatnya, padahal sifat-sifat tanah di suatu tempat akan berbeda dengan
sifat tanah di tempat lain.
Batasan atau defenisi tanah banyak dibuat orang, adakalanya defenisi itu
Singkat saja, tapi ada pula yang cukup panjang. Defenisi tanah yang
dibuat oleh Joffe dan Marbut, ahli tanah kenamaan dari Amerika Serikat
adalah sebagai berikut Tanah adalah tubuh alam (Natural Body) yang
terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya- gaya alam

(Natural Forces) terhadap bahan-bahan alam (Natural


Material)dipermukaan bumi. Tubuh alam ini dapat berdiferensiasi
membentuk horizon-horizon mineral ataupun organik, yang kedalamannya
beragam dengan sifat-sifatnya yang berbeda, dengan bahan induk yang
terletak dibawahnya dalam hal, morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik,
maupun sifat biologisnya.
Schoeder (1972) menyatakan bahwa : Tanah itu sebagai suatu sistem tiga
fase, yang mengandung air, udara dan bahan-bahan mineral dan bahan
organik serta jasad-jasad hidup, yang karena berbagai faktor lingkungan
terhadap permukaan bumi dan kurun waktu, membentuk berbagai hasil
perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang khas, sehingga berperan
sebagai tempat tumbuh tanaman.
Yustus vonLiebig seorang ilmuwan Jerman menggambarkan tanah sebagai
laboratorium kimia dan alam ini, dimana terjadi berbagai penguraian
kimia dan reaksi-reaksi sintesis yang terjadi secara sembunyi. Meskipun
tidak begitu penting adanya pengertian tanah yang universal tetapi demi
penguraian-penguraian selanjutnya maka dirasa perlu adanya rumusan
pengertian yang dapat diterima secara umum agar pembaca mendapat
gambaran serba sama dan tidak simpang siur. Pengertan tanah tersebut
adalah sebagai berikut :
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi,
yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan
dan bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa makanan dan hewan,
yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat
tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor iklim, bahan induk,
bentuk wilayah dan waktu pembentukan tanah (Bachtiar, 2006).
Dalam bidang pertanian, tanah memiliki arti yang lebih khusus dan
penting sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah berasal dari hasil
pelapukan batuan bercampur dengan sisa bahan organik dari organisme
(vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu
di dalam tanah terdapat pula udara dan air yang berasal dari hujan yang
ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain. Dalam proses
pembentukan tanah, selain campuran bahan mineral dan bahan organik
terbentuk pula lapisan-lapisan tanah yang disebut horizon. Dengan
demikian tanah (dalam arti pertanian) dapat didefenisikan sebagai
kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizonhorizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan
udara, dan merupakan media tumbuhnya tanaman.
Secara umum tanah dapat dipelajari dengan pendekatan pedologi dan
pendekatan edaphologi Ilmu yang mempelajari proses-proses

pembentukan tanah beserta faktor-faktor pembentuknya,klasifikasi tanah,


survai tanah, dan cara-cara pengamatan tanah di lapang disebut
Pedologi. Dalam hal ini tanah dipandang sebagai suatu benda alam
yang dinamis dan tidak secara khusus dihubungkan dengan pertumbuhan
tanaman. Walaupun demikian penemuan-penemuan dalam bidang
pedologi akan sangat bermanfaat pula dalam bidang pertanian maupun
non pertanian misalnya pembuatan bangunan (teknik sipil).
Apabila tanah dipelajari dalam hubungannya dengan pertumbuhan
tanaman disebut edaphologi. Dalam edaphologi yang dipelajari adalah
sifat-sifat tanah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, serta
usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah
(fisik, kimia dan biologi), bagi pertumbuhan tanaman seperti pemupukan
pengapuran dan lain-lain.
Meningkatnya pengetahuan manusia tentang tanah, maka Ilmu Tanah
menjadi Ilmu yang sangat luas, sehingga untuk dapat mempelajarinya
dengan baik perlu pengelompokkan lebih lanjut kedalam bidang-bidang
Ilmu Tanah yang lebih khusus seperti Fisika Tanah, Kimia tanah, Kesuburan
tanah, Mikrobiologi Tanah, Pengawetan Tanah dan Air, Mineralogi Tanah,
Genesis dan Klasifikasi Tanah, Geografi Tanah, Survai Tanah dan Evaluasi
Lahan. Kesuburan Tanah mempelajari hubungan unsur-unsur hara dalam
tanah dengan pertumbuhan tanaman, pemupukan dan usaha-usaha lain
dalam memperbaiki sifat-sifat tanah (sifat fisik, kimia dan biologi tanah)
untuk pertumbuhan tanaman.
Sifat fisik tanah yang terpenting adalah : solum, tekstur, struktur, kadar
air tanah, drainase dan porisitas tanah, dll. Sifat kimia tanah meliputi :
kadar unsur hara tanah, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation tanah
(KTK), kejenuhan basa (KB), kemasaman dapat dipertukarkan (Al dan H),
dan lain-lain. Sedangkan sifat biologi tanah meliputi : bahan organik
tanah, flora dan fauna tanah (khususnya mikroorganisme penting :
bakteri, fungi dan Algae), interaksi mikroorganisme tanah dengan
tanaman (simbiosa) dan polusi tanah.
Analisis Contoh Tanah
Pengambilan sampel
Pengambilan contoh tanah merupakan tahap awal dan terpenting dalam
program uji tanah dilaboratorium. Analisis contoh tanah bertujuan untuk
(1) menentukan sifat fisik dan kimia tanah (status unsur haratanah), (2)
mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur beracun di dalam tanah, (3)
sebagai dasar penetapan dosis pupuk, dan kapur sehingga lebih efektif,

efisien, dan rasional (4) Memperoleh data base untuk program


perencanaan dan pengelolaan tanah - tanaman.
Contoh tanah dapat diambil setiap saat, dan langsung dilakukan analisis
di laboratorium. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah
sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (keadaan kelembaban tanah
sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk dilakukan pengolahan
tanah). Pengambilan contoh tanah terkait erat dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam suatu kegiatan perencanaan pengelolaan tanah-tanaman.
Secara umum contoh tanah diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem
pertanaman di lapangan.
Untuk tanah yang digunakan secara intensif untuk budidaya pertanian,
contoh tanah diambil paling sedikit sekali dalam setahun. Pada tanahtanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan diambil
setiap 5 tahun sekali.
Contoh tanah yang diambil dapat berbentuk contoh tanah terganggu
(disturb soil samples) dan contoh tanah utuh atau tidak terganggu
(undisturb soil samples).
Contoh tanah utuh biasanya diperlukan untuk analisis sifat fisik tanah
(bobot isi, porisitas dan permeabilitas tanah), sedangkan contoh tanah
terganggu diperlukan untuk analisis sifat kimia tanah dan sifat fisik tanah
lainnya (tekstur, kadar air tanah/pF). Pengambilan contoh tanah utuh
(undisturb soil samples) harus menggunakan ring samples, sedangkan
contoh tanah terganggu dapat diambil dengan menggunakan alat
cangkul, sekop, atau auger(bor tanah).
Untuk keperluan evaluasi status kesuburan tanah, sebaiknya contoh
yang diambil merupakan contoh komposit yaitu contoh tanah campuran
dari contoh-contoh tanah individu (sub samples). Suatu contoh komposit
harus mewakili suatu bentuk/unit lahan yang akan dikembangkan atau
digunakan untuk tujuan pertanian. Satu contoh komposit mewakili suatu
hamparan lahan yang homogen (10 - 15 Ha).
Untuk lahan miring dan bergelombang satu contoh komposit dapat
mewakili tidak kurang dari 5 hektar. Satu contoh komposit terdiri dari
campuran 15 contoh tanah individu (sub samples).
Sebelum pengambilan contoh tanah, perlu diperhatikan keseragaman
areal/hamparan. Areal yang akan diambil contohnya diamati lebih dahulu
keadaan topografi, tekstur, warna tanah, pertumbuhan tanaman,
penggunaan tanah, input (pupuk, kapur, bahan organik,dsb.), dan rencana
pertanaman yang akan ditanam kemudian. Dari pengamatan ini, dapat

