Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PERAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PENGARUH TEKNIK PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN


DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L) VARIETAS MEKONGGA
DI DESA BERORA KECAMATAN LOPOK

SUPARDI
19.54211.1.002

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMAWA (UNSA)
SUMBAWA BESAR
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : PENGARUH TEKNIK PENGENDALIAN GULMA PADA


PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L)
VARIETAS MEKONGGA DI DESA BERORA KECAMATAN
LOPOK
NAMA : SUPARDI
NIM : 19.54211.1.002
TEMPAT PKL : DI DESA BERORA KECAMTAN LOPOK
PROGRAM STUDI : AGROTEKNOLOGI

Mengetahui, Menyetujui
Universitas Samawa Dosen Pembimbing
Fakultas Pertanian
Program Studi Agroteknologi
Ketua

( Ade Mariyam Oklima, SP., M Si) ( Wening Kusumawardani M,p)


NIDN. 0811108502 NIDN. 0812107401
Tanggal : Tanggal :

Mengetahui,
Universitas Samawa
Fakultas Pertanian
Dekan

( Heri Kusnayadi, MP )
NIDN. 0802018102
Tanggal :

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan Proposal kegiatan Penelitian di Laboraterium Lapangan
Budidaya Tanaman Padi Desa Berora kecamatan Lopok
Tujuan Proposal ini saya tulis untuk memenuhi syarat Penelitian di Desa Berora
Kecamatan Lopok. Penulisan Proposal Peneitian ini bisa berjalan dengan lancar karena
dukungan dari berbagai pihak. Atas dasar itu, Saya menyampaikan terima kasih dan Mohon
maaf kepada:
1. Heri Kusnayadi, MP Dekan Fakultas Pertanian Universitas Samawa,Sumbawa Besar
2. Ade Mariyam Oklima, SP., M. Si selaku Ketua Program Studi Agroteknologi.
3. Wening Kusumawardani M,p selaku pembimbing praktek kerja lapangan.
4. Orang tua saya yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan untuk saya
Akhir kata penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu dalam menyusun Proposal Penelitian ini, semoga bermanfaat bagi
peningkatan produksi padi varietas Mekongga di Desa Desa Berora kecamatan Lopok

Sumbawa, 09 Januari 2022

Supardi

iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................................i
Lembar Pengesahan............................................................................................................ ii
Kata Pengantar ................................................................................................................... iii
Daftar Isi .............................................................................................................................. iv
I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................2
II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................4
2.1 Tinjauan Umum Tanaman Padi .......................................................................................4
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Padi .............................................................................................5
2.1.2 Morfologi Tanaman Padi ...............................................................................................5
2.1.3 Pertumbuhan Tanman padi ..........................................................................................6
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Padi ........................................................................................6
2.3 Tahapan Budidaya Tanaman Padi ..................................................................................8
2.4 Jenis Gulma Pada Tanaman Padi ...................................................................................8
2.5 Pengendalian Gulma Pada Tanaman Padi....................................................................10
III METODE PELAKSANAAN .............................................................................................12
3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan Penelitian .........................................................................12
3.2 Metode Kegiatan Penelitian dan Pengambilan Data .....................................................12
3.3 Jadwal Kegiatan ............................................................................................................12
3.4 Analisis Hasil Kegiatan ..................................................................................................13
Daftar Pustaka..........................................................................................................................

