Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN

KAJIAN INSECT VISITOR TANAMAN TURNERA

SUBULATA DIPERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Disusun Oleh :

ARIF DYAN PERMADY

16/18114/BP

Dosen Pembimbing : Idum Satya Santi, SP.MP.

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN STIPER

YOGYAKARTA

2019
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN

KAJIAN INSECT VISITOR TANAMAN TURNERA SUBULATA

DIPERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Disusun Oleh :

ARIF DYAN PERMADY

16/18114/BP

Renacana penelitian ini di ajukan kepada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Stiper Yogyakarta guna memenuhi persyaratan untuk

Menyelesaikan pendidikan Program Strata 1.

Yogyakarta, 26 Februari 2019

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

(Idum Satya Santi, SP.MP.) (Dr. Y. Th. Maria Astuti, M.Si.)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4

A. Tanaman Turnera Subulata ............................................................. 4

B. Peranan Serangga dengan bunga ...................................................... 6

C. Asosiasi serangga pengunjung ......................................................... 9

D. Hipotesis .......................................................................................... 11

BAB III. METODE PENELITIAN..................................................................... 15

A. Waktu dan Tempat ............................................................................ 12

B. Alat dan Bahan .................................................................................. 12

C. Deskripsi Daerah ............................................................................... 12

D. Metode Penelitian ............................................................................. 12

E. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 12

F. Metode Analisis Data ........................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14

iii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkebunan kelapa sawit monokultur skala luas, serangan hama bisa

menjadi masalah yang sangat serius dan dilaporkan mampu mengakibatkan

kehilangan hasil hingga 90% (Sudharto, 2003). Oleh karena itu, kemudian

serangga hama ini dikenal menjadi faktor pembatas produksi yang sangat

diperhitungkan baik untuk masa lalu, saat ini, dan masa depan. Ulat api dan

ulat kantung merupakan hama terpenting kelapa sawit yang mampu

menurunkan produktivitas (Kamarudin 2010).

Schellhorn dan Sork (1997) menunjukan bahwa keragaman vegetasi

dapat meningkatkan keragaman artropoda dan karnivora. Dalam hal ini,

keragaman vegetasi meningkatkatkan keragaman spesies musuh alami yang

berpotensi menekan populasi organisme pengganggu tanaman.

Saat ini tekhnik pengendalian hama yang diandalkan adalah insektisida

kimia. Namun penggunaan insektisida kimia ini sudah mulai dikurangi karena

adanya program RSPO (Rountable Sustainable Palm Oil), yang menginginkan

minyak kelapa sawit bebas dari bahan kimia penyusunan insektisida, secara

berlebihan akan berdampak terhadap pada keseimbangan ekosistem

(Prawirosukarto , 2008).

Tantangan lain muncul dari meningkatnya kesadaran global tentang

konsep keberlanjutan (menurut Prinsip dan Kriteria RSPO-Roundtable for

Sustainable Palm Oil-; ISPO-Indonesia Sustainable Palm Oil-, lihat dokumen

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2011; Green

1
2

Economy Scheme), yang secara simultan mendorong perkebunan sawit untuk

menerapkan praktik pengendalian hama yang lebih ramah lingkungan (henny,

2014).

Penelitian oleh Drinkwater et al. (1995) menunjukan bahwa kekayaan dan

kelimpahan spesies predator dan parasitoid lebih tinggi pada lahan organik

dibandingkan pada lahan konvensional. Hal tersebut didukung oleh ketersediaan

vegetasi pada lahan organik yang menjamin keberadaan (estabilshment) dan

keberlanjutan (sustainability) musuh alami lebih beragam.

Basri et al, (1999) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang

menyebabkan serangga parasitoid dan predator menyukai tanaman. Serangga

menyukai tanaman inangnya karena terdapat nectar yang dihasilkan stipula pada

ketiak daun. Pada areal yang ditanami Antigonon leptopus menjadi sangat

potensial sebagai tanaman yang menguntungkan bagi parasitoid dan predator.

Selanjutnya kandungan kandungan gula yang tinggi pada nektar bunga yang

menarik parasitoid dan predator.

Turnera subulata adalah salah satu tumbuhan berkayu yang tergolong ke

dalam Beneficial plant yaitu jenis tumbuhan yang memiliki manfaat.