ditentukan satu hamparan yang sama (homogen/mendekati sama) untuk


titik sampling.Berikut ini hanya dikemukakan cara pengambilan contoh
profil dan contoh kesuburan (komposit) disuatu kebun atau areal yang
akan dipakai secara umum.
Analisis Tanah
Kandungan unsur hara di dalam tanah sebagai gambaran status
kesuburan tanah dapat dinilai dengan beberapa metode pendekatan yaitu
: (1) Analisa contoh tanah, (2)Mengamati gejala-gejala (symptom)
pertumbuhan tanaman, (3) Analisa contoh tanaman, (4) Percobaan pot di
rumah kaca, dan (5) Percobaan lapangan.
Analisis tanah dilakukan terhadap contoh tanah yang diambil di lapangan
dengan metode tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Analisa tanah
dilaboratorium dilakukan terhadap variabel-variabel kimia dan fisik
tanah : pH, kapasitas tukar kation, Nitrogen, kalium, fosfor, kalsium,
magnesium (hara makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B, Mo, dll), bahan
organik, tekstur tanah dan sebagainya.
Kadar unsur hara tanah yang diperoleh dari data analisis tanah bila
dibandingkan dengan kebutuhan unsur hara bagi masing-masing jenis
tanaman, maka dapat diketahui apakah status/kadar unsur hara dalam
tanah tersebut sangat rendah (kurang), rendah, sedang, cukup ataukah
tinggi, sesuai kriteria tertentu.Prinsip yang harus diperhatikan dalam uji
tanah ialah bahwa metode analisa tanah tersebut (1) harus dapat
mengekstraksi bentuk unsur hara yang tersedia saja, secara tepat. Jadi
sifatnya selektif artinya tidak mengekstraksi bentuk yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh tanaman, (2) metode analisa yang dipakai
dilaboratorium harus sederhana, cepat, mudah dilaksanakan dan memiliki
ketepatan dan ketelitian tinggi, (3) hasil analisis harus dapat
direproduksi. Dengan demikian larutan kimia yang dibuat harus
didasarkan pada pengetahuan yang baik tentang bentuk-bentuk kimia
dari unsur hara di dalam tanah dan tentang sifat akar tanaman dan
mekaniusme pelarutan bentuk-bentuk kimia oleh akar tanaman.
Oleh karena itu uji kimia tanah perlu dikorelasikan dengan serapan hara
oleh tanaman melalui percobaan rumah kaca (uji korelasi) dan percobaan
lapangan (uji kalibrasi). Uji korelasi dimaksudkan untuk mendapatkan
metode yang tepat untuk suatu unsur dan tanaman tertentu. Sedangkan
uji kalibrasi dimaksudkan untuk mendapatkan hubungan antara selang
kadar suatu unsur hara atau nilai kritisnya dengan respons tanaman
dilapangan terhadap unsur tersebut.

Dengan demikian memberikan nilai agronomik bagi angka uji tanah


tersebut. Tanpa uji kalibrasi maka angka-angka uji tanah tidak berarti
sama sekali.
Sifat Tanah Serapan merupakan salah satu sifat penting dari tanah yang
berhubungan dengan pencemaran, karena dengan serapan tanah mampu
menyerap senyawa-senyawa organik terutama pestisida dan herbisida.
Kation-kation organik kebanyakan terserap di dalam permukaan lempung
yang bermuatan negatif dan anion-anion organik lebih tertarik ke arah
tepi permukaan lempung. Kini telah diketahui bahwa senyawa-senyawa
organik yang tidak bermuatan jug dapat terserap oleh mineral-mineral
lempung.
Kation-kation yang terserap di permukaan lempung dapat dipertukarkan
dengan kation-kation lainnya, seperti :
Ca-tanah + 2 NH4 + (NH4)2 tanah + Ca2+ Kation-kation yang
terserap ini umumnya tersedia bagi tanaman melalui pertukaran dengan
ion H+ dari respirasi akar tanaman. Dengan serapan pupuk yang
ditambahkan dapat tertahan sehingga terhindar dari pencucian dan
kation-kation pencemar pada air tanah dapat tersaring.
StrukturTanah Tanah terdiri atas beberapa horison, horison A yang dikenal
dengan nama top soil merupakan lapisan yang sangat tipis, kaya akan
bahan organik dan terjadi aktivitas biologi yang maksimal. Horison B atau
sub soilmenerima bahan organik, garam-garam dan partikel-partikel liat
yang leaching dari horison A dan merupakan lapisan yang lebih tebal dari
top soil. Horison yang paling bawah disebut dengan horison C yang
merupakan batuan induk. Bila kita melihat berdasarkan zone-zonenya,
maka tanah dapat dibedakan atas zone aerasi dan zone jenuh air, Zone
aerasi terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian teratas berupa air hujan atau
salju yang meresap pada tanah kering yang membentuk suatu lapisan film
(berupa tanah lembab). Bagian kedua adalah bagian yang mengandung
udara cukup tinggi, walaupun air juga terserap namun masih ada ronggarongga udara.
Bagian ketiga adalah serat-serat kapiler yang menarik air dari zone jenuh
air.
Zone jenuh air terdiri dari 2 bagian, yaitu water table yang memegang
peranan penting untuk menentukan perkiraan aliran air dari mata air,
sumur, air sungai dan air danau. Water table juga penting untuk
menentukan polutan yang berbahaya bagi air tanah. Bagian kedua adalah
air tanah yang merupakan tempat pembentukan mineral sekunder yang
tergantung pada porositas dan permiabilitas batuan yang terbentuk di

situ, misalnya tanah liat permibialitasnya rendah, walaupun banyak


airnya.
Komponen-komponen tanah yang utama adalah air, udara, bahan organik
dan bahan mineral (anorganik). Tanah-tanah yang produktif mengandung
5% bahan organik dan 95% bahan anorganik, sedangkan tanah-tanah
gambut mengandung 95% bahan organik dan 5% bahan anorganik.
Secara kasar 25% tanah terdiri dari pori-pori tanah, yang penting dalam
tanah adalah adanya perimbangan antara air dan udara tanah yang
dipengaruhi oleh struktur dan tekstur tanah.
Air tanah ada beberapa macam, yaitu : air yang teradsorpsi pada partikelpartikel tanah, air diantara partikel-partikel tanah, air yang terimbibisi
kedalam partikel-partikel tanah dan terikat kuat. Selain itu ada istilah air
tersedia, yaitu air yang dapat ditarik oleh akar tanaman.
Udara tanah sangat diperlukan untuk proses reduksi-oksidasi, penguraian
bahan organik dan kestabilan ion-ion logam, juga berkaitan dengan
konsentrasi oksigen dan CO2 dan unsur-unsur atau reaksi-reaksi dalam
bentuk gas. Udara tanah penting artinya, karena berkaitan dengan
konsentrasi oksigen, konsentrasi CO2 dan unsur-unsur serta reaksi-reaksi
dalam bentuk gas. Pergerakan air dan udara tanah dipengaruhi oleh
jumlah dan ukuran pori-pori, serta oleh ukuran partikel-partikel tanah. Air
sebagai pelarut bahan-bahan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya adalah pH.
Bahan organik tanah merupakan penentu produktivitas tanah dan
merupakan sumber makanan mikroorganisme dalam tanah melalui reaksireaksi kimia. Pada waktu pembentukan tanah banyak bahan organik
terkontribusi sebagai bahan mineral, seperti hasil-hasil metabolit fungi
dalam tanah berupa garam-garam kalsium dan dalam air tanah sebagai
mineral terlarut yang selanjutnya tersedia bagi tanaman (nutrien), namun
proses ini sangat kompleks, seperti halnya senyawa-senyawa
organologam Fe dan Al,
Beberapa fungi dalam tana
h menghasilkan asam sitrat dan kelat asam
-asam organik yang bereaksi dengan mineral silikat melepaskan kalium
dan logam-logam nutrien yang lain.
Komponen organik yang aktif secara biologi dari fraksi tanah diantaranya
polisakarida, amino, gula-gula yang lain, sulfur dan fosfor. Akumulasi

