Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH INOVASI PENYULUHAN PERTANIAN

PENGARUH TANAMAN REFUGIA PADA PEMATANG SAWAH DALAM


MENEKAN POPULASI HAMA PADI PUTIH PALSU DAN
MENINGKATKAN POPULASI MUSUH ALAMINYA

DOSEN PEMBIMBING:

Ir. HERMAYA RUKKA, M.Si


ARIEF SIRAJUDDIN, S.ST., M.I.KOM

PLP:

MUZAKKIR. S.ST
ATIKA, S.ST

DISUSUN OLEH:

WAFIQ ADILLA

2C / DIV PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

05.01.22.2708

KEMENTERIAN PERTANIAN

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah yang
Maha Esa hanya atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Pengaruh Tanaman Refugia Pada
Pematang Sawah Dalam Menekan Populasi Hama Padi Putih Palsu dan
Meningkatkan Populasi Musuh Alaminya”. Shalawat dan Salam semoga
tetap terlimpah tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ir.
Hermaya Rukka, M.Si dan Bapak Arief Sirajuddin, S.ST., M.I.KOM karena
ini adalah suatu kebanggaan bagi saya yang telah diberi kepercayaan oleh
dosen pengampu untuk menjelaskan hal tersebut. Maka dari itu, saya
sebagai pihak yang diberikan tugas mencoba memaparkan beberapa ilmu
yang saya ambil dari beberapa sumber.
Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga materi ini dapat
bermanfaat. Amiin amiin ya rabbal alamin.

Gowa,19 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ...............................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................1
B. Tujuan ...........................................................................................4
C. Manfaat .........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................5
A. Hama Padi Putih Palsu .................................................................5
B. Pengelolaan Habitat Ekosistem Persawahan ................................8
C. Tanaman Barbing ..........................................................................9
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................... 12
A. Persiapan Tanaman Padi dan Tanaman Pemarang ..................... 12
B. Serangan dan Populasi Hama Putih Palsu ................................... 12
C. Athropoda Musuh Alami Dengan Jaring ....................................... 12
D. Pengaruh Tanaman Refugia ........................................................ 13
BAB IV PENUTUP ................................................................................. 16
A. Kesimpulan .................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Produksi tanaman padi pada periode tahun 2015-2016
mencapai angka 5,5 juta ton gabah kering giling dan mengalami
sedikit kenaikan sekitar 0,60% atau sebanyak 5,71 ribu ton
dibandingkan tahun 2014. Kenaikan produksi terjadi karena
pertambahan luas arel panen sekitar 4,01 ribu hektar (0,39%) dan
produktivitas sebesar 0,24 kuintal/hektar. peningkatan produksi
tanaman padi dapat sewaktu-waktu terjadi penurunan karena
berbagai faktor seperti cuaca yang tidak bisa di prediksi dan juga
serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Hama utama di
pertanaman padi seperti hama tikus (Rattus argentiventerv Rob &
Kloss), penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata Walker),
wereng hijau (Nephotettix spp), wereng batang coklat (Nilaparvata
lugens Stal), dan juga termasuk hama putih palsu (Cnaphalocrocis
medinalis Guenee) yang akhir-akhir ini cenderung terjadi
peningkatan serangan di beberapa derah termasuk di Sulawesi
(Gangwar, 2015).
Menurunnya hasil pertanian yang disebabkan oleh serangan
hama terjadi setiap musim tanam dengan kerusakan mencapai 15-
20% setiap musim tanam (Keppel, 2012). Hal ini membuat petani
menunggunakan pestisida terdepan untuk mengendalikan hama
yang bisa dikata secara instan dapat membunuh hama. Di sisi lain
pencemaran lingkungan akibat pestisida sintetik yang berbahan
kimia dapat mencemari lingkungan, dapat menyebabkan ketidak
seimbangnya rantai makan atau ekosistem di lahan pertanian yang
menyebabkan populasi hama dapat meningkat (Sholih dan Ainun,
2016).