iv
I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penghasil beras yang
potensial untuk dikembangkan (Rusono et al, 2013). Konsumsi beras pada tahun
2011 sebesar 33.056.000 ton sedangkan tahun 2012 sebesar 33.047.000 ton. Dalam
upaya mendukung program swasembada beras dan pemenuhan ke- butuhan beras
maka perlu menjaga ke- stabilan produktivitas padi. Praktek budidaya tanaman yang
tepat merupakan salah satu cara dalam menjaga kestabilan produktivitas padi. Salah
satu kendala dalam penanaman padi yaitu keberadaan gulma.Gulma merupakan
tumbuhan penganggu yang dapat menurunkan hasil padi apabila tidak dikendalikan
secara efektif (Bangun dan Pane, 1984). Gulma padi sawah umum- nya didominasi
oleh golongan berdaun lebar, golongan teki maupun golongan rumput (Kadir, 2007).
Berbeda dengan hama dan penyakit tanaman, pengaruh yang diakibatkan oleh
gulma tidak terlihat secara langsung dan berjalan lambat. Namun, kebutuhan unsur
hara, air, sinar matahari, udara, dan rung tumbuh, mengakibatkan gulma mampu
berkompetensi (Emanuel, 2003). Kehilangan hasil padi akibat gulma di seluruh dunia
diperkirakan mencapai 10 sampai 15%, bahkan kehilangan hasil dapat mencapai
86% jika tanpa pengendalian gulma (Pane et al, 2007).
Kehilangan hasil dapat ditekan salah satunya dengan pengendalian gulma
melalui pendekatan sistem budidaya dan teknik pengendalian gulma. Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan antara lain
adalah jenis gulma dominan, tumbuhan budidaya utama, alternatife pengendalian
yang tersedia serta dampak ekonomi dan ekologi (Mas’ud, 2009). Gulma yang sering
ditemukan pada lahan padi sawah pada umumnya memiliki karakter yang tahan
terhadap air dan kekeringan. Artinya, gulma pada lahan sawah memiliki kemampuan
beradaptasi dengan baik pada semua kondisi yang terjadi dilahan persawahan
(Sastroutomo, 1990) bahwa terdapat kurang lebih 33 jenis gulma yang dijumpai
tumbuh pada pertanaman padi sawah dengan perincian 10 jenis dari golongan
rerumputan, 7 teki-tekian, serta 16 jenis golongan gulma berdaun lebar, dan jenis
gulma yang sering kali dijumpai serta termasuk yang dominan adalah Monochoria
vaginalis, Echinochloa crussgalli, Fimbristylis littoralis,, Cyperus iria, dan
Echinochloa colomn. Teknik pengendalian gulma dapat dilakukan secara langsung
meliputi penyiangan manual dan penggunaan herbisida, Penyiangan manual
dilakukan dengan mencabut gulma yang tidak diinginkan dari tanah. Selain

1
penyiangan pengendalian gulma dapat dilakukan dengan mengguna-kan herbisida.
Herbisida
merupakan bahan kimiawi yang digunakan untuk mengendalikan gulma. Pemilihan jenis
herbisida dan dosis aplikasi perlu dilakukan karena mampu mempengaruhi jenis gulma yang
dikendalikan.
Informasi teknik pengendalian gulma pada tanaman padi (Oryza sativa L) Varietas
Mekongga Di Desa Berora Kecamatan Lopok masih minim sehingga sangat perlu diketahui
kendala-kendala yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi padi sampai
gagal panen akibat kehadirannya gulma. Teknik pengendalian gulma pada tanaman padi
(Oryza sativa L) Varietas Mekongga dapat diketahui melalui penelitian. Penelitian
merupakan kegiatan praktek akademik yang wajib dilakukan oleh seorang mahasiswa
program strata satu (S1) Fakultas Pertanian Universitas Samawa. Kegiatan Penelitian kerja
dilakukan untuk menerapkan, membandingkan, menelaah ilmu pengetahuan yang didapat
selama perkuliahan dan memberi kesempatan bagi kami mahasiswa mendapatkan
pengalaman praktek mandiri yang berguna dalam meningkatkan penguasaan keterampilan
dalam berkarya, serta melatih diri dengan kondisi di lapangan. Penelitian kerja merupakan
kegiatan prenelitian mahasiswa yang dilakukan di luar kampus yang berkaitan dengan
bidang pertanian.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam kegiatan Penelitian adalah:
a. Jenis-jenis gulma apakah yang terdapat pada budidaya padi sawah (Oryza sativa L)
Varietas Mekongga di Desa Berora Kecamatan Lopok?
b. Bagaimana teknik pengendalian gulma pada budidaya padi sawah (Oryza sativa L)
Varietas Mekongga Di Desa Berora Kecamatan Lopok?
1.3. Tujuan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dapat dirumuskan
tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui jenis-jenis gulma apa saja yang mengganggu tanaman padi varietas
Mekongga di lahan sawah di Desa Berora Kecamatan Lopok?
b. Mengetahui bagaimana pengendalian gulma yang di lakukan pada pertumbuhan
tanaman padi varietas Mekongga di lahan sawah di Desa Berora Kecamatan
Lopok?
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Praktis Manfaat Praktis dari Penelitian ini adalah untuk memproleh
pengalaman secara langsung dilapangan mengetahui berbagai macam gulma

2
tanaman padi di lahan sawah selama pelaksanaan Penelitian, serta
memperkenalkan Fakultas Pertanian Universitas Samawa (Unsa) di Masyarakat
umum.
b. Manfaat Akademis Manfaat akademis dari Penelitian ini adalah menambah ilmu
pengetahuan tentang berbagai macam penelitian gulma pada tanaman padi lahan
sawah.