bahan organik di dalam tanah sangat dipengaruhi suhu dan ketersediaan


oksigen.
Senyawa-senyawa organik tanah yang penting adalah :
- humus
- minyak, lemak dan resin
- sakarida
- senyawa
-senyawa fosfor
Humus adalah bagian tanah yang mengandung bahan organik, terdiri dari
bagian yang larut, seperti asam humat dan asam fulfat serta bagianbagian yang tidak larut, seperti humin yang tidak mudah urai. Humus
merupakan residu dari degradasi bahan tanaman oleh bakteri atau fungi.
Humus kaya akan karbon, hidrogen dan oksigen. Substansi humus juga
mampu berikatan kuat dengan senyawa-senyawa polivalen yang
kelarutannya rendah, seperti DDT dan antrazine, suatu herbisida yang
digunakan secara luas untuk membunuh gulma, sehingga tanah dapat
tercemar oleh pestisida jenis ini. Minyak, lemak dan resin umumnya hanya
merupakan beberapa persen dari bahan organik tanah, namun dapat
mempengaruhi sifat fisik tanah dan kemungkinan tanah dapat menjadi
fitotoksik. Sakarida merupakan sumber makanan utama bagi
mikroorganisme tanah dan membantu stabilitas agregat tanah,
sedangkan senyawa-senyawa fosfor merupakan sumber fosfor bagi
tanaman, sebagai fosfor anorganik yang ketersediaannya tergantung
pada pH tanah. Fosfoe juga sebagai bioenergitika (ATP dan enzim-enzim
kinase).
Komponen anorganik tanah sangat penting dalam produktivitas tanah.
Dalam bentuk koloid komponen anorganik merupakan penyimpan air dan
nutrien yang dapat tersedia bagi tanaman bila diperlukan. Unsur-unsur
dalam tanah, seperti Al, Fe,Si, Ca, Na, K dan Mg serta oksigen dapat
bergabung membentuk fraksi mineral anorganik, seperti kuarsa (SiO2),
orthoklase (KAlSi3O8), albite (NaAl SiO8) dan magnetit (Fe3O4). Bagi
tanaman yang penting adalah unsur anorganik tanah atau mineral tanah
sebagaihara tanaman.
Hara tanaman terdiri dari hara makro dan hara mikro. Hara makro
merupakan unsur-unsur yang menjadi komponen pokok pada tanaman
dan diperlukan dalam jumlah yang banyak. Unsur-unsur ini terdiri dari :
yang diperoleh dari atmosfer dan perairan karbon (C), hidrogen (H),

oksigen (O) dan nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg) dan sulfur (S), yang umumnya diperoleh dari tanah.
Walaupun N, P dan K sering ditambahkan melalui pemupukan dan N
sering diperoleh dari atmosfer melalui bakteri dalam proses nitrifikasi dan
denitrifikasi.Hara mikro berfungsi sebagai komponen penting enzim-enzim
pada tanaman, namun diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil, bila
terlalu banyak dapat menjadi toksik. Unsur-unsur ini terdiri dari : boron
(B), klor (Cl), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn), molibdenum (Mo),
natrium (Na), seng (Zn) dan vanadium (Va), dimana Mn, Fe, Zn, Cl dan Va
juga terlibat dalam fotosintesis.
Polusi Tanah
Sumber polusi tanah dapat dari limbah, sampah, atmosfer atau dari
perairan atau kegiatan pertanian, seperti kelebihan pupuk dan ketidak
tepatan pestisida. Polusi tanah dapat terjadi secara langsung, maupun
secara tidak langsung. Secara langsung seperti penggunaan pupuk yang
berlebih, pemakaian pestisida yang kurang tepat dan pembuangan limbah
atau sampah yang tidak terurai. Secara tak langsung, seperti :
-melalui air. Air yang mengandung pencemar dapat mengubah susunan
kimia tanah, sehingga mengganggu kehidupan di dalam dan di
permukaan tanah.
-Melalui udara. Udara yang tercemar dapat menurunkan hujan yang
mengandung pencemar, sehingga tanah juga akan tercemar.
Pemupukan yang berlebih dapat meningkatkan unsur yang ada dalam
tanah baik jumlah maupun ketersediaannya bagi tanaman, sehingga
tanaman dapat menjadi keracunan.
Hal ini menunjukkan bahwa tanah tersebut sudah kurang baik bagi
pertumbuhan tanaman, berarti sudah tercemar. Selain itu unsur yang
berlebih ini dapat di alirkan oleh air tanah atau air permukaan menuju ke
perairan, sehingga dapat menyebabkan eutrofikasi, terutama untuk unsur
N dan P. Eutrofikasi didefenisikan sebagai peningkatan jumlah nutrien
dalam air permukaan, sehingga menyebabkan pertumbuhan alga dan
tanaman air, berkurangnya oksigen terlarut, peningkatan turbiditas dan
perusakan kualitas air secara umum.
Pestisida dipakai secara luas, karena terbukti hasilnya dapat
meningkatkan produksi tanaman, sehingga perekonomian dapat
ditingkatkan. Namun harus diingat juga dampak penggunaannya yang
berkaitan dengan sifat mendasar yang penting terhadap efektifitasnya
sebagai pestisida.

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan bila pestisida terserap oleh


tanah adalah tercucinya pestisida (leaching), sehingga juga berpotensi
sebagai pencemar perairan, pengaruhnya terhadap mikroorganisme dan
hewan-hewan tanah dan kemungkinan terdegradasinya pestisida menjadi
zat atau senyawa yang sangat beracun. Beberapa faktor yang
mempengaruhi adsorbsi pestisida antara lain kelarutan, volatilitas,
polaritas struktur serta ukuran molekul.
Kekuatan terserapnya pestisida pada partikel tanah tergantung pada
beberapa hal, seperti ikatan van derwalls yang dipengaruhi oleh interaksi
antara dipol-dipol molekul pestisida dengan muatan partikel tanah,
pertukaran kation, melalui ikatan hidrogen dan dalam beberapa kasus
pestisida dapat juga sebagai ligan yang terkoordinasi dengan logamlogam dalam bahan mineral tanah.
Pergerakan pestisida dalam lingkungan tanah menyangkut beberapa
proses, seperti difusi dan hamburan, perpindahan massa, pencucian dan
penguapan. Difusi pestisida di dalam tanah dapat terjadi dalam larutan
pada batas antar fasa udara-air atau udara-padatan dan juga dalam
udara-tanah. Proses ini rumit dan dipengaruhi oleh kelarutan, penyerapan,
kandungan air tanah, porositas serta penyerapan oleh tanaman.
Degradasi pestisida dalam tanah melalui tiga cara, yaitu fotodekomposisi,
transformasi kimiawi dan degradasi mikrobiologis. Dalam proses
transformasi kimiawi air berperan sebagai media reaksi, rektan atau
keduanya. Reaksi-reaksi ini meliputi hidrolisis, oksidasi, reduksi dan
isomerisasi.Reaksi-reaksi ini dapat dikatalis oleh permukaan liat oksida
dan ion logam serta bahan organik. Korelasi dengan siklus udara dan air
Gas SO2 dari pembakaran akan mengendap dalam tanah sebagai SO42-.
Sedangkan NO di udara akan menjadi NO3-dan tersimpan dalam tanah
atau NO dan NO2 akan terserap oleh tanah kemudian dalam tanah
teroksidasi menjadi NO3-. Karbon monoksida akan berubah menjadi CO2
dan menjadi biomas oleh bakteri dan fungi. Partikel-partikel timbal (Pb)
dari pembakaran bahan bakar pada kendaraan bermotor juga ditemukan
dalam kadar yang tinggi di dalam tanah pada daerah yang lalu lintasnya
padat.
Di daerah industri senyawa-senyawa organik yang mudah menguap,
seperti benzena,toluena, xylena, diklormetan dan sebagainya akan dapat
menjadi pencemar tanah. Beberapa senyawa organik pencemar dapat
berikatan dengan humus selama proses humifikasi. Terikatnya senyawasenyawa organik ini oleh humus selama strukturnya mirip dengan
substansi humik seperti fenol dan anilin, setelah berikatan akan menjadi
residu terikat yang sangat resisten terhadap perusakan, baik secara
biologi maupun secara kimia.