1
Salah satu jenis OPT penting pada tanaman padi adalah C.
medinalis (Baehaki, 2011). Hama tersebut telah menimbulkan
masalah serius pada tanaman padi di beberapa daerah di Indonesia
seperti di Minahasa Selatan (Tangkilisan et al, 2013).Di Sulawesi
Selatan, serangan hama tersebut mencepai 58% (Nurariaty, Itji dan
Tamrin, 2017), Di Sumatera Utara, C. medinalis merupakan hama
utama yang harus mendapatkan penanganan penting, karena
secara nyata dapat menyebabkan penurunan produksi sehingga
petani mengalami penurunan yang cukup tinggi setiap tahunnya.
Hama padi putih palsu dapat menurunkan hasil panen sekitar 1,40-
1,46% untuk setiap satu persen serangan. Hama putih palsu
biasanya menyerang pada stadia tertentu yaitu menyerang tanaman
yang masuh muda atau bibit dipersemaian sampai tanaman berumur
kurang lebih 75 hari, setelah umur tersebut serangan menurun dan
kebanyakan seranggannya tidak terlalu berarti. Beberapa cara yang
kerap digunakan petani untuk pengendalian antara lain penggunaan
varietas tahan atau toleran, kultur teknis, pemanfaatan musuh alami,
penggunaan pupuk yang berimbang dan penggunaan pestisida
(Surtikant, 2006).
Adanya dampak negarif dari penggunaan pestisida kimia
mengakibatkan ekosistem yang tidak seimbang, sehingga
mengharuskan penggunaannya untuk semakin dikurangi melalui
pengendalian hama terpadu (PHT) dengan memanfaatkan agensi
hayati baik itu predator atau parasitoid. Salah satu cara yang
sementara ini dikembangkan adalah rekayasa ekosistem dengan
tanaman pelindung dan juga tanaman refugia. Rekayasa yang
dilakukan adalah dengan menyediakan habitat bagi arthropoda
musuh alami. penanaman refugia yang bertujuan untuk menurunkan
penggunaan pestisida sintetik (Nurariarty, 2014).
Pemanfaatan musuh alami dapat digunakan dalam
mengendalikan hama secara alami dengan memanfaatkan

2
parasitoid seperti Capidosmosis sp, Apanteles sp, Trichogramma sp,
dan predator seperto Ophinonea ishii ishii, Paederus furcipes,
beberapa jenis semut pemangsa larva, capung dan lain-lainnya.
penanaman tanaman pelindung atau refugia untuk musuh alami
dapat meningkatkan populasi serangga musuh alami atau predator
yang berguna dalam mengendalikan serangan hama (Bahagiawati
2001). Nurariaty Dkk. (2017) melaporkan bahwa aplikasi pellet dan
tumbuhan berbunga berpengaruh positif terhadap penurunan
intensitas serangan hama penggerek batang dan penggulung daun
padi. Demikian pula halnya dengan banyaknya spesies dan populasi
predator yang meningkatkan keanekaragaman dan fungsi predator
dan parasitoid (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2009)
Tanaman pelindung merupakan suatu mikro habitat yang
menyediakan tempat berlindung sementara bagi musuh alami hama,
seperti pradator dan parasitoid, serta memberi keuntungan terhadap
interaksi biotik ekosistem seperti polinator. Area khusus ini juga
mampu menyediakan inang alternatif berupa makanan tambahan
seperti nektar, serbuk sari, bagi imago parasitoid saat kondisi
lingkungan tidak sesuai dan membutuhkan makanan (Dadi, 2010).
Tanaman refugia memiliki ciri-ciri tanaman memiliki bungan
dan warna mencolok, regenerasi tanaman cepat dan berkelanjutan,
benih mudah diperoleh, mudah ditanam, dan bisa di tanaman secara
tumpang sari dengan tanaman yang lainnya (wahyuni, 2013).
Berbagai jenis tanaman dapat dimanfaatkan sebagai tanaman
pematang seperti bunga Zinnia, bunga matahari, bunga Cosmos
caudutus, jagung, mentimun, kacang panjang, bayam dan lain-lain
(Indriani, 2014) Menggunakan tumbuhan berbungan yang
menjadikan tanaman refugia diharapkan menjadi tempat
perlindungan serta sebagai penyedia pakan bagi predator dari hama
tanaman padi. Makanan yang didapatkan predator dari tumbuhan
berbungan berupa madu dan nektar dari bunga serta serangga hama