3
II TINJAUAN PUSTAKA

b.1. Tinjauan Umum Tanaman Padi


Padi termasuk golongan tumbuhan graminae dengan batang yang tersusun dari
beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong, panjang dari
setiap ruas tidak sama panjangnya, ruas yang paling pendek terdapat pada pangkal
batang dan ruas yang kedua, ketiga dan seterusnya lebih panjang dari pada ruas yang
berada dibawahnya. Pertumbuhan batang tanaman padi adalah merumpun yang
dimana terdapat satu batang tunggal atau batang utama yang mempunyai mata tunas.
Ciri khas dari daun tanaman padi yaitu adanya sisik/terlihat sepeti bulu-bulu dan telinga
daun (Herawati, 2009).
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan keluarga rumputrumputan
yang berumpun. Tanaman padi berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat
tropis dan subtropis. Saat ini terdapat 25 spesies Oryza, yang paling dikenal adalah
Oryza sativa yang memiliki dua subspesies yaitu indica (padi bulu) yang ditanam di
Indonesia dan japonica. Padi umumnya dibedakan dalam dua tipe yaitu padi lahan
kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang
memerlukan penggenangan, namun saat ini telah berkembang tipe-tipe padi lainnya
yaitu tipe padi yang dapat ditanam pada lahan-lahan marjinal seperti rawa.
Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase yaitu: fase vegetatif (awal
pertumbuhan sampai bakal malai/primordia); fase reproduktif (primordia sampai
pembungaan); dan fase pematangan (pembungaan sampai gabah matang).
Kebanyakan varietas padi daerah tropis memiliki lama fase reproduktif umumnya 35
hari dan fase pematangan sekitar 30 hari. Perbedaan masa pertumbuhan hanya
ditentukan oleh lamanya fase vegetatif (Makarim dan Suhartatik, 2009), sehingga
terdapat perbedaan umur panen pada padi, yaitu 110 hari hingga 130 hari.
Muliasari (2009) menjelaskan bahwa padi merupakan tanaman semusim dengan
tinggi 50-130 cm. Batang berbentuk bulat, berongga dan beruasruas dan berakar
serabut, daun terdiri atas helaian daun yang menyelubungi batang, bunga padi
berbentuk malai yang keluar dari ketiakdaun paling atas dengan jumlah bunga
tergantung dari kultivar yang kirakira berkisar antara 50-500 bunga, sedangkan buah
atau biji beragam bentuk dan ukuran.

4
b.1.1. Klasifikasi Tanaman Padi
Herawati (2012) mengklasifikasikan tanaman padi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Klas : Monocotyledone
Ordo : Poales
Famili : Graminae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L
2.1.2. Morfologi Tanaman Padi
a. Akar
Akar tanaman padi tergolong akar serabut yang berfungsi sebagai penyerap zat
makanan dan air dari dalam tanah, sebagai proses respirasi dan sebagai penopang
tegak nya batang. Akar padi memiliki dua macam yaitu akar primer dan akar seminal
(Suhartatik, 2008) akar perimer merupakan akar yang tumbuh dari kecambah biji dan
akar seminal merupakan akar yang tumbuh di dekat buku-buku akar mulai tumbuh
melalui peroses perkecambahan berupa akar perimer. Kemudian, setelah 5-6 hari
akan tumbuh akar seminal (Hasanah 2007).
b. Batang
Batang tanman padi berfungsi untuk menopang tanman secara keseluruhan dan
sebagai penghubung untuk mengalirkan zat makanan keseluruh bagian tananman
(Fitri, 2009). Batang tanaman padi memiliki ciri khas tersendiri yaitu memiliki rongga
dan ruas, dan rangkaiyan ruasnya memiliki panjang yang berbeda-beda. Pada ruas
batang bawah pada tanaman padi memiliki ruas yang pendek, sedangkan makin ke
atas maka ruasnya akan semakin panjang pada tanaman padi batang baru akan
muncul pada ketiak daun, pada mulanya akan tumbuh kuncup dan setelah itu akan
berkembang menjadi batang baru (Hasanah, 2007).
c. Daun
Daun tanaman padi tumbuh dan berkembang pada buku masingmasing daun
yang terdiri dari pelepah daun, leher daun, telinga daun dan lidah daun dengan
susunan daun berselang seling. Tanaman padi yang unggul pada umumnya memiliki
14-18 helai daun pada setiap tanaman, daun tanaman padi mempunyai ciri khas
tersendiri yaitu mempunyai sisik dan daun telinga, tanaman padi termasuk jenis
rumput rumputan yang memiliki daun berbeda dari jenis tanaman rumput, bentuk,

5
susunan maupun bagian lain nya. Hak ini yang menyebapkan daun padi dibedakan
menjadi jenis rumput lain (Hasanah, 2007).