Pencemar-pencemar tanah dapat terbawa oleh air permukaan atau oleh


erosi air maupun angin ke perairan (danau, sungai dan laut), sehingga
dapat juga mencemari perairan tersebut. Bila N dan P berlebih di tanah
terbawa ke perairan dapat menyebabkan eutrofikasi, sedangkan senyawasenyawa organik seperti di atas dan unsur-unsur anorganik seperti logam
berat yang terbawa ke perairan akan mempengaruhi kehidupan
organisme di perairan tersebut.
2.2. Kimia Tanah
Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi
kandungan hara mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting
dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah.
Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang
istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan
pemupukan. Walaupun demikian, tanah yang mengandung unsur hara
dalam jumlah yang besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan
generatif tanaman.
Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki kandungan
unsur hara yang tinggi, dengan C/N mendekati 10, dimana C 1% dan N
0,1%. Namun, faktor pengolahan budi daya atau teknis agronomis dan
sifat genetis induk tanaman kelapa sawit juga menentukan produksi
kelapa sawit (Yan Fauzi, 2007).
Sistem tanah terdiri dari tiga fasa, yaitu padat, cairan dan gas. Fasa padat
merupakan campuran mineral dan bahan organik yang membentuk
jaringan kerangka tanah. Dalam jaringan ini terbungkus sistem ruang pori
yang ditempati bersama oleh fasa cairan dan gas.
Fasa cairan dari sistem tanah disebut dengan larutan tanah, yang terdiri
dari air dan zat-zat terlarut (garam-garam bebas dan ion-ion dari garamgaram tersebut). Larutan tanah merupakan sumber perolehan unsur hara
anorganik dan air bagi akar tanaman dan organisme lainnya.
Tanah mempunyai kemampuan untuk melakukan peruraian atau reaksi
tanah lainnya atau menetralisir efek polutan, melalui berbagai reaksi
kimia dan biokimia antara lain :
-reaksi reduksi dan oksidasi
-reaksi asam basa
-pengendapan
-jerapan

-degradasi biokimia
walaupun demikian tetap diperlukan perhatian bila akan membuang
limbah ke dalam
tanah, terutama adanya kontaminasi air tanah.
Reaktifitas Tanah
Pada kondisi asam beberapa bakteri dalam tanah dapat mereduksi nitrat
menjadi nitrit (ion toksik) melalui reaksi :

NO3- + 2H++ 2 e NO2-+ H2O


Ammonia dalam tanah akan teroksidasi dengan katalis mikroorganisme
dan akan terbentuk nitrat melalui reaksi :
NH3 + 2 O2H+ + NO3- + H2O
Sedangkan nitrogen dalam ammonium (NH4+) dapat terikat kuat pada
tanah atau terikat pada lapisan kristal mineral liat dan dapat juga
dipertukarkan melalui reaksi pertukaran ion.
Pada kondisi basa fosfor dalam tanah dapat bereaksi dengan kalsium
karbonat membentuk hidroksi apatit yang tidak larut melalui reaksi :
6HPO22- + 10 CaCO3 + 4 H2O Ca10 (PO4)6(OH)2 + 10 HCO3- + 2 OHTanah dapat menjadi asam oleh proses-proses reduksi dan oksidasi sulfur,
seperti reaksi :
Oksidasi S dapat dilakukan oleh mikroorganisme autotrop maupun
heterotrop yang
hidup dalam tanah pada pH antara 1,5 9, sedangkan pada tanah-tanah
yang netral
dan basa oksidasi S dilakukan oleh mikroorganisme heterotrop. Faktorfaktor yang mempengaruhi oksidasi S adalah tipe tanah, pH, temperatur
dan kelembapan tanah serta bahan organik tanah. Aktivitas
mikroorganisme dalam tanah dapat menyebabkan perubahan S organik
menjadi anorganik, hal ini penting untuk penyediaan S bagi pertumbuhan
tanaman. Reaksi reaksi dalam tanah
1. Reaksi asam basa, seperti reaksi pyrite (FeS2) dalam tanah membentuk
asam sulfat, sehingga membentuk tanah-tanah cat clays yang
kemungkinan mempunyai pH lebih kecil dari 3 (tanah sangat asam).

Tanah-tanah asam ini tak baik untuk pertumbuhan tanaman, sehingga


perlu dinetralisir, misalnya dengan menggunakan kalsium karbonat
(pengapuran).
Pertumbuhan tanaman umumnya terjadi pada pH yang mendekati netral.
2. Reaksi pertukaran kation, seperti pada penambahan CaCO3, dimana ion
H+ yang
terserap pada tanah asam akan dipertukarkan oleh ion Ca
3. Reaksi hidrolisis, biasanya terjadi pada tanah-tanah yang cenderung
basa, seperti di daerah yang jarang turun hujan, sehingga perlu diberi
perlakuan, seperti penambahan aluminium sulfat atau besi sulfat atau
dengan penambahan S yang dioksidasi oleh bakteri yang menghasilkan
asam sulfat, sehingga pH nya mendekati netral
Tersedianya unsur hara bagi tanaman, meningkatnya aktivitas
mikroorganisme dan reaksi-reaksi kimia lainnya di dalam tanah sangat
dipengaruhi oleh reaksi tanah, yang secara tidak langsung berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman.
Unsur Unsur Hara Penyusun Tanaman
Hasil penelitian para ahli telah menunjukkan bahwa tanaman itu terdiri
dari air (90%) dan bahan kering atau dry matter (10%). Bahan kering
terdiri dari bahan-bahan organik dan an-organik. Menurut analisa kimia
ternyata pula bahwa bahan organik terdiri dari :
- Karbon (C)
: sekitar 47% - Hidrogen (H)
: sekitar 7% - Oksigen (O)
: sekitar 44% - Nitrogen
: sekitar 0,2% - 2%
Sedangkan bahan anorganik (persenyawaan anorganik) adalah
merupakan bagian-bagian mineral atau abu. Berdasarkan analisa,
ternyata tanaman itu terdiri dari sekitar 50 elemen atau unsur. Sedang
yang dibutuhkan oleh tanaman selama masa pertumbuhan dan
perkembangannya ada 16 unsur yang merupakan unsur hara esensial
yang dapat dibagi menjadi unsur hara makro dan mikro. Unsur hara
makro relatif banyak diperlukan oleh tanaman, sedangkan unsur hara
mikro juga sama pentingnya dengan unsur hara makro hanya dalam hal
ini kebutuhan tanaman terhadap zat-zat ini hanya sedikit.

