PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh sifat- sifat kesuburan tanahnya
yakni kesuburan fisik, kesuburan kimia dan kesuburan biologis. Kalau
kesuburan fisik lebih mengutamakan tentang keadaan fisik tanah yang
banyak kaitannya dengan penyediaan air dan udara tanah, maka
kesuburan kimia yang menyangkut dalam masalah - masalah
ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.
Dalam pembicaraan tentang tanah sebagai ekosistem telah dijelaskan
bahwa tanah bukan massa mati. Ada kehidupan dalam tanah berupa akar
tumbuhan dan flora serta fauna tanah, sehubungan dengan produksi
enzim, CO2, dan beraneka zat organik, kehidupan dalam tanah
bertanggungjawab atas terjadinya banyak alihragam fisik dan kimia. Sifat
dan tampakan tanah yang mengimplikasikan kegiatan hayati ialah
perbandingan C/N, kadar bahan organik atau kandungan biomassa tiap
satuan luas/volum tanah, tingkat perombakan bahan organik,
pembentukan krotovina, dan permintaan oksigen. Perbandingan C/N
berguna sebagai penanda kemudahan perombakan bahan organik dan
kegiatan jasad renik tanah. Kebanyakan energi yang diperlukan untuk
mempertahankan populasi tanah berfungsi dan mendukung kelangsungan
proses tanah yang begitu banyak berasal dari konversi karbon organik
menjadi karbon dioksida.
Akan tetapi apabila perbandingan C/N terlalu lebar, berarti ketersediaan C
sebagai sumber energi berlebihan menurut perbandingannya dengan
ketersediaan N bagi pembentukan protein mikrobia, kegiatan jasad renik
akan terhambat (Tejoyuwono, 1998). Hubungan antara karbon dan
nitrogen di dalam tanah sangat penting. Hubungan ini dinyatakan dengan
istilah C/N. Di dalam lapisan olah tanah C/N berkisar antara 8:1 sampai
15:1 dan harga rata-ratanya sekitar 10 12. Ratio karbon dan nitrogen
(C/N) mempunyai arti penting misalnya apakah terjadi kompetisi antara
jasad renik renik dan tanaman terhadap kebutuhan unsur hara nitrogen.
Selanjutnya C/N berguna untuk mengetahui tingkat pelapukan dan
kecepatan penguraian bahan organik serta ketersedianya unsur hara
nitrogen didalam tanah (Bachtiar, 2006).
Rasio Karbon-Nitrogen (C/N) merupakan cara untuk menunjukkan
gambaran kandungan Nitrogen relatif. Rasio C/N dari bahan organik
merupakan petunjuk kemungkinan kekurangan nitrogen dan persaingan
diantara mikroba-mikroba dan tanaman tingkat tinggi dalam penggunaan
nitrogen yang tersedia dalam tanah (Foth,1991).
1.2.Permasalahan
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu faktor penting di dalam
perkembangan perekonomian di Indonesia Khususnya di Sumatera Utara.
Untuk mendapatkan kelapa sawit yang berkualitas tinggi maka diperlukan
suatu faktor pendukung, salah satunya adalah faktor kesuburan tanah.
Namun pada tanah yang dijadikan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit
ini belum diketahui tingkat kesuburannya, oleh karena itu perlu dilakukan
pengujian kimia tanah, sebahagian diantaranya adalah analisa terhadap
kadar Karbon (C) organik dan kadar Nitrogen (N) dari tanah, sehingga
dapat diketahui tingkat kesuburan tanah tersebut, selain itu dari analisa
tersebut diketahui perbandingan kadar Karbon-Nitrogen yang dituliskan
dengan C/N.
1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari analisa tersebut adalah untuk menentukan kadar
Karbon (C) Organik dan Nitrogen (N).
1.4.Manfaat
-Mengetahui tingkat kesuburan tanah yang dilihat dari kadar Karbon (C)
Organik dan Nitrogen (N).
-Mengetahui perbandingan nilai Karbon -Nitrogen (C/N).
- Memberikan informasi tentang kadar unsur hara Karbon Organik dan
Nitrogen di laboratorium pelayanan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
Medan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Tanah
Tanah terdapat dimana saja dan selalu berada disekeliling kita, tapi
pengertian tanah bagi setiap orang akan selalu berbeda tergantung dari
sudut mana orang itu melihat tanah. Kebanyakan orang tidak pernah
memikirkan asal kejadian tanah, darimana asalnya, dan bagaimana sifatsifatnya, padahal sifat-sifat tanah di suatu tempat akan berbeda dengan
sifat tanah di tempat lain.