2.1.3. Pertumbuhan tanaman padi


Pertumbuhan tanaman padi di bagai dalam tiga fase, yaitu fase vegetative (awal
pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primodial), fase generatif/reproduksi
(pembungaan sampai gabah matang). Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan
oragan-organ vegetative, seperti pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, bobot
dan luas daun, lama fase reproduksi untuk kebanyakan varietas padi umumnya 35
hara dan fase pematangan sekitar 30 hari. Perbedaan masa pertumbuhan di
tentukan oleh lamanya fase vegetative ( Makarim dan Suhartatik, 2009).
b.2. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang membutuhkan penyinaran
matahari yang penuh, tanaman padi mampu tumbuh dan hidup dengan suhu rata-
rata berkisar antara 190C – 27OC. Curah hujan tanaman padi yaitu 200 mm/bulan.
Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0-1500 mdpl,
tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang
kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan di
perlukan air dalam jumlah yang cukup. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik
pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm dengan pH antara 4-7
(Sugeng, 2010).
Tanaman padi dapat tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang baik,
dalam hal ini adalah dukungan alam (Ina, 2007). Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi adalah sebagai berikut:
a. Tanah
Tanah yang sesuai untuk tanaman padi secara fisik mempunyai tekstur lempung
hingga lempung liat berpasir, strukturnya ringan, memiliki pori-pori mikro yang cukup
dengan komposisi 20%. Secara kimia, mengandung bahan organik 1 – 1,5%, cukup
mengandung KTK 10 – 20 me/100 g, hara tersedia polsen 5 – 10 ppm, Kdd 0,15 –
0,30 me/100 g, serta pH tanah berkisar antara 5 – 7 (Departemen Pertanian, 2008).
Berdasarkan kajian Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian bahwa tanah yang cocok untuk tanaman padi lebih
ditentukan oleh pengelolaannya dibandingkan kondisi iklim dan tanahnya. Reaksi
tanah (pH) yang masih dapat ditoleransi tanaman padi adalah berkisar antara 4,5 –
8.
b. Curah hujan

6
Tanaman padi membutuhkan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan atau lebih
dengan distribusi selama empat bulan. Curah hujan yang baik akan memberikan
dampak yang baik dalam pengairan, sehingga genangan air yang diperlukan
tanaman padi di sawah dapat terpenuhi.
c. Sinar matahari
Sinar matahari diperlukan oleh tanaman padi untuk melangsungkan proses
fotosintesis terutama proses pengisian dan pemasakan biji padi akan tergantung
terhadap intensitas sinar matahari.
d. Angin
Angin memiliki peranan yang cukup penting bagi pertumbuhan tanaman padi,
tanaman padi dapat melakukan proses penyerbukan dan pembuahan dengan
bantuan angin. Jenis angin yang cocok untuk penyerbukan dan pembuahan tanaman
padi adalah angin sepoi-sepoi.
e. Kebutuhan air
Kebutuhan air tanaman tergantung jenis dan umur tanaman, waktu periode
pertanaman, sifat fisik tanah, teknik pemberian air, dan luas areal pertanaian yang di
aliri. Air mempengaruhi karakter tanaman, unsur hara dan keadaan fisik tanah (de
Datta, 1981). Kebutuhan air terbanyak untuk tanaman padi adalah pada saat
penyiapan lahan sampai tanam dan memasuki fase bunting sampai pengisian bulir
(Juliardi dan Ruskandar, 2006). Tanaman padi membutuhkan air yang volumenya
berbeda untuk setiap fase pertumbuhannya (Kalsim, 2007).
Air adalah salah satu zat yang penting bagi semua makhluk hidup di muka
bumi. Wujudnya bisa berupa cairan, es (padat) dan uap/gas. Bisa dikatakan, karena
air maka bumi menjadi satu-satunya planet dalam tata surya kita yang memiliki
kehidupan (Parker, 2017). Air merupakan hal yang sangat penting bagi
keberlangsungan makhluk hidup di dunia ini. Jadi dengan kata lain air merupakan
suatu hal yang sangat berharga sekali dan air dapat dimanfaatkan untuk keperluan
irigasi.
Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air, khususnya
pada saat tumbuh mereka harus selalu tergenangi air, agar produktivitas padi dapat
efektif dalam satu satuan luas lahan maka dibutuhkan suplay air yang cukup melalui
irigasi. Irigasi merupakan prasarana untuk meningkatkan produktifitas lahan dan
meningkatkan intensitas panen per tahun, tersedianya air irigasi yang cukup
terkontrol merupakan input untuk meningkatkan produksi padi. Dalam memenuhi
kebutuhan air untuk berbagai keperluan usaha tani, maka air (irigasi) harus diberikan
dalam jumlah, waktu, dan mutu yang tepat, jika tidak maka tanaman akan terganggu