Tidak lengkapnya unsur hara makro dan mikro, dapat mengakibatkan


hambatan bagi pertumbuhan/perkembangan tanaman dan
produktivitasnya. Ketidaklengkapan salah satu atau beberapa zat hara
tanaman makro dan mikro dapat dikoreksi atau diperbaiki dengan pupuk
tertentu pada tanahnya.
Sebagaimana kita telah ketahui dari pelajaran anatomi tanaman, bahwa
pada umumnya tanaman itu mempunyai jaringan-jaringan dan
memerlukan enzim-enzim. Jaringan-jaringan dibangun dari karbohidratkarbohidrat, lemak-lemak, protein-protein dan nukleoprotein, sedangkan
enzim-enzim ialah untuk memungkinkan jaringan-jaringan tersebut
berfungsi.
Unsur hara yang banyak diperlukan bagi pembentukan jaringan-jaringan
seperti misalnya dengan : karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, fosfor dan
belerang.
Untuk pembentukan enzim-enzim diperlukan (walaupun sangat minim)
unsur-unsur : besi, mangan, seng, tembaga, boron, molibdenum serta
kadang-kadang pula kobalt (Co). Sedang untuk keperluan-keperluan
lainnya diperlukan oleh tanaman unsur-unsur : kalium, magnesium,
kalsium serta kadang-kadang natrium, klor dan unsur-unsur elektrolit
lainnya. unsur-unsur seperti : silika dan aluminium kemungkinan besar
diperlukan oleh jaringan tanaman. Dalam hal ini fungsinya tidak begitu
jelas kecuali unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen (C,H,O).
Unsur-unsur yang diperlukan tanaman diserap dari tanah berupa ion-ion
organis yang sederhana, sedangkan C, H dan O diperoleh tanaman dari
udara dan air.
Unsur nitrogen berasal dari ion-ion ammonium dan nitrat, terutama dari
pemupukan selain dari fiksasi Nitrogen udara. Unsur-unsur hara yang
diserap akar-akar tanaman dari dalam tanah banyaknya berbeda-beda.
Hal ini sangat tergantung dari jenis atau species tanaman-tanamannya
(Mul Mulyani, 1999).
2.3. Unsur Hara Makro Karbon (C)
Tanaman mengambil unsur karbon berupa CO2 dari udara bebas
(atmosfir).Kegiatan ini dilakukan oleh organ tanaman yang memiliki
klorofil, umumnya bagian tanaman yang berwarna hijau dan terdapat di
atas tanah. Klorofil mampu menyerap energi cahaya (terutama sinar
matahari) dan mengubahnya menjadi energi kimia. Energi tersebut
digunakan untuk menghasilkan CO2 menjadi senyawa organik termasuk
karbohidrat. Kadar CO2 dalam atmosfir relatif stabil, yakni 0,03% volume

atau 0,57 mg/liter udara. Tanpa adanya CO2 di udara, maka kehidupan
tanaman akan terhenti.
Kalau kehidupan tanaman terhenti, maka kehidupan makhluk lain
termasuk manusia dan hewan mungkin juga terhenti.
Menurut Kononova (1966), sumber utama CO2 di alam berasal dari
dekomposisi bahan organik berupa sisa-sisa tanaman ataupun hewan dan
dari respirasi invertebrata, bakteri, serta fungi. Berdasarkan perhitungan
Uspenkii cit. Kononova (1966), jumlah CO2 yang dihasilkan oleh hasil
pernafasan populasi heterotrof per tahun diperkirakan sebagai berikut :
Binatang invertebrata: 3,7 x 109ton
Bakteri : 51,4 x 109ton
Fungi/jamur : 8,8 x 109ton
Akar tanaman: 71,5 x 109ton
Jumlah CO2 seluruhnya :

135,4 x 109 ton

Menurut kononova (1966), keperluan seluruh tanaman yang hidup


diperkirakan sekitar 80 x 109 ton karbon per tahun. Dengan persediaan
CO2 dalam udara sebesar 0,03% volume, maka CO2 tersebut akan habis
diserap tanaman dalam waktu beberapa dekade saja. Berkat adanya daur
(siklus) yang menghasilkan CO2, maka kadar gas tersebut relatif stabil
(Afandie, 2002).
Karbon penting sebagai bahan pembangun bahan organik, karena
sebahagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik,
sumber karbon dapat dikatakan banyak, dalam ruangan tertutup yang
berisi : CO2 fotosintesa terus aktif. Kandungan karbon bervariasi di atas
tanah, di atas daun, dalam hal ini satu meter di atas tanah akan berbeda.
Di udara terbuka terdapat 0,03% CO2, sedangkan di tempat yang banyak
tanamannya terdapat CO2 yang lebih besar dari 0,03%. Landegardh
(1924) menyatakan bahwa CO2 :
-pada permukaan tanah terdapat sekitar 0,053 0,28%.
- Di atas daun terdapat sekitar 0,04 0,067%.
- Satu meter di atas permukaan tanah terdapat sekitar 0,07% (Mul
Mulyani, 1999).
2.4. Unsur Hara Makro Nitrogen di Dalam Tanah

Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman


dalam jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium
( NH4+ ) dan nitrat (NO3+).
Sumber N tidak diperoleh dari batuan dan mineral tapi berasal dari hasil
pelapukan bahan organis, dari udara melalui fiksasi N oleh
mikroorganisme baik yang bersimbiosa dengan akar tanaman leguminosa
seperti bakteri rhizobium atau tidak seperti bakteri Azotobacter dan
Clostrodium. Sumber lain dari nitrogen di dalam tanah melalui air hujan
dan melalui penambahan pupuk buatan seperti urea atau ZA.
Nitrogen berperan penting dalam merangsang pertumbuhan vegetatip
dari tanaman. Membuat daun tanaman berwarna hijau gelap. Selain itu N
merupakan penyusun plasma sel dan berperan dalam pembentukan
protein.
Bila tanaman kahat (defisiensi) unsur hara N menunjukkan gejala pada
tanaman seperti pertumbuhan yang kerdil, pertumbuhan akar terbatas
dan daun menjadi warna kuning pucat. Kuningnya warna daun dimulai
dari daun tua baru kemudian pada daun muda.
Bila kelebihan unsur hara N maka akan mengakibatkan
memperlambatnya kematangan tanaman, batang lebih mudah roboh dan
mudah diserang oleh hama penyakit.
Bentuk-bentuk N di dalam tanah : Nitrogen didalam tanah terdapat dalam
beberapa bentuk, ada yang dalam bentuk senyawa organik seperti
protein atau senyawa-senyawa amino dan ada yang dalam bentuk
anorganik seperti Amonium (NH4+) dan Nitrat (NO3+).
Mineralisasi Nitrogen dari Bahan Organik
Pada bagian terdahulu telah dinyatakan bahwa sumber utama N berasal
dari penguraian bahan-bahan organik. Peruraian ini melalui beberapa
proses sebagai berikut :
Aminisasi: Proses aminisasi adalah proses pelapukan protein dari bahan
organik oleh
bermacam-macam mikroorganisme sehingga terbentuk senyawa-senyawa
amino Protein
Pengikatan Nitrogen Dalam Tanah
Persediaan atau kandungan nitrogen di udara memang tinggi yaitu
sekitar 76,5%, jadi pengikatannya yang terus menerus dapat dikatakan
leluasa, berbeda dengan supply nitrogen tertentu di dalam tanah adalah

sangat terbatar yang umumnya bertingkatan dari sekitar 0,1% ke 0,2%


dan lebih tinggi pada keadaan-keadaan yang eksepsional.
Curah hujan menurunkan kuantitas kecil nitrogen yang diikat dengan
daya elektri di atmosfer. Yang penting didalam hal ini yaitu dalam
hubungan oksida nitrogen. Fiksasi khemis dan psikokhemis atas nitrogen,
melalui perantaraan sinar matahari misalnya, dapat juga dipikirkan atas
pentingnya keadaan yang sangat terbatas itu. Baiklah kita perhatikan
terlebih dahulu batasan fiksasi nitrogen dalam tanah, yaitu bahwa fiksasi
nitrogen ialah proses pertukaran nitrogen udara menjadi nitrogen dalam
tanah oleh jasad renik tanah, yang simbiotik dan non simbiotik. Selain ke
dua golongan jasad renik itu (non simbiotik dan simbiotik) yang
merupakan jasad-jasad renik utama yang terlibat dalam proses, terdapat
juga beberapa bakteri yang secara terbatas melakukan fiksasi nitrogen,
antara lain beberapa bakteria dan cendawan, terutama misalnya oleh
ganggang biru-hijau (Mul Mulyani, 1991).
Daur Nitrogen Sumber utama N berasal gas N2 dari atmosfir. Kadar gas
Nitrogen di atmosfir bumi berkisar 79%. Walaupun jumlahnya sangat
besar, tetapi nitrogen tersebut belum dapat dimanfaatkan oleh tanaman
tingkat tinggi, kecuali telah menjadi bentuk yang tersedia. Proses
perubahan tersebut adalah :
1.Penambatan oleh mikrobia dan jasad renik lain. Jasad renik ada yang
hidup simbiotis dengan tanaman legum (kacang-kacangan) ataupun
tanaman non-legum.
2. Penambatan oleh jasad-jasad renik yang hidup bebas di dalam tanah
atau yang hidup pada permukaan organ tanaman seperti daun
3.Penambatan sebagai oksida karena terjadi pelepasan muatan listrik di
atmosfir. Penambatan sebagai amonia, NO3- atau CN2 pada proses proses yang terjadi di industri pabrik pupuk sintesis.
Dapat dikatakan bahwa persediaan nitrogen di alam pada dasarnya tidak
habis - habisnya. Nitrogen ditambat dengan proses dan cara yang
berbeda - beda, demikian juga sebaliknya terjadi pelepasan N ke atmosfir
(Afandie, 2002).
2.5. Analisa Nitrogen Dengan Menggunakan Metode Kjeldahl
Penerapan jumlah protein secara empiris yang umum dilakukan adalah
dengan menentukan jumlah N yang dikandung oleh suatu bahan.
Penentuan rotein berdasarkan jumlah N menunjukkan protein kasar
karena selain protein juga terikut senyawaan N bukan protein misalnya
urea, asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit, asam amino, amida, purin dan