Batasan atau defenisi tanah banyak dibuat orang, adakalanya defenisi itu
Singkat saja, tapi ada pula yang cukup panjang. Defenisi tanah yang
dibuat oleh Joffe dan Marbut, ahli tanah kenamaan dari Amerika Serikat
adalah sebagai berikut Tanah adalah tubuh alam (Natural Body) yang
terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya- gaya alam
oksigen (O) dan nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg) dan sulfur (S), yang umumnya diperoleh dari tanah.
Walaupun N, P dan K sering ditambahkan melalui pemupukan dan N
sering diperoleh dari atmosfer melalui bakteri dalam proses nitrifikasi dan
denitrifikasi.Hara mikro berfungsi sebagai komponen penting enzim-enzim
pada tanaman, namun diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil, bila
terlalu banyak dapat menjadi toksik. Unsur-unsur ini terdiri dari : boron
(B), klor (Cl), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn), molibdenum (Mo),
natrium (Na), seng (Zn) dan vanadium (Va), dimana Mn, Fe, Zn, Cl dan Va
juga terlibat dalam fotosintesis.
Polusi Tanah
Sumber polusi tanah dapat dari limbah, sampah, atmosfer atau dari
perairan atau kegiatan pertanian, seperti kelebihan pupuk dan ketidak
tepatan pestisida. Polusi tanah dapat terjadi secara langsung, maupun
secara tidak langsung. Secara langsung seperti penggunaan pupuk yang
berlebih, pemakaian pestisida yang kurang tepat dan pembuangan limbah
atau sampah yang tidak terurai. Secara tak langsung, seperti :
-melalui air. Air yang mengandung pencemar dapat mengubah susunan
kimia tanah, sehingga mengganggu kehidupan di dalam dan di
permukaan tanah.
-Melalui udara. Udara yang tercemar dapat menurunkan hujan yang
mengandung pencemar, sehingga tanah juga akan tercemar.
Pemupukan yang berlebih dapat meningkatkan unsur yang ada dalam
tanah baik jumlah maupun ketersediaannya bagi tanaman, sehingga
tanaman dapat menjadi keracunan.
Hal ini menunjukkan bahwa tanah tersebut sudah kurang baik bagi
pertumbuhan tanaman, berarti sudah tercemar. Selain itu unsur yang
berlebih ini dapat di alirkan oleh air tanah atau air permukaan menuju ke
perairan, sehingga dapat menyebabkan eutrofikasi, terutama untuk unsur
N dan P. Eutrofikasi didefenisikan sebagai peningkatan jumlah nutrien
dalam air permukaan, sehingga menyebabkan pertumbuhan alga dan
tanaman air, berkurangnya oksigen terlarut, peningkatan turbiditas dan
perusakan kualitas air secara umum.
Pestisida dipakai secara luas, karena terbukti hasilnya dapat
meningkatkan produksi tanaman, sehingga perekonomian dapat
ditingkatkan. Namun harus diingat juga dampak penggunaannya yang
berkaitan dengan sifat mendasar yang penting terhadap efektifitasnya
sebagai pestisida.
-degradasi biokimia
walaupun demikian tetap diperlukan perhatian bila akan membuang
limbah ke dalam
tanah, terutama adanya kontaminasi air tanah.
Reaktifitas Tanah
Pada kondisi asam beberapa bakteri dalam tanah dapat mereduksi nitrat
menjadi nitrit (ion toksik) melalui reaksi :
atau 0,57 mg/liter udara. Tanpa adanya CO2 di udara, maka kehidupan
tanaman akan terhenti.
Kalau kehidupan tanaman terhenti, maka kehidupan makhluk lain
termasuk manusia dan hewan mungkin juga terhenti.