3
yang bersembunyi pada tumbuhan tersebut. Menurut (Arcury &
Quandt, 2003) selain dapat memperoleh madu dan juga nektar dari
tumbuhan berbunga yang didatanginya, predator juga dapat
menemukan mangsa yang tersembunyi di tumbuhan berbunga
tersebut sehingga mendapatkan tambahan makanan atau tempat
untuk bertelur berupa inang untuk serangga parasitoid telur.
Pemanfaatan musuh alami pada aplikasi HPT diharapkan
dapat diaplikasikan dengan baik agar ekosistem pada lahan
pertanian dapat dijaga agar tetap seimbang. Pengelolaan tanaman
atau tumbuhan berbunga pada ekosistem persawahan dapat
meningkatkan jenis dan populaso arthopoda musuh alami yang
ditunjukkan dengan indeks keanekaragaman parasitoid dan predator
yang nilainya rata-rata diatas 1 (Nurariaty dkk, 2018). Berdasarkan
hal tersebut, maka perlu suatu kajian untuk mengetahui pengaruh
tanaman pematang terhadap keberadaan hama putih palsu dan
musuh alaminya.
B. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh tanaman refugia terhadap
perkembangan populasi hama padi putih palsu dan artropoda musuh
alaminya.
C. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh tanaman refugia
terhadap perkembangan populasi hama padi putih palsu dan
artropoda musuh alaminya. Kegunaanya adalah dapat menjadi
bahan informasi dalam pengandalian hama padi putih palsu.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hama Padi Putih Palsu


Hama putih palsu atau dengan nama latin Cnaphalocrocis
medinalis Guenee adalah hama pada tanaman padi yang biasa
dijumpai pada tanaman jagung, sorgum dan juga tebu. Hama ini
memiliki potensi penyebab kehilangan hasil, karena sering kali
ditemukan gejala serangan pada daun yang akan merugikan
tanaman padi (Surtikanti, 2011).
Serangan hama putih palsu menjadi masalah besar jika
menyerang dan menyebabkan kerusakan yang tinggi pada daun
bendera (>50%) pada fase anakan dan fase pematangan.
Kerusakan akibat serangan hama putih palsu terlihat dengan adanya
garis warna putuh pada daun padi, tidak banyak laporan yang
menyatakan hama putih palsu mengakibatnkan gagal panen, akan
tetapi banyak laporan yang menyatakan hasil panen menjadi
menurun mencapi 60%(Syam dan Wurjandari, 2003)
Serangga dewasa dari putih palsu atau ngegatnya memiliki
warna coklat dengan garis hitam pada bagian sayapnya. Iamago
dewasa muncul rata-rata 30 hari setelah pelerakan telur, panjang
rentang sayap kurang lebih 15 mm sedangkan badannya memiliki
panjang 10 - 12 mm, telur diletakkan pada saat malam hari di bagian
tulang daun sebanyak 10 - 12 butir dan imago tertarik pada cahaya
(Cabi, 2014).
Telur memiliki bentuk seperti oval dengan permukaan sedikit
cembung, berwana putih dan agak transparan saat baru diletakkan,
kemudian berubah menjadi putih kekunignan saat ingin
menetas.Panjang telur 0,68 mm dan lebar 0,39 mm. Lama periode
telur kisaran 4 hingga 6 hari kemudian menjadi larva (Cabi, 2014).

5
Gambar 1. Telur C. medinalis (Guenee)
Sumber : (Cabi, 2014)
Larva yang baru menetas berwarna putih kehijauan dengan
panjang 1,5 - 2 mm dengan lebar 0,2 - 0,3 mm. Lama periode larva
sekitar 15 hari, selama stadia larva mengalami lima kali pergantian
kulit sebelum menajdi pupa. Panjang larva intras VI 20 - 25 m dengan
lebar 1,5 - 2 mm.

Gambar 2. Larva C. medinalis (Guenee)


Sumber : (Naipictutuasdharwad, 2009)
Larva-larva yang baru menetas mengeluarkan benang untuk
melipat daun. Larva akan hidup dalam lipatan daun yang telah dia
buat dan memakan bagian dalam lipatan. Pupa terdapat dalam
gulungan daun yang dilipat oleh larva. Lama periode pupa sekitar 4-
8 hari dan kemudian menjadi imago (Surtikanti, 2011).