7
pertumbuhannya yang pada gilirannya akan mempengaruhi produksi pertanian
(Purwanto, Jazaul 2014).
Kebutuhan air irigasi ialah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan
memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air
tanah. Suatu pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh ketersediaan air yang di
dalam tanah. Kekurangan air akan mengakibatkan terjadinya gangguan aktifitas
fisiologis tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman akan terhenti.

b.3. Tahapan Budidaya Tanaman Padi


Kegiatan pembudidayaan tanaman padi dimulai dari persemaian, persiapan
dan pengolahan lahan sawah, penanaman, pemeliharaan (salman, 2014):
a. Persemaian
Persemaian merupakan langkah awal bertanam padi, pembuatan persemaian
memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini
akan menentukan pertumbuhan padi di sawah. Oleh karena itu persemian harus
benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang
sehat dan subur dapat tercapai.
b. Persiapan dan Pengolahan Lahan Sawah
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat
tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang dikehendaki oleh
tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap, diantaranya
pembersihan, pencangkulan, pembajakan, penggaruan, dan perataan.
c. Penanaman
Bibit di persemaian yang telah berumur 15-21 hari (tergantung jenis varietas
padinya genjah/dalam) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan.
Dalam menanam bibit padi secara umum hal-hal yang harus diperhatikan adalah
sistem larikan (cara tanam), jarak tanam, jumlah tanaman tiap lubang, kedalaman
lubang tanam, dan cara menanam.
d. Pemeliharaan
Dalam pemeliharaan tanaman padi ada beberapa hal yang harus dilakukan
diantaranya: penyulaman dan penyiangan, pengairan, pemupukan, serta
pengendalian gulma, hama dan penyakit tanaman padi.

2.4. Jenis Gulma Pada Tanaman Padi


a. Golongan Teki-Tekian (Sadges)

8
Gulma golongan teki yaitu Cyperus difformis L., C. iria L dan F.miliceae (L.) Vahl.
Terdapat beberapa spesies yang bertambah pada umur 3 minggu setelah aplikasi,
penambahan spesies gulma dapat terjadi akibat pemberian pupuk susulan yang
diaplikasikan pada lahan percobaan. Pengaplikasian pupuk mampu meningkatkan
pertumbuhan gulma karena gulma bersaing dalam merebutkan unsur hara. Selain itu
curah hujan yang tinggi menyebabkan persediaan air cukup sehingga bijibiji gulma
menyebar dan berkembang biak (Uluputty, 2014).
b. Golongan Rumput (Grasses)
Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang dapat menurunkan hasil padi
apabila tidak dikendalikan secara efektif (Bangun dan Pane, 1984). Gulma padi sawah
umumnya didominasi oleh golongan berdaun lebar, golongan teki maupun golongan
rumput (Kadir, 2007). Gulma kerdil rumput pada padi adalah kondisi tanaman padi yang
pertumbuhnya sangat kerdil (kecil tidak bisa meninggi, pertumbuhannya tidak normal)
sehingga menyerupai rumput. Salah satu permasalahan akibat adanya gulma yaitu
penurunan hasil (Antralina, 2012). Besarnya persentase penurunan hasil akibat adanya
gulma Echinocloa crusgalli mampu menurunkan hasil tanaman padi sebesar 57%.
Gulma perlu dikendalikan pada periode kritis tanaman yang terjadi antara 1/4 sampai
1/3 dari umur tanaman (Widaryanto, 2009).
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat dalam waktu tertentu dan
tidak dikehendaki oleh manusia. Gulma merupakan pesaing bagi tanaman budidaya.
Persaingan tersebut bisa berupa persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya,
ruang dan adanya kandungan allelopati. Gulma bersaing untuk hidup dengan
lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah (Moenandir, 2018). Kehilangan hasil
padi akibat gulma di seluruh dunia diperkirakan mencapai 10 sampai 15%, bahkan
kehilangan hasil dapat mencapai 86% jika tanpa pengendalian gulma (Pane et al.,
2017). Kehilangan hasil dapat ditekan dengan pengendalian gulma melalui pendekatan
sistem budidaya dan teknik pengendalian gulma. Sastroutomo (2015). Mengungkapkan
bahwa terdapat kurang lebih 33 jenis gulma yang dijumpai tumbuh pada pertanaman
padi sawah dengan perincian 10 jenis dari golongan rerumputan, 7 teki-tekian, serta 16
jenis golongan gulma berdaun lebar, dan jenis gulma yang sering kali dijumpai.
c. Golongan Berdaun lebar (broad leaves)
Gulma eceng padi atau wewehan adalah sejenis tumbuhan air yang bisa menjadi
gulma di area persawahan, gulma yang muncul merupakan gulma yang sering
ditemukan pada lahan sawah dan gulma air seperti M. vaginalis (Burm.f.) Presl
perubahan spesies gulma yang terjadi disebabkan adanya pengolahan tanah. Gulma
yang muncul berasal dari biji- biji gulma yang terbawa dari alat pengolah tanah (bajak
atau traktor). Perubahan lahan dari lahan kering menjadi lahan sawah dapat

9
menyebabkan perubahan komunitas gulma pada lahan percobaan. Kondisi lahan yang
tergenang menyebabkan kelembaban tinggi sehingga biji-biji gulma melakukan
perkecambahan dan muncul spesies baru pada analisis vegetasi gulma (Uluputty,
2014).
Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan tanaman produktif
yang ditanam manusia sehingga para petani berusaha untuk mengendalikannya. Gulma
dapat menimbulkan kerugian secara perlahan selama gulma itu berinteraksi dengan
tanaman (Sembodo, 2010). Perubahan-perubahan yang terdapat dalam ruang dan
waktu dalam hubungannya dengan kehidupan gulma padi, dapat dilihat dari indikasi
parameter vegetasi yakni keanekaragaman dan biomassa gulma padi. Perubahan-
perubahan keanekaragaman dan biomassa ini tentu tidak lepas dari tofografi dan waktu/
masa tumbuhnya gulma itu memperebutkan ruang, cahaya, air, dan unsur hara
sehingga terjadi perubahan struktur komunitas dalam skala waktu. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui besarnya indeks keanekaragaman gulma dan komposisi
floristiknya pada minggu ke-1, minggu ke-2, dan minggu ke-3 setelah bibit padi ditanam
(Djafaruddin, 2016).
Disamping faktor tofografi yang berpengaruh terhadap kehidupan komunitas
tumbuhan pada umumnya dan gulma pada khususnya juga dipengaruhi oleh faktor
temporal (waktu). Dalam waktu yang berbeda maka kehidupan komunitasnya akan
berbeda. Faktor waktu sebagai faktor pembatas dapat dilihat dengan adanya
perubahan-perubahan yang terjadi dalam waktu tertentu, sehingga mengakibatkan
perubahan komunitas tumbuhan. Walau waktu secara langsung tidak dapat dinyatakan
sebagai faktor yang berpengaruh tetapi waktu sangat penting.

2.5. Pengendalian Gulma Pada Tanaman Padi


Gulma yang sering ditemukan pada lahan padi sawah pada umumnya memiliki
karakter yang tahan terhadap air dan kekeringan. Artinya gulma pada lahan sawah
memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik pada semua kondisi yang terjadi dilahan
persawahan (Sastroutomo, 1990). Kehilangan hasil padi akibat gulma di seluruh dunia
diperkirakan mencapai 10 sampai 15%, bahkan kehilangan hasil dapat mencapai 86%
jika tanpa pengendalian gulma (Pane et al., 2007). Kehilangan hasil dapat ditekan
dengan pengendalian gulma melalui pendekatan sistem budidaya dan teknik
pengendalian gulma. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian
gulma dilakukan antara lain adalah jenis gulma yang dominan, tumbuhan budidaya
utama, alternatif pengendalian yang tersedia serta dampak ekonomi dan ekologi
(Mas’ud, 2009). Penentuan teknik pengendalian gulma pada tanaman padi ditentukan
oleh nilai penting gulma berdasarkan analisis vegetasi. Pengendalian gulma yang paling

10
efektif dan banyak digunakan untuk mengendalikan gulma pada padi sawah saat ini
adalah dengan menggunakan bahan kimia atau herbisida (Damayanti, 2016).
Kombinasi herbisida penoxsulam+butachlor pada dosis 7,5+300 sampai dengan
15,0+600 g/ha mampu mengendalikan pertumbuhan gulma total, gulma golongan daun
lebar, gulma golongan teki, gulma dominan Ludwigia hyssopifolia, Monochoria
vaginalis, Fimbristylis miliacea, Cyperus iria sampai dengan 6 minggu setelah aplikasi,
serta gulma Leptochloa chinensis sampai 3-6 minggu setelah aplikasi. Pengendalian
gulma secara kultur teknis juga digunakan dalam mengendalikan gulma pada padi
sawah. Metode yang digunakan salah satunya adalah dengan penggenangan. Kondisi
tanah yang tergenang menciptakan suasana an-aerob, sehinga perkecambahan biji
gulma dapat dihambat, penggenangan juga menyebabkan penghambatan suplay
oksigen pada proses respirasi di sekitar perakaran (Prambudyani dan Djufry, 2006).
Mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan beras yang merupakan hasil produk
dari padi sebagai sumber karbohidrat. Terhitung pada tahun 2017, konsumsi beras di
Indonesia mencapai 30.19 juta ton, dengan rata-rata konsumsi beras masyarakat 114.8
kg/kapita/tahun (Badan Urusan Logistik, 2018). Pada tahun 2017, Indonesia memiliki
Terhitung pada tahun 2017, konsumsi beras di Indonesia mencapai 30.19 juta ton,
dengan rata-rata konsumsi beras masyarakat 114.8 kg/kapita/tahun (Badan Urusan
Logistik, 2018). surplus beras sekitar 16 juta ton, dengan total produksi sebanyak 46.7
juta ton beras. Produksi padi ini naik pada tahun 2018 hingga mencapai angka 56.54
juta ton gabah kering giling (GKG) (Badan Pusat Statistik, 2018).
Teknik pengendalian gulma terbagi menjadi: pengendalian gulma secara fisik,
pengendalian gulma secara biologis, dan pengendalian gulma secara kimiawi
(Ratnawati, 2017). Pengendalian secara mekanik berupa penyiangan menggunakan
alat dan pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan herbisida paling sering
digunakan oleh petani. Salah satu pengendalian gulma yang dinilai efektif adalah
pengendalian secara kimia menggunakan herbisida. Penggunaan herbisida harus
dilakukan secara bijak dan sesuai agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan
serta keracunan pada manusia dan organisme di luar target (Umiyati, 2016). Selain itu,
penggunaan herbisida yang tidak sesuai dan dilakukan secara terus menerus dapat
menimbulkan adanya resistensi gulma (Umiyati et al., 2018).
Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat menghambat maupun mematikan
tumbuhan dan bersifat racun pada gulma. Herbisida Penoxsulam 25 g/L merupakan
herbisida sistemik dari famili sulfonamide. Herbisida berbahan aktif penoxsulam 25 g/L
ini bekerja dengan cara menghambat enzim acetolactate synthase (ALS), dan biasanya
diabsorpsi oleh gulma lewat daun atau akar, mengendalikan gulma daun lebar, rumput,
dan teki (Dow Chemical Company, 2014).

11
III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Kegiatan Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 08 Januari 2022-sampai selesai
bertempat di Laboratorium Unit Usaha Padi Desa Pernek Kecamatan Moyo Hulu,
Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
3.2. Metode Kegiatan Penelitian dan Pengambilan Data
Dalam kegiatan pelaksanaan Penelitian ini, adapun metode kegiatan yang digunakan
adalah:
3.2.1. Observasi Lapang
Observasi Lapangan di lakukan di Lab. Lapangan budidaya padi di Desa Pernek
Kecamatan Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat. Observasi
lapangan dilakukan untuk mendapatkan data–data terkait kegiatan selama di Lab.
Lapangan Budidaya Padi Desa Pernek Kecamatan Moyo Hulu masih (aktif),
manajemen yang telah diterapkan oleh Desa Pernek Kecamatan Moyo Hulu Pertanian
dan kerjasama yang telah dilakukan. Observasi lapangan yang dilakukan pada Lab.
Lapangan Desa Pernek Kecamatan Moyo Hulu
3.2.2. Partisipatif Aktif dan Praktek Penelitian
Kegiatan penelitian langsung kami di lakukan pada Lab.Lapangan budidaya padi di
Desa Pernek Kecamatan Moyo Hulu sebagai tempat penelitian kerja saya sesuai
dengan topik yang telah dikomonukasikan antara mahasiswa dengan
pengelolaLab.Lapangan Budidaya Padi Desa Pernek Kecamatan Moyo Hulu.
3.2.3. Diskusi dan Wawancara
Kegiatan diskusi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait
kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat Penelitian. Diskusi dan wawancara
dilakukan dengan organisasi Lab. Lapangan Budidaya Padi Desa Pernek Kecamatan
Moyo Hulu.
a. Pengumpulan Data