pirimidin. Penentuan cara ini yang paling terkenal adalah cara kjeldahl
yang dalam perkembangannya terjadi berbagai modifikasi misalnya oleh
gunning dan sebagainya. Analisa protein cara kjeldahl pada dasarnya
dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi
dan tahap titrasi.
1. Tahap Destruksi
Pada tahap ini sampel dipanaskan, dalam asam sulfat pekat sehingga
terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen
teroksidasi menjadi CO, CO2, dan H2O. Sedangkan nitrogennya akan
berubah menjadi (NH4)2SO4. Asam sulfat yang dipergunakan untuk
destruksi diperhitungkan adanya bahan protein lemak dan karbohidrat.
Sampel yang dianalisa sebanyak 0,4 35 g atau mengandung nitrogen
sebanyak 0,02 0,04 g. Untuk cara mikro kjeldahl bahan tersebut lebih
kecil sedikit lagi yaitu 10 30 mg. Untuk mempercepat proses destruksi
sering ditambahkan katalisator yaitu selenium. Selenium dapat
mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik
didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi
rendah atau sebaliknya. Penggunaan selenium lebih reaktif dibandingkan
merkuri dan kupri sulfat tetapi selenium mempunyai kelemahan yaitu
karena sangat cepatnya oksidasi maka nitrogennya justru mungkin ikut
hilang. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian selenium yang sangat
sedikit yaitu kurang dari 0,25 g. Proses destruksi sudah selesai apabila
larutan menjadi jernih atau tidak berwarna.
2.Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, amonium sulfat dipecah menjadi ammonia dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama
destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau
timbulnya gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam
zink. Ammonium yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh
larutan asam standar. Asam standar yang dapat dipakai adalah asam
klorida atau asam borat 4% dalam jumlah yang berlebihan. Agar supaya
kontak antara asam dengan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung
tabung tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam
dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG + MR atau
PP. Destilasi diakhiri bila semua ammoniak telah terdestilasi sempurna
dengan ditandai destilat tidak bereaksi basa.
3. Tahap Titrasi
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya
asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi

dengan menggunakan asam klorida 0,1 N dengan indikator BCG + MR,


akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi
merah muda. Selisih jumlah titrasi sampel dan blanko merupakan jumlah
ekuivalen nitrogen (Sudarmadji,1989).
2.6. Perbandingan Karbon - Nitrogen (C/N)
Jasad renik tanah merupakan agen utama untuk pembusukan bahan
organik dan mempunyai kebutuhan makanan tertentu. Yang menjadi
perhatian utama dari segi kepraktisan adalah jumlah karbon yang relatif
terhadap nitrogen dalam bahan organik yang sedang terurai. Masalah
timbul bila kandungan nitrogen didalam bahan organik yang terurai itu
sedikit, karena jasad renik mungkin menjadi kekurangan nitrogen dan
bersaing dengan tumbuhan tinggi untuk memperoleh nitrogen apa saja
yang tersedia didalam tanah.
Nisbah karbon - Nitrogen merupakan cara yang mudah untuk menyatakan
kandungan nitrogen relatif karena kandungan karbon dalam bahan
organik relatif konstan, sekitar 40 50 persen, sementara kandungan
nitrogen bervariasi berlipat ganda. Jadi, nisbah karbon - nitrogen bahan
organik merupakan indikasi kemungkinan kekurangan nitrogen dan
persaingan antara jasad renik dan tumbuhan tinggi untuk memperoleh
nitrogen apa saja yang tersedia di dalam tanah.
Sisa tumbuhan dewasa yang menyediakan bahan mentah untuk
penguraian jasad renik mengandung sekitar 50 persen karbon dan 1
persen nitrogen (C/N = 50). Karnohidrat dengan cepat diuraikan, dan
terjadi peningkatan besar dalam kegiatan jasad renik. Selama penguraian,
mineralisasi dan immobilisasi hara terjadi secara bersamaan. Yang
menjadi perhatian khusus adalah apakah immobilisasi nitrogen melebihi
mineralisasi. Bila demikian, jasad-jasad renik akan bersaing
dengantumbuhan tinggi untuk memperoleh nitrogen yang sedang
dimineralisasi dari penguraian humus, dan pertumbuhan tanaman tinggi
akan menurun.Faktor Nitrogen merupakan istilah yang akrab untuk
menyatakan berapa jauh suatu bahan itu kekurangan nitrogen untuk
peruraian. Istilah ini didefenisikan sebagai jumlah unit nitrogen anorganik
yang harus disediakan untuk 100 unit bahan organik agar dapat
menghindarkan immobilisasi nitrogen netto dari lingkungan. Immobilisasi
melebihi mineraliasi nitrogen bila nisbah karbon-nitrogen adalah diatas
30. pada kisaran 15 sampai 30, immobilisasi dan mineralisasi kira-kira
sama. Mineralisasi melebihi immobilisasi bila nisbah karbon-nitrogen pada
bahan yang berurai kurang dari 15, seperti halnya humustanah (Foth,
1994).Apabila sejumlah besar bahan organik dengan C/N yang tinggi misal
50 : 1 dimasukkan ke dalam tanah, maka bahan organik ini akan diserang

atau diuraikan oleh jasad jasad renik tanah seperti bakteri, fungi dan
aktinomisetes secara intensif. Bahan organik tersebut oleh jasad renik
digunakan sebagai sumber energi. Untuk pembentukan tubuhnya ia
membutuhkan nitrat. Nitrat diperolehnya dari dalam tanah sehingga lama
ke lamaan nitrat tanah habis, dan selanjutnya tumbuhan yang tumbuh di
atas tanah tersebut akan kekurangan nitrogen (terjadi kompetisi antara
jasad renik dari tanah dengan tanaman).
Pada saat aktifitas pelapukan bahan organik menurun, persediaan karbon
menipis, dan jumlah jasad renik berkurang dan selanjutnya nitrogen tidak
diperlukan lagi. Selanjutnya nitrifikasi mulai berjalan, dan terbentuklah
nitrat yang jumlahnya bertambah lebih besar dari pada sebelum
penambahan bahan organik (Bachtiar, 2006).

BAHAN DAN METODE


PERCOBAAN
3.1. Persiapan Contoh Tanah
3.1.1. Mengeringkan contoh tanah
- Contoh tanah yang diterima diberi nomor laboratorium secara teratur,
kemudian diserakkan di atas tampah bambu dengan tangan dan
dipisahkan bahan-bahan lain yang terdapat di dalam tanah serta akar-akar
yang kasar dibuangTampah yang berisi contoh tanah disusun secara teratur di atas rak
pengering yang terbuat dari kayu di dalam ruang pengeringan.
- Setiap hari contoh tanah diremas-remas agar cepat kering. Setelah
contoh tanah kering dapat segera ditumbuk atau dihaluskan.
3.1.2. Menghaluskan contoh tanah
- Contoh tanah yang sudah kering ditumbuk perlahan
-lahan dengan menggunakan alu kayu dan lumpang porselin.