Menurut Kononova (1966), sumber utama CO2 di alam berasal dari
dekomposisi bahan organik berupa sisa-sisa tanaman ataupun hewan dan
dari respirasi invertebrata, bakteri, serta fungi. Berdasarkan perhitungan
Uspenkii cit. Kononova (1966), jumlah CO2 yang dihasilkan oleh hasil
pernafasan populasi heterotrof per tahun diperkirakan sebagai berikut :
Binatang invertebrata: 3,7 x 109ton
Bakteri : 51,4 x 109ton
Fungi/jamur : 8,8 x 109ton
Akar tanaman: 71,5 x 109ton
Jumlah CO2 seluruhnya :
pirimidin. Penentuan cara ini yang paling terkenal adalah cara kjeldahl
yang dalam perkembangannya terjadi berbagai modifikasi misalnya oleh
gunning dan sebagainya. Analisa protein cara kjeldahl pada dasarnya
dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi
dan tahap titrasi.
1. Tahap Destruksi
Pada tahap ini sampel dipanaskan, dalam asam sulfat pekat sehingga
terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen
teroksidasi menjadi CO, CO2, dan H2O. Sedangkan nitrogennya akan
berubah menjadi (NH4)2SO4. Asam sulfat yang dipergunakan untuk
destruksi diperhitungkan adanya bahan protein lemak dan karbohidrat.
Sampel yang dianalisa sebanyak 0,4 35 g atau mengandung nitrogen
sebanyak 0,02 0,04 g. Untuk cara mikro kjeldahl bahan tersebut lebih
kecil sedikit lagi yaitu 10 30 mg. Untuk mempercepat proses destruksi
sering ditambahkan katalisator yaitu selenium. Selenium dapat
mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik
didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi
rendah atau sebaliknya. Penggunaan selenium lebih reaktif dibandingkan
merkuri dan kupri sulfat tetapi selenium mempunyai kelemahan yaitu
karena sangat cepatnya oksidasi maka nitrogennya justru mungkin ikut
hilang. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian selenium yang sangat
sedikit yaitu kurang dari 0,25 g. Proses destruksi sudah selesai apabila
larutan menjadi jernih atau tidak berwarna.
2.Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, amonium sulfat dipecah menjadi ammonia dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama
destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau
timbulnya gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam
zink. Ammonium yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh
larutan asam standar. Asam standar yang dapat dipakai adalah asam
klorida atau asam borat 4% dalam jumlah yang berlebihan. Agar supaya
kontak antara asam dengan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung
tabung tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam
dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG + MR atau
PP. Destilasi diakhiri bila semua ammoniak telah terdestilasi sempurna
dengan ditandai destilat tidak bereaksi basa.
3. Tahap Titrasi
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya
asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi
atau diuraikan oleh jasad jasad renik tanah seperti bakteri, fungi dan
aktinomisetes secara intensif. Bahan organik tersebut oleh jasad renik
digunakan sebagai sumber energi. Untuk pembentukan tubuhnya ia
membutuhkan nitrat. Nitrat diperolehnya dari dalam tanah sehingga lama
ke lamaan nitrat tanah habis, dan selanjutnya tumbuhan yang tumbuh di
atas tanah tersebut akan kekurangan nitrogen (terjadi kompetisi antara
jasad renik dari tanah dengan tanaman).
Pada saat aktifitas pelapukan bahan organik menurun, persediaan karbon
menipis, dan jumlah jasad renik berkurang dan selanjutnya nitrogen tidak
diperlukan lagi. Selanjutnya nitrifikasi mulai berjalan, dan terbentuklah
nitrat yang jumlahnya bertambah lebih besar dari pada sebelum
penambahan bahan organik (Bachtiar, 2006).
Alat alat
- Buret mikro 10 ml
- Stopwatch
-Erlenmeyer 500 ml
Bahan bahan
- Larutan asam sulfat (H2SO4) pekat p.a
-Larutan asam fosfat (H3PO4) pekat p.a
- Larutan Kalium dikromat (K2Cr2O7) 1 N-Larutan difenilamine.
Pembuatan larutan :
-Larutan kalium dikromat (K2Cr2O7) 1 N Ditimbang 49,04 gram K2Cr2O7
p.a ke dalam gelas piala 1 liter. Di larutkan dengan air destilasi,
dimasukkan ke dalam labu ukur 1 liter,penuhkan dengan air destilasi
hingga tanda garis dan dikocok hingga merata.
Pada analisa C organik juga didapatkan hasil yang sangat rendah yaitu <
1,0% dimana kadar C organik yang normal sesuai kriteria hara tanah yaitu
2,1 3,0%. Karbon di dalam tanah terdapat sebagai bahan organik.
