Anda di halaman 1dari 5

Cara membuat tinjauan pustaka yang benar dan yang salah

1. Tinjauan pustaka yang benar

 Buat outline tentang informasi apa yang anda butuhkan

Outline yang kami maksud ialah kata kunci dari setiap informasi yang anda
butuhkan. Outline ini akan membantu anda agar lebih focus mencarai referensi. Misalnya
salah satu informasi yang anda ingin cari ialah Tinjauan Tentang Praktek Inisiasi
Menyusu Dini, maka paling tidak outline yang dibuat sebagai berikut :

 Pengertian IMD
 Cara IMD
 Manfaat IMD
 Cakupan praktek IMD
 Dst.

Outline tersebut di atas bisa dikemas dalam bentuk paragraph maupun sub sub
judul. Nah langkah selanjutnya silahkan temukan referensi sesuia dengan outline yang
sudah anda buat.

 Gali informasi dari banyak sumber, jangan hanya berasal dari satu
sumber saja

Mencari sumber kepustakaan memang melelahkan, apalagi jika informasi yang


kita cari tergolong baru dan belum banyak orang yang menulis tentang hal tersebut. Akan
tetapi anda tidak perlu khawatir karena sekarang adalah jaman digital, sudah banyak
referensi yang dibuat dalam versi digital, yang dibutuhkan hanya kesabaran keuletan serta
jaringan yang luas untuk menemukannya. Nah khusus poin terakhir (baca : jaringan) anda
bisa bergabung dengan group di social media yang sesuai dengan disiplin keilmuan anda,
karena bisa jadi salah seorang member group tersebut merupakan seorang penulis buku
atau orang yang memiliki referensi digital yang anda butuhkan.
 Perbanyak hasil penelitian sebelumnya yang relevan

Banyak mahasiswa, yang baru pertama kali menyusun karya tulis ilmiah terjebak
dengan istilah tinjauan pustaka, mereka menganggap bahwa tinjauan pustaka itu harus
bersumber dari buku, padahal buku dengan topiK-topik tertentu sangat sulit dijumpai.

Rata-rata mahasiswa belum terbiasa menggunakan hasil penelitian sebagai


referensi mereka, padahal ruh sebuah tinjauan pustaka ada di hasil penelitian sebelumnya.
Mengapa? Karena pada saat anda membahas hasil penelitian maka anda harus
membandingkan hasil anda dengan hasil penelitian sebelumnya. Jika hasil penelitian
sebelumnya tidak anda cantumkan di tinjauan pustaka maka saat itu juga anda harus
melakukan kembali proses pencarian literatur dan itu cukup menyita waktu.

 Jangan lupa paraphrase

Paraphrase merupakan salah satu proses yang harus anda lakukan saat pembuatan
tinjauan pustaka. Jika anda melewatkan proses ini, maka bisa dijamin karya yang anda
hasilkan akan dicap sebagai karya PLAGIAT dan bisa jadi akan berimplikasi hokum
dikemudian hari.

Di Wikipedia.org dijelaskan bahwa Parafrase adalah “istilah linguistik yang


berarti pengungkapan kembali suatu konsep dengan cara lain dalam bahasa yang sama,
namun tanpa mengubah maknanya. Parafrase memberikan kemungkinan kepada sang
penulis untuk memberi penekanan yang agak berlainan dengan penulis asli”

2. Tinjauan pustaka yang salah


 Tidak relevan dengan apa yang dibahas. Membahas tentang pembelajaran, tetapi pustaka yang
dibahas tentang kepemimpinan
 Tidak mengkritisi apa yang dibacanya, hanya memaparkan bahwa telah ada penelitian
sebelumnya.
 Ada yang mencampuradukkan antara buku teori dengan buku kajian, padahal yang diperlukan itu
pustaka yang bersifat kajian.
 Pustaka yang ditampilkan itu perlu dikomentari, tidak hanya dipaparkan apa judulnya dan apa
isinya
 Tidak dijelaskan mengenai pintu masuk dari peneliti untuk membahas persoalan yang sama

 Sering melakukan klaim bahwa belum ada kajian sebelumnya yang membahas persoalan yang
sama tanpa membaca sebelumnya

Cara mengutip yang benar dan yang salah


1. Cara membuat kutipan yang benar

 Kutipan Langsung

Kutipan langsung merupakan salinan yang sama persis dengan sumbernya tanpa adanya
penambahan.