Tumbuhan ini mampu menghasilkan nektar sebagian daya tarik dan sumber

makanan bagi serangga parasitoid dan predator yang merupakan musuh alami

bagi hama tanaman kelapa sawit ini adalah ulat api yaitu Eochantecona

furcellata dan syacanus eucomesus. Selain itu, penanaman Beneficial plant

bertujuan untuk menyeimbangkan keseimbangan alami dan keanekaragaman

hayati antara hama dan musuh alaminya. Tumbuhan ini sering disebut bunga

pukul delapan karena selalu mekar pada pukul delapan pagi (Perdana, 2009).
3

B. Perumusan Masalah

Mengidentifikasi keanekaragaman vegetasi tanaman turnera subulata

sebagai inang musuh alami atau parasitoid.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan saya melakukan penelitian atau kanjian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi keanekaragaman serangga pengunjung bunga turnera

subulata.

2. Mendapatkan gambaran mengenai hubungan serangga pengunjung

turnera subulata dan fungsinya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang saya lakukan yaitu:

1. Mendapatkan informasi mengenai konservasi musuh alami di perkebunan

kelapa sawit

2. mengetahui jenis serangga pengunjung dapat digunakan sebagai hama atau

musuh alami.

3. Untuk menambah ilmu pengetahuan dalam bidang interaksi serangga dan

tumbuhan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Turnera Subulata

Jenis tanaman ini banyak dibudidayakan untuk meningkatkan

keragaman hayati sehingga keseimbangan alami dapat terjaga. Oleh karena

itu tanaman ini harus memiliki karakteristik antara lain mampu

menghasilkan nektar, terbukti memiliki daya tarik terhadap serangga

parasitoid maupun predator, mudah dibudidayakan, serta mudah

perawatannya (Sulisty, 2013).

Selain itu jenis tanaman ini memiliki spesies lain dalam genus sama

seperti Turnera ulmifolia. Klasifikasi tanaman Turnera subulata adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Violales

Famili : Turneraceae

Genus : Turnera

Spesies : Turnera subulata J.E.Smith

Di Indonesia, bunga pukul delapan banyak dijumpai di daerah Jawa,

Sumatera dan Kalimantan. Tumbuhan berbunga ini dikenal sebagai tanaman

4
5

hias, tanaman pengendali hama, dan juga sebagai tanaman obat. Berdasarkan

penelitian, tanaman ini mengandung zat seperti terpenoid, flavonoid, steroid,

benzenoid, alkoloid, dan lipid (Sulisty, 2013)

Gambar 1.0 Bunga Turnera Subulata

Bunga pukul pukul delapan (Turnera subulata) ditemukan tumbuh liar di

tanah terlantar, tepi saluran air dan umumnya tumbuh berkelompok. Tumbuhan

yang berasal dari Hindia Barat ini ditemukan pada ketinggian 10-250 m dpl.

Tinggi tanaman ini sekitar 60-90 cm dan tumbuh pada tempat-tempat yang

terkena sinar matahari langsung atau sedikit terlindung. Turnera subulata

maupun Turnera ulmifolia menjadi sumber pakan dan tempat tinggal bagi

parasitoid ulat api Trichogrammatoidea thoseae (Syahnen, 2013).

Selain itu, proses pertumbuhan bunga ini pun tergolong cepat serta

memiliki nilai estetika yang indah jika, apalagi ketika sedang mekar di pagi

hari. Jika dirawat dengan baik, maka umur dan masa produktif Turnera

Subulata dapat bertahan sekitar 2 sampai 5 tahun (Asian, 2017).

Bunga ini hanya mekar beberapa jam saja, sekitar jam 8 pagi sampai

sekitar jam 12 siang. Maka dari itu, jenis tumbuhan ini dinamakan bunga

pukul delapan Varietas bunga pukul delapan selain ada yang putih , juga ada

yang berwarna kuning. Buah tanaman ini berbentuk telur dengan biji lebih
6

dari 30 butir. Turnera subulata merupakan jenis tanaman yang mirip dengan

Turnera ulmifolia tetapi keduanya bisa disebut dengan bunga pukul delapan.

Hanya saja Turnera subulata mempunyai bunga warna putih dan mempunyai

ukuran daun yang lebih kecil dibandingkan dengan daun dari Turnera

ulmifolia.