Karbon penting sebagai bahan pembangun bahan organik, karena
sebahagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik,
sumber karbon dapat dikatakan banyak, dalam ruangan tertutup yang
berisi : CO2 fotosintesa terus aktif. Kandungan karbon bervariasi di atas
tanah, di atas daun, dalam hal ini satu meter di atas tanah akan
berbeda.Di udara terbuka terdapat 0,03% CO2, sedangkan di tempat yang
banyak tanamannya terdapat CO2 yang lebih besar dari 0,03%.
Landegardh (1924) menyatakan bahwa CO2:
-Pada permukaan tanah terdapat sekitar 0,053 0,28%.
-Di atas daun terdapat sekitar 0,04 0,067%.
-Satu meter di atas permukaan tanah terdapat sekitar 0,07% (Mul
Mulyani, 1999).
Dari hasil analisa C organik dan Nitrogen maka akan diketahui hubungan
C/N di dalam tanah yang juga mempunyai arti penting misalnya apakah
terjadi kompetisi antara jasad renik dan tanaman terhadap kebutuhan
unsur hara nitrogen. Selanjutnya C/N berguna untuk mengetahui tingkat
pelapukan dan kecepatan penguraian bahan organik serta tersedianya
unsur hara nitrogen di dalam tanah.
Dari data didapatkan rata-rata hasil C/N yang tinggi yaitu antara 12,1
17,0 sedangkan kriteria normal C/N yaitu berkisar antara 8,0 12,0, ini
akan memungkinkan terjadinya pengikatan nitrat oleh jasad renik dari
tanah sehingga tidak tersedia untuk pertumbuhan tanaman yang disebut
dengan Immobilisasi Nitrogen (Bachtiar, 2006)
Bahan organik yang mempunyai C/N masih tinggi berarti masih mentah.
(C/N tinggi) dianggap merugikan, karena bila diberikan langsung ke dalam
tanah maka bahan organik diserang oleh mikrobia (bakteri maupun fungi)
untuk memperoleh energi. Sehingga populasi mikrobia yang tinggi
memerlukan juga hara tanaman untuk tumbuhan dan kembang biak. Hara
yang seharusnya digunakan oleh tanaman berubah digunakan oleh
mikrobia. Dengan kata lain mikrobia bersaing dengan tanaman untuk
memperebutkan hara yang ada.
Hara menjadi tidak tersedia (unavailable) karena berubah dari senyawa
anorganik menjadi senyawa organik jaringan mikrobia, hal ini disebut
immobilisasi hara. Terjadinya immobilisasi hara tanaman bahkan sering
menimbulkan adanya gejala defisiensi. Makin banyak bahan organik
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa tanah yang digunakan
untuk lahan perkebunan kelapa sawit di Bengkalis Riau yang di analisa di
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan adalah kadar Karbon (C)
Organik tanah yang dianalisa yaitu \< 1,0%, dimana berdasarkan kriteria
tanah nilainya tergolong rendah. Sedangkan kadar Nitrogen (N) tanah
yang dianalisa yaitu \< 0,10%, dimana berdasarkan kriteria tanah nilai ini
juga tergolong rendah. Dari hasil analisa Karbon dan Nitrogen maka
didapatkan nilai rata-rata perbandingan Karbon-Nitrogen (C/N) yaitu >
12,9 dimana berdasarkan kriteria tanah nilai ini tergolong tinggi.
5.2. Saran
Perlu dilakukan analisa terhadap beberapa unsur hara mikro penting
lainnya di dalam tanah, seperti unsur hara posfor, kalium, Natrium dan
lainnya, untuk lebih mengetahui tingkat kesuburan tanah tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, R., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisus.
Bachtiar, E., 2006. Ilmu Tanah. Medan: Fakultas Pertanian USU.
Baharuddin AR, 2005. Prosedur Analisis Pengujian Kimia Tanah
Laboratorium Tanah dan Daun. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Medan.
Fauzi, Y., 2007. Kelapa Sawit, Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah
Analisis Usaha dan Pemasaran., Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Penebar
Swadaya.
Foth, D.H., 1994. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
http://nasih.staff.ugm.ac.id/p/007%20p%20o.htm
Mulyani, M., 1991. Mikrobiologi Tanah, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Mulyani, M., 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.