12
Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan Penelitian di Lab. Lapangan budidaya
padi Desa Pernek untuk penyusunan laporan akhir Penelitian. Data yang diperlukan
adalah jenis-jenis gulma di lokasi Penelitian dan teknik pengendalian gulma yang
dilakukan di lokasi Penelitian.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mendukung kelengkapan dan menjadi bukti dari
kegiatan yang telah dilakukan di Lab. Lapangan budidaya padi di Desa Pernek
Kecamatan Moyo Hulu.
3.3. Jadwal Kegiatan
Rencana jadwal kegiatan Penelitian pada Program Studi Agroteknologi yang akan
dilaksanakan seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Mahasiswa Program Studi Agroteknologi,


Fakultas Pertanian, Universitas Samawa.
Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Pelaksana
08 januari 2022 - Pengenalan lokasi Petugas pelaksana
selesai Penelitian Mahasiswa Penelitian
08 januari 2022 - Pelaksanaan Penelitian Petugas pelaksana
selesai Mahasiswa Penelitian
08 januari 2022 - Pelepasan dan Pulang Petugas pelaksana
selesai Mahasiswa Penelitian

Skema kegiatan Penelitian dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini:


Tabel 2 Skema Kegiatan Penelitian Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Samawa.
BULAN
KEGIATAN
I II III IV V VI
Penyemaian
Bibit Padi
Pengedalian
Gulma
Perawatan
Panen

3.4. Analisis Hasil Kegiatan

13
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Target capaian akhir dari
pelaksanaan kegiatan Penelitian, yaitu menyajikan laporan dan gambaran yang
didokumentasi mengenai kegiatan yang dilakukan selama Penelitian berlangsung.
Target capaian kegiatan Penelitian adalah mampu memahami tentang Teknik
Pengendalian Gulma Pada Tanaman Padi Sawah di Desa Pernek Kecamatan Moyo
Hulu, Kabupaten Sumbawa.

DAFTAR PUSTAKA
Antralina, M. 2012. Karakteristik Gulma dan Komponen Hasil Tanaman Padi
Sawah (Oryza sativa L.) Sistem Sri Pada Waktu Keberadaan Gulma Yang
Berbeda. J. Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. 3(2):9-16.
Bangun, F dan H. Pane. 1984. Pengantar Pengunaan Herbisida pada Tanaman
Pangan. Buletin Teknik. (7): 7-23.
Jamilah. 2013. Pengaruh Penyiangan Gulma dan Sistem Tanam Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L). J. Agrista. 17(1): 28-34.
Kadir, M. 2007.Efektivitas Berbagai Dosis dan Waktu Aplikasi Herbisida 2,4 Dimetilamina
Terhadap Gulma Echinocloa colonum, Echinocloa crus-galli, dan Cyperus iria
Pada Padi Sawah. J. Agrisistem. 3(1): 43-49.
Nurjannah, U. 2003.Pengaruh Dosis Herbisida Glifosat dan 2,4-D Terhadap Pergeseran
Gulma dan Tanaman Kedelai Tanpa Olah Tanah.
Rusono, N., A. Suanri., A. Candradijaya.,A. Muharam., I.Martino., Tejaningsih., P.U Hadi.,
S.H Susilowati dan M. Maulana. 2013. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019.
Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangun-an
Nasional.Jakarta.
Supawan, I.G dan Hariyadi. 2014. Efektivitas Herbisida IPA Glifosat 486 SL Untuk
Pengendalian Gulma Pada Budidaya Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell.
Arg) Belum Menghasilkan. Buletin. Agrohorti. 2(1): 97- 102.
Utomo, D.W.S., A. Nugroho dan H.T. Sebayang. 2014. Pengaruh Aplikasi Herbisida Pra
Tanam Cuka (C2H4O2), Glifosat Dan Paraquat Pada Gulma Tanaman Kedelai
(Glycine max L.).J. Produksi Tanaman. 2(3): 213-220.
Uluputty, M.R. 2014.Gulma Utama pada Tanaman Terung di Desa Wanakarta Kecamatan
Waeapo Kabupaten Buru. J. Agrologia. 3(1): 37-43.
Widaryanto, E. 2009.Teknik Pengendalian Gulma. Diktat Kuliah. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Malang. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (2010).
Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01.
Departemen Pekerjaan Umum Direktoral Jenderal Pengairan. (2010). Standart Perencanaan
Irigasi KP - 01, 02, 04, dan 06. Jakarta: Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Hadisusanto. (2014). Aplikasi Hidrologi. Malang: Jogja Mediautama. Hadisusanto. (2015).
Aplikasi Hidrologi. Malang: Jogja Mediautama.

14
15

Anda mungkin juga menyukai