Serangga yang sering menyebabkan menimbulkan masalah yang

berkepanjangan yaitu serangan hama ulat api dan ulat kantong telah banyak.

Hal tersebut menyebabkan tanaman kelapa sawit kehilangan daun (defoliasi)

tanaman yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi (Pahan,

2006).

Pengendalian ulat api secara biologis dapat dilakukan dengan menanam

bunga Turnera sp. Tanaman Turnera subulata dapat digunakan sebagai

tanaman inang atau media tempat berkembangnya parasitoid. Parasitoid

adalah organisme yang akan membunuh ulat api, dengan cara meletakkan

telur pada tubuh ulat api (Effendi, 2011).

B. Peranan Serangga Dengan Bunga

Pola atau bentuk interaksi antar makluk hidup dalam satu ekosistem

dapat berupa kompetisi atau persaingan, pada umumnya serangga membantu

penyerbukan bunga sementara bunga memberi nektar pada serangga,

hubungan ini disebut simbiosis mutualisme saling menguntungkan (Harumi,

2011).

Bunga merupakan bagian pucuk yang termodifikasi disebut demikian

karena menunjukan beberapa perubahan dalam pengaturan apeks pucuk.


7

Bunga dianggap ranting yang bersumbu pendek dengan daun-daun yang

merapat dan memiliki bentuk khas sesuai fungsinya (Bold, 1987).

Bunga merupakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan

Angiospermae. Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan pada bunga

terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan

tugasnya sebagai penghasil alat perkembangbiakan yang sebaik-baiknya.

Umumnya dari suatu bunga sifat-sifat yang amat menarik dari Bentuk bunga

keseluruhnya, bentuk bagian-bagian yang lain, Warnanya, Baunya dan Ada

dan tidaknya madu ataupun zat lain (Mulyani, 2006).

Bunga majemuk (antotaksis, Inflorescentia) suatu bunga majemuk

harus dapat dibedakan dari cabang yang mendukung sejumlah bunga

diketiaknya. Pada suatu cabang dengan sejumlah bunga diketiak jelas

keliatan, bahwa diantara bunga-bunganya sendiri terdapat pada cabang itu

terdapat daun-daun biasa yang berguna untuk berasimilasi (Gembong, 2006).

Berdasarkan dengan sifat-sifat itu bunga majemuk dibedakan dalam

tiga golongan yaitu Bunga majemuk tak terbatas , yaitu bunga majemuk

yang ibu tangkainya dapat tumbuh terus. Bunga majemuk terbatas , yaitu

bunga majemuk yang ujung ibu tangkainya selalu ditutup dengan suatu

bunga. Bunga majemuk campuran, yaitu bunga majemuk yang

memperlihatkan baik sifat-sifat bunga majemuk terbatas maupun sifat bunga

majemuk tak terbatas. Bagian-bagian bunga (Tjitro, 2005).

Hal ini yang menjadikan tumbuhan memiliki peran penting bagi

serangga selain sebagai produsen yang menjadi sumber energi dalam suatu
8

daur kehidupan Banyak serangga yang makanannya berasal dari bunga

(Maisyaroh, 2005).

Keanekaragaman serangga pengunjung di suatu lokasi berkaitan

dengan kondisi habitat sekitarnya. Kondisi lahan pertanian berpengaruh

terhadap keanekaragaman dan kelimpahan serangga penyerbuk diantaranya

keberadaan habitat alami dan intensitas penggunaan lahan (Klein et al. 2003).

Serangga memegang peran yang sangat penting dalam menjaga dan

melindungi fungsi ekosistem serta memberi banyak jasa melalui bermacam-

macam mekanisme seperti mendekomposisi serasah daun, penyerbukan

tanaman, menahan pertumbuhan tumbuhan, dan sebagai mangsa dari

pemangsa (Black, 2001).

Menurut Gulland dan Cranston (2000) serangga yang berperan dalam

polinasi disebut sebagai entomofili (enthomophily). Delplane dan Meyer

(2000) menyatakan bahwa serangga berperan dalam polinasi sekitar 400 jenis

tanaman pertanian.

Hubungan serangga herbivora dengan tumbuhan sangat khas. Interaksi

ini merupakan hasil koevolusi di antara kedua spesies sehingga terbentuk

interaksi yang sangat kuat diantara keduanya. Interaksi tanaman dengan

serangga, bagi tanaman mempunyai dua efek yaitu menguntungkan dan

merugikan. Efek interaksi yang menguntungkan bagi tanaman adalah

serangga mampu membantu penyerbukan dan penyebaran biji. Sedangkan

efek yang merugikan adalah serangga menjadi hama dan vektor penyakit bagi

tanaman (Dhurve, 2008).


9

Serangga yang datang pada tanaman sering disebut serangga

pengunjung. Serangga pengunjung yang menguntungkan adalah sebagai

pollinator. Serangga pollinator tertarik pada suatu bunga dipengaruhi oleh

banyak faktor antara lain morphologi bunga ukuran, warna, sifat bunga,

kandungan nektar dan waktu, (Rianti, 2009).

Serangga pengunjung juga berpotensi membuat kerugian bagi tanaman

yaitu sebagai hama yang akan memakan bagian bagian tubuh tanaman dan

atau juga sebagai vector penyakit. Kunjungan serangga sebagai hama dan

vector penyakit seperti yang terjadi pada tanaman pisang yang dikunjungi

oleh ngengat R. solanacearum yang membawa bakteri Ralstonia

solanacearum sebagai vector penyakit darah bakteri pada pisang (Mairawati

et al, 2012).

C. Asosiasi serangga pengunjung

Secara ilmiah serangga dan tanaman berbunga termasuk dalam

Simbiosis mutualisme, namun pada kenyataannya banyak serangga yang

bersifat merugikan dan menjadi parasitoid karna menyerang tanaman,

keadaan tersebut dikarenakan serangga mempunyai ragam jenis yang

beraneka ragam dan memiliki berbagai perbedaan pada macam tipe mulutnya

seperti menusuk, menghisap, menggigit mengunyah (Klein, 2003).

Keberadaan serangga pengunjung bunga dalam suatu habitat berkaitan

erat dengan pola pemencaran yang dilakukan, karena serangga pengunjung

dapat berpindah dari suatu habitat bergantung pada ketersedian makanan

dalam suatu habitat tersebut. Menurut Price menyebutkan berbagai faktor


10

yang mempengaruhi pola pemencaran serangga diantaranya pengaruh

makanan, kepadatan, suhu/iklim serta ketertarikan perkawinan (1997).

Beberapa serangga yang berperan sebagai hama cukup merugikan para

petani perkebunan sehingga upaya untuk menemukan teknik pengendalian

yang sesuai selama ini hanya diarahkan dengan menggunakan insektisida.

Informasi pola pemencaran akan memberikan gambaran mengenai keberadaan

serangga dalam konteks ruang habitatnya dengan mengetahui perilaku

pemencaran upaya pengendalian hayati yang bisa dilakukan dilakukan dan

dapat berjalan secara optimal (Begon et al, 2006).

Pengendalian hama terpadu terpadu dengan menekankan pada

pengendalian hayati yang diterapkan di perkebunan kelapa sawit merupakan

pilihan yang terbaik sesuai dengan konsep Roundtable on Sustainable Palm Oil

(RSPO) berbasis ramah lingkungan Penerapan teknologi pengendalian hayati

dapat dilakukan dengan memanfaatkan agen hayati seperti serangga parasitoid

yang merupakan musuh alami dari hama (Lisanti, 2009).

Parasitoid merupakan agen pengenda-lian hayati yang potensial dan

memiliki keunggulan dibandingkan musuh alami jenis lain dan teknik

pengendalian hama lainnya. Parasitoid mampu menyerang inang secara

spesifik, berukuran kecil, jumlah populasi di lapangan melimpah dan mampu

menekan populasi hama secara signifikan. Peranan parasitoid sangat

mempengaruhi tingkat produksi suatu tanaman karena dapat menekan densitas

populasi hama di pertanaman (Godfray, 1994).


11

Koswanudin dkk (1995) mengatakan bahwa dalam mengendalikan hama

ulat api banyak cara yang bisa digunakan agar tidak merusak lingkungan,

salah satunya dengan pengendalian hayati yang memanfaatkan musuh alami

seperti parasitoid.

Penggunaan parasitoid merupakan yang bisa dipilih untuk menekan

populasi hama ulat api karena secara alami parasitoid aktif dalam mencari

inangnya di lapangan (Sahari, 2012).

Beberapa jenis tumbuhan yang liar di areal perkebunan kelapa sawit

diketahui berguna sebagai sumber makanan dan alternatif bagi para parasitoid dan

atau predator hama kelapa sawit. Beberapa jenis tumbuhan berguna sengaja

ditanam disekitar blok kelapa sawit. Contoh dari beberapa tanaman berguna yang

ada di sekitar areal pertanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut turnera

subulata, Antigonon Leptopus, Cassia Tora dan Urena Lobata (syahnen,

2013).

D. Hipotesis
1. Tanaman turnera subulata sebagai inang musuh alami atau parasitoid.
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Indoturba Tengah, kec. Pangkalan banteng,

Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah, Indonesia. Waktu

penelitian ini dilakukan pada Tanggal 6 - 18 Mei 2019.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan saat penelitian antara lain : peranggkap lem, kamera,

killing bottle, gunting, jarring serangga, zat kcl, kertas spesimen & alat tulis.

C. Deskripsi Daerah Penelitian

Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan sebuah kabupaten di Provinsi

Kalimantan Tengah. Pada PT ini terdapat dua komoditi unggulan perkebunan

pada umumnya yaitu kelapa sawit. Terdapat tanamannya sudah memasuki Tm

2 yang terdapat tanaman turnera subulata.

D. Metode Penelitian

Metode ini menggunakan scan sampling. Selanjutnya akan mengambil

data primer yaitu data yang diambil langsung dari lapangan selama penelitian.

Menggunakan metode scan sampling yaitu mencatat tingkah laku (mis.

Menggunakan daftar periksa atau pencatatan cepat sistem), setiap individu

(dalam kelompok) pada waktu yang telah ditentukan untuk periode waktu

tertentu (dalam 1 jam).

12
13

E. Metode Pengumpulan Data

Dari penelitian yang akan diambil daerah yang terdapat bunga dan

mengambilan titik sampel untuk mewakili masing-masing pada 2 blok untuk

di amati, data yang diambil yaitu data primer.

a. Parameter

Parameter yang di amati :

1. Mengidentifikasi jumlah dan jenis serangga yang hinggap dan

memanfaatkan tanaman turnera subulata sebagai inang.

b. Sampel
Menggunakan daerah yang terdapat bunga dan mengambilan titik

sampel terpisah, penelitian ini memakai 2 blok sebagai lokasi, namun

masing-masing blok memakai 1 hamparan paling potensial untuk di

amati berbagai macam serangganya.

F. Metode Analisis Data

Setelah memperoleh data hasil aktivitas serangga. Selanjutnya

menganalisis data sehingga memperoleh gambaran terhadap masalah yang

diperoleh dengan menggunakan teknik persentase, akan diketahui berapa

banyak dan sedikitnya peranan yang terjadi pada subjek yang di amati.

Setelah mendapatkan jumlah data, hasil tersebut akan disusun berupa tabel

dan grafik. Kemudian untuk mengetahui hasil aktivitas ragam serangga

digunakan rumus sebagai berikut :

Aktivitas Serangga x 100 %


Rumus : =… %
JumlahTotal
DAFTAR PUSTAKA

Agri Asian, 2017. Turnera Subulata, Istana Bagi Pemangsa Hama Ulat Api.
Kantor Asian agri.
Bambang Supriatno, 2001. Ekologi Tumbuhan. Buku dan Monograph Pengantar
Praktikum Ekologi Tumbuhan., hal. 44.
Basri, M. W; Simon Siburat; Ravigadevi S. dan Othman Arshad. 1999. Beneficial
Plants For The Natural Enemies Of The Bagworm In Oil Palm Plantations.
PORIM Mlaysia.
Begon M, Harper JL, Townsend CR. 2008. Ecology: Individuals, Populations and
Communities. Cambridge (GB): Blackwell Scientific.
Black SH, Shepard M, Allen MM. 2001. Endangered invertebrates: the case for
greater attention to invertebrate conservation. Endangered Species Update.
18(2):29-60.
Bold, H.C. C.J. Alexopoulus, and T. Delevoryas. 1987. Morphology of Plant and
Fungi. 5th edition. Harper dan Row Publisher. New York.
Drinkwater, L.E., D.K. Letourneau, F. Workneh, A.H.C.van Bruggen, & C.
Shennan. 1995. Fundamental Differences between Conventional and
Organic Tomato Agroecosystems in California. Ecological Applications 5:
1098−1112.
Dhurve SS. 2008. Impact of honey bee pollination on seed production of Niger.
[Thesis]. University of Agricultural Sciences, Dharwad
Effendi, 2011. Manfaat Tanaman Turnera Subulata University Perss, Jakarta.
Gembong Tjitrosoepomo, 2005. Morfologi Tumbuhan, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta. hal 126.
Godfray, H.C.J. 1994. Parasitoids, Behavioral and Evolutionary Ecology.
Princeton University Press: NewJersy.
Gulland PJ, Cranston PS. 2000. The Insect : An Outline of Entomology 2nd
Ed.USA: Blackwell Science Ltd.
Harumi Enggar Retno, 2011. Populasi Kumbang Elaeidobius Kamerunicus Pada
Tanaman Kelapa Sawit. Ptpn Viii Cimulang, Bogor. Indonesia.

14
15

Henny Herdajanti, 2014. Mengelola OPT Kelapa Sawit Secara Otomatis Bijak
Menuju Kehidupan Berkelanjutan. Departemen Perlindungan
Tumbuhan  PT Astra Agro Lestari Tbk.
Kamarudin N, dan Basri MW. 2010. Interaction of the bagworm, Pteroma pendula
(Lepidoptera; Psycidae), and its natural enemies in an oil palm plantation in
Perak.J Oil Palm Research 22: 758-764.
Klein AM, Steffan-Dewenter I, Tscharntke T. 2003. Fruits et of high land coffee
increases with the diversity of pollinating bees. Proceedings of The Royal
Society of London B. 270:955-961.
Koswanudin, D., Harnoto dan A. Kardinan. Fluktuasi populasi dan parasitasi
Trichogrammatoidea spp. terhadap telur Helicoverva armigera Hubn.
Prosiding Seminar Nasional.hlm 35-38. Bogor.
Lisanti dan Wood B.J. 2009. Internal visit report consultancy. Sumatera
Bioscience.
Mairawita , Habazar T, Hasyim A, Nasyir N Suswati. 2012. Potensi serangga
pengunjung bunga sebagai vector penyakit darah bakteri (Ralstonia
solancearum Phylotipe IV) pada pisang di Sumatera Barat. Jurnal
Entomologi Indonesia 9 (1). 38-47.
Maisyaroh, 2005. Kajian komunitas tunbuhan herba ditanam huta rakyat r. Sueryo
cangar kabupaten malang.
Klein AM, Steffan-Dewenter I, Tscharntke T. 2003. Fruits et of high land coffee
increases with the diversity of pollinating bees. Proceedings of The Royal
Society of London B. 270:955-961
Pahan, 2006. Kelapa Sawit Manajement Agribisnis Dari Hulu Hingga Hillir.
Penebar Swadaya, Jakarta. hal 411.
Perdana, E. 2009. Skrpsi Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
jacq.) di Kebun Bukit Pinang, PT Bina Sains Cemerlang, Minamas
Plantation, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatra Selatan.
Prawirosukarto, S. R. Y. Purba, C Utomo dan A. Sutanto, 2008. Pengenalan dan
Pengendalian hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, Medan. Sumatra Utara.
16

Rianti P. 2009. Keanekaragaman, Efektifitas, dan Frekuensi kunjungan Serangga


Penyerbuk pada Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L: Euphorbiaceae).
[Tesis]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sahari B. 2012. Struktur komunitas parasitoid hymenoptera di perkebunan kelapa
sawit, Desa Pandu Jaya Kecamatan Pangkalan Lada Kalimantan Tengah.
Disertasi Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Schellhorn, N.S. & V .L. Sork. 1997. The Impact of Weed Diversity on Insect
Population Dynamics andC rop Yield in Collards, Brassica
oleraceae(Brassicaceae).O ecologia 111: 233−240.
Sri Mulyani, 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta. Gadjah Mada University
Press, hal. 126.
Syahnen, dkk. 2013. Rekomendasi Pengendalian Hama Ulat Api Pada Tanaman
Kelapa Sawit: Labuhan Batu Utara.

Anda mungkin juga menyukai