- Tanah yang sudah ditumbuk sebagian di ayak dengan ayakan berukuran


2 mm dan dimasukkan kedalam mangkuk plastik bertutup ukuran 100 ml,
sebahagian lagi di ayak dengan ayakan berukuran 0,5 mm dan
dimasukkan kedalam mangkuk plastik bertutup ukuran 30 ml.
- Contoh tanah dalam mangkuk plastik dilengkapi dengan nomor
laboratorium untuk selanjutnya dilakukan analisis.
- Sisa contoh tanah dimasukkan kembali ke dalam tempatnya semula
dilengkapi dengan label aslinya dan dicatatkan nomor laboratorium, lalu
disimpan dengan teratur di atas rak
-rak penyimpanan contoh tanah dengan tujuan apabila ada ulangan
contoh tanah tersebut dapat digunakan kembali.
3.2. Proses Analisis Contoh Tanah
3.2.1. Penetapan C Organik Cara Walkley And Black
Prinsip Karbon yang terdapat sebagai bahan organik di dalam tanah
tereduksi dengan larutan kalium dikromat (K2Cr2O7) 1 N dalam suasana
asam. Kemudian dikromat yang telah bereaksi di titrasi dengan larutan
ferro sulfat menggunakan difenilamain sebagai indikator.

Alat alat
- Buret mikro 10 ml
- Stopwatch
-Erlenmeyer 500 ml
Bahan bahan
- Larutan asam sulfat (H2SO4) pekat p.a
-Larutan asam fosfat (H3PO4) pekat p.a
- Larutan Kalium dikromat (K2Cr2O7) 1 N-Larutan difenilamine.
Pembuatan larutan :
-Larutan kalium dikromat (K2Cr2O7) 1 N Ditimbang 49,04 gram K2Cr2O7
p.a ke dalam gelas piala 1 liter. Di larutkan dengan air destilasi,
dimasukkan ke dalam labu ukur 1 liter,penuhkan dengan air destilasi
hingga tanda garis dan dikocok hingga merata.

- Larutan difenilamine. Ditimbang 27,82 gram FeSO4.7H2O ke dalam gelas


piala 250 ml, ditambahkan air destilasi secukupnya, ditambahkan 15 ml
H2SO4 pekat perlahan-lahan, aduk hingga larut. Dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 ml, ditambahkan air destilasi hingga tanda garis dan
dikocok hingga merata, kemudian disaring dengan kertas saring. Larutan
dibuat setiap hari sebanyak yang diperlukan sebab tidak tahan disimpan
lama.
Prosedur percobaan :
-

Di timbang 1 gram contoh tanah halus 0,5 mm kering udara, dimasukkan


kedalam erlenmeyer 500 ml dan disediakan juga untuk penetapan blanko.
- Ditambah 10 ml larutan kalium dikromat 1 N dan secara perlahan-lahan
ditambahkan 20 ml H2SO4 pekat, erlenmeyer digoyang
- goyang dengan tangan selama 1 menit. Didiamkan di atas asbes selama
30 menit.

-Ditambahkan masing-masing erlenmeyer 200 ml air destilasi, 5 ml asam


posfat
pekat (85%) dan 1 ml larutan dipenilamin. Blanko dan contoh dititrasi
dengan
larutan ferosulfat 1 N hingga warna hijau, ditambah lagi 0,5 ml larutan
K2Cr2O7 1 N dan dititrasi kembali dengan larutan FeSO4 1N sampai
dengan warna hijau timbul kembali
- Berat contoh dikoreksi dengan penetapan kadar air.
3.2.2. Penetapan Nitrogen (N) Cara Kjeltec Auto Destilation Prinsip
Nitrogen di dalam tanah diubah menjadi ion ammonium (NH4+) dengan
cara destruksi menggunakan larutan H2SO4(p) dan katalis berupa
campuran selenium. Hasil destruksi dibuat dalam suasana basa dan
ammonia didestilasi untuk ditampung ke dalam larutan asam borak dan
dititrasi dengan larutan HCl. Banyaknya HCl yang dibutuhkan untuk
membebaskan ammonium dari ikatannya dengan borak menunjukkan
banyaknya nitrogen yang ada.
Alat alat

-Penangas listrik khusus untuk ukuran tabung reaksi 20 ml berkapasitas


36 tabung reaksi
- Kjeltec system
- Kjeltec Auto Destilation
-Buret otomatis
-Erlenmeyer 250 ml
Bahan bahan
-Larutan asam sulfat (H2SO4) pekat p.a
- Campuran selenium
-Larutan indikator campuran
-Larutan asam boraks (H3BO3) 3%
- Larutan HCl 0,01N
- Larutan NaOH 50%
Pembuatan larutan :
- Campuran selenium
Ditimbang 950 gram Na2SO4kering, 15 gram CuSO4.5H2O dan 20 gram
selenium. Digiling dalam lumpang porselin hingga tercampur sempurna.
-Larutan indikator campuran
Ditimbang 0,2 gram methyl red kemudian dilarutkan dengan alkohol 95%
dalam labu ukur 100 ml dan 0,1 gram bromcresol green dilarutkan dengan
alkohol 95% dalam labu ukur 100ml. Dicampurkan 100 ml bromcresol
green 0,1% dengan 34 ml methyl red 0,2%.
- Larutan asam boraks (H3BO3) 3%
Ditimbang 30 gram H3BO3 dan dimasukkan ke dalam gelas piala 2 liter.
Ditambahkan 500 ml air destilasi yang panas, diaduk hingga H3BO3 larut
sempurna. Setelah dingin dimasukkan kedalam labu ukur 1000 ml.
Ditambahkan 10 ml indikator campuran dan dipenuhkan dengan air
destilasi hingga tanda garis, dikocok hingga rata kemudian disimpan ke
dalam botol yang berwarna gelap.
-Larutan HCl 0,01N Di pipet 8,3 ml HCl pekat 37% p.a kemudian
diencerkan dengan air destilasi hingga 1 liter ( HCl 0,1 N )

Di pipet 100 ml HCl 0,1 N kemudian diencerkan dengan air destilasi


hingga 1 liter ( HCl 0,01N)
Cara Penetapan Normalitas (N) HCl 0,01 N
Ditimbang 0,4765 gram Na2B4O7.10H2O dalam gelas piala 250 ml.
Dilarutkan dengan 150ml air destilasi panas bebas CO2( air destilasi di
didihkan untuk membebaskan CO2).
Didinginkan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml, dipenuhkan
dengan air destilasi hingga tanda garis. Dikocok hingga homogen, maka
larutan borak adalah 0,0100 N. Dipipet 10 ml larutan borak ke dalam
erlenmeyer 100 ml, diencerkan dengan air destilasi hingga 30 ml,
ditambahkan 3 tetes indikator metil red 0,2%. Dititrasi dengan HCl 0,01 N.
Turut disertakan blanko.(pentiter) N 0,01 HClml0,0100 x 10 HCl (N)
Normalitas Dihitung 4 desimal
- Larutan NaOH 50%
Ditimbang 500 gram NaOH kristal kemudian dilarutkan dengan air
destilasi hingga 1 liter.
Prosedur percobaan :
Tahap Destruksi :
-Ditimbang 0,5 gram contoh tanah halus 0,5 mm kering udara kedalam
tabung reaksi 20 ml disertai blanko. Dilakukan juga penetapan kadar air
untuk koreksi berat contoh kering 105oC.
-Contoh dan blanko ditambah 0,5 gram campuran selenium, 2,5 ml
H2SO4 pekat p.a.
-Dipanaskan diatas penangas listrik khusus untuk ukuran tabung reaksi,
mula
-mula pada suhu rendah, perlahan
-lahan suhu dinaikkan sampai 360oC, setelah suspensi berwarna putih,
tabung diangkat dan didinginkan.Tahap Destilasi :
-Suspensi contoh dimasukkan kedalam tabung destilasi secara kuantitatif
sambil dibilas dengan air destilasi secukupnya dan diletakkan pada alat
destilasi. Alat tersebut secara otomatis akan menambahkan 10 ml larutan
NaOH 50% kedalam tabung destilasi.
-Destilat ditampung kedalam erlenmeyer 250 ml yang berisi 5 ml asam
boraks serta larutan indikator campuran.