Gambar 3. Pupa C. medinalis(Guenee)


Sumber : (Naipictutuasdharwad, 2009)
Imago (ngengat) akan aktif pada saat malam hari atau biasa
dekenal dengan istilah nocturnal, siang hari bersembunyi dibagian
bawah kanopi tanaman padi. Imago betina dapat hidup 10 hari dan

6
dapat meletakkan telut hingga 300 butir, dimulai setelah imago
berusia 2 hari. Ngengat dewasa muncul rata-rata 30 hari setelah
peletakan telur yang mempunyai panjang 10-12 mm dan lebar 13-15
mm, mempunyai sayap mengkilap berwarna kuning jerami dengan
dihiasi penggiran gelap 2-3 garis vartikal, lebar sayap jika direntang
17-19 mm (Naipictutuasdharwad, 2009).

Gambar 4. Imago C. medinalis (Guenee)


Sumber : (Naipictutuasdharwad, 2009)
Cnaphalocrocis medinalis datang tidak serempak atau
bersamaan pada tanaman padi sehingga populasi tumpang tindih.
Hama akan datang di pertanaman pada umur 15 hari setelah tanam
(HST), bertelur dan meteras. Larva sudah dapat dideteksi pada
tanaman padi umur 21 HST, larva terus bertambah dan mencapai
puncaknya pada pertanaman padi berumur 49 HST. Setelah itu
populasi larva mulai munurun karena berubah menjadi pupa.
Tanaman padi yang terserang hama penggulung daun,
peningkatan kerusakan daun berkorelasi positif dengan
serangannya dari umur tanaman yang berbeda (Surtikanti, 2011)

Gambar 5. Siklus Hidup Hama Putih Palsu


Sumber : (Naipictutuasdharwad, 2009)

7
Pengendalian yang sering dikakukan oleh petani pada umunya
adalah pengendalian dengan cara mengguna bahan kimia sintetik
(Ratih, 2014), pengguaan bahan kimia sintetik yang dilakukan oleh
petani, hal ini dikarenakan petani ingin pengendalian secara instan,
yang secara tidak langsung sangat mengancam ekosistem lahan
persawah pertani yang dapat menimbulkan banyak kerugian seperti
predator dan parasitoid ikut mati, terjadi resurjensi, dan pencemaran
lingkungan. oleh karena itu, diperlukan kesadaran dari berbagai
pihak dalam bidang pertanian agar menerapkan pengendalian hama
terpadu (HPT) dalam proses pengendalian. HPT merupakan suatu
cara pendeketan atau cara berpikir tentang pengendalian OPT yang
didasarkan pada dasar pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi
dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan
lingkungan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan (Sunarno,
2006).
B. Pengelolaan Habitat Ekosistem Persawahan
Salah tehnik pengendalian hama adalah pemanfaatan
pematang yang bertujuan untuk menjaga suatu ekosistem dimana
musuh alami dipancing untuk datang. Tanaman refugia menjadi
salah satu tanaman yang disukai oleh predator baik itu karna bunga
yang menghasilkan nektar dan juga beberapa tanaman bisa
ditempati untuk bersembunyi dari pemangsa para musuh alami
(Syaidi, 2017).
Tanaman refugia merupakan salah satu tempat tinggal
sementara bagi musuh alami dan juga dapat memenuhi kebutuhan
sperti nektar bagi arthropoda musuh alami. Dengan adanya tanaman
berbunga pada pematang sawah maka akan meningkatkan jumlah
populasi dari musuh alami sehingga dapat menekan jumlah populasi
hama pada lawan padi sekitarnya (Pujiastuti, 2015).
Rekayasa ekologi dengan menanam tanaman refugia telah
dikembangkan di bebebrapa negara Asia tenggara lainnya seperti

8
Vietnam dan Thailand. Teknologi rekayasa ini mulai diperkenalkan
di Cina pada tahun 2008 yang kemudia diadopsi oleh Vietnam dan
Thailand pada tahun 2011. The Southest Regional Plant Protection
Center telah dapat membuktikan penanaman tanaman refugia di
Vietnam telah berhasil secara signifikan dalam pengendalian
berbagai jenis hama dan juga dapat menggurangi penggunaan
pestisidah hingga 20% (Anggoro, 2014)
Nektar sebagai sumber energi untuk parasitoid dan predator
dapat diperoleh dari berbagai spesies tumbuhan berbunga, baik
yang dibudidayakan maupun yang tumbuh liar. Mahkota bunganya
beranekaragam warna dengan ukuran yang bervariasi, yang diduga
akan berpengaruh terhadap ketertarikan imago arthropoda musuh
alami. (Nurariaty dkk., 2016a) melaporkan bahwa populasi
arthropoda musuh alami cenderum lebih tinggi pada bunga-bunga
yang berwarna kuning dari pada warna yang lain.
Kegiatan konservasi lainnya menggunakan makanan buatan
atau pellet yang dapat menjadi sumber makanan dan juga tumbuhan
berbunga yang menghasilkaan nektar sebagai sumber energi untuk
athropoda musuh alami (Nurariaty, 2014). Pada kenyataanya di
lapangan, rata-rata populasi predator yang didapatkan pada
tanaman padi dengan aplikasi pellet dan di sekitar pematang
ditanami bunga cenderung lebih tinggi dibandingkan pada kontrol
(Nurariaty dkk, 2016a).
C. Tanaman Barbing
Tumbuhan berbunga merupakan tumbuhan yang memiliki
kemampuan untuk menarik banyak serangga baik itu sebagai
sumber pakan maupun tepat perhentian untuk bersembunyi dari
predatornya ataupun untuk meletakkan telurnya. Fungsinya yang
beragam menyebabkan tanaman refungia penting untuk
diperhatikan sebagai habitat khusus bagi athropoda musuh alami
terutama pada pertamana yang selama ini dominan sebagai

9
ekosistem monokultur seperti pada pertanaman padi. Adanya
tanaman yang berbunga dapat mengundang berbagai jenis musuh
alami dalam ekosistem tersebut, sehingga dalam suatu ekosistem
memiliki bermacam-macam peran selain sebagai herbivora, terdapat
juga sebagai musuh alami, penyerbuk atau fungsi ekologis lainnya.
a. Zinnia elegans
Bunga kembang kertas (Zinnia elegans Jaqc.) adalah salah
satu tanaman dari genus Zinnia yang banyak dikelan dan
merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika latin yakni
di negara Meksiko. Habitus tanaman ini memiliki batang yang
bediri tegak dengan tinggi 10-100 cm dengan warna kehijauan
dan dapat menjadi kekuningan. Daun tanaman ini berbentuk
lanset, jorong dan memanjang dengan pangkal daun berbentuk
rompang atau rata dan tunpul serta memiliki ujung daun yang
runcing (Torres, 1963)
b. Vigna unguiculata L
Kacang panjang (Vigna unguiculata L) tanaman ini berasal
dari Afrika, kancang panjang dapat tumbuh di semua negara
yang memiliki iklim tropis, tanaman tersebut tumbuh baik di
dataran rendah atau dengan ketentua minimal 800 mdlp, karena
kacang panjang tumbuh secara optimal dengan suhu 15-24
derajat Celsius. Kancang panjang tumbuh sebagai tanaman
semak, ada yang menjalar dan ada juga yang menggantung.
Tanaman ini dapat berkembang dengan tinggi mencapai 2,5
meter dan termasuk tanaman semusim, memiliki bentuk barang
tegak berbentuk silindris dan teksturnya yang lunak. Bauh
tanaman ini sering digunakan sebagai olahan sayuran ini
umumnya memiliki panjang 15 sampai 25 cm, berbentuk seperti
polong dan didalamnya terdapat biji lonkong pipih serta warna
coklat (Samadi, 2002).

10
c. Zea mays
Tanaman jagung (Zea mays) adalah tanaman yang cukup
mudah dikenali, yaitu berbatang keras dan daunnya memanjang
yang tumbuh disetiap ruas, tinggi tanaman jagung dalam
budidaya rata-rata antara 2 hingga 2,5 meter. Jagung merupakan
tanaman semusim yang menyekesaikan daur hidupnya antara 3-
5 bulan, separuh pertama daur hidupna adalah untuk tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap produktif.
Bunga merupakan mahkota bagi tanaman jagung dan bagian
terpenting, bunga pada tanaman jagung terdiri dari bunga jantan
dan betina, dari bunga ini tanaman jagung mengalami
penyerbukan dan akan menghasilkan buah jagung dan tongkol.
Kuntum bunga (floret) tersusun berpasangan yang dibatasi oleh
sepasang glumae (tunggal), rangkaian bungan jantan tersusun
dibagian tanaman paling atas, serbuk sari berwarna kuning dan
memiliki aroma yang khas, bunga betina tersusun dalam tongkol,
tangkai tongkol tumbuh dari buku yang berada diatara batang dan
pelepah dauh (Arifin et al, 2008).
d. Cucumis sativu
Mentimun (Cucumis sativus L) merupakan tanaman semusim
yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat
pemegang berbentuk pilin atau spiral. Bagian yang dimakan
adalah buahnya, bumga mentimun berwarna kuning dan
berbentuk teromper, tanaman ini berumah satu yang artinya
bunga jantan dan betina terpisah, tetapi masi dalam satu pohon.
Bunga betina memmpunyai bakal buah berbentuk lonjong yang
terkadang membengkok, sedangkan pada bunga jantan tidak
mempunyai bakal buah yang membengkok, letak bakal buah
tersebut di bawah mahkota bunga (Kalie, 2001)

11
BAB III
PEMBAHASAN

A. Persiapan Tanaman Padi dan Tanaman Pemarang


Sawah yang akan digunakan seluas 79 m x 60 m yang dibagi
menjadi 9 bagian. Setelah dilakukan pengolahan tanah, maka dibuat
pematang selebar 50 cm dan setinggi 30 cm. Benih yang digunakan
adalah varietas inpari 36, sebelum ditanam benih terlebih dahulu
direndam dalam air biasa selama kurang lebih 2 x 24 jam kemudian
ditiriskan selama 24 jam. Penanaman dilakukan dengan sistem
tanam langsung dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Pemupukan
pertama dilakukan saat tanaman padi berumur 21 HST
menggunakan Urea sebanyak 150 kg/ha, SP36 sebanyak 100 kg/ha,
Phonska sebanyak 100 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan saat
tanaman padi berumur 60 HST menggunakana Urea sebanyak 100
kg/ha dan Phonska 100 kg/ha.
B. Serangan dan Populasi Hama Putih Palsu
Pengamatan serangan dan populasi hama putih palsu
disajikan pada Tabel Lampiran 1a, hasil dari penelitian menujukkan
perlakuan kombinasi tanaman bunga Zinnia dan kacapang panjang
menunjukkan rata-rata serangan hama terendah setiap pekannya
dan perlakuan kontrol menunjukkan rata-rata sereangan hama
tertinggi setiap pekan. Perlakuan bunga Zinnia dan kacang panjang
menghasilkan serangan hama terendah dengan rata-rata 2,05 setiap
pekannya, sedikit lebih rendah dibanding dengan perlakuan bungan
Zinnia dan jagung yakni rata-rata 3,6 dan bunga Zinnia dan
Mentimun dengan 5,15. Sedangkan perlakuan kontrol rata-rata
setiapkan pekannya mencapai 11,05.
C. Athropoda Musuh Alami Dengan Jaring
Pengamatan arthropoda musuh alami dengan jaring disajikan
pada Tabel Lampiran 2a, hasil dari penelitian menujukkan perlakuan

12
kombinasi tanaman bunga Zinnia dan kacapang panjang
menunjukkan rata-rata populasi athropoda musuh lami tertinggi
pada setiap pekannya dan perlakuan kontrol menunjukkan populasi
athropoda musuh alami paling rendah pada setiap pengamatan.
Perlakuan bunga Zinnia dan kacang panjang menghasilkan populasi
athropoda musuh alami tertinggi dengan rata-rata 13,67 setiap
pekannya, sedikit lebih tinggi dibanding dengan perlakuan bungan
Zinnia dan jagung yakni rata-rata 11,07 dan bunga Zinnia dan
Mentimun dengan 7,93. Sedangkan perlakuan kontrol rata-rata
populasi athropoda musuh alami setiapkan pekannya hanya
mencapai 4,2.
D. Pengaruh Tanaman Refugia
Dengan adanya tanaman refugia untuk menekan populasi
dan intensitas serangan dari hama putih palsu memiliki pengaruh
yang nyata dengan hasil rata-rata serangan dan populasi terendah
terdapat pada tanaman refugia kombinasi bunga zinnia dan kacang
panjang yakni 2,05 serangan perpekan, dimana pada perlakuan
bunga zinnia dan kancang panjang mulai terdapat gejala serangan
pada pengamatan ke 4 atau pada saat tanaman padi berumur 42
hari setelah tanam, tingkat serangan tertinggi didapatkan pada saat
tanaman padi berumur 70 hari sebanyak 5,5 serangan dan mulai
menurun pada saat tanaman berumur 77 hari. Pada perlakuan tanpa
tanaman refungia atau kontrol memiliki rata-rata populasi dan gejala
tertinggi dengan 11,05 gejala perpekan, mulai terdapat gejala
serangan pada saat tanaman berumur 28 hari setelah tanam, tingkat
seranga tertinggi didapatkan pada saat tanaman mencapai umur 70
hari setalah tanam sebanyak 23 serangan, kemudia mulai terjadi
penurunan gejala serangan pada saat berumur 77 hari. Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Surtikanti (2006), bahwa hama putih palsu
mulai menyerang tanaman yang masih muda hingga berumur
kurang lebih 75.

13
Sedangkan pada perlakuan bunga zinnia dan jagung memiliki
rata-rata populasi sebanyak 3,6 perpekan, mulai terdapat gejala
serangan pada saat tanaman padi berumur 35 hari setelah tanam,
dimana tingkat seranga tertinggi didapatkan pada saat tanaman
berumur 70 hari setelah tanam sebanyak 8 serangan dan mulai
terjadi penurun pada saat tanama berumur 77. Pada perlakuan
bunga zinnia dan mentimun memiliki rata-rata populasi dan gejala
serangan sebanyak 5,15 perpekan, mulai terdapat terjadi gejala
serangan pada saat tanaman berumur 35 hari setelah tanam,
dimana gejala serangan tertinggi didapatkan pada saat tanaman
berumur 70 sebanyak 11 gejala serangan dan mulai menurun pada
saat tanaman berumur 77 hari. Hal ini berbanding terbalik dengan
pendapat Nurariaty dkk (2016a) yang melaporkan bahwa populasi
arthropoda musuh alami lebih tinggi pada bunga-bunga yang
berwarna kuning dari pada warna lain, hal ini dikarenakan
pertumbuhan tanaman mentimun yang tidak cocok dengan
lingkungan lokasi penetian, dimana curah hujan yang terlalu tinggi
tidak baik untuk tanaman mentimun, hal ini dapat menganggu
pertumbuhan dan mengakibatkan bunga yang terbentuk berguguran
hingga gagal membentuk buah (Sunarjono, 2013), sedangkan pada
saat penetian berlangsung tepatnya pada bulan agustus terjadi
hujan deras sehingga mengakibatkan beberapa tanaman mentimun
mengalami gangguan pada proses pertumbuhannya sehingga
mengalami kematian.
Pengamatan populasi athropoda musuh alami dengan
adanya tanaman refungia munujukkan pengaruh yang nyata dengan
hasil rata-rata populasi athropoda musuh alami tertinggi terdapat
pada perlakuan bunga zinnia dan kancang panjang, musuh alami
mulai terdapat pada saat tanaman padi berumur 28 hari setelah
tanaman dan terjadi pertambahan disetiap pengamatan dimana
terjadi lonjakan yang tinggi pada pengamatan ke 5 atau saat

14
tanaman berumur 84 hari setelah tanam dari 16 pada saat
pengamatan ke 4 naik hingga 31 pada pengamatan ke 5. Untuk
pengamatan dengan populasi athropoda musuh alami terendah
didapatkan pada perlakuan kontrol dengan hanya terdapat 4,2
dimana pada saat tanaman berumur 70 hari tidak terjadi perubahan
atau pertambahan populasi musuh alami hingga pada saat tanaman
berumur 84 hari yakni tetap 6,67.
Pengamatan populasi athropoda musuh alami pada
perlakuan bunga zinnia dan jagung memiliki rata-rata 13,67
perpengamatan, dimana terjadi kenaikan yang signifikan dari 12
pada pengamatan ke 4 naik hingga 26 pada pengamatan ke 5.
Sedangkan pada perlakuan bunga zinnia dan mentimun memiliki
rata-rata populasi sebanyak 7,93 perpengamatan, terjadi kenaikan
disetiap perlakuannya dan populasi tertinggi didapatkan pada
pengamatan ke 5 atau saat tanaman padi berumur 84 hari yakni
sebanyak 14,33. Penambahan tumbuhan berbunga pada
pertanaman padi dapat mingkatkan populasi serangga berguna, baik
itu predator ataupun parasitoid, penambahan tumbuhan berbunga
seperti bunga zinnia, wedelia, kacang panjang atau mentimun pada
agroekosistem sawah dapat menarik serangga berguna dan dapat
menekan populasi hama (Usyati, 2012)
Dengan adanya tanaman refugia pada suatu ekosistem
persawahan akan dapat menekan populasi dan intensitas serangan
dari hama putih palsu dikarenakan tanaman refungia dapat menjadi
tempat persinggahan, ketersediaan nektar sebagai cadangan
makanan dan tempat pesembunyian untuk musuh alami.
keberadaan mikrohabitat dan berbagai macam hama berdampak
pada banyaknya Arthtopoda musuh alami di suatu ekosistem
persawahan (Addina et al, 2013)

15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa:
1. Populasi hama putih palsu dapat ditekan dengan memanfaatkan
tanaman refungia dimana jumlah rata-rata populasi hama putih
palsu terbesar terdapat pada perlakuan kontrol dengan rata-rata
11,05 perpekan, dan populasi terkecil terdapat pada perlakuan
bunga zinnia dan kancang panjang dengan rata-rata 2,05
perpekan.
2. Populasi athropoda musuh alami dapat ditingkatkan dengan
memafaatkan tanaman refungia dimana jumlah rata-rata
populasi athropoda musuh alami terbesar terdapat pada
perlakuan bunga zinnia dan kancang panjang dengan rata-rata
sebesar 13,67 perpengamatan, dan populasi terkecil terdapat
pada perlakuan kontrol dengan rata-rata 4,2 perpengamatan.
3. Keberadaan tanaman refungia berbanding lurus dengan
populasi athropoda musuh alami dan berbanding terbalik
dengan tingkat populasi hama putih palsu.
B. Saran
Dalam pemilihan jenis tanaman refungia harus memiliki
kecocokan dengan lingkungan dikarenakan tidak semua tanaman
cocok ditanaman pada pematang sawah dan saya sarankan
menggunakan kombinasi tanaman bunga zinnia dan kancang
panjang. Dan diharapkan telah melakukan pembicaraan dengan
petani sekitar mengenai fungsi dari tanaman refungia dan memberi
himbauan agar tidak menggunakan pestisida sintik jika tidak
dibutuhkan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Addina L, Yanuwiadi B, Gama Z panata & Leksono A setyo.2013. Efek
perpaduan beberapa tumbuhan liar di sekitar area pertanaman
padi dalam menarik arthropoda musuh alami dan hama. El-
Hayah, 3(2), pp.71–81.
Arifin, Z,. Dan Krismawati, A. 2008. Pertanian Organik, Menuju Pertanian
Berkelanjutan. Bayumedia Publishng. Malang.
Baehaki, S. E., 2011. Penampilan Hama putih palsuCnaphalocrocis
medinalis Imigran dan parasitoid Elasmus sp. Di Pertanaman
Padi. Balai Penelitian Tanaman Padi. Jl.Raya Sukamandi No. 9,
Subang Jawa Barat.http://peipusat.org/jurnal/?p=608
Dadi,2010. Potensi Agroforestri pendukung Eksistensi Arthropoda Predator
Wereng Padi Di Ekosistem Sawah. Malang,Fakultas Pe rtanian
UB.
Effendi, B. S., 1999. Strategi pengendalian wereng coklat. Sukamandi, Balai
Penelitian Tanaman Padi.
Effendi, B. S.,1986. Dinamika populasi wereng coklat Nilaparvata lugens
Stal. Wereng Coklat, Edisi Khusus
Indriani C. 2014. Keanekaragaman Serangga Penyerbuk pada Pertanaman
Mentimun: Pengaruh Keberadaan Habitat Alami. Skripsi. Bogor:
Instititut Pertanian Bogor.
Kalie, 2001. Teknik Budidaya Mentimun Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.
Kalshoven, L.G.E, 1981. Pests of Crops in Indonesia. Revised and
Translated by P.A Van der Laan. P.T. Ichtiar Baru – van Hoove,
Jakarta
Nurariaty, A. 2014. Pengendalian Hayati Hama dan Konservasi Musuh
Alami. IPB Press:Bogor
Samadi, B. 2002. Teknik Budidaya Mentimun Hibrida. Kanisius.
Yogyakarta.
Sunarjono, Hendro. 2013. Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah. Jakarta :
Penebar Swdaya
Surtikanti. 2011. Bioekologi Hama putih palsu Pada Tanaman Padi.Seminar
Nasional Serealia Balai Penelitian Tanaman Serealia
Wahyuni R. 2013. Peningkatan keragaman tumbuhan berbunga sebagai
daya tarik predator hama padi. Universitas Sebelas Maret.

17

Anda mungkin juga menyukai