Tekniknya adalah sebagai berikut :

 Menggunakan redaksi dari penulis sendiri (parafrasa)


 Mencamtumkan sumber (nama penulis, tahun, dan halaman). Contoh:

1. Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang di
inginkan oleh penulis atau pembicara (keraf,1983:3).

 Kutipan Tidak Langsung

Mengambil referensi dari artikel lain kemudian dibaca dan dipahami lalu ditulis dengan
gaya bahasa sendiri.

Tekniknya adalah sebagai berikut :

 Dikutip apa adanya


 Sertakan sumber kutipan di awal atau di akhir kutipan, yakni nama penulis, tahun terbit, dan
halaman sumber (PTH atau Author, Date, Page (ADP), misalnya (Penulis, 2012:100).
 Dibubuhi tanda kutip (“….”)
 Jika berbahasa lain (asing atau daerah), kutipan ditulis dimiringkan (kursif)
 Jika ada kesalahan tik pada kutipan, tambahkan kata sic dalam kurung (sic) di kanan kata
yang salah tadi.
 Jika ada penambahan komentar, tulis komentar tersebut di antara tandakurung, nislnya,
(penggarisbawahan oleh penulis).

2. Tinjauan pustaka yang salah


 . Tidak mencantumkan nama (belakang).
 Nama penulis dari naskah yang kita kutip wajib hukumnya untuk disebutkan dalam setiap
kutipan. Di dalam tanda kurung, yang perlu disebut hanyalah nama belakangnya. Namun jika
ingin menyebutkan nama penulis di luar kurung, kita bebas menuliskan nama lengkap atau
nama belakang saja. Tetapi kita tdak boleh menyebutkan nama depan saja, karena dalam
bahasa Inggris nama depan hanyalah untuk panggilan akrab dalam suasana tidak formal.
 Tidak mencantumkan tahun.

 Tahun adalah elemen yang juga wajib dalam setiap kutipan. Tahun yang dimaksud adalah
tahun publikasi atau tahun terbitnya bahan tersebut. Pada buku dan skripsi, biasanya tahun
terbit ditulis di sampul atau di halaman awal. Pada koran, majalah dan jurnal, biasanya tahun
terbit tercantum di pojok atas atau pojok bawah halaman. Pada artikel di internet, kita dapat
menemukan tahun posting artikel tersebut di atas atau di bawah artikel tersebut.
 Tidak membedakan penulisan judul.

 Judul sumber tidak wajib untuk disebut dalam kutipan dalam teks. Tapi jika ingin
menyebutkan judul sumber, kita tidak boleh menuliskannya biasa saja di tengah teks. Kita
harus membedakan penulisannya; umumnya adalah dengan memiringkan atau menggaris
bawahi judul tersebut.
 Memasukkan alamat url web dalam teks.

 Keberadaan internet yang cepat dan murah sangat memudahkan kita dalam mencari artikel,
ebook, dan jurnal untuk rujukan dan kutipan dalam tulisan kita. Namun kita tidak perlu,
bahkan tidak boleh, melampirkan alamat url dalam teks kita. Yan perlu dilampirkan dalam
teks hanyalah nama belakang penulis artikel dan tahunnya. Judul boleh disebut jika mau,
nomor halaman boleh ditambahkan jika mau, tapi alamat url web sama sekali tidak perlu
dicantumkan.
 Tidak meyeragamkan format.
 Di dunia akademik, terdapat beberapa format pengutipan yang berlaku secara internasional.
Mereka dikenal dengan istilah citation style. Masalahannya, banyak buku dan artikel yang
kita gunakan sebagai contoh seringkali memakai citation style yang berbeda. Dan karena
belum mengerti, atau memang karena tidak mau ambil pusing, kita biasanya meniru saja
mentah-mentah cara pengutipan yang berlainan itu. Akibatnya, format pengutipan dalam
tulisan kita menjadi tidak seragam.
 Dalam satu tulisan, kadang kita menulis tahun dan halaman dengan format yang memakai
tanda koma (1999, 52); kadang kita menulisnya dengan format yang memakai tanda titik dua
(1999: 52). Kadang kita menulis judul dengan dimiringkan; dilain waktu kita menulisnya
dengan garis bawah. Ini merupakan suatu kesalahan. Dalam satu tulisan, kita hanya boleh
memakai salah satu format atau citation style saja. Belum lagi, menulis dengan format yang
tidak seragam membuat kita dicurigai melakukan plagiat.

Anda mungkin juga menyukai