-Destilasi dilakukan selama 3 menit.


Tahap Titrasi :
- Destilat hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,01 N hingga warna larutan
menjadi merah jambu.
- Dilakukan juga penetapan blanko.
4.4. Pembahasan
Nitrogen (N) merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion
NO3- atau NH4+ dari tanah. Kadar Nitrogen rata-rata dalam jaringan
tanaman adalah 2% - 4% berat kering. Dalam tanah, kadar Nitrogen
sangat bervariasi, tergantung pada pengolahan dan penggunaan tanah
tersebut (afandie, 2002)
Pada penetapan kadar Nitrogen diperoleh kadar Nitrogen yang sangat
rendah yaitu \< 0,10%,dimana kadar Nitrogen normal yaitu sekitar 0,21
0,30%, hal ini dapat dikatakan bahwa tanah yang dianalisa merupakan
jenis tanah latosol yang mengandung nutrisi dan kandungan bahan
organik yang rendah yang menyebabkan tingkat kesuburan kimiawi
tanahnya rendah.
Nitrogen berperan penting dalam merangsang pertumbuhan vegetatif
dari tanaman, membuat daun tanaman berwarna hijau gelap, selain itu N
merupakan penyusun plasma sel dan berperan penting dalam
pembentukan protein. Bila tanaman kahat (defisiensi) unsur hara N
menunjukkan gejala pada tanaman seperti pertumbuhan yang kerdil,
pertumbuhan akar terbatas dan daun menjadi warna kuning pucat.
Kuningnya warna daun tua baru kemudian pada daun muda.
Cara mengatasi kekurangan Nitrogen dapat digunakan pupuk hijau, Pupuk
hijau adalah tanaman atau bagian tanaman yang masih hijau yang
dibenamkan kedalam tanah dengan maksud untuk menambah bahan
organik dan unsur hara nitrogen di dalam tanah. Biasanya tanaman yang
dibenamkan ini adalah jenis tanaman kacangan, karena jenis tanaman ini
mudah di dekomposisikan dan mempunyai kandungan hara N yang tinggi
dibandingan dengan jenis tanaman lainnya. Selain itu karena N dapat
merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman, maka pupuk yang harus
digunakan adalah pupuk yang mengandung Hara N, seperti Urea, ZA dan
pupuk N lainnya (Bachtiar, 2006)

Pada analisa C organik juga didapatkan hasil yang sangat rendah yaitu <
1,0% dimana kadar C organik yang normal sesuai kriteria hara tanah yaitu
2,1 3,0%. Karbon di dalam tanah terdapat sebagai bahan organik.
Karbon penting sebagai bahan pembangun bahan organik, karena
sebahagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik,
sumber karbon dapat dikatakan banyak, dalam ruangan tertutup yang
berisi : CO2 fotosintesa terus aktif. Kandungan karbon bervariasi di atas
tanah, di atas daun, dalam hal ini satu meter di atas tanah akan
berbeda.Di udara terbuka terdapat 0,03% CO2, sedangkan di tempat yang
banyak tanamannya terdapat CO2 yang lebih besar dari 0,03%.
Landegardh (1924) menyatakan bahwa CO2:
-Pada permukaan tanah terdapat sekitar 0,053 0,28%.
-Di atas daun terdapat sekitar 0,04 0,067%.
-Satu meter di atas permukaan tanah terdapat sekitar 0,07% (Mul
Mulyani, 1999).
Dari hasil analisa C organik dan Nitrogen maka akan diketahui hubungan
C/N di dalam tanah yang juga mempunyai arti penting misalnya apakah
terjadi kompetisi antara jasad renik dan tanaman terhadap kebutuhan
unsur hara nitrogen. Selanjutnya C/N berguna untuk mengetahui tingkat
pelapukan dan kecepatan penguraian bahan organik serta tersedianya
unsur hara nitrogen di dalam tanah.
Dari data didapatkan rata-rata hasil C/N yang tinggi yaitu antara 12,1
17,0 sedangkan kriteria normal C/N yaitu berkisar antara 8,0 12,0, ini
akan memungkinkan terjadinya pengikatan nitrat oleh jasad renik dari
tanah sehingga tidak tersedia untuk pertumbuhan tanaman yang disebut
dengan Immobilisasi Nitrogen (Bachtiar, 2006)
Bahan organik yang mempunyai C/N masih tinggi berarti masih mentah.
(C/N tinggi) dianggap merugikan, karena bila diberikan langsung ke dalam
tanah maka bahan organik diserang oleh mikrobia (bakteri maupun fungi)
untuk memperoleh energi. Sehingga populasi mikrobia yang tinggi
memerlukan juga hara tanaman untuk tumbuhan dan kembang biak. Hara
yang seharusnya digunakan oleh tanaman berubah digunakan oleh
mikrobia. Dengan kata lain mikrobia bersaing dengan tanaman untuk
memperebutkan hara yang ada.
Hara menjadi tidak tersedia (unavailable) karena berubah dari senyawa
anorganik menjadi senyawa organik jaringan mikrobia, hal ini disebut
immobilisasi hara. Terjadinya immobilisasi hara tanaman bahkan sering
menimbulkan adanya gejala defisiensi. Makin banyak bahan organik

mentah diberikan ke dalam tanah makin tinggi populasi yang


menyerangnya, makin banyak hara yang mengalami immobilisasi.
Walaupun demikian nantinya bila mikrobia mati akan mengalami
dekomposisi hara yang immobil tersebut berubah menjadi tersedia lagi.
Jadi immobilasasi merupakan pengikatan hara tersedia menjadi tidak
tersedia dalam jangka waktu relatif tidak terlalu lama.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa tanah yang digunakan
untuk lahan perkebunan kelapa sawit di Bengkalis Riau yang di analisa di
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan adalah kadar Karbon (C)
Organik tanah yang dianalisa yaitu \< 1,0%, dimana berdasarkan kriteria
tanah nilainya tergolong rendah. Sedangkan kadar Nitrogen (N) tanah
yang dianalisa yaitu \< 0,10%, dimana berdasarkan kriteria tanah nilai ini
juga tergolong rendah. Dari hasil analisa Karbon dan Nitrogen maka
didapatkan nilai rata-rata perbandingan Karbon-Nitrogen (C/N) yaitu >
12,9 dimana berdasarkan kriteria tanah nilai ini tergolong tinggi.
5.2. Saran
Perlu dilakukan analisa terhadap beberapa unsur hara mikro penting
lainnya di dalam tanah, seperti unsur hara posfor, kalium, Natrium dan
lainnya, untuk lebih mengetahui tingkat kesuburan tanah tersebut

DAFTAR PUSTAKA
Afandi, R., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisus.
Bachtiar, E., 2006. Ilmu Tanah. Medan: Fakultas Pertanian USU.
Baharuddin AR, 2005. Prosedur Analisis Pengujian Kimia Tanah
Laboratorium Tanah dan Daun. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Medan.
Fauzi, Y., 2007. Kelapa Sawit, Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah
Analisis Usaha dan Pemasaran., Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Penebar
Swadaya.
Foth, D.H., 1994. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
http://nasih.staff.ugm.ac.id/p/007%20p%20o.htm
Mulyani, M., 1991. Mikrobiologi Tanah, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Mulyani, M., 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.

Sudarmadji, S., 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:


Penerbit Liberty.
Tejoyuwono, N., 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai